Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian ini dilakukan di Surakarta yaitu di SMP Negeri 1 Surakarta

dan SLB Negeri Surakarta pada bulan Desember 2015. Sampel penelitian

adalah guru SLB Negeri Surakarta dan SMP Negeri 1 Surakarta. Penelitian

telah dilakukan terhadap 36 guru di SLB Negeri Surakarta yang beralamat di

Jl. Raden Mas Said No. 111 Banjarsari Surakarta dan 36 guru SMP Negeri 1

Surakarta dengan alamat di Jl. MT. Haryono No. 4 Manahan Banjarsari

Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

A. Deskriptif Responden

Deskripsi frekuensi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin,

umur, pendidikan terakhir dan masa kerja guru baik di SLB Negeri Surakarta

maupun di SMP Negeri 1 Surakarta.

1. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

Hasil penelitian terhadap responden guru di SLB Negeri Surakarta

maupun guru di SMP Negeri 1 Surakarta diperoleh distribusi frekuensi

menurut jenis kelamin sebagai berikut.

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

SLB N Surakarta SMP N 1 Surakarta


Jenis Kelamin
F % F %
Laki-laki 18 50 18 50
Perempuan 18 50 18 50
Jumlah 36 100 36 100
Sumber: Data Penelitian Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui distribusi frekuensi responden

untuk jenis kelamin laki-laki 18 orang (50%) dan perempuan 18 orang

(50%) baik di SLB Negeri Surakarta maupun di SMP Negeri 1 Surakarta.

2. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur

Hasil penelitian terhadap responden guru di SLB Negeri Surakarta

maupun guru di SMP Negeri 1 Surakarta diperoleh distribusi frekuensi

menurut umur sebagai berikut.

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur

SLB N Surakarta SMP N 1 Surakarta


Tingkat Umur
F % F %
< 30 Tahun 6 17 - -
31 40 Tahun 11 31 8 22
41 50 Tahun 13 36 15 42
> 50 Tahun 6 17 13 36
Jumlah 36 100 36 100
Sumber: Data Penelitian Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui distribusi frekuensi responden

menurut umur paling banyak pada umur 41 50 tahun yaitu 13 orang

(36%) di SLB Negeri Surakarta dan sedangkan di SMP Negeri 1 Surakarta

terdapat 15 orang (42%).

3. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Terakhir

Hasil penelitian terhadap responden guru di SLB Negeri Surakarta

maupun guru di SMP Negeri 1 Surakarta diperoleh distribusi frekuensi

menurut pendidikan terakhir sebagai berikut.


Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Terakhir

SLB N Surakarta SMP N 1 Surakarta


Penddikan Terakhir
F % F %
S1 35 97 34 94
S2 1 3 2 6
Jumlah 36 100 36 100
Sumber: Data Penelitian Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui distribusi frekuensi responden

menurut pendidikan terakhir paling banyak S1 yaitu 35 orang (97%) di

SLB Negeri Surakarta dan sedangkan di SMP Negeri 1 Surakarta terdapat

34 orang (94%).

4. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Masa Kerja

Hasil penelitian terhadap responden guru di SLB Negeri Surakarta

maupun guru di SMP Negeri 1 Surakarta diperoleh distribusi frekuensi

menurut masa kerja sebagai berikut.

Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Masa Kerja

SLB N Surakarta SMP N 1 Surakarta


Masa Kerja
F % F %
< 10 Tahun 23 64 14 39
11 20 Tahun 12 33 13 36
21 30 Tahun 1 3 8 22
> 30 Tahun - - 1 3
Jumlah 36 100 36 100
Sumber: Data Penelitian Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4 di atas diketahui distribusi frekuensi responden

menurut masa kerja paling banyak pada umur < 10 tahun yaitu 23 orang

(64%) di SLB Negeri Surakarta sedangkan di SMP Negeri 1 Surakarta

terdapat 14 orang (39%).


B. Hasil Penelitian

1. Uji Prasyarat Penelitian

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui sebaran data

penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data

menggunakan Kolmogorov Smirnov Test. Hasil uji normalitas dengan

data total skor depresi berdistribusi tidak normal, selanjutnya

dilakukan perbaikan data menggunakan LG10, sehingga hasil uji

normalitas dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.
Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Statistics p-value Kesimpulan


LG10_SLB 0,955 0,026 Normal
LG10_SMP 0,980 0,437 Normal
Sumber: Data Penelitian Diolah, 2016

Berdasarkan uji normalitas di atas dketahui variabel tingkat

depresi guru SLB Negeri Surakarta diperoleh nilai p > 0,05 sehingga

data berdistribusi normal, sedangkan untuk variabel tingkat depresi

guru SMP Negeri 1 Surakarta diperoleh nilai p > 0,05 sehingga data

berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji Independent Sample T-

Test, karena datanya ada yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui variansi data

berasal dari varian yang sama atau tidak. Uji normalitas data
menggunakan One Way ANOVA dengan Levenes Test. Hasil uji

homogenitas dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 5.
Hasil Uji Normalitas Data

Variabel Statistics p-value Kesimpulan


Tingkat Depresi Guru SLB
Negeri Surakarta dengan 1,139 0,290 Homogen
SMP Negeri 1 Surakarta
Sumber: Data Penelitian Diolah, 2016

Berdasarkan uji homogenitas di atas diketahui tingkat depresi

guru SLB Negeri Surakarta dengan guru SMP Negeri 1 Surakarta

diperoleh nilai p > 0,05 sehingga data berasal dari varians yang sama

atau data berdistribusi homogen.

2. Uji Univariat

a. Tingkat Depresi Guru di SLB Negeri Surakarta

Tabel 6
Tingkat Depresi Guru SLB Negeri Surakarta

Nilai
Minimum 0
Maksimum 18
Mean 5,11
Std. Deviation 5,142
Sumber: Data Penelitian Diolah, 2016

Berdasarkan tabel di atas diketahui tingkat rata-rata depresi guru

di SLB Negeri Surakarta yaitu sebesar 5,11, dengan standard deviation

sebesar 5,142.
b. Tingkat Depresi Guru di SMP Negeri 1 Surakarta

Tabel 7
Tingkat Depresi Guru SLB Negeri Surakarta

Nilai
Minimum 0
Maksimum 11
Mean 2,64
Std. Deviation 2,696
Sumber: Data Penelitian Diolah, 2016

Berdasarkan tabel di atas diketahui tingkat rata-rata depresi guru

di SMP Negeri 1 Surakarta yaitu sebesar 2,64, dengan standard

deviation sebesar 2,696.

3. Uji Bivariat

Uji bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan antara tingkat

depresi guru SLB Negeri Surakarta dengan guru SMP Negeri 1 Surakarta.

Jika distribusi data normal maka uji beda menggunakan Independent

Sample T-Test, jika distribusi data tidak normal maka menggunakan Mann

Whitney Test. Uji beda penelitian ini menggunakan Independent Sample T-

Test yang dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6.
Hasil Uji Bivariat

Tingkat Depresi Guru Mean thitung p-value Kesimpulan


SLB Negeri Surakarta 0,6363 Terdapat perbedaan
2,073 0,043
SMP Negeri 1 Surakarta 0,4409 yang Signifikan
Sumber: Data Penelitian Diolah, 2016

Berdasarkan uji Independent Sample T-Test di atas diketahui rata-

rata tingkat depresi guru SLB Negeri Surakarta sebesar 0,6363 sedangkan
tingkat depresi guru SMP Negeri 1 Surakarta sebesar 0,4409, diperoleh

nilai p = 0,043 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan

yang signifikan tingkat depresi guru SLB Negeri Surakarta dengan tingkat

depresi guru SMP Negeri 1 Surakarta.

4. Perjalanan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Surakarta dan SMP

Negeri 1 Surakarta. Subjek penelitian pertama-tama dibatasi jenis kelamin

responden, dimana ditentukan jenis kelamin laki-laki dan perempuan baik

guru di SLB maupun di SMP seimbang atau jumlahnya sama. Selanjutnya

penulis menyusun karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan

terakhir dan masa kerja.

C. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober November 2013 dengan

mengambil data rekam medis bagian penyakit dalam RSUD dr. Sayyidiman

Magetan pada pasien rawat inap dan rawat jalan. Penelitian ini dilakukan

dengan mengumpulkan data dari sample secara bersamaan. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk memperoleh korelasi antara penurunan laju filtrasi

glomerulus dengan beratnya anemia pada penyakit ginjal kronik di RSUD dr.

Sayyidiman Magetan.

Tabel 9 terlihat gambaran mengenai frekuensi distribusi data pasien

berdasarkan usia diketahui bahwa kejadian penyakit ginjal kronik terbanyak

terjadi pada usia 41 50 tahun sebanyak 24 pasien (40%). Hasil ini sesuai
dengan penelitian oleh Pura, Supriyadi, Nugraha, dkk (2008) usia terbanyak

yang menderita penyakit ginjal kronik usia 50 tahun di RSUP dr. Hassan

Sadikin Bandung. Namun berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Ayu,

Suega, Widiana (2010) usia rata rata terbanyak 54 tahun di RSUP Sanglah

Denpasar. Sama dengan NHANNES III penderita penyakit ginjal kronik

banyak terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Adanya proses penuaan seiring

dengan meningkatnya usia akan menyebabkan berbagai perubahan struktural

dan fungsional ginjal. massa ginjal akan semakin menurun dengan

bertambahnya usia. Terjadinya iskemik yang berulang pada korteks

glomerulus di medulla ginjal menyebabkan sel juxtaglomerulus megalami

pergeseran aliran darah dari arteriol afferent menuju arteriol efferent,

sehingga redistribusi aliran darah menuju ke medulla ginjal. adanya perubahan

anatomi dan fungsi ginjal memberikan konstribusi faktor utama penyebab

penurunan aliran darah di ginjal serta adanya peningkatan filtrasi yang

disebabkan penuaan ginjal yang progresif. Respons vasodilatasi arteri lebih

lambat terjadi pada usia lansia dan usia muda, namun respon vasokonstriksi

terhadap angiotensin intrarenal dapat terjadi pada usia muda maupun tua.

Adanya kapasitas vasodilatasi yang lambat dengan respon vasokonstriksi

menujukkan upaya ginjal dalam keadaan vasodilatasi untuk mengimbangi

kerusakan sklerotik yang terjadi di ginjal (Arronoff, 2013).

Tabel 10 terlihat gambaran mengenai frekuensi distribusi data pasien

berdasarkan jenis kelamin diketahui kejadian penyakit ginjal kronik terbanyak

adalah laki-laki 37 pasien (61,7%), dan perempuan 23 pasien (38,3%). Hasil


ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Ayu, Suega, Widiana (2010)

menyatakan dari 80 pasien penyakit ginjal kronik lebih banyak terjadi pada

laki laki sebanyak 58 pasien (72,5%). Menurut NHANES III dari penelitian

USRDS Annual Data Report (2004) menyatakan bahwa kasus penyakit ginjal

kronik tertinggi adalah laki laki dengan 409 per satu juta penduduk

sedangkan pada perempuan 276 per satu juta penduduk. Namun penelitian ini

berbeda dengan hasil penelitian Danu (2000) yang mendapatkan bahwa

penderita penyakit ginjal kronik kebanyakan berjenis kelamin perempuan

sebanyak 24 pasien (56%) sedangkan laki laki 19 pasien (44%). Coresh and

Eustace (2006) menyatakan bahwa fungsi ginjal menurun umumnya diderita

pada wanita dibandingkan laki laki, tetapi perbedaan ini akan hilang dengan

adanya penyesuaian untuk perbedaan usia.

Tabel 11 terlihat gambaran uji normalitas data yang bertujuan untuk

mengetahui sebaran data penelitian berdistribusi normal atau tidak normal,

parametric atau NonParametric. Pada penelitian ini uji analisis data

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov Test. Jika sebaran data tersebut

normal/ parametric maka uji korelasi menggunakan Pearson, namun pada

penelitian ini sebaran data tidak normal/NonParametric dan data bersifat

numeric maka uji korelasi yang digunakan adalah Spearmans (Dahlan, 2011).

Tabel 12 terlihat gambaran korelasi antara creatinin plasma, clearance

creatinin, dan hemoglobin pada pasien penyakit ginjal kronik di RSUD dr.

Sayyidiman Magetan. Yang pertama pada uji korelasi antara creatinin plasma

dan hemoglobin, peneliti mendapatkan hasil rrho = -0,278 dan p = 0,031 dari
hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi negatif

antara creatinin plasma dengam hemoglobin di RSUD dr. Sayyidiman

Magetan dengan kekuatan korelasi rendah yang maknanya ada signifikansi

antara creatinin plasma dan hemoglobin dengan korelasi negatif yaitu apabila

nilai creatinin plasma naik maka nilai hemoglobin akan turun. Kedua pada uji

korelasi antara clearance creatinin/laju filtrasi glomerulus dengan

hemoglobin, peneliti medapatkan hasil dengan rrho = 0,302 dan p = 0,019 dari

hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif

antara clearance creatinin/laju filtrasi glomerulus dengan hemoglobin di

RSUD dr. Sayyidiman Magetan dengan kekuatan korelasi sedang yang

maknanya ada signifikansi antara laju filtrasi glomerulus dengan hemoglobin

yaitu apabila laju filtrasi glomerulus menurun maka kadar hemoglobin juga

akan turun, namun sebaliknya jika laju filtrasi glomerulus meningkat maka

kadar hemoglobin juga meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan Ayu,

Suega, dan Widiana (2010) menyatakan bahwa adanya korelasi antara LFG/

clearance creatinin dengan HB dan didapatkan hubungan positif yang

bermakna, hal ini berarti semakin berkurangnya LFG maka kadar HB juga

semakin menurun. Pada penelitian populasi oleh McClellan, et.al

mendapatkan prevalensi anemia berhubungan kuat dengan menurunnya LFG.

Presentase Hb < 12 g/dl meningkat dari 26,7% menjadi 75,5% ketika LFG

turun dari 60 menjadi 15 ml/min/1,73m2 . Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa semakin menurunnya LFG maka kadar hemoglobin akan menurun, hal

ini karena pada penderita penyakit ginjal kronik terjadi defisiensi hormone
eritropoetin, defisiensi zat besi, kehilangan darah dan penurunan masa hidup

sel eritrosit (Abbound and Henrich, 2010).

Penelitian yang dilakukan penulis mendapatkan hasil rrho = 0,302 dan p =

0,019 dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh kesimpulan bahwa

terdapat korelasi positif antara penurunan laju filtrasi glomerulus dengan

hemoglobin berarti semakin menurunnya laju filtrasi glomerulus maka akan

semakin menurun kadar hemoglobin, sehingga hipotesis sebelumnya terjawab

dengan adanya signifikansi korelasi antara penurunan laju filtrasi glomerulus

dengan beratnya anemia.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih memiliki kelemahan dan keterbatasan antara lain

tidak dilakukan follow up terhadap faktor resiko karena penelitian ini

dilakukan dalam sewaktu dengan mengambil data dari bagian rekam medis.

Penggunaan desain cross sectional dipengaruhi oleh berbagai keterbatasan

waktu dalam proses penelitian ini. Desain ini tidak dapat menganalisa

hubungan sebab akibat (kausal) karena penelitiannya hanya berlangsung

sewaktu sedangkan untuk melihat hubungan kausal diperlukan waktu yang

lama seperti desain penelitian Kohort.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

pada penelitian ini didapatkan perbedaan tibgkat depresi antara guru yang

mengajar di SLB Negeri Surakarta dengan guru yang mengajar di SMP

Negeri 1 Surakarta.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah responden yang

besar dan lokasi yang luas untuk diteliti sehingga hasil penelitian lebih

valid dan memperkecil bias pada penelitian.

2. Perlu dukungan pemerintah untuk memperhatikan sarana dan prasarana

di sekolah tersebut sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas

kinerja guru di sekolah tersebut.

3. Mengadakan seminar untuk memberikan motivasi dan semangat bekerja

kepada para guru agar lebih aktif bekerja dan mampu membagi waktu

dengan baik.

4. Menyelenggarakan kegiatan yang bersifat

Anda mungkin juga menyukai