Fazli, A. Z. (2015, Oktober 15). Jadi Korban Kekerasan, ASP Hampir Bunuh Diri. Dipetik
Februari 24, 2016, dari metrotvnews.com:
http://news.metrotvnews.com/read/2015/10/15/180295/jadi-korban-kekerasan-asphampir-bunuh-diri
Keluarga ASP menuntut tanggung jawab dari pihak sekolah, juga keluarga pelaku. Ia
meminta mereka membantu ASP sampai pulih.
TII
Wibowo, I. (2015, Oktober 16). Kasus Kekerasan, SD Tunas Mulia Montessori Tertutup. Dipetik
Februari 24, 2016, dari metrotvnews.com:
http://news.metrotvnews.com/read/2015/10/16/180843/kasus-kekerasan-sd-tunasmulia-montessori-tertutup
MerahPutih Peristiwa - Keluarga bocah ASP (6) yang diduga dianiaya teman
sekolahnya, menuntut tanggung jawab dari pihak sekolah, juga keluarga pelaku. Ia
meminta agar mereka dapat membantu ASP hingga pulih.
"Tanggung jawabnya ini kan lantaran ada korban. Maka korban harus diberikan secara
hipnoterapis, perhatian serta bantuannya. Contohnya pengobatan, kalau keluarga
enggak bisa, tolong berikan pengobatan kepada korban," ujar kuasa hukum keluarga
ASP Jeffry Santoso saat mendampingi pengaduan keluarga ASP di KPAI, Jakarta, Kamis
(15/10).
Bocah ASP siswa kelas 1 SD Tunas Mulia Montessori, Gading Serpong, Tangerang,
diduga menjadi korban kekerasan oleh teman sekolahnya hingga mengalami luka
serius di bagian kemaluan.
Bocah ASP dan orang tuanya mengadu ke kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) untuk meminta pertanggungjawaban sekolah.
"Kami datang ke Kantor KPAI ini, guna meminta pertanggungjawaban sekolah,
terhadap kejadian menimpa anak saya ASP," ujar ibu ASP Yessi Karolina, di kantor
KPAI, Jalan Teuku Umar, No. 10 Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (15/10).
Masih kata Yessi, sebelum ke kantor KPAI keluarga telah melapor kepada pihak
sekolah terkait kasus yang menimpa ASP tersebut. Namun, pihak sekolah tak kunjung
tiba merespons atas laporan yang telah diterimanya.
Dalam kasus ini, ASP diduga mengalami kekerasan dari teman sekelasnya berinisial M.
Akibat kekerasan ini, korban mengalami luka serius di bagian kemaluannya. Kuasa
Hukum ASP Jeffry Santoso mengatakan, korban mendapatkan pukulan dan tendangan
di kemaluannya yang menyebabkan ASP harus menjalani operasi.
"Satu dipukul, kedua ditendang. Saat kena kemaluan ada problem dan harus
dilakukan operasi," papar Jeffry.
Untuk diketahui, selain luka fisik mental ASP juga terganggu. Bocah berusia enam
tahun tersebut mengalami trauma yang cukup parah setelah mengalami
penganiayaan dari teman sekolahnya. Setiap melihat sekolah ketakutannya sangat
tinggi. (gms)
MP/bro. (2015, Oktober 16). Keluarga ASP Tuntut Tanggung Jawab SD Tunas Mulia Montessori.
Dipetik Februari 24, 2016, dari MerahPutih:
http://news.merahputih.com/peristiwa/2015/10/16/keluarga-asp-tuntut-tanggungjawab-sd-tunas-mulia-montessori/29707/
WARTA KOTA, TANGERANG - Sekolah Dasar Tunas Mulia Montessori melaporkan orangtua ASP (6),
salah satu siswanya, karena dianggap telah melakukan pencemaran nama baik di media sosial pasca ASP
mendapatkan penganiayaan teman sekelasnya.
Diberitakan sebelumnya oleh Warta Kota, ASP (6) sudah sebulan tidak masuk sekolah. ASP, yang
merupakan siswa Sekolah Dasar Tunas Mulia Montessori Gading Serpong, Kabupaten Tangerang,
mengalami trauma berat dan cedera serius di bagian alat kelamin akibat dibully teman sekelasnya yang
berinisial M.
Dikonfirmasi pada Senin (19/10), pihak sekolah mengatakan bahwa tidak pernah terjadi tindak
penganiayaan apapun terhadap ASP oleh M. Cerita ASP pun dianggap mengada-ada.
"Kami sudah melaporkan orangtua ASP ke polisi. Laporannya sudah kami layangkan tanggal 9 Oktober
kemarin," kata kuasa hukum SD Tunas Mulia Montessori, Bastian Manalu, Senin (19/10).
Menurut Bastian, sekolah terpaksa melayangkan laporan karena ibu ASP, Yessi Caroline menulis hal-hal
yang bernada penghinaan di sosial media Facebook.
"Mereka sudah melakukan pencemaran nama baik dan penghinaan. Mereka mengumbar keburukan
sekolahan. Ini berdampak buruk pada sekolah," kata Bastian.
Wakil Kepala Sekolah Dasar Tunas Mulia Montessori, Junita Manurung menambahkan, dugaan pencemaran
nama baik yang dilakukan orangtua ASP mengakibatkan siswa baru di sekolah tersebut berkurang.
"Tanggal 10 Oktober kemarin kami open school. Yang datang sedikit sekali. Pas penerimaan siswa baru
kemarin, yang daftar nggak sampai 50 orang. Padahal dulu selalu tembus 100 siswa," kata Junita.
Proses belajar mengajar pun, kata Junita, menjadi terganggu karena nama sekolah kian digunjingkan di
kalangan siswa maupun guru. (Banu Adikara)
Adikara, B. (2015, Oktober 19). Giliran SD Tunas Mulia Montessori Laporkan Orangtua ASP.
Dipetik Februari 24, 2016, dari WartaKota:
http://wartakota.tribunnews.com/2015/10/19/giliran-sd-tunas-mulia-montessorilaporkan-orangtua-asp
WARTA KOTA, TANGERANG-Keluarga ASP (6) menanggapi santai soal pelaporan pihak Sekolah Dasar
Tunas Mulia Montessori terhadap pihaknya karena dianggap mencemarkan nama baik sekolah terkait
dugaan kasus bully yang menimpa ASP.
Kuasa hukum keluarga ASP, Jefri Santoso pada Selasa (20/10) mengatakan, pihaknya sudah mengantongi
beberapa bukti maupun saksi yang bisa membuktikan bahwa apa yang diceritakan ASP sama sekali tidak
mengada-ada.
"Kami meminta pertanggungjawaban sekolah bukannya tanpa dasar kuat. Apa yang diceritakan ASP kami
kroscek lagi ke lapangan. Dari penelusuran kami, terbukti bahwa M memang melakukan bully terhadap
ASP," kata Jefri.
Diberitakan sebelumnya oleh Warta Kota, ASP (6) sudah sebulan tidak masuk sekolah. ASP, yang
merupakan siswa Sekolah Dasar Tunas Mulia Montessori Gading Serpong, Kabupaten Tangerang,
mengalami trauma berat dan cedera serius di bagian alat kelamin akibat dibully teman sekelasnya yang
berinisial M.
Dikonfirmasi pada Senin (19/10), pihak sekolah mengatakan bahwa tidak pernah terjadi tindak
penganiayaan apapun terhadap ASP oleh M. Cerita ASP pun dianggap mengada-ada. Bahkan, menurut Jefri,
bukan ASP seorang yang menjadi korban bully M. "Kami temukan fakta bahwa M sudah melakukan
pembullyan terhadap anak-anak lain. Malah ada yang pernah digigit tangannya sampai lebam. Bila saatnya
sudah tiba, kami akan paparkan semua keterangan korban lain ini," kata Jefri.
Jefri menambahkan, pihaknya juga mendapatkan cerita dari beberapa siswa lain kalau M memang benar
melakukan penganiayaan terhadap ASP. "Anak-anak ini bahkan bisa menunjukkan bagian tubuh ASP mana
yang ditendang M," katanya lagi. Soal pelaporan pencemaran nama baik yang dilakukan SD Tunas Mulia
Montessori terhadap orangtua ASP ke Mapolsektro Kelapa Dua, Jefri mengatakan bahwa apa yang ditulis
orangtua ASP sama sekali tidak menjelek-jelekkan sekolah.
"Sama sekali tidak ada nama sekolah yang bersangkutan dalam tulisan ibu ASP di Facebook. Kalau nama
sekolahnya saja tidak ada, bagaimana bisa disebut pencemaran nama baik?," katanya.
Adikara, B. (2015, Oktober 20). Pengacara ASP: Korban Bully M Bukan Hanya Satu Orang.
Dipetik Februari 24, 2016, dari WartaKota:
http://wartakota.tribunnews.com/2015/10/20/pengacara-asp-korban-bully-m-bukan-hanyasatu-orang
WARTA KOTA, TANGERANG - ASP (6), siswa kelas 1 SD Tunas Mulia Montessori yang mengalami
trauma dan cedera fisik akibat dibully temannya, masih mengalami depresi berat akibat peristiwa yang
dialaminya.
Orangtua ASP pun terpaksa memindahkan anaknya ke sekolah lain.
Diberitakan sebelumnya oleh Warta Kota, ASP (6) sudah sebulan tidak masuk sekolah. ASP, yang
merupakan siswa Sekolah Dasar Tunas Mulia Montessori Gading Serpong, Kabupaten Tangerang,
mengalami trauma berat dan cedera serius di bagian alat kelamin akibat dibully teman sekelasnya yang
berinisial M.
Dikonfirmasi pada Senin (19/10), pihak sekolah mengatakan bahwa tidak pernah terjadi tindak
penganiayaan apapun terhadap ASP oleh M. Cerita ASP pun dianggap mengada-ada.
Ibu ASP, Yessi Caroline pada Selasa (20/10) mengatakan, ia sudah mengurus administrasi pemindahan
sekolah ASP.
"Saya mau yang terbaik untuk anak saya. Saya mau menyelamatkan masa depannya. Makanya saya
pindahkan sekolahnya," kata Yessi.
Menurut Yessi, ASP kini sudah dipindah ke sebuah sekolah yang berada di kawasan Lippo Karawaci, Kelapa
Dua, Kabupaten Tangerang.
Namun, walau sudah dipindah, ASP tetap belum mau bersekolah.
"Kalau ditanya mau sekolah apa nggak, dia pasti jawab mau. Tapi begitu saya antar ke sekolah, dia tidak
berani masuk. Hanya berani sampai halaman sekolah saja. Tidak berani ke kelas. Traumanya masih parah,"
kata Yessi.
Pindahnya ASP ke sekolah baru pun diakui Yessi juga diceritakan di akun Facebook miliknya.
"Tidak ada keinginan menjelekkan sekolah. Nama sekolahnya pun tidak saya sebut. Saya menulis sebagai
seorang ibu yang setiap hari harus melihat anaknya menderita," kata Yessi. (Banu Adikara)
Adikara, B. (2015, Oktober 20). Trauma Dibully, ASP Pindah Sekolah. Dipetik Februari 24,
2016, dari WartaKota: http://wartakota.tribunnews.com/2015/10/20/trauma-dibully-asppindah-sekolah?page=2