Kanker merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel epitelial yang cenderung
menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis, (Dorland, 1998: 185). Ca. Serviks
adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh lapisan epitel pada daerah serviks
uteri. (Wilson and Price, 1995: 1137)
Patofisiologi
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan endoserviks, yaitu sel
epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang disatukan oleh Sambungan Squamosa Kolumner
(SSK)/ Squamosa Columner Junction (SCJ)
Pada awalnya metaplasia (proses pergantian epitel kolumner dan squamosa) berlangsung
fisiologis. Namun dengan adanya mutagen dari agen yang ditularkan melalui hubungan seksual
seperti sperma, virus herpes simplek tipe II, maka yang semula fisiologis berubah menjadi
displasia. Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi untuk menjadi
ganas.
Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat pertumbuhan prakanker yaitu displasia dan
karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi dimulai di daerah Squamosa Columner Junction
(SCJ) atau SSK dari selaput lendir portio. Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak
memberikan tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio yang
erosive (metaplasia squamosa) yang fisiologik atau patologik.
Click here to download pathway CARSINOMA SERVIKS
Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferasi yang mengalami
infeksi sekunder dan nekrosis.
Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dan melibatkan
awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial (CIN). CIN ada tiga tingkatan yaitu:
1.
2.
CIN I
: displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan ketiga, perubahan sitoplasmik
terjadi di atas sel epitel kedua dan ketiga.
CIN II : displasia sedang, perubahan ditemukan pada epitel yang lebih rendah dan
pertengahan, perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel ketiga.
3.
CIN III : displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk pada semua lapis sel epitel,
diferensiasi sel minimal dan karsinoma insitu.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala stadium awal Ca. Serviks jarang terdeteksi. Pada tahap lanjut, tanda dan
gejalanya lebih jelas terlihat, diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
perdarahan spontan
perdarahan saat defekasi keluhan
perdarahan berbau busuk yang khas
1.
nyeri diatas pubis dan sekitar panggul
perdarahan yang dialami segera setelah coitus.
busuk dan tidak gatal.
keputihan yang purulen, berbau
anemia
cepat lelah
kehilangan berat badan
Pencegahan
1.
Personal Higiene yang baik, terutama daerah genitalia
2.
Penggunaan obat yang terkontrol
3.
Gaya hidup yang baik
4.
Circumcici bagi pasangan
5.
lingkungan yang baik
6.
Pap smears atau cervical smears
Untuk wanita yang aktiv sexualitasnya, satu tahun sekali.
Untuk wanita yang biasa, mulai umur 18 tahun, tiap 2 tahun sekali.
Penatalaksanaan Medis
Tingkat
penatalaksanaan
0Ia
IIa, IIb
1.
A.
Histerektomi transvaginal.
Radioterapi, kemoterapi, palliative.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ansietas b.d. Hospitalisasi dan ketidak pastian tentang hasil yang diharapkan.
Berduka b.d. kehilangan fungsi tubuh dan efek Ca yang dirasakan pada gaya hidup.
Perubahan pola seksualits b.d. perubahan anatomis, nyeri, perubahan citra diri.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. mual dan muntah sekunder terhadap
penyakit dan pengobatan
5.
Ketidak berdayaan b.d. ketidakpastian tentang prognosis dan hasil pengobatan Ca.
6.
Konflik pengambilan keputusan b.d. pilihan-pilihan modalitas perawatan
7.
gangguan konsep diri b.d. perubahan anatomi sekunder terhadap Ca.
8.
Distres spiritual b.d. konflik yang berpusat arti kehidupan sekunder terhadap Ca.
9.
Perubahan pada membrane mukosa oral b.d. efek khemotherapy.
10. konstipasi kronik b.d. efek khemotherapy
1.
B.
1.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi tujuan
1.
Intervensi tujuan
Klien dapat menerima keadaannya dan mengembangkan nilai positif pada dirinya.
Intervensi tindakan:
1.
2.
3.
4.
5.
Intervensi tujuan
Klien dan pasangannya dapat memahami bahwa seksualitas tidak hanya terbatas aktivitas fisik
Intervensi tindakan:
1.
2.
3.
4.
5.
Jelaskan pada klien dan pasangan bahwa seksual tidak hanya terbatas aktivitas fisik.
Suport suami untuk memberi perhatian dengan penuh kasih sayang.
Hindari kontak yang bersifat negative.
Alihkan kegiatan seksual fisik klien dengan kegiatan seksual psikologis.
Intervensi tujuan
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung. (2000). Obstetri Fisiology. Bandung : Elemen.
Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica Ester,
Edisi 8. EGC : Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC.
G.W Garland and Joan M.E, 1999, Quickly Obstetric and ginekology of Nurses, English University
Press, London
Haen Forer. (1999). Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. EGC : Jakarta
Manuaba. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta :
EGC.
http://www.healthyenthusiast.com/carsinoma-serviks.html 2012