ANEMIA
Disusun oleh:
Mochammad Syafie
(030.12.168)
Redy Rohmansyah
(030.12.223)
(030.10.232)
(030.12.237)
BAB I
LAPORAN KASUS
Tanggal Masuk Pasien
: 7 Juni 2016
: 2 (Dua)
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.D
Usia
: 38 Tahun
Alamat
Pekerjaan
: TNI AL
Agama
: Islam
Pendidikan Terakhir
: SLTA
Status
: Menikah
I. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada hari Kamis, 9 Juni 2016 pukul 9:30 WIB di ruang rawat inap
P.Sangeang kamar 6C dengan menggunakan metode autoanamnesis.
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien merasa lemas sejak 3 minggu SMRS disertai pusing, nyeri
perut, dan nafsu makan menurun. Tidak ada mual dan muntah,
BAB berwarna kehitamanan
Riwayat Hb rendah.
Keganasan (-)
Riwayat Pengobatan
Riwayat Lingkungan
Riwayat Kebiasaan
: Merokok (-), Alkohol (-), sering minum kopi dan makan pedas.
: Compos mentis
Kesan Sakit
: Sakit sedang
Kesan Gizi
: Baik
Tanda vital
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Suhu
: 36,8 celcius
Nadi
Laju Nafas
Data Antopometri
Tinggi Badan
: 167 cm
Berat Badan
: 64 kg
BMI
: 23
Pemeriksaan Generalis
Kepala : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata.
Wajah
Mata
: Tidak tampak cekung, edema palpebra (-), konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-),
pupil bulat isokor.
Mulut
: Mukosa bibir sedikit kering, agak pucat, uvula ditengah, normoglosia, gusi
berdarah (-), T1/T1, faring tidak hiperemis.
Leher
: Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening maupun kelenjar tiroid. Nyeri
menelan (-).
Pulmo
Inspeksi
: Bentuk dada normal, gerak nafas simetris, tidak terdapat retraksi sela iga.
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : Suara nafas vesikuler dikedua lapang paru ronki (-), wheezing (-).
Cor
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas kanan berada di ICS III-V linea sternalis kanan. Batas kiri berada di ICS
VI, 3 cm lateral midklavikula sinistra. Batas atas berada di ICS III linea
parasternal sinistra.
Palpasi
: Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar lien tidak teraba, undulasi (-), shifting
dullness (-), ballottement (-), nyeri ketuk CVA (-).
Ekstremitas :
Inspeksi
Palpasi
III.
MASALAH
Anemia
Melena
Abdominal pain
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
7 Juni 2016
10.000/ul
1,83 juta/Ul
6,2 g/dl
17%
Nilai Normal
5000-10.000
4.6-6.2
14-16
42-48
360.000/ul
150.000-450.000
92,9 m3
36 pg/sel
33,9 g/dL
76 96 m3
32 38 % g/sel
32-38 g/Dl
V. DIAGNOSIS KERJA
1. Anemia normokrom normositer e.c perdarahan saluran cerna
2. Melena e.c perdarahan saluran cerna bagian atas susp. gastritis erosif
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Anemia e.c perdarahan saluran cerna bagian atas susp. sirosis hepatis
VII. RENCANA DIAGNOSIS
1. SGPT/ SGOT
2. Morfologi darah tepi
3. Uji retikulosit
4. Endoscopy
Infus RL 20 tpm
Inj. Transamin 3x1
Inj. Vit. K 3x1
PCT 3x1 p.r.n
8. BAB II
9. TINJAUAN PUSTAKA
10.
11. DEFINISI
12.
13. EPIDEMIOLOGI
14.
Di Indonesia anemia yang paling sering dijumpai yaitu anemia defisiensi besi.
Dikarenakan negara berkembang dengan tingkat sosioekonomi masyarakat yang masih rendah.
Prevalensi anemia defisiensi besi terjadi pada 16 50% laki laki dan 25 48% perempuan; 42
92% ibu hamil dan 55.5% balita. Selain itu insiden anemia aplastik berkisar 2 6 kasus per 1
juta penduduk pertahun, kemudian insiden anemia hemolitik dengan 1 3 kasus per 100.000
individu per tahun, dan terakhir yaitu anemia aplastik yang relatif jarang dengan insiden 2 6
kasus per 1 juta penduduk per tahun.
15.
16. ETIOLOGI
17.
gangguan produksi sel darah merah pada sumsum tulang (hipoproliferasi), gangguan
pematangan sel darah merah (eritropoiesis yang tidak efektif), dan penurunan waktu hidup sel
darah merah (kehilangan darah atau hemolisis).
1. Hipoproliferatif
18. Hipoproliferatif merupakan penyebab anemia yang terbanyak. Anemia hipoproliferatif ini
dapat disebabkan karena:
a. Kerusakan sumsum tulang
19.
c. Stimulasi eritropoietin (EPO) yang inadekuat (Keadaan ini terjadi pada gangguan fungsi
ginjal)
d. Supresi produksi EPO yang disebabkan oleh sitokin inflamasi (misalnya: interleukin 1)
e. Penurunan kebutuhan jaringan terhadap oksigen (misalnya pada keadaan hipotiroid)
20.
Pada jenis ini biasanya ditemukan eritrosit yang normokrom normositer, namun
dapat pula ditemukan gambaran eritrosit yang hipokrom mikrositer, yaitu pada defisiensi besi
ringan hingga sedang dan penyakit inflamasi. Kedua keadaan tersebut dapat dibedakan melalui
pemeriksaan persediaan dan penyimpanan zat besi.
21.
22.
24. Inflamasi
25. Fe serum
26. Rendah
27. Rendah
28. TIBC
29. Tinggi
31. Saturasi
transferin
34. Feritin serum
32. Rendah
35. Rendah
37.
2. Gangguan pematangan
38. Pada keadaan anemia jenis ini biasanya ditemukan kadar retikulosit yang rendah,
gangguan morfologi sel (makrositik atau mikrositik), dan indeks eritrosit yang abnormal.
Gangguan pematangan dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu:
a. Gangguan pematangan inti
39.
Penyebab dari gangguan pematangan inti adalah defisiensi asam folat, defisiensi vitamin
B12, obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme DNA (seperti metotreksat, alkylating
agent), dan myelodisplasia. Alkohol juga dapat menyebabkan gangguan pematangan inti,
namun keadaan ini lebih disebabkan oleh defisiensi asam folat.
b. Gangguan pematangan sitoplasma
40.
Pada keadaan ini biasanya ditmukan kelainan morfologi berupa mikrositik dan
hipokromik. Penyebab dari gangguan pematangan sitoplasma adalah defisiensi besi yang
berat, gangguan sintesa globin (misalnya pada thalasemia), dan gangguan sintesa heme
(misalnya pada anemia sideroblastik)
3. Penurunan waktu hidup sel darah merah
41.
Anemia jenis ini dapat disebabkan oleh kehilangan darah atau hemolisis. Pada
kedua keadan ini akan didapatkan peningkatan jumlah retikulosit. Kehilangan darah dapat
terjadi secara akut maupun kronis. Pada fase akut, belum ditemukan peningkatan retikulosit
yang bermakna karena diperlukan waktu untuk terjadinya peningkatan eritropoietin dan
proliferasi sel dari sumsum tulang. Sedangkan pada fase kronis gambarannya akan
menyerupai anemia defisiensi besi.
42.
Pada umumnya gejala klinis pada anemia adalah badan terasa lemah, cepat lelah,
mata berkunang kunang, pucat. Gejala lain seperti perdarahan mukosa dan mudah memar dapat
terjadi pada anemia aplastik. Pada kondisi berat dapat ditemukan gejala dispnoe dan jantung
berdebar.
45.
49. Morfologi
Sel
50. Keterangan
53. Anemia
yang besar
makrositik -
dengan
normokromi
konsentrasi
hemoglobin yang
Anemia Pernisiosa
normal
58. Bentuk eritrosit
56.
2
57. Anemia
mikrositik hipokromik
yang kecil
dengan
konsentrasi
hemoglobin yang
Anemia sideroblastik
Thalasemia
Anemia aplastik
Anemia posthemoragik
Anemia hemolitik
menurun
61. Penghancuran
59.
3
60. Anemia
normositik normokromi
k
atau penurunan
jumlah eritrosit
tanpa disertai
kelainan bentuk
dan konsentrasi
hemoglobin
62.
kronis
63.
64. Gambar 1: Klasifikasi anemia berdasarkan indeks eritrosit
65.
66.
67.
68.
69. KRITERIA DIAGNOSIS
70.
adalah
hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologis tergantung jenis kelamin, usia, kehamilan dan
ketinggian tempat tinggal.
71. Kriteria anemia menurut WHO adalah:
72.
N
75.
73. KELOMPOK
76. Laki-laki dewasa
74. KRITERIA
ANEMIA
77. < 13 g/dl
1.
78.
2.
81.
3.
84.
85. PENATALAKSANAAN
86. Penatalaksanaan secara umum pada anemia prinsipnya terdiri dari :
1. Terapi untuk mengatasi keadaan gawat darurat
a. Anemia dengan payah jantung
b. Sebaiknya diambil dulu spesimen untuk pemeriksaan sebelum terapi atau transfusi
diberikan
2. Terapi suportif: memperkuat daya tahan tubuh
3. Terapi khas untuk masing-masing anemia, misalnya besi untuk anemia defesiensi besi
4. Terapi untuk mengobati penyakit dasar
5. Terapi ex juvantivus : terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan,
jika terapi ini berhasil berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi hanya dilakukan jika tidak
tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi dan harus diawasi dengan ketat.
87.
88.
89. BAB III
90. ANALISIS KASUS
91.
92.
dilakukan pada tanggal 9 Juni 2016 pukul 09.30 pada pasien laki - laki usia 38 tahun, didapatkan:
Berdasarkan hal diatas masalah yang didapat adalah anemia, melena, dan
m3, MCH: 36 pg/sel, MCHC: 33,9 g/dl. Hasil pemeriksaan di atas dapat mendukung
ditegakkannya diagnosa anemia normositik normokrom e.c perdarahan saluran cerna dan melena
e.c perdarahan saluran cerna bagian atas suspek gastritis erosif. Untuk menyingkirkan diagnosis
banding disarankan pasien melakukan pemeriksaan SGOT/SGPT, sediaan apus darah tepi untuk
mengetahui morfologi sel darah merah, uji retikulosit, dan endoscopy untuk menemukan sumber
perdarahan.
95.
96.
97.
BAB IV
KESIMPULAN
98.
99.
Anemia merupakan salah satu gejala yang sering ditemui pada berbagai macam
penyakit. Pada Tn. D dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan anemia
disebabkan karena perdarahan saluran cerna bagian atas yang ditandai oleh melena diikuti
dengan lemas, pusing dan demam. Untuk memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan
pemeriksaan SGOT/ SGPT, sediaan apus darah tepi, uji retikulosit, dan endoscopy.
100.
101.
102.
103.
104.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Interna publishing ; 2009
2. Tanto C,Liwang F, Hanipati S, Pradipta EA. Kapita Selekta kedokteran. 4th ed. Jakarta :
Media Aesculapius ; 2014
3. Marshall A Lichtman et al. Manual of Hematology. 6th ed. Mc Graw Hill Medical Publishing
Division. USA;2003
4. Adamson WJ,dkk. Harrisons principles of internal Medicine. 16th ed. New york : McGraw
Hill; 2005
105.