Anda di halaman 1dari 13

BAB I

ILUSTRASI KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN


No. RM : 00 68 38 19
Nama : ny. I
Umur : 51tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Dusun krajan, Rawa Merta
Pendidikan Terakhir : SMP
Tanggal Masuk : 21 Mei 2017 23:00 WIB
1.2 ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis pada Senin 22 Mei 2017 pukul 11:00 WIB
Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran 16 jam sebelum
masuk rumah sakit (SMRS)
Keluhan Tambahan : OS kejang kejang tonik klonik, keluar busa
dari mulut disertai demam dirasa 3 4 hari SMRS, lemas seluruh badan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Astma (-), Alergi obat (-), penyakit jantung
(-), penyakit ginjal (-), riwayat kejang sebelumnya (-).
Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Astma (-), Alergi obat (-), penyakit jantung
(-), penyakit ginjal (-), riwayat kejang sebelumnya (-).
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : tampak sakit berat
Kesadaran : Coma
Status Gizi : BB 82 kg TB 158 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/70 mmHg
Nadi : 113 x/menit
Suhu : 36,3 C
Pernapasan : 22 x/menit
Status Generalis
Kepala : Normocephali, rambut hitam , distribusi
merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Mulut : Oral hygiene baik, tidak tampak gigi goyang
dan gigi palsu, malampati grade I
Leher : KGB leher tidak membesar, lingkar
Thorax : Paru : SNV (+/+) Rhonki (-/-) Wheezing (-/-)
Jantung : BJ I&II Reg, Murmur (-) Gallop (-)
Abdomen : cembung, nyeri tekan tidak direspon, perkusi
timfani hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas : Akral hangat (+) Oedem (-) Sianosis (-)
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Senin, 21 Mei 2017
Hematologi
No Pemeriksaan Hasil Satuan Remarks Nilai Rujukan
1. Hemoglobin 12,8 g/dl 13,0-17,3
2. Eritrosit 4,26 x10^6/ul 4,50-5,90
3. Leukosit 23,6 x10^3/ul * 4,40-11,30
4. Trombosit 215 x10^3/ul 150-400
5. Hematokrit 37,8 % 40,0-52,0
6. MCV 89 fl 80-100
7. MCH 30 pg 26-34
8. MCHC 34 g/dl 33-36
9. RDW-CV 13,8 % 12,3-15,3
10. Masa Perdarahan (BT) 2 menit 1-3
11. Masa Pembekuan (CT) 11 menit 5-11
Kimia
12. Gula Darah Sewaktu 394 mg/dl * <140
13. Ureum 18,7 mg/dl 15,0-50,0
14. Kreatinin 0,6 mg/dl 0,60-1,10
Imunologi
15. HBs Ag Rapid Nonreaktif Non reaktif
Elektrolit
16. Natrium 131 mol/L <140
17. Kalium 3,3 mol/L * 3,5-5,6
18. Chlorida 100 mol/L 97-108
1.5 DIAGNOSIS
Pasien didiagnosis dengan Ensefalopati ec gangguan elektrolit
1.6 KESIMPULAN
Status fisik pasien : ASA IV = coma, hipokalemia, leukositosis.
Perencanaan anastesi : Pada pasien ini dilakukan tindakan pemasangan
ventilator, cvp, kateter, monitor NIBP, sat O2.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Intensive Care Unit (ICU) adalah bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf khusus dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit dan cedera yang
mengancam nyawa atau berpotensi mengancam nyawa dengan prognosis yang tidak
tentu.(1,6)
2.2 Tujuan
Maupun tujuan adanya ICU di rumah sakit antara lain(1) :
1. mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan spesifik terhadap penyakit
penyakit akut yang mengancam myawa dan dapat menimbulkan kematian
dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
2. memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan pelaksanaan sesifik problema dasar.
3. melakukan pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap
komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit.

2.3 Klasifikasi
Penyelengaraan pelayanan ICU di indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu(6) :
1. pelayanan ICU primer (pada rumah sakit tipe C)
2. pelayanan ICU sekunder (pada rumah sakit tipe B)
3. pelayanan ICU tersier (pada rumah sakit tipe A)
pelayanan ICU tersier merupakan pelayanan tertinggi, dapat mencakup semua
aspek pelayanan. Dalam hal ketenagaan, ICU tersier dipimpin oleh seorang dokter
intensivis, berbeda dengan yang dibawahnya yang dipimpin oleh dokter spesialis
anestesi atau dokter spesialis yang mengikuti pelatihan ICU. Tenaga medis maupun
non medis dan peralatan ICU tersier merupakan yang terbaik diantara pelayanan ICU
dibawahnya.(6)

Kemampuan pelayanan
No Primer Sekunder Tersier
1. Resusitasi jantung Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung
paru paru
2. Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan nafas, Pengelolaan jalan
nafas, intubasi intubasi trakeal, dan nafas, intubasi trakeal,
trakeal, dan ventilasi ventilasi mekanik dan ventilasi mekanik
mekanik
3. Terapi oksigen Terapi oksigen Terapi oksigen
4. Pemantauan EKG, Pemantauan EKG, Pemantauan EKG,
pulseoksimetri, dan pulseoksimetri, dan pulseoksimetri, dan
tekanan darah non tekanan darah non tekanan darah on
invasive invasive dan invasive invasive, invasive,
Swan Ganz, ICP, dan
ECHO monitor
5. Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi secara Pelaksanaan terapi
secara titrasi titrasi secara titrasi
6. - Melakukan prosedur Melakukan prosedur
isolasi
Isolasi
7. - Melakukan hemodialisa Melakukan
secara intermitten dan hemodialisa secara
kontinyu intermitten dan
kontinyu
2.4 Indikasi masuk dan keluar ICU
Sebelum pasien dimasukan kedalam ICU, pasien atau keluarga pasien harus
mendapatkan penjelasan secara lengkap dan menyeluruh mengenai dasar pertibangan
mengapa psien dimasukan kedalam ICU dan tindakan medis apa yang akan diberikan
selama pasien berada di ICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh kepala ICU atau
dokter yang bertugas, dan keluarga pasien menyetujui dan menandatangani surat
informed consent.(1)
Tidak semua pasien datang akan dirawat di ICU, hal ini dikarenakan jumlah
sarana dan prasarana ICU yang terbatas, sehingga dibutuhkan kriteria khusus untuk
menentukan apakah pasien masuk ICU atau tidak, kriteria tersebut digolongkan
menjadi tiga prioritas, dimana prioritas 1 lebih diutamakan. Kepala ICU bertanggung
jawab untuk menentukan prioritas pasien ICU.(1)
1. kriteria masuk
a. prioritas 1
pasien kelompok ini merupkan pasien sakit kritis, tidak stabil dan
memerlukan terapi intensive dan tertitrasi, seperti bantuan ventilasi atau alat
bantu suportif organ, infus obat obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmia
kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi, dll.
b. prioritas 2
pasien kelompok ini memerlukan pelayanan dan pemamtauan di ICU,
sebab sangat berisiko apabila tidak mendapatkan terapi intensif segera, seperti
pasien dengan pulmonary arterial catheter, penyakit jantung dan paru berat
yang akut, gagal ginjal kronik, pascapembedahan mayor, dll.
c. prioritas 3
pasien kelompok ini adalah pasien sakit kritis yang tidak stabil status
kesehatannya, dan sangat kecil kemungkinan kesembuhannya, seperti pasien
keganasan dengan metastatik disertai dengan infeksi, tamponade perikordial,
dan penyakit penyakit terminal dengan disertai masalah akut. Umumnya
pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan
akutnya.
d. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, berdasarkan persetujuan kepala ICU,
indikasi masuk pada beberapa golongan pasien dapat dikecualikan, namun
sewaktu waktu pasien golongan tersebut dapat dipindahkan dari ICU agar
fasilitas ICU dapat digunakan oleh golongn prioritas 1,2, dan 3. pasien yang
tergolong demikian yaitu :
Pasien yang memenuhi kriteria masuk namun menolak untuk
dilakukan terapi bantuan hidup yang agresif dan hanya perawatan
yang biasa saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah
do not resucitate. Pasien pasien ini mengharapkan dapat
meningkatkan kemungkinan keselamatannya selama berada di
ICU.
Pasien dalam keadaan vegetatif permanen
Pasien yang mengalami mati batang otak, namun diperseiapkan
untuk donor organ.
2. kriteria keluar
a. pasien dipindahkan apabila pasien sudah tidak memerlukan perawatan
intensif di ICU karena keadaan pasien ang sudah stabil dan tertangani.
Contoh, pada pasien yang telah sadar dari koma, telah dapat bernafas
secara spontan, ekstubasi, dll. Namun untuk pasien yang kecil
kemungkinan selamat dengan kegagalan banyak organ dan tidak
mungkin untuk terus dilakukan terapi intensif di ICU, maka pasien
dapat dikeluarkan dari ICU.
b. Pasien menolak di terapi secara intensif di ICU
c. Pasien yang hanya memerlukan pemantaun intens dan observasi, tanpa
perlu terapi yang tertitrasi.
2.5 Sarana dan prasarana ICU
Lokasi ICU harus dekat dengan kamar bedah atau pusat bedah di rumah sakit,
hal ini untuk memudahkan transport pasien post op yang membutuhkan pemantauan
dan terapi intens.(6) Berikut merupakan sarana dan prasarana ICU di rumah sakit(6) :
Terisolasi
Memnpunyai standar untuk bahaya api, bahaya radiologi, bahaya
bakteriologis
Ruangan ber AC dengan suhu ruangan 20 25C dan kelembapan 50 70%
Mempunyai ruangan isolasi untuk pasien khusus
Rungan penyimpanan alat medis yang bersih dan steril
Ruangan pembuangan kotor
Ruang perawat
Ruang dokter jaga
Ruang laboratorium
Desain ICU berdasarkan klasifikasi ICU di rumah sakit.(6)
Desain ICU primer ICU sekunder ICU tersier
Area pasien : 1 tempat cuci 1 tempat cuci 1 tempat cuci
Unit terbuka 12 tangan tiap 2 tangan tiap 2 tangan tiap 2
16 m2 tempat tidur tempat tidur tempat tidur
Unit tertutup 12 1 tempat cuci 1 tempat cuci 1 tempat cuci
16 m2 tangan tiap tangan tiap tangan tiap
tempat tidur tempat tidur tempat tidur
Outlet oksigen 1 2 3/ tempat tidur
valkum dan stop - 1 3/ tempat tidur
kontak 2/ tempat tidur 2/ tempat tidur 16/ tempat tidur
Lingkungan Ber AC Ber AC Ber AC
Suhu 20 25 C 20 25 C 20 25 C
Humiditas 50 70 % 50 70 % 50 70 %
Ruang isolasi - + +
Ruang - + +
penyimpanan alat
medis bersih
Ruang jaga + + +
perawat
Ruang jaga dokter - + +
Laboratorium Terpusat 24 jam 24 jam

2.6 Peralatan ICU


Peralatan yang memadai dalam hal kualitas maupun kuantitas sangat
menentukan kelayakan pelayanan ICU, jumlah dan peralatan bergantung dari tipe
klasifikasi, fungsi ICU dan harus sesuai dengan kelayakan standar yang beraku.
Peralatan tersebut harus di kalibrasi ulang atau dijaga secara berkala agar tetap
berfungsi dengan baik. Perlu adanya protokol atau pelatihan kerja untuk perawat
perawat ICU agar dapat mengoperasikan peralatan ICU dengan baik tanpa dan
mencegah ada malfungsi dari peralatan tersebut.(1)
Peralatan monitoring pasien di ICU harus memiliki sistem alarm, hal ini untuk
memberitahu perawat agar pasien yang mengalami kondisi kritis atau dalam kondisi
yang menrun dapat dipantau terus.(1)
Peralatan ICU primer ICU sekunder ICU tersier
Ventilasi mekani Sederhana Canggih Canggih
Alat hisap + + +
Alat ventilasi manual dan alat + + +
penunjang jalan nafas
Peralatan monitor + + +
Invasif
Monitor tek darah - + +
invasif
Tekana vena sentral + + +
Swan Ganz - - +

Non invasif
Tekanan darah + + +
Ekg dan pacu jantung + + +
Saturasi oksigen + + +
Kapnografi - + +

Suhu + + +
EEG - + +
Defibrilator dan alat pacu + + +
jantung
Pengatur suhu pasien + + +
Peralatan drai torak + + +
Pompa infus dan syringe - + +
Bronkoscopy + + +
Echocardiography - + +
Hemodialisa - + +
CRRT - + +

2.7 Jenis ICU


ICU sendiri terbagi dalam beberapa jenis, berdasarkan fungsinya ICU dibagi menjadi,
yaitu(1,6) :
1. Intensive Coronary Care Unit (ICCU)
Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) merupakan unit penanganan bagi pasien
gangguan jantung. Seperti penderita jantung koroner,pasien gagal jantung atau
gangguan berat pada fungsi jantung jenis lain.
2. Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) adalah ruangan untuk menangani
dedek-dedek bayi baru lahir,yang mengalami kondisi tidak baik,prematur atau
gejala-gejala lain yang memerlukan perawatan dan perlakuan khusus.

3. Pediatric Intensive Care Unit (PICU)


Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah ruangan perawatan khusus pasien
anak-anak yang butuh penanganan intensif.

4. Post Anesthesi Care Unit (PACU)


Post Anesthesi Care Unit (PACU) adalah unit perawatan intensif pasca
operasi dan stabilisasi pasien setelh operasi bedah dan anestesi.

2.8 Skoring ICU


Intensivis memutuskan untuk membuat skoring beratnya penyakit terhadap
pasien-pasien yang dirawat di intensive care unit (ICU) dengan maksud
membandingkan populasi dan mengevaluasi hasil akhirnya. Hasil akhir dari suatu
perawatan intensif bergantung dari berbagai faktor atau keadaan yang ada yang
didapati pada hari pertama masuk ICU dan juga bergantung terhadap penyebab
sakitnya sehingga dirawat di ICU.(5)
Sistem skor APACHE II merupakan salah satu sistem skor paling banyak
digunakan untuk analisis kualitas IPI, penelitian berbagai penyakit dan terapi terbaru
suatu penyakit pada pasien rawat IPI. Sistem skor APACHE II lebih diterima karena
data yang dibutuhkan untuk menentukan skor lebih sederhana, definisi tiap variabel
jelas dan reproduksibel serta dikumpulkan dari pemeriksaan rutin pasien di IPI.(5)
2.9 Infeksi nosokomial ICU
Infeksi nosokomial atau yang sekarang disebut sebagai Health care
Associated Infection (HAIs) adalah infeksi yang didapat di rumah sakit terjadi pada
pasien yang dirawat di rumah sakit paling tidak selama 72 jam dan pasien tersebut
tidak menunjukkan gejala infeksi saat masuk rumah sakit. Di Indonesia, infeksi
nosokomial mencapai 15,74 %.(3)
Berdasarkan informasi sekunder yang ada, infeksi nosokomial di ICU menjadi
masalah yang sering ditemukan di rumah sakit karena pengaruh lingkungan sekitar
yang terkontaminasi. Infeksi yang terjadi di ICU paling sering disebabkan oleh
Staphylococcus sp, Enterobacter agglomerans, dll.(4)

Anda mungkin juga menyukai