Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI AUDIT MENYELURUH, MENENTUKAN DAN MENGGUNAKAN

MATERIALITAS

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
AUDIT

Oleh: Kelompok 9
Iga Mawarni. S

(90400114126)

Firda Utama

(90400114115)

Nur Aeni Fadhillah

(90400114118)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN ALAUDDIN MAKASAR
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT, dimana atas rahmat dan
karuniaNya kami telah dapat menyusun makalah ini yang berjudul STRATEGI

AUDIT MENYELURUH, MENENTUKAN DAN MENGGUNAKAN MATERIALITAS".


Dalam proses penyusunan makalah ini, kami cukup mengalami banyak permasalahan.
Namun berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan
terima kasih.
Kami menyadari makalah ini masih amat jauh dari kata sempurna, baik dari isi maupun
sistematika penulisannya, maka dari itu kami berterima kasih apabila ada kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

SAMATA,11 NOVEMBER 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB

BAB

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

II
I.
a)
b)
c)
d)
II.
a)
b)
c)
d)
e)
f)

BAB

III

PEMBAHASAN
STRATEGI AUDIT MENYELURUH
Selayang pandang
3
Menyusun strategi audit menyeluruh
4
Mengomunikasikan rencana audit
5
Dokumentasi
6
MENENTUKAN DAN MENGGUNAKAN MATERIALITAS
Selayang pandang
8
Bagaimana menentukan materialitas
10
Materialitas dalam perencanaan dan penilaian resiko
11
Materialitas dalam pelaksanaan prosedur audit
11
Materialitas dalam pelaporan
12
Hal-hal lain
12
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

14
14

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menyusun strategi adalah bagian dari tahap pertama dalam proses audit, yakni tahap
penilaian resiko (risk statement). Merencanakan audit, dengan tujuan menghasilkan strategi audit

dan rencana audit secara menyeluruh, yang diikuti dengan dokumentasi. Penentuan dan
penggunaan konsep materialitas dalam penugasan audit. Konsep materialitas dibahas dalam
menyebukan dan menggunakan materialitas dalam kaitanya dengan resiko audit. Seperti dibahas
dalam konsep materialitas diterapkan pada tingkat laporan keuangan dan tingkat (jenis) transaksi,
saldo akun dan disclosures. Pada tingkat laporan keuangan (finacial statement level), materialitas
bersifat menyeluruh (overall). Sedangkan pada tingkat jenis transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan, materialitas yang bersifat khusus ( specific ). Overall materialitas adalah
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruan. Sedangkan "specific" materialitas adalah
materialitas untuk jenis transaksi , saldo akun atau disclosures tertentu.

B. RUMUSAN MASALAH
III.

IV.

STRATEGI AUDIT MENYELURUH


e) Selayang pandang
f) Menyusun strategi audit menyeluruh
g) Mengomunikasikan rencana audit
h) Dokumentasi
MENENTUKAN DAN MENGGUNAKAN MATERIALITAS
g) Selayang pandang
h) Bagaimana menen tukan materialitas
i) Materialitas dalam perencanaan dan penilaian resiko
j) Materialitas dalam pelaksanaan prosedur audit
k) Materialitas dalam pelaporan
l) Hal-hal lain

BAB II
PEMBAHASAN
I. STRATEGI AUDIT MENYELURUH
Tujuan auditor ialah merencanakan audit sehingga lainnya dari ISA 300 yang relevan
dengan cara yang efektif . Berikut ini, diterjemahkan dari alinea-alinea lainnya dari ISA 300
yang relevan.
Alinea 5

Partner (yang memimpin) penugasan dan anggota-anggota utama (tim inti) wajib dilibatkan
dalam perencanaan audit, termasuk merencanakan dan membahasnya dengan anggota tim audit
Alinea 7
Auditor wajib menyusun strategi audit secara menyeluru hberisi lingkup, pengaturan waktu dan
arahan audit, yang menjadi petunjuk pengembangan rencana audit.
Alinea 8
Dalam menyusun strategi audit secara menyeluruh , auditor wajib :
a) Mengidentifikasi cirri-ciri penugasan yang menjadi acuan bagi lingkup auditnya.
b) Memastikan tujuan pelaporan dalam penugasan ini untuk merencanakan pengaturan waktu
audit dalam sifat komunikasi yang arus dilakukan.
c) Memperitungkan hasil dari kegiatan-kegiatan pra-penugasan ini, termasuk menentukan
apakah pemaaman yang diperoleh partner penugasan dari penugasan lain, memang relevan
bagi entitas ini; dan
d) Memperhitungkan faktor-faktor yang dalam kearifan profesionalnya, penting untuk
mengarakan upaya-upaya tim;
e) Memastikan sifat, waktu, dan luasnya sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan
penugasan ini
Alinea 9
Auditor wajib mengembangkan rencana audit yang akan memasukkan penjelasan mengenai :
a) Sifat, waktu, dan luasnya prosedur penilaian resiko yang direncanakan, sebagaimana
ditetapkan dalam ISA 315;
b) Sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit selanjutnya yang direncanakan sebagaimana
ditetapkan dalam ISA 330;
c) Prosedur audit lainnya yang direncanakan, yang diwajibkan agar penugasan audit ini sesuai
dengan ISAs.
Alinea 10
Auditor wajib memutakirkan dan menguba strategi audit dan rencana audit secara menyeluruh,
jika diperlukan, selama berlangsunya audit.
Alinea 11
Auditor wajib merencanakan sifat, waktu, dan luasnya arahan dan menyupervisi anggota tim
serta merevlu pekerjaan mereka.
Alinea 15

Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan audit dengan skpetisisme professional dengan
menyadari bawa mungkin ada situasi di mana laporan keuangan dapat disalahsajikan secara
material.
A. SELAYANG PANDANG
Perencanaan merupakan proses yang berkesinambungan dan interatif yang dimulai segera
sesudah berakhirnya audit sebelumnya. Sebagai proses yang berkesinambungan, perencanaan
dilaksanakan pada ketiga tahap audit : menilai resiko, menanggapi risiko, dan pelaporan.
Perencanaan audit mempunyai manfaat sebagai berikut :

Anggota tim dapat belajar dari partner dan tim inti yang berpengalaman.
Penugasan diorganisasi, dilengkapi dengan staf audit, dan dikelola secara baik.
Pengalaman yang diperoleh dari audit terdahulu dan dari penugasan lain dimanfaatkan

secara optimal.
Area penting atau rawan dalam audit itu mendapat perhatian yang tepat.
Masalah yang mungkin terjadi, diantisipasi dan diselesaikan tepat pada waktunya.
Perencanaan dilakukan pada dua tingkat. Tingkat pertama adalah strategi audit secara
menyeluruh (overall audit strategy ). Tingkat kedua adalah rencana audit terinci (detailed
audit plan).
Rencana audit terinci dimulai sedikit lebih belakangan, ketika prosedur penilaian resiko

spesifik (specific risk assessment procedure ) direncanakan dan ketika ada cukup informasi
mengenai risiko yang dinilai (assessed risks) untuk memberikan tanggapan audit yang tepat.
Waktu yang diperlukan untuk menyusun strategi audit yang menyeluruh bervariasi antara
satu audit dengan audit lainnya, dan tergantung dari :
ukuran dan kompleksitas entitas.
komposisi dan ukuran tim audit, audit kecil akan mempunyai tim yang kecil, dengan

perencanaan, koordinasi, dan komunikasi yang lebih mudah.


pengalaman di masa lalu dengan entitas itu : dan
situasi yang dihadapi dalam melaksanakan audit.

B. MENYUSUN STRATEGI AUDIT MENYELURUH


Strategi Audit Menyeluruh mendokumentasikan keputusan yang diannggap penting dalam
merencanakan audit dan mengomunikasikan hal-hal penting kepada anggota tim yang baik.

Strategi Audit menyeluruh mendokumentasikan keputusan yang berasal dari langkah-langkah


perencanaan sebagai berikut:
Langkah-langkah Dasar
a) Cara memulainya
lakukan kegiatan pra-penugasan (client acceptance/continuance dan syarat penugasan).
kumpulkan informasi yang relevan tentang entitas seperti hasil usaha tahun berjalan,

hasil audit tahun lalu, dan perubahan penting dalam tahun ini.
Tunjuk staf , pengendali mutu (quality control reviewer) dan ali yang diperlukan.
Jadwalkan pertemuan tim audit dan partner penugasannya untuk membahas

kemungkinan salah saji yang material (juga fraud) dalam laporan keuangan.
Tentukan tanggal-tanggal di mana al penting dari pekerjaan audit harus dilakukan
(perhitungan, persediaan, prosedur penilaian resiko, konfirmasi eksternal, kunjungan
akhir tahun ke cabang-cabang, dan pertemuan untuk membahas hasil audit).

b) Menilai risiko dan memberikan tanggapan


Tentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan, dan performance

materiality.
Tentukan sifat dan luasnya prosedur penilaian risiko yang harus dilakukan dan siapa

yang akan melaksanakannya.


Sesudah risiko dinilai pada tingkat laporan keuangan, buat tanggapan secara keseluruan

yang tepat.
Komunikasikan garis besar lingkup dan waktu yang direncanakan untuk audit itu kepada

TCWG.
Mutakhirkan dan ubah strategi dan rencana audit jika ada perubahan situasi.

C. MENGOMUNIKASIKAN RENCANA AUDIT


ISA 260 alinyea 15 menegaskan auditor untuk mengomunikasikan rencana audit dengan TCWG
sebagai berikut.
Auditor wajib mengomunikasikan dengan TCWG garis besar lingkup dan penjadwalan
waktu auditnya.
Dialog berkesinambungan, antara auditor dengan manajemen dan TCWG memainkan
peran penting dalam proses audit. Komunikasi mengenai linkup dan penjadwalan waktu audit
yang direncanakan membantu manajemen dan TCWG:

memahami konsekuensi pekerjaan auditor;


membahas masalah resiko dan konsep materialitas dengan auditor: dan

mengidentifikasi area di mana manajemen/TCWG meminta auditor melakukan prosedur

tambahan.
Hal- hal yang dapat dipertimbangkan auditor untuk dikomunikasikan adalah:
1. bagaimana sasaran auditor dalam menghadapi salah saji yang material, karena kecurangan
atau kesalahan;
2. pendekatan auditor terhadap pengendalian intern, dan bagaimana ia memanfaatkan
pengendalian yang relevan dalam prosedur auditnya; dan
3. penerapan materialitas dalam konteks audit.
D. DOKUMENTASI
ISA 300 alinea 12 menegaskan kewajiban auditor untuk mendokumentasikan strategi dan
rencana auditnya sebagai berikut.
Auditor wajib memasukkan dalam dokumentasi auditnya:
a) Strategi audit menyeluru;
b) Rencana audit; dan
c) Setiap perusahaan signifikan yang dibuat selama penugasan audit, teradap strategi audit atau
rencana audit, dan alasan untuk melakukan perubahan tersebut.

II. MENENTUKAN DAN MENGGUNAKAN MATERIALITAS


Berikut ini terjemahan dari ISA 320 alinea 8 dan ISA 450 alinea 3 mengenai tujuan auditor
dalam kaitannya dengan materialitas.
ISA 320 alinea 8:
Tujuan auditor adala menerapkan secara tepat konsep materialitas dalam perencanaan dan
pelaksanaan audit.
ISA 450 alinea 3:
Tujuan auditor iala mengevaluasi:
a) Dampak sala saji yang ditemukan, terhadap audit; dan
b) Dampak salah saji yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan.
Berikut ini terjemahan dari beberapa alinea dari ISA 320 yang relevan
Alinea 9
Untuk tujuan ISAs, performance materiality (materialitas pelaksanaan) berarti jumlah yang
ditetapkan oleh auditor di bawah angka materialitas laporan keuangan secara keseluruan.

Tujuannya ialah untuk menurunkan probabilitas sala saji melebihi materialitas menyeluru, ke
tingkat rendah yang tepat. * catatan : a) salah sji di sini adalah jumla seluru salah saji yang tidak
dikoreksi dan tingkat terdeteksi; b) materialitas menyeluruh adalah materialitas untuk laporan
keuangan secara menyeluruh ; c) ke tingkat rendah yang tepat adalah terjemahan dari
appropriately low level.

Performance materiality juga digunakan untuk jumlah yang

ditetapkan oleh auditor di bawah angka materialitas dalam jenis transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan.
Alinea 10
Dalam merumuskan strategi audit secara keseluruan, auditor wajib menentukan angka
materialitas laporan keuangan secara keseluruhan. Jika dalam situasi tertentu pada entitas itu, ada
satu atau lebih jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan di mana jumlah yang lebih rendah
dari angka materialitas laporan keuangan secara keseluruaan dapat memengarui keputusan
ekonomis pemakai laporan keuangan (yang menggunakan laporan keuangan sebagai dasar untuk
membuat keputusannya), auditor juga wajib menentukan tingkat materialitas yang harus
diterapkan pada jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan tersebut.
Alinea 11
Auditor wajib menetapkan (besarnya) performance materiality untuk tujuan menilai resiko salah
saji yang material dan menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya (extent) prosedur
audit selanjutnya (further audit procedures).
Alinea 12
Auditor wajib merevisi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (dan, di mana
perlu, tingkat materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosures tertentu) ketika
memperoleh informasi selama auditnya yang menyebabkan ia menentukan angka materialitas
yang berbeda dari yang ditetapkannya semula.
Alinea 13
Jika auditor menyimppulkan bawa angka materialitas yang lebih rendah untuk laporan keuangan
secara keseluruan (dan, di mana perlu, tingkat materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun atau

disclosures tertentu) dari yang ditetapkannya semula, memang lebih tepat, auditor wajib
menentukan apakah ia perlu merevisi performance materiality, dan apakah sifat, waktu, dan
luasnya prosedur audit selanjutnya (sepertidirencanakan semula) masih tepat.
Alinea 14
Auditor wajib memasukkan dalam dokumentasi audit angka/ jumlah yang berikut beserta factorfaktor yang dipertimbangkan dalam menentukan:
a) Overall materiality (materialitas menyeluruh);
b) Jika perlu, tingkat materialitas untuk jenis materialitas untukjenis transaksi, saldo akun atau
disclosures;
c) Performance materiality (materialitas pelaksanaan); dan
d) Revisi angka yang disebutkan pada huruf (a) sampai (c), selama audit berlangsung.
Terjemahan dari ISA 450 alinea 6, sebagai berikut. Auditor wajib menentukan apakah
strategi audit menyeluruh dan rencana audit perlu direvisi jika:
a) Sifat dari sala sji yang diidentifikasi dan situasi di mana salah saji itu terjadi,
mengindikasikan bahwa salah saji lainnya mungkin terjadi, dan jika digabungkan dengan
salah saji yang ditemukan selama audit, bisa berjumlah material; atau
b) Gabungan salah saji yang ditemukan selama audit mendekati angka materialitas yang
ditentukan ISA 320.
A. SELAYANG PANDANG
Materialitas adalah dasar untuk penilaian resiko (risk assessments) dan penentu luasnya prosedur
audit.
Menentukan materialitas merupakan latihan dalam kearifan professional.materialitas
didasarkan pada persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi kebutuan secara umum dari
pemakai laporan keuangan sebagai satu kelompok.
Overall Materiality dan Specific Materiality
Materiality untuk laporan keuangan secara keseluruhan (overall materiality) didasarkan
pada kearifan professional auditor mengenai jumlah terbesar salah saji dalam laporan keuangan
tanpa memengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan. Jika jumla salah saji yang
tidak dikoreksi (amount of uncottected misstatements), terpisa atau digabungkan, lebih besar dari
overall materiality yang ditetapkan untuk penugasan tersebut, maka laporan keuangan
disalahsajikan secara material.

Overall

materiality

didasarkan

pada

persepsi

auditor

mengenai

kebutuhan

informasikeuangan secara umum dari pemakaian laporan keuangna berbagai pemakai sebagai
satu kelompok. Oleh karena itu , dampak salah saji untuk seorang pemakai tertentu (specific
individual users), yang kebutuhannya bisa berbeda , tidak menjadi pertimbangan auditor dalam
menetapkan materialitas secara menyeluru (overall materiality).
Specific materiality merupakan materialitas pada tingkat jenis transaksi tertentu, atau saldo
akun tertentu, atau pengungkapan tertentu.
Sifat Salah Saji
Di samping ukuran atau besarnya suatu salah saji, auditor juga mempertimbangkan sifat dari
potensi salah saji dan situasi khusus mengenai terjadinya sala saji itu, ketika ia mengevaluasi
dampak salah saji itu teradap laporan keuangan. Situais yang terkait dengan salah saji, dapat
menyebabkan auditor mengevaluasikan sla saji itu sebagai material sekalipun besarnya (atau
angka salah saji) di bawah materialitas.
Performance Materiality
Performance Materiality ( materialitas yang digunakan dalam pelaksanaan audit, atau
disingkat materialitas pelaksanaan) digunakan auditor untuk menekan resiko sampai ke titik
rendah yang dapat diterima (appropriately low level). Yang ditekan adalah risiko besarnya salah
saji melampaui angka materialitas. Dalam hal ini salah saji yang tidak terindentigikasi oleh
auditor (accumulation of uncorrected and unidentified misstatements).
Performance materiality sengaja ditetapkan angka atau jumlah yang lebih rendah dari
overall atau specific materiality. Tujuannya ialah melaksanakan lebi banyak pekerjaan audit
(dibandingkan dengan pekerjaan audit berdasrkan overall materiality atau specific materiality
untuk :
Memastikan salah saji yang lebi kecil dari overall materiality atau specific materiality dapat

dideteksi; dan
Menyediakan suatu margin atau penyangga (buffer) untuk salah saji yang tidak terdeteksi.
Penyangga ini adalah selisih antara gabungan seluruh salah saji yang terdeteksi tetapi tidak
dikoreksi (detecd but uncorrected misstatements in the aggregate) dan overall materiality
atau specific materiality.

B. BAGAIMANA MENENTUKAN MATERIALITAS

Pembahasan berikut menjelaskan bagaimana menentukan besarnya overall materiality dan


specific materiality, dan cara menggunakannya.
Overall Materiality
Overall materiality didasarkan atas persepsi auditor mengenai kebutuan pemakai laporan
keuangan. Auditor dapat mengasumsikan hal-hal berikut mengenai pemakai laporan keuangan.
Mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, kegiatan ekonomis,dan akuntansi
Mempunyai keinginan untuk mempelajari informasi dalam laporan keuangan dengan cukup

cermat.
Memahami bahwa laporan keuangan dibuat dan diaudit pada tingkat materialitas (dan

mengabaikan yang tidak material)


Menerima ketidakpastian yang inheren dalam penggunaan estimasi, judgment, dan

pertimbangan mengenai peristiwa di kemudian hari.


Membuat keputusan ekonomis yang wajar (reasonable economic decisions)atas dasar
informasi dalam laporan keuangan.

Performance Materiality
Overall materiality dan specific materiality ditetapkan dalam ubungan dengan kebutuhan
pemakai laporan keuangan. Performance materiality ditetapkan dalam jumlah yang lebih rendah.
Akibatnya, auditor melaksanakan lebih banyak pekerjaan audit (salah saji yang lebih kecil akan
terindentifikasi) dan risiko audit ditekan ke tingkat renda yang dapat diterima.
C. MATERIALITAS DALAM PERENCANAAN DAN PENILAIAN RESIKO
Menentukan berbagai tngkat materialitas merupakan unsure kunci dalam proses perencanaan.
Penentuan tingkat materialitas bukanla suatu tahap yang berdiri sendiri atau terpisah dari tahap
lain, melainkan proses yang berkesinambungan dari satu tahap ke tahap berikutnya sampai akhir
audit. Istila bahasa inggrisnya, it is not a discrete phase of an audit, but rather a continual and
iterative process.
Istilah iterative process bermakna, suatu prosedur menghasilkan temuan, dan temuan ini
memicu suatu tanggapan dalam prosedur audit selanjutnya. Proses yang interatif ini ditunjukkan
dalam perencanaan auditnya.
D. MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT
Auditor harus menggunakan materialitas ketika menentukan sifat, waktu pelaksanaan, dan
luasnya prosedur audit. Gunakan materialitas untuk:

Mengidentifikasi prosedur audit selanjutnya (further audit procedures);


Menentukan item mana yang arus dipili untuk sampling atau testing,dan apakah harus

menggunakan teknik sampling;


Membantu menentukan banyaknya sampel;
Mengevaluasi representative sampling errors (RSE)untuk menentukan salah saji yang
mungkin ada (likely misstatements). RSE adalah salah sampling yang mewakili seluruh
populasi (population). salah saji yang mungkin ada ini ditentukan dengan

mengekstrapolasikan RSE ke seluruh populasi;


Mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan (aggregate of total errors) pada tingkat akun

sampai ke tingkat laporan keuangan;


Mengevaluasikan gabungan seluru kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang

tidak dikoreksi (uncorrected misstatement) yang ada dalam saldo awal retained earnings;
Menilai hasil prosedur audit.

E. MATERIALITAS DALAM PELAPORAN


Berikut ini terjemahan alinea 11 dan 12 dari ISA 450.
ISA 450.11
Audior wajib menentukan apakah salah saji yang tidak dikoreksi adala material, sendiri-sendiri
atau jika digabungkan. Dalam menentukan hal ini, auditor wajib mempertimbangkan:

Besar dan sifat salah saji, dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan tertentu, maupun dalam hubungan dengan laporan keuangan secara

keseluruan, serta situasi di mana salah saji itu terjadi; dan


Dampak salah saji yang tidak dikoreksi dalam hubungannya dengan jenis transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan terkait, serta laporan keuangan secara keseluruhan tahun lalu.

ISA 450.12
Auditor wajib mengomunikasikan dengan TCWG mengenai salah saji yang tidak dikoreksi dan
dampaknya, sendiri-sendiri atau jika digabungkan, teradap pendapat auditor, kecuali jika dilarang
oleh ketentuan perundang-undangan.komunikasi auditorwajib mengidentifikasi masing-masin
salah saji material yang tidak dikoreksi. Auditor wajib meminta sala saji yang belum dikoreksi,
agar dikoreksi
F. HAL-HAL LAIN

Dalam bagian ini ada tiga hal yang akan dibahas, yaitu:

Komunikasi dengan manajeman dan TCWG;


Pemutakhiran materialitas; dan
Penurunan tingkat materialitas dari periode atau taun yang lalu

Pendokumentasian
Dokumentasikan penentuan mengenai al-hal berikut dan pertimbangan mengenai factor-faktor
yang dipergunakan dalam penentuan tersebut, antara lain:

Overall materiality
Tingkat specific materiality untuk jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan tertentu;
Performance materiality; dan
Setiap revisi atau perubahan teradap factor-faktor di atas selama audit berlangsung.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada saat risiko salah saji material telah diidentifikasi dan dinilai, strategi menyeluruh
(termasuk penyetapan waktu, staf yang akan digunakan, dan supervisinya) dapat difinalkan, dan
rencana audit terinci dapat disusun. Rencana audit terinci berisi prosedur audit selanjutnya yang
harus dilaksanakan pada tingkat asersi sebagai tanggapan terhadap resiko yang telah
diidentifikasi dan dinilai. Sementara pekerjaan audit berjalan, perubahan keadaan atau informasi
baru dapat menyebabkan strategi audit menyeluruh dan rencana audit terinci harus diubah.
Perubahan ini harus didokumentasikan dengan alasanya.
SARAN
Strategi audit menyeluruh dan rencana audit terinci, termasuk rincian perubahan selama
penugasan audit, arus didokumentasikan. Auditor dapat menggunakan memo, program audit
baku, atau daftar penguji dalam penyelesaian audit (audit completion checklists), yang sesuai dan
tepat. Ketika menerima penugasan audit baru, tanyakan mengenai overall materiality yang
digunakan auditor terdahulu.

DAFTAR PUSTAKA
Salemba empat 2016, audit kontemporer; theodorus M.Tuanakotta

Anda mungkin juga menyukai