PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit yang berbasis lingkungan pada umumnya berkaitan dengan
masalah-masalah seperti tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih (kuantitas dan
kualitas), tercemarnya tanah dan udara karena limbah rumah tangga, limbah
industri, limbah pertanian dan sarana transportasi serta kondisi lingkungan fisik
yang memungkinkan berkembangbiaknya vektor penyakit. Di kabupaten Sleman,
penyakit berbasis lingkungan masih mendominasi sepuluh besar penyakit antara
lain ISPA, diare, TBC, DBD, malaria, kecacingan dan penyakit kulit.
Pengawasan
kualitas
lingkungan
merupakan
upaya
untuk
B. Tujuan
Kegiatan kajian awal perubahan status laboratorium pengawasan kualitas air
menjadi UPTD bertujuan :
Tujuan Umum : untuk mengetahui gambaran tingkat kelayakan
laboratorium
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Kelembagaan
Laboratorium pengawasan kualitas air Sejak berdirinya pada tahun 1993
sampai sekarang secara organisatoris masuk di dalam seksi Pengawasan Kualitas Air,
dan merupakan sarana penunjang bagi pelaksanaan program-program yang ada pada
seksi tersebut dan beberapa seksi terkait lainnya. Sehingga secara khusus struktur
organisasi / kelembagaan Laboratorium Pengawasan Kualitas Air belum terbentuk.
B. Orientasi Kegiatan
Sebelum berdirinya laboratorium air Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman,
dalam rangka pengawasan kualitas air yang berhubungan dengan pemeriksaan
laboratorium, sampel air dirujuk / dikirim ke laboratorium propinsi, dalam hal ini
BTKL atau BLK Yogyakarta. Dengan demikian dinas kesehatan harus membayar
retribusi ke laboratorium rujukan tersebut.
Orientasi kegiatan laboratorium air mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, dan
secara kronoligis diuraikan sbb :
1. Periode sebelum diberlakukan Perda No 18 tahun 1996 tentang Pengawasan
Kualitas Air.
Sebelum diberlakukan Perda No 18 tahun 1996, orientasi pemeriksaan
kualitas air adalah sampel air dari kegiatan pengawasan kualitas air yang
telah diprogramkan di seksi Pengawasan Kualitas Air, dan tidak melayani
pemeriksaan sampel air dari masyarakat umum. Kegiatan ini menggunakan
sumber dana dari pemerintah baik melalui APBN, APBD propinsi maupuin
APBD kabupaten. Dengan demikian orientasi kegiatan laboratorium adalah
pelaksanaan program.
2. Periode setelah berlakunya Perda No 18 tahun 1996 tentang Pengawasan
Kualitas Air.
Setelah diberlakukannya Perda No 18 Tahun 1996, dimana mengatur adanya
kewajiban
bagi
perorangan/badan
usaha/organisasi
yang
Sumber dana
APBN
Tahun
1992
Jenis Peralatan
Paket C
Keterangan
Untuk
pemeriksaan
APBN
1994
Paket A
bakteriologis
Untuk
pemeriksaan
APBN
1993
GTZ (Jerman)
95
1997
4
5
APBD Kab.
2002
- Sanitarian Kit
kimia
Untuk
inspeksi
Pkt Panrubak
lapangan
Untuk
Pemantauan
Sampling Kit
Rutin Bakteri
Untuk
pengambilan
dan pengiriman sampel
air
c. Bahan / reagen
Penyelia
Penguji/pemeriksa
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Alokasi dana
( Rp )
13.500.000
27.000.000
Target PAD
( Rp )
20.000.000
30.000.000
Realisasi PAD
( Rp )
10.446.600
7.724.850
9.567.300
7.154.600
11.830.650
26.000.000
35.803.000
5
8
9
10
2004
2005
2006
20.000.000
87.600.000
80.917.000
40.000.000
70.000.000
70.000.000
44.583.900
75.640.000
72.454.000
4. Metode
a. Metode analisa laboratorium
Sesuai dengan ketersediaan peralatan laboratorium, maka metode
pemeriksaan yang dapat dikembangkan sampai saat ini adalah untuk
pemeriksaan air bersih, air minum, air pemandian umum dan air kolam
renang, dengan parameter bakteriologis dan parameter kimia terbatas.
Sedangkan untuk air limbah dan air badan air belum mampu melaksanakan
pemeriksaan sehingga tetap merujuk ke BBTKL atau BLK Yogyakarta. Prosedur
tetap pemeriksaan laboratorium mengacu pada Standar Method dan SNI. Untuk
penilaian baku mutu air bersih, air pemandian umum dan air kolam renang
mengacu pada Permenkes No 416/Menkes/IX/1990, sedangkan baku mutu air
minum mengacu pada Kepmenkes RI No 907/Kepmen/ 2002.
Dalam rangka manajemen mutu, laboratorium air dinas kesehatan telah
memperoleh sertifikat Standar C versi Forum Komunikasi Pengawas Kualitas
Air Minum Indonesia (FORKAMI) yang mana penerapan sistim audit
manajemen mutunya diadopsi dari ISO 17025. Sedangkan saat ini bersama-sama
dinas kesehatan telah menerapkan ISO 9001 versi 2000 tentang kepuasan
pelanggan.
b. Metode (alur) pelayanan
Alur pelayanan pemeriksaan kualitas air di laboratorium dinas kesehatan sleman
adalah sbb :
1. Pendaftaran
a. Konsumen mendaftar di Puskesmas setempat
b. Membayar retribusi :
1) Pelayanan puskesmas (Perda no 10 tahun 2001)
: Rp. 3.400,-
Jenis Sampel
Air minum
Air bersih
3
4
No
Uraian
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Keteranga
7
1
2
3
4
bakteriologis
Jumlah
hari 4 hari
efektif pelayanan
per minggu
Kapasitas
10 sampel
pemeriksaan
sampel per hari
Kapasitas
2000 sampel
pemeriksaan
sampel per tahun
Parameter
coliform total,
diperiksa
coli tinja, angka
kuman
Waktu
10 hari
penyelesaian
pemeriks kualitas
air
kimia (terbatas)
4 hari
n
Senin
kamis
s/d
4 sampel
800 sampel
12 parameter kimia
(kekeruhan,
besi,
mangan,
nitrat,
nitrit,
florida,
klorida,
sulfat,
kesadahan,
zat
organik, sisa klor)
10 hari
3 parameter
fisika
(warna,
bau, rasa)
Terhitung dr
sampel
masuk
D. Pencapaian Kegiatan
Sejak diberlakukannya Perda nomor 18 tahun 1996 jumlah sampel air yang
diperiksa sebagai berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Smpl bakteriologis
684
445
459
387
582
557
645
767
1226
1081
Sampel kimia
153
158
276
164
268
298
355
498
882
840
jumlah
837
603
735
551
850
855
1000
1265
2108
1921
BAB III
HASIL KAJIAN
A.
ANALISA SWOT
STRENGHT (Kekuatan)
1.
2.
3.
4.
5.
WEAKNESS (Kelemahan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
OPPORTUNITY (Peluang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Desentralisasi
TREATS (Ancaman)
1.
2.
3.
Strenght (Kekuatan)
1.
Tenaga (2 org SKM, 4
org Analis, 1 org AKL, 30
org ptgs lapangan)
2.
Memiliki gedung dan
peralatan lab PKA
3.
Adanya Perda 18 th
1996 ttg PKA
4.
Telah menerapkan
SMM ISO 9001:2000
5.
Memiliki petugas
PPNS
Weakness (Kelemahan)
1.
Struktur kelembagaan
ALI
belum ada
2.
Parameter pemeriks msh
terbatas
3.
Periodisasi pemeriks blm
optimal
4.
Kapasitas pelayanan
ALE
masih kecil
5.
Retribusi pemeriksaan
murah
6.
Prasarana pelayanan
lab.PKA msh kurang
(Genset,Pemadam
Kebakaran,PPPK, Almari
asam, Gudang)
7.
Sosialisasi belum optimal
Opportunity (Peluang)
Strategi SO
Strategi WO
1. Adanya pelayanan
1.Menerapkan pengembangan 1. Melaks. penataan
perijinan
jab fungsional tenaga
kelembagaan (UPTD)
2. Ssrn pengawasan
laboratorium PKA
2. Mengkaji tarif pelayanan scr
sangat potensial
2.Optimalisasi pelayanan
periodik
3. Dukungan dana dari
PKA melalui kemitraan
3. Meningkatkan parameter
Pemkab
dengan swasta dan sektor
pemeriksaan (air maupun
4. Adanya jabatan
terkait
klinis ttt, sesuai program)
fungsional
3.Menerapkan SMM ISO
5. Meningkatnya
9001:2001 scr konsisten
kerjasama lintas
untuk kepuasan pelanggan
sektoral
6. Desentralisasi
Treats (Ancaman)
Strategi ST
Strategi WT
1.Kesadaran masyarakat
1.Menyusun regulasi
1,Meningkatkan sarana dan
untuk mengujikan kualitas pengelolaan pendapatan
prasarana pelayanan
air masih kurang
dari retribusi pelayanan
laboratorium PKA
2.Adanya persaingan
lab.PKA
2.Melaksanakan sosialisasi
pelayanan jasa
2.Pemberdayaan PPNS untuk untuk meningkatkan peran
laboratorium kualitas air
melaksanakan pengawasan serta masyarakat dalam
3.Keterlambatan dalam
thd implementasi Perda 18
pemeriksaan kualitas air
penyediaan anggaran
th 1996
operasional
10
No
Strate
gi
SO
II
III
IV
WO
ST
WT
Uraian Strategi
Bobot
Rating
Skor
Priori
tas
1. Menerapkan pengembangan
jab fungsional tenaga
laboratorium PKA
10
30
VIII
32
VII
10
40
IV
4. Melaksanakan penataan
kelembagaan (UPTD)
13
52
5.
11
33
VI
6.
Meningkatkan parameter
pemeriksaan (air maupun
klinis ttt, sesuai program)
12
36
7. Menyusun regulasi
pengelolaan pendapatan dari
retribusi pelayanan lab.PKA
11
44
III
8.
24
12
48
II
28
IX
B.
PEMBIAYAAN
ANALISA BESARAN TARIF PEMERIKSAAN KUALITAS AIR
11
12
= 1850 sampel
RU
=
=
=
TFC + (VCU x Q)
Q
3.522.288 + (48.854 x 1850)
1850
50.762
(dibulatkan menjadi Rp. 50.000)
115.878
Jenis Pemeriksaan
Tarif
Perda
Tarif
BEP
Selisih
Naik (%)
Pemeriksaan bakteriologis
Air bersih
Air minum
Air kolam renang
20.000
60.000
40.000
50.000
65.000
57.500
30.000
5.000
17.500
150
8,3
43,75
Pemeriksaan kimia
Air bersih
Air minum
60.000
62.000
112.500
116.000
52.500
54.000
87,5
87,09
13
untuk perawatan penyakit diare sebesar Rp 1.391.400.000,- (satu milyar tiga ratus
sembilan puluh satu juta empat ratus ribu rupiah).
Sehubungan
odd Ratio penyakit diare bagi pengguna sumber air yang pernah
Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
UPTD LABORATORIUM KESEHATAN
KABUPATEN SLEMAN
Ka.UPTD Lab.Kes
14
Ka.Sub.Bag. TU
Keuangan
Umum
Kepegawaian
Pengujian
kualitas air
D.
Pengujian kual.
makanan
Pengujian
klinis
Pengujian kual
kesling
Tenaga
Berdasarkan struktur organisasi yang ada, maka kebutuhan minimal jumlah
tenaga untuk melayani di Unit Pelaksana Teknis Dinas dengan tingkat pelayanan
maksimal adalah sebagai berikut :
No
1.
2.
3.
4.
5
6
7
8
9
E.
Jabatan
Jumlah
Kepala UPTD
Ka.Sub.bag.TU
Pelaksana teknis kepegawaian
Pelaksana teknis umum
Pelaksana teknis keuangan
Penguji kualitas air
Penguji kualitas makanan
Penguji spesimen klinis
Penguji kualitas kesling
Jumlah
tenaga
1 org
1 org
1 org
1 org
1 org
4 org
1 org
1 org
1 org
12 org
Persyaratan Pendidikan
Min. S1 Kesehatan
Min. S1
Min. DIII
Min. DIII
Min. DIII
Min. DIII Analis/Kesling
Min. DIII Analis/Kesling
Min. DIII Analis
Min. DIII Analis/AKL
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
BAB IV
P E N U T U P
A.
KESIMPULAN
1. Laboratorium pengawasan kualitas air secara kelembagaan dapat ditingkatkan
menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
2. Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat UPTD laboratorium
pengawasan kualitas air diupayakan menjadi laboratorium kesehatan
kabupaten.
16
B.
S AR AN
1. Supaya dibuat nota dinas tentang usulan penetapan UPTD laboratorium
kesehatan kabupaten dengan peraturan/keputusan bupati.
2. Supaya dilakukan peningkatan sumber daya laboratorium secara bertahap.
3. Supaya dilakukan kajian perda no 18 tahun 1996 tentang pengawasan kualitas
air dan perda nomor 14 tahun 2001 khusus mengenai tarif retribusi
pemeriksaan laboratorium.
Draft
LAPORAN
HASIL KAJIAN PERUBAHAN STATUS
LABORATORIUM PENGAWASAN KUALITAS AIR
17
Disusun oleh :
Tim Kajian Perubahan Status Laboratorium Pengawasan Kualitas Air
Menjadi UPTD Kabupaten Sleman
Tahun 2007
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami naikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kegiatan kajian awal perubahan status
laboratorium pengawasan kualitas air (PKA) menjadi unit pelaksana teknis (UPTD) dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
Keberadaan laboratorium PKA sangat diperlukan dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat khususnya untuk pengendalian kualitas air sehingga penyebaran
penyakit yang diakibatkan oleh penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
dicegah sedini mungkin.
18
Kegiatan kajian ini merupakan hal yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
sarana pelayanan umum yang memadai, sehingga hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terutama dalam upaya penataan
kelembagaan di lingkungan pemerintah Kabupaten Sleman.
Akhirnya kami berharap semoga laporan hasil kajian laboratorium PKA ini
bermanfaat terlebih bagi para pengambil keputusan.
Desember 2007
Hormat kami
Tim kajian laboratorium PKA Kab.Sleman
TIM PENYUSUN
LAPORAN KAJIAN PERUBAHAN STATUS LABORATORIUM
KUALITAS AIR MENJADI UPTD
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SLEMAN
No
1.
2.
3.
Nama
Drg. Intriati Y,M.Kes
Dr. Mafilindati N, M.Kes
Yonatan, SKM
Jabatan
Penanggungjawab
Ketua
Pejabat Pelaks.teknis
Instansi
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
19
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Henny Yusmantari,SH
Gunanto, SKM
Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Bappeda
BPKKD
BKD
Bagian Organisasi
KPDL
20