Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit yang berbasis lingkungan pada umumnya berkaitan dengan
masalah-masalah seperti tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih (kuantitas dan
kualitas), tercemarnya tanah dan udara karena limbah rumah tangga, limbah
industri, limbah pertanian dan sarana transportasi serta kondisi lingkungan fisik
yang memungkinkan berkembangbiaknya vektor penyakit. Di kabupaten Sleman,
penyakit berbasis lingkungan masih mendominasi sepuluh besar penyakit antara
lain ISPA, diare, TBC, DBD, malaria, kecacingan dan penyakit kulit.
Pengawasan

kualitas

lingkungan

merupakan

upaya

untuk

mempertahankan, memecahkan, memperbaiki dan meningkatkan mutu lingkungan


agar fungsi lingkungan bagi manusia dan makluk hidup lainnya dapat dipenuhi
bagi kelangsungan hidup yang manusiawi. Sebagian besar (80 %) kejadian
penyakit berbasis lingkungan berkaitan dengan air, oleh sebab itu pengawasan
terhadap kualitas air bagi masyarakat perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Seksi Pengawasan Kualitas air dan Sanitasi Permukiman Dinas
Kesehatan Sleman, dalam rangka pengawasan kualitas air mempunyai visi air
aman bagi kesehatan sedangkan misinya adalah melindungi masyarakat dari
kejadian penyakit dan atau gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi air dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk menunjang upaya tersebut, dinas kesehatan telah
memiliki sarana fisik berupa laboratorium pengawasan kualitas air.
Perkembangan pelayanan pemeriksaan kualitas air di laboratorium
pengawasan kualitas air (PKA) Kabupaten Sleman, sejak tahun 1993 ada
kecenderungan mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari jumlah sampel yang
diperiksa dan penerimaan retribusi yang dari tahun ke tahun mengalami kenaikan.
Pelayanan laboratorium PKA sangat bersifat teknis, sedangkan kesadaran
masyarakat untuk memanfaatkan jasa pelayanan laboratorium semakin tinggi,
sehingga beban kerja juga semakin meningkat. Maka untuk mengoptimalisasikan
pelayanan di laboratorium PKA salah satunya perlu dilakukan kajian
pengembangan kelembagaan yang mengarah dibentuknya suatu unit pelaksana
teknis dinas (UPTD)

B. Tujuan
Kegiatan kajian awal perubahan status laboratorium pengawasan kualitas air
menjadi UPTD bertujuan :
Tujuan Umum : untuk mengetahui gambaran tingkat kelayakan

laboratorium

PKA untuk menjadi UPTD


Tujuan Khusus : Menyiapkan dokumen untuk pertimbangan penetapan peraturan
bupati tentang perubahan status laboratorium PKA menjadi
UPTD
C. Permasalahan
Adapun beberapa permasalahan yang selama ini dihadapi dan mungkin
akan menjadi hambatan untuk pengembangannya adalah :
1. Struktur kelembagaan laboratorium yang masih melekat pada seksi pengawasan
kualitas air, menjadikan hambatan dalam mengembangkan pemeriksaan selain
air.
2. Sistem pembiayaan untuk investasi maupun operasional laboratorium masih
melekat pada anggaran belanja dinas kesehatan (seksi), sehingga kontinyuitas
pelayanan umum pemeriksaan kualitas air akan menjadi tidak optimal.
3. Peralatan laboratorium yang ada, baru dapat dipergunakan untuk pemeriksaan
air bersih dan air minum dengan parameter terbatas, sedangkan untuk
menambah parameter dan jenis pemeriksaan masih perlu penambahan
peralatan.
4. Sumber daya manusia yang mengerjakan opersional laboratorium, selama ini
adalah juga staf seksi yang mengerjakan tugas-tugas program/seksi.
5. Tarif retribusi pemeriksaan kualitas air relatif rendah, sehingga untuk keperluan
belanja alat, bahan dan jasa belum memadahi, oleh sebab itu perlu dikaji ulang
untuk penyesuaian tarif (Kajian tarif pemeriksaan kualitas air terlampir).

BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Kelembagaan
Laboratorium pengawasan kualitas air Sejak berdirinya pada tahun 1993
sampai sekarang secara organisatoris masuk di dalam seksi Pengawasan Kualitas Air,
dan merupakan sarana penunjang bagi pelaksanaan program-program yang ada pada
seksi tersebut dan beberapa seksi terkait lainnya. Sehingga secara khusus struktur
organisasi / kelembagaan Laboratorium Pengawasan Kualitas Air belum terbentuk.
B. Orientasi Kegiatan
Sebelum berdirinya laboratorium air Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman,
dalam rangka pengawasan kualitas air yang berhubungan dengan pemeriksaan
laboratorium, sampel air dirujuk / dikirim ke laboratorium propinsi, dalam hal ini
BTKL atau BLK Yogyakarta. Dengan demikian dinas kesehatan harus membayar
retribusi ke laboratorium rujukan tersebut.
Orientasi kegiatan laboratorium air mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, dan
secara kronoligis diuraikan sbb :
1. Periode sebelum diberlakukan Perda No 18 tahun 1996 tentang Pengawasan
Kualitas Air.
Sebelum diberlakukan Perda No 18 tahun 1996, orientasi pemeriksaan
kualitas air adalah sampel air dari kegiatan pengawasan kualitas air yang
telah diprogramkan di seksi Pengawasan Kualitas Air, dan tidak melayani
pemeriksaan sampel air dari masyarakat umum. Kegiatan ini menggunakan
sumber dana dari pemerintah baik melalui APBN, APBD propinsi maupuin
APBD kabupaten. Dengan demikian orientasi kegiatan laboratorium adalah
pelaksanaan program.
2. Periode setelah berlakunya Perda No 18 tahun 1996 tentang Pengawasan
Kualitas Air.
Setelah diberlakukannya Perda No 18 Tahun 1996, dimana mengatur adanya
kewajiban

bagi

perorangan/badan

usaha/organisasi

yang

menggunakan/mengelola air, untuk memeriksakan kualitas air yang

digunakannya, dengan dipungut retribusi. Sedangkan pemeriksaan kualitas


air yang diprogramkan melalui sumber dana pemerintah diperuntukkan bagi
daerah rawan air, daerah endemis diare, kepentingan sosial dan keluarga
miskin. Dengan demikian orientasi kegiatannya menjadi pelayanan umum.
C. Sumber Daya
1. Sumber daya material
Sumber daya material yang dimiliki laboratorium air adalah :
a. Gedung laboratorium
Gedung laboratorium berlokasi di komplek dinas kesehatan, dengan ukuran 14
m x 4 m yang terbagi menjadi tiga ruangan, yaitu ruang pemeriksaan
bakteriologis, ruang pemeriksaan kimia dan ruang administrasi. Fasilitas
penunjang berupa sistim utilitas laboratorium, instalasi listrik, sumber air dan
prasaran lain telah tersedia cukup, hanya sistem pembuangan limbahnya yang
belum memadahi, sehingga untuk pengolahan air limbah masih bekerjasama
dengan IPAL RSUP DR.Sardjito Yogyakarta.
b. Peralatan laboratorium.
Keberadaan peralatan laboratorium air tahap demi tahap mengalami
perkembangan, baik yang berupa bantuan dalam bentuk barang maupun dari
hasil pengadaan sendiri. Jenis peralatan dan sumber pengadaannya sbb :
No
1

Sumber dana
APBN

Tahun
1992

Jenis Peralatan
Paket C

Keterangan
Untuk
pemeriksaan

APBN

1994

Paket A

bakteriologis
Untuk
pemeriksaan

APBN

1993

GTZ (Jerman)

95
1997

4
5

APBD Kab.

2002

- Sanitarian Kit

kimia
Untuk

inspeksi

Pkt Panrubak

lapangan
Untuk
Pemantauan

Sampling Kit

Rutin Bakteri
Untuk
pengambilan
dan pengiriman sampel
air

c. Bahan / reagen

Untuk operasional pemeriksaan laboratorium diperlukan bahan/reagen yang


jenis dan volumenya menyesuaikan dengan jumlah dan jenis sampel air yang
diperiksa. Selama ini kebutuhan bahan dibiayai dari APBD Kabupaten dan
sebagian kecil dari sumber dana lain.
2. Sumber daya manusia
Kegiatan laboratorium merupakan kegiatan yang spesifik, sehingga hanya
dapat dilaksanakan oleh orang yang mempunyai kompetensi di bidangnya.
Adapun sumber daya manusia yang ada sampai saat ini adalah :
Koordinator

: 1 orang, pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat

Penyelia

: 1 orang, pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat

Penguji/pemeriksa

: 4 orang, pendidikan D-III Analis Kesehatan dan D-III


kesling

Pengambil/pengirim sampel : 24 orang, pendidikan D-III Kesling


(tersebar di 24 puskesmas)
Administrasi

: 1 orang, pendidikan D-III Kesehatan Lingkungan

3. Sumber daya modal


Dengan diberlakukannya Perda No 18 tahun 1996, maka pengguna jasa
laboratorium dipungut retribusi dan besarnya retribusi diatur dalam Perda No
14 Tahun 2001 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. Selanjutnya
retribusi disetor ke kas daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
untuk operasional laboratorium dianggarkan melalui APBD/DPA yang
besarnya maksimal sama dengan jumlah PAD yang dihasilkan. Perkembangan
perolehan PAD dan alokasi anggaran operasional laboratorium dari dana
APBD adalah sbb :
No
1
2
3
4
5
6
7

Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003

Alokasi dana
( Rp )

13.500.000
27.000.000

Target PAD
( Rp )

20.000.000
30.000.000

Realisasi PAD
( Rp )
10.446.600
7.724.850
9.567.300
7.154.600
11.830.650
26.000.000
35.803.000
5

8
9
10

2004
2005
2006

20.000.000
87.600.000
80.917.000

40.000.000
70.000.000
70.000.000

44.583.900
75.640.000
72.454.000

4. Metode
a. Metode analisa laboratorium
Sesuai dengan ketersediaan peralatan laboratorium, maka metode
pemeriksaan yang dapat dikembangkan sampai saat ini adalah untuk
pemeriksaan air bersih, air minum, air pemandian umum dan air kolam
renang, dengan parameter bakteriologis dan parameter kimia terbatas.
Sedangkan untuk air limbah dan air badan air belum mampu melaksanakan
pemeriksaan sehingga tetap merujuk ke BBTKL atau BLK Yogyakarta. Prosedur
tetap pemeriksaan laboratorium mengacu pada Standar Method dan SNI. Untuk
penilaian baku mutu air bersih, air pemandian umum dan air kolam renang
mengacu pada Permenkes No 416/Menkes/IX/1990, sedangkan baku mutu air
minum mengacu pada Kepmenkes RI No 907/Kepmen/ 2002.
Dalam rangka manajemen mutu, laboratorium air dinas kesehatan telah
memperoleh sertifikat Standar C versi Forum Komunikasi Pengawas Kualitas
Air Minum Indonesia (FORKAMI) yang mana penerapan sistim audit
manajemen mutunya diadopsi dari ISO 17025. Sedangkan saat ini bersama-sama
dinas kesehatan telah menerapkan ISO 9001 versi 2000 tentang kepuasan
pelanggan.
b. Metode (alur) pelayanan
Alur pelayanan pemeriksaan kualitas air di laboratorium dinas kesehatan sleman
adalah sbb :
1. Pendaftaran
a. Konsumen mendaftar di Puskesmas setempat
b. Membayar retribusi :
1) Pelayanan puskesmas (Perda no 10 tahun 2001)

: Rp. 3.400,-

2) Pemeriksaan kualitas air (Perda No 14 tahun 2001 ) :


No
1
2

Jenis Sampel
Air minum
Air bersih

Biaya pemeriksaan per sampel (Rp)


Bakteriologi
Kimia
60.000
62.000
20.000
60.000

3
4

Air kolam renang


40.000
Air Pemandian Umum
20.500
Ket : Biaya tersebut dapat berubah sesuai peraturan yang berlaku

2. Pengambilan dan pengiriman sampel air.


a. Petugas kesehatan lingkungan puskesmas setempat melakukan inspeksi sanitasi
dan pengambilan sampel air di lokasi/konsumen dengan menggunakan peralatan
khusus.
b. Sampel air ditempatkan dalam wadah khusus (botol steril dan atau jiligen), diberi
label kemudian segera dikirim ke laboratorium air dinas kesehatan.
3. Penerimaan sampel
a. Sampel yang dikirim oleh petugas puskesmas diterima oleh petugas laboratorium
dan dibuatkan tanda terima.
b. Sampel air yang telah diterima, diverifikasi sesuai jenis pemeriksaan (bakteriologi
atau kimia) kemudian dicatat dalam buku agenda penerimaan sampel dan diberi
nomor laboratorium. Bila dianggap perlu sampel air dapat di rujuk ke
laboratorium propinsi.
c. Penerimaan sampel air dilayani setiap hari senin s/d kamis, paling lambat pukul
12.00 WIB. (hari libur dan hari besar, tidak melayani)
4. Pemeriksaan sampel air
a. Pemeriksaan laboratorium dilaksanakan sesuai parameter pemeriksaan yang
mampu dilakukan, dengan mengacu pada prosedur tetap (protap) yang telah
dibakukan.
b. Hasil pemeriksaan dicacat dalam buku agenda hasil pemeriksaan kualitas air.
5. Pengambilan rekomendasi hasil pemeriksaan kualitas air
a. Rekomendasi hasil pemeriksaan kualitas air diambil oleh petugas puskesmas
dengan membawa bukti pembayaran retribusi pepemriksaan kualitas air.
b. Konsumen mengambil rekomendasi hasil PKA di puskesmas setempat dengan
membawa bukti pembayaran retribusi. Bilamana dipandang perlu konsumen dapat
melakukan konsultasi dengan petugas puskesmas tentang hasil pemeriksaan
kualitas air tersebut.
c. Waktu penyelesaian pemeriksaan sampel air dari penerimaan sampel di
laboratorium sampai dengan penerbitan rekomendasi adalah 10 hari (kerja).
Dari semua potensi yang telah diuraikan di atas, menghasilkan kemampuan maksimal
pelayanan pemeriksaan sampel air di Laboratorium Air Dinas Kesehatan Sleman sbb :

No

Uraian

Pemeriksaan

Pemeriksaan

Keteranga
7

1
2
3
4

bakteriologis
Jumlah
hari 4 hari
efektif pelayanan
per minggu
Kapasitas
10 sampel
pemeriksaan
sampel per hari
Kapasitas
2000 sampel
pemeriksaan
sampel per tahun
Parameter
coliform total,
diperiksa
coli tinja, angka
kuman

Waktu
10 hari
penyelesaian
pemeriks kualitas
air

kimia (terbatas)
4 hari

n
Senin
kamis

s/d

4 sampel
800 sampel
12 parameter kimia
(kekeruhan,
besi,
mangan,
nitrat,
nitrit,
florida,
klorida,
sulfat,
kesadahan,
zat
organik, sisa klor)
10 hari

3 parameter
fisika
(warna,
bau, rasa)

Terhitung dr
sampel
masuk

D. Pencapaian Kegiatan
Sejak diberlakukannya Perda nomor 18 tahun 1996 jumlah sampel air yang
diperiksa sebagai berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006

Smpl bakteriologis
684
445
459
387
582
557
645
767
1226
1081

Sampel kimia
153
158
276
164
268
298
355
498
882
840

jumlah
837
603
735
551
850
855
1000
1265
2108
1921

BAB III
HASIL KAJIAN

A.

ANALISA SWOT

STRENGHT (Kekuatan)
1.

Tenaga (2 SKM, 4 analis, 1 AKL, 30 ptgs lap)

2.

Tersedia Gedung,peralatan lab.

3.

Perda 18/1996 ttg PKA

4.

Telah menerapkan SMM ISO 9001:2000

5.

Memiliki petugas PPNS

WEAKNESS (Kelemahan)
1.

Struktur kelembagaan belum ada

2.

Parameter pemeriksaan lab masih terbatas

3.

Periodisasi pemeriksaan blm optimal

4.

Kapasitas pelayanan masih kecil

5.

Retribusi pemeriksaan murah

6.

Prasarana pelayanan lab.PKA msh kurang (Genset, pemadam kbkr, PPPK,


Almari asam, gudang)

7.

Sosialisasi belum optimal

OPPORTUNITY (Peluang)
1.

Adanya pelayanan perijinan

2.

Sasaran pengawasan sangat potensial

3.

Dukungan dana dari Pemkab.Sleman

4.

Adanya pengembangan jabatan fungsional

5.

Meningkatnya kerjasama lintas program dan lintas sektor

6.

Desentralisasi

TREATS (Ancaman)
1.

Kesadaran masyarakat untuk mengujikan kualitas air masih kurang

2.

Adanya persaingan jasa pelayanan laboratorium kualitas air

3.

Keterlambatan dalam penyediaan anggaran operasional

ANALISA STRATEGI SWOT

Strenght (Kekuatan)
1.
Tenaga (2 org SKM, 4
org Analis, 1 org AKL, 30
org ptgs lapangan)
2.
Memiliki gedung dan
peralatan lab PKA
3.
Adanya Perda 18 th
1996 ttg PKA
4.
Telah menerapkan
SMM ISO 9001:2000
5.
Memiliki petugas
PPNS

Weakness (Kelemahan)
1.
Struktur kelembagaan
ALI
belum ada
2.
Parameter pemeriks msh
terbatas
3.
Periodisasi pemeriks blm
optimal
4.
Kapasitas pelayanan
ALE
masih kecil
5.
Retribusi pemeriksaan
murah
6.
Prasarana pelayanan
lab.PKA msh kurang
(Genset,Pemadam
Kebakaran,PPPK, Almari
asam, Gudang)
7.
Sosialisasi belum optimal
Opportunity (Peluang)
Strategi SO
Strategi WO
1. Adanya pelayanan
1.Menerapkan pengembangan 1. Melaks. penataan
perijinan
jab fungsional tenaga
kelembagaan (UPTD)
2. Ssrn pengawasan
laboratorium PKA
2. Mengkaji tarif pelayanan scr
sangat potensial
2.Optimalisasi pelayanan
periodik
3. Dukungan dana dari
PKA melalui kemitraan
3. Meningkatkan parameter
Pemkab
dengan swasta dan sektor
pemeriksaan (air maupun
4. Adanya jabatan
terkait
klinis ttt, sesuai program)
fungsional
3.Menerapkan SMM ISO
5. Meningkatnya
9001:2001 scr konsisten
kerjasama lintas
untuk kepuasan pelanggan
sektoral
6. Desentralisasi
Treats (Ancaman)
Strategi ST
Strategi WT
1.Kesadaran masyarakat
1.Menyusun regulasi
1,Meningkatkan sarana dan
untuk mengujikan kualitas pengelolaan pendapatan
prasarana pelayanan
air masih kurang
dari retribusi pelayanan
laboratorium PKA
2.Adanya persaingan
lab.PKA
2.Melaksanakan sosialisasi
pelayanan jasa
2.Pemberdayaan PPNS untuk untuk meningkatkan peran
laboratorium kualitas air
melaksanakan pengawasan serta masyarakat dalam
3.Keterlambatan dalam
thd implementasi Perda 18
pemeriksaan kualitas air
penyediaan anggaran
th 1996
operasional

ANALISA PENENTU KEBERHASILAN

10

No

Strate
gi

SO

II

III

IV

WO

ST

WT

Uraian Strategi

Bobot

Rating

Skor

Priori
tas

1. Menerapkan pengembangan
jab fungsional tenaga
laboratorium PKA

10

30

VIII

2. Optimalisasi pelayanan PKA


melalui kemitraan dengan
swasta dan sektor terkait

32

VII

3. Menerapkan SMM ISO


9001:2001 scr konsisten
untuk kepuasan pelanggan

10

40

IV

4. Melaksanakan penataan
kelembagaan (UPTD)

13

52

5.

Mengkaji tarif pelayanan scr


periodik

11

33

VI

6.

Meningkatkan parameter
pemeriksaan (air maupun
klinis ttt, sesuai program)

12

36

7. Menyusun regulasi
pengelolaan pendapatan dari
retribusi pelayanan lab.PKA

11

44

III

8.

24

12

48

II

28

IX

Pemberdayaan PPNS untuk


melaksanakan pengawasan
thd implementasi Perda
nomor 18 th 1996
9 Meningkatkan sarana dan
prasarana pelayanan
laboratorium PKA

10. Melaksanakan sosialisasi


untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam
pemeriksaan kualitas air

B.

PEMBIAYAAN
ANALISA BESARAN TARIF PEMERIKSAAN KUALITAS AIR

11

DI LABORATORIUM AIR DINKES SLEMAN


1. Kapasitas maksimal pemeriksaan laboratorium air :
a. Pemeriksaan Bakteriologis : 10 sampel x 4 hari x 50 minggu = 2.000 sampel
dengan prediksi jenis sampel (berdasar sampel masuk tahun sebelumnya) :
- air bersih
: 92.5 %
x 2.000 sampel
= 1850 sampel
- air minum
: 5.5 %
x 2.000 sampel
= 110 sampel
- air kolam renang: 2 %
x 2.000 sampel
= 40 sampel
b. Pemeriksaan kimia : 4 sampel x 4 hari x 50 minggu = 800 sampel
dengan prediksi jenis sampel (berdasar sampel masuk tahun sebelumnya) :
- air bersih
: 95 % x 800 sampel
= 760 sampel
- air minum
: 5 % x 800 sampel
= 40 sampel
2. Perhitungan biaya tetap (Fix Cost) dan biaya variabel (Variable Cost):
a. Beaya tetap (penyusutan harga dan pemeliharaan per tahun) :
- peralatan pemeriksaan bakteriologis = Rp. 3.816.130
- peralatan pemeriksaan kimia
= Rp. 2.054.500
b. Biaya variabel (per satu sampel) :
- Pemeriksaan bakteriologis :
* air bersih
= Rp. 48.854
* air minum
= Rp. 62.830
* air kolam renang
= Rp 55.570
* air pemand. Umum = Rp 48.854
- Pemeriksaan kimia :
* air bersih
= Rp. 109.910
* air minum
= Rp. 113.310
(Ket : perhitungan selengkapnya terlampir)
3. Perhitungan tarif BEP dengan rumus :
RU x Q = TFC + (VCU x Q) + P
Dimana :
RU = Revenue Unit (Tarif per unit produksi untuk mencapai BEP)
Q
= Quantity (Jumlah unit produksi per tahun)
TFC = Total Fix Cost ( jumlah biaya tetap)
VCU = Variable Cost Unit (biaya per unit produksi)
P
= Profit (Keuntungan yang diharapkan, sementara tidak dibebani )
Dengan rumus tersebut, berturut-turut dapat dihitung besaran tarif per jenis sampel
untuk satu kali pemeriksaan, yaitu :

a. Tarif BEP untuk pemeriksaan bakteriologis :


- air bersih :
TFC = 92,3 % x Rp. 3.816.130 = Rp 3.552.288
VCU
= Rp. 48.854

12

= 1850 sampel

RU

=
=
=

TFC + (VCU x Q)
Q
3.522.288 + (48.854 x 1850)
1850
50.762
(dibulatkan menjadi Rp. 50.000)

- air minum (perhitungan analog)


:
RU
=
64.738
(dibulatkan menjadi Rp 65.000)
- air kolam renang :
RU
=
57.478

(dibulatkan menjadi Rp 57.500)

b. Tarif BEP untuk pemeriksaan kimia :


- air bersih (perhitungan analog) :
RU
=
112.478
(dibulatkan menjadi Rp. 112.500)
- air minum :
RU
=

115.878

(dibulatkan menjadi Rp 116.000)

PERBEDAAN BESARAN TARIF ANTARA TARIF PERDA 14 DGN TARIF


BEP
No
1

Jenis Pemeriksaan

Tarif
Perda

Tarif
BEP

Selisih

Naik (%)

Pemeriksaan bakteriologis
Air bersih
Air minum
Air kolam renang

20.000
60.000
40.000

50.000
65.000
57.500

30.000
5.000
17.500

150
8,3
43,75

Pemeriksaan kimia
Air bersih
Air minum

60.000
62.000

112.500
116.000

52.500
54.000

87,5
87,09

Selanjutnya seberapa besar hitungan bennefit social cost pelayanan pemeriksaan


laboratorium pengawasan kualitas air, hal ini dapat dihitung berdasarkan salah satu
jumlah kasus penyakit yaitu diare (yang penularannya dapat melalui air) .
Pada tahun 2006 jumlah kasus diare mencapai 13.914 kasus, jika penderita dirawat di
Puskesmas rawat inap, sampai dinyatakan sembuh menghabiskan biaya Rp 100.000,(seratus ribu rupiah), maka total biaya yang dikeluarkan masyarakat dalam satu tahun

13

untuk perawatan penyakit diare sebesar Rp 1.391.400.000,- (satu milyar tiga ratus
sembilan puluh satu juta empat ratus ribu rupiah).
Sehubungan

odd Ratio penyakit diare bagi pengguna sumber air yang pernah

memeriksakan kualitas airnya dibanding dengan yang belum pernah memeriksakan


kualitas airnya belum diketahui, maka tingkat efisiensi pengeluaran biaya perawatan
diare dengan pemeriksaan kualitas air bagi masyarakat juga belum dapat dihitung
secara pasti. Hal ini perlu dilakukan penelitian diwaktu yang akan datang.
C.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi unit pelaksana teknis dinas mengacu pada peraturan


pemerintah nomor........................ Selanjutnya dengan mempertimbangkan prospek
pelayanan ke depan, laboratorium pengawasan kualitas air akan ditingkatkan dari sisi
pelayanannya menjadi laboratorium kesehatan kabupaten. Sedangkan kompetensi
pengujian yang diharapkan tidak sebatas kualitas air tetapi juga makanan, klinis dan
kualitas lingkungan seperti pencahayaan, kelembaban, kebisingan, paparan pestisida
dalam darah (cholinesterase) dan pengukuran kepadatan lalat.
Adapun struktur organisasinya sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI
UPTD LABORATORIUM KESEHATAN
KABUPATEN SLEMAN

Ka.UPTD Lab.Kes

14

Ka.Sub.Bag. TU

Keuangan

Umum

Kepegawaian

Pengujian
kualitas air

D.

Pengujian kual.
makanan

Pengujian
klinis

Pengujian kual
kesling

Tenaga
Berdasarkan struktur organisasi yang ada, maka kebutuhan minimal jumlah
tenaga untuk melayani di Unit Pelaksana Teknis Dinas dengan tingkat pelayanan
maksimal adalah sebagai berikut :
No
1.
2.
3.
4.
5
6
7
8
9

E.

Jabatan

Jumlah

Kepala UPTD
Ka.Sub.bag.TU
Pelaksana teknis kepegawaian
Pelaksana teknis umum
Pelaksana teknis keuangan
Penguji kualitas air
Penguji kualitas makanan
Penguji spesimen klinis
Penguji kualitas kesling
Jumlah

tenaga
1 org
1 org
1 org
1 org
1 org
4 org
1 org
1 org
1 org
12 org

Persyaratan Pendidikan
Min. S1 Kesehatan
Min. S1
Min. DIII
Min. DIII
Min. DIII
Min. DIII Analis/Kesling
Min. DIII Analis/Kesling
Min. DIII Analis
Min. DIII Analis/AKL

Tugas Pokok dan Fungsi UPTD Laboratorium Kesehatan


Tugas : Menyelenggarakan pelayanan pemeriksaan laboratorium kesehatan di bidang
pengujian kualitas air, makanan, klinis dan kesaehatan lingkungan.
Fungsi :
1.

Menyusun usulan rcn penyelenggaraan pemeriksaan laboratorium kesehatan.

2.

Melaks.pengujian kualitas air, makanan, klinis dan kesehatan lingkungan.

3.

Menyusun laporan hasil pengujian laboratorium.

4.

Melaksanakan kalibrasi dan verifikasi peralatan laboratorium

5.

Melaksanakan monitoring dan bimtek upy perbaikan kualitas hasil pengujian

6.

Mengembangkan sumber daya pelayanan laboratorium


15

7.

Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan laboratorium

8.

Mengelola pendapatan retribusi pelayanan laboratorium

9.

Menyelenggarakan koord LP & LS dalam upaya peningkatan pelayanan


laboratorium kesehatan.

10.

Mengevaluasi hasil pelayanan laboratorium

BAB IV
P E N U T U P

A.

KESIMPULAN
1. Laboratorium pengawasan kualitas air secara kelembagaan dapat ditingkatkan
menjadi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
2. Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat UPTD laboratorium
pengawasan kualitas air diupayakan menjadi laboratorium kesehatan
kabupaten.

16

B.

S AR AN
1. Supaya dibuat nota dinas tentang usulan penetapan UPTD laboratorium
kesehatan kabupaten dengan peraturan/keputusan bupati.
2. Supaya dilakukan peningkatan sumber daya laboratorium secara bertahap.
3. Supaya dilakukan kajian perda no 18 tahun 1996 tentang pengawasan kualitas
air dan perda nomor 14 tahun 2001 khusus mengenai tarif retribusi
pemeriksaan laboratorium.

Draft

LAPORAN
HASIL KAJIAN PERUBAHAN STATUS
LABORATORIUM PENGAWASAN KUALITAS AIR

17

MENJADI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD)

Disusun oleh :
Tim Kajian Perubahan Status Laboratorium Pengawasan Kualitas Air
Menjadi UPTD Kabupaten Sleman
Tahun 2007

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami naikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kegiatan kajian awal perubahan status
laboratorium pengawasan kualitas air (PKA) menjadi unit pelaksana teknis (UPTD) dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
Keberadaan laboratorium PKA sangat diperlukan dalam upaya peningkatan
kesehatan masyarakat khususnya untuk pengendalian kualitas air sehingga penyebaran
penyakit yang diakibatkan oleh penggunaan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
dicegah sedini mungkin.

18

Kegiatan kajian ini merupakan hal yang sangat penting dalam rangka mewujudkan
sarana pelayanan umum yang memadai, sehingga hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terutama dalam upaya penataan
kelembagaan di lingkungan pemerintah Kabupaten Sleman.
Akhirnya kami berharap semoga laporan hasil kajian laboratorium PKA ini
bermanfaat terlebih bagi para pengambil keputusan.

Desember 2007
Hormat kami
Tim kajian laboratorium PKA Kab.Sleman

TIM PENYUSUN
LAPORAN KAJIAN PERUBAHAN STATUS LABORATORIUM
KUALITAS AIR MENJADI UPTD
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SLEMAN

No
1.
2.
3.

Nama
Drg. Intriati Y,M.Kes
Dr. Mafilindati N, M.Kes
Yonatan, SKM

Jabatan
Penanggungjawab
Ketua
Pejabat Pelaks.teknis

Instansi
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
19

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Henny Yusmantari,SH
Gunanto, SKM

Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis
Pelaksana Teknis

Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Bappeda
BPKKD
BKD
Bagian Organisasi
KPDL

20

Anda mungkin juga menyukai