MEKFLU Jilid 1
MEKFLU Jilid 1
2.
Buku Utama:
John A. Roberson, Clayton T.Crowe, 1997 Engineering Fluid Mechanics ,
Sixth Edition, John Wiley & Sons, Inc.
Ronald. V. Giles, 1996, Mekanika Fluida dan Hidraulika , Edisi ke-2,
Jakarta, Erlangga.
Buku Penunjang:
Dugdale H.R, 1986, Mekanika Fluida , Edisi ke-3, Jakarta, Erlangga.
Frank. M. White, 1994, Mekanika Fluida , Edisi ke-2, Jakarta, Erlangga.
Robert L. Daugherty, Joseph B. Franzini, 1989, Fluid Mechanics With
Engineering Applications, McGraw-Hill Book Company.
Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang latar belakang sejarah dan ruang lingkup
mekanika fluida. Sejarah perkembangan pengetahuan mekanika fluida berisi
tentang perkembangan pengetahuan manusia dalam penggunaan atau pemanfaatan
fluida sampai ditemukannya teori-teori mutakhir dalam Mekanika Fluida. Halhal atau kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan ilmu mekanika fluida sampai
pada penerapan perinsip mekanika fluida dalam bidang keteknikan dipaparkan
secara gamblang dalam sub bab Ruang Lingkup Mekanika Fluida.
1.1. Latar Belakang Sejarah
Sebagaimana halnya dengan disiplin ilmu lain, Mekanika Fluida juga
mempunyai sejarah perkembangan atau pencapaian hasil yang terjadi secara acak.
Sejarah perkembangan ilmu mekanika fluida sebagaimana dipaparkan berikut ini.
Penerapan mekanika fluida yang pertama mungkin adalah ketika orang
melontarkan batu, lembing dan anak-anak panah. Kebudayaan-kebudayaan kuno
sudah memiliki pengetahuan yang cukup untuk memecahkan masalah aliran
tertentu. Kapal-kapal dengan dayung dan layar telah digunakan sekitar tahun 3000
SM. Sistem irigasi telah ditemukan diantara puing-puing prasejarah baik di Mesir
maupun di Mesopotania. Orang yunani kuno telah mengenali udara dan air sebagai
dua zat dari empat unsur zat ( yang lain adalah api dan tanah ).
Aristoteles pada abad ke empat SM mempelajari benda-benda dalam
media yang tipis dan dalam gelembung-gelembung. Archimedes (285 212 SM)
merumuskan hukum-hukumnya yang terkenal tentang benda terapung dan
terbenam. Saluran-saluran air bangsa Romawi dibangun dalam abad keempat SM,
walaupun bukti-bukti tertulis menunjukkan bahwa para pembuat saluran itu belum
memahami tentang azas-azas perancangan dan mekanisme hambatan pipa.
Sejak permulaan tarik masehi sampai zaman Renaisance terus menerus
terjadi perbaikan-perbaikan dalam rancangan sistem-sistem aliran seperti kapal,
saluran dan talang air, namun tidak ada bukti-bukti adanya perbaikan yang
mendasar dalam analisa aliran. Kemudian Leonardo Da Vinci ( 1452 1519 ),
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
2
sangat dipengaruhi oleh efek kekentalan. Para ahli teknik mulai menolak apa yang
mereka
anggap
sebagai
teori
yang
sama
sekali
tidak
realistik,
dan
2.
3.
BAB II
DEFINISI DAN SIFAT-SIFAT FLUIDA
Hasil Pembelajaran
Setelah interaksi pembelajaran dalam bab ini, mahasiswa diharapkan dapat
menguraikan tentang definisi dan sifat-sifat fluida yang meliputi fluida cair dan
gas.
Kriteria Penilaian
Keberhasilan saudara dalam menguasai bab ini dapat diukur dengan kriteria
sebagai berikut :
1. Menjelaskan definisi dan klasifikasi fluida cair dan gas.
2. Menerangkan perbedaan fluida cair dan gas.
3. Menyebutkan definisi dimensi dan satuan.
4. Menyebutkan dimensi-dimensi dasar dalam mekanika fluida.
5. Menyebutkan satuan-satuan yang digunakan dalam sistem satuan SI atau
metrik dan sistem satuan Inggris/British.
6. Menggunakan sistem satuan secara konsisten.
7. Menerangkan sifat-sifat fluida :
Tekanan uap.
Buku Utama:
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
6
Pendahuluan
Konsep dasar yang sangat penting diketahui dalam mempelajari Mekanika
Fluida adalah pemahaman tentang definisi dan sifat-sifat fluida itu. Dalam bab ini,
fluida didefinisikan dan dibahas sistem-sistem satuan, gaya, massa, panjang dan
waktu
yang
konsisten
sebelum
pembahasan
mengenai
sifat-sifat
serta
pendefinisian istilah-istilah.
2.1. Definisi Fluida
Bahan dapat dibagi atas 2 keadaan saja, yakni fluida dan zat padat. Secara
teknis perbedaannya terletak pada reaksi kedua zat itu terhadap tegangan geser
atau tegangan singgung yang dialaminya. Zat padat dapat menahan tegangan geser
dengan deformasi statis, sedangkan fluida adalah sebaliknya.
Fluida juga dikenal dengan istilah zat alir, adalah zat yang berubah bentuk
secara kontinyu ( terus menerus ) bila terkena tegangan geser, betapapun kecilnya
tegangan geser itu. Maka dapat kita katakan bahwa fluida yang diam, berada
dalam keadaan tegangan geser nol.
Fluida dapat digolongkan ke dalam cairan ( zat cair ) atau gas. Perbedaan
utama antara keduanya bersifat teknis, yaitu berhubungan dengan akibat gaya
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
8
kohesif. Karena terdiri atas molekul-molekul tetap rapat dengan gaya kohesif yang
relatif kuat, zat cair cenderung mempertahankan volumenya dan akan membentuk
permukaan bebas dalam medan gravitasi jika tidak tertutup dari atas, aliran muka
bebas sangat dipengaruhi efek gravitasi. Sedangkan gas yang mempunyai jarak
antara molekul-molekulnya besar dan gaya kohesifnya terabaikan, akan memuai
dengan bebas sampai tertahan oleh dinding yang mengungkungnya. Volume gas
tidak tertentu (mengikuti volume wadahnya) dan jika tanpa wadah yang
mengungkungnya, gas itu akan membentuk atmosfer yang pada hakekatnya
bersifat hidrostatik. Gas tidak dapat membentuk permukaan bebas, karena itu
aliran gas jarang dikaitkan dengan efek gravitasi.
Berdasarkan bentuk hubungan antara besarnya tegangan geser yang
bekerja dengan laju perubahan bentuk yang terjadi, maka fluida dapat
diklasifikasikan atas fluida yaitu Fluida Newton ( Newton Fluids ) atau fluida
bukan-Newton ( Non-Newton Fluids ). Fluida yang mempunyai hubungan linear
antara besarnya tegangan geser dengan laju perubahan bentuk yang diakibatkan
disebut fluida Newton. Fluida yang termasuk dalam kelompok ini seperti air,udara
dan gasolin pada kondisi normal. Sedangkan fluida bukan-Newton adalah fluida
yang mempunyai hubungan tidak linear antara besarnya tegangan geser dengan
laju perubahan bentuk yang diakibatkan. Contoh fluida ini adalah pasta gigi dan
cat minyak. Bidang yang mempelajari fluida bukan-Newton merupakan bagian
dari ilmu yang disebut Rheologi.
Menurut Metzner (Olson,1993 : 25) fluida diklasifikasikan kedalam empat
golongan, yaitu :
1. Fluida Viskos Murni. Ini meliputi fluida-fluida Newton dan bukan-Newton
dengan tegangan geser yang hanya bergantung pada laju geseran dan tidak
bergantung pada waktu.
2. Fluida bergantung pada waktu. Fluida-fluida yang viskositasnya seolah
semakin lama makin berkurang meskipun laju geseran tetap disebut fluida
Thiksotropik, sedangkan yang viskositasnya seolah makin lama makin besar
disebut fluida Rheopektik.
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
9
Tiap kelompok sistem satuan menggunakan Dimensi Dasar, yaitu : massa (M),
panjang (L), waktu (T) dan temperatur (). Dimensi-dimensi lainnya dapat
diturunkan dari dimensi-dimensi dasar ini.
Hubungan antara dimensi dasar ini dapat diturunkan dari hukum-hukum
fisika yang ada, misalnya dari hukum Newton II, yang menyatakan bahwa gaya
sebanding dengan massa kali percepatan, F = m.a, dan sebagai persamaan, faktor
kesebandingan k harus di gunakan sehingga diperoleh persamaan :
F=k m.a
atau
F = m.a/gc dengan gc = 1 / K
harga 1/k atau gc bergantung pada sistem sataun yang digunakan sehingga
menghasilkan harga gaya yang benar dari perkalian antara massa dan percepatan.
Dari persamaan Newton II di atas, diperoleh hubungan antara gaya, massa dan
percepatan dalam setiap sistem satuan.
Dalam sistem satuan Internasional ( Systeme International dunites ) SI,
satuan massa dalam kilogram (kg), panjang dalam meter (m), waktu dalam ketik
(det.) dan temperatur dalam Kelvin (K), sedangkan gaya sebagai satuan turunan
dinyatakan dalam Newton (N) dapat didefinisikan dari persamaan Newton, yaitu :
1 N 1kg.m / det 2
Dalam sistem satuan Metrik Absolut atau metrik cgs, satuan massa,
panjang, waktu dan temperatur berturut-turut dinyatakan dalam gram (g),
centimeter (cm), detik (det) dan Kelvin (K). sedangkan gaya (F) sebagai satuan
turunan dinyatakan dalam dyne dan didefinisikan :
1dyne 1 g.c.m det 2
Sistem satuan
1.
Inggris Teknik,
BG Atau USC
Gaya
(F)
pound
(lbf)
Massa
(M)
Slug
Panjang
(L)
feet
(ft)
Waktu
(T)
detik
gc = 1/k
slug.ft
1
Faktor
konversi
1 slug =
3,2 lbm
l bf.det2
2.
Inggris
Engineering
pound
(lbf)
pound
(lbm)
feet
(ft)
detik
lbm.ft
32,2
3.
Inggris
Absolut
poundal
(pdl)
pound
(lbm)
feet
(ft)
lbf. det2
detik
lbm.ft
1
4.
Metrik Absolut
(cgs)
dyne
gram
(gr)
cm
detik
pdl.det
gm. cm
6.
7.
Metrik
Engineering
Sistem
internasional,
SI
1 ft =
0,3048 m
1 lbf =
4,448 N
Metrik MKS
5.
1 slug =
14,59 kg
kilogram
(Kgf)
kilogra
m (Kg)
meter
(m)
detik
gram (gf)
gram
(gr)
centi
meter
(cm)
detik
kgm
9,8061
kgf. det2
meter
(m)
detik
gm.cm
980,665
gf. dt2
Newton
(N)
Kilogra
m (Kg)
dyne. det2
kg. m
1 N = 105
dyne
1
N. det2
Dimensi turunan
Luas ( L2 )
Volume ( L3 )
Kecepatan (LT-1)
Percepatan (LT-2)
Tek./Teg. (ML-1T-2)
Kecep.sudut ( T-1 )
Energi kalor, usaha
( ML2 T-2 )
Daya ( ML2 T-3 )
Kerapatan ( ML-3 )
Kekentalan Dinamik
( ML-1 T-1)
Kalor spesific
( L2 T-2 -1 )
Satuan SI
m2
m3
m/dt
m/dt2
Pa = N/m2
dt -1
J = N.m
Satuan BG
ft 2
ft3
ft/dt
ft/dt2
lbf/ft2
dt -1
lbf.ft
Faktor konversi
1 m = 10,746 ft2
1 ft3 = 35,315 ft3
1ft/dt = 0,3048 m/dt
1ft/dt2 = 0,3048 m/dt2
1 lbf/ft2 = 47,88 Pa
W = J/dt
Kg/m3
Kg/ (m.dt)
lbf.ft/dt
slug/ft
slug/ft.dt
1 ft.lbf/dt = 1,3558 W
1 slug/ft3 = 515,4 kg/m
1 slug/(ft.dt)=47,88 kg/m.dt
M2/ (dt 2 K)
ft2 / (dt2.R)
1 ft.lbf = 1,3558 J
Kelipatan
109
106
103
10-2
10-3
10-6
10-9
10-12
Awalan SI
giga
mega
kilo
centi
milli
mikro
nano
piko
Singkatan
G
M
k
c
m
n
p
Contoh-contoh soal:
1. Tunjukkan dimensinya dan satuan yang digunakan dalam sistem satuan SI dan
satauan BG dari besaran-besaran berikut :
a. Momentum
b. Tegangan Geser
c. Berat Jenis
Jawab
a. Momentum = massa x kecepatan
= massa x (jarak/waktu)
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
13
Dimensi
= M . L . T -1
Satuan SI
= Kg .m . dt -1
= kg . m/dt
= N . dt
Satuan BG = Slug. ft . dt -1
= Slug . ft / dt
b. Tegangan geser = Gaya bagi luasan
= F . L-2
= M . L . T -2 . L -2
= M . L -1 . T -2
= M / L . T -2
Satuan SI
= N / m2
Satuan BG
= lbf / ft 2
N = Kg . m / dt
= N/m3
Satuan BG = lbf / ft 3
2. Sebuah benda beratnya 1000 lbf dibawah pengaruh medan gravitasi bumi yang
percepatannya g = 32,174 ft / dt 2.
a. Berapa massanya dalam kilogram ?
b. Berapa berat benda ini dalam Newton, jika dipengaruhi percepatan
gravitasi bulan yang nilai standarnya g bulan = 1,62 m / dt 2.
c. Berapa besar percepatan benda itu jika gayanya netto sebesar 400 lbf
dikenakan padanya dibulan atau dibumi.
Penyelesaian :
Dari soal W = 1000 lbf
g = 32,174 ft / dt 2
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
14
c. Percepatan benda :
Dari persamaan Newton II,
F = m.a
400 lbf = 31,08 (slug) x a ( ft / dt2 )
a = 400/31,08 ( ft / dt 2 )
a = 12,43 ft / dt 2
a = 12,43 x 0,3048 (m / dt 2)
= 3,79 m / dt 2
2.3. Sifat-sifat Fluida
Semua fluida sejati mempunyai atau menunjukkan sifat-sifat atau
karakteristik-karakteristik yang penting dalam dunia rekayasa. Kerapatan,
kompressibilitas, kapilaritas dan tekanan uap adalah sifat-sifat fluida yang penting
untuk fluida dalam keadaan diam dan untuk fluida yang bergerak, disamping sifatsifat tadi juga viskositas memegang peranan penting.
Sifat-sifat inilah yang akan diuraikan dalam subbab mendatang.
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
15
2.3.1. Kerapatan.
Kerapatan atau rapat massa ( densitas ), suatu zat adalah ukuran untuk
konsentrasi zat tersebut dan dinyatakan dalam massa per satuan volume.
= m / v
Kerapatan air pada tekanan standar (760 mmHg) dan 40 C adalah 1000
Kg/m3, sedangkan kerapatan udara baku pada tekanan standar (1 atm) dan
temperatur 150 C adalah 1,225 Kg/m3.
Harga kerapatan air dan sifat-sifat fisika lainnya dapat dilihat pada lampiran Tabel
A1. Temperatur dan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kerapatan zat cair,
namun sangat berarti terhadap kerapatan gas. Kerapatan suatu gas dapat dihitung
pada persamaan gas ideal, yaitu:
=p/R.T
= Kerapatan
p = Tekanan mutlak
R = Tetapan gas
T = Temperatur mutlak
Harga tetapan gas, R untuk udara adalah 287 m2/dt2. K ( N.m/Kg.K). Harga-harga
tetapan gas R untuk berbagai gas dapat dilihat dalam lampiran Tabel A2.
Contoh 2.4
Hitung kerapatan udara pada tekanan 13,79 x 104 N/m2 dan temperatur 480 C.
Jawab :
=P/R.T
= 13,79 x 104 (N/m2) / 287 N.m/Kg . ( 48 + 273 ) K
= 15,40 Kg/m3
2.3.2 Volume jenis, Berat jenis dan Gravitasi jenis.
Volume jenis, v adalah kebalikan kerapatan , yakni volume yang ditempati
oleh massa satuan fluida, jadi :
v= 1/
Berat jenis, adalah gaya gravitasi terhadap massa yang terkandung dalam
satuan volume zat, atau hasil kali antara kerapatan dengan percepatan
gravitasi,
=.g
Berat jenis sangat berguna dalam masalah-masalah tekanan hidrostatik.
-
Gravitasi jenis ( specifik gravitasi ) SG, atau disebut juga dengan kerapatan
relatif adalah suatu bilangan yang menunjukkan perbandingan (ratio) antara
massa atau kerapatan suatu zat terhadap massa atau kerapatan suatu zat pada
kondisi standar yang bervolume sama yang ditentukan sebagai patokan.
Untuk zat cair dan zat padat, zat patokannya adalah air pada tekanan 1 atm,
atau 1,013 x 105 Pa dan temperatur 40 C. Dan untuk gas, zat patokannya
adalah udara standar, yaitu udara bebas yang mengandung CO2 atau hidrogen
pada 150 C dan tekanan 1 atm.
SG zat = zat / air
SG zat cair = zat cair / air
atau
Contoh 2.5
Kerapatan suatu zat adalah 2,94 g/cm3. Tentukanlah dalam satuan SI harga :
a. Gravitasi jenisnya.
b. Volume jenisnya.
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
17
c. Berat jenisnya.
Jawab :
Dari soal : Diberikan = 2,94 g/cm3.
= 2,94 g/cm3 x 1 Kg/1000 g x 106 cm3/m3
dalam satuan SI
= 2940 Kg/m3.
a. Gravitasi jenis zat :
SG = zat / air
= 2940 ( kg/m3 ) / 1000 ( kg/m3 )
= 2,94
b. Volume jenis, v :
v
= 1/
= 1 / 2940
= 0,000340 m3 / kg
c. Berat jenis, :
= . g
= 2940 kg/m3 x 9,81 m/dt2.
= 2884140 N/m3.
minus
dimasukkan
karena
bertambahnya
tekanan
menyebabkan
mengecilnya volume.
Kebalikan dari kompressibilitas disebut Elastisitas atau Modulus Bulk
Elastisitas ( Bulk Modulus of Elastisity ), K.
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
18
= - p / ( v / v )
(2 1) MN / m 2
(995 1000) / 1000
200 Mpa
= 0,073 N/m
Contoh 2.7
Berapakah harga tekanan di dalam sebuah tetes air yang bergaris tengah 0,05 mm
pada temperatur 200 C, jika tekanan diluar tetes itu adalah tekanan atmosfir
standar.
Jawab :
Dari soal diketahui : R = 0,05 mm/2 = 0,025 mm.
= 0,073 N / m
( lihat tabel )
Gambar 2.3. Pengaruh sudut kontak pada kapilaritas dalam sebuah pipa kecil.
Tinggi kenaikkan/penurunan zat cair dalam pipa kapiler dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan :
h = 2 Cos / gr
Efek kapiler ini harus diperhitungkan jika menggunakan tabung-tabung bergaris
tengah kecil untuk mengukur tekanan.
Contoh 2.8
Sampai ketinggian h berapa air pada temperatur 200 C akan naik dalam sebuah
pipa kaca bersih berdiameter 2,5 mm.
Jawab :
Dari soal diberikan :
= 0,073 N/m ( lihat tabel )
= 00 ( kaca bersih )
= 1,25 x 10-3 m
= 2 Cos / gr.
= 2 . 0,073 . Cos 0 / 1000 . 9,81 . 1,25 x 10-3
= 0,012 m
= 12 mm.
2.3.5 Tekanan Uap
Kalau suatu zat cair dan uapnya berada bersama dalam kesetimbangan,
uap disitu disebut uap jenuh, dan tekanan yang diberikan oleh uap jenuh ini
disebut tekanan uap. Jika tekanan zat cair lebih besar dari tekanan uapnya,
pertukaran antara zat cair dan uap itu hanya terjadi dalam penguapan pada antarmukanya. Tetapi jika tekanan zat cair itu menjadi lebih rendah daripada tekanan
uapnya, gelembung-gelembung uap mulai muncul di dalam zat cair itu. Untuk
setiap zat, tekanan uap merupakan fungsi temperatur. Harga-harga tekanan uap
untuk beberapa zat cair pada berbagai temperatur disajikan dalam lampiran Tabel
A4.
Dalam
banyak
situasi
yang
menyangkut
aliran
cairan
terdapat
atau
= ( du / dy ) = ( d / dt )
= / ( du / dy ) = / ( d / dt )
0,01008 poise
10 poise / Pa
2 N / m 2 x 0,5 x10 3 m
0,25m / dt
= 0,004 N . dt /m2 ( Pa . dt )
2.4.
Pertanyaan
1.
2.
3.
BAB III
STATIKA FLUIDA
Hasil Pembelajaran
Setelah interaksi pembelajaran dalam bab ini, mahasiswa diharapkan dapat
menguraikan mengenai statika fluida yang mencakup studi mengenai tekanan dan
variasinya pada seluruh bagian fluida dan studi tentang gaya permukaan.
Kriteria Penilaian
Keberhasilan saudara dalam menguasai bab ini dapat diukur dengan kriteria
sebagai berikut :
1.
2.
Buku Utama:
John A. Roberson, Clayton T.Crowe, 1997 Engineering Fluid Mechanics ,
Sixth Edition, John Wiley & Sons, Inc.
Ranald. V. Giles, 1996, Mekanika Fluida dan Hidraulika , Edisi ke-2,
Erlangga, Jakarta.
Buku Penunjang:
Dugdale H.R, 1986, Mekanika Fluida , Edisi ke-3, Erlangga, Jakarta.
Frank. M. White, 1994, Mekanika Fluida , Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.
Robert L. Daugherty, Joseph B. Franzini, 1989, Fluid Mechanics With
Engineering Applications, McGraw-Hill Book Company.
Pendahuluan
Pengetahuan mengenai statika fluida mencakup studi mengenai tekanan
dan variasinya pada seluruh bagian fluida dan studi tentang gaya permukaan yang
terbatas besarnya.
Bab ini terutama membahas perubahan-perubahan tekanan fluida terhadap
ketinggian dalam suatu medan gravitasi, misalnya medan gravitasi bumi, dan
akibat perubahan-perubahan tekanan tersebut pada permukaan di dalam fluida
yang dalam keadaan diam. Studi tentang variasi tekanan yang diukur dengan
manometer, gaya-gaya hidrostatika pada dam dan pintu air, gaya pengapungan
pada benda-benda yang terendam, variasi tekanan dan kerapatan terhadap
ketinggian atmosfer serta untuk menetapkan kriteria kemantapan ( stabilitas )
statik pada benda-benda yang tenggelam dan mengapung.
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
28
dp . gdz
dp . g dz
1
(3.2b.)
+ z2
h gas (udara)
z1 = 0
g
permukaan laut
+ h zat cair
z2
Gbr. 3.1. Dasar Pengukuran h pada Fluida Gas dan Cairan.
Dari uraian diatas, maka persamaan tekanan ( mutlak ) untuk zat cair
adalah :
p = pa + .g.h = pa + h (3.3)
dan untuk gas dengan anggapan kerapatannya konstan :
p = pa - .g.h = pa - . h .(3.4)
persamaan ( 3.4 ) ini dapat digunakan untuk udara sampai ketinggian 330 m
( 1000 ft ) di atas permukaan laut.
Persamaan ( 3.3 ) dan ( 3.4 ), menunjukkan bahwa tekan (mutlak) zat cair
akan semakin besar dengan bertambahnya kedalaman, sedangkan tekanan
(mutlak) udara atmosfer semakin berkurang dengan bertambahnya ketinggian dari
permukaan laut.
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
30
Contoh 3.1.
Batas kedalaman yang boleh di tempuh dengan aman oleh seorang penyelam
adalah sekitar 50 m. Berapakah intensitas tekanan (mutlak) pada kedalaman itu
dalam :
a. Air tawar ( = 1000 kg/m3 )
b. Air laut ( = 1025 kg/m3 )
Gunakan tekanan atmosfer standar, Pa = 101,325 kPa.
Jawab :
a. Untuk air tawar :
p = pa + .g.h
p = 1,01325 x 105 + ( 1000 kg/m3 ) ( 9,81 m/dt2 ) ( 50 m )
p = 1,01325 x 105 pa + 4,91 x 105 N/m2.
P = 5,29 x 105 pa (mutlak)
b. Untuk air laut :
p = pa + gh
p = 1,01325 x 105 + ( 1025 kg/m3 ) ( 9,81 m/dt2 ) ( 50 m ).
p = 1,01325 x 105 Pa + 5,03 x 105 N/m2.
p = 6,04 x 105 Pa ( mutlak ).
Contoh 3.2.
Jika tekanan atmosfer standar adalah 1,01325 x 105 Pa. Dengan menganggap
kerapatan udara tetap, hitunglah tekanan atmosfer pada ketinggian 300 m dari
permukaan laut.
Jawab :
Dengan menggunakan persamaan hidrostatik untuk udara dengan
kerapatan konstan dapat dihitung tekanan (mutlak) udara pada ketinggian 300 m,
yaitu :
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
31
p = pa - gh
dengan udara = g udara = 11,8 N/m3 ( lihat tabel )
p = 1,01325 x 105 - ( 11,8 N/m3 ) ( 300 m )
p = 1,01325 x 105 Pa - 3540 N/m2
p = 0,97785 x 105 Pa (mutlak)
3.1.2. Tekanan Hidrostatik Dalam Gas
Gas adalah fluida termampatkan, dengan kerapatan hampir sebanding
dengan tekanannya. Untuk gas sempurna berlaku hubungan :
= p/RT
( 3.5 )
(dp / p) ( g / R) (dz / T )
ln ( p2 / p1 ) = - ( g / R ) (dz / T ) .. ( 3.7 )
Jika temperatur atmosfer diasumsikan konstan ( atmosfer isothermal )
T=To, maka hasil integrasi persamaan ( 3.7 ) adalah :
g( z 2 z1 )
p 2 p1 exp
RTo
( 3.8 )
dengan menggunakan satuan yang konsisten, maka besaran dalam kurung adalah
tak berdimensi.
Pada lapisan Troposfer, yaitu bagian bawah dari atmosfer pada ketinggian
sampai sekitar 11.000 m ( 11 km ) dari permukaan laut, suhu rata-rata udara /
atmosfer turun secara hampir linear dengan bertambahnya ketinggian :
T = To Bz . ( 3.9 )
To adalah suhu (mutlak) pada permukaan laut dan B adalah laju gelincir (Lapse
rate). Nilai-nilai standar To & B adalah :
To = 518,69 0 R = 288,16 K = 150 C.
B = 0,003566 0 R / ft = 0,00650 K/m
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
32
Bz
p pa 1
To
( g / RB )
( 3.10 )
pangkat (g/RB) adalah berdimensi dan nilai standarnya untuk udara ialah 5,26.
Distribusi suhu dan tekanan dalam atmosfer standar Amerika, ditunjukkan dalam
gambar 3.1. Dan sifat-sifat atmosfer standar sebagaimana ditabulasikan dalam
Lampiran Tabel A5.
Contoh 3.3.
Jika tekanan Atmosfer standar 101,325 kPa, hitunglah tekanan udara
atmosfer pada ketinggian 3000 m dari permukaan laut dengan menggunakan :
a. Rumus yang eksak
b. Rumus atmosfer isothermal
c. Rumus kerapatan udara tetap
d. Bandingkan hasil yang diperoleh dari a, b, dan c.
jawab :
a. Dari persamaan eksak :
p = pa [ 1 B.Z / To ] g/RB
p = pa [ 1 0,00650 K/m . 3000 m / 288,16 K ]5,26
p = pa [ 0,9323 ]5,26
p = 101325 [ 0,6917 ] = 70086,5 Pa
p = 70,0865 kPa
b. Untuk atmosfer isothermal :
p = pa exp [ - g z2 z1 / R.To ]
= pa exp [ - 9,81 m/dt2 . 3000 m / 287 m2/dt2 K.288,16 K ]
= pa exp [ - 0,3558 ]
p = 101325 [ 0,7006 ]
= 70988,3 Pa = 70,9883 kPa
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
33
Tekanan atmosfer lokal diukur dengan barometer air raksa atau dengan barometer
aneroid.
Tekanan atmosfer standar adalah tekanan rata-rata pada permukaan laut.
Nilai-nilai standar untuk tekanan atmosfer standar sebagaimana ditunjukkan
dalam gambar 3.2. Harga tekanan atmosfer merupakan satuan tekanan mutlak.
2
tekanan
relatif
Tek.atm
standar
Tek.atm
lokal
1 atmosfer
14,7 psi
101,325 Kpa
1,01325 Bar (kgf/cm2)
2116 lbf/ft2
760 mm Hg
10,34 m Air
29,92 in Hg
33,91 ft Air
Tek. relatif
(negatif/hisap/vakum)
1
Tekanan
mutlak
Penunjukkan
Barometer
lokal
Tekanan
mutlak
Nol mutlak
Gbr. 3.2. Satuan dan Skala Ukuran Tekanan
Dalam gambar 3.2. kita dapat menetapkan suatu tekanan pada diagram,
yang menunjukkan hubungan dengan nol mutlak dan dengan tekanan atmosfer
lokal. Jika titik yang bersangkutan (titik 1) berada di bawah garis tekanan
atmosfer lokal, maka tekanan relatifnya disebut juga tekanan negatif, hisap atau
vakum ( hampa ).
Misalnya, tekanan atmosfer lokal suatu daerah (yang ditunjukkan oleh barometer)
adalah 1 bar ( 1 bar = 105 Pa ) dan suatu alat ukur tekanan yang terpasang pada
suatu sistem menunjukkan tekanan mutlak sebesar 0,5 bar, maka dapat dituliskan /
dilaporkan kondisi tersebut diatas sebagai berikut :
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
35
= 1,49 bar
3.3. Manometer
Manometer adalah alat yang menggunakan kolom cairan untuk
menentukan tekanan atau beda tekanan. Untuk menentukan harga tekanan atau
beda tekanan dan tinggi kenaikan atau defleksi ( perbedaan ketinggian ) zat cair
dalam manometer tersebut, dipergunakan persamaan tekanan hidrostatik :
p = - gh = - h
Yang perlu diingat bahwa :
1. Titik-titik yang berada pada ketinggian yang sama dalam cairan yang sama
mempunyai tekanan yang sama.
2. Satuan yang digunakan harus konsisten.
3. Prosedur umum dalam menyelesaikan soal-soal manometer adalah :
a. Mulailah dari satu ujung ( atau dari suatu meniskus jika rangkaiannya
kontinyu ) dan tuliskan tekanan disana dalam satuan yang tepat.
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
37
Jawab :
pA + gh ( untuk air ) - gh ( untuk air raksa ) = pD
pA + 1000 . 9,81 ( 3,6 3,0 ) ( 13,57 . 1000 ) ( 9,81 ) ( 3,9 3,0 ) = 0
pA + 5886 119809,53 = 0
pA = 113923,53 Pa
= 1,14 . 105 Pa
= 1,14 bar ( ukur )
catatan : pD = 0 karena tekanan atmosfer dinyatakan dalam tekanan ukur.
Contoh 3.6.
Berapakah tekanan isap/masuk pada sebuah pompa sentrifugal apabila diukur
dengan sebuah manometer seperti tergambar dimana y = 20 cm, hm = 10 cm dan
fluida dalam manometer adalah air raksa ( SG = 13,57 ).
Jawab :
p masuk + y + m = 0
p masuk + gy + ghm = 0
p masuk = - gy - ghm
= - ( 1000 ) ( 9,81 ) ( 0,20 ) ( 13,57 x 1000 ) ( 9,81 ) ( 0,10 )
= - 1962 13312,17
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
38
= - 15274,17 Pa
p masuk = - 0,153 . 105 Pa ukur
= - o,153 bar ukur
Jadi tekanan isap pompa adalah 0,153 . 105 Pa lebih rendah dari tekanan atmosfer
lokal.
Contoh 3.7.
Sebuah manometer U digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan di A dan B
seperti tergambar. Oli dengan SG 0,8 berada pada bagian atas bengkokan
manometer U dan air raksa dengan SG 13,6 berada pada bagian bawah
manometer. Hitunglah perbedaan tekanan A dengan B dalam Pa.
Jawab :
Dari soal diketahui :
air = g = 1000 x 9,81 = 9810 N/m3.
oli = SG oli x air = 0,8 x 9810
= 7848 N/m3
Hg = SG Hg x air = 13,6 x 98,10
= 133121,7 N/m3
Dengan memperhatikan gambar soal, maka perbedaan tekanan antara A dan B
dapat dihitung sebagai berikut :
pA + air . 0,25 - Hg . 0,08 + oli . 0,10 - Hg . 0,12 + air . 0,20 = pB
atau
pA pB = - air . 0,25 + Hg. 0,08 - oli . 0,10 + Hg . 0,12 - air . a020
= - (9810 N/m3 . 0,2 m ) + ( 45126 N/m3 . 0,08 ) ( 7848 N/m3 . 0,1 m )
+ ( 45126 N/m3 . 0,12 m ) ( 9810 N/m3 . 0,20 m )
=
N/m2.
Pa ( ukur )
Berat jenis
zat cair,
h
F
( 3.16c )
Gaya total F tidak bekerja pada sentroid luas kecuali untuk kasus khusus
bilamana luas permukaan horisontal yang menerima distribusi tekanan homogen.
Sebaliknya, titik kerja itu ( gaya total F ) terletak dibawah sentroid karena
meningkatnya tekanan dengan bertambahnya kedalaman.
Jarak YF dalam gambar 3.4 didefinisikan sebagai jarak ke pusat tekanan CP, dan
menentukan titik tempat gaya resultant F bekerja. Jarak ini diukur dari permukaan
bebas dan sejajar dengan permukaan bidang itu. Besarnya nilai YF itu adalah :
YF = + ICG / A . ( 3.17 )
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
41
ICG adalah momen inersia luasan bidang terhadap pusat gravitasi CG. Harga-harga
ICG untuk beberapa bentuk bidang rata diperlihatkan dalam Tabel 3.1
Tabel 3.1 Momen inersia luasan bidang rata terhadap pusat gravitasi masingmasing.
b
BAB IV
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
42
FLUIDA BERGERAK
Hasil Pembelajaran
Setelah interaksi pembelajaran dalam bab ini, mahasiswa diharapkan dapat
menguraikan tentang klasifikasi aliran fluida, baik itu sebagai aliran laminer
maupun turbulen.
Kriteria Penilaian
Keberhasilan saudara dalam menguasai bab ini dapat diukur dengan kriteria
sebagai berikut :
1.
Menjelaskan
tentang
kriteria
yang
dapat
digunakan
untuk
Buku Utama:
John A. Roberson, Clayton T.Crowe, 1997 Engineering Fluid Mechanics ,
Sixth Edition, John Wiley & Sons, Inc.
Ranald. V. Giles, 1996, Mekanika Fluida dan Hidraulika , Edisi ke-2,
Erlangga, Jakarta.
Buku Penunjang:
Dugdale H.R, 1986, Mekanika Fluida , Edisi ke-3, Erlangga, Jakarta.
Frank. M. White, 1994, Mekanika Fluida , Edisi ke-2, Erlangga, Jakarta.
Robert L. Daugherty, Joseph B. Franzini, 1989, Fluid Mechanics With
Engineering Applications, McGraw-Hill Book Company.
Pendahuluan
Banyak kriteria yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan aliran
fluida. Sebagai contoh, aliran dapat digolongkan sebagai aliran stedi atau tak
stedi, seragam atau tidak seragam, laminer atau turbulen, dapat mampat
( compressible ) atau tak dapat mampat ( incompressible ), rotasional atau tak
rotasional, satu, dua, atau tiga dimensi. Selain itu, aliran gas ada yang subsonik,
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
43
transonik, supersonik atau hipersonik, sedangkan zat cair yang mengalir disaluran
terbuka ada yang sub kritis, kritis atau superkritis. Klasifikasi-klasifikasi inilah
yang akan dibicarakan.
Aliran disebut stedi bila kondisi di titik manapun di dalam fluida tidak
berubah terhadap waktu. Sebagai contoh, jika kecepatan disuatu titik tertentu
adalah 3 m/dt dalam arah + x, maka dalam aliran stedi, kecepatan tersebut tetap
tepat sebesar itu serta dalam arah itu untuk jangka waktu tak terbatas, atau dapat
dinyatakan sebagai :
v / t = 0
Demikian pula, tidak ada perubahan kerapatan , tekanan p atau suhu T dengan
waktu di titik manapun. Jadi :
/t = 0
p /t = 0
T/t = 0
Aliran adalah tak stedi bila kondisi di titik manapun berubah dengan
waktu, v / t = 0.
Aliran air yang konstan di dalam sebuah pipa bersifat stedi, akan tetapi saat katup
alirannya sedang dibuka atau sedang ditutup, aliran itu tidak stedi.
Aliran seragam ( merata / uniform flow )terjadi bila besar dan arah
kecepatannya tidak berubah dari titik ke titik dalam fluida atau v/s = 0.
Demikian halnya variabel-variabel fluida lainnya tidak berubah bersama jarak
atau y/s = 0, /s = 0, p/s = 0. Aliran tak seragam ( non uniform flow )
terjadi bila kecepatan, kedalaman, tekanan dan seterusnya, berubah dari titik ke
titik dalam aliran fluida tersebut, atau :
v/s 0, y/s 0, /s 0, p/s 0.
Aliran zat cair dalam sebuah pipa yang luas penampangnya konstan dan
dalam saluran terbuka yang lebar serta dalamnya konstan adalah contoh aliran
seragam. Aliran zat cair dalam saluran yang luas penampangnya berubah-ubah,
dan semua aliran gas kecuali yang kecepatannya rendah dan luas penampang
alirannya konstan, adalah contoh aliran tak seragam karena kecepatannya
bervariasi dari penampang yang satu ke penampang yang lain.
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
44
Contoh-contoh aliran stedi dan tak stedi serta aliran seragam adalah :
aliran cairan melalui pipa yang panjang dengan laju yang konstan adalah aliran
seragam stedi, aliran cairan melalui pipa yang panjang dengan laju menurun
adalah aliran seragam tak stedi, aliran melalui tabung yang membesar dengan laju
yang konstan adalah aliran tak seragam stedi dan aliran melalui tabung yang
membesar dengan laju yang meningkat adalah aliran tak seragam tak stedi.
Aliran dapat digolongkan sebagai aliran rotasional atau tak rotasional
tergantung apakah partikel-partikel atau elemen-elemen dalam fluida berputar
terhadap sumbu aliran tersebut. Jika partikel-partikel fluida di dalam suatu daerah
mempunyai rotasi seputar suatu sumbu, alirannya disebut aliran rotasional atau
aliran vorteks. Jika fluida di dalam suatu daerah tidak mempunyai rotasi, alirannya
dinamakan aliran tak rotasional.
Aliran dianggap tak dapat mampat ( incompressible ) bila perubahan
kerapatan fluida disitu dapat diabaikan. Semua aliran zat cair dan aliran gas pada
kecepatan rendah boleh dianggap aliran yang tidak dapat mampat. Aliran gas
dengan kecepatan diatas sekitar 60 90 m/dt harus dianggap aliran dapat mampat.
Sebetulnya semua fluida dapat dimampatkan walaupun sedikit, tetapi umumnya
yang dianggap tak dapat mampat adalah fluida yang kerapatannya tidak
bergantung pada tekanan.
Aliran satu dimensi mengabaikan variasi atau perubahan kecepatan,
tekanan, temperatur dan sebagainya, dalam arah tegak lurus terhadap arah aliran
utama. Kondisi-kondisi pada suatu penampang dinyatakan dalam nilai rata-rata
kecepatan kerapatan dengan sifat-sifat lainnya. Sebagai contoh, aliran melalui
pipa biasanya dianggap sebagai aliran satu dimensi. Dalam aliran dua dimensi,
semua partikel diasumsikan mengalir dalam bidang-bidang datar yang sejajar,
sepanjang lintasan yang identik dalam masing-masing bidang ini, maka dari itu
tidak terdapat perubahan aliran dalam arah tegak lurus bidang-bidang ini. Aliran
tiga dimensi adalah aliran dimana parameter-parameter fluida atau alirannya
bervariasi dalam arah x, y danz.
Sebuah
klasifikasi
yang
penting
sekali
adalah
klasifikasi
yang
m = VA = konstan ( 4.1 )
Untuk aliran tak dapat mampat, laju aliran volumetrik ( debit aliran ) Q
konstan :
Q = VA = konstan .. ( 4.2 )
Contoh 4.1.
Air mengalir dengan kecepatan rata-rata 3 m/dt dalam pipa masukan sebuah yang
berdiameter 0,20 m. Berapakah kecepatan aliran rata-rata dalam pipa keluaran
yang berdiameter 0,15 m.
Jawab :
Q1 = Q2
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
46
A1V1 = A2V2
/4 ( d1 )2 . V1 = /4 ( d2 )2 . V2
Dari soal diberikan :
d1 = 0,20 m
V1 = 3 m/dt
d2 = 0,15 m
Jadi V2 = V1 ( d1/d2 )2
= 3 ( 0,20/0,15 )2
= 5,33 m/dt.
Contoh 4.2.
Berapakah garis tengah dari pipa yang diperlukan untuk membawa 0,25 Kg/dt
udara dengan suatu kecepatan maksimum sebesar 6 m/dt. Udara tersebut pada
temperatur 270 C dan tekanannya 2,3 bar.
Jawab :
-
m = 0,25 Kg/dt.
V = 6 m/dt.
T = ( 273 + 27 ) K = 300 K.
p
= 2,3 bar
= 2,3 . 105 Pa
Ditanyakan d
m = VA
= . V . /4 d2
-
udara :
= p/RT
= 2,3 . 105 / 287 ( 300 )
= 2,67 Kg/m3.
Jadi :
d2 = 4 m /V
= 4.0,25 / . 2,67 . 6
d =
= 0,14 m.
d = 140 mm.
Contoh 4.3
Air mengalir dalam sebuah saluran irigasi terbuka dengan penampang persegi
panjang, lebar 4,50 m, kedalaman air 0,80 m dan kecepatan rata-rata 1,25 m/dt.
Saluran itu bercabang menjadi dua saluran tempa yang lebih kecil. Yang satu
mempunyai lebar 3,00 m dalam 1,20 m dan mengalir air dengan kecepatan ratarata 0,95 m/dt. Saluran kedua mempunyai lebar 2,50 m dan mengalirkan air
dengan kecepatan 0,60 m/dt. Berapakah kedalaman air dalam saluran cabang
kedua ?
Anggap aliran itu tidak dapat mampat.
Jawab :
Laju aliran dalam saluran besar sama dengan total aliran dalam kedua saluran
cabang. Jadi :
Q0 = Q1 + Q2
V0A0 = V1A1 + V2A2
A2 = ( V0A0 V1A1 ) / V2
= ( 1,25 ) ( 4,5 x 0,8 ) ( 0,95 ) ( 3,00 x 1,20 ) / 0,60
= 1,80 m
Kedalaman air = Luas / Lebar
= 1,80 / 2,50 = 0,72 m
4.2. Persamaan Momentum
Theorema momentum hanya berkaitan dengan gaya-gaya dari luar sesuai
dengan hukum kedua Newton dan hasil-hasilnya dapat digunakan dalam berbagai
situasi tanpa membutuhkan pengetahuan yang rinci tentang proses-proses internal
di dalam fluida itu sendiri. Teorema momentum dapat diterapkan pada aliranaliran baik yang stedi maupun tidak stedi, berdimensi satu, dua atau tiga, dapat
mampat atau tidak dapat mampat.
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
48
Hukum kedua Newton menyatakan bahwa gaya netto yang bekerja pada
suatu massa tertentu sebanding dengan laju perubahan momentum linear massa
tersebut terhadap waktu.
Jika kecepatan sekelompok partikel fluida ketika melintasi permukaan
sebuah volume kontrol berubah-ubah baik besar maupun arahnya, perubahanperubahan itu hanya bisa ditimbulkan oleh gaya netto yang berasal dari gaya-gaya
luar. Gaya-gaya tersebut adalah :
1. Gaya-gaya normal akibat tekanan dan efek viskositas.
2. Gaya-gaya tangensial akibat geseran viskositas.
3. Gaya-gaya seperti gravitasi yang bekerja dalam arah medan gravitasi.
Gaya netto dari luar yang bekerja pada fluida dalam sebuah volume
kontrol yang telah ditetapkan sama dengan laju perubahan momentum fluida
dalam volume kontrol terhadap waktu plus laju. Netto plus atau pemindahan
momentum keluar dari volume kontrol melalui permukaannya (S). Inilah teorema
momentum untuk mekanika fluida.
Untuk aliran yang stedi, jika kecepatan melintasi permukaan kontrol
dianggap sebagai sebuah tetapan, berlaku :
F = Perubahan momentum
F = m ( V keluar vk V masuk vk ) ..
( 4.3 )
Dalam arah sumbu x :
Sebuah pancuran air menghantam sudu tetap turbin yang lengkung sehingga
mengalami penyimpangan arah sebesar 600. Kecepatan pancar air itu 24 m/dt, luas
penampang pancaran ( jet ) 0,010 m2. Jika permukaan bilah turbin itu halus
sehingga kecepatan pancaran konstan, berapakah gaya netto yang dialami oleh
bilah turbin.
Perhatikan gambar 4.4.
Gambar 4.4. Gaya pada sudu tetap pada pancaran zat cair
Jawab :
Dengan menggangap tekanan lokal diselingi turbin sama dengan tekanan atmosfer
lokal ( tekanan ukur nol ) maka seluruh tekanan pada volume kontrol sama
dengan nol. Sehingga gaya resultan yang bersangkutan dengan tekanan itu sama
dengan nol. Dari prinsip momentum dengan memperhatikan gambar 4.4 diperoleh
:
- Fx = m ( Vx keluar vk - Vx masuk vk )
karena m = j Q j = jAjVj
V masuk vk = Vj
V keluar vk = Vj cos .
Jadi :
-
Fx = j Aj Vj ( Vj cos - Vj )
Atau
Fx = j Aj Vj ( Vj Vj cos )
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
50
28802 + 49882
= 5760 N
jadi gaya netto yang dialami sudu turbin adalah 5760 N.
Contoh 4.5.
Seperti soal 4.4, tapi disini sudu turbin bergerak dengan kecepatan 6 m/dt searah
dengan pancaran ( gambar 4.5 ). Berapakah gaya yang terjadi pada sudu itu oleh
pancaran .
Gambar 4.5 Gaya pada sudu yang bergerak pada pancaran zat cair
Jawab :
Karena sudu bergerak, maka kerangka acuan atau volume kendali harus dianggap
bergerak bersama sudu. Sehingga aliran tampak stedi. Dengan demikian
kecepatan masuk dan keluar Vk adalah kecepatan relatif antara pancaran air
dengan sudu yaitu :
Vj - Vs = 24 6 = 18 m/dt.
Dari persamaan momentum :
- Fx = m ( V keluar V masuk )
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
51
Fx = m ( V masuk V keluar )
= ( Vj Vs ) Ajj {( Vj Vs ) ( Vj Vs ) cos
= ( 18 ) ( 0,010 ) ( 1000 ) { 18 18 cos 60 )
= 1620 N
Fy = j Aj ( Vj Vs ) [ ( Vj Vs ) sin - 0 ]
dan
Fx2 + Fy2
16202 + 28062
= 3240,06 N
Contoh 4.6.
Air mengalir ke sebuah belokan pipa yang menyempit dengan laju 0,20 m 3dt.
Penyempitan itu adalah dari 0,10 m2 menjadi 0,05 m2. Tekanan dibagian masukan
1,72370 . 105 Pa ( tekanan ukur ) dan dibagian keluaran 1,62717.10 5 Pa ( tekanan
ukur ). Berapakah gaya resultan pada belokan itu ? andaikan belokan itu berada
dalam bidang horisontal.
Jawab :
Dari soal diketahui :
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
52
Q = 0,20 m3/dt
p1 = 1,72370 x 105 Pa
A1 = 0,10 m2
p2 = 1,62717 x 105 Pa
A2 = 0,05 m2
Dengan menggunakan persamaan momentum :
F = m ( V keluar vk V masuk vk )
dan m = AV = Q
Diperoleh pada sumbu x :
p1A1 Fx p2A2 cos = AV [ V2 cos - V1 ]
dengan : AV = Q = 0,20 m3/dt.
V1 = Q/A1 = 0,20/0,10 = 2 m/dt
V2 = Q/A2 = 0,20/0,05 = 4 m/dt
Sehingga :
Fx = p1A1 p2A2 cos - AV [ V2 cos - V1 ]
= ( 17237 ) ( 0,10 ) ( 162717 ) ( 0,5 ) cos 60 ( 1000 ) ( 0,20 ) x
[ ( 4 cos 60 ) 2 ) ]
= -23442,25 N atau Fx = 23442,25 N
Pada sumbu y :
Fy p2A2 sin = AV [ V2 sin - 0 ]
Fy = p2A2 sin + AV [ V2 sin - 0 ]
= ( 162717 ) ( 0,05 ) sin 60 + ( 1000 ) ( 0,20 ) ( 4 sin 60 0 )
= ( 7728,6 N
jadi gaya resultan pada dinding belokan :
FR =
=
Fx 2 + Fy2
23442,252 + 7728,62
= 24683,4 N
Arah gaya tersebut adalah :
= arc Tg Fy / Fx
= arc Tg 7728,6/23442,25
= 18,20 terhadap sumbu x ke arah bawah kanan.
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
53
Contoh 4.7.
Sebuah pompa air jet pump mempunyai luas penampang pancaran (jet) Aj = 45
cm2 dan air yang memancar dengan kecepatan Vj = 27 m/dt masuk ke dalam arus
air kedua yang kecepatannya Vs =3 m/dt dalam sebuah pipa yang luar
penampangnya tetap yaitu A = 540 cm2. pada potongan melintang, kedua air tadi
bercampur. Dalam hal ini, kita mengandaikan aliran itu satu dimensi dan geseran
dinding diabaikan.
a. Berapakah kecepatan rata-rata aliran campuran itu pada potongan kedua ?
b. Berapakah kenaikan tekanan (p2 p1 ), bila tekanan pada pancaran dan arus
kedua itu sama besar dipotongan satu ?. lihat gambar 4.7.
Jawab :
a. Laju aliran pancaran plus laju aliran arus kedua sama dengan laju alira
pada potongan kedua, jadi :
VjAj + VsAs = V2A2
V2 = ( VjAj + VsAs ) / A2
= ( 27 ) ( 0,0045 ) + ( 3 ) ( 0,00495 ) / 0,0540
= 5,0 m/dt.
b. Dengan menganggap gaya-gaya yang ada murni berasal dari tekanan maka
persaman momentum untuk daerah antara potongan 1 dan potongan 2
dapat dituliskan :
F = m ( V keluar V masuk )
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
54
F = m ( Vkeluar vk V masuk vk )
F ( p2 pa ) A2 = m ( Vkeluar V masuk )
F = ( p2 pa ) A2 + m ( V keluar V masuk )
Dari soal :
( p2 pa ) = ( 14 12 )
= 2 Psia
A2 = 0,5 ft2
= 0,5 ft2 x ( 12 )2 in2 / ft2
= 72 in2
m = 0,33 slug/dt
V keluar = V2 = 1800 ft/dt
V masuk = 0
Jadi :
F = ( 2 lbf/in2 ) ( 72 in2 ) + ( 0,33 slug/dt ) ( 1800 ft/dt 0 )
F = 144 lbf + 594 lbf
= 738 lbf
Jadi gaya dorong gas pada roket adalah 738 lbf.
Contoh 4.9.
Gas mengalir melalui suatu bagian yang melebar dalam sebuah pipa. Luas
penampang bertambah dari A1 menjadi A2, kecepatan berkurang dari V1 menjadi
V2, tekanan meningkat dari p1 menjadi p2 dan kerapatan gas bertambah dari 1
menjadi 2. Tekanan p1 dan p2 adalah tekanan mutlak. Berapakah gaya netto
pada bagian pipa yang melebar ?.
atau :
1gz1 + (1V12 / 2 ) + P1 = 2gz2 + ( 2V22 / 2 ) + P2 = konstan
4.7b
2gH
2 x 9,81 x 4
= 8,86 m/dt
b. Debit aliran melalui nozel, Q2 :
Q2 = A2V2
Contoh 4.11.
Air mengalir melalui suatu pipa ( seperti tergambar ). Jika laju aliran 0,06
m3/dt, dan tekanan pada bagian 1 adalah 100 Kpa, berapakah besarnya tekanan
dan gaya yang terjadi pada bagian 2 dari pipa tersebut.
Jawab :
Dari persamaan kontinuitas :
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
59
V1 = Q / A1 = 4Q / d12
= ( 4 x 0,06 ) / ( 0,20 )2 = 1,91 m/dt
V2 = Q / A2 = 4Q / d22
= ( 4 x 0,06 ) / ( 0,10 )2 = 7,64 m/dt.
Dari persamaan Bernouli :
V12 / 2g + P1 / 1g = V22 / 2g + P2 / 2g
P2 = 2V12 / 2 - 2V22 / 2 + P1
= 2 ( V12 V22 ) + P1
= 1000 / 2 ( 1,912 7,642 ) + 100000
P2 = 72.600 Pa.
Dengan menggunakan persamaan momentum dapat dihitung besarnya gaya
yang bekerja pada bagian penyempitan pipa, F yaitu :
P1A1 P2A2 F = Q ( V2 V1 )
F = P2A2 P1A1 - Q ( V2 V1 )
= (100.000 ) ( x 0,102 ) ( 72.600 ) ( x 0,052 )
- ( 1000 x 0,06 ) ( 7,64 1,91 )
= 2229 N.
Contoh 4.12
Tabung U dipakai untuk menghisap air dari bak terbuka seperti tergambar.
Dengan menganggap tak ada gesekan dari tekanan yang bekerja pada
permukaan bebas air dan pancaran air dari tabung adalah tekanan atmosfer,
tentukanlah :
a. Kecepatan pancaran air keluar tabung
b. Tekanan absolut fluida pada titik A
Jawab :
a. Kecepatan pancar air, V2 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
Bernouli antara titik 1 dan 2.
gz1 + ( V12/ 2 ) + ( P1/ ) = gz2 + ( V22 / 2 ) + ( P2 / )
Karena A1 >> A2, V1 = 0
P1 = P2 = P atmosfer = 0 ( tekanan mutlak )
z1 z2 = H = 7 m
Sehingga V2 =
2 gH
b. Tekanan mutlak fluida pada titik A dapat dihitung dengan persamaan Bernouli
antara titik 1 dan A.
gz1 + ( V12 / 2 ) + ( P1 / ) = gzA + ( VA2 / 2 ) + ( PA / )
karena V1 0 dan V2 = VA, sehingga :
PA / = P1 / + gz1 V22 / 2 gzA atau ;
PA = P1 + g ( z1 zA ) - V22 / 2
= ( 1,01 x 105 Pa ) + ( 1000 Kg / m3 ) ( 9,81 m/dt2 ) ( -1 m )
- ( 1000 Kg/m3 ) ( 11,72 m2/dt2 )
= 22,8 Kpa (mutlak).
4.4. Persamaan Energi
Persamaan energi dihasilkan dari penerapan prinsip kekekalan energi pada
aliran fluida. Energi yang dimiliki oleh suatu fluida yang mengalir terdiri dari
energi dalam dan energi akibat tekanan, kecepatan dan kedudukan. Dalam arah
aliran, prinsip energi diringkas dengan suatu persamaan umum sebagai berikut :
Energi di
bagian 1
Energi yang
+ ditambahkan
atau diambil
Energi
yang
hilang
Energi di bagian 2
Persamaan ini, untuk aliran stedi tak mampat yang perubahan energi
dalamnya diabaikan, disederhanakan menjadi :
(P1 / g + V12 / 2g + z1 ) + hs h1 = ( P2 / g + V22 / 2g + z2 ) ...... ( 4.10 )
Dengan setiap suku dalam dimensi energi persatuan berat fluida ( Joule per
Newton ) atau head (meter) dari persamaan 4.10 adalah :
P / g = disebut head tekanan
V / 2g = disebut head kecepatan
z = disebut head potensial
hs = Ws / g = disebut head yang ditambahkan atau diambil.
hs bertanda ( - ) jika usaha dilakukan oleh pompa pada fluida
( + ) jika usaha dilakukan oleh fluida pada pompa
Contoh 4.13.
Sebuah PLTA seperti tergambar melalui turbinnya mengambil air dengan debit 30
m3/dt dan kecepatan air keluar turbin V2 = 2 m/dt pada tekanan atmosfer.
Kerugian dalam turbin dan sistem saluran air adalah h1 = 20 m. Hitunglah
besarnya usaha yang dilakukan oleh fluida pada turbin tersebut.
Jawab :
Dari persamaan energi :
(P1/g + V12/2g + z1 ) + hs h1 = ( P2/g + V22/2g + z2 )
Dari soal diperoleh :
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
62
V1 = 0
V2 = 2 m/dt
Q = 30 m3/dt
P1 = P2 = Pa
z1 = 100 m
z2 = 0
h1 = 20 m
Diperoleh :
Pa / g + 0 + 100 m hs 20 m = Pa / g + (a m/dt) / 9,81 m/dt2
hs = ( 100 m ) ( 20 m ) ( 0,2 m )
= 79,8 m.
Karena hs = Ws /g
Diperoleh :
Ws = hs x g
= 79,8 m x 9,81 m/dt2
= 783 m2/dt2 = 783 Nm/Kg = 783 J/Kg.
Jadi besarnya usaha yang dilakukan oleh fluida pada turbin adalah 783 J/Kg.
Contoh 4.14.
Dua bak air terbuka ( seperti tergambar )dihubungkan dengan pipa sepanjang
1200 m yang berdiameter 250 mm. Tinggi permukaan air di bak atau 35 m lebih
tinggi dibandingkan permukaan di bak bawah. Jika laju aliran dianggap stedi
sebesar 0,130 m3/dt,
a. Berapakah total head loser, h1
b. Berapakah tekanan dari titik tengah pipa bila diandaikan bahwa separuh
head loser terjadi dari sebelah hulu titik tengah dan separuh lagi disebelah
hilir ? Andaikan bahwa titik tengah pipa mempunyai ketinggian sama
dengan permukaan air di bak bawah.
Jawab :
Dengan menggunakan persamaan energi antara permukaan air bak atas
dan bawah.
a. ( P1 / g + V12 / 2g + z1 ) + hs h1 = ( P2 / g + V22/2g + z2 )
0 + 0 + 35 m + 0 - h1 = 0 + 0 + 0
jadi h1 =35 m
b. Dengan menggunakan persamaan energi antara permukaan air bak atas
dengan titik tengah pipa :
( P1 / g + V12 / 2g + z1 ) + hs h1 = ( P3 / g + V32 / 2g + z3 )
dengan V3 = Q/A3 = 4Q / d32
= 4 x 0,130 / ( 0,250 )2 = 2,65 m/dt
dengan V32 / 2g = ( 2,65 )2 / 2 x 9,81 = 0,36 m
h1 disini adalah setengah dari h1 total = 17,5 m
Diperoleh :
0 + 0 + 35 + 0 17,5 = P3 / g + 0,36 + 0
P3 / g = ( - 17,5 0,36 )
P3 = g ( -17,5 0,36 )
= 1000 x 9,81 ( -17,5 0,36 )
= - 168 Kpa
Teknik Mesin-POLNEP :Mekanika Fluida
64