periode berikutnya. Mengutip tunjuk ajar melayu yang ditulis oleh tokoh melayu Riau Almarhum H.
Tenas Efendy mengatakan untuk para pemberi amanah dalam memberikan amanahnya kepada
calon pemimpin harus hati-hati seperti dalam ungkapan Apabila hendak memberikan amanah,
pandang iman dengan amalannya, pandang duduk dengan tegaknya, pandang sopan dengan
santunnya, pandang budi dengan pekerti, pandang hemat dengan cermatnya, pandang kerja
dengan kiatnya. Dalam memberikan amanah kepada calon pemimpin HMI kedepannya hendaknya
jangan sampai salah seperti tunjuk ajar Melayu berikut ini Apabila tersalah memberikan amanah,
niat tak sampai hajatpun punah, banyak kerja tidak menyudah, sama sekaum jadi berbantah.
Akhirnya dengan seluruh doa dan ikhtiar kepada Allah seraya bertawakal kepadaNYA,
kongres ke XXIX ini harus melahirkan pemimpin yang memiliki spritualitas tinggi sehingga
mencerminkan nilai budaya baru HMI yang lebih religius dalam melahirkan tiap kebijakan organisasi
yang bernafaskan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Terimakasih untuk Pengurus Besar HMI, sterring
comitte, panitia nasional dan panitia lokal dan segenap keluarga besar HMI di mana pun berada yang
telah maksimal berpartisipasi dalam menyelenggarakan kongres ini.
Billahitaufiq Wal Hidayah,
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 09 Safar
1437 H
22 November 2015 M
Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam
Periode 2016-2018
Mulyadi P. Tamsir
Ketua Umum
ii
DAFTAR ISI
iii
63
65
69
75
iii
Amartya Sen dalam artikelnya yang berjudul Culture and Development mengilustrasikan betapa
sentralnya peran dari unsur kebudayaan terhadap pembangunan sebuah negara. Dalam artikel
tersebut Sen mengilustrasikan bagaimana masyarakat di Asian Timur yang memegang teguh etika
konfusius mampu tampil sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia. Tesis ini pada dasarnya
memperkuat generalisasi atas urgensi kebudayaan sebagai daya ungkit pembangunan yang pada
awalnya hanya mendapatkan klaim ilmiah di Barat melalui tesis Max Weber yang mengaitkan etika
Calvinist dengan kemajuan kapitalisme. Inisiatif dan pendekatan pembangunan yang
mempertimbangkan lokalitas dan kondisi kebudayaan dianggap cenderung menghasilkan outcome
yang lebih kontekstual dan berkeadilan jika dibandingkan dengan pendekatan neoklasik yang lebih
mengetengahkan privatisasi, liberalisasi dan swastanisasi. Pada tingkatan global, negara-negara maju
telah memandang kebudayaan mereka sebagai aset penting dalam memerangi kemiskinan. Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia hal ini nampaknya masih menjadi sebatas ambisi
karena masih membutuhkan banyak pembenahan.
Bagi Indonesia gagasan ini tidak sepenuhnya baru, pada awal tahun 1960-an Soedjatmoko telah
mengingatkan bahwa jika sebuah bangsa ingin melakukan perubahan maka mereka tidak dapat
menggantungkan diri pada pembangunan ekonomi dengan memanfaatkan revolusi ilmu
pengetahuan belaka namun juga melakukan pembenahan pada pembangunan budaya. Bahwa
kebijakan yang dijalankan oleh negara tidak dapat berjalan lebih cepat dibandingkan dengan
kebiasaan masyarakat
Penekanan ini kembali mengaktual dengan diusungnya jargon revolusi mental oleh rezim
pemerintahan Jokowi-JK yang juga menitik beratkan pada intervensi kultural berupa perubahan
sistem mental sebagai prasyarat utama dalam pembangunan. Sayangnya jargon ini belum
menemukan bentuk yang baku sehingga corak developmentalis dan teknokratis masih cukup kental
dalam proses pembangunan di Indonesia.
Keprihatinan ini kiranya cukup berdasar mengingat semakin besarnya perhatian atas lunturnya
budaya nusantara yang selama ini dielu-elukan sebagai jati diri bangsa. Bangsa Indonesia yang
memiliki banyak keunggulan di masa lalu seharusnya dapat digunakan untuk menjadi inspirasi bagi
generasi muda. Hanya saja, akibat penjajahan, pola hubungan antar individu dengan gotong royong
bergeser, modernisasi dan westernisasi mengubah masyarakat yang sebelumnya tangguh, pandai
memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup menjadi masyarakat manja, konsumtif dan
miskin inovasi. Arus globalisasi yang selama ini dianggap membawa semangat kemajuan dan
pembaharuan tidak selamanya menuntun kita pada arah yang lebih baik. Beberapa kecenderungan
negatif berimplikasi pada semakin lemahnya kemampuan Indonesia dalam menghadapi tantangan di
masa yang akan datang.
Uraian di atas menunjukkan bahwa Indonesia membutuhkan strategi kebudayaan yang matang.
Agenda ini tidak saja berfungsi untuk mempertahankan kekayaan budaya nusantara yang telah ada
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
sebelumnya, namun juga melakukan pengembangan melalui kreatifitas dan inovasi. Dengan
menjaga kedua fungsi tersebut diharapkan kita dapat mempertahankan nilai-nilai ke-Indonesiaan
yang satu dalam kemajemukan, serta mendorong masyarakat Indonesia untuk lebih berdaulat di
mata dunia internasional. Bangsa yang memiliki strategi kebudayaan berarti memiliki pembimbing
dalam gerak proses modernisasi dan pembangunan sehingga mampu menjaga dan memperkuat
kepribadian nasional, kontinuitas kebudayaan dan kemampuan untuk mandiri sekaligus memperkuat
kesatuan.
HMI dan Arah Strategi Kebudayaan.
Dalam sebuah pidato Sultan HB X mengatakan bahwa untuk membangun strategi kebudayaan ini
dibutuhkan kelompok minoritas kreatif (creative minority) yang mampu hidup di dalam struktur yang
kondusif dalam mendorong bersemi tumbuhnya kreativitas dan inovasi. Melalui kreasi dan inovasi
ini dimungkinkan lahirnya budaya baru yaitu budaya unggul (Culture of excellence) yang
mengedepankan spiritualitas, intelektualitas dan etos kerja yang tinggi.
Hal ini semakin relevan mengingat banyak dari kita yang naif dalam memahami kebudayaan.
Beberapa pihak kadang mereduksi kompleksnya aspek kebudayaan ini hanya pada artefak sejarah,
ataupun bentuk kesenian yang rumit. Sudut pandang ini lebih berfokus pada menggali kembali
khazanah kearifan budaya lokal tanpa punya pretensensi apa-apa selain merekonstruksi sesuatu
yang telah ada sebelumnya. Kelompok yang lain yang lebih berfokus pada pentingnya penglihatan
kritis atas kompleksitas budaya, gerak dinamisnya dalam interaksi ke luar, beserta aneka pretensi
tersembunyi di balik klaim-klaimnya.
Konsep budaya unggul adalah upaya untuk mengatasi ketegangan diatas dengan meletakkan aspek
kebudayaan sebagai pedoman kolektif yang digunakan oleh sebuah bangsa dapat bertahan di
tantangan zaman yang memiliki perubahan yang sangat cepat dan serba tidak pasti. Belajar dari
pengalaman negara lain seperti Cina dan Jepang budaya ini hanya dapat dicapai jika kita mampu
meningkatkan kecintaan dan penghormatan pada pengetahuan, keterbukaan untuk belajar terus
dari pihak manapun dengan tujuan memperkaya khasanah kearifan budaya lokal melalui kreativitas
dan inovasi.
Hal ini menjadi sebuah kemendesakan karena tantangan akan kita hadapi di masa depan yang
semakin berat. Budaya unggul ini dianggap dapat menyokong Ke-Indonesia-an yang dimasa akan
datang tidak dapat lagi dipandang hanya dalam konteks kesatuan politik belaka namun juga
kesatuan ekonomi. Hal ini didasarkan pada permasalahan ketimpangan pembangunan yang seakanakan telah menjadi problema akut yang sulit diurai dan dipecahkan dari waktu ke waktu. Meskipun
selama satu dekade terakhir Indonesia menikmati pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan
stabil namun pencapaian ini masih belum maksimal karena belum dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Budaya Unggul HMI dan Pembangunan
Sampai tahun 2013, data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pembangunan masih
terkonsentrasi di pulau Jawa dan Bali. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa dan Bali
menyumbang 59,24% dari total PDRB nasional. Angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun
2012 yang berada pada posisi 58,89%. Jika ditambahkan dengan pulau Sumatera (23,74%) maka
kedua pulau ini telah menguasai sekitar 83% total produksi barang dan jasa nasional.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
Jika kita ditelisik lebih jauh, produksi barang dan jasa nasional ini lebih banyak ditopang oleh sektor
treadeable seperti sektor keuangan, jasa, real estate, transportasi dan komunikasi serta
perdagangan/hotel/restoran yang notabene lebih bersifat padat modal, pengetahuan dan
tekhnologi. Permasalahannya sektor ini tidak dapat menyerap tenaga kerja. Jika terus dibiarkan
disparitas pendapatan ini berpotensi melahirkan permasalahan berupa konflik sosial bahkan
disintegrasi bangsa.
Tanpa menyepelekan peran dari institusi negara, minoritas kreatif yang berada di luar struktur
kekuasaan memiliki potensi kekuatan yang cukup besar untuk berkontribusi dalam agenda
kebangsaan ini. Dengan membangun kewaspadaan akan tantangan di masa yang akan datang,
minoritas kreatif ini dapat menstimulus lahirnya budaya unggul yang kompatibel dengan kebutuhan
pembangunan setempat.
Mekanisme ini menghantarkan kita pada sebuah pilihan tentang konsep pembangunan yang sesuai
dengan kompleksitas yang dimiliki oleh setiap daerah. Kemunculan budaya unggul ini diharapkan
menjadi kekuatan utama dalam menciptakan nilai tambah atas proses pembangunan sehingga citacita Indonesia yang berkedaulatan dapat mengejawantah di bumi pertiwi.
Adalah sebuah tuntutan historis bahwa HMI sebagai organisasi kemahasiswaan berbasis Islam
terbesar dan tertua di Indonesia untuk mengartikulasikan tantangan zaman menjadi sebuah langkah
strategis maupun taktis dalam menjawab basic demand bangsa Indonesia. Uraian tentang strategi
kebudayaan di atas pada dasarnya terus menguatkan relevansi peran strategis HMI sebagai
minoritas kreatif yang dapat mengakselerasi lahirnya budaya unggul yang memungkinkan, dan
memperkaya (driver, enabler and enricher) strategi pembangunan berkelanjutan.
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 01/K-29/02/1437
TENTANG
AGENDA ACARA DAN TATA TERTIB
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
MENGINGAT
MEMPERHATIKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 10 Shafar
1437 H
23 November 2015 M
Pukul
: 23.30 WIB
STEERING COMMITTEE
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
AMAL SAKTI
KOORDINATOR
IBRAHIM JUMATI
SEKRETARIS
ARIF MAULANA
ANGGOTA
FAISAL MUKHLIS
ANGGOTA
ARIYANTO TINENDUNG
ANGGOTA
AZHAR KAHFI
ANGGOTA
TITAN SUGIANA
ANGGOTA
ARMAN SAPUTRA
ANGGOTA
RICKY FALENTINO
ANGGOTA
AGUS TORO
ANGGOTA
AHMAD TANTOWI
ANGGOTA
ARISTA JUNAIDI
ANGGOTA
ZULFITRAH HASIM
ANGGOTA
MUJADDID
ANGGOTA
FARID SAPUTRA
ANGGOTA
SUYATMIN
ANGGOTA
BURHANUDDIN
ANGGOTA
FARIHATIN
ANGGOTA
IBNU MALIK
ANGGOTA
IRFAN WAHAB
ANGGOTA
AMIJAYA
ANGGOTA
ENJA WARJANA
ANGGOTA
AZIS ALKATIRI
ANGGOTA
POLTAK O HARAHAP
ANGGOTA
RIDWAN DALIMUNTE
ANGGOTA
ZULFIAN S REHALAT
ANGGOTA
ILHAM RAHIM
ANGGOTA
MIFTAHUL IRFAN
ANGGOTA
ALITIHIRUA
ANGGOTA
HERI MAULIZA
ANGGOTA
NURHAIDAN
ANGGOTA
HERI MAULIZA
ANGGOTA
ICHSAN
ANGGOTA
ICHI INDRAWAN
ANGGOTA
RIZAL MAULANA
ANGGOTA
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 02/K-29/02/1437
TENTANG
TATA TERTIB PEMILIHAN PRESIDIUM SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: Untuk kelancaran dan ketertiban mekanisme Kongres XXIX HMI, maka
dipandang perlu untuk menetapkan Tata Tertib Pemilihan Presidium
Sidang Kongres XXIX HMI.
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 Anggaran Dasar.
2. Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI.
MEMPERHATIKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 15 Shafar 1437 H
27 November 2015 M
Pukul
: 02.30 WIB
STEERING COMMITTEE
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
AMAL SAKTI
KOORDINATOR
IBRAHIM JUMATI
SEKRETARIS
ARIF MAULANA
ANGGOTA
FAISAL MUKHLIS
ANGGOTA
ARIYANTO TINENDUNG
ANGGOTA
AZHAR KAHFI
ANGGOTA
TITAN SUGIANA
ANGGOTA
ARMAN SAPUTRA
ANGGOTA
RICKY FALENTINO
ANGGOTA
AGUS TORO
ANGGOTA
AHMAD TANTOWI
ANGGOTA
ARISTA JUNAIDI
ANGGOTA
ZULFITRAH HASIM
ANGGOTA
MUJADDID
ANGGOTA
FARID SAPUTRA
ANGGOTA
SUYATMIN
ANGGOTA
BURHANUDDIN
ANGGOTA
FARIHATIN
ANGGOTA
IBNU MALIK
ANGGOTA
IRFAN WAHAB
ANGGOTA
AMIJAYA
ANGGOTA
ENJA WARJANA
ANGGOTA
AZIS ALKATIRI
ANGGOTA
POLTAK O HARAHAP
ANGGOTA
RIDWAN DALIMUNTE
ANGGOTA
ZULFIAN S REHALAT
ANGGOTA
ILHAM RAHIM
ANGGOTA
MIFTAHUL IRFAN
ANGGOTA
ALITIHIRUA
ANGGOTA
HERI MAULIZA
ANGGOTA
NURHAIDAN
ANGGOTA
HERI MAULIZA
ANGGOTA
ICHSAN
ANGGOTA
ICHI INDRAWAN
ANGGOTA
RIZAL MAULANA
ANGGOTA
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 03/K-29/02/1437
TENTANG
PRESIDIUM SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: Untuk kelancaran dan ketertiban mekanisme Kongres XXIX HMI, maka
dipandang perlu untuk menetapkan Presidium Sidang Kongres XXIX HMI.
MENGINGAT
: 3. Pasal 12 Anggaran Dasar.
4. Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI.
MEMPERHATIKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 15 Shafar
1437 H
27 November 2015 M
Pukul
: 02.30 WIB
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
10
STEERING COMMITTEE
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
AMAL SAKTI
KOORDINATOR
IBRAHIM JUMATI
SEKRETARIS
ARIF MAULANA
ANGGOTA
FAISAL MUKHLIS
ANGGOTA
ARIYANTO TINENDUNG
ANGGOTA
AZHAR KAHFI
ANGGOTA
TITAN SUGIANA
ANGGOTA
ARMAN SAPUTRA
ANGGOTA
RICKY FALENTINO
ANGGOTA
AGUS TORO
ANGGOTA
AHMAD TANTOWI
ANGGOTA
ARISTA JUNAIDI
ANGGOTA
ZULFITRAH HASIM
ANGGOTA
MUJADDID
ANGGOTA
FARID SAPUTRA
ANGGOTA
SUYATMIN
ANGGOTA
BURHANUDDIN
ANGGOTA
FARIHATIN
ANGGOTA
IBNU MALIK
ANGGOTA
11
IRFAN WAHAB
ANGGOTA
AMIJAYA
ANGGOTA
ENJA WARJANA
ANGGOTA
AZIS ALKATIRI
ANGGOTA
POLTAK O HARAHAP
ANGGOTA
RIDWAN DALIMUNTE
ANGGOTA
ZULFIAN S REHALAT
ANGGOTA
ILHAM RAHIM
ANGGOTA
MIFTAHUL IRFAN
ANGGOTA
ALITIHIRUA
ANGGOTA
HERI MAULIZA
ANGGOTA
NURHAIDAN
ANGGOTA
HERI MAULIZA
ANGGOTA
ICHSAN
ANGGOTA
ICHI INDRAWAN
ANGGOTA
RIZAL MAULANA
ANGGOTA
12
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 04/K-29/02/1437
TENTANG
PENGESAHAN LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
PERIODE 2013-2015
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
MENGINGAT
MEMPERHATIKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di
Pada tanggal
Pukul
: Pekanbaru
: 19 Shafar
1437 H
01 Desember 2015 M
: 03.30 WIB
13
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
14
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 05/K-29/02/1437
TENTANG
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa untuk mencapai tujuan organisasi perlu ditetapkan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagaimana pedoman pokok
perjuangan HMI.
2. Bahwa terhadap Anggaran Dasar HMI, hasil ketetapan Kongres XXVIII
dianggap perlu diadakan perubahan didalam beberapa pasal sesuai
dengan gerak perkembangan perjuangan HMI.
3. Bahwa terhadap Anggaran Rumah Tangga HMI, hasil ketetapan
Kongres XXVIII dianggap perlu diadakan perubahan didalam
beberapa pasal sesuai dengan gerak perkembangan perjuangan HMI.
MENGINGAT
MEMPERHATIKAN
Hasil pembahasan Sidang Pleno III Kongres XXIX HMI pada tanggal 23
Shafar 1437 H bertepatan dengan 5 Desember 2015 M.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
15
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.35 WIB
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
16
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 06/K-29/02/1437
TENTANG
PENJELASAN RANGKAP ANGGOTA DAN JABATAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: Bahwa dalam rangka menegakkan tertib anggota dan pengurus maka
perlu dibentuk dan ditetapkan Penjelasan Rangkap Anggota/Jabatan
dan Sanksi Anggota HMI.
MENGINGAT
MEMPERHATIKAN
Hasil pembahasan Sidang Pleno III Kongres XXIX HMI pada tanggal 23
Shafar 1435 H bertepatan dengan 5 Desember 2015 M di Pekanbaru
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.37 WIB
17
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
18
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 07/K-29/02/1437
TENTANG
PENJELASAN MEKANISME PENGESAHAN PENGURUS
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: Bahwa untuk memberikan kepastian prosedur pengesahan Pengurus
HMI maka perlu ditetapkan Penjelasan Mekanisme Pengesahan
Pengurus HMI
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 Anggaran Dasar
2. Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pembahasan Sidang Pleno III Kongres XXIX HMI pada tanggal 23
Shafar 1437 H bertepatan dengan 5 Desember di Pekanbaru.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.09 WIB
19
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
20
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 08/K-29/02/1437
TENTANG
PEDOMAN-PEDOMAN POKOK KEPENGURUSAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa untuk menjalankan mekanisme organisasi, maka dipandang
perlu menetapkan pedoman-pedoman kepengurusan HMI.
2. Bahwa pedoman-pedoman pokok kepengurusan hasil kongres XXIX
di Depok perlu disempurnakan pada beberapa bagian dalam rangka
pengembangan organisasi.
3. Bahwa untuk pedoman-pedoman pokok kepengurusan perlu dengan
ketentuan-ketentuan lainnya.
MENGINGAT
MEMPERHATIKAN
MENETAPKAN
21
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.39 WIB
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
22
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 09/K-29/02/1437
TENTANG
PENJELASAN ISLAM SEBAGAI AZAS
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: Bahwa unutuk menetukan arah perjuangan HMI maka perlu ditetakan
penjelasan azas HMI
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
2. HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pembahasan Sidang Pleno III Kongres XXIX HMI pada tanggal 23
Shafar 1437 H bertepatan dengan 5 Desember 2015 M di Pekanbaru
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.40 WIB
23
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
24
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 10/K-29/02/1437
TENTANG
TAFSIR TUJUAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: Bahwa untuk menentukan arah perjuangan HMI maka perlu ditetapkan
tafsir tujuan HMI
MENGINGAT
MEMPERHATIKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.41 WIB
25
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
26
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 11/K-29/02/1437
TENTANG
TAFSIR INDEPENDENSI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: Bahwa dalam mencapai tujuan organisasi seecara independen maka
dipandang perlu adanya tafsir independensi HMI
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
2. HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pembahasan sidang pleno III Kongres XXIX HMI pada tanggal 23
Shafar 1437 H bertepatan dengan tanggal 5 Desember 2015 M
Pekanbaru.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.42 WIB
27
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
28
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 12/K-29/02/1437
TENTANG
KETENTUAN ATRIBUT ORGANISASI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: Bahwa untuk menjaga keseragaman atribut-atribut organisasi, maka
dipandang perlu menetapkan ketentuan atribut-atribut organisasi HMI
MENGINGAT
MEMPERHATIKAN
MENETAPKAN
29
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.44 WIB
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
30
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 13/K-29/02/1437
TENTANG
NILAI DASAR PERJUANGAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa untuk mendapatkan peran organisasi HMI didalam
menentukan peran organisasi, maka dipandang perlu menetapkan
penjelasan peran organisasi yang terwujud dalam Nilai Dasar
perjuangan (NDP) HMI
2. Bahwa Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI yang merupakan Nilai-nilai
Dasar Perjuangan HMI dianggap memenuhi kebutuhan gerak
perjuangan HMI
MENGINGAT
MEMPERHATIKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.46 WIB
31
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
32
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 14/K-29/02/1437
TENTANG
PEDOMAN PERKADERAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa dalam rangka pembinaan, pendidikan dan latihan kader HMI,
maka dipandang perlu untuk menentukan Pedoman Perkaderan
HMI
2. Bahwa seluruh perangkat pedoman perkaderan HM yang ada saat ini
dipandang perlu untuk disempurnakan
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
2. HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pembahasan sidang pleno III Kongres XXIX HMI pada tanggal 23
Shafar 1437 H bertepatan dengan 5 Desember 2015 M di Pekanbaru.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di
Pada tanggal
Pukul
: Pekanbaru
: 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
: 03.48 WIB
33
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
34
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 15/K-29/02/1437
TENTANG
PEDOMAN DASAR BADAN PENGELOLA LATIHAN (BPL)
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa dalam rangka pembinaan, pembinaan dan latihan kader HMI,
maka dipandang perlu untuk menetapkan Pedoman dasar Badan
Pengelola latihan HMI
2. Bahwa seluruh perangkat Pedoman dasar BPL HMI yang ada saat ini
dipandang perlu untuk disempurnakan
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
2. HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pembahasan sidang pleno III Kongres XXIX HMI pada tanggal 23
Shafar 1437 H bertepatan dengan tanggal 5 Desember 2015 M di
Pekanbaru.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.49 WIB
35
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
36
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 16/K-29/02/1437
TENTANG
PEDOMAN BADAN-BADAN KHUSUS
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa dalam rangka pembinaan, pendidikan dan pengembangan
kader HMI, maka dipandang perlu untuk menetapkan Pedoman
Badan Khusus HMI
2. Bahwa seluruh pedoman badan-badan khusus HMI saat ini
dipandang perlu untuk disempurnaka
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
2. HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pembahasan Sidang Pleno III Kongres XXIX HMI pada tanggal 23
Shafar 1437 H bertepatan dengan 5 Desember 2015 M di Pekanbaru
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
37
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.50 WIB
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
38
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 17/K-29/02/1437
TENTANG
PROGRAM KERJA NASIONAL
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa mencapai tujuan HMI, maka dipandang perlu disusun suatu
usaha yang teratur dan berkesinambungan dalam bentuk Program
Kerja Nasional (PKN)
2. Bahwa untuk itu perlu menetapkan Program Kerja Nasional (PKN)
MENGINGAT
MEMPERHATIKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.52 WIB
39
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
40
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 18/K-29/02/1437
TENTANG
REKOMENDASI KONGRES XXVIII
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: Bahwa Himpunan Mahasiswa Islam memandang peelu memberikan
sikap dan pandangan tentang beberapa masalah nasional dan
internasional di bidang IPELOKSOSBUD, Perguruan Tinggi,
Kemahasiswaan dan Kepemudaan serta masalah lainnya, maka
dipandang perlu menetapkan rekomendasi HMI
MENGINGAT
MEMPERHATIKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 03.53 WIB
41
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
42
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 19/K-29/02/1437
TENTANG
TATA TERTIB PEMILIHAN KETUA UMUM/FORMATEUR
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa dengan berakhirnya masa kepengurusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2013-2015, maka dipandang
perlu membentuk dan menyusun kepengurusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2016-2018
2. Bahwa untuk membentuk dan menyusun kepengurusan Pengurus
Besar HMI periode 2016-2018 perlu dipilih Formateur/Ketua Umum
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
2. HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pembahasan Sidang Pleno III Kongres XXIX HMI pada tanggal 23
Shafar 1435 H bertepatan dengan 5 Desember 2015 M di Pekanbaru
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
43
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
44
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 20/K-29/02/1437
TENTANG
TATA TERTIB PEMILIHAN MIDE FORMATEUR
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa dengan berakhirnya masa kepengurusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2013-2015, maka dipandang
perlu membentuk dan menyusun kepengurusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2016-2018
2. Bahwa untuk membentuk dan menyusun kepengurusan Pengurus
Besar HMI periode 2016-2018 perlu dipilih Mide Formateur
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
2. HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pembahasan Sidang Pleno IV Kongres XXIX HMI pada tanggal 23
Shafar 1437 H bertepatan dengan 5 Desember 2015 di Pekanbaru
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
45
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
46
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 21/K-29/02/1437
TENTANG
BAKAL CALON KETUA UMUM/FORMATEUR
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM PERIODE 2016-2018
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa dengan berakhirnya masa kepengurusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2013-2015, maka dipandang
perlu membentuk dan menyusun kepengurusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2016-2018
2. Bahwa untuk membentuk dan menyusun kepengurusan Pengurus
Besar HMI periode 2016-2018 perlu dipilih Formateur/Ketua Umum
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
2. HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil verifikasi Bakal calon formateur/Ketua Umum PB HMI Periode
2016-2018
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di
Pada tanggal
Pukul
: Pekanbaru
: 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
: 08.20 WIB
47
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
48
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR:22/K-29/02/1435
TENTANG
CALON KETUA UMUM/FORMATEUR
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM PERIODE 2016-2018
YANG LOLOS PADA PUTARAN PERTAMA
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa dengan berakhirnya masa kepengurusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2013-2015, maka dipandang
perlu membentuk dan menyusun kepengurusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2016-2018
2. Bahwa untuk membentuk dan menyusun kepengurusan Pengurus
Besar HMI periode 2016-2018 perlu dipilih Formateur/Ketua Umum
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
2. HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pemilihan putaran pertama calon Formateur/Ketua Umum pada
Kongres XXIX di Pekanbaru
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
49
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
50
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 23/K-29/02/1437
TENTANG
KETUA UMUM/FORMATEUR
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM PERIODE 2016-2018
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa dengan berakhirnya masa kepengurusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2013-2015, maka dipandang
perlu membentuk dan menyusun kepengurusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2016-2018
2. Bahwa untuk membentuk dan menyusun kepengurusan Pengurus
Besar HMI periode 2016-2018 perlu dipilih Formateur/Ketua Umum
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
2. HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pemilihan putaran Kedua calon Formateur/Ketua Umum pada
Kongres XXIX di Pekanbaru
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
51
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
52
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 24/K-29/02/1437
TENTANG
MIDE FORMATEUR
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM PERIODE 2016-2018
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: 1. Bahwa dengan berakhirnya masa kepengurusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2013-2015, maka dipandang
perlu membentuk dan menyusun kepengurusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2016-2018
2. Bahwa untuk membentuk dan menyusun kepengurusan Pengurus
Besar HMI periode 2016-2018 perlu dipilih Mide Formateur
MENGINGAT
: Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pemilihan Mide Formateur pada Kongres XXIX HMI di Pekanbaru.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
: 1. Saudara :
1. BAMBANG PRIA KUSUMA
2. FIKRI SUADU
Sebagai Mide Formateur PB HMI Periode 2016-2018
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan tidak akan
ditinjau kembali jika terdapat kekeliruan di dalam penetapannya
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal
: 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
Pukul
: 16.45 WIB
53
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
54
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 25/K-29/02/1432 H
TENTANG
NAMA-NAMA ANGGOTA MAJELIS PENGAWASAN DAN KONSULTASI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM PERIODE 2016-2018
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: Bahwa dengan berakhirnya masa kepengurusan majelis Pekerja dan
konsultasi (MPK) HMI periode 2013-2015, maka perlu dipilih dan
ditetapkan Anggota MPK HMI Periode 2016-2018
MENGINGAT
: 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
2. HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pemilihan calon anggota MPK PB HMI Periode 2016-2018 dalam
sidang pleno V pada Kongres XXIX periode 2016-2018 pada 23 Shafar
1437 H bertepatan dengan 5 Desember 2015 M di Pekanbaru.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
55
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
56
LAMPIRAN
NAMA-NAMA MAJELIS PENGAWASAN DAN KONSULTASI
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
57
KETETAPAN
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 26/K-27/02/1437
TENTANG
NAMA-NAMA CALON TEMPAT PENYELENGGARAAN KONGRES XXX
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Kongres XXIX Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah
SWT, setelah:
MENIMBANG
: Bahwa untuk melaksanakan Kongres XXX HMI, maka dipandang perlu
untuk menetapkan Calon tuan rumah penyelenggaraan Kongres HMI
XXX
MENGINGAT
: Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar
HMI Pasal 11, 12 dan 13 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil pemilihan calon tuan rumah penyelenggaran Kongres XXX HMI
dalam sidang pleno V Kongres XXIX HMI tanggal 23 Shafar 1437 H
bertepatan dengan 5 Desember 2015 M di Pekanbaru.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
58
PIMPINAN SIDANG
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ZULKARNAEN BAGARIANG
BADKO JABODETABEKA-BANTEN
AANG WIDAYANTO
BADKO-KALBAR
BOBBY IRTANTO
BADKO RIAU-KEPRI
RIO SAPUTRA
BADKO SULSELBAR
MAHMUD BASIR
CBG LUWUK BANGGAI
MUHAMMAD RIDHA
BADKO KALSEL-TENG
ADIMAN FARIYADIN
BADKO JATIM
59
Lampiran
1. AMBON
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
60
KETETAPAN
SIDANG KOMISI KHUSUS
KONGRES XXIX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR: 27/K-27/02/1437
TENTANG
STATUS SEKRETARIAT PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
DI JALAN DIPONEGORO 16A JAKARTA PUSAT
Dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah SWT,Sidang-sidang Komisi Khusus Kongres
XXIX himpunan Mahasiswa Islam setelah:
MENIMBANG
: Bahwa untuk kelancaran Jalanya Roda Organisasi maka di pandang perlu
untuk memperjelas Status Sekretariat Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam.
MENGINGAT
: 1. Pasal 16 Anggaran Dasar
2. pasal 10,dan 52 Anggaran Rumah Tangga HMI
MEMPERHATIKAN
: Hasil hasil siding komisi khusus kejelasan perpindahan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam di kongres XXIX HMi pada tangal 2 safar
1437 h bertepatan dengan 02 Desember 2015 di Pekanbaru.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
61
Billahittaufiq Walhidayah
Ditetapkan di
Pada tanggal
Pukul
: Pekanbaru
: 23 Shafar
1437 H
05 Desember 2015 M
: 02.00 WIB
HARIANTO
ALWI JAWI
HATTA HAMZAH
LA DIMAN
GUFRAN
62
Nama
Kongres HMI XXIX Himpunan Mahasiswa Islam
b.
c.
Status
1. Kongres merupakan Musyawarah Cabang-Cabang
2. Kongres Memegang Kekuasaan tertinggi Organisasi
3. Kongres diadakan 2 (dua) tahun sekali
d.
Kekuasaan
1. Membahas Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam
2. Menetapkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan GBHO beserta penjabarannya
3. Memilih Pengurus Besar dengan jalan memilih Ketua Umum yang sekaligus merangkap
sebagai formateur dan 2 orang mide formateur.
4. Memilih dan menetapkan anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK) PB HMI
5. Menetapkan calon-calon tempat penyelenggaraan kongres HMI berikutnya
6. Menetapkan Rekomendasi Internal dan Eksternal
7. Menetapkan dan Mengesahkan Pengesahan dan Pembubaran BADKO HMI
e.
Peserta
1. Peserta Kongres terdiri dari Pengurus Besar, Utusan dan Peninjau Pengurus Cabang, Kohati
PB HMI, Bakornas Lembaga Pengembangan Profesi PB HMI, Bakornas BPL, BALITBANG PB
HMI, BADKO HMI dan Anggota MPK
2. BADKO HMI, KOHATI PB HMI, Bakornas Lembaga Kekaryaan, Bakornas LPL, Anggota MPK
dan Cabang Persiapan merupakan Peserta Peninjau
3. Peserta Utusan adalah Cabang Penuh yang mempunyai Hak suara dan Hak bicara
sedangkan peserta peninjau mempunyai hak bicara
f.
Sidang-Sidang
1. Sidang Pleno
2. Sidang Komisi
g.
Pimpinan Sidang
1. Steering Committee sampai terpilihnya pimpinan sidang yang baru yang berbentuk
presidium
2. Presidium Sidang yang dipilih dari peserta utusan atau peninjau oleh peserta utusan,
dengan ketentuan sebanyak 9 orang, yang masing-masing dipilih dari peserta Kongres
63
h.
i.
Keputusan
1. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat
2. Bila point 1 (satu) tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak
atau voting
j.
Quorum
1. Kongres dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih + 1 separuh jumlah utusan
(cabang penuh)
2. Bila Point 1 (satu) tidak terpenuhi maka sidang Kongres diundur selama 1 x 60 menit dan
setelah itu dinyatakan sah
k.
Penutup
Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan Tata Tertib ini akan diatur kemudian berdasarkan
musyawarah dan mufakat
64
AGENDA ACARA
KETERANGAN
RECECKING PESERTA
12.00-14.00
14.00-17.00
17.00-19.00
09.00-12.00
19.00-22.30
22.30-08.00
1.
2.
3.
4.
Absensi Peserta
Orientasi tema oleh SC
Pengesahan Agenda Acara dan Tata Tertib
Pembahasan Komisi Khusus (Penjelasan Proses
Perpindahan PB HMI)
5. Pemilihan Presidium Sidang Kongres XXIX HMI
ISTIRAHAT, SHOLAT DAN MAKAN
SENIN, 23 NOVEMBER 2015
SIDANG PLENO II
08.00-12.30
1. Laporan Pertanggung
Jawaban PB HMI
2. Pembacaan Hasil
Pengawasan MPK PB
HMI
3. Pandangan Umum Ketua
SEMINAR I Tema:
65
12.30-13.30
13.30-16.00
16.00-19.30
SEMINAR II Tema:
24.00-08.00
08.00-12.00
12.00-13.00
13.00-15.30
15.30-16.00
ISTIRAHAT SHOLAT
SEMINAR IV Tema:
19.30.24.00
24.00-08.00
66
Sidang Pleno IV
12.30-13.30
13.30-16.30
16.30-19.30
08.00-12.30
SEMINAR V Tema:
SIDANG PLENO V
19.30-24.00
67
24.00-08.00
08.00-13.00
13.00-14.00
MUNAS KOHATI
14.00-16.30
1. Penyerahan Hasil-Hasil Sidang
LANJUTAN MUNAS
KOHATI (AULA B)
16.30-24.00
24.00-08.00
08.00-12.30
LANJUTAN MUNAS
KOHATI
12.30.-13.30
ISTIRAHAT
13.30-17.00
LANJUTAN MUNAS
KOHATI
Penutupan Kongres XXIX HMI
19.00-21.00
1. Pembukaan
2. Pembacaan Ayat Suci AlQuran
3. Menyanyikan Lagu
Indonesia Raya dan Hymne
HMI
4. Laporan Ketua Panitia
Nasional Kongres XXIX HMI
5. Sambutan-sambutan
Ketua Umum PB HMI
(Demisioner)
Ketua Umum/
Formateur Kongres XXIX
HMI
Koordinator Presidium
Majelis KAHMI Nasional
Gubernur Riau,
Sekaligus Menutup
Kongres XXIX HMI
Pembacaan Doa
68
ANGGARAN DASAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
MUKADDIMAH
Sesungguhnya Allah Subhanahu wataala telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq lagi
sempurna untuk mengatur umat manusia berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di
muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya.
Menurut iradat Allah Subhanahu wataala kehidupan yang sesuai dengan fitrah-Nya adalah panduan
utuh antara aspek duniawi dan ukhrawi, individu dan sosial serta iman, ilmu, dan amal dalam
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Berkat rahmat Allah Subhanahu wataala Bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan
dari kaum penjajah, maka umat Islam berkewajiban mengisi kemerdekaan itu dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia menuju masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu
wataala.
Sebagai bagian dari umat Islam dunia, maka umat Islam Indonesia memiliki kewajiban berperan aktif
dalam menciptakan Ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam sedunia menuju masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wataala.
Mahasiswa Islam sebagai generasi muda yang sadar akan hak dan kewajibannya serta peran dan
tanggung jawab kepada umat manusia, umat muslim dan Bangsa Indonesia bertekad memberikan
dharma bhaktinya untuk mewujudkan nilai-nilai keislaman demi terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wataala.
Meyakini bahwa tujuan itu dapat dicapai dengan taufiq dan hidayah Allah Subhanahu wataala serta
usaha-usaha yang teratur, terencana dan penuh kebijaksanaan, dengan nama Allah kami Mahasiswa
Islam menghimpun diri dalam satu organisasi yang digerakkan dengan pedoman berbentuk anggaran
dasar sebagai berikut:
BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI.
69
Pasal 2
Waktu dan Tempat kedudukan
HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5
Februari 1947 untuk waktu yang tidak ditentukan dan berkedudukan di tempat Pengurus Besar.
BAB II
Azas
Pasal 3
HMI berazaskan Islam
BAB III
TUJUAN, USAHA DAN SIFAT
Pasal 4
Tujuan
Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wataala.
Pasal 5
Usaha
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
70
BAB IV
STATUS, FUNGSI DAN PERAN
Pasal 7
Status
HMI adalah organisasi mahasiswa.
Pasal 8
Fungsi
HMI berfungsi sebagai organisasi kader.
Pasal 9
Peran
HMI berperan sebagai organisasi perjuangan.
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 10
1. Yang dapat menjadi anggota HMI adalah Mahasiswa Islam yang terdaftar pada perguruan tinggi
dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh Pengurus HMI Cabang/Pengurus Besar HMI.
2. Anggota HMI terdiri dari :
a. Anggota Muda.
b. Anggota Biasa.
c. Anggota Kehormatan.
3. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban.
4. Status keanggotaan, hak dan kewajiban anggota HMI diatur lebih lanjut dalam ART HMI
BAB VI
KEDAULATAN
Pasal 11
Kedaulatan berada di tangan anggota biasa yang pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga dan ketentuan penjabarannya.
71
BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 12
Kekuasaan
Kekuasaan dipegang oleh Kongres, Konferensi/Musyawarah Cabang dan Rapat Anggota Komisariat.
Pasal 13
Kepemimpinan
1. Kepemimpinan organisasi dipegang oleh Pengurus Besar HMI, Pengurus HMI Cabang dan
Pengurus HMI Komisariat.
2. Untuk membantu tugas Pengurus Besar HMI dibentuk Badan Koordinasi.
3. Untuk membantu tugas Pengurus HMI Cabang dapat dibentuk Koordinator Komisariat.
Pasal 14
Majelis Pengawas dan Konsultasi
1. Dalam rangka pengawasan dan sebagai wadah konsultasi kepengurusan HMI dibentuklah Majelis
Pengawas dan Konsultasi Himpunan Mahasiswa Islam yang disingkat dengan MPK HMI.
2. Pembentukan MPK HMI dilakukan disetiap tingkatan
Pasal 15
BadanBadan Khusus
Dalam rangka memudahkan realisasi usaha mencapai tujuan HMI maka dibentuk Korp-HMI-wati,
Lembaga Pengembangan Profesi, Badan Pengelola Latihan dan Badan Penelitian Pengembangan.
BAB VIII
KEUANGAN DAN HARTA BENDA
Pasal 16
Keuangan dan Harta Benda
1. Keuangan dan harta benda HMI dikelola dengan prinsip transparansi, bertanggungjawab, efektif,
efisien dan berkesinambungan.
2. Keuangan dan Harta benda HMI diperoleh dari uang pangkal anggota, iuran dan sumbangan
anggota, sumbangan alumni dan usaha-usaha lain yang halal dan tidak bertentangan dengan
sifat Independensi HMI.
BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN
Pasal 17
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
72
1. Perubahan Anggaran Dasar dan pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Kongres.
2. Harta benda HMI sesudah dibubarkan harus diserahkan kepada Yayasan Amal Islam.
BAB X
PENJABARAN ANGGARAN DASAR DAN PENGESAHAN
Pasal 18
Penjabaran Anggaran Dasar HMI
1. Penjabaran pasal 3 tentang azas organisasi dirumuskan dalam Memori Penjelasan tentang Islam
sebagai Azas HMI.
2. Penjabaran pasal 4 tentang tujuan organisasi dirumuskan dalam Tafsir Tujuan HMI.
3. Penjabaran pasal 5 tentang usaha organisasi dirumuskan dalam Program Kerja Nasional.
4. Penjabaran pasal 6 tentang sifat organisasi dirumuskan dalam Tafsir Independensi HMI.
5. Penjabaran pasal 8 tentang fungsi organisasi dirumuskan dalam Pedoman Perkaderan HMI.
6. Penjabaran pasal 9 tentang peran organisasi dirumuskan dalam Nilai Dasar Perjuangan HMI.
7. Penjabaran Anggaran Dasar tentang hal-hal di luar ayat 1 hingga 6 di atas dirumuskan dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 19
Aturan Tambahan
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Penjabaran Anggaran Dasar dimuat dalam
Peraturan-Peraturan/Ketentuan-ketentuan tersendiri yang tidak bertentangan dengan Anggaran
Dasar dan Penjabaran Anggaran Dasar HMI.
Pasal 20
Pengesahan
Pengesahan Anggaran Dasar HMI ditetapkan pada Kongres III di Jakarta, tanggal 4 September 1953,
yang diperbaharui pada :
Kongres IV di Bandung, tanggal 4 Oktober 1955,
Kongres V di Medan, tanggal 31 Desember 1957,
Kongres VI di Makassar, tanggal 20 Juli 1960,
Kongres VII di Jakarta, tanggal 14 September 1963,
Kongres VIII di Solo, tanggal 17 September 1966,
Kongres IX di Malang, tanggal 10 Mei 1969,
Kongres X di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971,
Kongres XI di Bogor, tanggal 12 Mei 1974,
Kongres XII di Semarang, tanggal 15 Oktober 1976,
Kongres XIII di Ujung Pandang, tanggal 12 Februari 1979,
Kongres XIV di Bandung, tanggal 30 April 1981,
Kongres XV di Medan, tanggal 25 Mei 1983,
Kongres XVI di Padang, tanggal 31 Maret 1986,
Kongres XVII di Lhokseumawe, tanggal 6 Juli 1988,
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
73
74
BAB I
KEANGGOTAAN
BAGIAN I
ANGGOTA
Pasal 1
Anggota Muda
Anggota Muda adalah Mahasiswa Islam yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dan/atau yang
sederajat yang telah mengikuti Masa Perkenalan Calon Anggota (Maperca) dan ditetapkan oleh
Pengurus Cabang.
Pasal 2
Anggota Biasa
Anggota Biasa adalah Anggota Muda atau Mahasiswa Islam yang telah dinyatakan lulus mengikuti
Latihan Kader I (Basic Training).
Pasal 3
Anggota Kehormatan
1.
2.
1.
2.
3.
Setiap Mahasiswa Islam yang ingin menjadi anggota harus mengajukan permohonan serta
menyatakan secara tertulis kesediaan mengikuti Anggaran dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
ketentuan /peraturan organisasi lainnya:
Apabila telah memenuhi syarat pada ayat (1) dan yang bersangkutan telah dinyatakan lulus
mengikuti Maperca, maka dinyatakan sebagai Anggota Muda.
Mahasiswa Islam yang telah memenuhi syarat (1) dan/atau Anggota Muda HMI dapat mengikuti
Latihan Kader I dan setelah lulus dinyatakan Anggota Biasa HMI.
75
BAGIAN III
MASA KEANGGOTAAN
Pasal 5
Masa Keanggotaan
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
76
BAGIAN V
MUTASI ANGGOTA
Pasal 8
1.
2.
3.
4.
5.
Mutasi anggota adalah perpindahan status keanggotaan dari satu cabang ke cabang lain.
Dalam keadaan tertentu, seorang anggota HMI dapat memindahkan status keanggotaannya
dari satu cabang ke cabang lain atas persetujuan cabang asalnya.
Untuk memperoleh persetujuan dari cabang asal, maka seorang anggota harus mengajukan
permohonan secara tertulis untuk selanjutnya diberikan surat keterangan.
Mutasi anggota hanya dapat dilakukan jika yang bersangkutan pindah studi dan/pindah
domisili.
Apabila seorang anggota HMI studi di 2 (dua) perguruan tinggi yang berbeda wilayah kerja
cabang, maka ia harus memilih salah satu cabang.
BAGIAN VI
RANGKAP ANGGOTA DAN RANGKAP JABATAN
Pasal 9
1.
2.
3.
4.
Dalam keadaan tertentu anggota HMI dapat merangkap menjadi anggota organisasi lain atas
persetujuan Pengurus Cabang.
Pengurus HMI tidak dibenarkan untuk merangkap jabatan pada organisasi lain sesuai ketentuan
yang berlaku.
Ketentuan tentang jabatan seperti dimaksud pada ayat (2) di atas diatur dalam ketentuan
tersendiri.
Anggota HMI yang mempunyai kedudukan pada organisasi lain di luar HMI, harus menyesuaikan
tindakannya dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan
organisasi lainnya.
BAGIAN VII
SANKSI ANGGOTA
Pasal 10
Sanksi Anggota
1.
2.
3.
Sanksi adalah bentuk hukuman sebagai bagian proses pembinaan yang diberikan organisasi
kepada anggota yang melalaikan tugas, melanggar ketentuan organisasi, merugikan atau
mencemarkan nama baik organisasi, dan/atau melakukan tindakan kriminal dan tindakan
melawan hukum lainnya.
Sanksi dapat berupa teguran, peringatan, skorsing, pemecatan atau bentuk lain yang ditentukan
oleh pengurus dan diatur dalam ketentuan tersendiri.
Anggota yang dikenakan sanksi dapat mengajukan pembelaan di forum yang ditunjuk untuk itu.
77
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
A.
STRUKTUR KEKUASAAN
BAGIAN I
KONGRES
Pasal 11
Status
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
78
6.
Banyaknya utusan cabang dalam Kongres dari jumlah Anggota Biasa Cabang penuh dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Sn = a.px-1
Di mana :
X adalah bilangan asli {1,2,3,4,..}
Sn = Jumlah Anggota Biasa
a = 300 (Seratus Lima Puluh)
p = Pembanding = 4 (empat)
x = Jumlah utusan
Jumlah anggota
Jumlah Utusan
300 s/d 1.200
:1
1.201 s/d 4.800
:2
4.801 s/d 19.200
:3
19.201 s/d 76.800
:4
Dan seterusnya..
BAGIAN II
KONFERENSI CABANG/MUSYAWARAH ANGGOTA CABANG
Pasal 14
Status
1.
2.
3.
4.
5.
79
Pasal 15
Kekuasaan dan Wewenang
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
80
10. Setelah menyampaikan Laporan pertanggungjawaban (LPJ) dan dibahas oleh konfercab/muscab
maka pengurus cabang dinyatakan demisioner.
BAGIAN III
RAPAT ANGGOTA KOMISARIAT
Pasal 17
Status
1.
2.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
81
B. STRUKTUR PIMPINAN
BAGIAN IV
PENGURUS BESAR
Pasal 20
Status
1.
2.
1.
Formasi Pengurus Besar sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, dan
Bendahara Umum.
Formasi Pengurus Besar harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi kinerja
kepengurusan serta mempertimbangkan keterwakilan wilayah.
Yang dapat menjadi personalia Pengurus Besar adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
b. Dapat membaca Al Qur`an
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader III
e. Pernah menjadi pengurus Komisariat, pengurus Cabang dan/atau Badko
f. Tidak menjadi personalia Pengurus Besar untuk periode ketiga kalinya kecuali jabatan
Ketua Umum
Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formateur Pengurus Besar adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
b. Dapat membaca Al Qur`an
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader III
e. Pernah menjadi pengurus Komisariat, pengurus Cabang, Pengurus Badko, Pengurus Besar
HMI dan/atau Badan Khusus lainnya.
f. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena sedang menjadi pengurus
g. Sehat secara jasmani maupun rohani
h. Ketika mencalonkan diri, mendapat rekomendasi tertulis dari Cabang.
Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah kongres, personalia Pengurus Besar harus
sudah dibentuk dan Pengurus Besar Demisioner sudah mengadakan serah terima jabatan.
Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam ayat (5), formateur tidak dapat
menyusun komposisi kepengurusan karena meninggal dunia atau berhalangan tetap lainnya,
maka formateur dialihkan kepada mide formateur yang mendapat suara terbanyak.
Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat dipilih pejabat
ketua umum.
Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, adalah:
a. Meninggal dunia
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
82
Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 6 (enam) bulan berturutturut.
c. Tidak hadir dalam Rapat Harian dan/atau Rapat Presidium selama 2 (dua) bulan berturutturut.
Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua Umum sebelum Kongres apabila
memenuhi satu atau lebih hal-hal berikut:
a. Membuat pernyataan publik atas nama PB HMI yang melanggar Anggaran Dasar pasal 6.
b. Terbukti melanggar Anggaran Dasar pasal 16 dan Anggaran Rumah Tangga pasal 58.
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana diatur Anggaran Rumah Tangga pasal 21 ayat d.
Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan/pengambilan sumpah jabatan Ketua Umum
sebelum Kongres hanya dapat melalui:
a. Keputusan sidang Pleno Pengurus Besar yang disetujui minimal 50%+1 suara utusan Sidang
Pleno Pengurus Besar apabila pemberhentian Ketua Umum diusulkan melalui Keputusan
Rapat Harian Pengurus Besar yang di setujui oleh 2/3 jumlah Pengurus Besar.
b. Keputusan Sidang Pleno Pengurus Besar atau Rapat Harian Pengurus Besar yang disetujui
50%+1 jumlah suara utusan Sidang Pleno Pengurus Besar atau 50%+1 jumlah Pengurus
Besar apabila Ketua Umum diusulkan oleh minimal jumlah Cabang penuh.
Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara tertulis disertai alasan, bukti dan
saksi disertai tanda tangan pengusul. Usulan ditembuskan kepada Majelis Pengawas dan
Konsultasi Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (MPK PB HMI).
Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan pemberhentiannya kepada
Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (MPK PB HMI)
selambat-lambatnya satu minggu sejak putusan pemberhentiannya di tetapkan. Putusan
Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (MPK PB HMI)
yang bersifat final dan mengikat dikeluarkan paling lambat dua minggu sejak pengajuan gugatan
pembatalan diterima.
Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Jendral Pengurus Besar
secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum hingga dipilih, diangkat dan diambil
Sumpah Jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Harian Pengurus Besar terdekat.
Bila Sekretaris Jendral tidak dapat menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum karena mangkat,
mengundurkan diri atau berhalangan tetap hingga 2 kali Rapat Harian yang terdekat dari
mangkat atau mundurnya Ketua Umum maka Pejabat Sementara Ketua Umum diangkat
otomatis dari Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi hingga dipilih, diangkat dan disumpah
jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Harian Pengurus Besar yang terdekat.
Sebelum diadakan Rapat Harian Pengurus Besar untuk memilih Pejabat Ketua Umum, Pejabat
Sementara Ketua Umum memberitahukan mangkat atau pengunduran diri Ketua Umum kepada
Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (MPK PB HMI)
dan untuk selanjutnya mengundang sebahagian atau keseluruhan anggota Majelis Pengawas
dan Konsultasi Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (MPK PB HMI) menjadi saksi dalam
Rapat Harian Pengurus Besar.
Rapat Harian Pengurus Besar untuk memilih Pejabat Ketua Umum langsung dipimpin oleh
Pejabat Sementara Ketua Umum. Pejabat Ketua Umum dapat dipilih melalui Musyawarah atau
pemungutan suara dari calon-calon yang terdiri dari Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, dan
Ketua Bidang.
b.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
83
17. Pengambilan Sumpah Jabatan Pejabat Ketua Umum dilakukan oleh koordinator Majelis
Pengawas dan Konsultasi Himpunan Mahasiswa Islam atau anggota Majelis Pengawas dan
Konsultasi Himpunan Mahasiswa Islam yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan Majelis
Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar.
18. Ketua Umum dapat melakukan Reshuffle atau pemberhentian atau penggantian personalia
Pengurus Besar dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keaktifan yang bersangkutan dalam Rapat-rapat PB HMI
b. Realisasi program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 1 (satu) semester
c. Partisipasi yang bersangkutan dalam Program Kerja PB HMI (diluar bidang yang
bersangkutan).
Pasal 22
Tugas dan Wewenang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
84
BAGIAN V
BADAN KOORDINASI
Pasal 23
Status
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Formasi Pengurus Badko sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris umum, dan
Bendahara Umum.
Yang dapat menjadi personalia Pengurus Badko adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
b. Dapat membaca Al Qur`an
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader III
e. Pernah menjadi pengurus Komisariat, pengurus Cabang dan/atau Badko
f. Tidak menjadi personalia Pengurus Badko untuk periode ketiga kalinya kecuali jabatan
Ketua Umum
Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formateur Pengurus Badko adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
b. Dapat membaca Al Qur`an
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader III
e. Pernah menjadi pengurus Komisariat, pengurus Cabang dan/atau Badko
f. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena sedang menjadi pengurus
g. Sehat secara jasmani maupun rohani.
h. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata sebagai Insan Akademis yakni
karya tulis ilmiah.
i. Ketika mencalonkan diri, mendapat rekomendasi tertulis dari Cabang.
Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Musda, personalia Pengurus Badko sudah
dibentuk dan Pengurus Badko Demisioner sudah mengadakan serah terima jabatan.
Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat dipilih pejabat
ketua umum.
Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, adalah:
a. Meninggal dunia
b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 6 (enam) bulan berturutturut.
c. Tidak hadir dalam Rapat Harian dan/atau Rapat Presidium selama 2 (dua) bulan berturutturut.
85
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua Umum sebelum Musda apabila
memenuhi satu atau lebih hal-hal berikut:
a. Membuat pernyataan publik atas nama Pengurus Badko yang melanggar Anggaran Dasar
pasal 6.
b. Terbukti melanggar Anggaran Dasar pasal 16 dan Anggaran Rumah Tangga pasal 58.
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana diatur Anggaran Rumah Tangga pasal 21 ayat 4.
Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan Pejabat Ketua Umum sebelum Musda hanya
dapat dilakukan melalui:
a. Keputusan sidang Pleno Pengurus Badko yang disetujui minimal 50%+1 suara utusan
Sidang Pleno Pengurus Badko apabila pemberhentian Ketua Umum diusulkan melalui
Keputusan Rapat Harian Pengurus Badko yang di setujui oleh 2/3 jumlah Pengurus Badko.
b. Sidang Pleno Pengurus Badko yang disetujui 50%+1 jumlah suara utusan Sidang Pleno
Pengurus Badko apabila pemberhentian Ketua Umum diusulkan oleh minimal setengah
jumlah Cabang penuh.
Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara tertulis disertai alasan, bukti
dan saksi disertai tanda tangan pengusul. Usulan ditembuskan kepada Pengurus Besar
Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan pemberhentiannya kepada
Pengurus Besar selambat-lambatnya satu minggu sejak putusan pemberhentiannya di tetapkan.
Pengurus Besar yang bersifat final dan mengikat dikeluarkan paling lambat dua minggu sejak
pengajuan gugatan pembatalan diterima.
Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Umum Pengurus Badko
secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum hingga dipilih, diangkat dan diambil
Sumpah Jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Harian Pengurus Badko terdekat.
Sebelum diadakan Rapat Harian Pengurus Badko, Sekretaris Umum selaku Pejabat sementara
Ketua Umum memberitahukan mangkat atau pengunduran diri Ketua Umum kepada Cabang
dab Pengurus Besar.
Ketua Umum dapat melakukan Reshuffle atau pemberhentian atau penggantian personalia
Pengurus Badko dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keaktifan yang bersangkutan dalam Rapat-rapat Pengurus Badko
b. Realisasi program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 1 (satu) semester
c. Partisipasi yang bersangkutan dalam Program Kerja PB HMI (diluar bidang yang
bersangkutan).
Pasal 25
Tugas dan Wewenang
1.
2.
3.
4.
5.
86
6.
7.
8.
9.
10.
11.
1. Musyawarah daerah (Musda) adalah Musyawarah utusan Cabang-Cabang yang ada dalam
wilayah koordinasi Badko.
2. Penyelenggaraan Musda selambat-lambatnya 3 (Tiga) bulan setelah Kongres.
3. Apabila ayat (2) tidak terpenuhi maka PB HMI menunjuk carateker untuk melakukan MUSDA.
4. Kekuasaan dan wewenang Musda adalah menetapkan program kerja dan memilih calon-calon
Ketua Umum/Formateur Badko maksimal 3 (tiga) orang dan diusulkan pengesahannya pada PB
HMI dengan memperhatikan suara terbanyak untuk ditetapkan 1 (satu) sebagai Ketua
Umum/Formateur.
5. Tata Tertib Musda disesuaikan dengan pasal 13 ART.
Pasal 27
Pembentukan Badan Koordinasi
1.
2.
BAGIAN VI
CABANG
Pasal 28
Status
1.
2.
3.
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Cabang merupakan satu kesatuan organisasi yang
dibentuk di Kota Besar atau ibukota Propinsi/Kabupaten/Kota yang terdapat perguruan tinggi.
Diluar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Cabang merupakan satu kesatuan organisasi yang
dibentuk di Ibukota Negara atau Kota Besar lainnya di negara tersebut yang terdapat
mahasiswa muslim.
Masa jabatan pengurus cabang adalah satu tahun semenjak pelantikan/serah terima jabatan
dari pengurus demisioner.
87
Pasal 29
Personalia Pengurus Cabang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Formasi Pengurus Cabang sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris umum, dan
Bendahara Umum.
Yang dapat menjadi personalia Pengurus Cabang adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
b. Dapat membaca Al Qur`an
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader II
e. Pernah menjadi Pengurus Komisariat, Pengurus Koordinator Komisariat, dan/atau
Pengurus Cabang.
f. Tidak menjadi personalia Pengurus Cabang untuk periode ketiga kalinya kecuali jabatan
Ketua Umum
Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formateur Pengurus Cabang adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
b. Dapat membaca Al Qur`an
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader II
e. Pernah menjadi pengurus Komisariat, Korkom dan/atau Pengurus Cabang
f. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena sedang menjadi pengurus
g. Sehat secara jasmani maupun rohani
h. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata sebagai insan akademis.
i. Ketika mencalonkan diri, mendapat rekomendasi tertulis dari Pengurus Komisariat Penuh.
Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah KONFERCAB/MUSCAB, personalia Pengurus
Cabang harus sudah dibentuk dan Pengurus Cabang Demisioner sudah mengadakan serah
terima jabatan.
Apabila dalam jangka waktu telah ditentukan dalam ayat (4), formateur tidak dapat menyusun
komposisi kepengurusan karena meninggal dunia atau berhalangan tetap lainnya, maka
formateur dialihkan kepada mide formateur yang mendapat suara terbanyak.
Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat dipilih pejabat
ketua umum.
Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, adalah:
a. Meninggal dunia
b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 6 (enam) bulan berturutturut.
c. Tidak hadir dalam Rapat Harian dan/atau Rapat Presidium selama 2 (dua) bulan berturutturut.
Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua Umum sebelum
Konfercab/Muscab apabila memenuhi satu atau lebih hal-hal berikut:
a. Membuat pernyataan publik atas nama Cabang yang melanggar Anggaran Dasar pasal 6.
b. Terbukti melanggar Anggaran Dasar pasal 16 dan Anggaran Rumah Tangga pasal 58.
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana diatur Anggaran Rumah Tangga pasal 29 ayat 3.
Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan/pengambilan sumpah jabatan Ketua Umum
sebelum Konfercab/Muscab hanya dapat melalui:
88
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
a. Keputusan sidang Pleno Pengurus Cabang yang disetujui minimal 50%+1 suara utusan
Sidang Pleno Pengurus cabang.
b. Usulan pemberhentian Ketua Umum hanya dapat diajukan melalui Keputusan Rapat Harian
Pengurus Cabang yang di setujui oleh 2/3 jumlah Pengurus Cabang atau minimal jumlah
Komisariat penuh
Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara tertulis disertai alasan, bukti dan
saksi disertai tanda tangan pengusul. Usulan ditembuskan kepada Pengurus Badko
Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan pemberhentiannya kepada
Pengurus Badko selambat-lambatnya satu minggu sejak putusan pemberhentiannya di
tetapkan. keputusan Pengurus Badko dikeluarkan paling lambat dua minggu sejak pengajuan
gugatan pembatalan diterima.dalam hal masih terdapat keberatan atas keputusan Pengurus
Badko maka dapat diajukan gugatan ulang kepada Pengurus Besar selambat-lambatnya satu
minggu sejak keputusan Pengurus Badko ditetapkan. Keputusan yang bersifat final dan
mengikat dikeluarkan paling lambat 2 minggu sejak gugatan ulang diterima.
Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Umum Pengurus Cabang
secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum hingga dipilih, diangkat dan diambil
Sumpah Jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Harian Pengurus Cabang terdekat.
Bila Sekretaris Umum tidak dapat menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum karena mangkat,
mengundurkan diri atau berhalangan tetap hingga 2 kali Rapat Harian yang terdekat dari
mangkat atau mundurnya Ketua Umum maka Pejabat Sementara Ketua Umum diangkat
otomatis dari Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi hingga dipilih, diangkat dan disumpah
jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Harian Pengurus Cabang yang terdekat.
Sebelum diadakan Rapat Harian Pengurus Cabang untuk memilih Pejabat Ketua Umum, Pejabat
Sementara Ketua Umum memberitahukan mangkat atau pengunduran diri Ketua Umum kepada
Badko dan menjadi saksi dalam rapat harian Pengurus cabang.
Rapat Harian Pengurus Cabang untuk memilih Pejabat Ketua Umum langsung dipimpin oleh
Pejabat Sementara Ketua Umum. Pejabat Ketua Umum dapat dipilih melalui Musyawarah atau
pemungutan suara dari calon yang terdiri dari Sekretaris Umum, Bendahara Umum, dan Ketua
Bidang.
Pengambilan Sumpah Jabatan Pejabat Ketua Umum dilakukan oleh Pengurus Besar, dan/atau
Pengurus Badko yang di tunjuk untuk itu.
Ketua Umum dapat melakukan Reshuffle atau pemberhentian atau penggantian personalia
Pengurus Cabang dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keaktifan yang bersangkutan dalam rapat-rapat HMI Cabang.
b. Realisasi program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 1 (satu) semester
c. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja Cabang (di luar bidang yang
bersangkutan).
89
Pasal 30
Tugas dan Wewenang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Melaksanakan
hasil-hasil
ketetapan
Konferensi/Musyawarah
Cabang,
serta
ketentuan/kebijakan organisasi lainnya yang diberikan Pengurus Besar atau Pengurus Badko.
Menetapkan dan mengesahkan pendirian KORKOM.
Membentuk Koordinator Komisariat (Korkom) bila diperlukan dan mengesahkan
kepengurusannya.
Mengesahkan Pengurus Komisariat dan Badan Khusus di tingkat cabang.
Membentuk dan mengembangkan badan-badan khusus.
Melaksanakan sidang pleno sekurang-kurangnya sekali dalam 4 (empat) bulan atau 2 (dua) kali
selama satu periode berlangsung.
Melaksanakan Rapat Harian Pengurus Cabang minimal satu minggu sekali, selama periode
berlangsung.
Melaksanakan Rapat Presidium Pengurus Cabang minimal satu kali dalam sebulan.
Menyampaikan laporan kerja kepengurusan dan database anggota 4 (empat) bulan sekali
kepada Pengurus Besar melalui Pengurus Badko.
Memilih dan mengesahkan 1 (satu) orang Formateur/Ketua Umum dan 2 (dua) orang Mide
Formateur dari 3 (tiga) calon anggota Formateur Korkom yang dihasilkan dari Musyawarah
Komisariat dengan memperhatikan suara terbanyak dan mengesahkan susunan Pengurus
Korkom Formateur Ketua Umum Korkom.
Mengusulkan pembentukan dan pemekaran cabang melalui Musyawarah Daerah.
Menyelenggarakan Konferensi/Musyawarah Anggota Cabang.
Menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban
kepada
Anggota
Biasa
melalui
Konferensi/Musyawarah Anggota cabang.
Pasal 31
Pendirian dan Pemekaran Cabang
1.
2.
3.
4.
5.
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, pendirian Cabang Persiapan dapat diusulkan oleh
200 (dua ratus) orang anggota biasa kepada Pengurus Badko setempat yang selanjutnya
diteruskan kepada Pengurus Besar.
Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, pendirian Cabang Persiapan dapat diusulkan
sekurang-kurangnya 15 (lima belas) orang anggota bisa langsung kepada Pengurus Besar.
Usulan disampaikan secara tertulis disertai alasan dan dokumen pendukungnya.
Pengurus Besar dalam mengesahkan Cabang Persiapan menjadi Cabang Penuh harus meneliti
keaslian dokumen pendukung, mempertimbangkan potensi anggota di daerah setempat, dan
potensi-potensi lainnya di daerah setempat yang dapat mendukung kesinambungan Cabang
tersebut bila disahkan dengan mempertimbangkan pendapat dari Badko dalam forum pleno PB
HMI.
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekurang-kurangnya setelah 1 (satu) tahun
disahkan menjadi Cabang Persiapan, mempunyai minimal 300 (tiga ratus puluh) anggota biasa
dan mampu melaksanakan minimal 2 (dua) kali Latihan Kader I dan 1 (satu) kali Latihan Kader II
di bawah bimbingan dan pengawasan Pengurus Badko setempat, memiliki Badan Pengelola
90
Latihan dan minimal 1 (satu) Lembaga Pengembangan Profesi aktif serta direkomendasikan
Pengurus Badko setempat dapat disahkan menjadi Cabang Penuh.
6. Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekurang-kurangnya setelah 1 (satu) tahun
disahkan menjadi Cabang Persiapan, mempunyai minimal 75 (tujuh puluh lima) anggota biasa
dan mampu melaksanakan minimal 1 (satu) kali Latihan Kader I dan 1 (satu) kali Latihan Kader II
di bawah bimbingan dan pengawasan Pengurus Besar, memiliki Badan Pengelola Latihan dapat
disahkan menjadi Cabang Penuh.
7. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, 1 (satu) Cabang Penuh dapat dimekarkan menjadi 2
(dua) atau lebih Cabang Penuh apabila masing-masing Cabang yang dimekarkan tersebut
memiliki minimal 150 (seratus lima puluh) anggota biasa, memiliki Badan Pengelola Latihan dan
minimal 1 (satu) Lembaga Pengembangan Profesi aktif, direkomendasikan dalam konferensi
Cabang asal dan disetujui dalam Musyawarah Badko setempat, serta tidak dalam satu wilayah
administrative Kabupaten/Kota.
8. Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, 1 (satu) Cabang Penuh dapat dimekarkan menjadi
2 (dua) atau lebih Cabang Penuh apabila masing-masing Cabang yang dimekarkan tersebut
memiliki minimal 25 (dua puluh lima) anggota biasa, memiliki Badan Pengelola Latihan dan
direkomendasikan konferensi Cabang asal.
9. Dalam
mengesahkan
pemekaran
Cabang
Penuh,
Pengurus
Besar
harus
mempertimbangkantingkat dinamika Cabang penuh hasil pemekaran, daya dukung daerah
tempat kedudukan Cabang-Cabang hasil pemekaran, potensi keanggotaan, potensi pembiayaan
untuk menunjang aktifitas Cabang hasil pemekaran, dan potensi-potensi lainnya yang
menunjang kesinambungan Cabang.
10. Untuk pemekaran Cabang Penuh yang berkedudukan di Kota Besar, 2 (dua) atau lebih Cabang
penuh yang telah dimekarkan dapat berada dalam 1 (satu) wilayah administrative kota bila
memiliki potensi keanggotaan, potensi pembiayaan, dan potensi-potensi penunjang
kesinambungan Cabang lainnya yang tinggi.
Pasal 32
Penurunan Status dan Pembubaran Cabang
1.
Cabang Penuh dapat diturunkan statusnya menjadi Cabang Persiapan apabila memenuhi salah
satu atau seluruh hal berikut :
a. Memiliki anggota biasa kurang dari 300 (tiga ratus) orang (dalam NKRI) yang tersebar
dalam 3 (tiga) komisariat dan/ atau lebih serta 25 (dua puluh lima) orang (di luar NKRI).
b. Tidak lagi memiliki salah satu atau keduanya dari Badan Pengelola Latihan dan 1 (satu)
Lembaga Pengembangan Profesi.
c. Dalam satu periode kepengurusan tidak melaksanakan Konferensi Cabang selambatlambatnya selama 18 (delapan belas) bulan.
d. Tidak melaksanakan Latihan Kader II sebanyak 2 (dua) kali dalam 2 (dua) periode
kepengurusan berturut-turut atau tidak melaksanakan 4 (empat) kali Latihan Kader I dalam
2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut.
e. Tidak melaksanakan Sidang Pleno minimal 4 (empat) kali selama 2 (dua) peride
kepengurusan berturut-turut atau Rapat Harian dan Rapat Presidium minimal 20 (dua
puluh) kali selama 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut.
91
2.
Apabila Cabang Persiapan dan Cabang Penuh Yang diturunkan menjadi Cabang Persiapan dalam
waktu 2 (dua) tahun tidak dapat meningkatkan statusnya menjadi Cabang Penuh maka Cabang
tersebut dinyatakan bubar melalui Keputusan Pengurus Besar.
BAGIAN VII
KOORDINATOR KOMISARIAT
Pasal 33
Status
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Formasi Pengurus Korkom sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris umum, dan
Bendahara Umum.
Yang dapat menjadi personalia Pengurus Korkom adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
b. Dapat membaca Al Qur`an
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader II
e. Pernah menjadi pengurus Komisariat.
f. Tidak menjadi personalia Pengurus Korkom untuk periode ketiga kalinya kecuali jabatan
Ketua Umum
Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formateur Pengurus Korkom adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
b. Dapat membaca Al Qur`an
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader II
e. Pernah menjadi pengurus Komisariat
f. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena sedang menjadi pengurus
g. Sehat secara jasmani maupun rohani
h. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata sebagai insan akademis.
i. Ketika mencalonkan diri, mendapat rekomendasi tertulis dari Pengurus Komisariat Penuh.
Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah Musyawarah Komisariat, personalia Pengurus
Korkom harus sudah dibentuk dan Pengurus Korkom sudah mengadakan serah terima jabatan.
Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat dipilih pejabat
ketua umum.
Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, adalah:
a. Meninggal dunia
92
b.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 2 (dua) bulan berturutturut.
c. Tidak hadir dalam Rapat Harian dan/atau Rapat Presidium selama 1 (satu) bulan berturutturut.
Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua Umum sebelum Musyawarah
Koordinator Komisariat apabila memenuhi satu atau lebih hal-hal berikut:
a. Membuat pernyataan publik atas nama Pengurus Korkom yang melanggar Anggaran Dasar
pasal 6.
b. Terbukti melanggar Anggaran Dasar pasal 16 dan Anggaran Rumah Tangga pasal 58.
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana diatur Anggaran Rumah Tangga pasal 34 ayat 3.
Pemberhentian Ketua Umum Korkom dan pengangkatan Pejabat Ketua Umum Korkom hanya
dapat melalui:
a. Keputusan Rapat Harian Pengurus Cabang yang disetujui minimal 50%+1 suara peserta
Rapat Harian Pengurus cabang.
b. Rapat Harian Pengurus Cabang hanya membahas usulan pemberhentian Ketua Umum
Korkom yang diusulkan oleh minimal jumlah komisariat di wilayah Korkom tersebut atau
jumlah Pengurus Cabang atau 2/3 jumlah Pengurus Korkom.
Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara tertulis disertai alasan, bukti dan
saksi disertai tanda tangan pengusul. Usulan ditembuskan kepada Majelis Pengawas dan
Konsultasi Pengurus Cabang dan Komisariat.
Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan pemberhentiannya kepada
Pengurus Cabang selambat-lambatnya satu minggu sejak putusan pemberhentiannya di
tetapkan. keputusan Pengurus Cabang dikeluarkan paling lambat dua minggu sejak pengajuan
gugatan pembatalan diterima.dalam hal masih terdapat keberatan atas keputusan Pengurus
Cabang maka dapat diajukan gugatan ulang kepada Pengurus Cabang selambat-lambatnya satu
minggu sejak keputusan Pengurus cabang ditetapkan. Keputusan yang bersifat final dan
mengikat dikeluarkan paling lambat 2 minggu sejak gugatan ulang diterima.
Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Umum Korkom secara
otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum hingga dipilih, diangkat dan diambil Sumpah
Jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Harian Pengurus Cabang terdekat.
Sebelum diadakan Rapat Harian Pengurus Cabang, Sekertaris Umum Korkom selaku Pejabat
Sementara Ketua Umum memberitahukan mangkat atau pengunduran diri Ketua Umum kepada
Komisariat dan Pengurus Cabang.
Ketua Umum dapat melakukan Reshuffle atau pemberhentian atau penggantian personalia
Pengurus Korkom dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keaktifan yang bersangkutan dala Rapat-rapat Pengurus Korkom
b. Realisasi program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 3 (tiga) bulan
c. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja Korkom (di luar bidang yang
bersangkutan).
Pasal 35
Tugas dan Wewenang
1.
93
Pasal 36
Musyawarah Komisariat
1. Musyawarah Komisariat (Muskom) adalah musyawarah perwakilan komisariat-komisariat yang
ada dalam wilayah koordinasi Korkom.
2. Muskom dilaksanakan selambat-lambatnya 2 bulan setelah Konferensi Cabang.
3. Kekuasaan dan wewenang Muskom adalah menetapkan Pedoman Kerja Pengurus Korkom,
program kerja, mengusulkan pemekaran Komisariat serta Rekomendasi Internal dan Eksternal
Korkom dan memilih calon-calon Formateur Korkom sebanyak 3 orang dan diusulkan kepada
Pengurus Cabang untuk dipilih dan disahkan 3 orang dandiusulkan kepada Pengurus Cabang
untuk dipilih dan disahkan 1 orang sebagai Formateur dan 2 orang sebagai mide Formateur
dengan memperhatikan suara terbanyak.
4. Tata Tertib Muskom disesuaikan dengan pasal 16 Anggaran Rumah Tangga.
BAGIAN VII
KOMISARIAT
Pasal 37
Status
1.
2.
3.
Komisariat merupakan satu kesatuan organisasi di bawah Cabang yang dibentuk di satu
perguruan tinggi atau satu/beberapa fakultas dalam satu perguruan tinggi.
Masa jabatan Pengurus Komisariat adalah satu tahun semenjak pelantikan/serah terima jabatan
setelah Pengurus Demisioner.
Setelah satu tahun berdirinya dengan bimbingan dan pengawasan Korkom/Cabang yang
bersangkutan serta syarat-syarat berdirinya Komisariat Penuh telah dipenuhi, maka dapat
94
4.
mengajukan permohonan kepada Pengurus Cabang untuk disahkan menjadi Komisariat Penuh
dengan rekomendasi Korkom.
Dalam hal tidak terdapat Korkom pengajuan Komisariat penuh langsung kepada Pengurus
Cabang.
Pasal 38
Personalia Pengurus Komisariat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Formasi Pengurus komisariat sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris umum,
dan Bendahara Umum.
Yang dapat menjadi personalia Pengurus Komisariat adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
b. Dapat membaca Al Qur`an
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader I minimal 1 (satu) tahun setelah lulus.
e. Tidak menjadi personalia Pengurus Komisariat untuk periode ketiga kalinya kecuali jabatan
Ketua Umum
Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formateur Pengurus Komisariat adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT
b. Dapat membaca Al Qur`an
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader I minimal 1 tahun.
e. Pernah menjadi pengurus Komisariat
f. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena sedang menjadi pengurus
g. Sehat secara jasmani maupun rohani
h. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata sebagai insan akademis
Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah Rapat Anggota Komisariat, personalia
Pengurus Komisariat harus sudah dibentuk dan Pengurus Demisioner sudah mengadakan serah
terima jabatan.
Apabila dalam jangka waktu telah ditentukan formateur tidak dapat menyusun komposisi
kepengurusan karena meninggal dunia atau berhalangan tetap lainnya, maka formateur
dialihkan kepada mide formateur yang mendapat suara terbanyak.
Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat dipilih pejabat
ketua umum.
Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, adalah:
a. Meninggal dunia
b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 2 (dua) bulan berturutturut.
c. Tidak hadir dalam Rapat Harian dan/atau Rapat Presidium selama 1 (satu) bulan berturutturut.
Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua Umum sebelum Rapat Anggota
Komisariat apabila memenuhi satu atau lebih hal-hal berikut:
a. Membuat pernyataan publik atas nama Pengurus Korkom yang melanggar Anggaran Dasar
pasal 6.
b. Terbukti melanggar Anggaran Dasar pasal 16 dan Anggaran Rumah Tangga pasal 58.
95
c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana diatur Anggaran Rumah Tangga pasal 38 ayat c.
9. Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan Pejabat Ketua Umum hanya dapat melalui:
a. Keputusan Rapat Harian Pengurus Komisariat yang disetujui minimal 50%+1 suara utusan
Rapat Harian Pengurus Komisariat.
b. Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara tertulis disertai alasan, bukti
dan saksi (bila dibutuhkan) dan tanda tangan pengusul. Usulan ditembuskan kepada
Pengurus Cabang.
c. Usulan pemberhentian Ketua Umum dapat diajukan melalui Keputusan Rapat Harian
Pengurus Komisariat yang disetujui oleh minimal 2/3 jumlah Pengurus Komisariat.
10. Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan pemberhentiannya kepada
Pengurus Cabang selambat-lambatnya satu minggu sejak putusan pemberhentiannya di
tetapkan. putusan Pengurus Cabang yang bersifat final dan mengikat dikeluarkan paling lambat
2 minggu sejak pengajuan gugatan pembatalan diterima.
11. Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Umum Pengurus
Komisariat secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum hingga dipilih, diangkat
dan diambil Sumpah Jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Harian Pengurus Komisariat
terdekat.
12. Bila Sekretaris Umum tidak dapat menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum karena mangkat,
mengundurkan diri atau berhalangan tetap hingga 2 kali Rapat Harian yang terdekat dari
mangkat atau mundurnya Ketua Umum maka Pejabat Sementara Ketua Umum diangkat
otomatis dari Ketua Bidang Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan Anggota hingga dipilih,
diangkat dan disumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Harian Pengurus Komisariat
yang terdekat.
13. Sebelum diadakan Rapat Harian Pengurus komisariat untuk memilih Pejabat Ketua Umum,
Pejabat Sementara Ketua Umum memberitahukan mangkat atau pengunduran diri Ketua
Umum kepada Pengurus Cabang dan menjadi saksi dalam rapat harian Pengurus Komisariat.
14. Rapat Harian Pengurus Komisariat untuk memilih Pejabat Ketua Umum langsung dipimpin oleh
Pejabat Sementara Ketua Umum. Pejabat Ketua Umum dapat dipilih melalui Musyawarah atau
pemungutan suara dari calon yang terdiri dari Sekretaris Umum, Bendahara Umum, dan Ketua
Bidang.
15. Pengambilan Sumpah Jabatan Pejabat Ketua Umum dilakukan oleh Pengurus HMI Cabang.
16. Ketua Umum dapat melakukan Reshuffle atau pemberhentian atau penggantian personalia
Pengurus Komisariat dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keaktifan yang bersangkutan dala Rapat-rapat Pengurus Komisariat
b. Realisasi program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 3 (tiga) bulan
c. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja Komisariat (di luar bidang yang
bersangkutan).
Pasal 39
Tugas dan Wewenang
1.
2.
3.
96
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pendirian Komisariat Persiapan dapat diusulkan oleh sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima)
Anggota Biasa dari satu perguruan tinggi atau satu/beberapa fakultas dari satu perguruan
tinggi langsung kepada Pengurus Cabang atau melelui Pengurus Korkom yang selanjutnya
dibicarakan dalam sidang Pleno Pengurus Cabang.
Usulan disampaikan secara tertulis disertai alasan dan dokumen pendukungnya.
Pengurus Cabang dalam mengesahkan Komisariat Persiapan harus meneliti keaslian dokumen
pendukung, mempertimbangkan potensi anggota di perguruan tinggi, dan potensi-potensi
lainnya di daerah setempat yang dapat mendukung kesinambungan Komisariat tersebut bila
dibentuk.
Sekurang-kurangnya setelah 1 (satu) tahun disahkan menjadi Komisariat Persiapan, mempunyai
minimal 50 (lima puluh) anggota biasa dan mampu melaksanakan minimal 1 (satu) kali Latihan
Kader I dan 2 (dua) kali Maperca di bawah bimbingan dan pengawasan Cabang/Korkom
setempat, serta direkomendasikan Korkom setempat dapat disahkan menjadi Komisariat Penuh
di Sidang Pleno Pengurus Cabang.
Dalam mengesahkan pemekaran Komisariat Penuh, Pengurus Cabang harus
mempertimbangkan tingkat dinamika Komisariat penuh hasil pemekaran, daya dukung
fakultas/perguruan tinggi tempat kedudukan Komisariat-Komisariat hasil pemekaran, potensi
keanggotaan, potensi pembiayaan untuk menunjang aktifitas Komisariat hasil pemekaran, dan
potensi-potensi lainnya yang menunjang kesinambungan Komisariat.
Pemekaran Komisariat Penuh dapat dimekarkan menjadi dua atau lebih Komisariat penuh
apabila masing-masing Komisariat yang dimekarkan tersebut memiliki minimal 50 (lima puluh)
Anggota Biasa.
Pasal 41
Penurunan Status dan Pembubaran Komisariat
1.
Komisariat Penuh dapat diturunkan statusnya menjadi Komisariat Persiapan apabila memenuhi
salah satu atau seluruh hal berikut :
a. Memiliki anggota biasa kurang dari 50 (lima puluh) orang.
b. Dalam satu periode kepengurusan tidak melaksanakan Rapat Anggota Komisariat
selambat-lambatnya selama 18 (delapan belas) bulan.
c. Tidak melaksanakan Latihan Kader I sebanyak 2 kali dalam 2 periode kepengurusan
berturut-turut atau tidak melaksanakan 3 (tiga) kali Maperca dalam 2 periode
kepengurusan berturut-turut.
d. Tidak melaksanakan Rapat Harian minimal 10 (sepuluh) kali selama 2 periode
kepengurusan berturut-turut atau Rapat Presidium minimal 30 (tiga puluh) kali 2 periode
kepengurusan berturut-turut.
97
2.
Apabila Komisariat penuh yang diturunkan menjadi Komisariat Persiapan dalam waktu 2 (dua)
tahun tidak dapat meningkatkan statusnya menjadi Komisariat Penuh maka Komisariat tersebut
dinyatakan bubar melalui keputusan pengurus cabang.
3.
4.
5.
6.
7.
Majelis Pengawas dan Konsultasi Himpunan Mahasiswa Islam adalah Majelis Pengawas dan
Konsultasi HMI di tingkat Pengurus Besar.
Majelis Pengawas dan Konsultasi Himpunan Mahasiswa Islam berfungsi melakukan pengawasan
terhadap kinerja Pengurus Besar dalam melaksanakan AD/ART dan aturan dibawahnya dan
memberikan penilaian konstitusional yang bersifat final dan mengikat atas perkara
konstitusional di tingkat Pengurus Besar.
Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi berjumlah 15 (lima belas) orang yang dipilih dan
ditetapkan oleh peserta Kongres.
Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi adalah anggota atau alumni HMI yang memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Dapat membaca Al Qur`an.
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi karena melanggar AD/ART.
d. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader III.
e. Pernah menjadi Presidium Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam atau presidium
pengurus Badan Khusus di tingkat Pengurus Besar.
f. Sehat secara jasmani maupun rohani.
g. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata sebagai Insan Akademis yakni
karya tulis ilmiah.
h. Tidak menjadi anggota MPK HMI untuk yang ketiga kalinya.
i.
Ketika mencalonkan mendapat rekomendasi dari 5 (lima) Cabang Penuh.
j.
Sanggup mengikuti rapat-rapat dan sidang anggota MPK HMI.
Masa jabatan Majelis Pengawas Dan Konsultasi adalah 2 (dua) tahun dimulai sejak terbentuknya
di Kongres dan berakhir di Kongres periode berikutnya.
Apabila salah satu anggota MPK meninggal, mengundurkan diri, maka akan diganti dengan
calon MPK HMI dengan nomor urut berikutnya dan dipilih berdasarkan pengurus setempat
berdasarkan suara terbanyak.
Apabila hasil pengawasan dan putusan MPK HMI tidak dijalankan maka MPK HMI memanggil
Ketua Umum PB HMI untuk dimintai keterangan. Keterangan yang diperoleh selanjutnya
dijadikan bahan oleh MPK HMI untuk diberikan penilaian dengan berpedoman pada AD/ART
HMI.
98
Pasal 43
Tugas dan Wewenang MPK HMI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Struktur MPK HMI terdiri dari 1 (satu) orang Koordinator dan komisi-komisi.
Koordinator, dan ketua komisi dipilih dari dan oleh anggota MPK HMI dalam rapat MPK HMI.
Komisi-komisi ditetapkan berdasarkan pembagian bidang Pengurus Besar dan di pimpin oleh
seorang ketua komisi yang di pilih dari dan oleh anggota komisi tersebut.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, MPK HMI difasilitasi oleh Pengurus Besar.
MPK HMI bersidang sedikitnya 4 (empat) kali dalam 1 (satu) periode.
Sidang MPK HMI dianggap sah bila dihadiri oleh minimal 2/3 anggota MPK HMI dan dipimpin
oleh Koordinator MPK HMI.
Putusan MPK HMI diambil secara musyarah mufakat dan bila tidak dapat dipenuhi dapat
diambil melalui suara terbanyak (50%+1).
D. BADANBADAN KHUSUS
BAGIAN X
Pasal 45
Status, Sifat dan Fungsi Badan Khusus
1.
2.
3.
4.
Badan Khusus adalah lembaga yang dibentuk/disahkan oleh struktur pimpinan sebagai wahana
beraktifitas di bidang tertentu secara professional di bawah koordinasi bidang dalam struktur
pimpinan setingkat.
Badan Khusus bersifat semi otonom terhadap struktur pimpinan.
Badan Khusus dapat memiliki pedoman sendiri yang tidak bertentangan dengan AD/ART dan
ketetapan-ketetapan Kongres lainnya.
Badan Khusus berfungsi sebagai penyalur minat dan bakat anggota dan wahana pengembangan
bidang tertentu yang dinilai strategis.
99
Pasal 46
Jenis Badan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
Badan Khusus terdiri dari korps HMI-Wati (Kohati), Badan Pengelola Latihan, Lembaga
Pengembangan Profesi (LPP) dan Badan Peneliti dan Pengembangan (Balitbang).
Badan Khusus dapat dibentuk di semua tinggkat struktur HMI.
Badan Khusus sebagaimana yang tersebut dalam point a dan b di atas memiliki pedoman sendiri
yang tidak bertentangan dengan AD/ART HMI & Ketetapan Ketetapan Kongres lainnya.
Badan Khusus berfungsi sebagai wadah pengembangan minat dan bakat anggota di bidang
tertentu.
Di tingkat Pengurus Besar dibentuk Kohati PB HMI, badan Pengelola Latihan (BPL), Bakornas
Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) dan Balitbang PB HMI.
Pasal 47
Korps HMI-Wati
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Korps HMI-Wati yang disingkat Kohati adalah badan khusus HMI yang berfungsi sebagai wadah
membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika
gerakan keperempuanan.
Di tingkat internal HMI, Kohati berfungsi sebagai bidang keperempuanan. Di tingkat ekternal
HMI, berfungsi sebagai organisasi keperempuanan.
Kohati terdiri dari Kohati PB HMI, Kohati Badko HMI, Kohati HMI Cabang, Kohati HMI Korkom
dan Kohati HMI Komisariat.
Kohati bertugas :
a. Melakukan pembinaan, pengembangan dan peningkatan potensi kader HMI dalam wacana
dan dinamika keperempuanan.
b. Melakukan advokasi terhadap isu-isu keperempuanan.
Kohati memiliki hak dan wewenang untuk :
a. Memiliki Pedoman Dasar Kohati.
b. Kohati berhak untuk mendapatkan informasi dari semua tinggkatan struktur kepemimpinan
HMI untuk memudahkan Kohati menunaikan tugasnya.
c. Dapat melakukan kerjasama dengan pihak luar, khususnya dalam gerakan keperempuanan
yang tidak bertentangan dengan AD/ART dan pedoman organisasi lainnya.
Personalia Kohati :
a. Formasi Pengurus Kohati sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekertaris Umum dan
Bendahara Umum.
b. Struktur pengurus Kohati berbentuk garis Fungsional.
c. Pengurus Kohati disahkan oleh struktur kepemimpinan HMI setingkat.
d. Masa kepengurusan Kohati disesuaikan dengan masa kepengurusan struktur
kepemimpinan HMI.
Yang dapat menjadi Ketua/Pengurus Kohati PB HMI adalah HMI-Wati yang pernah menjadi
Pengurus Kohati Cabang/Badko/Kohati PB HMI, berprestasi, yang telah mengikuti LKK dan LK III.
Yang dapat menjadi Ketua/Pengurus Kohati Badko adalah HMI-Wati yang telah menjadi
Pengurus Cabang, berprestasi, yang telah mengikuti LKK dan LK II atau training tingkat nasional
lainnya. Yang dapat menjadi Ketua Pengurus Kohati Cabang adalah HMI-Wati yang pernah
100
8.
1.
2.
3.
4.
5.
101
7.
8.
Musyawarah
a. Musyawarah Lembaga merupakan instansi pengambilan keputusan tertinggi di Lembaga
Pengembangan Profesi (LPP), baik di tingkat Pengurus Besar HMI maupun di tingkat HMI
Cabang.
b. Di tingkat Pengurus Besar di sebut Musyawarah Nasional di hadiri oleh Pengurus Lembaga
Pengembangan Profesi Cabang dan di tingkat Cabang di sebut Musyawarah Lembaga
dihadiri oleh Anggota Lembaga Pengembangan Profesi Cabang.
c. Musyawarah Lembaga menetapkan program kerja dan memilih formateur dan mide
formateur.
d. Tata tertib Musyawarah Lembaga diatur tersendiri dalam Pedoman Lembaga
Pengembangan Profesi.
Rapat Koordinasi Nasional
a. Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dilaksanakan oleh Lembaga Pengembangan Profesi
di tingkat Pengurus Besar dan diadakan sekali dalam satu masa periode kepengurusan.
b. Rapat Koordinasi Nasional dilaksanakan oleh Lembaga Pengembangan Profesi di Tingkat
Pengurus Besar HMI dan Lembaga Pengembangan Profesi di tingkat Cabang.
c. Rapat Koordinasi Nasional berfungsi untuk menyelaraskan programprogram kerja di
lingkungan lembaga-lembaga Pengembangan Profesi.
Pembentukan Lembaga Pengembangan Profesi (LPP):
a. Pembentukan Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) di Tingkat Pengurus Besar dapat
dilakukan sekurang-kurangnya telah memiliki 10 (sepuluh) Lembaga Pengembangan
Profesi (LPP) di tingkat Cabang.
b. Pembentukan Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) di tingkat cabang dapat dilakukan
oleh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang anggota biasa berdasarkan profesi keilmuan
atau minat dan bakat.
Pasal 49
Badan Pengelola Latihan
1. Badan Pengelola Latihan (BPL) adalah lembaga yang mengelola aktivitas pelatihan di
lingkungan HMI.
2. Badan Pengelola Latihan terdiri dari Badan Pengelola Latihan yang terdapat di tingkat
Pengurus Besar dan yang terdapat di tingkat Badko/Cabang.
3. Badan Pengelola Latihan bertugas :
a. Mengelola aktivitas pelatihan di lingkungan HMI.
b. Memberikan laporan secara berkala kepada struktur kepemimpinan HMI setempat.
4. Badan Pengelola Latihan (BPL) memiliki hak dan wewenang untuk :
a.
Memiliki pedoman dasar dan pedoman rumah tangga.
b.
Badan Pengelola Latihan (BPL) berwenang untuk melakukan akreditasi Badan
Pengelola Latihan di tingkat Badko/Cabang.
102
c. Dapat melakukan kerjasama dengan pihak luar, khususnya yang di bidang perkaderan
yang tidak bertentangan dengan AD/ART dan pedoman organisasi lainnya.
5. Personalia Badan Pengelola Latihan (BPL):
a. Formasi pengurus Badan Pengelola Latihan (BPL) sekurang-kurangnya terdiri dari Kepala,
Sekertaris dan Bendahara.
b. Pengurus Badan Pengelola Latihan (BPL) disahkan oleh struktur kepemimpinan HMI
setingkat.
c. Masa kepengurusan Badan Pengelola Latihan (BPL) disesuaikan dengan masa
kepengurusan HMI setingkat.
d. Pengurus Badan Pengelola Latihan (BPL) di tingkat Pengurus Besar dan Badko adalah
anggota biasa yang telah lulus LK III dan Senior Course dan di tingkat Cabang telah lulus
LK II dan Senior Course.
6. Musyawarah Lembaga :
a. Musyawarah Lembaga merupakan instansi pengambilan keputusan tertinggi di Badan
Pengelola Latihan (BPL).
b. Musyawarah Lembaga menetapkan program kerja dan calon Kepala BPL sebagai
formateur yang kemudian diajukan kepada pengurus struktur kepemimpinan HMI
setingkat untuk ditetapkan.
c. Tata tertib Musyawarah Lembaga diatur tersendiri dalam Pedoman Badan Pengelola
Latihan (BPL).
Pasal 50
Badan Penelitian dan Pengembangan
1. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) adalah lembaga yang mengelola aktivitas
penelitian dan pengembangan di lingkungan HMI.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) hanya terdapat di tingkat Pengurus Besar.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan bertugas :
a. Melaksanakan dan Mengelola aktivitas penelitian dan pengembangan di lingkungan HMI.
b. Memberikan laporan secara berkala kepada struktur kepemimpinan HMI setempat.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) memiliki hak dan wewenang untuk :
a. Memiliki pedoman dasar dan pedoman rumah tangga.
b. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) berhak untuk mendapatkan informasi
dari semua tingkatan HMI untuk keperluan penelitian dan pengembangan di lingkungan
HMI.
c. Dapat melakukan kerjasama dengan pihak luar, khususnya yang di bidang penelitian dan
pengembangan yang tidak bertentangan dengan AD/ART dan pedoman organisasi
lainnya.
5. Personalia Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang):
a. Formasi pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) sekurang-kurangnya
terdiri dari Kepala, Sekertaris dan Bendahara.
b. Pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) disahkan oleh Pengurus Besar
HMI setingkat.
c. Masa kepengurusan struktur kepemimpinan Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) disesuaikan dengan masa kepengurusan HMI setingkat.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
103
d. Pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) adalah anggota biasa dan
telah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) HMI.
6. Musyawarah Lembaga :
a. Musyawarah Lembaga merupakan instansi pengambilan keputusan tertinggi Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang).
b. Musyawarah Lembaga menetapkan program kerja dan calon Kepala Balitbang sebagai
formateur yang kemudian diajukan kepada struktur HMI setingkat.
c. Tata tertib Musyawarah Lembaga diatur tersendiri dalam Pedoman Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang)
BAGIAN XI
ALUMNI HMI
Pasal 51
Alumni
1.
2.
3.
Alumni HMI adalah anggota HMI yang telah habis masa keanggotaannya.
HMI dan alumni HMI memiliki hubungan historis, aspiratif.
Alumni HMI berkewajiban tetap menjaga nama baik HMI, meneruskan misi HMI di medan
perjuangan yang lebih luas dan membantu HMI dalam merealisasikan misinya.
BAGIAN XII
KEUANGAN DAN HARTA BENDA
Pasal 52
Pengelolaan Keuangan dan Harta Benda
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Prinsip halal maksudnya adalah setiap satuan dana yang diperoleh tidak berasal dan tidak
diperoleh dengan cara-cara yang bertentangan dengan nilai-nilai islam.
Prinsip transparansi maksudnya adalah adanya keterbukaan tentang sumber dan besar dana
yang diperoleh serta kemana dan besar dana yang sudah dialokasikan.
Prinsip bertanggungjawab maksudnya adalah setiap satuan dana yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan sumber dan keluarannya secara tertulis dan bila perlu melalui bukti
nyata.
Prinsip efektif maksudnya adalah setiap satuan dana yang digunakan berguna dalam rangka
usaha organisasi mewujudkan tujuan HMI.
Prinsip efisien maksudnya adalah setiap satuan dana yang digunakan tidak melebihi
kebutuhannya.
Prinsip berkesinambungan maksudnya adalah setiap upaya untuk memperoleh dan
menggunakan dana tidak merusak sumber pendanaan untuk jangka panjang dan tidak
membebani generasi yang akan datang.
Uang pangkal dan iuran anggota bersifat wajib yang besaran serta metode pemungutannya
ditetapkan oleh Pengurus Cabang.
Uang pangkal dialokasikan sepenuhnya untuk Komisariat.
Iuran anggota dialokasikan dengan proporsi 60 persen untuk Komisariat, 40 persen untuk
Cabang.
104
BAB XIII
LAGU, LAMBANG DAN ATRIBUT ORGANISASI
Pasal 53
Lagu, Lambang dan Atribut organisasi lainnya diatur dalam ketentuan tersendiri yang ditetapkan
Kongres.
BAB XIV
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 54
Perubahan Anggaran Rumah Tangga
1.
2.
Struktur kepemimpinan HMI berkewajiban melakukan sosialisasi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, dan ketetapanketetapan kongres lainnya kepada seluruh anggota HMI.
Pasal 56
1.
2.
3.
4.
Pasal tentang Rangkap Anggota kehormatan/Jabatan dan Sanksi Anggota dalam Anggaran
Rumah Tangga dijabarkan lebih lanjut dalam Penjelasan Rangkap Anggota/Jabatan dan Sanksi
Anggota.
Pasal-pasal tentang Struktur Kepemimpinan dalam ART dijabarkan lebih lanjut dalam Pedoman
Kepengurusan HMI, Pedoman Administrasi Kesekertariatan, dan Penjelasan Mekanisme
Pengesahan Pengurus HMI.
Pasal-pasal tentang Badan Khusus dalam ART dijabarkan lebih lanjut dalam Pedoman Dasar
Kohati, Pedoman tentang Lembaga Pengembangan Profesi, Pedoman Badan Pengelola Latihan
dan Kode Etik Pengelolaan Latihan, dan Pedoman Balitbang.
Pasal-pasal tentang Keuangan dan Harta Benda dalam ART dijabarkan lebih lanjut dalam
Pedoman Keuangan dan Harta Benda HMI.
105
BAB XVII
ATURAN PERALIHAN
Pasal 57
1.
2.
Pedoman-pedoman pokok organisasi dibahas pada forum tersendiri dan disahkan di Pleno PB
HMI.
Pedoman-pedoman Pokok Organisasi yang dimaksud adalah :
a. Islam sebagai azas HMI.
b. Tafsir Tujuan.
c. Tafsir Independensi.
d. Nilai-nilai dasar perjuangan HMI.
e. Pedoman Kerja Kepengurusan.
f. Pedoman Administrasi dan Kesekertariatan.
g. Pedoman Keuangan dan Perlengkapan.
h. Pedoman Perkaderan.
i. Pedoman Kohati.
j. Pedoman Balitbang.
k. Pedoman Lembaga Pengembangan Profesi.
l. Pedoman Badan Pengelola Latihan.
m. Ikrar Pelantikan Anggota dan Pengurus.
n. Atribut Organisasi.
o. Pedoman Mekanisme Penetapan.
p. Basic Demand Indonesia
106
PENDAHULUAN
Dalam rangka menyeragamkan/menertibkan aparat organisasi khususnya berkenaan dengan
penerbitan surat keputusan, maka diperlukan adanya suatu pedoman/tata cara pengesahan
pengurus HMI hendaknya memperhatikan aspek kebutuhan organisasi, dokumentasi dan dapat
dipertanggung jawabkan keabsahannya.
PENGESAHAN PENGURUS BESAR
1. Susunan personalia disyahkan berdasarkan surat keputusan formateur, ketua umum dan Mide
Formateur Kongres.
2. Jumlah Formasi Pengurus Besar harus mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi kinerja
kepengurusan serta mempertimbangkan keterwakilan wilayah.
3. Setiap personalia pengurus besar menyatakan kesediaannya menjadi pengurus dengan disertai
biodata pribadi dan menjadi arsip PB HMI.
4. Selambat - lambatnya setelah berakhirnya kongres formateur/ketua umum dan Mide
Formateur kongres harus sudah dapat menyusun penyusun susunan personalia pengurus, dan
30 (Tiga Puluh) hari setelah pengurus terbentuk pengurus besar demisioner harus mengadakan
serah terima jabatan kepada pengurus besar yang baru.
PENGESAHAN PENGURUS KOHATI PB HMI, BAKORNAS LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI DAN
BADKO
Untuk KOHATI PB HMI setelah terbentuknya susunan pengurus besar, maka Ketua Umum
/Formateur bersama Mide Formateur Kohati PB HMI dalam waktu 30 (Tiga Puluh) hari sudah dapat
menyusun personalia pengurus disesuaikan dengan kebutuhan pembidangan kerja KOHATI Nasional
dan masing-masing personalia harus menyatakan kesediaannya sesuai dengan biodata pribadi.
1. Selambat-lambatnya selama 30 (Tiga Puluh) hari Munas Lembaga Kekaryaan/Musda Badko
HMI, pengurus BAKORNAS/Badko HMI Demisioner harus menyampaikan hasil-hasil ketetapan
Munas/Musda kepada PB HMI. Hendaknya pelaksanaan Munas Musda dirangkaikan dengan
Kongres HMI.
Hasil-hasil ketetapan Munas/Musda yang harus disampaikan kepada HMI, terdiri dari :
a) Surat keputusan Munas/Musda tentang :
Agenda acara dan tata tertib Munas/Musda.
Presidium/Pimpinan sidang Munas/Musda.
Pengesahan Laporan Pertanggung jawaban Pengurus dan Pernyataan Demisioner
Pengurus.
Program Kerja, Rekomendasi Intern dan Rekomendasi Ekstern Organisasi
Tata tertib pemilihan ketua umum/Formateur dan Mide Formateur.
Ketua Umum/Formateur dan Mide Formateur.
b) Surat Keputusan Ketua Umum/Formateurdan Mide Formateur tentang susunan personalia
pengurus (asli dan ditanda tangani langsung) paling tidak oleh salah satu Mide Formateur.
c) Jumlah Pengurus Bakornas/Badko dikaitkan dengan kebutuhan sesuai dengan
pembidangan kerja Bakornas/Badko.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
107
2.
3.
Setiap Pengurus Bakornas/Badko HMI harus menyatakan kesediaannya disertai dengan biodata
pribadi dan menjadi arsip PB HMI.
Pengurus Besar HMI menerbitkan surat keputusan HMI tentang Susunan Personalia Pengurus
Bakornas/Badko HMI selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah diterbitkannya surat
keputusan PB HMI tentang Susunan Personalia Bakornas/Badko HMI, maka harus segera
mengadakan pelantikan oleh pengurus Besar HMI.
108
2.
3.
109
Dalam keadaan tertentu 3.1.3 dan 3.1.4 dapat ditanda tangani oleh presidium RAK dengan
diketahui oleh Ketua Umum/formateur dan Mide Formateur.
Pelantikan Pengurus HMI Komisariat dilaksanakan oleh HMI Cabang atau oleh HMI Korkom
setelah mendapat mandat dari pengurus HMI Cabang.
PENUTUP
Demikianlah pedoman ini dibuat agar menjadi pegangan setiap aparat Pengurus HMI dalam rangka
menyelenggarakan penyeragaman pengurus HMI.
110
I.
PENDAHULUAN
Dalam rangka mengatur rangkap anggota/jabatan maka diperlukan adanya penjelasan
khususnya apa yang dijelaskan pada pasal 9 ART HMI tentang rangkap anggota dan rangkap
jabatan.
Untuk itu adanya penjelasan mengenai hal ini, khususnya apa yang telah digariskan pada
pasal 10 ART HMI tentang keanggotaan dan rangkap jabatan.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berstatus sebagai organisasi mahasiswa berfungsi
sebagai organisasi kader berperan sebagai sumber insani pembangunan bangsa. Mengantarkan
HMI pada kenyataan :
1. Besarnya produk pengkaderan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif yang tidak
seimbang dengan penyediaan lapangan kegiatan/aktifitas.
2. Kecenderungan output yang lebih berorientasi kepada struktur kekuasaan/kepemimpinan
dari pada orientasi kegiatan.
3. Timbulnya kecenderungan rangkap anggota pada organisasi lain yang pada gilirannya
mengarah pada rangkap jabatan. Kecenderungan-kecenderungan di atas, pada akhirnya
akan berbenturan dengan ketentuan-ketentuan organisasi yang dirasa kurang jelas, kurang
memadai dan belum menjawab persoalan secara tuntas, yang mengakibatkan timbulnya
masalah-masalah penafsiran produk kelembagaan HMI.
111
112
1.4.
pelanggaran ART HMI dan selanjutnya dapat diskor/dipecat sesuai dengan ketentuanketentuan yang berlaku.
Anggota HMI yang dikenakan skorsing/pemecatan diberikan kesempatan untuk
mengadakan pembelaan di dalam forum yang diatur secara tersendiri
IV. PENUTUP
Peraturan ini disusun untuk menjadi pegangan dalam mengambil keputusan. Keputusan
dimaksud diambil melalui forum musyawarah untuk mufakat sebagai upaya pertama. Peraturan ini
hendaknya dipatuhi secara kreatif dan dinamis serta memperhatikan dan mengutamakan azas
kepentingan organisasi HMI.
113
SANKSI
Sanksi Anggota
Dalam rangka mengatur tentang sanksi anggota maka diperlukan adanya penjelasan
sebagaimana yang tercantum didalam pasal 10 ART.
Sanksi adalah bentuk hukuman sebagai bagian proses pembinaan yang diberikan organisasi
kepada anggota yang melalaikan tugas, melanggar ketentuan organisasi, merugikan atau
mencemarkan nama baik organisasi, dan/atau melakukan tindakan kriminal dan tindakan melawan
hukum lainnya.
a. Sanksi dapat berupa teguran, peringatan, skorsing, pemecatan atau bentuk lain yang
ditentukan oleh pengurus.
b. Anggota biasa yang pernah mendapatkan sangsi skorsing tidak dapat menjadi pengurus.
c. Anggota yang dikenakan sangsi dapat mengajukan pembelaan di forum yang ditunjuk untuk itu.
2.
3.
B.
PEMBELAAN DIRI
1. Ketentuan Umum
a. Anggota yang dikenakan skorsing/ pemecatan diberikan kesempatan membela diri
dalam Koferensi/ Kongres
b. Apabila yang bersangkutan tidak menerima keputusan Konferensi, maka dapat
mengajukan/meminta banding dalam Kongres sebagai pembelaan terakhir.
Komisi Khusus Pembelaan Diri
a. Komisi khusus adalah komisi untuk pembelaan diri yang dibuat berdasarkan
pengaduan penolakan ketidak setujuan atas skorsing/pemecatan.
b. Komisi ini merupakan hak yang bersangkutan dan merupakan intern organisasi
c. Komisi ini diselenggarakan oleh Pengurus Cabang dibantu oleh Pengurus Badko dan
Pengurus Cabang.
114
d.
Komisi ini diselenggarakan dalam Komisi khusus seperti Konferensi Cabang atau
Kongres
4.
5.
6.
Keputusan
a. Keputusan komisi khusus disyahkan oleh Konferensi/Kongres dengan persetujuan paling
sedikit 2/3 dari jumlah peserta Konferensi/Kongres.
b. Apabila keputusan komisi khusus Konferensi tidak tercapai maka persoalan tersebut dibawa
ke Kongres melalui pengurus besar untuk naik banding dengan disertai rekomendasi
cabang.
C.
PENUTUP
Prosedur ini dilakukan penyelesaian dengan musyawarah dengan berdasarkan Ukhuwah
Islamiyah tidak menghasilkan keputusan.
115
116
Seiring dengan kreatifitas intelektual pada Kader HMI yang menjadi ujung tombak
pembaharuan pemikiran Islam dan proses transformasi politik bangsa yang membutuhkan suatu
perekat serta ditopang akan kesadaran sebuah tanggung jawab kebangsaan, maka pada Kongres X
HMI di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971 terjadilah proses justifikasi Pancasila dalam mukadimah
Anggaran Dasar.
Orientasi aktifitas HMI yang merupakan penjabaran dari tujuan organisasi menganjurkan
terjadinya proses adaptasi pada jamannya. Keyakinan Pancasila sebagai keyakinan ideologi negara
pada kenyataannya mengalami proses stagnasi. Hal ini memberikan tuntutan strategi baru bagi
lahirnya metodologi aplikasi Pancasila. Normatisasi Pancasila dalam setiap kerangka dasar organisasi
menjadi suatu keharusan agar mampu mensuport bagi setiap institusi kemasyarakatan dalam
mengimplementasikan tata nilai Pancasila.
Konsekuensi yang dilakukan HMI adalah ditetapkannya Islam sebagai identitas yang
mensubordinasi Pancasila sebagai azas pada Kongres XVI di Padang, Maret 1986.
Islam yang senantiasa memberikan energi perubahan mengharuskan para penganutnya
untuk melakukan invonasi, internalisasi, eksternalisasi maupun obyektifikasi. Dan yang paling
fundamental peningkatan gradasi umat diukur dari kualitas keimanan yang datang dari kesadaran
paling dalam bukan dari pengaruh eksternal. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan,
dengan semakin meningkatnya keyakinan akan Islam sebagai landasan teologis dalam berinteraksi
secara vertikal maupun horizontal, maka pemilihan Islam sebagai azas merupakan pilihan dasar dan
bukan implikasi dari sebuah dinamika kebangsaan.
Demi tercapainya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, maka HMI bertekad Islam
dijadikan sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik, transendental,
humanis dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani menegakkan nilai-nilai
kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan
mendorong terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan
menyerahkan semua demi ridho-Nya.
117
TAFSIR TUJUAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
I. PENDAHULUAN
Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh
organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur. Bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi
oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan fungsinga dalam totalitas dimana ia berada.
Dalam totalitas kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam
sebagai sumber nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI berstatus sebagai organisasi mahasiswa,
berfungsi sebagai organisasi kader dan yang berperan sebagai organisasi perjuangan serta bersifat
independen.
Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa bangsa Indonesia
sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki keseimbangan hidup yang terpadu antara
pemenuhan tugas duniawi dan ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan
kaum intelektual yang semakin besar dimasa mendatang merupakan kebutuhan yang paling
mendasar.
Atas faktor tersebut, maka HMI menetapkan tujuannya sebagaimana dirumuskan dalam
pasal 4. AD HMI yaitu :
TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN
BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI
ALLAH SUBHANAHU WATAALA.
Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam
pengertian fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan
pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggotaanggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif.
II. MOTIVASI DASAR KELAHIRAN DAN TUJUAN ORGANISASI
Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang Haq dan sempurna
untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai Khalifatullah di
muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadiratnya.
Kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan yang seimbang dan
terpadu antara pemenuhan jasmani dan kalbu, iman dan ilmu, dalam mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan ukhrowi. Atas keyakinan ini, maka HMI menjadikan Islam selain sebagai motivasi dasar
kelahiran juga sebagai sumber nilai, motivasi dan inpirasi. Dengan demikian Islam bagi HMI
merupakan pijakan dalam menetapkan tujuan dari usaha organisasi HMI.
Dasar Motivasi yang paling dalam bagi HMI adalah ajaran Islam. Karena Islam adalah ajaran
fitrah, maka pada dasarnya tujuan dan mission Islam adalah juga merupakan tujuan daripada
kehidupan manusia yang fitri, yaitu tunduk kepada fitrah kemanusiaannya.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
118
Tujuan kehidupan manusia yang fitri adalah kehidupan yang menjamin adanya
kesejahteraan jasmani dan rohani secara seimbang atau dengan kata lain kesejahteraan materil dan
kesejahteraan spirituil.
Kesejahteraan yang akan terwujud dengan adanya amal saleh (kerja kemanusiaan) yang
dilandasi dan dibarengi dengan keimanan yang benar. Dalam amal kemanusiaan inilah manusia akan
dapatkan kebahagian dan kehidupan yang sebaik-baiknya. Bentuk kehidupan yang ideal secara
sederhana kita rumuskan dengan kehidupan yang adil dan makmur.
Untuk menciptakaan kehidupan yang demikian. Anggaran dasar menegaskan kesadaran
mahasiswa Islam Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Easa,
Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah
Dalam Kebijaksanaan/Perwakilan serta mewujudkan Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam
rangka mengabdikan diri kepada Allah SWT.
Perwujudan daripada pelaksanaan nilai-nilai tersebut adalah berupa amal saleh atau kerja
kemanusiaan. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana secara benar dan sempurna apabila
dibekali dan didasari oleh iman dan ilmu pengatahuan. Karena inilah hakekat tujuan HMI tidak lain
adalah pembentukan manusia yang beriman dan berilmu serta mampu menunaikan tugas kerja
kemanusiaan (amal saleh). Pengabdian dan bentuk amal saleh inilah pada hakekatnya tujuan hidup
manusia, sebab dengan melalui kerja kemanusiaan, manusia mendapatkan kebahagiaan.
III. BASIC DEMAND BANGSA INDONESIA
Sesunguhnya kelahiran HMI dengan rumusan tujuan seperti pasal 4 Anggaran Dasar tersebut
adalah dalam rangka menjawab dan memenuhi kebutuhan dasar (basic need) bangsa Indonesia
setelah mendapat kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 guna memformulasikan dan
merealisasikan cita-cita hidupnya. Untuk memahami kebutuhan dan tuntutan tersebut maka kita
perlu melihat dan memahami keadaan masa lalu dan kini. Sejarah Indonesia dapat kita bagi dalam 3
(tiga) periode yaitu:
a)
119
120
121
Mereka itu manusia-manusia uang beriman berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang
maksimal (insan kamil)
Dari lima kualitas insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami dalam tiga kualitas
insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan cita. Ketiga insan
kualitas pengabdi tersebut merupakan insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
V. TUGAS ANGGOTA HMI
Setiap anggota HMI berkewajiban meningkatkan kualitas dirinya menuju kualitas insan cita
HMI. Untuk itu setiap anggota HMI harus mengembangkan sikap mental pada dirinya yang
independen untuk itu:
a. Senantiasa memperdalam hidup kerohanian agar menjadi luhur dan bertaqwa kepada
Allah SWT.
b. Selalu tidak puas dalam mencari kebenaran
c. Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional menghadapi pendirian yang berbeda.
d. Bersifat kritis dan berpikir bebas kreatif
e. Selalu haus terhadap ilmu pengetahuan dan selalu mencari kebenaran
Hal tersebut akan diperoleh antara lain dengan jalan :
a. Senantiasa meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam yang dimilikinya
dengan penuh gairah.
b. Aktif berstudi dalam Fakultas yang dipilihnya.
c. Mengadakan tentor club untuk studi ilmu jurusannya dan club studi untuk masalah
kesejahteraan dan kenegaraan
d. Selalu hadir dan pro aktif dalam forum ilmiah
e. Aktif dalam mengikuti karyaseni dan budaya
f. Mengadakan halaqah-halaqah perkaderan di masjid-masjid kampus
Bahwa tujuan HMI sebagaimana yang telah dirumuskan dalam pasal 4 AD HMI pada
hakikatnya adalah merupakan tujuan dalam setiap Anggota HMI. Insan cita HMI adalah gambaran
masa depan HMI. Suksesnya anggota HMI dalam membina dirinya untuk mencapai Insan Cita HMI
berarti dia telah mencapai tujuan HMI.
Insan cita HMI pada suatu waktu akan merupakan Intellectual community atau kelompok
intelegensi yang mampu merealisasi cita-cita umat dan bangsa dalam suatu kehidupan masyarakat
yang religius, sejahtera, adil dan makmur serta bahagia (masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
Subhanahuwataala).
Wabillahittaufiq wal hidayah.
122
TAFSIR INDEPENDENSI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
A. PEDAHULUAN
Menurut fitrah kejadiannya, maka manusia diciptakan bebas dan merdeka. Karenanya
kemerdekaan pribadi adalah hak yang pertama. Tidak ada sesuatu yang lebih berharga dari pada
kemerdekaan itu. Sifat dan suasana bebas dan kemerdekaan seperti diatas, adalah mutlak
diperlukan terutama pada fase/saat manusia berada dalam pembentukan dan pengembangan.
Masa/fase pembentukan dari pengembangan bagi manusia terutama dalam masa remaja atau
generasi muda.
Mahasiswa dan kualitas-kualitas yang dimilikinya menduduki kelompok elit dalam
generasinya. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis adalah ciri dari kelompok elit dalam generasi
muda, yaitu kelompok mahasiswa itu sendiri. Sifat kepeloporan, keberanian dan kritis yang
didasarkan pada obyektif yang harus diperankan mahasiswa bisa dilaksanakan dengan baik apabila
mereka dalam suasana bebas merdeka dan demokratis obyektif dan rasional. Sikap ini adalah yang
progresif (maju) sebagai ciri dari pada seorang intelektual. Sikap atas kejujuran keadilan dan
obyektifitas.
Atas dasar keyakinan itu, maka HMI sebagai organisasi mahasiswa harus pula bersifat
independen. Penegasan ini dirumuskan dalam pasal 6 Anggaran Dasar HMI yang mengemukakan
secara tersurat bahwa "HMI adalah organisasi yang bersifat independen"sifat dan watak independen
bagi HMI adalah merupakan hak azasi yang pertama.
Untuk lebih memahami esensi independen HMI, maka harus juga ditinjau secara psikologis
keberadaan pemuda mahasiswa Islam yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam yakni
dengan memahami status dan fungsi dari HMI.
B. STATUS DAN FUNGSI HMI
Status HMI sebagai organisasi mahasiswa memberi petunjuk dimana HMI berspesialisasi.
Dan spesialisasi tugas inilah yang disebut fungsi HMI. Kalau tujuan menunjukan dunia cita yang harus
diwujudkan maka fungsi sebaliknya menunjukkan gerak atau kegiatan (aktifitas) dalam mewujudkan
(final goal). Dalam melaksanakan spesialisasi tugas tersebut, karena HMI sebagai organisasi
mahasiswa maka sifat serta watak mahasiswa harus menjiwai dan dijiwai HMI. Mahasiswa sebagai
kelompok elit dalam masyarakat pada hakikatnya memberi arti bahwa ia memikul tanggung jawab
yang benar dalam melaksanakan fungsi generasinya sebagai kaum muda terdidik harus sadar akan
kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan. Karena itu dengan sifat dan
wataknya yang kritis itu mahasiswa dan masyarakat berperan sebagai "kekuatan moral" atau moral
forces yang senantiasa melaksanakan fungsi "social control". Untuk itulah maka kelompok
mahasiswa harus merupakan kelompok yang bebas dari kepentingan apapun kecuali kepentingan
kebenaran dan obyektifitas demi kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan.
Dalam rangka penghikmatan terhadap spesialisasi kemahasiswaan ini, maka dalam dinamikanya HMI
harus menjiwai dan dijiwai oleh sikap independen.
123
Mahasiswa, setelah sarjana adalah unsur yang paling sadar dalam masyarakat. Jadi fungsi
lain yang harus diperankan mahasiswa adalah sifat kepeloporan dalam bentuk dan proses perubahan
masyarakat. Karenanya kelompok mahasiswa berfungsi sebagai duta-duta pembaharuan masyarakat
atau "agent of social change". Kelompok mahasiswa dengan sikap dan watak tersebut di atas adalah
merupakan kelompok elit dalam totalitas generasi muda yang harus mempersiapkan diri untuk
menerima estafet pimpinan bangsa dan generasi sebelumnya pada saat yang akan datang. Oleh
sebab itu fungsi kaderisasi mahasiswa sebenarnya merupakan fungsi yang paling pokok. Sebagai
generasi yang harus melaksanakan fungsi kaderisasi demi perwujudan kebaikan dan kebahagiaan
masyarakat, bangsa dan negaranya di masa depan maka kelompok mahasiswa harus senantiasa
memiliki watak yang progresif dinamis dan tidak statis. Mereka bukan kelompok tradisionalis akan
tetapi sebagai "duta-duta pembaharuan sosial" dalam pengertian harus menghendaki perubahan
yang terus menerus ke arah kemajuan yang dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran. Oleh sebab itu
mereka selalu mencari kebenaran dan kebenaran itu senantiasa menyatakan dirinya serta
dikemukakan melalui pembuktian di alam semesta dan dalam sejarah umat manusia. Karenanya
untuk menemukan kebenaran demi mereka yang beradab bagi kesejahteraan umat manusia maka
mahasiswa harus memiliki ilmu pengetahuan yang dilandasi oleh nilai kebenaran dan berorientasi
pada masa depan dengan bertolak dari kebenaran Illahi. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
yang dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran demi mewujudkan beradaban bagi kesejahteraan
masyarakat bangsa dan negara maka setiap kadernya harus mampu melakukan fungsionalisasi
ajaran Islam.
Watak dan sifat mahasiswa seperti tersebut diatas mewarnai dan memberi ciri HMI sebagai
organisasi mahasiswa yang bersifat independen. Status yang demikian telah memberi petunjuk akan
spesialisasi yang harus dilaksanakan oleh HMI. Spesialisasi tersebut memberikan ketegasan agar HMI
dapat melaksanakan fungsinya sebagai organisasi kader, melalui aktifitas fungsi kekaderan. Segala
aktifitas HMI harus dapat membentuk kader yang berkualitas dan komit dengan nilai-nilai
kebenaran. HMI hendaknya menjadi wadah organisasi kader yang mendorong dan memberikan
kesempatan berkembang pada anggota-anggotanya demi memiliki kualitas seperti ini agar dengan
kualitas dan karakter pribadi yang cenderung pada kebenaran (hanief) maka setiap kader HMI dapat
berkiprah secara tepat dalam melaksanakan pembaktiannya bagi kehidupan bangsa dan negaranya.
C. SIFAT INDEPENDEN HMI
Watak independen HMI adalah sifat organisasi secara etis merupakan karakter dan
kepribadian kader HMI. Implementasinya harus terwujud di dalam bentuk pola pikir, pola sikap dan
pola laku setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam
melaksanakan "Hakekat dan Mission" organisasi HMI dalam kiprah hidup berorganisasi
bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Watak independen HMI yang tercermin secara etis dalam
pola pikir pola sikap dan pola laku setiap kader HMI akan membentuk "Independensi etis HMI",
sementara watak independen HMI yang teraktualisasi secara organisatoris di dalam kiprah organisasi
HMI akan membentuk "Independensi organisatoris HMI".
Independensi etis adalah sifat independensi secara etis yang pada hakekatnya merupakan
sifat yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Fitrah tersebut membuat manusia berkeinginan suci
dan secara kodrati cenderung pada kebenaran (hanief). Watak dan kepribadian kader sesuai dengan
fitrahnya akan membuat kader HMI selalu setia pada hati nuraninya yang senantiasa memancarkan
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
124
keinginan pada kebaikan, kesucian dan kebenaran adalah ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA. Dengan
demikian melaksanakan independensi etis bagi setiap kader HMI berarti pengaktualisasian dinamika
berpikir dan bersikap dan berprilaku baik "hablumminallah" maupun dalam "hablumminannas"
hanya tunduk dan patuh dengan kebenaran.
Aplikasi dari dinamika berpikir dan berprilaku secara keseluruhan merupakan watak azasi
kader HMI dan teraktualisasi secara riil melalui watak dan kepribadiaan serta sikap-sikap yang :
Cenderung kepada kebenaran (hanief)
Bebas terbuka dan merdeka
Obyektif rasional dan kritis
Progresif dan dinamis
Demokratis, jujur dan adil
Independensi organisatoris adalah watak independensi HMI yang teraktualisasi secara
organisasi di dalam kiprah dinamika HMI baik dalam kehidupan intern organisasi maupun dalam
kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.
Independensi organisatoris diartikan bahwa dalam keutuhan kehidupan nasional HMI secara
organisatoris senantiasa melakukan partisipasi aktif, konstruktif, korektif dan konstitusional agar
perjuangan bangsa dan segala usaha pembangunan demi mencapai cita-cita semakin hari semakin
terwujud. Dalam melakukan partisipasi-partisipasi aktif, konstruktif, korektif dan konstitusional
tersebut secara organisasi HMI hanya tunduk serta komit pada prinsip-prinsip kebenaran dan
obyektifitas.
Dalam melaksanakan dinamika organisasi, HMI secara organisatoris tidak pernah
"committed" dengan kepentingan pihak manapun ataupun kelompok dan golongan manapun kecuali
tunduk dan terikat pada kepentingan kebenaran dan obyektifitas kejujuran dan keadilan.
Agar secara organisatoris HMI dapat melakukan dan menjalankan prinsip-prinsip
independensi organisatorisnya maka HMI dituntut untuk mengembangkan "kepemimpinan
kuantitatif" serta berjiwa independen sehingga perkembangan, pertumbuhan dan kebijaksanaan
organisasi mampu diemban selaras dengan hakikat independensi HMI. Untuk itu HMI harus mampu
menciptakan kondisi yang baik dan mantap bagi pertumbuhan dan perkembangan kualitas-kualitas
kader HMI. Dalam rangka menjalin tegaknya "prinsip-prinsip independensi HMI" maka implementasi
independensi HMI kepada anggota adalah sebagai berikut :
125
mendorong alumni untuk menyalurkan aspirasi kualitatifnya secara tepat dan melalui semua
jalur pembaktian baik jalur organisasi profesional, kewiraswastaan, lembaga-lembaga sosial,
wadah aspirasi politik, lembaga pemerintahan ataupun jalur-jalur lainnya yang semata-mata
hanya karena hak dan tanggung jawabnya dalam rangka merealisasikan kehidupan
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Dalam menjalankan garis independen
HMI dengan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, pertimbangan HMI semata-mata adalah
untuk memelihara mengembangkan anggota serta peranan HMI dalam rangka ikut
bertanggung jawab terhadap negara dan bangsa. Karenanya menjadi dasar dan kriteria
setiap sikap HMI semata-mata adalah kepentingan nasional bukan kepentingan golongan
atau partai dan pihak penguasa sekalipun. Bersikap independen berarti sanggup berpikir dan
berbuat sendiri dengan menempuh resiko. Ini adalah suatu konsekuensi atau sikap pemuda.
Mahasiswa yang kritis terhadap masa kini dan kemampuan dirinya untuk sanggup mewarisi
hari depan bangsa dan negara.
D. PERANAN INDEPENDENSI HMI DI MASA MENDATANG
Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini maka tidak ada suatu
investasi yang lebih besar dan lebih berarti dari pada investasi manusia (human investment).
Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir tujuan, bahwa investasi manusia yang kemudian akan
dihasilkan HMI adalah adanya suatu kehidupan yang sejahtera material, spiritual, adil dan makmur
serta bahagia.
Fungsi kekaderan HMI dengan tujuan terbinanya manusia yang beriman, berilmu dan
berperikemanusiaan seperti tersebut di atas maka setiap anggota HMI di masa datang akan
menduduki jabatan dan fungsi pimpinan yang sesuai dengan bakat dan profesinya.
Hari depan HMI adalah luas dan gemilang sesuai status fungsi dan perannya dimasa kini dan
masa mendatang yang menuntut kita pada masa kini untuk benar-benar dapat mempersiapkan diri
dalam menyongsong hari depan HMI yang gemilang.
Dengan sifat dan garis independen yang menjadi watak organisasi berarti HMI harus mampu
mencari, memilih dan menempuh jalan atas dasar keyakinan dan kebenaran. Maka konsekuensinya
adalah bentuk aktifitas fungsionaris dan kader-kader HMI harus berkualitas sebagaimana
digambarkan dalam kualitas insan cita HMI. Soal mutu dan kualitas adalan konsekuensi logis dalam
garis independen HMI harus disadari oleh setiap pimpinan dan seluruh anggota-anggotanya adalah
suatu modal dan dorongan yang besar untuk selalu meningkatkan mutu kader-kader HMI sehingga
mampu berperan aktif pada masa yang akan datang.
Wabilahittaufiq Wal Hidayah
126
Bismillahir-Rahmanir-Rahim.
Anggaran Dasar Himpunan Mahasiswa Islam pasal 3 menyebutkan Organisasi ini
berazazkan Islam.
Dasar organisasi merupakan Sumber motivasi, pembenaran dan ukuran bagi gerak-langkah
organisasi itu. Karena kwalitas inilah maka HMI selain merupakan oganisasi kemahasiswaan jang
memperhatikan students need & students interest djuga merupakan suatu organisasi perdjuangan
jang mengemban suatu mission sacree. Setjara ringkas dapat dikatakan bahwa tugas sutji HMI
ialah berusaha mentjiptakan masjarakat jang adil dan sedjahtera. Secara ringkas jang mendjadi dasar
perdjuangannja memuat adjaran pokok bahwa Sesungguhnja Allah memerinahkan akan Keadilan
dan Ihsan (usaha perbaikan masjarakat).
Dasar perdjuangan itu diuraikan dalam buku ketjil Nilai2 Dasar Perdjuangan (NDP) ini. NDP
merupakan perumusan tentang adjaran2 pokok Agama Islam, jaitu nilai2 dasarnja, sebagaimana
tertjantum dalam Al-Kitab dan As-Sunnah.
Semula sebagai kertas kerdja PB HMI periode 1966-1969 kepada Kongres IX di Malang,
perumusan NDP ini kemudian mendapatkan pengesahan dari Kongres tersebut, dan atas mandat
Kongres itu pula tiga orang telah ditundjuk untuk menjempurnakannja. Ketiga mereka itu, ialah sdr2
Nurcholish Madjid, Endang Saifuddin Anshari dan Sakib Mahmud. Jang ada sekarang ini adalah hasil
penjempurnaan itu.
Kepada setiap anggota HMI, terutama para akivisnja, diharapkan membatja NDP.
Pemahaman terhadap nilai2 itu diharapkan dapat menafasi perdjuangan kita dewasa ini dan
seterusnja.
Sistematika dalam mentjeramahkan NDP ini kepada para trainees (peserta2 latihan atau
training) tergantung kepada tingkat pengetahuan peserta tersebut dan kepada metode pendekatan
jang dipiih oleh pentjeramah sendiri. Oleh sebab itu dimintakan kreativitas setiap pentjeramah atau
instruktur latihan2 untuk dapat membuat sendiri sistematika itu sesuai dengan keperluan. Dan
mengingat perumusan NDP ini dibuat begitu rupa sehingga sedjauh mungkin merupakan se-mata2
pegangan normatif, maka kepada para instruktur atau pentjeramah djuga diharapkan
ketrampilannja untuk dapat mengemukakan tjontoh2 njata dalam kehidupan se-hari2, baik jang
positif (jaitu bersesuaian dengan nilai jang dimaksud) ataupun jang negatif (jaitu jang bertentangan).
Dengan begitu penghajatan norma2 itu akan semakin mendalam.
Dua sjarat utama suksesnja perdjuangan ialah:
1.
Keteguhan iman atau kejakinan kepada dasar, jaitu idealisme kuat, jang berarti harus
memahami dasar perdjuangan itu.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
127
2.
Maka perumusan NDP ini adalah suatu usaha guna memenuhi sjarat pertama tersebut.
Sedangkan sjarat kedua lebih bersifat dinamis, artinja disesuaikan dengan keadaan. Untuk ini
Kongres IX telah memutuskan tentang Program Kerdja Nasional (PKN). Maka diharapkan kepada
setiap warga Himpunan memahami kedua dokumen itu se-baik2-nja.
Achirnja semoga Allah menganugerahkan kepada kita keteguhan Iman dan keluasan Ilmupengetahuan.
Wabillahit-taufiq wal-hidajah,
Djakarta, 4 Dzulhidjah 1390 H
31 Djanuari 1971 M
Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam
Nurcholish Madjid
Ketua Umum
Ridwan Saidi
Sekdjen
128
Disadur dari Buku Islam Mazhab HMI, Drs. Azhari Akmal Tarigan, M.Ag
129
Begini ceritanya. Waktu itu terus terang saja sebetulnya pemerintah Amerika sudah lama
melihat potensi HMI disini (tentu saja pemerintah Amerika seperti yang diwakili oleh Kedutaan
Amerika di sini). Mereka sudah tahu situasi politik Indonesia pada zaman Orde Lama, ketika Bung
Karno mempermainkan atau sebetulnya boleh saja dikatakan melakukan politik devide et impera,
antara komunis dan ABRI terutama AD. Bagaimana AD itu sangat banyak bekerja dengan kita. Ini
banyak dibaca oleh pemerintah seperti Amerika. Dan karena itu banyak sekali pendekatanpendekatan dari orang kedutaan Amerika itu ke PB HMI. Sebetulnya sudah lama mereka
menginginkan supaya ada tokoh-tokoh HMI yang melihat-lihat Amerika, tetapi memang waktu itu
beluin banyak orang yang bisa berbahasa Inggris, sehingga saya menjadi orang mendapat
kesempatan pertama.
Kunjungan saya ke Amerika, sesuai dengan Undangan, hanya berlangsung satu bulan
seminggu atau satu bulan dua minggu. Sistemnya semua dijamin; ada uang harian, uang perdien.
Waktu itu dolar belum inflasi; sehingga uang yang saya peroleh cukup besar, dan saya tentu bisa
menghemat. Uang inilah yang saya pergunakan untuk keliling Timur Tengah. Saya lakukan itu,
secara sederhana.
Kita di Indonesia selama ini selalu mengaku muslim dan mengklaim diri sebagai pejuangpejuang Islam. Untuk terlaksananya ajaran Islam, sekarang perlu melihat sendiri bagaimana wujud
Islam dalam praktik. Begitulah motif saya pergi ke Timur Tengah. Meski kita tahu, Indonesia memang
negara Muslim yang terbesar di bumi, secara geografis paling jauh dari pusat-pusat Islam, yaitu
Timur Tengah, sehingga mghasilkan beberapa hal, misalnya Muslim Indonesia itu adalah termasuk
yang paling sedikit terarabkan.
Barangkali kita tidak menyadari banyak keunikan kita, sebagai bangsa Indonesia. Boleh
dikatakan inilah bangsa Asia satu-satunya yang menuliskan bahasa nasionalnya dengan huruf latin.
Semua bangsa Asia menggunakan huruf nasionalnya masing-masing. Hanya kita yang menggunakan
huruf latin. Filipina memang, tetapi Filipina belum bisa mengklaim mempunyai bahasa nasional.
Bahasa Tagalog masih merupakan bahasa Manila saja.
Kemudian Indonesia satu-satunya bangsa Muslim juga yang menggunakan huruf latin untuk
bahasa nasionalnya. Semua bangsa muslim itu menggunakan hurup Arab, kecuali tiga: Turki
disebabkan revolusi Kemal, Bangladesh karena seperti bangsa Asia lain mempunyai huruf sendiri
yaitu huruf Bengali dan Indonesia dikarenakan penjajahan. Jadi kita itu unik. Dari sudut pandangan
dunia Islam, Indonesia unik. Inilah bangsa Muslim yang kurang tahu huruf Arab, kira-kira begitu.
Jangankan orang Islam Pakistan, Afganistan dan sebagainya, sedangkan orang India yang Islamnya
minoritas, di sana pun mereka menggunak huruf Arab untuk menuliskan bahasa Urdu, bahasa
mereka. Semuanya begitu. Dari situ saja boleh kita ambil satu kesimpulan bahwa ke-Islaman di
Indonesia itu masih demikian dangkal sehingga masih ada persoalan yaitu bagaimana menghayati
nilai-nilai Islam itu. Itulah yang mendorong saya pergi ke Timur Tengah.
Waktu saya hendak ke Amerika, saya merasa ogah-ogahan. Akan tetapi biarlah barangkali
dari Amerika saya bisa ke Timur Tengah. Oleh karena itu biarpun di Amerika, sudah kontak dengan
orang-orang dari Timur Tengah, yang kelak ketika saya ke Timur Tengah memang banyak sekali yang
menolong saya. Kunjungan saya ke Timur Tengah saya mulai dari Istanbul, kemudian ke Libanon.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
130
Waktu itu tentu saat Libanon masih aman. Lalu ke Syiria, kemudian Irak, sehingga baru pertama
kalinya saya bertemu Abdurrahman Wahid. Dia yang menyambut. Karena terus terang, walaupun
sama-sama orang Jombang, saya belum pernah kenal. Karena keluarga saya Masyumi, keluarga dia
NU. Jadi baru bertemu di Baghdad. Dia baik sekali, mengorganisir teman-teman Indonesia untuk
mengambil dan menemani saya ke stasiun bus dari Damaskus. Lalu saya ke Kuwait, dari Kuwait ke
Saudi Arabia melalui Tmur. Banyak sekali kenangan di situ. Ketika di Riyadh, saya bertemu seseorang
yang pernah saya kenal sejak di Amerika, Dr. Farid Mustafa, seorang tokoh, Doktor Engineering.
Itulah satu-satunya pengalaman saya menjadi tamu keluarga Arab, di sini kalau makan siang dan
malam semua keluarga ikut termasuk istri. Biasanya orang Arab tidak demikian. Saya tinggal satu
minggu di situ dan berkenalan dengan banyak pelarian Ikhwanul Muslimin.
Kita mengetahui, Ikhwanul Muslimin umumnya beranggotakan orang-orang Mesir dan
orang-orang Syiria. Mereka dikejar-kejar oleh rezim yang ada di negaranya masing-masing, dan
kebanyakan larinya ke Saudi Arabia. Bukan untuk mendapatkan kebebasan politik, karena di Saudi
Arabia sendiri mereka tidak mendapatkan kebebasan politik. Karena orang Saudi juga tidak suka
terhadap sikap politik mereka. Akan tetapi dari segi ilmu pengetahuan mereka banyak sekali
dihargai. Mereka kemudian menjadi staf pengajar di Universitas Riyadh. Sejak dari Istanbul saya
banyak sekali mengadakan diskusi kritis. Tentu saya tidak mau hanya mendengarkan saja, tapi juga
membantah, menanyakan dan menentang, termasuk menentang dan segi literatur.
Di Turki saya sampai berkenalan dengan suatu gerakan yang betul-betul di bawah tanah,
yang di Istanbul mereka itu bergerak untuk membangkitkan Islam, tetapi dengan cara-cara yang
menurut sebagian kita agak kedengaran sedikit kolot. Yaitu melalui sufisme atau gerakan-gerakan
tarekat. Suatu malam Dr. Lustafa di Riyad mengajak saya ke Universitas Riyad; ke Fakultas Farmasi
yang akan mengadakan wisuda tamatan Fakultas Farmasi, di mana Menteri Pendidikan hadir, yaitu
Syekh Hasan bin Abdullah Ali Syekh keturunan Muhammad bin Abdul Wahab, salah seorang pelopor
pembaharuan di Arabia yang anak turunannya selalu menjadi Menteri bidang pengetahuan seperti
Menteri Pendidikan, Menteri Ilmu Pengetahuan dan sebagainya di Saudi Arabia.
Saya tidak tahu apa yang terjadi, pokoknya Dr. Mustafa mengenalkan saya secara berbisikbisik kepada Menteri, lalu Menteri itu minta supaya saya menceritakan tentang gerakan Mahasiswa
Islam di Indonesia. Setelah saya ceritakan, tentu saja dengan bahasa ArabAlhamdulillah saya
sedikit banyak tahu bahasa Arab karena belajar di pesantren Gontor, sebuah proyek gabungan
antara sistem pendidikan Sumatera Barat (KMI-nya) dan Jawa (pesantrennya) yang saya kira menjadi
proyek yang sangat sukses yang sekarang berkembang di mana-mana. Menteri itu demikian
senangnya dengan keterangan saya, lalu mengundang 10 orang teman kita, HMI, untuk naik haji
tahun itu juga. Selanjutnya, dari Riyad saya ke Madinah, terus ke Mekkah, kemudian ke Kharthum
untuk bertemu dengan Dr. Hasan Turabi dari Umin Durman University, tokoh yang sekarang menjadi
pusat perhatian di Sudan, oleh karena dia konseptor dari Islamisasinya Numeiry yang sekarang jatuh
digulingkan. Dari situ saya pergi ke Mesir, kemudian kembali ke Libanon dan dari situ ke Pakistan.
Pokoknya dari semua tempat itu saya mengadakan diskusi macam-macam. Dan konklusinya
begini: saya kecewa terhadap tingkat intelektualitas kalangan Islam di Timur Tengah saat itu.
Sehingga saya lalu ingat Buya Hamka, ketika suatu saat Buya minta izin kepada K.H. Agus Salim untuk
pergi ke Timur Tengah, belajar. Jawab K.H. Agus Salim seperti yang dimuat dalam Gema Islam dahulu
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
131
dan sebagainya, Malik, kalau kamu mau pergi ke Mekkah atau Timur Tengah, boleh saja. Kamu akan
fasih berbahasa Arab barangkali. Tetapi paling-paling kamu akan jadi lebai, kalau pulang. Tetapi
sebaliknya kalau kamu ingin mengetahui Islam secara intelek, lebih baik di sini. Belajar sama saya.
Dan saya setuju dengan pendapat K.H. Agus Salim.
Padahal di sini, di Indonesia, kita sudah bergumul dengan Marxisme, dengan macam-macam
di sini. Indonesia adalah tempat pergumulan ideologi yang paling seru pada zaman Orde Lama, dan
kita survive. Kita sudah biasa berdialog dengan orang-orang komunis dengan forum-forum mereka,
bukan forum-forum kita. Oleh karena itu kita lebih banyak terlatih dari pada orang-orang yang saya
temui di negara-negara Timur Tengah berkenaan dengan cara melihat apa yang paling relevan dalam
Islam yang harus kita kembangkan. Sampai-sampai waktu di Riyad, dengan Dr. Mahmud Syahwi
namanya, salah satu tokoh Ikhwanul Muslim, ketika saya merasa jengkel dengan kekecewaan saya,
saya bilang begini saja, Dari pada Anda kuliahi saya dengan macam-macam yang tidak masuk akal
saya, lebih baik anda kasih saya bahan bacaan yang menurut anda paling penting dan kalau saya
membacanya saya mendapat jawaban. Lalu saya diberi buku berjudul Majmu Rasail Hasan AlBanna, kumpulan tulisan risalah-risalah Hasan Al-Banna, yang waktu itu buku terlarang di Saudi
Arabia. Buku itu diberikan kepada saya, sambil mewanti-wanti, jangan sampai ketahuan orang
Saudi, karena kalau ketahuan, Saudara akan mengalami kesulitan, ditahan dan sebagainya. Akan
tetapi saya senang sekali menerima buku itu dan kemudian saya baca.
Waktu di Mekkah saya menggunakan waktu paling banyak dua minggu, saya baca semuanya.
Akan tetapi maaf saja, saya tidak mendapat kelebihan dari tulisan-tulisan orang itu. Ya, dengan
segala kekaguman saya kepada Hasan Al-Banna, tetapi harus banyak sekali tidak setuju dengan
isinya. Slogan-slogan loyalistik itu kebanyakan. Jadi isinya slogan-slogan loyalistik. Bukan pemecahan
masalah. Oleh karena itu, saya tidak merasa begitu sesuai dengan buku itu. Kemudian di Mekkah
saya berusaha untuk mengkhatamkan al-Quran dengan terjemahan dalam bahasa Inggris untuk
pengecekan. Kemudian setelah melakukan berbagai diskusi tadi, saya lihat beberapa hal yang
relevan untuk kita. Sampai sekarang al-Quran itu saya simpan dan saya coreti dengan komentarkomentar saya.
Kemudian saya ke Sudan dan pulang. Dan ketika mendengar janji Mentri Pendidikan Saudi
Arabia untuk naik haji itu saya memang diingatkan oleh Dr. Mustafa, orang di ibukota Riyad itu. Ini
janji Arab, katanya. Oleh karena itu, anda harus rajin menagih. Jadi, ketika sampai di Mekkah,
saya mengirimkan surat. Saya sampai di Madinah, juga begitu. Dan akhirnya alhamdulillah, terealisir.
Akhirnya Januari 1969 saya pulang ke Indonesia untuk kemudian sibuk untuk merealisir janji dari
Mentri Pendidikan Saudi Arabia itu untuk naik haji yang waktu itu jatuh bulan Maret. Berarti Cuma
ada waktu satu bulan, jadi habislah waktu saya untuk menyiapkan teman-teman naik haji. Sampai di
sana, semua teman ikut sakit karena tidak cocok dengan makanan kecuali saya. Kebetulan saya
sudah terbiasa dengan masakan orang sana. Sampai Zaitun yang disebut di dalam Al-Quran saya
makan. Karena perlu diketahui bahwa buah walaupun tidak enak dan agak pahit bagi yang belum
biasa gizinya tinggi sekali dan dapat menghilangkan rasa mual sebagainya. Dan saya mendapat
service dan seseorang di kedutaan San Fransisco, seorang novelis yang terkenal di Amerika bernama
John Ball, yang salah satu bukunya difilmkan dan mendapat hadiah besar. Dia mengatakan begini,
Saudara harus tahu, berkat Zaitun inilah orang Yunani dahulu berfilsafat. Karena Zaitun itu tanaman
yang tahan lama sekali dan tetap berbuah. Pohon itu bisa ribuan tahun bertahan, dengan buahnya
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
132
yang begitu tmggi, sehingga orang Yunani itu dulu boleh dikatakan tidak lagi memikirkan masalah
sumber gizi yang tinggi. Cukup menanam zaitun saja dan sampai sekarang zaitun merupakan
komoditi yang penting negara-negara seperti Italia Yunani dan sebagainya.
Setelah pulang dan haji, saya ingin menulis sesuatu tentang nilai-nilai dasar Islam. Seluruh
keinginan saya untuk bikin NDP saya curahkan pada bulan April, untuk bisa dibawa ke Malang pada
bulan Mei. Jadi NDP itu sebetulnya merupakan kesimpulan saya dan perjalanan yang macam-macam
di Timur Tengah selama tiga bulan lebih itu. Jadi sama sekali salah kalau Ahmad Wahib mengatakan
itu adalah pengaruh kunjungan di Amerika. Begitulah singkatnya cerita. Namanya saja NDP, NilaiNilai Dasar Perjuangan. Tentu saja bahannya itu macam-macam. Saya ingin menceritakan, mengapa
namanya NDP. Sebetulnya teman-teman pada waktu itu dan saya sendiri berpikir untuk memberikan
nama NDI, Nilai-Nilai Dasar Islam, Akan tetapi setelah saya berpikir, kalau disebut Nilai-Nilai Dasar
Islam, maka klaim kita akan terlalu besar. Kita terlalu mengklaim inilah Nilai-nilai Dasar Islam. Oleh
karena itu, lebih baik disesuaikan dengan aktivitas kita sebagai mahasiswa. Lalu saya mendapat
ilham dari beberapa sumber. Pertama adalah Willy Eicher, seorang ideolog Partai Sosial Demokrat
Jerman yang membikin buku, The Fundamental Values and Basic Demand of Democratic Socialism.
Nilai-nilai Dasar dan Tuntutan-tuntutan Asasi Sosialisme Demokrat. Nah, ini ada nilai-nilai dasar.
Kemudian perjuangan-nya dari mana? Dan karya Syahrir mengenai ideologi sosialisme Indonesia
yang termuat dalam Perjuangan Kita. Dan ternyata Syahrir juga tidak orisinal. Dia agaknya telah
meniru dari buku Hitler, Mein Kamf. Jadilah Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) itu. Kemudian saya
bawa ke Malang, ke Kongres IX, Mei 1969. Tetapi di sana tentu saja agak sulit dibicarakan karena
persoalannya demikian luas hingga tidak mungkin suatu Kongres membicarakannya. Lalu diserahkan
pada kami bertiga; Saudara Endang Saifudin Anshari, Sakib Mahmud dan saya sendiri. Nah, itulah
kemudian lahir NDP, yang namanya diubah lagi oleh Kongres ke-16 HMI menjadi NIK (Nilai Identitas
Kader).
Inti NDP : Beriman, Berilmu, Beramal
Kalau teman-teman melihat NDP, tentu saja dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Yang
pertama Dasar kepercayaan, Kemanusiaan, Kemerdekaan Manusia, Ikhtiar dan Takdir. ini
tentu saja banyak sekali unsur dan tulisan H. Agus Salim; Filsafat tentang Tauhid, Takdir dan Tawakal
misalnya. Kemudian Ketuhanan Yang Maha Esa dan Prikemanusiaan, atau Individu dan
Masyarakat, Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi, Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan, lalu
kesimpulan dan penutup. Saya tidak akan menerangkan semua NDP. Dengan demikian sikap hidup
manusia menjadi sangat sederhana. Yaitu beriman, berilmu dan beramal. Ya, biasa, kalau suatu
ungkapan yang sudah menjadi klise, itu tidak menggugah apa-apa. Apa makna beriman, berilmu,
beramal, saya kira itu telah menjadi kata-kata harian.
Saya kira hidup beriman, tentu saja personal, pribadi sifatnya. Setiap manusia itu harus
menyadari, tidak bisa tidak harus punya nilai. Oleh karena itu iman adalah primer. Iman adalah
segalanya. Oleh karena iman disitu adalah sandarn nilai kita. ini kemudian diungkapkan secara
panjang lebar dalam bab Dasar-dasar Kepercayaan. Kenapa manusia memiliki kepercayaan. Di situ,
misalnya, kita menghadapi satu dilema; satu dilema pada manusia, yang dikembangkan dalam
Syahadat La illaha ilallah. Tiada Tuhan melainkan Allah. Di sini kita bagi dalam dua, nafyu dan itsbat.
Artinya negasi dan afirmasi. Jadi tidak ada Tuhan melainkan Allah. Mengenai soal ini, saya prnah
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
133
terlibat dalam polemik tentang Allah ini, bisa tidak diterjemahkan dengan Tuhan? Saya berpendapat
bisa, tapi banyak sekali orang berpendapat tidak bisa. Kemudian ada polemik yang saya tidak begitu
suka.
Memang para ulama berselisih mengenai makna Allah ini. Maksudnya ada yang berpendapat
bahwa Allah ini suatu isim jamid, yaitu bahwa memang Allah itu begitu adanya yang berpendapat
bahwa ini sebetulnya berasal dan al-ilaah. kemudian menjadi Allah. Jadi menurut mereka yang
berpendapat isim jamid tidak dapat diterjemahkan Allah. Allah tetap Allah. Dan itu banyak
pengikutnya.
Buya Hamka juga pernah mempunyai persoalan, ketika ditanya orang, Mengapa Buya
Hamka suka bilang Tuhan, kan tidak boleh? Dan mengapa suka bilang sembahyang, bukan sholat?
Hamka menjawab, boleh, sebab Allah itu memang Tuhan, dan sholat juga bisa diterjemahkan
menjadi sembahyang. Beliau mengutip bahwa dulu di Malaya, Allah itu diterjemahkan dengan
Dewata Raya dan para ulama tidak keberatan.
Tapi sebelum Buya Hamka atau orang Indonesia, yang menghadapi masalah terjemahan ini
ialah orang Persi sebetulnya. Sebab bangsa Muslim yang pertama bukan orang Arab itu yang besar
adalah orang Persi. Memang sebelum itu orang Syiria, Mesir, semua bukan Arab. Tetapi mungkin
karena latar belakang kultural mereka itu tidak begitu kuat, maka mereka ter-Arabkan sama sekali.
Sehingga orang Mesir sekarang sudah tidak ada lagi. Mereka semua menjadi orang Arab. Termasuk
Khadafi yang keturunan Kartago, itu juga menjadi orang Arab. Kalau dari sejarah, Khadafi itu lebih
dekat dengan orang-orang Yunani, orang Romawi dan sebagainya sebagai keturunan Kartago. Libya
bukan tempatnya orang-orang Kartago dulu dan mereka itu lebih banyak orang-orang Quraisy.
Tetapi mereka menjadi Arab dan berbahasa Arab. Maka yang disebut bangsa-bangsa Arab itu, secara
darah sebetulnya sebagian besar bukan orang-orang Arab, tetapi orang yang berbahasa Arab.
Bangsa Muslim yang pertama bukan Arab dan sampai sekarang tidak berhasil di-Arabkan
adalah bangsa Persi. Padahal secara geografis itu paling dekat dengan dunia Arab. Mengapa? karena
latar belakang kebudayaan Persi yang besar itu, sehingga mereka tidak bisa di-Arabkan. Oleh karena
itu, bangsa Persilah yang pertama kali menghadapi masalah terjemahan ini Sebab Islam datang
dengan berbahasa Arab. Sehingga mazhab Hanafi yang Abu Hanifah itu sendiri orang Persi
berpendapat, sembahyang dalam terjemahan itu boleh. Itulah sebabnya mengapa orang-orang Persi
selalu menggunakan Khoda untuk Allah. Kita mengetahui bahwa bahasa Persi itu adalah satu
rumpun dengan bahasa Jerman, Inggris dan Sansekerta. Sehingga Baitullah misalnya, mereka
terjemahkan menjadi Khanih-e Khoda. Maka dari itu, ketika zaman modern sekarang ini dan umat
Islam mulai menyebar ke mana-mana termasuk ke negeri-negeri Barat, maka ada persoalan, yaitu
kalau Quran diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, misalnya, bagaimana menerjemahkan? Apakah
Allah harus diterjemahkan menjadi God, ataukah tidak. Itu sudah ada dua pendapat. Misalnya, The
Meaning of the Glorious Quran tidak menerjemahkan perkataan AlIah. Sama sekali tidak. Tetapi
sebaliknya Yusuf Ali yang orang Pakistan, yang tafsirnya juga diterbitkan oleh Rabithah Alam Islami di
Mekkah, menerjemahkan Allah dengan God Sehingga dalam terjemahan dia, itu tidak ada sama
sekali perkataan Allah, karena jadi God semua. Dan Khomaeni yang sekarang mendirikan negara
Islam di Iran, Konstitusinya dalam versi bahasa Inggris, menerjemahkan la ilaaha illa-Allah dengan
there is no god but God. Ini penting, mengapa ulasan ini agak panjang karena ada implikasinya.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
134
Yaitu salah satu problem kita di Indonesia ini ialah bahwa tradisi intelektual Islam kita masih muda
sekali, sehingga orang sering kehilangan jejak, akhirnya bingung. Buku Yusuf Ali yang saya beli di
Mekkah yaitu ketika saya mengadakan kunjungan ke beberapa negara ke Timur Tengah diberi
pengantar dari sekjen Rabihtah Alam Islami. Kita bisa melihat sekarang di sini misalnya perkataan Ia
ilha iila-Allah bagaimana diterjemahkan. Begitu juga dalam tafsir Muhammad Asad atau dalam
Konstitusinya Khomeini. Kita boleh tidak setuju dengan ajaran Syiah, tetapi jangan phobi. Justru
bobot NDP sebetulnya untuk menghilangkan itu. Sedangkan Islam itu sendiri berada di tengah umat
manusia. Jadi kita ini harus Muslim di tengah umat Islam itu sendiri. Oleh karena itu, mungkin
saudara-saudara juga tahu bahwa saya selalu mengatakan tidak setuju dengan sensor. Orang boleh
tidak dengan tidak setuju dengan suatu paham, tetapi jangan menyensor.
Karena itu sebenamya, di Indonesia kata Allah itu diterjemahakan menjadi kata Tuhan.
Menurut saya bisa. Khomeini saja bisa kok, mengapa kita tidak bisa. Itu Yusuf bisa, bahkan itu
diterbitkan oleh Rabitah Alam Islami. Jadi tiada Tuhan dengan t kecil (tuhan), kecuali Tuhan itu bisa.
Waktu itu saya tidak tahu, bahwa Buya Hamka pernah menerangkan hal ini, sehingga ketika saya
terlibat dalam polemik itu ada seorang teman yang bersuka rela memberikan kepada saya copy dari
polemik Buya Hamka dengan seseorang melalui surat menyurat. Dan sekarang sudah diterbitkan
dalam sebuah buku, yaitu Hamka Menjawab Masalah-masalah Agama.
Dalam psikologi agama ada yang disebut convert complex. Convert artinya orang yang baru
saja memeluk agama. Lalu kompleks, perasaan sebagai agamawan baru. Misalnya, di masyarakat ada
saja bekas tokoh yang kurang senang pada agama, lalu menjadi fundamentalistik sekali.
Nah, karena tradisi intelektual kita itu begitu muda, begitu rapuh, kita sering kehilangan
jejak. Kemudian bingung. Ada cerita menyangkut dua orang Minang: H. Agus Salim dan Sutan Takdir
Alisyahbana. Sudah tahulah Takdir Alisyahbana, seorang yang mengaku sebagai orang yang modern
dan sangat rasionalistik, oleh karena itu, dia pengagum Ibnu Rusd. Dia selalu bilang, dunia ini kan
persoalan pertengkaran antara Ghazali dan Ibnu Rusd. Karena di dunia Islam Ghazali yang menang
dan di dunia Barat Ibnu Rusd yang menang, maka akhirnya Ibnu Rusd yang menjajah Ghazali. Jadi
Indonesia dijajah Belanda itu sebetulnya Ghazali dijajah Ibnu Rusd, menurut Takdir Alisyahbana.
Karena apa? Ghazali mewakili mistisisme, intuisisme, sedangkan Ibnu Rusd mewakili rasionalisme.
Ada betulnya juga, meskipun tidak seluruhnya. Suatu saat pak Takdir konon menggugat H.
Agus Salim. Katanya begini, Pak Haji, pak haji ini kan orang terpelajar sekali, masa masih biasa
sembahyang. Artinya, kok masih mempercayai agama? Lalu dibilang oleh H. Agus Salim, Maksud
saudara apa?. Maksud saya, sebagai orang terpelajar saya tidak nembenarkan sesuatu kecuali
kalau saya paham betul. Betul, memang begitu. Quran sendiri menyatakan begitu. Akan tetapi
begini, kita kan terbatas, karena terbatas kalau rasio kita sudah pol begitu, maka sebagian kita
serahkan kepada iman. Jadi masalah iman itu adalah bagian dari pada hidup dan itu adalah
kewajiban dari pada rasional kita. Rupanya Takdir belum puas dengan jawaban itu. Lalu Salim
membuat jawaban yang lucu dan benar. Dia bilang begini, Begini aja deh, Takdir kan orang Minang.
Kan suka pulang ke Minagkabau, pulang ampung, naik apa? naik kapal jawab Takdir. Rupanya
waktu itu belum bisa naik pesawat, pesawat belum begitu banyak. Nah kata Agus Salim, Kamu naik
kapal itu menyalahi prinsipmu Kamu tidak akan menerima sesuatu kecuali kalau paham seluruhnya.
Jadi asumsinya, kalau kamu naik kapal, adalah kalau sudah paham tentang seluruhnya yang ada
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
135
dalam kapal itu. Termasuk bagaimana kapal dibikin, bagaimana menjalankannya bagaimana
kompasnya, bagaimana ini dan sebagainya. Nah begitu ketika kamu menginjakkan kaki ke geladak
kapal Tanjung Priok, itu kan sudah ada masalah iman. Kamu percaya kepada nakhoda, kamu percaya
kepada yang bikin kapal ini bahwa ini nanti tidak pecah di Selat Sunda dan kamu kemudian
tenggelam. Percaya, percaya dan semua deretan kepercayaan
Agus Salim melanjutkan, Sedikit sekali yang kamu ketahui tentang kapal. Paling-paling
bagaimana tiketnya dijual di loketnya saja yang kamu tahu. Pembuatan tiket juga kamu tidak tahu
katanya. Lalu Salim bilang begini, Seandainya kamu konsisten dengan jalan pikiran kamu hai Takdir,
mustinya kamu pulang ke Minang itu berenang. Ya, begitu, sebab berenang itu yang paling
memungkinkan usahamu. Itu saja masih banyak sekali masalah. Bagaimana gerak tangan kamu saja
mungkin kamu tidak paham, katanya. Lalu ini yang menarik, nanti kalau kamu berenang, di Selat
Sunda kamu di ombang-ambing ombak dan kamu akan berpegang pada apa saja yang ada. Dalam
keadaan panik, kamu akan berpegang pada apa saja yang ada. Untung kalau kamu ketemu balok
yang mengambang. Akan tetapi kalau kamu ketemu ranting, itupun akan kamu pegang. Ketemu
barang-barang kuning juga kamu pegang. Itu kata Agus Salim.
Nah inilah yang saya maksudkan. Dalam keadaan panik orang sering kehilangan jejak, sering
kita berpegang kepada suatu masalah secara harga mati. Padahal itu ranting, kalau kita pegang akan
tenggelam lagi kita nanti. ini maksud saya. Jadi kembali lagi pada laa ilaaha illa-Allah di sini memang
ada diIema. Dilemanya, sebagaimana sudah menjadi kenyataan, manusia itu hidup tidak mungkin
tanpa kepercayaan. Terlalu banyak Tuhan. Itu problemanya. Jadi sebetulnya kalau kita membaca alQuran, problemnya itu bukan bagaimana membikin manusia percaya pada Tuhan, tetapi bagaimana
membebaskan manusia dari percaya kepada terlalu banyak Tuhan. Karena itu memang ada tema
ateisme dalam al-Quran yaitu dahriyyah tapi kecil sekali. Ateisme itu satu hal yang tidak mungkin.
Justru yang ada dan sangat banyak terjadi pada manusia ialah politeisme. Problema manusia
sebetulnya bukan ateisme yang utama, tetapi politeisme. Oleh karena itu tema-tema al-Quran itu
yang dicerminkan dalam perkataan laa ilaaha ila-Allah, ialah usaha dan ajaran menghancurkan
politeisme. Dan kalau nenghancurkan politeisme kita pergunakan politeisme dalam bahasa sekarang,
akan berbunyi, bebaskan dirimu dan belenggu-belenggu yang menjerat dirimu sendiri. Sebab
semua kepercayaan dan sistem kepercayaan itu membelenggu. Tetapi kalau manusia tidak memiliki
kepercayaan sama sekali juga tidak mungkin. Oleh karena itu harus ada kepercayaan, tetapi
kepercayaan itu harus sedemikian rupa sehingga tidak membelenggu kita, bahkan nenyelamatkan
kita. Itulah kepercayaan kepada Allah, satu-satunya Tuhan, yang Allah ini adalah the High God, Tuhan
Yang Maha Tinggi. Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu Allah lain dengan Zeus dan Indra yang
merupakan mitologi. Orang Yunani kuno itu dulu percaya pada Zeus. Dan Zeus itu nama dewa dalam
mitotologi mereka. Orang Mesir, Ra, kemudian orang India, Indra.
Jadi masalahnya begini, manusia ini tidak mungkin hidup kecuali kalau mempunyai
kepercayaan. Akan tetapi kalau terlalu banyak yang dipercayai, akan menjerat manusia sendiri, dan
tidak akan banyak membuat kemajuan. Sementara itu manusia tidak mungkin hidup tanpa
kepercayaan. Oleh karena itu dari sekian banyak kepercayaan harus disisakan yang paling benar,
yaitu la ilaaha ha-Allah ini. Ini keterangan yang banyak sekali, akan tetapi saya mau meloncat sedikit
kepada isolasi agama.
136
Agama Islam itu satu rumpun dengan agama Yahudi dan Kristen yang disebut agama
Ibrahim. Nah, kita masih mewarisi ajaran Nabi Ibrahim, yaitu Inni Wajjahtu wajhia lilldzi
Fatharassamawati wal ardha, Hanifam muslima wama ana minal musyrikin. Itu suatu pernyataan
Ibrahim setelah eksperimennya dalam mencari Tuhan. Itu dalam aI-Quran yaitu ketika Ibrahim
melihat bintang itu hilang, dia bilang, ah, tidak mungkin Tuhan kok tenggelam, ini bukan Tuhan..
Setelah melihat bulan, kemudian mendapatkan matahari itu lebih besar. Dia pun bilang inilah Tuhan.
Pokoknya setelah eksperimen melalui bintang, bulan, matahari, yaitu gejala-gejala aIam. Kalau di sini
ada masalah pembebasan, masalah negatif, masalah karena manusia itu cenderung untuk
menjadikan apa saja yang memenuhi syarat sebagai misteri/sebagai Tuhan; sesuatu yang
mengandung misteri, sesuatu yang mengandung kehebatan sesuatu yang mengandung rasa ingin
tahu. Kalau sebuah gunung yang setiap kali meletus dan membawa bencana tidak bisa diterangkan
oleh orang, maka mereka melihatnya sebagai misteri dan kemudian menyembahnya. Inilah akar
tentang syirik sebetulnya.
Jadi, syirik itu sebetulnya kelanjutan mitologi. Barangkali kita sudah mempelajari bagaimana
lahirnya mitologi. Oleh karena itu, mitologi secara bahasa lain boleh dikatakan sebagai
kecenderungan manusia untuk menuju sesuatu yang tidak dipahami. Begitulah kira-kira. Pemimpin
yang kita agung-agungkan, akhirnya berkembang menjadi mitologi terhadap pemimpin kita itu. Nah,
kalau kita menganut mitologi, maka suatu mitos itu pasti menjerat kita. Kalau misalnya, kita
memitoskan gunung, maka tertutup kemungkinan bagi kita mempelajari apa sebetulnya hakikatnya.
Gunung itu mengandung sebuah kekuatan misterius, yang setiap kali meletus akan menghancurkan
sekian banyak orang, sawah ladang dan sebagainya. Oleh karena itu pendekatan kita kepada gunung
itu mengarah kepada pendekatan keagamaan; disembah. Nah, itulah contoh mitologi yang menyeret
kita.
Jadi artinya, suatu mitologi menutup kemungkinan suatu objek untuk diteliti secara ilmiah.
Seorang ahli vulkanologi misalnya, melihat itu sebagai sesuatu yang biasa, tidak lagi mengandung
misteri. Begitulah kira-kira. Sebab untuk syarat sebagai tuhan haruslah misteri, tidak bisa dipahami.
Jangan lupa bahwa kita masih banyak mewarisi mengapa hari itu tujuh. Dan Tuhan itu diandaikan
bintang-bintang atau benda-benda langit. Jadi yang paling besar adalah matahari, kemudian yang
kedua adalah rembulan, kemudian bintang seperti mars, venus dan sebagainya. Itu sebabnya
kemudian orang-orang Babilonia menyediakan setiap hari satu tahun. Nah, itu masih bisa dilihat
sampai sekarang. Misalnya namanya dalam bahasa Inggris, seperti Sunday, itu artinya hari matahari.
Waktu itu orang menyembah matahari. Monday artinya hari rembulan. Kalau dalam bahasa Francis
itu lebih kentara lagi: Mardi (hari mars), Mercredi (hari merkurius), Jeuvi (hari jupiter), Vendredi (hari
venus), Saturday (hari saturnus).
Baru ketika bangsa Semit, bangsa Semit yang sudah bertauhid yang dimulai oleh Ibrahim
mengambil alih, mitos itu dihapus dan kemudian nama hari yang tujuh diganti dengan angka. Ahad,
Senin, Selasa, itu maksudnya satu, dua, tiga, dst. tapi hari Sabtunya tetap dipertahankan. Jadi artinya
kalau Ibrahim dahulu itu ada pikiran atau usaha begitu, ada pikiran untuk menyembah bintang, itu
sebetulnya karena ia memang orang Babilonia. Tapi kemudian lihat kesimpulannya, ketika matahari
tenggelam, dia bilang ah masa tuhan tenggelam Nah, lalu diapun bilang, Inni wajjahtu wajhia
lilladzi fatharassamaawaati wal ard. Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan
137
yang menciptakan langit dan bumi ini. Jadi, Janganlah kamu bersujud kepada matahari dan
rembulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya.
Nah, jadi meskipun matahari itu sampai sekarang belum seluruhnya kita pahami, artinya
masih mengandung misteri, ada potensi untuk paham. Karena itu matahari tidak akan memenuhi
syarat sebagai Tuhan, karena suatu saat akan dipahami manusia. Begitu juga seluruh alam ini. Di
situlah kita bisa melihat mengapa Allah menjanjikan: Kami akan perlihatkan tanda-tanda-Ku seluruh
cakrawala dan dalam diri mereka sendiri, sehingga terlihat bagi mereka bahwa Allah itu benar.
Artinya, orang akan haqqul yaqin bahwa Allah itu benar bila seluruh alam ini sudah dipahami, bisa
dipahami, sehingga tidak tersisa misteri lagi. Dengan perkataan lain bahwa Allah itu Allah, oleh
karena itu yang tidak bisa dipahami manusia. Tuhan itu adalah yang tidak mungkin dipahami
manusia, dan sebetulnya konteks ketuhan menurut Tauhid itu adalah konteks mengenai misteri,
laisa kamislihi syaiun (tiada sesuatu yang sebanding dengan Dia). Jadi Dia tidak bisa digambarkan,
tidak dapat dipahami. Sebab Allah itu mutlak. Perkataan memahami Tuhan itu kontradiksi interminus. Sebab memahami berarti mengetahui batas-batasnya. Jadi, kalau memahami Tuhan berarti
sudah apriori bahwa Tuhan terbatas, terjangkau oleh kita.
Oleh karena itu, kalau Allah itu memang mutlak, maka dia tidak dapat dipahami. Sebetulnya
ini kontroversi yang lama di kalangan umat Islam. Yaitu antara Mutazilah dan Asyary mengenai isu
mengenai apakah manusia itu bisa melihat Tuhan atau tidak, di surga nanti. Menurut Mutazilah
tetap tidak bisa, sedangkan menurut asyariyah bisa, meskipun selalu ditutup dengan bila kaifa,
tanpa bagaimana. Jadi sebetulnya antara keduanya tidak ada perbedaan. Kalau tanpa bagaimana
berarti tanpa bisa diketahui sendiri. Mengetahui tanpa bisa diketahui. Mengetahui tanpa bisa
mengetahui bagaimana mengetahui itu. Itu bila kaifa dari sistem Asyariyah yang banyak dianut
sebagian dari kita yang berpaham Sunni.
Yang jelas adalah bahwa dalam al-Quran, ajaran yang dominan itu bukan tentang
mengetahui Tuhan, tapi mendekatkan. Jadi taqarrub itu, mendekati Tuhan. Allah asal tujuan dan
segala yang ada dalam hidup ini. Oleh karena itu, perjalanan hidup kita sebetulnya menuju kepada
Allah. Maka dan itu sebutlah di sini dalam bahasa yang sedikit kontemporer : kesadaran
mengorientasikan hidup kepada Allah. Oleh karena itu, seluruh perbuatan kita haruslah Lillaahi
taala. Jadi justru harus menuju pada Allah Subhanahu Wataala. Dan ini yang kita ungkapkan dengan
berbagai ungkapan, termasuk ridha, ridhallah. Dalam al-Quran disebutkan mencari muka Tuhan.
Jadi kita itu memang mencari muka, yaitu mencari muka Tuhan, artinya bagaimana melakukan
sesuatu yang berkenan pada Tuhan, mendapatkan ridha-Nya.
Kita menuju kepada Allah, jadi selalu mendekat, taqarrub kepada Allah. Nah, kita mendekati
Tuhan itu adalah dinamis; iman itu dinamis, bisa berkurang dan bisa bertambah. Artinya dinamis,
sebab manusia itu dengan segala keterbatasannya kemungkinan besar dia membuat kesalahan. Oleh
karena itu dia harus mengikuti garis yang lurus membentang antara dirinyya dan Allah, yaitu Alshshirot al-mustaqiim. Jalan yang lurus, lurus itu terhimpit dengan hati nurani kita, dengan fitrah
kita. Sudah banyak sekali diterangkan dalam NDP tentang peranan hati nurani yang kadang-kadang
disebut juga dhamier dan sebagainya itu. Dhamier, fitrah atau hati nurani itu adalah kesadaran yang
dalam pada diri kita tentang apa yang baik dan buruk, dan apa yang benar dan salah. Itu tentu saja
tidak bisa dibiarkan sendirian, tapi harus ditolong oleh suatu ajaran. Di sini kemudian ajaran agama
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
138
untuk menguatkan apa yang ada pada hati nurani. Oleh arena itu menurut Ibnu Taymiyyah agama
itu tiada lain adalah fitrah yang diwahyukan, atau fitrah yang diturunkan. Selain ada fitrah yang
diciptakan pada diri kita, juga ada fitrah yang diwahyukan. Itulah agama. Jadi artinya agama itu
adalah fitrah yang diturunkan dari langit oleh Allah Subhanahu Wataala, untuk memperkuat fitrah
yang ada dalam diri kita sendiri. Mungkin teman-teman juga pernah mendengar Robinson Cruso.
Robinson Cruso adalah novel yang dikarang Daniel Deboe, menceritakan tentang seseorang
yang terdampar di pulau dan hidup sendiri dengan segala romantikanya. Itu sebetulnya adalah
plagiat dari seorang filsuf muslim, namanya Ibn Thufayl Yaitu suatu karya yang namanya Al-Hay, Ibnu
Yaqdzan. Orang Hidup, Anak kesadarannnya sendiri.. Ini sebetulnya sebuah kisah filosofis
berdasarkan konsep tentang fitrah itu. Karena manusia ituseperti dikatakan oleh hadits alwaladu
yuladu ala al-fitra dilahirkan dalam keadaan suci. Maka seorang filsuf Muslim ini membuat
hipotesa kalau seandainya manusia itu hidup dengan konsisten mendengarkan kesadarannya sendi
dan bebas dan polusi budaya, polusi kultural (orang ini dikatakan bagai hidup di sebuah pulau
sendirian). Kalau orang ini masih seperti itu, dia akan menjadi manusia sempurna: insan kamil, maka
sebetulnya novel ini yang berurusan dengan persoalan insan kamil dalam konsep sufi itu. Inilah yang
diplagiat oleh Daniel Deboe dan menjadi Robinson Cruso. Sebetulnya ada urusannya dengan fitrah
ini.
Jadi fitrah itu kemudian diperkuat oleh agama. Nah agama ini yang kemudian memberi
kesadaran tentang bagaimana Allah itu harus dipersepsi, misalnya dengan ayat-ayat dan Tauhid dan
sebagainya itu. Dan manusia harus berjalan pada jalan ini menuju kepada Allah. Tapi karena Allah itu
mutlak, maka Dia bakalan tidak bisa dicapai. Kita tidak akan bisa mencapai Tuhan dalam arti
menguasai. Sebab itu akan berarti Tuhan itu terbatas. Jadi kontradiksi lagi dengan pemutlakan
Tuhan. ini mempunyai implikasi bahasa kebenaran yang ada pada benak manusia itu tidak pernah
merupakan kebenaran mutlak, sebab keterbatasan kita. Akan tetapi, tidak berarti bahwa kebenaran
yang ada dari kita itu lalu kita buang begitu saja, karena relatif. Itu tidak bisa tidak. Misalnya saja kita
dari Jakarta mau ke Bandung. Tentu saja sebagai analogi, Bandung menjadi tujuan kita. Tapi dari
Jakarta tidak bisa begitu saja kita loncat ke Bandung. kita harus melalui Cibinong, melalui Bogor,
melalui Puncak dan sebagainya. Nah itulah yang kita alami dalam hidup, yaitu Cibinong, Bogor,
Cianjur, sampai Padalarang dan sebagainya. Akan tetapi tidak berarti karena itu kita tahu Cibinong
bukan Bandung maka sudahlah kita tak usah ke Cibinong karena tujuannya Bandung. Soalnya ialah
Bandung tidak bisa dicapai, kecuali melalui Cibinong. Kebenaran mutlak tidak bisa dicapai kecuali
dengan eksperimen relatif, kecuali dengan mengalami kebenaran-kebenaran relatif. Jadi kebenaran
relatif apa pun yang kita alami, itu harus kita pegang, tetapi karena pada waktu yang sama kita tahu
bahwa ini kebenaran yang relatif, maka kita harus nemegangnya sedemikian rupa sehingga harga
tidak mati. karena kita tahu Cibmong bukan tujuan kita, Cibinong harus kita lewati, tetapi kita harus
segera menuju Bogor, segera menuju ke Puncak, ke Padalarang dan seterusnya.
Nah, oleh karena itu dinamis. Di sini lalu kemudian bergerak terus menerus. Itulah sebabnya
mengapa agama itu, agama Islam terutama, selalu dilukiskan sebagai jalan. Ini penting sekali. Kita
melihat, agama Islam itu dulu selalu disebut sebagai jalan. Shirat itu artinya jalan. Kalau ada dongeng
al-shirot al-mustaqim itu adalah titian rambut dibelah tujuh yang membentang dintara dunia dan
surga dan di bawahnya api neraka, itu berasal dari Persi, dan agama Zoroaster. Kemudian tadi
syariah itu juga jalan. Kemudian ada lagi, maslak itu juga jalan. Jadi agama itu dilukiskan sebagai
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
139
jalan oleh karena mendekati Tuhan itu tidak harus sekali jadi, tetapi harus berproses. Dalam proses
inilah pentingnya ijtihad. Maka dari itu kemudian ijtihad harus terus menerus dilakukan. Karena,
Tuhan tidak pernah bisa untuk dicapai tapi kita harus dituntut untuk mendekatkan diri pada Tuhan,
semakin dekat, maka ada proses dinamis, dan itu jadi ijtihad.
SebetuInya akar ijtthad itu ialah j, h, dan d. Jadi sama dengan jihad. Satu akar kata dengan
jihad. Satu akar juga dengan juhd, juga dengan mujahadah, yang semua itu sebetulnya sama dengan
jihad. Jadi mengandung makna bekerja keras, bekerja dengan sungguh-sungguh. Mujahadah. Lalu di
sini, walladziina jaahadu fina lanah diyannahum subulana , Barang siapa bersungguh-sungguh
berusaha untuk mendekatai Tuhan, maka akan Tuhan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan. Nah
kebetulan ke Cibubur ini tadi saya melewati Jagorawi sedikit Jagorawi ini jalan ashshirotolmustaqim,
tetapi di situ banyak jalur. Misalnya yang sudah matang dalam Islam, itu ada jalur sufi, jalur fiqh, dll.
Orang yang versi ke-Islamannya itu sufisme apakah anda akan mengatakan bahwa orang-orang sufi
itu sesat? Saya kira kita tidak berhak mengatakan begitu. Ada yang persepsinya kepada Islam itu
hukum.
Jadi, masalah agama adalah masalah hukum. Ada yang persepsinya teologis, mutakallimun,
ada yang persepsinya masalah filsafat dan banyak sekali jalan-jalannya menuju Tuhan ini. Juga
disebutkan, jalan menuju Tuhan itu subulussalam berbagai jalan menuju keselamatan. Mengapa
begitu .Jadi dengan iman kita mengorientasikan hidup kita kepada Allah Inna lillahi wainna ilaihi
rojiun.
Kemudian, berilmu, karena perjalanan menuju Allah itu meskipun mengikuti al-shirot almustaqim dan berhimpit dengan hati nurani kita, tapi disitu ada masalah perkembangan. Oleh
karena itu harus berilmu, harus mujahadah. Jihad atau mujahadah di sini ada kaitannya dengan ilmu
pengetahuan. Semua itu tentu saja tidak mempunyai arti apa-apa, sebelum kita amalkan, kita
wujudkan dalam amal perbuatan itu. Maka dari itu ideologi misalnya, tidak bisa menjadi mutlak.
Ideologi itu berkembang, ilmu pengetahuan pun berkembang, tidak ada yang benar-benar mutlak.
Lihat saja itu dulu, pada zaman sahabat, itu tidak ada sifat dua puluh. Maka sifat dua puluh itu
muncul oleh Asyari oleh karena ada persoalan yaitu bagaimana membendung pengaruh dari
hellenisme melalui filsafat Yunani, yang pada waktu itu mulai gejala mengancam Islam itu sendiri.
Maka kemudian dia tampil dengan sifat dua puluh itu.
Saya terangkan begitu, dengan kata lain kita harus menyejarah, bersatu dengan suatu
konsep historis dan karena itu kita menjadi dinamis, terus berkembang, tidak ada yang harga mati.
Oleh karena itu, orientasi hidup kepada Allah yang dalam bahasa agamanya beriman kepada Allah
itu sering kali dalam al-Quran itu dikontraskan dengan beriman kepada Thaghut. Thaghut itu siapa?
Thaghut itu tiada lain adalah tirani, sikap-sikap tirani. Tiranisme. Kenapa disebut tirani? Yang disebut
tirani adalah sikap memaksakan suatu kehendak kepada orang lain. Oleh sebab itu, Nabi atau
Rasulullah sendiri sudah diingatkan, kamu jangan jadi tiran. Innama anta muzakkir, lasta alaihim
biimushaitir Hai Muhammad, kamu itu cuma memperingatkan, tidak untuk mengancam orang,
memaksa orang. Muhammad itu manusia biasa, maka itu suatu saat juga tergoda untuk
memaksakan pahamnya kepada orang lain. Lalu Allah pun turun dengan Firmannya yang berat sekali
pada surat Yunus ayat 101. Kalau seandainya Tuhanmu mau hai Muhammad, menghendaki semua
manusia tanpa kecuali akan beriman, apakah kamu akan memaksa setiap orang supaya menjadi
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
140
beriman? Tidak boleh, sebab walaupun dia rasul Allah, kalau dia sudah memaksa, dia sudah
terjerembab ke dalam tirani. Thaghut. Tentu saja tirani yang paling berbahaya ialah tirani politik.
Artinya tirani yang asasi betul. Oleh karena itu tokoh simbol dari pada tiranisme dalam al-Quran itu
selalu Firaun. Agama Islam adalah agama yang sama sekali tidak membenarkan tirani, oleh karena
itu salah satu konsekuensi berorientasi hidup kepada Allah itu adalah sikap-sikap demokratis, sikap
bermusyawarah dan sebagainya. Jadi, begitu kira-kira cakupan seluruhnya itu. Titik berat argumen
dalam NDP itu sebetulnya demikian. Di dalam NDP kita tidak berbicara mengenai bagaimana orang
sholat, bagaimana orang zakat dan sebagainya, tetapi kita membatasi pembicaraan kepada hal-hal
prinsipil dan strategis, yaitu nilai-nilai dasar yang akan langsung mempengaruhi cara berpilkir kita,
pandangan hidup kita.
141
I. DASAR-DASAR KEPERCAYAAN
Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu akan melahirkan tata nilai
guna menopang hidup dan budayanya. Sikap tanpa percaya atau ragu yang sempurna tidak mungkin
dapat terjadi. Tetapi selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan dalam waktu yang sama juga
harus merupakan kebenaran. Demikian pula cara berkepercayaan harus pula benar. Menganut
kepercayaan yang salah bukan saja tidak dikehendaki akan tetapi bahkan berbahaya.
Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam kenyataan kita temui bentuk-bentuk
kepercayaan yang beraneka ragam di kalangan masyarakat. Karena bentuk- bentuk kepercayaan itu
berbeda satu dengan yang lain, maka sudah tentu ada dua kemungkinan: kesemuanya itu salah atau
salah satu saja diantaranya yang benar. Disamping itu masing-masing bentuk kepercayaan mungkin
mengandung unsur-unsur kebenaran dan kepalsuan yang campur baur.
Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai.
Nilai-nilai itu kemudian melembaga dalam tradis-tradisi yang diwariskan turun temurun dan
mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya. Karena kecenderungan tradisi untuk tetap
mempertahankan diri terhadap kemungkinan perubahan nilai-nilai, maka dalam kenyataan ikatanikatan tradisi sering menjadi penghambat perkembangan peradaban dan kemajuan manusia.
Disinilah terdapat kontradiksi kepercayaan diperlukan sebagai sumber tatanilai guna menopang
peradaban manusia, tetapi nilai-nilai itu melembaga dalam tradisi yang membeku dan mengikat,
maka justru merugikan peradaban.
Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan peradaban dan kemajuannya, manusia
harus selalu bersedia meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, dan
menganut kepercayaan yang sungguh-sungguh yang merupakan kebenaran. Maka satu-satunya
sumber nilai dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran merupakan asal dan
tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang mutlak adalah Tuhan Allah.
Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang kesatu : Tiada Tuhan selain Allah
mengandung gabungan antara peniadaan dan pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan"
meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan "Selain Allah" memperkecualikan
satu kepercayaan kepada kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusia
membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang ada dengan segala akibatnya, dan
dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran dalam
menetapkan dan memilih nilai-nilai, itu berarti tunduk pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta
segala yang ada termasuk manusia. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam.
Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan. Pendekatan ke arah pengetahuan
akan adanya Tuhan dapat ditempuh manusia dengan berbagai jalan, baik yang bersifat intuitif,
ilmiah, historis, pengalaman dan lain-lain. Tetapi karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia,
maka manusia tidak dapat menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat Tuhan yang
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
142
143
mengarah kepada "persetujuan" atau "ridhanya". Inilah kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang
sebenarnya (Tuhan sebagai tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian yang lain).
Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan mengaturnya dengan pasti (6:73,
25:2). Oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang riil dan obyektif, serta berjalan mengikuti
hukum-hukum yang tetap. Dan sebagai ciptaan daripada sebaik-baiknya penciptanya, maka alam
mengandung kebaikan pada dirinya dan teratur secara harmonis (23:14). Nilai ciptaan ini untuk
manusia bagi keperluan perkembangan peradabannya (31:20). Maka alam dapat dan dijadikan
obyek penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan (sunnatullah) yang berlaku didalamnya.
Kemudian manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri (10:101).
Jadi kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan idealisme maupun agama Hindu yang
mengatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi riil dan obyektif, melainkan semua palsu atau
maya atau sekedar emansipasi atau pancaran daripada dunia lain yang kongkrit, yaitu idea atau
nirwana (38:27). Juga tidak seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang mengatakan bahwa alam
tidak mungkin dimengerti manusia. Dan sekalipun filsafat materialisme mengatakan bahwa alam ini
mempunyai eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat dimengerti oleh manusia, namun filsafat itu
mengatakan bahwa alam ada dengan sendirinya. Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan
adalah satu sudut daripada filsafat materialisme.
Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi (95:4, 17:70). Sebagai mahluk
tertinggi manusia dijadikan "Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi (6:165). Manusia ditumbuhkan dari
bumi dan diserahi untuk memakmurkannya (11:61). Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan
kepada manusia. Manusia sepenuhnya bertanggungjawab atas segala perbuatannya di dunia.
Perbuatan manusia ini membentuk rentetan peristiwa yang disebut "sejarah". Dunia adalah wadah
bagi sejarah, dimana manusia menjadi pemilik atau "rajanya".
Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti (sunattullah) yang menguasai sejarah,
sebagaimana adanya hukum yang menguasai alam tetapi berbeda dengan alam yang telah ada
secara otomatis tunduk kepada sunatullah itu, manusia karena kesadaran dan kemampuannya untuk
mengadakan pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hukum kehidupannya sendiri (33:72).
Ketidakpatuhan itu disebabkan karena sikap menentang atau kebodohan.
Hukum dasar alami daripada segala yang ada inilah "perubahan dan perkembangan", sebab:
segala sesuatu ini adalah ciptaan Tuhan dan pengembangan olehNya dalam suatu proses yang tiada
henti-hentinya (29:20). Segala sesuatu ini adalah berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan.
Maka satu-satunya yang tak mengenal perubahan hanyalah Tuhan sendiri, asal dan tujuan segala
sesuatu (28:88). Di dalam memenuhi tugas sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan arus
perkembangan itu menunju kepada kebenaran. Hal itu berarti bahwa manusia harus selalu
berorientasi kepada kebenaran, dan untuk itu harus mengetahui jalan menuju kebenaran itu (17:72).
Dia tidak mesti selalu mewarisi begitu saja nilai-nilai tradisional yang tidak diketahuinya dengan pasti
akan kebenarannya (17:26).
Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang disemangati oleh iman dan diterangi oleh
ilmu (58:11). Bidang iman dan pencabangannya menjadi wewenang wahyu, sedangkan bidang ilmu
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
144
145
kebahagiaan, dan sebaliknya di dalam dan melalui amal perbuatan yang tidak berperikemanusiaan
(jihad) ia menderita kepedihan (16:97, 4:111).
Hidup yang pernuh dan berarti ialah yang dijalani dengan sungguh-sungguh dan sempurna,
yang didalamnya manusia dapat mewujudkan dirinya dengan mengembangkan kecakapankecakapan dan memenuhi keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah
dia yang merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang membawa
perubahan kearah kemajuan-kemajuan, baik yang mengenai alam maupun masyarakat, yaitu hidup
berjuang dalam arti yang seluas-luasnya (29:6).
Dia diliputi oleh semangat mencari kebaikan, keindahan dan kebenaran (4:125). Dia
menyerap segala sesuatu yang baru dan berharga sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan
menyatakan dalam hidup berperadaban dan berkebudayaan (39:18). Dia adalah aktif, kreatif dan
kaya akan kebijaksanaan (wisdom, hikmah) (2:269). Dia berpengalaman luas, berpikir bebas,
berpandangan lapang dan terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya (6:125).
Dia adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar, penahan amarah dan pemaaf (3:134).
Keutamaan itu merupakan kekayaan manusia yang menjadi milik daripada pribadi-pribadi yang
senantiasa berkembang dan selamanya tumbuh kearah yang lebih baik.
Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan fisiknya merupakan
suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan
dia tidak mengenal perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan
kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri,
menyatakan ke luar corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya secara
harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak
membedakan antara perorangan dan sebagai anggota masyarakat. Hak dan kewajiban serta
kegiatan-kegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama umat manusia.
Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara kegiatan-kegiatan rohani dan jasmani,
pribadi dan masyarakat, agama dan politik maupun dunia akhirat. Kesemuanya dimanifestasikan
dalam suatu kesatuan kerja yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan
kebenaran (98:5).
Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal perbuatannya benar-benar berasal dari dirinya
sendiri dan merupakan pancaran langsung dari pada kecenderungannya yang suci yang murni
(2:207, 76:89). Suatu pekerjaan dilakukan karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi
kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan lain yang nilainya lebih rendah
(pamrih) (2:264). Kerja yang ikhlas mengangkat nilai kemanusiaan pelakunya dan memberinya
kebahagiaan (35:10). Hal itu akan menghilangkan sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan
dan kerja amal akan menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga. Keikhlasan adalah kunci
kebahagiaan hidup manusia, tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu
menimbulkan kebahagiaan.
Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancar dari hati nurani yang hanief atau
suci.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
146
147
Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari manusia
merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai pribadi
banyak segi yang integral dan bebas; dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain
kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa adanya kesempatan
untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti
untuk memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti
perbuatan manusia yang merubah dunia dan nasibnya sendiri (13:11). Jadi sekalipun terdapat
keharusan universal atau takdir manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif
dan menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri.
Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum kejadian itu menjadi
kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus
asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab
segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri, melainkan juga kepada keharusan yang
universal itu (57:23).
IV. KETUHANAN YANG MAHA ESA DAN PERIKEMANUSIAAN
Telah jelas bahwa hubungan yang benar antara individu manusia dengan dunia sekitarnya
bukan hubungan penyerahan. Sebab penyerahan meniadakan kemerdekaan dan keikhklasan dan
kemanusiaan. Tetapi jelas pula bahwa tujuan manusia hidup merdeka dengan segala kegiatannya
ialah kebenaran. Oleh karena itu sekalipun tidak tunduk pada sesuatu apapun dari dunia
sekelilingnya, namun manusia merdeka masih dan mesti tunduk kepada kebenaran. Karena
menjadikan sesuatu sebagai tujuan adalah berarti pengabdian kepada-Nya.
Jadi kebenaran-kebenaran menjadi tujuan hidup dan apabila demikian maka sesuai dengan
pembicaraan terdahulu maka tujuan hidup yang terakhir dan mutlak ialah kebenaran terakhir dan
mutlak sebagai tujuan dan tempat menundukkan diri. Adakah kebenaran terakhir dan mutlak itu?
Ada, sebagaimana tujuan akhir dan mutlak daripada hidup itu ada. Karena sikapnya yang terakhir
(ultimate) dan mutlak maka sudah pasti kebenaran itu hanya satu secara mutlak pula.
Dalam perbendaharaan kata dan kulturil, kita sebut kebenaran mutlak itu "Tuhan",
kemudian sesuai dengan uraian Bab I, Tuhan itu menyatakan diri kepada manusia sebagai Allah
(31:30). Karena kemutlakannya, Tuhan bukan saja tujuan segala kebenaran (3:60). Maka dia adalah
Yang Maha Benar. Setiap pikiran yang maha benar adalah pada hakikatnya pikiran tentang Tuhan
YME.
Oleh sebab itu seseorang manusia merdeka ialah yang ber-ketuhanan Yang Maha Esa.
Keiklasan tiada lain adalah kegiatan yang dilakukan semata-mata bertujuan kepada Tuhan YME, yaitu
kebenaran mutlak, guna memperoleh persetujuan atau "ridho" daripada-Nya. Sebagaimana
kemanusiaan terjadi karena adanya kemerdekaan dan kemerdekaan ada karena adanya tujuan
kepada Tuhan semata-mata. Hal itu berarti segala bentuk kegiatan hidup dilakukan hanyalah karena
nilai kebenaran itu yang terkandung didalamnya guna mendapat pesetujuan atau ridho kebenaran
mutlak. Dan hanya pekerjaan "karena Allah" itulah yang bakal memberikan rewarding bagi
kemanusiaan (92:19-21).
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
148
Kata "iman" berarti percaya dalam hal ini percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup yang
mutlak dan tempat mengabdikan diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan diri dan mengabdi kepada
Tuhan itu disebut Islam. Islam menjadi nama segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan YME (3:19).
Pelakunya disebut "Muslim". Tidak lagi diperbudak oleh sesama manusia atau sesuatu yang lain dari
dunia sekelilingnya, manusia muslim adalah manusia yang merdeka yang menyerahkan dan
menyembahkan diri kepada Tuhan YME (33:39). Semangat tauhid (memutuskan pengabdian hanya
kepada Tuhan YME) menimbulkan kesatuan tujuan hidup, kesatuan kepribadian dan
kemasyarakatan. Kehidupan bertauhid tidak lagi berat sebelah, parsial dan terbatas. Manusia
bertauhid adalah manusia yang sejati dan sempurna yang kesadaran akan dirinya tidak mengenal
batas.
Dia adalah pribadi manusia yang sifat perorangannya adalah keseluruhan (totalitas) dunia
kebudayaan dan peradaban. Dia memiliki seluruh dunia ini dalam arti kata mengambil bagian
sepenuh mungkin dalam menciptakan dan menikmati kebaikan-kebaikan dan peradaban
kebudayaan.
Pembagian kemanusiaan yang tidak selaras dengan dasar kesatuan kemanusiaan (human
totality) itu antara lain ialah pemisahan antara eksistensi ekonomi dan moral manusia, antara
kegiatan duniawi dan ukhrowi antara tugas-tugas peradaban dan agama. Demikian pula sebaliknya,
anggapan bahwa manusia adalah tujuan pada dirinya membela kemanusiaan seseorang menjadi:
manusia sebagai pelaku kegiatan dan manusia sebagai tujuan kegiatan. Kepribadian yang pecah
berlawanan dengan kepribadian kesatuan (human totality) yang homogen dan harmonis pada
dirinya sendiri: jadi berlawanan dengan kemanusiaan.
Oleh karena hakikat hidup adalah amal perbuatan atau kerja, maka nilai-nilai tidak dapat
dikatakan ada sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan konkrit dan nyata (26:226).
Kecintaan kepada Tuhan sebagai kebaikan, keindahan dan kebenaran yang mutlak dengan
sendirinya memancar dalam kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan
masyarakat, berupa usaha-usaha yang nyata guna menciptakan sesuatu yang membawa kebaikan,
keindahan dan kebenaran bagi sesama manusia "amal saleh" (harfiah: pekerjaan yang selaras
dengan kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman (lihat Quran: aamanu
waamilushshaalihaat, tdk kurang dari 50 x pengulangan kombinasi kata). Jadi Ketuhanan YME
memancar dalam perikemanusiaan. Sebaliknya karena kemanusiaan adalah kelanjutan kecintaan
kepada kebenaran maka tidak ada perikemanusiaan tanpa Ketuhanan YME. Perikemanusiaan tanpa
Ketuhanan adalah tidak sejati (24:39). Oleh karena itu semangat Ketuhanan YME dan semangat
mencari ridho daripada-Nya adalah dasar peradaban yang benar dan kokoh. Dasar selain itu pasti
goyah dan akhirnya membawa keruntuhan peradaban (9:109).
"Syirik" merupakan kebalikan dari tauhid, secara harafiah artinya mengadakan tandingan,
dalam hal ini kepada Tuhan. Syirik adalah sifat menyerah dan menghambakan diri kepada sesuatu
selain kebenaran baik kepada sesama manusia maupun alam. Karena sifatnya yang meniadakan
kemerdekaan asasi, syirik merupakan kejahatan terbesar kepada kemanusiaan (31:13). Pada
hakikatnya segala bentuk kejahatan dilakukan orang karena syirik (6:82). Sebab dalam melakukan
kejahatan itu dia menghambakan diri kepada motif yang mendorong dilakukannya kejahatan
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
149
tersebut yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran. Demikian pula karena syirik
seseorang mengadakan pamrih atas pekerjaan yang dilakukannya (Hadist, sesunggunya sesuatu
yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian adalah syirik kecil, yaitu riya - pamrih.
Riwayat Ahmad, hadist hasan). Dia bekerja bukan karena nilai pekerjaan itu sendiri dalam
hubungannya dengan kebaikan, keindahan dan kebenaran, tetapi karena hendak memperoleh
sesuatu yang lain.
"Musyrik" adalah pelaku daripada syirik. Seseorang yang menghambakan diri kepada
sesuatu selain Tuhan baik manusia maupun alam disebut musyrik, sebab dia mengangkat sesuatu
selain Tuhan menjadi setingkat dengan Tuhan (3:64). Demikian pula seseorang yang menghambakan
(sebagaimana dengan tiran atau diktator) adalah musyrik, sebab dia mengangkat dirinya sendiri
setingkat dengan Tuhan (28:4). Kedua perlakuan itu merupakan penentang terhadap kemanusiaan,
baik bagi dirinya sendiri maupun kepada orang lain.
Maka sikap berperikemanusiaan adalah sikap yang adil, yaitu sikap menempatkan sesuatu
kepada tempatnya yang wajar, seseorang yang adil (wajar) ialah yang memandang manusia. Tidak
melebihkan sehingga menghambakan dirinya kepada-Nya. Dia selau menyimpan itikad baik dan
lebih baik (ikhsan). Maka ketuhanan menimbulkan sikap yang adil kepada sesama manusia (16:90).
V. INDIVIDU DAN MASYARAKAT
Telah diterangkan dimuka, bahwa pusat kemanusiaan adalah masing-masing pribadinya dan
bahwa kemerdekaan pribadi adalah hak asasinya yang pertama. Tidak sesuatu yang lebih berharga
daripada kemerdekaan itu. Juga telah dikemukakan bahwa manusia hidup dalam suatu bentuk
hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya, sebagai mahkluk sosial, manusia tidak mungkin
memenuhi kebutuhan kemanusiaannya dengan baik tanpa berada ditengah sesamanya dalam
bentuk-bentuk hubungan tertentu.
Maka dalam masyarakat itulah kemerdekaan asasi diwujudkan. Justru karena adanya
kemerdekaan pribadi itu maka timbul perbedaan-perbedaan antara suatu pribadi dengan lainnya
(43:32). Sebenarnya perbedaan-perbedaan itu adalah untuk kebaikannya sendiri: sebab kenyataan
yang penting dan prinsipil, ialah bahwa kehidupan ekonomi, sosial, dan kultural menghendaki
pembagian kerja yang berbeda-beda (5:48).
Pemenuhan suatu bidang kegiatan guna kepentingan masyarakat adalah suatu keharusan,
sekalipun hanya oleh sebagian anggotanya saja (92:4). Namun sejalan dengan prinsip kemanusiaan
dan kemerdekaan, dalam kehidupan yang teratur tiap-tiap orang harus diberi kesempatan untuk
memilih dari beberapa kemungkinan dan untuk berpindah dari satu lingkungan ke lingkungan
lainnya (17:84, 39:39). Peningkatan kemanusiaan tidak dapat terjadi tanpa memberikan kepada
setiap orang keleluasaan untuk mengembangkan kecakapannya melalui aktifitas dan kerja yang
sesuai dengan kecenderungannya dan bakatnya.
Namun inilah kontradiksi yang ada pada manusia dia adalah mahkluk yang sempurna dengan
kecerdasan dan kemerdekaannya dapat berbuat baik kepada sesamanya, tetapi pada waktu yang
sama ia merasakan adanya pertentangan yang konstan dan keinginan tak terbatas sebagai hawa
150
nafsu. Hawa nafsu cenderung kearah merugikan orang lain (kejahatan) dan kejahatan dilakukan
orang karena mengikuti hawa nafsu (12:53, 30:29).
Ancaman atas kemerdekaan masyarakat, dan karena itu juga berarti ancaman terhadap
kemerdekaan pribadi anggotanya ialah keinginan tak terbatas atau hawa nafsu tersebut, maka selain
kemerdekaan, persamaan hak antara sesama manusia adalah esensi kemanusiaan yang harus
ditegakkan. Realisasi persamaan dicapai dengan membatasi kemerdekaan. Kemerdekaan tak
terbatas hanya dapat dipunyai satu orang, sedangkan untuk lebih satu orang, kemerdekaan tak
terbatas tidak dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan, kemerdekaan seseorang dibatasi oleh
kemerdekaan orang lain. Pelaksanaan kemerdekaan tak terbatas hanya berarti pemberian
kemerdekaan kepada pihak yang kuat atas yang lemah (perbudakan dalam segala bentuknya), sudah
tentu hak itu bertentangan dengan prinsip keadilan. Kemerdekaan dan keadilan merupakan dua nilai
yang saling menopang. Sebab harga diri manusia terletak pada adanya hak bagi orang lain untuk
mengembangkan kepribadiannya. Sebagai kawan hidup dengan tingkat yang sama. Anggota
masyarakat harus saling menolong dalam membentuk masyarakat yang bahagia (5:2).
Sejarah dan perkembangannya bukanlah suatu yang tidak mungkin dirubah. Hubungan yang
benar antara manusia dengan sejarah bukanlah penyerahan pasif. Tetapi sejarah ditentukan oleh
manusia sendiri. Tanpa pengertian ini adanya azab Tuhan (akibat buruk) dan pahala (akibat baik)
bagi satu amal perbuatan mustahil ditanggung manusia (99:7-8). Manusia merasakan akibat amal
perbuatannya sesuai dengan ikhtiar. Dalam hidup ini (dalam sejarah) dalam hidup kemudian sesudah sejarah (9:74, 16:30). Semakin seseorang bersungguh-sungguh dalam kekuatan yang
bertanggung jawab dengan kesadaran yang terus menerus akan tujuan dalam membentuk
masyarakat semakin ia mendekati tujuan (29:69).
Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan martabatnya dapat sepenuhnya
dinyatakan, jika ia mempunyai kemerdekaan tidak saja mengatur hidupnya sendiri tetapi juga untuk
memperbaiki dengan sesama manusia dalam lingkungan masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini
ialah keistimewaan dan kecintaan sesama manusia dalam pengakuan akan adanya persamaan dan
kehormatan bagi setiap orang (49:13, 49:10).
VI. KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI
Telah kita bicarakan tentang hubungan antara individu dengan masyarakat dimana
kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling bergantungan, dan dimana perbaikan kondisi
masyarakat tergantung pada perencanaan manusia dan usaha-usaha bersamanya. Jika kemerdekaan
dicirikan dalam bentuk yang tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas) maka sudah terang bahwa
setiap orang diperbolehkan mengejar dengan bebas segala keinginan pribadinya.
Akibatnya pertarungan keinginan yang bermacam-macam itu satu sama lain dalam
kekacauan atau anarchi (92:8-10). Sudah barang tentu menghancurkan masyarakat dan meniadakan
kemanusiaan sebab itu harus ditegakkan keadilan dalam masyarakat (5:8). Siapakah yang harus
menegakkan keadilan, dalam masyarakat? Sudah barang pasti ialah masyarakat sendiri, tetapi dalam
prakteknya diperlukan adanya satu kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas yang
dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan keadilan itu dengan jalan selalu
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
151
menganjurkan sesuatu yang bersifat kemanusiaan serta mencegah terjadinya sesuatu yang
berlawanan dengan kemanusiaan (2:104).
Kualitas terpenting yang harus dipunyainya, ialah rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai
pancaran kecintaan yang tak terbatas pada Tuhan. Di samping itu diperlukan kecakapan yang cukup.
Kelompok orang-orang itu adalah pimpinan masyarakat; atau setidak-tidaknya mereka adalah orangorang yang seharusnya memimpin masyarakat. Memimpin adalah menegakkan keadilan, menjaga
agar setiap orang memperoleh hak asasinya, dan dalam jangka waktu yang sama menghormati
kemerdekaan orang lain dan martabat kemanusiaannya sebagai manifestasi kesadarannya akan
tanggung jawab sosial.
Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah adalah susunan
masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab itu pemerintah yang pertama berkewajiban
menegakkan kadilan. Maksud semula dan fundamental daripada didirikannya negara dan
pemerintah ialah guna melindungi manusia yang menjadi warga negara daripada kemungkinan
perusakkan terhadap kemerdekaan dan harga diri sebagai manusia sebaliknya setiap orang
mengambil bagian pertanggungjawaban dalam masalah-masalah atas dasar persamaan yang
diperoleh melalui demokrasi.
Pada dasarnya masyarakat dengan masing-masing pribadi yang ada didalamnya haruslah
memerintah dan memimpin diri sendiri (Hadist: kullukum raain wakullukum mas uulun an
raiyyatih -Bukhari & Muslim). Oleh karena itu pemerintah haruslah merupakan kekuatan pimpinan
yang lahir dari masyarakat sendiri. Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas persetujuan rakyat berdasarkan musyawarah dan
dimana keadilan dan martabat kemanusiaan tidak terganggu (42:28, 42:42). Kekuatan yang
sebenarnya didalam negara ada di tangan rakyat, dan pemerintah harus bertanggung jawab pada
rakyat.
Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-keinginan dan kepentingankepentingan pribadi yang tak mengenal batas (hawa nafsu). Adalah kewajiban dari negara sendiri
dan kekuatan-kekuatan sosial untuk menjunjung tinggi prinsip kegotongroyongan dan kecintaan
sesama manusia. Menegakkan keadilan adalah amanat rakyat kepada pemerintah yang musti
dilaksanakan (4:58). Ketaatan rakyat kepada pemerintah yang adil merupakan ketaatan kepada diri
sendiri yang wajib dilaksanakan. Didasari oleh sikap hidup yang benar, ketaatan kapada pemerintah
termasuk dalam lingkungan ketaatan kepada Tuhan (Kebenaran Mutlak) dan Rasulnya (pengajar
tentang Kebenaran) (4:59). Pemerintah yang benar dan harus ditaati ialah mengabdi kepada
kemanusiaan, kebenaran dan akhirnya kepada Tuhan YME (5:45).
Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan berpengaruh ialah menegakkan
keadilan di bidang ekonomi atau pembagian kekayaan diantara anggota masyarakat. Keadilan
menuntut agar setiap orang dapat bagian yang wajar dari kekayaan atau rejeki. Dalam masyarakat
yang tidak mengenal batas-batas individual, sejarah merupakan perjuangan dialektis yang berjalan
tanpa kendali dari pertentangan-pertentangan golongan yang didorong oleh ketidakserasian antara
pertumbuhan kekuatan produksi disatu pihak dan pengumpulan kekayaan oleh golongan-golongan
kecil dengan hak-hak istimewa di lain pihak (57:20). Karena kemerdekaan tak terbatas mendorong
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
152
timbulnya jurang-jurang pemisah antara kekayaan dan kemiskinan yang semakin dalam. Proses
selanjutnya - yaitu bila sudah mencapai batas maksimal - pertentangan golongan itu akan
menghancurkan sendi-sendi tatanan sosial dan membinasakan kemanusiaan dan peradabannya
(17:16).
Dalam masyarakat yang tidak adil, kekayaan dan kemiskinan akan terjadi dalam kualitas dan
proporsi yang tidak wajar sekalipun realitas selalu menunjukkan perbedaan-perbedaan antara
manusia dalam kemampuan fisik maupun mental namun dalam kemiskinan dalam masyarakat
dengan pemerintah yang tidak menegakkan keadilan adalah keadilan yang merupakan perwujudan
dari kezaliman. Orang-orang kaya menjadi pelaku daripada kezaliman sedangkan orang-orang miskin
dijadikan sasaran atau korbannya. Oleh karena itu sebagai yang menjadi sasaran kezaliman, orangorang miskin berada di pihak yang benar. Pertentangan antara kaum miskin menjadi pertentangan
antara kaum yang menjalankan kezaliman dan yang dizalimi. Dikarenakan kebenaran pasti menang
terhadap kebhatilan, maka pertentangan itu disudahi dengan kemenangan tak terhindar bagi kaum
miskin, kemudian mereka memegang tampuk pimpinan dalam masyarakat (4:160-161, 26:182-183,
2:279, 28:5).
Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah penindasan oleh kapitalisme. Dengan
kapitalisme dengan mudah seseorang dapat memeras orang-orang yang berjuang mempertahankan
hidupnya karena kemiskinan, kemudian merampas hak-haknya secara tidak sah, berkat
kemampuannya untuk memaksakan persyaratan kerjanya dan hidup kepada mereka. Oleh karena itu
menegakkan keadilan mencakup pemberantasan kapitalisme dan segenap usaha akumulasi
kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat (2:278-279). Sesudah syirik, kejahatan terbesar kepada
kemanusiaan adalah penumpukan harta kekayaan beserta penggunaanya yang tidak benar,
menyimpang dari kepentingan umum, tidak mengikuti jalan Tuhan (104:1-3). Maka menegakkan
keadilan inilah membimbing manusia ke arah pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan
kepada setiap orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya secara bebas dan terhormat
(amar ma'ruf) dan pertentangan terus menerus terhadap segala bentuk penindasan kepada manusia
kepada kebenaran asasinya dan rasa kemanusiaan (nahi munkar). Dengan perkataan lain harus
diadakan restriksi-restriksi atau cara-cara memperoleh, mengumpulkan dan menggunakan kekayaan
itu. Cara yang tidak bertentangan dengan kamanusiaan diperbolehkan (yang ma'ruf dihalalkan)
sedangkan cara yang bertentangan dengan kemanusiaan dilarang (yang munkar diharamkan)
(3:110).
Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam suatu masyarakat yang tidak
menjalankan prisip Ketuhanan YME, dalam hal ini pengakuan berketuhanan YME tetapi tidak
melaksanakannya sama nilainya dengan tidak berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai yang tidak
dapat dikatakan hidup sebelum menyatakan diri dalam amal perbuatan yang nyata (61:2-3).
Dalam suatu masyarakat yang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tempat tunduk
dan menyerahkan diri, manusia dapat diperbudaknya antara lain oleh harta benda. Tidak lagi
seorang pekerja menguasai hasil pekerjaanya, tetapi justru dikuasai oleh hasil pekerjaan itu.
Produksi seorang buruh memperbesar kapital majikan dan kapital itu selanjutnya lebih
memperbudak buruh. Demikian pula terjadi pada majikan bukan ia menguasai kapital tetapi kapital
153
itulah yang menguasainya. Kapital atau kekayaan telah menggenggam dan memberikan sifat-sifat
tertentu seperti keserakahan, ketamakan dan kebengisan.
Oleh karena itu menegakkan keadilan bukan saja dengan amar ma'ruf nahi munkar
sebagaimana diterapkan di muka, tetapi juga melalui pendidikan yang intensif terhadap pribadipribadi agar tetap mencintai kebenaran dan menyadari secara mendalam akan andanya Tuhan.
Sembahyang merupakan pendidikan yang kontinyu, sebagai bentuk formil peringatan kepada tuhan.
Sembahyang yang benar akan lebih efektif dalam meluruskan dan membetulkan garis hidup
manusia. Sebagaimana ia mencegah kekejian dan kemungkaran (29:45). Jadi sembahyang
merupakan penopang hidup yang benar (Hadist: sembahyang adalah tiang agama. Barangsiapa
mengerjakannya berarti menegakkan agama. Barangsiapa meninggalkannya berarti merobohkan
agama -Baihaqi). Sembahyang menyelesaikan masalah-masalah kehidupan, termasuk pemenuhan
kebutuhan yang ada secara instrinsik pada rohani manusia yang mendalam, yaitu kebutuhan
sepiritual berupa pengabdian yang bersifat mutlak (31:30). Pengabdian yang tidak tersalurkan secara
benar kepada tuhan YME tentu tersalurkan kearah sesuatu yang lain. Dan membahayakan
kemanusiaan. Dalam hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang syirik yang merupakan
kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan.
Dalam masyarakat yang adil mungkin masih terdapat pembagian manusia menjadi golongan
kaya dan miskin. Tetapi hal itu terjadi dalam batas-batas kewajaran dan kemanusian dengan
pertautan kekayaan dan kemiskinan yang mendekat. Hal itu sejalan dengan dibenarkannya
pemilikan pribadi (private ownership) atas harta kekayaan dan adanya perbedaan-perbedaan tak
terhindar dari pada kemampuan-kemampuan pribadi, fisik maupun mental (30:37).
Walaupun demikian usaha-usaha kearah perbaikan dalam pembagian rejeki ke arah yang
merata tetap harus dijalankan oleh masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian terakhir
masalah perbedaan kaya dan miskin itu. Zakat dipungut dari orang-orang kaya dalam jumlah
presentase tertentu untuk dibagikan kepada orang miskin (9:60). Zakat dikenakan hanya atas harta
yang diperoleh secara benar, sah, dan halal saja. Sedang harta kekayaan yang haram tidak dikenakan
zakat tetapi harus dijadikan milik umum guna manfaat bagi rakyat dengan jalan penyitaan oleh
pemerintah. Oleh karena itu, sebelum penarikan zakat dilakukan terlebih dahulu harus dibentuk
suatu masyarakat yang adil berdasarkan ketuhanan Tuhan Yang Maha Esa, dimana tidak lagi didapati
cara memperoleh kekayaan secara haram, dimana penindasan atas manusia oleh manusia
dihapuskan (2:188).
Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta kekayaan itu diperoleh, juga
ditetapkan bagaimana mempergunakan harta kekayaan itu. Pemilikan pribadi dibenarkan hanya jika
hanya digunakan hak itu tidak bertentangan, pemilikan pribadi menjadi batal dan pemerintah
berhak mengajukan konfiskasi.
Seorang dibenarkan mempergunakan harta kekayaan dalam batas-batas tertentu, yaitu
dalam batas tidak kurang tetapi juga tidak melebihi rata-rata penggunaan dalam masyarakat (25:67).
Penggunaan yang berlebihan (tabzier atau israf) bertentangan dengan perikemanusiaan (17:26-27).
Kemewahan selalu menjadi provokasi terhadap pertentangan golongan dalam masyarakat membuat
akibat destruktif (17:16). Sebaliknya penggunaan kurang dari rata-rata masyarakat (taqti)
154
merusakkan diri sendiri dalam masyarakat disebabkan membekunya sebagian dari kekayaan umum
yang dapat digunakan untuk manfaat bersama (47:38).
Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada hakekatnya seluruh harta kekayaan ini
adalah milik Tuhan (10:55). Manusia seluruhnya diberi hak yang sama atas kekayaan itu dan harus
diberikan bagian yang wajar dari padanya (7:10).
Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya bersifat relatif sebagai mana amanat dari
Tuhan. Penggunaan harta itu sendiri harus sejalan dengan yang dikehendaki Tuhan, untuk
kepentingan umum (57:7). Maka kalau terjadi kemiskinan, orang-orang miskin diberi hak atas
sebagian harta orang-orang kaya, terutama yang masih dekat dalam hubungan keluarga (70:24-25).
Adalah kewajiban negara dan masyarakat untuk melindungi kehidupan keluarga dan memberinya
bantuan dan dorongan. Negara yang adil menciptakan persyaratan hidup yang wajar sebagaimana
yang diperlukan oleh pribadi-pribadi agar diandan keluarganya dapat mengatur hidupnya secara
terhormat sesuai dengan kainginan-keinginannya untuk dapat menerima tanggungjawab atas
kegiatan-kegiatnnya. Dalam prakteknya, hal itu berarti bahwa pemerintah harus membuka jalan
yang mudah dan kesempatan yang sama kearah pendidikan, kecakapan yang wajar kemerdekaan
beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan bangsa yang pantas.
VII. KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Dari seluruh uraian yang telah di kemukakan, dapatlah disimpulkan dengan pasti bahwa inti
dari pada kemanusiaan yang suci adalah Iman dan kerja kemanusiaan atau Amal Saleh (95:6).
Iman dalam pengertian kepercayaan akan adanya kebenaran mutlak yaitu Tuhan Yang Maha
Esa, serta menjadikanya satu-satunya tujuan hidup dan tempat pengabdian diri yang terakhir dan
mutlak. Sikap itu menimbulkan kecintaan tak terbatas pada kebenaran, kesucian dan kebaikan yang
menyatakan dirinya dalam sikap prikemanusiaan. Sikap prikemanusiaan menghasilkan amal saleh,
artinya amal yang bersesuaian dengan dan meningkatkan kemanusiaan. Sebaik-baiknya manusia
ialah yang berguna untuk sesamanya. Tapi bagaimana hal itu harus dilakukan manusia?
Sebagaimana setiap perjalanan kearah suatu tujuan ialah gerakan kedepan demikian pula
perjalanan umat manusia atau sejarah adalah gerakan maju kedepan. Maka semua nilai dalam
kehidupan relatif adanya berlaku untuk suatu tempat dan suatu waktu tertentu. Demikianlah segala
sesuatu berubah, kecuali tujuan akhir dari segala yang ada yaitu kebenaran mutlak (Tuhan) (28:88).
Jadi semua nilai yang benar adalah bersumber atau dijabarkan dari ketentuan-ketentuan hukumhukum Tuhan (6:57).
Oleh karena itu manusia berikhtiar dan merdeka, ialah yang bergerak. Gerakan itu tidak lain
dari pada gerak maju kedepan (progresif). Dia adalah dinamis, tidak statis. Dia bukanlah seorang
tradisional, apalagi reaksioner (17:36). Dia menghendaki perubahan terus menerus sejalan dengan
arah menuju kebenaran mutlak. Dia senantiasa mencari kebenaran-kebenaran selama perjalanan
hidupnya. Kebenaran-kebenaran itu menyatakan dirinya dan ditemukan di dalam alam dari sejarah
umat manusia.
155
Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenarankebenaran dalam hidupnya, sekalipun relatif namun kebenaran-kebenaran merupakan tonggak
sejarah yang mesti dilalui dalam perjalanan sejarah menuju kebenaran mutlak. Dan keyakinan
adalah kebenaran mutlak itu sendiri pada suatu saat dapat dicapai oleh manusia, yaitu ketika
mereka telah memahami benar seluruh alam dan sejarahnya sendiri (41:53).
Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal soleh. Hanya mereka yang dibimbing
oleh ilmu pengetahuan dapat berjalan diatas kebenaran-kebenaran, yang menyampaikan kepada
kepatuhan tanpa reserve kepada Tuhan Yang Maha Esa (35:28). Dengan iman dan kebenaran ilmu
pengetahuan manusia mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi (58:11).
Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara benar tentang dunia
sekitarnya dan dirinya sendiri. Hubungan yang benar antara manusia dan alam sekelilingnya ialah
hubungan dan pengarahan. Manusia harus menguasai alam dan masyarakat guna dapat
mengarahkanya kepada yang lebih baik. Penguasaan dan kemudian pengarahan itu tidak mungkin
dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumnya agar dapat menguasai dan
menggunakanya bagi kemanusiaan. Sebab alam tersedia bagi umat manusia bagi kepentingan
pertumbuhan kemanusiaan. Hal itu tidak dapat dilakukan kecuali mengerahkan kemampuan
intelektualitas atau rasio (45:13).
Demikian pula manusia harus memahami sejarah dengan hukum-hukum yang tetap
(3:137). Hukum sejarah yang tetap (sunatullah untuk sejarah) yaitu garis besarnya ialah bahwa
manusia akan menemui kejayaan jika setia kepada kemanusiaan fitrinya dan menemui kehancuran
jika menyimpang daripadanya dengan menuruti hawa nafsu (91:9-10).
Tetapi cara-cara perbaikan hidup sehingga terus-menerus maju kearah yang lebih baik sesuai
dengan fitrah adalah masalah pengalaman. Pengalaman ini harus ditarik dari masa lampau, untuk
dapat mengerti masa sekarang dan memperhitungkan masa yang akan datang (12:111). Menguasai
dan mengarahkan masyarakat ialah mengganti kaidah-kaidah umumnya dan membimbingnya
kearah kemajuan dan kebaikan.
156
157
Artinya: Dan kami (tuhan) telah turunkan kepada engkau (Muhammad) sebuah kitab (AlQuran) sebagai keterangan tentang segala sesuatu serta sebagai petunjuk, rahmat dan
khabar gembira bagi orang-orang muslim.
Artinya: Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada
seorang pun yang setara dengan Dia
Artinya : Dialah yang awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang bathin dan dia Maha
mengetahui segala sesuatu.
....
158
Artinya : Dan dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan sebenarnya.
Artinya :Dan ia (tuhan) telah menciptakan segala sesuatu kemudian mengatur dengan peraturan
yang pasti.
Artinya : Tidaklah kamu perhatikan bahwa allah menyediakan bagi kamu segalah sesuatu yang
ada dibumi dan dilangit dan segalah sesuatu yang ada dibumi melimpahkan kepada
kamu karunia-Nya baik yang Nampak maupun yang tidak nampak.
Surat Yunus (10); 101
Artinya : Katakanlah : Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang member peringatan bagi orang-orang
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
159
Arttinya : Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. Yang deikian itu adalah anggapan orang-orang kafir. Maka celakalah orangorang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.
Surat At-Tiin (95); 4
Artinya :sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Surat Al-Isra(17); 70
Artinya : Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan.
Surat Al-Anam (6); 165
Artinya : Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguaa di bumi dan dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, yntuk mengujimu
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat
siksaan-Nya dan sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi maha Penyayang.
Surat Hud (11); 61
Artinya : Dia (Tuhan) menumbuhkan kamu (umat manusia) dari bumi (tanah) dan menyuruh
kamu memakmurkannya.
Surat Al-Ahzab (33); 72
160
Artinya : Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gununggunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir
akan mengkhinatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
Surat Al-Ankabut (29); 20
Artinya : Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih
buta (pul) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).
Surat Al-Isra (17); 36
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kau tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabannya.
Artinya : Allah mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan yang berilmu
pengetahuan bertingkat-tingkat.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
161
Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan,
janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah allah yang
menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah.
Surat Al-Fatihah (1); 4
Artinya : Kekuasan di hari itu ada pada Allah, dia member keputusan di antara mereka. Maka
oaring-orang yang beriman dan beramal saleh adalah di dalam syurga yang penuh
kenikmatan.
Artinya : (yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada satupun dari keadaaan mereka
yang tersembunyi bagi Allah. (lalu Allah berfirman); Kepunyaan siapakah keraajaan
pada hari ini? kepunyaan allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.
Surat Al-Baqarah (2); 48
Artinya : Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat
membela orang lain, waktu sediktpun ; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan
tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.
Surat Al-Araaf (7); 187
162
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
Surat Adz-Dzariayah (51); 56
Artinya : Dan aku tidak menciptakan juin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang
munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudar mereka apabila mereka
mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang; kalau mereka tetap
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
163
bersama-saama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh. Akibat (dari
perkataan dan keyakinan mereka) yang demikia itu, Allah menimbulkan rasa
penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan
dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan.
Surat At-Taubah (9); 105
Artinya : Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmi
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.
Surat An-Najm (53); 39
Artinya : Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya.
Surat Ash-Shaf (61); 2-3
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apaapa yang tidak kamu kerjakan.
Surat An-Nahl (16); 97
Artinya : Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka dapatkan.
Surat An-Nisa(4); 111
164
Artinya : barang siapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakan untuk
(kemudharatan) dirinya sendiri, dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana.
Surat Al-Ankabut (29); 6
Artinya : Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya
sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya (tidak memerlukan sesuati) dari
semesta alam.
Surat An-Nisa (4); 125
Artinya : Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama
Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.
Surat Az-Zumur (39); 18
Artinya : yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya
mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan merekaitulah orangorang yang mempunyai akal.
Surat Al-Baqarah (2); 269
Artinya : Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As
sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan barang siapa yang dianugrahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak dan hanya orang-orang
yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
Surat Al-Anam (6); 125
165
Artinya : Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya
dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam, dan barang siapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi
sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit, begitulah Allah menimpakan siksa
kepada orang-orang yang tidak beriman.
Surat Al-Imran (3); 134
Artinya : (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Surat Al-Bayyinah (98); 5
Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.
Surat Al-Baqarah (2); 207
Artinya : Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridhaan Allah; dan allah maha penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
Surat Al-Insan (76); 8-9
Artinya : Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim
dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami member makanan kepadmu hanyalah
untuk menharapkan keridhaan Allah, maka tidak menghendaki balasan dari kamu
tidaak pula (ucapan) terima kasih.
Surat Fathir (35); 10
166
Artinya : Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemulian itu
semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh
dinaikan-Nya dan orang-orang yang menrencanakan kejahatan bagi mereka azab
yang keras dan rencana jahat mereka akan hancur.
Surat Al-Baqarah (2); 264
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia
bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
III.
Artinya : Berhati-hatilah kamu sekalian terhadap malapetaka yang benar-benar tidak hanya
menimpa orang-orang jahat diantara kamu.
Surat Al-Baqarah (2); 48
Artinya : Dan jagalah dirimu dai (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat
membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan
tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong
. Surat Luqman (31); 33
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
167
Artinya : Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari
itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat
(pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar. Maka
janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu. Dan janganlah (pula)
penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.
Artinya : Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diriimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfuzh) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagii Allah.
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat tang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.
Surat Al-Hadiid (57); 23
Artinya : (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apad yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri.
168
IV.
Artinya : Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang haq dan sesungguhnya apa saja
yang mereka seru selain dai Allah itulah uang bathil dan sesungguhnya Allah dialah
yang maha tinggi lagi maha besar.
Surat Al-Imran (3); 60
Artinya: (Apa yang telah kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu,
karenaa itu janganah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.
Surat Al-Lail (92); 19-21
Artinya : Padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus
dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan
Tuhannya yang maha tinggi dan kelak dia benar-benar mendapatkan kepuasan.
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
oaring-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Surat Al-Ahzab (33); 39
169
Artinya : (Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepadaNya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah dan
cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.
Surat Asy-syuara (26); 226
Artinya : Dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak
mengerjakan(nya)?
Surat An-Nuur (24); 39
Artinya : Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air
itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun dan didapatinya (ketetapan) Allah
disinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan
Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya
Surat At-Taubah (9); 109
Artinya : Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada
Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang yang mendirikan
bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunnya itu jatuh bersama-saamaa
dengan dia ke dalam neraka jahanam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada
orang-orang yang zalim.
Surat Luqman (31); 13
Artinya : Dan (ingatlah) ketika luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia member pelajaran
kepadanya : Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.
170
Artinya : Orang-orang yang beriman dan tidak mencapuradukan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Artinya : katakanlah : Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan)
yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian
kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka
berpaling maka katakanlah kepada mereka: saksikanlah, bahwa kami adalah
orang0orang yang berserah diri (kepada Allah).
Surat Al-Qashash (28); 4
Artinya : Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenag-wenang di muka bumi dan menjadikan
penduduknya berpecah belah, denagn menindas segolongan dari mereka,
menyembelih anak laki-lak mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan
mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, member
kepada kaumkerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia member pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran
V.
171
Artinya : Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehiduoan dunia, dan kami telah meningggalkan
sebahagian mereka atas sebagaian yang lain beberapa drajat, agar sebagian mereka
dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa
yang mereka kumulkan
Surat Al-Maidah (5); 48
Artinya : Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninngalkan kebenaran yang telah datang kepadamu
untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
Surat Al-Lail (92); 4
172
Artinya : Katakanlah : Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku
akan bekerja (pula). Maka kelak kamu akan mengetahui.
Surat Yusuf (12); 53
Artinya : Dan aku tidaak membebaskan diriku (dari kesalahn), karena sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmaat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyayang.
Artinya : Tetapi orang-orang yang zalim mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan;
maka siapakah yang akan menunjuki orang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi
mereka seorang penolongpun.
Surat Al-Maidah (5); 2
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggaar syiar-syiar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatangbinatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan
keridhaan bamaka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari massjidilharam,
mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka) dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.
173
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscayaa dia akan
melihat (balasn)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia aakan melihat (balasan)nya pula.
Artinya : Mereka (oaring-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka
tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah
mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islamdan
mengingini apa ynag mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela
(Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan
karunia-Nya kepada mereka. Dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan
mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekalikali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi
Surat Asy-Syuara (26); 69
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling muliaa diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi maha mengenal
174
VI.
Artinya : Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan
pahala terbaik, maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar
Artinya : Hai oaring-orang yang beriman hendaklah kamu jadi oaring-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah menjadi saksi dengan adil dan janganlah
sekali-kali kebenciamnu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa dan bertaqwalah
kepada Allah sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan
Artinya : Dan janganlah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orangorang yang berutung
Hadist
175
Artinya
tiap-tiap
kamu
akan
dimintai
Artinya : Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan
melampaui batas di muka bumi tanpa hak, mereka itu mandapat azab yang pedih
Surat An-Nisa (4); 58
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah member pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi
maha melihat
Artinya : Dan kami telah tetapkan mereka di dalamnay (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas)
dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi
dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisahnya. Barangsiapa yang melepasakan (hak
kisas)nya maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya, barangsiapa
tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu
adalah orang-orang yang zalim.
Surat Al-Hadid (57); 20
176
Artinya : Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbanggabanggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang yang tanamtanamnya mengagumkan para petani; kemudian menjadi hancur dan diakhirat
(nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
Artinya : Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada
orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka
melakukan kedurhakaan dalm negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku
terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya.
Surat An-Nisa (4); 160-161
Artinya : Maka disebabkan kezaliman orang-orang yahudi kami haramkan atas (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karenaa
mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dank
arena mereka meakan harta benda orang dengan jalan yang bathil. Kamitelah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.
Surat Asy-Syuara (26); 182-183
Artinya : dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan
manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
177
membuat kerusakan.
Artinya : Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu, dan jika kamu berbuat (dari pengambilan
riba), maka bagimu pokok hartamu;kamu tidak menaganiaya dan tidak (pula)
dianiaya.
Surat Al-Qashash (28); 5
Artinya : Dan kami hendak member karunia kepadaorang0orang yang tertindas di bumi (mesir)
itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang
yang mewarisi (bumi).
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka juka kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba). Maka ketahuilah bahwa Allah dan rasul-Nya
akan memerangimu dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya
Surat Al-Humazah (104); 1-3
Artinya : Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Yang mengumpulkan harta dan
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
178
Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahpirkan untuk manusia menyeruh kepada
yang maruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
ahli kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka diantara mereka ada yang
beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan
Surat Al-Ankabut (29); 45
Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguuhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan
Hadist:
Artinya : Shalat adalah tiang agama, barangsiapa yang mengerjakannya maka dia menegakkan
agama dan barang siapa yang meninggalkannya berarti dia merobohkan agama
179
Artinya : Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang haq dan sesungguhnya apa saja
yang mereka seru selain dari Allah itulah yang bathil; dan sesungguhnya Allah dialah
yang maha tinggi lagi maha besar.
Artinya : dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan
rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan dia (pula) yang menyempitkan (rezki itu).
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang beriman
Surat At-Taubah (9); 60
Artinya : sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdakakan) budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan Allah dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana
Surat Al-Baqarah (2); 188
Artinya : Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian dari pada harta orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui
180
Artinya : dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian
Artinya : Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada
orang-orang yang hidup mewah dinegeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka
melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku
terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya.
Surat Muhammad (47); 38
Artinya : Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan
Allah. Maka diantara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia
hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang maha kaya sedaangkan
kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling
niscaya dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan
seperti kamu ini
Surat Yunus (10); 55
Artinya : Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada dilangit dan di bumi. Ingatlah,
sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui(nya)
181
Artinya : Sesungguhnya kami telah menempatkan kamu sekalian dimuka bumi dan kami adakan
bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur
Surat Al-Hadiid (57); 7
Artinya : Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya daan nafkahkanlah sebagian dari kamu
menguasainya. Maka orang-orang yang beriman diantar kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar
Artinya : Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri)nya,
sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya dan budak-budak yang
kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan
mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada
mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu, dan janganlah
kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka
sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan
barangsiapa yang memaksa mereka. Maka sesungguhnya Allah adalah maha
pengampun lagi maha penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu
Surat Al-Maaarij (70); 24-25
Artinya : dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin)
yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
182
VII.
Artinya : Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka
pahala yang tiada putus-putusnya
Artinya : Janganlah kamu sembah disamping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang lain.
Tidak ada tuhan (yang berhak disenbah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti
binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan
Surat Al-Anam (6); 57
Artinya : katakanlah: Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al-Quran) dari
Tuhanku, sedang kamu mendustakannya, tidak ada padaku apa (azab) yang kamu
minta supaya disegarakan kedatangannya, menetapkan hukum itu hanyalah hak
Allah, dia menerangkan yang sebenarnya dan dia pemberi keputusan yang paling
baik
Surat Al-Isra (17); 36
Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggung jawabannya
Surat Ha Mim As-sajadah (41); 53
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
183
Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran
itu adalah benar. Tidaklah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?
Artinya : Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatangbinatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah
ulama. Sesungguhnya Allah maha perkasaa lagi maha pengampun
Artinya : Allah menyatkan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah),
yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan akan demikian itu)
Surat Al-Mujadalah (58); 11
184
dan apabila dikatakan : Berdirilah kamu. Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggalkan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah maha mengetahui apa kamu kerjakan
Artinya : Dan dia telah menundukan untukmu apa yang dilangit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir
Surat Al-Imran (3); 137
Artinya : Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul).
Surat Asy-Syams (91); 9-10
Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.
Surat Yusuf (12); 111
Artinya : Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat bagi orang-orang yang mepunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk
dan rahmat bagi kaum yang beriman
185
186
II.
Masa Penjajahan
Berangkat dari rasa tertindas yang sama, berbagai suku bangsa yang terjajah di nusantara
memutuskan untuk berhimpun menjadi sebuah bangsa baru bernama Bangsa Indonesia. Para
pemuda bangsa menyadari bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Penjajahan adalah perbudakaan. Sebagai bangsa
terjajah, bangsa Indonesia ketika itu ingin melepaskan diri dari penjajah dan memperoleh
kemerdekaan sebagai hak asasinya. Idealisme dan tuntutan bangsa Indonesia hanya satu, Merdeka
atau Mati. Oleh karena itu timbullah pergerakan nasional di mana para pimpinan yang dibutuhkan
adalah mereka yang mampu menyadarkan rakyat Indonesia akan hak asasinya sebagai suatu bangsa.
Kemerdekaan adalah hak pertama rakyat Indonesia, baik sebagai individu, masyarakat, maupun
bangsa dan negara.
Kehadiran pemimpin tipe solidarity maker menjadi kebutuhan primer untuk menyadarkan
seluruh tumpah darah Indonesia bahwa mereka memiliki kesamaan nasib. Tipe problem solver
bukan berarti tidak dibutuhkan. Akan tetapi, peran solidarity maker lebih dibutuhkan untuk
membakar perasaan sentimental rakyat untuk bangkit berjuang melawan penjajah (fight against).
Bangsa yang baru terbentuk 28 Oktober 1928 ini harus disadarkan oleh para solidarity maker
bahwa kedaulatan mustahil tercapai jika tidak memiliki negeri sebagai tempat tinggal. Sumpah untuk
187
bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu hanya akan mendapat pengakuan dunia jika
putra-putri Indonesia memiliki negara yang satu; negara Indonesia.
2.
Masa Revolusi
Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta didorong oleh keinginan yang luhur, maka bangsa
Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Meskipun demikin, tugas
pemimpin solidarity maker tidak hanya berhenti sampai di situ. Masa Revolusi, periode di mana
Indonesia telah merebut kemerdekaannya, Indonesia tetap membutuhkan konsolidasi nasional.
Kesadaran rakyat untuk tetap fight against harus tetap berkobar mengingat Indonesia sebagai
negara baru yang masih rapuh untuk kembali ditumbangkan sebagai wilayah jajahan. Para solidarity
maker tetap menjalankan peran besar, mengingat para penjajah belum sepenuhnya mengakui
kemerdekaan Indonesia.
Pada fase ini, bangsa Indonesia masih sangat membutuhkan persatuan solidaritas dalam bentuk
mobilitas kekuatan fisik guna melawan penjajah. Sementara itu pada sisi lain, para pemimpin tipe
problem solver mulai semakin leluasa bergerak untuk segera membenahi berdirinya bangsa dan
negara Indonesia. Fokus utamanya ialah bagaimana menyiapkan diri untuk memimpin perjuangan
baru dalam rangka membentuk negara modern, yakni fight for (berjuang untuk) Indonesia.
3.
Masa Membangun
Masa setelah kemerdekaan negara Indonesia diakui dan berdiri kokoh, maka lahirlah cita-cita
ideal membentuk negara yang tidak hanya berdaulat, tetapi juga maju dan bermartabat. Pada
periode pengisian kemerdekaan ini, guna menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dan
makmur, maka dimulailah pembangunan nasional. Di sini hal utama yang sangat dibutuhkan adalah
peranan problem solver yang menguasai ilmu pengetahuan. Namun, solidarity maker bukan berarti
tak lagi dibutuhkan. Hanya saja bersamaan dengan terbentuknya kedaulatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), pola perjuangan harus banyak dikonsentrasikan pada fight for
membangun Indonesia. Bukan fight against yang sejak dulu memang seharusnya berada di bawah
komando solidarity maker. Problem solver yang dimaksud ialah sosok negarawan yang di samping
memiliki ilmu pengetahuan juga memiliki karakter terpuji untuk melaksanakan tugas kerja
kemanusiaan. Manusia yang demikian sangat mungkin mengantarkan rakyat Indonesia ke arah
kehidupan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Suatu cita-cita yang tertuang pada
alenia kedua Pembukaan UUD 1945.
III. Cita Luhur Bangsa Indonesia
Sekalipun mengalami beberapa kali perubahan, UUD 1945 selaku konstitusi negara tetap
mencantumkan beberapa hal yang telah menjadi kesepakatan sejak awal. Meski para petinggi negeri
berbeda pendapat dalam merumuskan arah negara, mereka bersepakat untuk tidak merubah nilainilai luhur yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 dipandang memiliki
nilai historis yang suci yang sama dengan teks Proklamasi dan Pancasila,.
Pembukaan UUD 1945 menggambarkan nilai-nilai luhur tentang bagaimana seharusnya roda
pemerintahan dijalankan. Meski sebenarnya, kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit yang
melupakannya. Banyak petinggi negeri ini yang seolah berpikir bahwa Pembukaan UUD 1945
menyampaikan cita-cita negara hanya sampai pada gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Padahal, pada alenia keempat Pembukaan UUD 1945
para pendiri negara menambatkan cita-cita kolektifnya, yaitu untuk membentuk suatu pemerintahan
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
188
negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Lebih dari sekedar rambu-rambu kemerdekaan, alenia itu menegaskan tentang cita-cita luhur
negara-bangsa Indonesia.
IV. Lindungi Segenap Bangsa Indonesia dan Seluruh Tumpah Darah Indonesia
Beberapa dekade terakhir, bangsa Indonesia menelan kenyataan pahit bahwa kekerasan demi
kekerasan masih marak terjadi. Tidak sedikit perpecahan berujung pada hilangnya nyawa hanya
karena perbedaan identitas. Kondisi ini menunjukkan mulai terbenamnya kesadaran akan fitrah
kebangsaan sebagai masyarakat plural yang ber-bhinneka tunggal ika. Lebih dari itu, kata plural
sendiri bahkan seringkali menjadi awal terjadinya konflik SARA, khususnya agama. Padahal, kata
plural adalah nama lain dari kata majemuk atau bhinneka yang sudah lama diterima dengan baik
sebagai bagian dari identitas bangsa.
Bangsa Indonesia terbentuk atas keragaman suku, ras, bahasa, adat, budaya dan agama.
Dengan kerelaan hati semua elemen dari berbagai latar belakang itu bergabung ke dalam sebuah
bangsa baru di bawah semboyan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tapi tetap satu jua) yang
sudah digunakan sejak dulu untuk menyatukan Nusantara. Karena itu, Bhinneka Tunggal Ika harus
diterima sebagai identitas, sebagai kenyataan pertama dan utama yang harus dipahami untuk saling
melindungi seluruh tumpah darah Indonesia. Dengan adanya pluralitas, maka persatuan dan
kesatuan dengan sendirinya menjadi prioritas yang mesti dikawal secara mendasar. Rajutan nilai
yang telah diterima sebagai konsensus bersama perlu terus diperkuat melalui pemahaman utuh
untuk dieksternalisasi dalam hidup sehari-hari.
Selain Bhinneka Tunggal Ika, hal mendasar yang juga perlu dikawal adalah penegakan hukum.
Aparat penegak hukum harus senantiasa melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dengan cara bersikap tegas dan adil. Semua warga negara harus mendapat
perlakuan sama tanpa adanya diskriminasi terhadap kelompok atau golongan tertentu. Asas
kesamaan dan kepastian hukum terkait hak dan kewajiban harus benar-benar di prioritaskan. Asas
ini merupakan prasyarat utama bagi terciptanya tatanan yang adil dan harmonis.
Betapa pun nilai-nilai kebangsaan ditanamkan secara kuat ke dalam jiwa bangsa, potensi konflik
sulit dibendung jika hukum tidak dijalankan dengan tegas dan adil. Pada satu sisi, hukum dapat
menjadi penentu atau panglima kesatuan dan persatuan bangsa. Namun pada sisi lain, hukum juga
dapat menjadi pemicu konflik yang mengancam keutuhan. Maka, pada posisi ini, hukum perlu
dibebaskan dari berbagai kepentingan kecuali pemihakan pada kebenaran.
Hukum yang dijalankan dengan cara memihak kepentingan tertentu atas dasar perbedaan
kelas, etnis, ras, dan agama akan menimbulkan ketidakpastian keadaan. Begitu pula hukum yang
didikte oleh kepentingan penguasa hanya akan mengorbankan nasib rakyat banyak. Hukum model
inidi samping mencoreng wibawa penegakan hukumjuga mengubur supremasi hukum.
Kedaulatan hukum dikebiri oleh kekuatan-kekuatan lain seperti kekuasaan, kelompok mayoritas,
desakan massa, kekuatan politik tertentu, dan sebagainya.
Masih sering ditemukan pembiaran kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok massa tertentu
kepada pihak minoritas. Kelompok tersebut tidak ditindak hanya karena jumlahnya besar
(mayoritas). Dengan berbagai dalih, kekerasan massif hanya berujung pada penangkapan segelintir
orang yang dianggap dalang. Ada kesan bahwa kekerasan yang dilakukan secara massif tidak akan
189
dipermasalahkan dan dianggap mob law (hukum rakyat). Kesan seperti itu jelas menyimpang dan
harus ditegakkan.
V.
190
jaminan sosial atas mereka agar peluang dan kesempatan itu tidak tergilas oleh dominasi orangorang kaya. Dengan begitu, kemampuan menggunakan haknya akan terus berkembang sehingga
kesejahteraan umum akan benar-benar tercapai.
Permasalahan Kesejahteraan umum tentu bukan hanya tanggung jawab lembaga eksekutif
selaku penyelenggara negara. Lembaga-lembaga lain seperti legislatif dan yudikatif yang dipercaya
sebagai pilar-pilar demokrasi harus juga andil sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Lembaga
eksekutif, lembaga legistaltif, lembaga yudikatif serta media dipercaya sebagai empat pilar
demokrasi yang punya peran sentral berdirinya sebuah negara demokrasi dan kesejahteraan
(welfare state). Keempat pilar demokrasi itu harus saling sinergis membangun negara. Saling
mendukung, bukan saling menelikung. Saling mendorong, bukan saling merongrong. Berjalannya
keempat pilar demokrasi itu secara bertanggung jawab merupakan satu-satunya jalan untuk
memajukan kesejahteraan umum.
VI. Cerdaskan Kehidupan Bangsa
Tercapainya kesejahteraan umum pada akhirnya akan berujung pada kecerdasan kehidupan
bangsa. Namun, kurang tersedianya fasilitas penunjang kesejahteraan berupa pendidikan,
kesehatan, dan lapangan pekerjaan oleh negara sesungguhnya adalah bentuk pembodohan bangsa.
Pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan dan seterusnya hanya dimanfaatkan oleh kelompok
tertentu termasuk lingkaran keluarga pejabat yang notabe dibayar oleh keringat rakyat.
Pencerdasan kehidupan bangsa memang tidak hanya terkait pendidikan di bangku sekolah
sebagai wadah pendidikan formal. Bentuk pendidikan informal maupun non-formal pun harus pula
di selenggarakan di setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Meski demikian,
pendidikan formal masih memegang peran sentral karena dari sanalah banyak muncul para pemuka
masyarakat dan penyelenggara negara.
Pendidikan di Indonesia banyak berutang pada prinsip-prinsip yang diletakkan oleh Ki Hajar
Dewantara. Menteri pendidikan Indonesia pertama ini mewariskan semboyan terkenal yang sampai
saat ini masih digunakan kementerian pendidikan, yaitu Tut Wuri Handayani. Sebuah penggalan
akhir dari pesan Bapak Pendidikan Nasional yang secara lebih utuh berbunyi: Ing ngarso sun tulodo,
ing madyo mangun karso, tut wuri handayani (Di depan memberi teladan, di tengah memberi
prakarsa dan ide, di belakang memberikan dorongan dan arahan).
Tut Wuri Handayani segai semboyan lembaga pendidikan nasional sudah sangat tepat
menggambarkan bentuk terima kasih pada pejuang pendidikan bangsa. Hanya saja kehadirannya
yang dipenggal di bagian akhir kalimat tampaknya membuat kaum elit terpelajar lupa pada dua
penggalan awal lainnya: Ing Ngarso Sun Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Pencerdasan kehidupan bangsa dengan kutipan singkat di bagian akhir kalimat sesungguhnya
sudah mencapai targetnya. Negeri ini telah berhasil mendorong majunya tingkat pendidikan dan
menelurkan kalangan elit intelektual. Persoalannya, kaum elit terpelajar yang kemudian menjadi
penggerak roda pemerintahan hanya mengedepankan penggalan prinsip itu. Sehingga, pola yang
lahir adalah sangat baik bekerja sesuai arahan namun hasilnya tergantung siapa yang mengarahkan.
Kesempurnaan pendidikan pencerdasan bangsa tidak cukup hanya berpegang pada prinsip Tut
Wuri Handayani. Rakyat Indonesia juga harus dicerdaskan dengan terus menyadari dua prinsip dasar
lain. Prinsip Ing Madyo Mangun Karso, misalnya, akan melahirkan kalangan elit intelektual yang bisa
menghasilkan ide-ide genuine dalam menyelesaikan persoalan bangsa. Bukan intelektual yang hanya
bisa mencontek keberhasilan negara lain padahal belum tentu berhasil diterapkan di Indonesia.
Sebab bagaimanapun, sebuah kebijakan sangat dipengaruhi oleh persoalan kultural kebangsaan.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
191
Selain kedua prinsip itu, di negeri yang sedang mengalami krisis kepercayaan seperti sekarang
ini, yang paling dibutuhkan adalah Ing Ngarso Sun Tulodo. Prinsip keteladanan ini sangat penting dari
masa ke masa. Banyak elit intelektual yang berhasil membangun sistem tetapi tidak mengisinya
dengan ruh keteladanan. Semua ingin memerintah tetapi tidak memberi contoh, ingin dipuji tetapi
perbuatannya keji. Selain sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, tiga prinsip yang
diwarisankan oleh Ki Hajar Dewantar tersebut harus dijadikan prinsip hidup dalam bermasyarakat
dan bernegara, terutama oleh para pemimpin di manapun berada.
VII. Ikut Laksanakan Ketertiban Dunia yang Berdasar Kemerdekaan, Perdamaian Abadi, dan
Keadilan Sosial
Indonesia sebagai bagian dari sistem pemerintahan dunia harus juga turut serta berperan aktif
menjaga ketertiban dunia dengan tetap memegang nilai-nilai luhur kemanusiaan. Sikap yang
dijadikan pegangan ialah tetap terbuka pada kebudayaan baru, namun tanpa terbawa arus, apalagi
kehilangan identitas sebagai bangsa merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Indonesia harus
memegang teguh ideologinya sendiri. Ideologi-ideologi besar dunia seperti Liberalisme dan
Sosialisme masih mendominasi dan menyita perhatian. Ideologi-ideologi tersebut tidak hanya
berbeda, namun seringkali berbenturan dalam banyak hal. Liberalisme memperjuangkan liberte
sedangkan Sosialisme mengidealkan egalite. Padahal, jika ditilik dari sejarah, keduanya pernah
berjalan sejajar saat meletusnya revolusi sosial Perancis yang memengaruhi segala bentuk sistem
pemerintahan monarki. Revolusi Perancis meletus dengan teriakan liberte (kebebasan), egalite
(kesetaraan), dan fraternite (persaudaraan).
Mungkin, hilangnya fraternite dari pertarungan ideologi-ideologi dunia tersebut menjadikan
agenda yang seharusnya sejalan justru terpolarisasi pada kutub liberte dan egelite. Bukan berarti
fraternite sama sekali tidak ada dalam bungkus ideologis, tetapi ia hadir dalam bentuk yang berbeda.
Jika liberte dan egalite didudukkan sebagai ideologi terbuka, fraternite umumnya seringkali dikaitkan
dengan komunitas eksklusif meski tidak secara langsung dijadikan semboyan. Basis persadauraan
menjadikan kelompok-kelompok ini memiliki ikatan internal yang kuat, tetapi kadang tidak toleran
pada mereka di luar kelompoknya. Padahal, fraternite tidak seharusnya dimaknai secara sempit dan
terbatas hanya pada kelompok tertentu.
Semangat ketiga jargon Revolusi Perancis di atas sejalan dengan mimpi ketertiban dunia
Indonesia yang berdasar pada kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kemerdekaan
adalah nama lain dari liberte, perdamaian abadi adalah harapan dari fraternite, dan keadilan sosial
merupakan ruh dari egalite. Bahkan lebih dari itu, tiga semangat yang mestinya tidak terpisahkan ini,
sesungguhnya secara utuh sudah terakomodir dalam satu kata merdeka.
Dimensi kata merdeka, sebagai bentuk kebebasan di Indonesia memiliki makna yang lebih luas
dari pada liberte atau liberty. Merdeka berasal dari bahasa Sanskerta mahardhika, yang berarti
orang suci atau orang terpelajar. Pilihan kata merdeka tidak hanya teriakan kebebasan, tetapi juga
keinginan diperlakukan sama sebagai orang yang memiliki martabat. Semangat kesetaraan di zaman
kemerdekaan tergambar jelas dengan adanya panggilan umum yang sama untuk semua kalangan,
yaitu Bung. Dengan adanya keinginan kebebasan (liberte) yang sama dan diperlakukan secara
setara (egalite), maka lahirlah rasa persaudaraan (fraternite) antara para pejuang kemerdekaan.
Oleh karena itu, dengan pemahaman tersebut, maka tidak salah jika Basic Demand Indonesia (BDI)
hingga saat ini tetap berdasar pada pekikan terdahulu yang sama: Merdeka atau Mati!.
192
PEDOMAN KEPENGURUSAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Tujuan suatu organisasi hanya dapat diwujudkan dengan usaha-usaha yang teratur,
terencana dan kebijaksanaan yang dilingkupi dengan taufiq dan hidayah Allah SWT. Salah satu
perangkat yang dapat digunakan untuk menciptakan penyelenggaraan usaha-usaha yang demikian
itu adalah Pedoman Kepengurusan yang mendukung ke arah tujuan tersebut. Adanya keharusan
untuk bekerja secara terstruktur dan rapi adalah sesuai dengan Firman Allah SWT. dalam Surat AshShaff ayat 4 yang artinya ,
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh
A. STRUKTUR PIMPINAN PENGURUS BESAR
1. Status Pengurus
Sesuai dengan ketentuan yang termaksud pada Bagian IV Pasal 20 ART HMI
mengenai status PB HMI dalam struktur pimpinannya adalah sebagai berikut:
a. Pengurus Besar adalah badan/instansi kepemimpinan tertinggi organisasi.
b. Masa jabatan Pengurus Besar adalah 2 (dua) tahun terhitung sejak
pelantikan/serah terima jabatan dari Pengurus Besar Demisioner.
2. Tugas dan Wewenang
Sesuai dengan Bagian IV Pasal 22 ART HMI, tugas dan wewenang PB HMI adalah
sebagai berikut :
- Menggerakkan organisasi berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
- Melaksanakan ketetapan-ketetapan kongres.
- Menyampaikan ketetapan dan perubahan penting yang berhubungan dengan
HMI kepada seluruh aparat dan anggota HMI.
- Melaksanakan Sidang Pleno Pengurus Besar setiap semester kegiatan, selama
periode berlangsung.
- Melaksanakan Rapat Harian Pengurus Besar minimal satu minggu sekali, selama
periode berlangsung.
- Melaksanakan Rapat Presidium Pengurus Besar minimal dua minggu sekali,
selama periode berlangsung.
- Memfasilitasi sidang Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar dalam
rangka menyiapkan draft materi Kongres atau sidang Majelis Pengawas dan
Konsultasi Pengurus Besar lainnya ketika diminta.
- Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Anggota melalui Kongres.
- Mengesahkan Pengurus Cabang dan Pengurus Badan Koordinasi
- Menerima laporan kerja Pengurus Badan Koordinasi
- Menaikkan dan menurunkan status Badko dan Cabang berdasarkan evaluasi
perkembangan Badko dan Cabang.
- Mengesahkan Pengurus Cabang dan mengesahkan pemekaran Cabang
berdasarkan rekomendasi Konfercab Induk dan menetapkan pembentukan
Cabang Persiapan berdasarkan usulan Daerah/ Pleno Badko.
193
194
PENGURUS
BESAR
MUSDA
BADKO HMI
MPK PB
BADAN-BADAN
KONGRES
MUNAS
KHUSUS PB HMI
PENGURUS
CABANG
MUSKOM
KORKOM
MPK PC
CABANG/MUSCAB
BADAN-BADAN
KHUSUS HMI CABANG
PENGURUS
KOMISARIAT
KONFERENSI
MPK PK
MUSYAWARAH
LEMBAGA
RAK
4. Komposisi Personalia
Komposisi Personalia Pengurus Besar HMI diisi oleh anggota biasa yang memenuhi
persyaratan sebagaimana Bagian IV Pasal 21 ART HMI disusun dalam formasi sebagai
berikut:
1. KETUA UMUM
2. Ketua Bidang Pembinaan Anggota
3. Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi
4. Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan
5. Ketua Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
6. Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Nasional
7. Ketua Bidang Hubungan Internasional
8. Ketua Bidang Pemberdayaan Umat
9. Ketua Bidang Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup
10. Ketua Bidang Hukum dan HAM
11. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan
12. SEKRETARIS JENDERAL
13. Wakil Sekjen Pembinaan Anggota
14. Wakil Sekjen Pembinaan Aparat Organisasi
15. Wakil Sekjen Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan
16. Wakil Sekjen Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
17. Wakil Sekjen Partisipasi Pembangunan Nasional
18. Wakil Sekjen Hubungan Internasional
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
195
196
5. Ketua bidang PTKP adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan dalam
bidang perguruan tinggi, kemahasiswaan dan kepemudaan di tingkat nasional.
6. Ketua Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi adalah penanggung
jawab dan koordinator kegiatan dalam bidang Kewirausahaan dan
Pengembangan Profesi di tingkat nasional.
7. Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Nasional adalah penanggung jawab
dan koordinator kegiatan dalam bidang partisipasi pembangunan di tingkat
nasional.
8. Ketua Bidang HI adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan dalam
bidang hubungan internasional.
9. Ketua Bidang Pemberdayaan Umat adalah adalah penanggung jawab dan
koordinator kegiatan dalam bidang komunikasi umat di tingkat nasional.
10. Ketua Bidang Hukum dan HAM adalah penanggung jawab dan koordinator
kegiatan dalam bidang Hukum dan HAM di tingkat nasional.
11. Ketua Bidang Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup adalah penanggung
jawab dan koordinator kegiatan dalam bidang SDA dan Lingkungan Hidup di
tingkat nasional.
12. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan adalah penanggung jawab dan
koordinator kegiatan dalam bidang pemberdayaan perempuan di tingkat
nasional.
13. Sekretaris Jenderal adalah penanggung jawab dan koordinator dalam bidang
data pustaka, ketatausahaan dan penerangan serta hubungan organisasi pihak
ekstern di tingkat nasional maupun internasional.
14. Wakil Sekjen Bidang PA bertugas atas nama Sekretaris Jenderal untuk kegiatan
PA membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
15. Wakil Sekjen Bidang PAO bertugas atas nama Sekretaris Jenderal untuk
kegiatan PAO membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
16. Wakil Sekjen Bidang PTKP bertugas atas nama Sekretaris Jenderal untuk
kegiatan PTKP membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
17. Wakil Sekjen Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi bertugas atas
nama Sekretaris Jenderal untuk kegiatan kewirausahaan dan pengembangan
profesi membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
18. Wakil Sekjen Bidang Partisipasi Pembangunan Nasional bertugas atas nama
Sekretaris Jenderal untuk kegiatan PPN membantu ketua bidangnya di tingkat
nasional.
19. Wakil Sekjen Bidang Hubungan Internasional bertugas atas nama Sekretaris
Jenderal untuk kegiatan hubungan internasional membantu ketua bidangnya
di tingkat nasional.
20. Wakil Sekjen Bidang Pemberdayaan Umat bertugas atas nama Sekretaris
Jenderal untuk kegiatan pemberdayaan umat membantu ketua bidangnya di
tingkat nasional.
21. Wakil Sekjen Bidang Hukum dan HAM bertugas atas nama Sekretaris Jenderal
untuk kegiatan Hukum dan HAM membantu ketua bidangnya di tingkat
nasional.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
197
22. Wakil Sekjen Bidang Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup bertugas atas
nama Sekretaris Jenderal untuk kegiatan Pengelolaan SDA dan Lingkungan
Hidup membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
23. Wakil Sekjen Bidang Pemberdayaan Perempuan bertugas atas nama
Sekretaris Jenderal untuk kegiatan Pemberdayaan Perempuan membantu
ketua bidangnya di tingkat nasional.
24. Wakil Sekjen Internal bertugas atas nama Sekretaris Jenderal untuk
membantu kegiatan-kegiatan bidang internal di tingkat nasional.
25. Wakil Sekjen Ekternal bertugas atas nama Sekretaris Jenderal untuk
membantu kegiatan-kegiatan bidang Eksternal di tingkat nasional.
26. Bendahara Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan di
bidang keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat nasional.
27. Wakil Bendahara Umum bertugas atas nama bendahara umum dalam
pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat
nasional.
28. Departemen Perlengkapan Data dan Informasi bertugas sebagai pelaksana
teknis operasional dari kerja dan kegiatan-kegiatan di bidang pengkajian data
dan informasi di tingkat nasional.
29. Departemen Litbang Kader bertugas sebagai pelaksana teknis operasional dari
kerja dan kegiatan-kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan kader di
tingkat nasional.
30. Departemen Diklat PA bertugas sebagai pelaksana teknis operasional dari
kerja dan kegiatan-kegiatan di bidang PA di tingkat nasional.
31. Departemen Pengembangan dan Promosi kader bertugas sebagai pelaksana
teknis operasional dari kerja dan kegiatan-kegiatan di bidang pengembangan
dan promosi kader.
32. Departemen Pendayagunaan Aparatur Organisasi bertugas sebagai pelaksana
teknis operasional dari kerja dan kegiatan-kegiatan di bidang pendayagunaan
aparatur organisasi di tingkat nasional.
33. Departemen Pengembangan Organisasi bertugas sebagai pelaksana teknis
operasional dari kerja dan kegiatan-kegiatan di bidang pengembangan
organisasi di tingkat nasional.
34. Departemen Pengawasan dan Evaluasi bertugas sebagai pelaksana teknis
operasional dari kerja dan kegiatan-kegiatan di bidang pengawasan dan
evaluasi di tingkat nasional.
35. Departemen Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan bertugas sebagai
pelaksana teknis operasional dari kerja dan kegiatan-kegiatan di bidang PTK di
tingkat nasional.
36. Departemen Kepemudaan bertugas sebagai pelaksana teknis operasional dari
kerja dan kegiatan-kegiatan di bidang kepemudaan di tingkat nasional.
37. Departemen Kewirausahaan bertugas sebagai pelaksana teknis operasional
dari kerja dan kegiatan-kegiatan di bidang pengembangan profesi di tingkat
nasional.
198
199
200
201
4.
F.
G.
H.
I.
Mengusahakan hubungan kerja sama secara kelembagaan antara lembagalembaga pengembangan profesi HMI dengan lembaga lain baik pemerintah
maupun swasta.
5. Mengkampanyekan dan menanamkan etos kemandirian dan
kewirausahaan sebagai personalitas anggota HMI.
Bidang Partisipasi Pembangunan Nasional
1. Mengadakan kajian-kajian tentang berbagai aspek pembangunan nasional.
2. Mengadakan kajian dan diskursus tentang berbagai aspek ekonomi dan
politik bangsa.
3. Mengadakan kajian dan diskusi tentang pendidikan dan kesehatan.
4. Merumuskan pola dan bentuk partisipasi HMI dalam pembangunan
nasional.
5. Meningkatkan kerjasama/hubungan dengan pemerintah, lembaga negara,
orsospol, ormas dan lembaga pengembangan masyarakat baik mitra
maupun kontrol.
6. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkat kesejahteraan dan
pemberdayaan masyarakat yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan
pemberdayaan masyarakat daerah dengan cara bekerjasama dengan
BADKO atau CABANG yang bersangkutan.
Bidang Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup
1. Mengadakan kajian-kajian tentang pengelolaan sumber daya alam, dan
lingkungan hidup berkembang di Indonesia.
2. Melakukan penyikapan terhadap pengelolaan sumber daya alam, dan
lingkungan hidup yang berkembang di Indonesia.
3. Meningkatkan kerjasama/hubungan dengan pemerintah, lembaga negara,
Orsospol, Ormas dan lembaga pengembangan masyarakat dalam rangka
meningkatkan perannya dalam bidang pengelolaan SDA dan Lingkungan
Hidup.
Bidang Hukum dan HAM
1. Mengadakan kajian-kajian tentang pengelolaan Hukum dan HAM yang
berkembang di Indonesia.
2. Melakukan penyikapan terhadap masalah Hukum dan HAM yang
berkembang di Indonesia.
3. Meningkatkan kerjasama/hubungan dengan pemerintah, lembaga negara,
Orsospol, Ormas dan lembaga pengembangan masyarakat dalam rangka
meningkatkan perannya dalam bidang Hukum dan HAM
Bidang Hubungan Internasional
1. Menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan hubungan
dan kerjasama secara nasional antara lain :
a. Menjalin dan membina hubungan yang harmonis dengan organisasiorganisasi mahasiswa di tingkat nasional dalam upaya menumbuhkan
kesadaran tanggung jawab bersama untuk mewujudkan cita-cita
bangsa.
b. Menjalin kerjasama yang harmonis dengan badan-badan studi
keislaman untuk melakukan penelitian masyarakat dalam upaya
202
203
204
205
2.
3.
4.
5.
206
207
208
209
210
17. Wakil sekretaris umum pemberdayaan perempuan bertugas atas nama sekretaris
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
211
212
213
214
Dan (bagi) orang-orang yang yang menerima (mematuhi ) seruan tuhannya dan mendirikan
sholat, sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian rizki yang kami berikan kepada mereka dengan begitu setiap
keputusan organisatoris pada dasarnya adalah merupakan mufakat bersama karena setiap
personalia aparat HMI wajib menjunjung tinggi dan melaksanakannya dengan niat luhur dan
penuh tanggungjawab
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
215
Berdasarkan prinsip ini, maka tata susunan tingkat instansi pengambilan keputusan dalam
Pengurus Cabang adalah:
1. Rapat Pleno
2. Rapat Harian
3. Rapat Presidium
Disamping itu, untuk mengontrol pelaksanaan program dilakukan dalam rapat bidang kerja,
penjelasan yang lebih terinci dari hal diatas adalah sebagai berikut:
1. Sidang Pleno
a. Melaksanakan setiap semester kegiatan selama periode berlangsung (pasal 23 ayat
e ART HMI)
b. Sidang Pleno dihadiri oleh seluruh fungsionaris Cabang ditambah dengan ketua
umum komisariat, ketua Korkomdan ketua umum lembaga pengembangan profesi
di lingkungan Cabang.
c. Fungsi dan wewenang sidang pleno adalah:
1. Membahas laporan Pengurus Cabang tentang pelaksanaan ketetapan kongres
setiap semester
2. Mengambil kebijaksanaan yang mendasar bagi organisasi, baik kedalam
maupun keluar daerah
d. Sidang pleno dilakukan setidak-tidaknya dua kali dalam satu periode.
2. Rapat Harian Pengurus Cabang
a. Rapat harian dihadiri oleh seluruh fungsionaris Cabang, ketua umum KOHATI,
badan khusus dan lembaga pengembangan profesi tingkat Cabang
b. Rapat harian dilaksanakan setidak-tidaknya empat kali dalam satu bulan yakni pada
hari jumat, dalam minggu kedua dan keempat dinintegrasikan dengan rapat
presidium
c. Fungsi dan wewenang rapat harian :
1. Membahas dan menjabarkan kebijaksanaan yang diambil dan ditetapkan oleh
sidang pleno
2. Mengkaji dan mengevaluasi keputusan-keputusan yang diambil atau
mempertimbangkan keputusan lainnya.
3. Mendengar laporan dari seluruh fungsionaris Cabang, dan para ketua umum
badan khusus.
3. Rapat Presidium
a. Rapat presidium dihadiri oleh ketua umum, ketua bidang, sekretaris jenderal, wakil
sekretatis Jenderal, bendahara umum dan wakil bendahara umum
b. Rapat presidium dilaksanakan setidak-tidaknya dua kali dalam satu bulan yakni
pada hari Jumat dari tiap minggu. Untuk minggu kedua, dan keempat
diintegrasikan ke dalam rapat harian
c. Fungsi dan wewenang rapat presidium :
1. Mengambil keputusan tentang organisasi sehari-hari baik intern maupun
ekstern.
2. Mendengarkan informasi tentang perkembangan dari berbagai aspek
organisasi baik intern maupun ekstern
3. Mengevaluasi perkembangan ekstern organisasi dan dampaknya bagi
perkembangan organisasi
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
216
4. Rapat Bidang
C. PENGURUS KOMISARIAT
1. Status Pengurus Komisariat
Sesuai dengan ketentuan yang termaksud dalam bab II bagian VIII pasal 40 Anggaran
Rumah tangga HMI Komisariat dalam struktur pimpinan, khususnya program Komisariat
adalah sebagai berikut:
a. Komisariat merupakan organisasi yang dibentuk dalam suatu atau beberapa
akademi/fakultas dalam lingkup universitasperguruan tinggi.
b. Masa jabatan Pengurus Kommisariat adalah satu tahun terhitung sejak
pelantikan/serah terima jabatan dari Pengurus Kommisariat demisioner
Pengurus Komisariat merupakan lembaga eksekutif dengan tekanan kerja dalam hal
agama dan pendidikan anggota dalam suatu kesatuan organisasi satu akademi atau
beberapa fakultas di satu universitas.
2. Tugas Wewenang Pengurus Komisariat
Sesuai yang tercantum dalam Bab II bagian VIII pasal 42 Anggaran Rumah Tangga HMI
tugas dan kewajiban Pengurus Komisariat adalah:
a. Pengurus Komisariat baru dapat menjalankan tugasnya setelah dilakukan
pelantikan/serah terima jabatan dengan Pengurus demisoner.
b. Selambat-lambatnya 15 (limabelas) hari setelah personalia Pengurus Komisariat
terbentuk maka Pengurus Komisariat
demisioner mengadakan serah
terima/pelantikan kepada Pengurus Komisariat baru.
c. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Rapat Anggota Komisariat (RAK), kebijaksanaan
organisasi di tingkat Cabang, dan ketentuan organisasi HMI lainnya.
d. Menyampaikan 3 (tiga) bulan sekali serta laporan kerja kepengurusan kepada
Pengurus Cabang dan di tembusan kepada pengurus Korkom.
e. Menyelenggarakan RAK
f. Menyampaikam pertanggungjawaban Pengurus Komisariat pada RAK
g. Laporan tiga bulan seperti pon d diatas adalah disesuaikan dengan pedoman sistem
pelaporan organisai yang ditetapkan. Segala program yang dilaksanakan oleh
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
217
Pengurus
Komisariat
setelah
satu
tahun
masa
kepengurusan
dipertanggungjawabkan atau dilaporkan kepada forum RAK.
3. Status Organisasi Pengurus Komisariat
Bentuk yang digunakan pada Pengurus Komisariat adalah bentuk garis fungsional
dengan Pengurus Cabang HMI. Dalam organisasi yang berbentuk garis dan
fungsional, wewenang ketua umum didelegasikan kepada satuan-satuan organisasi
atau bidang-bidang kerja yang dipimpin oleh para pemimpin dari setiap organisasi
atau bidang-bidang kerja yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas
pelaksanaan tugas bidangnya masing-masing. Kemudian secara fungsional
tanggugjawab itu dipertanggungjawabkan oleh pimpinan masing-masing bidang
kerja kepada ketua umum
Sturktur organisasi komisariat terdiri :
1. Bidang Penelitian, Pengembangan Anggota Dan Pembinaan Anggota
2. Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan Dan Kepemudaan
3. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
4. Bidang Kewanitaan
5. Bidang Administrasi Dan Kesekretariatan
6. Bidang Keuangan Dan Perlengkapan
4. Komposisi Personalia Pengurus Komisariat
1. Ketua Umum
2. Ketua Bidang Penelitian, Pengembangan Anggota Dan Pembinaan Anggota
3. Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan Dan Kepemudaan
4. Ketua Bidang Kewirausahaan Dan Pengembangan Profesi
5. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan
6. Sekretaris Umum
7. Wakil Sekum Bidang PPPA
8. Wakil Sekum Bidang PTKP
9. Wakil Sekum Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
10. Wakil Sekum Bidang Pemberdayaan Perempuan
11. Bendahara Umum
12. Wakil Bendahara Umum
13. Departemen Diklat Anggota
14. Departemen Litbang Anggota
15. Departemen Data Anggota
16. Departemen Perguruan Tingggi Dan Kemahasiswaan
17. Departemen Kepemudaan
18. Departemen Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
19. Departemen Kajian Perempuan
20. Departemen Pembangunan Sumber Daya Perempuan
21. Departemen Data Dan Pustaka
22. Departemen Penerangan
23. Departemen Ketatausahaan
24. Departemen Logistik
25. Departemen Pengelolaan Sumber Dana
218
219
220
221
222
223
224
a. Bidang Internal
b. Bidang Eksternal
c. Bidang Administrasi Dan Kesekretariatan
d. Bidang Keuangan Dan Perlengkapan
e. Bidang Pemberdayaan Perempuan
4. Komposisi Personalia Pengurus Badan Koordinasi
Struktur organisasi Pengurus Badan Koordinasi HMI diisi dengan personalia yang
memenuhi persyaratan sesuaid engan persyaratan Pengurus Besar. Hal ini dikarenakan
Badko seperti tercantum dalam pasal 25 anggaran rumah tangga HMI. Oleh sebab itu,
maka persyaratan minimal dapat menjadi pengurus badan kordinasi HMI adalah
anggota yang pernah manjadi Pengurus komisariat dan Pengurus Cabang atau anggota
yang berprestasi dan telah mengikuti LK II.
1. Ketua Umum
2. Ketua Bidang Internal
3. Ketua Bidang Eksternal
4. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan
5. Sekretaris Umum
6. Wakil Sekretaris Umum Internal
7. Wakil Sekretaris Umum Eksternal
8. Wakil Sekretaris Umum Bidang Pemberdayaan Perempuan
9. Bendahara Umum
10. Wakil Bendahara Umum
11. Departemen Penelitian Dan Pengembangan Kader
12. Departemen Pendidikan Dan Latihan
13. Departemen Pengembangan Dan Promosi Kader
14. Departemen Pendayagunaan Organisasi
15. Departemen Pembangunan Organisasi
16. Departemen Perguruan Tinggi Dan Kemahasiswaan
17. Departemen Kepemudaan
18. Departemen Kewirausahaan
19. Departemen Pengembangan Profesi
20. Departemen Masalah Pembangunan
21. Departemen Informasi Pembangunan Regional
22. Departemen Pengkajian Masalah Keumatan
23. Departemen Hubungan Lembaga Islam
24. Departemen Kajian Perempuan
25. Departemen Hubungan Lembaga Perempuan
26. Departemen Penerangan Dan Humas
27. Departemen Administrasi Dan Kesekretariatan
28. Departemen Logistik
29. Departemen Pengembangan Dana.
Mekanisme penetapan Pengurus Badan Koordinasi HMI dilakukan malalui Forum
Muasyawarah daerah (musda) dengan memilih ketua umum/formateur Badko yang
selanjutnya disahkan oleh Pengurus Besar HMI (pasal 27 ayat d ART HMI).
5. Fungsi Personalia Pengurus Badan Koordinasi
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
225
226
20. Departemen masalah pembangunan sebagai kordinator operasional dari kerja dan
proyek-proyek di masalah pembangunan di tingkat regional
21. Departemen informasi pembangunan regional sebagai kordinator operasional dari
kerja dan proyek-proyek di bidang informasi pembangunan regional di tingkat
regional
22. Departemen pengkajian masalah keumatan sebagai kordinator operasional dari
kerja dan proyek-proyek di bidang pengkajian masalah keumatan di tingkat
regional
23. Departemen hubungan lembaga islam sebagai kordinator operasional dari kerja
dan proyek-proyek di bidang hubungan lembaga islam di tingkat regional
24. Departemen kajian wanita sebagai kordinator operasional dari kerja dan proyekproyek di bidang kajian perempuan di tingkat regional
25. Departemen hubungan lembaga perempuan sebagai kordinator operasional dari
kerja dan proyek-proyek di bidang hubungan lembaga wanita di tingkat regional
26. Departemen penerangan dan humas sebagai kordinator operasional dari kerja dan
proyek-proyek di bidang penerangan dan humas di tingkat regional
27. Departemen administrasi dan kesekretariatan sebagai kordinator operasional dari
kerja dan proyek-proyek di bidang administrasi dan kesekretariatan di tingkat
regional
28. Departemen logistik sebagai kordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek
di bidang logistik di tingkat regional
29. Departemen pengembangan dana sebagai kordinator operasional dari kerja dan
proyek-proyek di bidang pengembangan dana di tingkat regional
6. Wewenang dan Tanggung Jawab Bidang Kerja Pengurus Badan Koordinasi
A. Bidang Internal
1. Melakukan penelitian baik dari segi program maupun dari segi edukatif
terhadap hasil-hasil penyelenggaraan training dan aktifitas yang dijalankan oleh
seluruh aparat Cabang dibawah koordinasi Badko bersangkutan.
2. Menyususn data perkembangan anggota disetiap Cabang dalam wilayah
koordinasi.
3. Menyususn data aparat organisasi dan lembaga khusus dan analisa hasil
penelitian di kawasan koordinasinya dalam ikhtiar mentertibkan
penyelenggaraan organisasi yang sesuai dengan konstitusi.
4. Menyusun data dan hasil eksaternal berdasarkan sektor yang urgen dalam
perkembangan kawasan regional untuk mengembangkan HMI diwilayah Badko
bersangkutan.
5. Meyelenggarakan koordiansi pengawasan terhadap pelaksanaan training dan
aktifitas yang diselenggarakan oleh seluruh aparat Cabang HMI di lingkungan.
6. Mengusahakan tindak lanjut atas hasil penelitian pelaksanaan training dan
aktifitas yang diselenggarakan oleh aparat HMI Cabang dikawasan
koordinasinya dengan:
a. Mengarahkan dan mensosialisasi petunjuk pelaksanaan training dalam
pedoman yang operasional dalam menerapkan pedoman perkaderan HMI.
b. Mengarahkan dan mensosialisasi teks book yang disusun oleh PB HMI
sehingga dapat menjadi pedoman perkaderan HMI.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
227
228
229
230
231
232
233
234
22. Departemen Data Dan Pustaka bertugas sebagai koordinator operasional dan kerja
dan proyek-proyek di bidang Data Dan Pustaka ditingkat Korkom
23. Departemen Penerangan bertugas sebagai koordinator operasional dan kerja dan
proyek-proyek di bidang Penerangan ditingkat Korkom
24. Departemen Ketata-usahaan bertugas sebagai koordinator operasional dan kerja
dan proyek-proyek di bidang Ketata-usahaan ditingkat Korkom
25. Departemen Logistik bertugas sebagai koordinator operasional dan kerja dan
proyek-proyek di bidang Logistik ditingkat Korkom
26. Departemen Pegelolaan sumber dana bertugas sebagai koordinator operasional
dan kerja dan proyek-proyek di bidang Pegelolaan sumber dana ditingkat Korkom
6. Wewenang dan Tanggung Jawab Bidang Kerja Pengurus
A. Bidang Penelitian, Pengembangan Dan Pembinaan Anggota
1. Menyelenggarakan koordinasi pengawasan dalam pengurus Korkom
terhadap pelaksanaan training dan aktivitas yang diselenggarakan oleh
seluruh aparat komisariat di seluruh Korkom.
2. Melakukan penilaian baik dari segi program maupun segi edukatif terhadap
hasil-hasil penyelenggaraan training dan aktifitas yang dijalankan oleh
seluruh aparat HMI komisariat di lingkungan Korkom
3. Mengusahakan lanjut atas penilaian pelasanaan training dan aktifitas yang
diselenggarakan oleh aparat HMI komisariat di lingkungan Korkom dengan:
a. Mengarahkan, membina, membimbing dan mensosialisasikan
petunjuk pelaksanaan training dan aktifitas yang telah ditetapkan oleh
pengurus Cabang sehingga menjadi pedoman organisasi dalam
menerapkan pedoman perkaderan.
b. Mengarahkan dan mensosialisasikan pedoman evaluasi training yang
telah disusun oleh pengurus cabang.
c. Menyelenggarakan proyek kerja yang dapat memberikan dampak
positif bagi peningkatan kualitas dan kuantitas pelaksanaan training
dan aktivitas lainnya.
d. Menyelenggarakan kegiatan lainnya yang dapat menunjang upaya
pembinaan anggota dilingkungan Korkom.
B. Bidang Pengembangan Dan Pembinaan Aparat Organisasi
1. Memperhatikan,
mengontrol
dan
melaksanakan
rasionalisasi
kepengurusan dari aparat komisariat HMI di lingkungan koordinasi melalui
pergantian pengurus yang teratur tepat waktu rekrutmen personalia yang
sesuai dengan kualitas individual yang dibutuhkan.
2. Menyusun data pengembangan aparat HMI komisariat dilingkungannya
dalam ikhtiar menerbitkan penyelenggaraan organisasi yang sesuai dengan
konstitusi.
3. Menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menunjang peningkatan
kualitas dan mekanisme kerja organisasi aparat HMI komisariat di
lingkungan Korkom sesuai aturan yang berlaku.
235
236
237
238
1. Melaksanakan perkaderan dan program kerja sesuai dengan bidang profesi masingmasing LPP
2. Memberikan laporan secara berkala kepada struktur HMI yang setingkat.
C. Badan Pengelola Latihan bertugas :
1. Melaksanakan dan mengelola aktivitas pelatihan di lingkungan HMI.
2. Memberikan laporan secara berkala kepada struktur kepemimpinan HMI yang
setingkat.
D. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) bertugas:
1. Melaksanakan dan mengelola aktivitas penelitian dan Pengembangan di lingkungan
HMI.
2. Memberikan laporan secara berkala kepada Pengurus Besar HMI.
4. Struktur Organisasi Pengurus Badan Khusus
1 Bidang Pendidikan Dan Latihan
2 Bidang Penelitian dan Pengembangan
3 Bidang Pengabdian Masyarakat Dan Partisipasi
4 Bidang Administrasi Dan Kesekretariatan
5 Bidang Keuangan Dan Perlengkapan
5. Komposisi Personalia Badan Khusus
Komposisi dan personalia badan khusus adalah yang mangisi struktur organisasi badan
khusus HMI;
1 Ketua Umum
2 Ketua Bidang Pendidikan Dan Latihan
3 Ketua Bidang Penelitian Dan Pengembangan
4 Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Dan Partisipasi
5 Sekretaris Umum
6 Wasekum Bidang Pendidikan Dan Latihan
7 Wasekum Bidang Penelitian Dan Pengembangan
8 Wasekum Bidang Pengabdian Masyarakat Dan Partisipasi
9 Bendahara Umum
10 Wakil Bendahara Umum
11 Departemen Publikasi Dan Dokumentasi
12 Bidang Keuangan Dan Perlengkapan
6. Fungsi dan Wewenang Pengurus Badan Khusus
1 Ketua umum adalah penanggungjawab dan koordinator kegiatan dalam bidang program
bersifat keluar maupun kedalam.
2 Ketua bidang pendidikan dan latihan adalah penanggungjawab dan koordinator
kegiatan dalam bidang pendidikan dan latihan
3 Ketua bidang penelitian dan pengembangan adalah penanggungjawab dan koordinator
kegiatan dalam bidang penelitian dan pengembangan
4 Ketua bidang pengabdian masyarakat dan partisipasi adalah penanggungjawab dan
koordinator kegiatan dalam bidang pengabdian masyarakat.
5 sekretaris umum penanggungjawab dan koordinator kegiatan dalam bidang
administrasi kesekretariatan, penerangan, dokumentasi keluar maupun ke dalam.
239
wasekum bidang pendidikan dan latihan bertugas atas nama sekretaris umum
penanggungjawab dan koordinator kegiatan pendidikan dan latihan membantu ketua
bidangnya
7 wasekum bidang penelitian dan pengembangan bertugas atas nama sekretaris umum
penanggungjawab dan koordinator kegiatan penelitian dan pengembangan membantu
ketua bidangnya
8 wasekum bidang pengabdian masyarakat dan partisipasi bertugas atas nama sekretaris
umum penanggungjawab dan koordinator kegiatan pengabdian masyarakat dan
partisipasi membantu ketua bidangnya
9 bendahara umum penanggungjawab dan kordinator bidang keuangan dan perlengakap
keluar maupun ke dalam.
10 wakil bendahara umum bertugas atas nama bendahara umum untuk mengelola
administrasi keuangan dan perlengkapan lembaga.
11 departemen publikasi dan dokumentasi bertugas sebagai koordinator operasional dan
kegiatan dalam bidang publikasi dan dokumentasi.
7. Lembaga dan Tanggung Jawab Pengurus
A. Bidang Pendidikan dan Latihan Anggota
1 Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan latihan bagi para anggota sebagai upaya
meningkatkan keahlian dan ketrampilan sesuai dengan disiplin ilmu yang dikaitkan
program yang digariskan:
a. Melakukan diskusi profesi dan ceramah.
b. Melakukan kursus dan training yang berkaitan dengan peningkatan
profesionalisme.
2 Melaksanakan tindak lanjut atas hasil penelitian :
a. Membuat petunjuk pelaksanaan training lembaga, kurikulum da metode
training.
b. Melakukan penialian baik dari segi program amupun edukatif terhadap hasil
penyelenggaraan aktivitas lembaga.
3 Menyelenggarakan kegiatan lainya yang dapat menunjang program pendidikan dan
latihan.
B. Bidang Penelitian Dan Pengembangan
1. Menyelenggarakan kegiatan penelitian secara obyektif.
2. Menetapkan model penelitian yang dilakukan.
3. Melakukan hipotesa, pengolahan data, tabulasi, dan analisa data, dan kemudian
kesimpulan hasil penelitian.
4. Mengembangkan hasil dan dilakukan upaya pelaksanaannya.
C. Bidang Pengabdian Masyarakat Dan Partisipasi
1. Menyelenggarakan aksi sosial kemasyarakatan sebagai upaya pengabdian dengan
melibatkan masyarakat di lingkungan lembaga.
2. Menyelenggarakan kegiatan sebagai upaya partisipasi lembaga dalam membangun
daerah
a. Mencoba ikut serta melaksanakan program kemasyarakatan bekerjasama
dengan pemerintah setempat.
240
241
1. Membahas menjabarkan kebijakan yang telah diambil dalam satu bulan oleh
pengurus cabang yang diaktifkan dangan program badan khusu
2. Mengkaji dan mengevaluasi kepurusan-keputusan yang diambil oleh
presidium
badan
khusus
untuk
kemudian
mengambil
atau
mempertimbangkan keputuasnnya.
3. Mempelajari laporan kegiatan fungsionaris badan khusus menayangkut bidang
masing-masing.
2. Rapat Presidium Badan Khusus
a. Rapat presidium badan khusus dihadiri ketua umum,staf ketua, sekrateris
umum,wasekum-wasekum, bendahara umum dan wakil bendahara umum
b. Rapat presidium dilaksanakan setidaknya empat kali dalam satu bulan.
c. Fungsi dan wewenang rapat persidium:
1. Mengambil keputusan tentang perkembangan lembaga sehari-hari baik
internal maupun eksternal
2. Mendengar informasi tentang perkembangan dari berbagai aspek lembaga
baik eksternal maupun internal dikaitkan dengan kebijaksaan lembaga yang
ada
3. Mengevaluasikan perkembangan lembaga dalam menjalankan programprogram kegiatan.
3. Rapat Bidang Badan Khusus
b. Rapat bidang dihadiri oleh koordinator dan anggota bidang yang bersangkutan
c. Rapat bidang dilaksanakan setidak-tidaknya empat kali dalam satu bulan.
d. Fungsi dan wewenang rapat bidang badan khusus adalah :
1. Mengontrol pelaksanaan proyek / kerja yang dilakukan oleh setiap bidang
dengan tetap merujuk kepada kebijaksanaan / pedoman yang telah ditetapkan
oleh organisasi.
2. Membuat penyesuaian terhadap pelaksanaan proyek / kerja dari setiap bidang
yang mengambil perubahan baik dalam segi maupun segi waktu.
3. Menyusun langkah-langkah teknis untuk menyelenggakan proyek / kerja
berikutnya sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Rapat
Harian dan Rapat Presidium.
4. Rapat Kerja
a. Rapat kerja dihadiri oleh Fungsionalis Pengurus Badan Khusus
b. Rapat kerja dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam setiap semester.
c. Fungsi dan wewenang rapat kerja adalah:
1. Menyusun jadwal aktifitas / rencana kerja untuk satu semester
2. Menyusun rencana angggaran penerimaan dan pengeluaran untuk seluruh
kegiatan pengurus Badan Khusus selama satu semester.
242
ATRIBUT ORGANISASI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
I.
II.
BENDERA
Gambar
Bentuk
Warna
Isi
: Lihat lampiran.
: Panjang : Lebar = 3 : 2
: Hijau dan Hitam dalam perbandingannya yang seimbang
: Lambang HMI sepenuhnya (lihat gambar)
STEMPEL
Gambar
Bentuk
Warna
: Lihat lampiran
: Oval Garis Ditengah lambang HMI Separuh sebelah bawah nama badan
: Hijau
III.
IV.
V.
KARTU ANGGOTA
Gambar
: Lihat gambar
Bentuk
: Empat persegi panjang
Ukuran
: 9,5 x 6,5 cm
Warna
: Kertas (dasar) : putih, tulisan : hitam
Isi
: Halaman muka :
a. Lambang HMI sebelah kiri atas
b. Tulisan kartu anggota dan nama Cabang sebelah tengah atas
c. Kalimat syahadat, sebelah bawah dan dikurung dengan segi empat
d. Nomor anggota
e. Masa berlaku
Halaman belakang :
a. Nama
b. Tempat / Tanggal Lahir
c. Alamat
d. Perguruan Tinggi / Komisariat
e. Jenis Kelamin
f. Jabatan
243
VI.
VII.
Gambar 1.
Lambang HMI
244
Gambar 2.
LENCANA / BADGE HMI
Gambar 3.
BENDERA
Gambar 4.
STEMPEL HMI
Catatan : Ukuran stempel pada kartu anggota setengah dari ukuran standar
245
Gambar 5.
PECI / MUTS
Keterangan :
A. Panjang samping kiri : hujau : hitam = 1: 2
B. Panjang samping kanan : hijau : hitam = 1:2
C. Sama dengan ukuran peci sembahyang. Ukuran : S-M-L
D. Rumbai-rumbai : warna putih dengan arah ke belaka
Gambar 6.
Tampak Depan
KARTU ANGGOTA
Tampak Belakang
Gambar 7.
PAPAN NAMA
246
Catatan :
1. Papan nama untuk institusi yang lebih rendah ukurannya
disesuaikan : misalnya untuk Badan Koordinasi (BADKO) HMI,
panjangnya berubah menjadi 180 cm dan lebar 130,5 cm dan untuk
Cabang, panjangnya 160 cm dan lebar 120 cm.
2. Ukuran papan nama organisasi ini sesuai dengan UU No. 8 tahun
1985 dan lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 tahun
1986.
Gambar 8.
GORDON (SELEMPANG) HMI
247
BAB I
PENDAHULUAN
248
BAB II
KESEKRETARIATAN
1. Untuk menyelenggarakan administrasi organisasi dengan efektif, diperlukan suatu tempat
tertentu, sebagai pusat pengurusan segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi.
Tempat penyelenggaraan administrasi dinamakan sekretariat Organisasi atau dengan kata
lain Kantor Organisasi.
2. HMI sebagai suatu organisasi adalah sautu bentuk kerja sama dari sekelompok mahasiswamahasiswa Islam untuk mencapai tujuan bersama (tujuan HMI pasal 4 anggaran dasar HMI)
untuk mengatur kerja sama ini ke arah pencapaian tujuan tujuan organisasi. Demikian pula
pembagian kerja (distribution of work) bagi setiap anggota pengurus dalam mengelola
aktifitas-aktifitas organisasi, sangat dibutuhkan mengingat kompleksitas aktifitas dan
banyaknya anggota pengurus organisasi.
3. Aktifitas organisasi berpusat pada sekretariat organisasi. Bagi HMI atau sekretariat Badko
cabang, korkom, komisariat, rayon, lembaga dan lainlain untuk setiap tingkatan aktifitas
organisasi. Administrasi kesekretariatan merupakan bagian dari pada administrasi organisasi,
yaitu sebagai unit tugas / pekerjaan yang penyelenggaraannya diserahkan kepada bidang
sekretariat jenderal atau sekretaris organisasi.
Usaha penyelenggaraan administrasi kesekretariatan bertujuan agar sekretaris HMI benarbenar dapat berfungsi sebagai sekretaris organisasi yaitu:
1.1. Tempat kerja yang efisien bagi pengurus dalam pengendalian organisasi
1.2. Pusat Komunikasi Organisasi
1.3. Pusat Kegiatan Administrasi
4. Perencanaan Pengaturan Sekretariat
Supaya sekretariat HMI benar-benar dapat berfungsi sebagai sekretariat organisasi maka
perlu dibuat perencanaan dan pengaturan tentang sekretariatnya, baik mengenai letak,
bangunan maupun ruangan-ruangannya.
Perencanan dan pengaturan sekretariat meliputi :
4.1. Letak Sekretariat
Sekretariat HMI yang terletak pada tempat yang strategis akan sangat menentukan
kelancaran komunikasi dengan pihak manapun, terutama dengan anggota,
sehingga mudah dicari, didatangi dan mudah pula mengadakan hubungan keluar,
disamping pertimbangan kelancaran komunikasi maka dalam menentukan tempat
sekretariat HMI harus dipertimbangkan tentang keadaan sekelilingnya (milih lokasi)
yang menjamin ketenangan dan kesehatan sehingga memungkinkan bagi
fungsionaris (pengurus) organisasi dapat bekerja menunaikan tugasnya di
sekretariat ini dengan baik dan efektif.
4.2. Bangunan Sekretariat
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
249
250
251
BAB III
ADMINISTRASI SURAT MENYURAT (KETATUSAHAAN)
3.1.
Urusan surat menyurat (ketatausahaan) adalah satu bidang yang penting dari lapangan
pekerjaan administrasi kesekretariatan. Surat pada hakekatnya adalah bentuk penuangan ide
atau kehendak seseorang dalam bentuk tulisan.
- Bentuk pernyataan kehendak seseorang kepada orang lain melalui tulisan (Talk in writing)
- Bentuk suatu media pencurahan perasaan, kehendak, pemikiran dan tujuan seseorang
untuk dapat diketahui oleh orang lain.
- Juga merupakan suatu bentuk gambaran tentang suatu peristiwa atau keadaan yang
dituangkan dalam bentuk tulisan.
Dengan demikian surat merupakan jembatan pengertian dan alat komunikatif bagi seorang
dengan orang lain. Karena sifat yang demikian, maka surat-surat harus disusun secara ringkas
dan padat tetapi tegas, bahasa yang dipakai haruslah mudah dimengerti, sederhana dan
teratur.
3.2. Mengingat pengertian dan sifat suatu surat seperti tersebut diatas, maka bagi suatu organisasi
turut menjadi sangat penting yaitu :
- Sebagai alat komunikasi
- Sebagai dokumentasi organisasi
- Sebagai tanda bukti (alat bukti/pemeriksaan).
Dengan adanya dan kekuatan dan kemampuan surat, maka pimpinan organisasi dapat
menyalurkan suatu kebijakan dan keputusan serta pendapat serta dapat pula mengetahui
tentang perkembangan kehidupan organisasi dengan bahan- bahan tersebut dapat diatur dan
dikendali organisasi dengan baik, apabila proses surat-menyurat (koresponden) berjalan lancar
dan efektif dari seluruh bagian dan aparat organisasi, karena pada hakekatnya suatu surat atau
kegiatan ketatausahaan mempunyai ciri- ciri utama sebagai berikut :
- Bersifat pelayanan
- Bersifat menetes keseluruhannya bagian atau aparat organisasi
- Dilaksanakan oleh semua pihak dalam organisasi
Ciri yang pertama berarti surat menyurat (ketatausahaan) merupakan service work (pekerjaan
pelayanan) yang bersifat memudahkan atau meringankan (fasilitating fungction), yang
dilakukan untuk membantu pekerjaan. Ciri berikutnya berarti surat menyurat (ketatausahaan)
diperlukan dimana dan dilaksanakan dalam seluruh organisasi yang terdapat pada puncak
pimpinan tertinggi (aparat tertinggi organisasi) sampai kepada ruangan kerja satuan organisasi
(aparat) terbawah.
3.3. Administrasi
Proses penyelenggaraan ketatausahaan atau dengan istilah lain administrasi surat menyurat
adalah satu proses yang berencana dan teratur yang dimulai dengan adanya ide
pemugarannya sampai penyelesaiaan dan penyimpangan sebagaimana mestinya. Administrasi
surat menyurat HMI meliputi 3 (tiga) hal :
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
252
Bila surat ini ditujukan kepada salah satu bagian / unit yang ada pada lembaga itu. hendaknya
dilengkapi dengan up yang berarti untuk perhatian. Contoh :
Kepada Yang Terhormat
Sdr. Pengurus Besar HMI
u.p. Bidang PAO
Di
JAKARTA
Dengan begitu penerima surat (telah mengagendakan seperlunya) bisa meneruskan kepada
bidang Aparat Organisasi PB HMI untuk ditindaklanjuti.
253
Sejajar
2,5 spasi
Assalamualaikum Wr. Wb
Teriring salam dan do`a semoga aktivitas keseharian Bapak/Ibu mendapat limpahan
rahmat dari Allah SWT. Amin.
3.7. Isi Surat
Suatu surat pada dasarnya tidak berbeda dengan suatu karangan penyusunannya memakai
sistematika dengan urutan Pendahuluan, Uraian Persoalan, dan Penutup.
3.7.1. Pendahuluan
Pendahualuan Ini dimaksudkan untuk menarik perhatian pembaca/penerima surat
tentang hal atau masalah yang dipersoalkan dalam surat itu kalau hanya sekedar
menyampaikan berita singkat, kata atau kalimat pendahuluan ini tidaklah menjadi
keharusan pertimbangannya adalah efisiensi tapi bila menyangkut persoalan penting
(apabila kalau memerlukan penguraian dan perincian), maka surat ini harus memakai
kata pendahuluan gunanya tidak hanya sekedar menarik perhatian melainkan
sekaligus sebagai motivasi (konsideran). Contoh :
diberitahukan bahwa, atau dengan ini disampaikan bahwa, . dst.
(untuk surat- surat pemberitahuan).
Bersama ini . atau dengan ini .dst
(untuk surat- surat pengantar).
Memenuhi permintaan saudara atau menunjuk surat saudara No..
tertanggal. dst
(untuk surat permintaan, jawaban, balasan, pernyataan)
Tempo-tempo kalimat pendahuluan ini bias berupa konstatasi ataupun pertimbanganpertimbangan yang melatarbelakangi hingga surat dibuat, misalnya :
Berhubungan adanya gejala yang kita rasakan bersama tentang .. dst.
Kalimat pendahuluan ini sebaliknya tidak lebih dari satu alinea ditulis 2 (dua) spasi di
bawah kata permulaan surat (Assalamualaikum Wr. Wb).
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
254
255
BAB IV
ADMINISTRASI KEARSIPAN
Arsip adalah warkat/surat-surat yang disimpan secara sistematis, karena mempunyai suatu
kemanfaatan apabila dibutuhkan dapat secara tepat ditemukan kembali. Jadi intinya arsip berarti
pengumpulan dan penyimpanan warkat/surat-surat. tata kearsipan yang sempurna apabila semua
surat dan dokumen-dokumen lainnya tersimpan pada suatu tempat tertentu dan teratur rapi, dan
apabila diperlukan kembali mudah ditemui, walaupun surat-surat tersebut telah tersimpan lama.
Pengarsipan yang baik sangat berguna terutama membantu kelancaran dan kerapian organisasi pada
khususnya, serta membantu perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Surat- surat organisasi pada prinsipnya harus disimpan di sekretariat/kantor adalah sangat
tidak benar dan dilarang apabila penyimpanan surat surat organisasi diluar arsip organisasi ataupun
oleh person-person pengurus. Tepat apabila kita mengenal beberapa sistem penyimpanan surat
antara lain :
- Sistem abjad (Alphabetic Filing)
- Sistem Perihal (Subjec Filing)
- Sistem Nomor (Numerical Filing)
- Sistem Daerah (Geografhical Filing)
Bagi kita (HMI) surat-surat organisasi pada map-map atau tempat-tempat tertentu dengan
membedakan kode (KA) untuk surat keluar intern dan kode KB untuk surat keluar eksternal.
Sedangkan surat-surat masuk intern berkode MA dan surat masuk ekstern dengan kode MB. Untuk
memperoleh kepraktisan lebih lanjut dari kode-kode dasar tersebut diatas (surat-surat masuk
internal maupun eksternal) dibagi lagi sesuai dengan kebutuhan/wilayah/bidang.
4.1. Arsip Surat Masuk
4.1.1. Arsip Surat Masuk Internal
MA I
MA II
MA II A
MA II B
MA II C
MA II D
MA II E
MA II F
MA II G
MA II H
MA II I
MA II J
MA II K
MA II L
MA III
256
Satu faktor lagi yang harus diperhatikan sehubungan dengan pengarsipan yakni pengawetan arsip.
Pengawetan ini dapat ditempuh dengan beberapa jalan antara lain :
Tempat penyimpanan (map/lemari) arsip dari bahanbahan yang baik dan tahan oleh
kerusakan, dan
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
257
Tempat penyimpanan dijauhkan dari api, air dan kelembaban serta mudah diawasi dari
ancaman binatang yang merusak ke dalam arsip.
4.4. Buku Agenda
Untuk memudahkan pengelolaan system administrasi dan kesekretariatan dalam hal ini
pengelolaan surat menyurat, surat masuk maupun surat keluar, pengarsipan dan dokumentasi
agar teratur dan sistematis, maka system pengagendaan surat menyurat perlu tersendiri.
Adapun unsur-unsur yang penting untuk dicatat adalah :
- Nomor Urut Surat
- Nomor Kode Arsip
- Nomor Surat
- Tanggal Terima
- Nomor dan Tanggal Surat
- Isi Surat
- Asal Surat
- Keterangan (tambahan untuk keterangan surat)
4.5. Surat Keluar
Surat keluar adalah surat yang kita keluarkan untuk mengemukakan kehendak, pikiran dan
maksud kita kepada pihak lain. Surat keluar harus melalui sirkulasi sebagai berikut :
-
Konsep surat harus terlebih dahulu dimintakan clearance kepada pengurus yang
berkepentingan agar tidak terjadi perbedaan-perbedaan antara muatan, isi dan redaksi
surat tersebut
Konsep surat yang telah mendapat clearance, kemudian diberi nomor verbal.
Tanggal
23-05-1420
04-09-1999
Tanggal
26-05-1420
07-09-1999
Isi Surat
Pendataan
Nasional
Keterangan
KA - 1
Kepada
HMI Cabang se
Indonesia
258
Konsep surat yang telah Clereance dan nomor surat, diketik sesuai dengan jumlah yang dikehendaki.
Legalitas organisasi (tanda tangan ketua, sekretaris dan stempel) setelah dibukukan barulah surat
tersebut siap untuk dikirim kepada tujuan. Pengiriman surat-surat betul menempuh perjalanan
menuju tujuannya kita bukukan dulu dalam bentuk ekspedisi yang memuat kolom-kolom sebagai
berikut :
Contoh Ekspedisi
Pengiriman
10
Kepada
Cabang
Tanggal/No.Surat
26-05-1420
07-09-1999
1903/A/Sek/05/1420
Lamp
1 (satu)
Penerima
Ket
Per pos
259
BAB V
ADMINISTRASI KEANGGOTAAN
Anggota HMI merupakan sasaran kerja, pembinaan dan pengkaderan organisasi sehingga
perlu ada administrasi yang rapi tentang anggota HMI dalam rangka terciptanya saasaran
kerja/aktifitas HMI yang konkrit dan terarah.
HMI adalah organisasi kader, sehingga HMI selalu menerima anggota baru, selanjutnya
melalui proses/jenjang pengkaderan dan akhirnya melepaskan diri sebagai alumni. Menjadi anggota
HMI pada pokoknya adalah sementara, untuk selanjutnya terjun ke dalam masyarakat yang
sesungguhnya (formal year). Proses pengadministrasian anggota mulai dari aktifitas penerimaan
anggota HMI yaitu pra-latihan kader dengan melalui prosedur sebagai berikut :
-
:
:
:
:
:
:
:
Nama
Tempat/Tgl Lahir
Komisariat
1799
Lumajang, 05-11-1983
Ekonomi UMJ
2008
Setiap dua tahun sekali diadakan pendaftaran ulang (registrasi) anggota biasa HMI yaitu
dengan penggantian kartu anggota lama. Sedangkan nomor anggota tetap sebagai nomor induk
yang lama cukup diberi registrasi dilaksanakan dengan mengisi permohonan kembali kepada
pengurus cabang.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
260
BAB VI
INVENTARIS ORGANISASI DAN DOKUMENTASI ORGANISASI
6.1.
Inventaris Organisasi
Inventaris organisasi adalah segala sesuatu yang menjadi milik organisasi berupa kekayaan
organisasi. Inventaris organisasi pada pokoknya dapat kita bagi dua yaitu Inventaris yang
permanen dan Inventaris organisasi yang tidak permanen. Yang digolongkan inventaris
permanen adalah milik organisasi yang dalam jangka relatif lama tidak mengalami perubahan
misalnya.
- Gedung sekretaris/kantor
- Alatalat tulis kantor, dll
Untuk mengontrol inventaris organisasi ini perlu dibuat daftar inventaris. Sesuai dengan
penggolongan diatas, maka kita dapat membuat daftar inventaris menjadi dua macam, yaitu:
1. Daftar inventaris organisasi yang permanen.
2. Daftar inventaris organisasi yang tidak permanen (habis pakai) dalam waktu relatif
pendek yang bisa disebut Buku Stok.
Tujuan dibuat daftar inventaris organisasi adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan kekayaan organisasi
2. Untuk menghindari adanya pemborosan
3. Sebagai alat kontrol dari inventaris (mengetahui kerusakan perubahan, penggantian,
serta untuk menambah bila terjadi kekurangan)
4. Penyimpangan inventaris organisasi harus dilakukan dengan baik oleh orang-orang yang
bertanggung jawab sesuai dengan job discription kesektariatan. - Penyimpangan harus
dilaksanakan serta ditempatkan di secretariat, tidak diperkenankan dibawah atau di
simpan di rumah fungsionaris.
6.2.
Dokumen Organisasi
Dokumen organisasi adalah segala sesuatu yang menyangkut kegiatan pencarian,
pengumpulan, penyimpanan serta pengawetan dokumen-dokumen organisasi. Dokumen
adalah suatu tanda bukti yang sah menurut hukum, Bentuk-bentuk dokumen antara lain:
1. Gambar-gambar dan foto-foto
2. Benda-benda berharga dan bernilai
3. Fotocopy atau salinan surat
4. Surat Kabar, Majalah dan lain sebagainya
Dokumentasi itu selain dipergunakan untuk kepentingan tertentu juga dipakai untuk
menyusun laporan tahunan organisasi serta tanda bukti yang sah. Pemeliharaan dan
penyimpanan dokumen seperti halnya barangbarang inventaris dan arsip hendaknya
disusun dengan rapih dan teratur dalam mapmap dan tempattempat tertentu dengan
mengelompokkan menurut kebutuhan. Aktifitas dokumentasi juga sangat penting dalam
menyusun sejarah perjuangan organisasi
261
BAB VII
ADMINISTRASI PERPUSTAKAAN
Dengan status HMI sebagai organisasi mahasiswa yang berkecimpung di dalam badan ilmu
pengetahuan dan tujuan-tujuan seperti dibuat pasal 4 Anggaran Dasar HMI, maka perpustakaan HMI
adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian maka HMI merupakan lembaga pendidikan
dan lemabaga ilmiah.
Perpustakaan yang ideal bagi HMI adalah yang meliputi bukubuku yag diperlukan oleh anggota
dalam studinya sebagaimana HMI mempunyai Sekolah HMI, yakni berupa training-training yang
didakan oleh HMI. Oleh karena itu perpustakaan yang minimal dimiliki mencakup buku-buku yang
diperlukan dalam kelengkapan kurikulum training HMI yang meliputi beberapa hal antara lain :
- Keislaman, keagamaan, Idiologi
- Keorganisasian, ke-HMI-an, Pendidikan dan kemahasiswaan
- Kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi dan sebagainya
Penyelenggaraan administrasi perpustakaan ini sebaiknya diserahkan kepada seorang anggota
pengurus yang khusus mengatur untuk itu dan bertanggung jawab serta memahami seluk beluk
perpustakaan.
262
BAB VIII
KEPROTOKOLERAN HMI
Tugas suatu bidang kesekretariatan tidak saja terbatas pada pengelolaan atau pengaturan surat
menyurat organisasi, kearsipan mengadministrasi dan penyelenggaraan dokumentasi serta
perpustakaan organisasi, tetapi juga meliputi penataan suatu acara dan pelaksanaan. Tugas yang
disebut terakhir dalam pedoman ini disebut sebagai Protokoler.
Keprotokoleran HMI merupakan segala aktifitas yang berhubungan dengan penyelenggaraan suatu
produser kelancaran (upacara) di dalam HMI. Oleh karena itu ia memegang peranan penting bagi
berlangsungnya suatu upacara. Demi tertib, disempurnakan ini menyuguhkan kembali (walaupun
sering dijadikan sebagai salah satu materi dalam training) sebagai bagian integral dari tugas bidang
kesekretariatan.
Agar sasaran suatu aktifitas dapat dicapai secara optimal, diperlukan penanggung jawaban dan
pembagian tugas di dalam penyelenggaraannya. Apabila penyelenggaraan suatu aktifitas tanpa
adanya panitia penyelenggara/project officer, maka pengelolaan penataan dan penyelenggaraannya
langsung dibawah koordinasi staf Sekretaris Jenderal (Sekjen). Namun kesemuannya itu masih lagi
dibutuhkan pelengkap penyelenggara seperti pengantar acara (announcer), penerima tamu,
pengatur kelengkapan, konsumsi, kesenian dan segala hal yang berhubungan dengan kelancaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan suatu upacara, yaitu:
- Tempat/Gedung (layout, pengaturan kursi, dekorasi)
- Jenis Acara
- Pengantar Acara
- Susunan acara
Hal yang disebut terakhir (susunan acara) merupakan hal yang sering terdapat kesalahan,
terutama mengenai urut-urutan pemberian sambutan. Urutan pemberi sambutan berbeda dengan
urutan kepada siapa kita harus menyapa dalam acara tersebut. Kalau dalam menyapa, urutnya
adalah secara struktural pejabat/pengurus tertinggi mendahului pejabat/pengurus tertinggi
mendahului pejabat dibawahnya dan seterusnya. Sedangkan urutan pemberi sambutan mulai dari
pengurus terbawa sampai seterusnya ke atas (lihat pada lampiran).
263
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Administrasi kesekretariatan ini adalah sangat penting dan diperlukan guna
keseragaman untuk menuju suatu organisasi modern dan efektif kerjanya.
Administrasi kesekretariatan HMI yang ideal ialah usaha bagaimana memanfaatkan sekretariat HMI
untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu :
- Tempat kerja yang efisien bagi pengurus
- Pusat kegiatan organisasi
Untuk itu perlu persyaratan-persyaratan yang menyangkut :
- Gedung/sekretariat
- Ketatausahaan
- Keuangan/Fasilitas yang cukup
Untuk melaksanakan administrasi kesekretariat yang baik sangat tergantung pada
pelaksana-pelaksananya yaitu terutama staf secretariat dengan bantuan dan pengertian dari
anggota pengurus lainnya, bahkan seluruh anggota HMI.
Akhirnya dengan adanya pedoman administrasi kesekretariatan yang disempurnakan ini
mudah-mudahan organisasi HMI akan lebih mampu bekerja dengan efektifitas yang maksimal dan
mengeliminasi kekurangan sebelumnya, berkat adanya administrasi yang teratur dan rapi.
Billaitaufiq Walhidayah
264
265
CONTOH
IKRAR UNTUK PELANTIKAN
Bismillahirrahmanirrahim
(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang)
Rabitu billahi Rabba Wabil Islami dina Wabi Muhammadin Wannbiyan Warrusala
(Kami rela Allah Tuhan kami, Islam agama kami dan Muhammad Nabi dan Rasul Allah)
Dengan kesadaran dan tanggung jawab, kami pengurus .. dengan ini berjanji dan
berikrar :
1. Bahwa kami dengan kesungguhan hati kami akan melaksanakan ketetapanketetapan ke di
2. Bahwa kami akan selalu menjaga nama baik Himpunan dengan selalu tunduk dan
patuh kepada AD/ART dan pedoman pokok HMI beserta HMI beserta ketentuan
ketentuan lainnya.
3. Bahwa apa yang kami kerjakan dalam kepengurusan ini adalah untuk mencapai
tujuan HMI dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT untuk mencapai
kesejahteraan umat dan bangsa di dunia dan diakhirat.
266
CONTOH
PENGURUS BESAR
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Nomor : 023/KPTS/A/08/1437
Tentang
PENGESAHAN SUSUNAN PENGURUS HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CABANG DENPASAR PERIODE 2016-2017
Dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridha Allah SWT, Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam (PB HMI) setelah :
Menimbang
Mengingat
Memperhatikan
Menetapkan
MEMUTUSKAN
1. Mengesahkan susunan pengurus HMI Cabang Denpasar Periode
2016-2017 dibawah kepemimpinan saudara SYAMRAWI AS
267
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 08 Raja 1437 H
15 Mei 2016 M
PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
MULYADI P. TAMSIR
KETUA UMUM
AMIJAYA
SEKRETARIS JENDERAL
268
CONTOH
PENGURUS BESAR
SURAT KETERANGAN
Nomor : 115/A/Sek/11/1437
Dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah SWT, Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam (PB HMI) menerangkan bahwa :
Nama
Alamat
1437 H
2016 M
PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
MULYADI P. TAMSIR
KETUA UMUM
AMIJAYA
SEKRETARIS JENDERAL
269
CONTOH
PENGURUS BESAR
SURAT TUGAS
Nomor : 1116/A/Sek/07/1437
Dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah Subhana Wa Taala Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) memberikan tugas kepada :
1. Nama
: Hari Azwar
Jabatan : Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi PB HMI
Alamat : Jalan Sultan Agung No. 25A, Guntur Jakarta Selatan
2. Nama
: Muhammad Zaenal Arifin
Jabatan : Departemen Pengembangan Organisasi PB HMI
Alamat : Jalan Sultan Agung No. 25A, Guntur Jakarta Selatan
Keperluan
Berangkat
Transportasi
Demikian surat tugas ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya kepada
yang bersangkutan diharapkan melapor setelah selesainya tugas tersebut.
MULYADI P. TAMSIR
KETUA UMUM
AMIJAYA
SEKRETARIS JENDERAL
270
CONTOH
PENGURUS BESAR
SURAT MANDAT
Nomor : 123/A/Sek/07/1437
Dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam (PB HMI) memberikan mandat kepada:
Nama
Jabatan
: Aristianto Zamzami
: Bendahara Umum PB HMI
Untuk mengurus permohonan dana pada donatur yang telah menyatakan kesanggupannya
menjadi penyandang dana Pleno 1 PB HMI dan untuk mengambil dana bantuan tersebut.
Demikian surat mandat dikeluarkan untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.
PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
MULYADI P. TAMSIR
KETUA UMUM
AMIJAYA
SEKRETARIS JENDERAL
271
CONTOH
PENGURUS BESAR
Nomor : 135/B/Sek/07/1437
Lamp : 1 (satu) berkas
Perihal : MOHON BANTUAN PENGGANDAAN
HASIL-HASIL KONGGRES XXIX
MULYADI P. TAMSIR
KETUA UMUM
AMIJAYA
SEKRETARIS JENDERAL
272
CONTOH
PENGURUS BESAR
Nomor
Lamp
Perihal
: 052/A/Sek/06/1437
: 1(satu ) Berkas
: PENGANTAR
AMIJAYA
SEKRETARIS JENDERAL
273
CONTOH
PENGURUS BESAR
Nomor : 1245/B/Sek/07/1437
Lamp : 1 (satu) berkas
Perihal : UNDANGAN
Billahitaufiq Walhidayah
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 09 Rajab 1437 H
15 Mei
2016 M
PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISAM
MULYADI P. TAMSIR
KETUA UMUM
AMIJAYA
SEKRETARIS JENDERAL
274
CONTOH
PENGURUS BESAR
Nomor
Lamp
Perihal
: 135/A/Sek/07/1437
: 1 (satu) berkas
: HIMBAUAN
Billahitaufiq Walahidayah
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 05 Rajab 1437 H
15 Mei
2016 M
PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
MULYADI P. TAMSIR
KETUA UMUM
AMI JAYA
SEKRETARIS JENDERAL
275
CONTOH
SUSUNAN ACARA
PEMBUKAAN KONFERENSI CABANG IX
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG PALEMBANG
1. Pembukaan
2. Pembacaan Ayat Suci Al-Quran
3. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Hymne HMI
4. Laporan ketua panitia
5. Sambutan-sambutan
5.1. Ketua Umum HMI Cabang Palembang
5.2. Ketua Umum BADKO Sumbagsel sekaligus membuka acara
6. Pemberian cindera mata
7. Doa
8. Penutup
Urutan-urutan sapaan dalam suatu acara
Yang Terhormat Saudara :
1. Ketua Umum PB HMI
2. Ketua BADKO HMI Kalimantan Barat
3. Ketua Umum HMI Cabang Sintang
4. Ketua Komisariat di Lingkungan HMI Cabang Palembang
5. Beserta segenap undangan yang kami muliakan
276
CONTOH
DATA ANGGOTA
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
KOMISARIAT
CABANG
BADKO
I. DATA DIRI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama lengkap
Jenis Kelamin
Tempat/Tgl Lahir
Alamat
Nomor Telepon/hp
Alamat email
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Ibu Kandung
6. Nama
7. Tempat/Tgl Lahir
8. Pendidikan Terakhir
9. Pekerjaan
10. Alamat
:
:
:
:
:
1.
2.
3.
4.
5.
SD
SMP
SMA (sederajat)
Universitas/ins/Akademi
Fakultas/Jurusan
:
:
:
:
:
Tamat
Tamat
Tamat
Tamat
277
6. Masuk Tahun
:
7. Tingkat/No. Mahasiswa :
IV. DATA TENTANG ORGANISASI
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
TAHUN
TRIWULAN
II
III
IV
KETERANGAN
2015
2016
2017
dst
*) Anggaran rumah tangga HMI Bagian IV pasal 8 menyebutkan kewajiban anggota
a) membayar uang pangkal dan iuran anggota
b) Berprestasi dalam setiap kegiatan HMI
c) Menjaga nama baik organisasi
d) Terkecuali bagi anggota luar biasa dan anggota kehormatan tidak berlaku sub 17 a
dan b
**) Diisi oleh Pengurus Cabang / PB HMI
CATATAN DAFTAR NAMA/URUTAN BULAN-BULAN TAHUN HIJRIAH
1. Muharram
2. Syafar
3. Rabiul Awal
4. Rabiul Akhir
5. Jumadil Awal
6. Jumadil Akhir
7. Rajab
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
278
8. Syaban
9. Ramadhan
10. Syawal
11. Dzulkaidah
12. Dzulhijah
Daftar nama dan urutan bulan-bulan Hijriah di atas, dimaksudkan untuk memberikan
nomor/bulan dalam surat menyurat.
Misal
: Jika surat tersebut dikeluarkan bulan Rabiul awal maka kode suratnya menjadi :
Nomor
: 110/A/Sek/03/1434
Angka nomor 03 itulah sebagai petunjuk bulan Rabiul Awal (bulan ketiga) dalam tahun
Hijriyah
Billahitaufiq Wal Hidayah.
279
A. PENDAHULUAN
Sesuai dengan Anggaran dasar BAB VII pasal 16 dan Anggaran Rumah Tangga Pasal 63, organisasi
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dapat diperoleh dana dari berbagai sumber antara lain :
1. Uang pangkal dan iuran anggota
2. Keuntungan Lembaga Pengembangan Profesi
3. Sumbangan alumni
4. Usaha-usaha lain yang halal dan tidak bertentangan dengan sifat independensi HMI
Maksud dan tujuan dari Pedoman Keuangan dan Harta Benda Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI) adalah sebagai usaha lebih memperoleh dana yang lebih besar dan dengan cara yang
efektif sesuai dengan kondisi cabang masing-masing dengan tujuan agar HMI lebih mandiri
dalam arti tidak tergantung pada instansi/lembaga yang memberikan sumbangan bersifat
konvensional.
B. SUMBER DANA
1.
280
281
INDIVIDU KADER
AMANAH & AHLI
TUJUAN
USAHA
PROGRAM
ETIKA
MANUSIA DATA
MATERIAL
MANAJEMEN PENGELOLA
METODE TEKNOLOGI
SISTEM
PENERIMAAN
SISTEM ANGGARAN
SISTEM PELAPORAN
282
283
F. PENUTUP
Demikian pedoman kebendaharaan ini kami susun agar dapat berguna sebagai pegangan atau
petunjuk pelaksanaan bagi organisasi dalam upaya pendayagunaan sumber dan yang ada, secara
efisien dan efektif serta dapat dipertanggungjawabkan.
Kami berharap pedoman ini dapat standar yang masih mungkin dapat dikembangkan sesuai
dengan aparat/cabang masing-masing, jika kelak ternyata atau terdapat kesalahan aatau
kekurangan dapat kita kembangkan.
284
Dari
Sebagai
Keterangan terlampir
Disetujui
Bendahara
Rangkap III
1. Putih
2. Merah
3. Kuning
Diketahui
Ketua
Dibukukan
Wabendum
.
Yang menerima
Dari
Sebagai
Keterangan terlampir
Pemakai..
Pemakai
Disetujui
Bendahara
Rangkap III
1. Putih
2. Merah
3. Kuning
Diketahui
Ketua
Dibukukan
Wabendum
285
Nomor
Bukti
Penjelasan Perkiraan
Nomor
Bendahara Umum
Debet
Kredit
BUKU KAS
No
Debet
Jumlah
No
Kredit
Jumlah
Debet
Jumlah
No
Kredit
Jumlah
BUKU HUTANG
No
TATA PERKIRAAN
No
001
002
003
004
010
020
030
040
070
080
090
100
110
120
130
140
150
160
200
201
202
203
Nama Perkiraan
Neraca
Kas
Bank
Tagihan
Persediaan
Gedung
Inventasi Kantor
Kendaraan
Perlengkapan
Hutang
Uang Muka Diterima
Selisih Aktiva-PasivaPerkiraan Kecil
Penerimaan Uang Pangkal
Penerimaan uang iuran
Penerimaan dari Donatur tetap
Penerimaan dari Penyumbang insidentil alumni/simpatisan
Penerimaan dari hasil usaha
Penerimaan dari instansi
Penerimaan lain-lain (missal iuran pengurus)
BIAYA ADMINISTRASI
Biaya Kantor
Biaya ATK
Biaya Listrik/Gas/Leding
Biaya Telpon/Telegram/Fax
286
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
Biaya Perangko/Materai
Biaya Perjalanan
Biaya Rapat
Biaya Transport
Biaya Makan/Minum
Biaya Tamu
Honorium
Biaya Pemeliharaan Kantor
Biaya Pemeliharaan Inventaris
Biaya Pemeliharaan Kendaraan
BIAYA AKTIFITAS/PROGRAM
Biaya Pleno
Biaya Seminar/Simposium/Lokakarya
Biaya Training/Schooling
Biaya Komperensi Kerja
Biaya Konggres/Muktamar
Biaya Perjalanan Luar Negeri
NERACA
PER..
No Perkiraan
1
Kas
2
Bank
3
Tagihan
4
DP
5
Persed
6
Bangunan
7
Invetaris Kantor
8
Kendaraan
9
Perlengkapan
Jumlah
Jumlah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
No
10
11
12
Perkiraan
Hutang
Uang Muka Diterima
Selisih Aktif/pasif
Jumlah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
287
Dan seterusnya
BIAYA RUPA-RUPA
Biaya sumbangan kemalangan
Rp.
Biaya hadiah perkawinan
Rp.
Biaya Karangan Bunga
Rp.
Biaya lain-lain yang tak terduga Rp. .
Surplus (Defisit)
Rp.
DAFTAR PERHITUNGAN HASIL USAHA
PENERIMAAN
a. Uang Pangkal
b. Uang Iuran
c. Donatur Tetap
d. Penyumbang Insidentil
e. Hasil Usaha
f. Instansi
g. Lain-lain
Jumlah Penerimaan
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
PENGELUARAN
2. BIAYA ADMINISTRASI
Biaya Kantor
Biaya ATK
Biaya Listrik/Ledeng/Gas
Biaya Telepon/Telegram/Telex
Biaya Prangko/Materai
Biaya Perjalanan
Biaya Transport
Biaya Makan/Minum
Biaya Tamu
Biaya Honoranium
Biaya Pemeliharaan Kantor
Biaya Inventaris
Biaya Pengeluaran
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
SURPLUS/DEFISIT
Rp.
288
PEDOMAN PERKADERAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
289
MUKADDIMAH
Asyahadu Alla Ilaha Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadarrasulullah
(Aku Bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Aku Bersaksi bahwa Muhammad Utusan Allah)
Sesungguhnya Allah telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang hak dan sempurna untuk
mengatur kehidupan umat manusia sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai
khalifah, manusia dituntut memanifestasikan nilai-nilai ilahiyah di bumi dengan kewajiban
mengabdikan diri semata-mata kepada-Nya, sehingga melahirkan spirit tauhid sebagai persaksian
(syahadah) untuk melakukan pembebasan (liberation) dari belenggu-belenggu selain Allah. Dalam
konteks ini, seluruh penindasan atas kemanusiaan adalah thagut yang harus dilawan. Inilah yang
menjadi subtansi dari pesaksian primordial manusia yang termaktub dalam syahadatain.
Dalam melaksanakan peran sebagai khalifah, manusia harus berikhtiar melakukan
perubahan sesuai dengan misi yang diemban oleh para Nabi, yaitu menjadikan Islam sebagai rahmat
bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin). Rahmat bagi seluruh alam menurut Islam adalah
terbentuknya masyarakat yang menjunjung tinggi semangat persaudaraan universal (universal
brotherhood), egaliter, demokratis, berkeadilan sosial (social justice),
berakhlakul karimah,
istiqomah melakukan perjuangan untuk membebaskan kaum tertindas (mustadhafin), serta mampu
mengelola dan menjaga keseimbangan alam.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi kader diharapkan mampu menjadi alat
perjuangan dalam mentransformasikan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin dibangun
yakni terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung
jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang dirindhoi Allah SWT.
HMI sebagai organisasi kader memiliki platform yang jelas dalam menyusun agenda dengan
mendekatkan diri kepada realitas masyarakat dan secara konsisten membangun proses dialetika
secara obyektif dalam pencapaian tujuannya. Daya sorot HMI terhadap persoalan akan tergambar
pada penyikapan kader yang memiliki keberpihakan terhadap kaum tertindas (mustadhaafin) dan
memperjuangkan kepentingan mereka serta membekalinya dengan ideologi yang kuat untuk
melawan kaum penindas (mustakbirin).
Untuk dapat mewujudkan cita-cita revolusi di atas, maka seyogyanya perkaderan harus
diorientasikan kepada proses rekayasa pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai dan
kemampuan untuk melakukan transformasi kepribadian dan kepemimpinan seorang muslim yang
utuh (kaffah), sikap dan wawasan intelektual yang melahirkan kritisisme, serta orientasi kepada
kemandirian dan profesionalisme. Oleh karena itu, untuk menguatkan dan memberikan nilai optimal
bagi pengkaderan HMI, maka ada tiga hal yang harus diberi perhatian serius. Pertama, rekruitmen
calon kader. Dalam hal ini, HMI harus menentukan prioritas rekruitmen calon kader dari mahasiswa
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
290
pilihan, yakni input kader yang memiliki integritas pribadi, bersedia melakukan peningkatan dan
pengembangan diri secara berkelanjutan, memiliki orientasi kepada prestasi yang tinggi dan potensi
leadership, serta memiliki komitmen untuk aktif dalam memajukan organisasi. Kedua, proses
perkaderan yang dilakukan sangat ditentukan oleh kualitas pengurus sebagai penanggung jawab
perkaderan, pengelola latihan, pedoman perkaderan dan bahan yang dikomunikasikan serta fasilitas
yang digunakan. Ketiga, iklim dan suasana yang dibangun harus kondusif untuk perkembangan
kualitas kader, yakni iklim yang menghargai prestasi individu, mendorong semangat belajar dan
bekerja keras, menciptakan ruang dialog dan interaksi individu secara demokratis dan terbuka untuk
membangun sikap kritis yang melahirkan pandangan futuristik serta menciptakan media untuk
merangsang kepedulian terhadap lingkungan sosial.
Untuk memberikan panduan (guidance) yang dipedomani dalam setiap proses perkaderan
HMI, maka dipandang perlu untuk menyusun pedoman perkaderan yang menjadi strategi besar
(grand strategy) perjuangan HMI sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan dalam menjawab
tantangan zaman.
291
292
293
GLOSSARIUM
Istilah
Kader
Perkaderan
Rekruitmen
Metode
Pendekatan
Pra-Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi
Pembentukan
Pengembangan
Training Formal
Training Non-Formal
Training Lainnya
Up-Grading
Follow-Up
Pelatihan (sebelum training)
Aktivitas
Pengabdian
Pengertian
Kader adalah "sekelompok orang yang terorganisasir
secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung
bagi kelompok yang lebih besar". Dengan demikian ciri
seorang kader tewujud dalam empat hal: pertama, seorang
kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal
aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain
sendiri sesuai dengan selera pribadi. Kedua, seorang kader
mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen),
tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah
(konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan
kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan
kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang
mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih
besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek
kualitas. Keempat, seorang Kader memiliki visi dan
perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial
lingkungannya
dan
mampu
melakukan
"social
engineering".
Perkaderan adalah usaha organisasi yang dilaksanakan
secara sadar dan sisternatis selaras dengan pedoman
perkaderan HMI
Penjaringan atau usaha pengadaan kader dalam arti
kuantitas maupun kualitas
Cara atau jalan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
Langkah-langkah strategis untuk mencapai suatu tujuan
Sebelum masuk atau terdaftar pada perguruan tinggi
tertentu
Lembaga pendidikan formal
Sekumpulan aktivitas yang terintegrasi untuk memberikan
prinsip-prinsip dan kemampuan dasar kader.
Sekumpulan aktivitas untuk mengembangkan kemampuan
dan keahlian serta minat-bakat kader.
Pelatihan dalam rangka pembentukan kader yang sistematis
dan berjenjang.
Pelatihan diluar training formal yang dilaksanakan secara
sistematis yang bertujuan untuk mengembangkan keahlian
dan kemampuan dalam bidang tertentu.
Pelatihan diluar training formal dan non-formal yang
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan kader.
Kegiatan yang menitik beratkan pada pengembangan nalar
dan kemampuan kader dalam rangka mempersiapkan
menuju jenjang Training berikutnya.
Aktivitas pasca training formal yang berfungsi untuk
memaksimalkan kemampuan kader berdasarkan jenjangnya.
Pelatihan adalah kegiatan sistematis yang bertujuan untuk
membentuk dan atau mengembangkan kemampuan dan
keahlian kader.
Kegiatan-kegiatan organisasi baik bersifat individu maupun
kelompok yang diarahkan pada pembentukan dan
pengembangan kapasitas, karakter dan militansi kader.
Wujud implementasi aktivitas pasca ber-HMI dalam ruang
294
Kepribadian Kader
Kurikulum
Steering Commite
Organising Commite
Pelaksana Kegiatan
Penyelenggara Kegiatan
Pengelola Kegiatan
Inteligensia
Muslim
Team Master
Instruktur
Narasumber
Peserta
295
BAB I
KONSEP PERKADERAN
Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah Terbinanya insan akademis, pencipta,
pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhoi oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Berdasarkan tujuan tersebut, maka pada hakikatnya
seluruh aktivitas HMI merupakan proses pembinaan terhadap kader HMI agar setiap individu kader
memiliki kualitas insan cita. Dengan demikian dapat dipahami bahwa tugas pokok HMI secara
organisatoris adalah menyediakan sumberdaya manusia yang akan berperan aktif dalam kehidupan
umat dan bangsa untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah subhanahu wa
ta'ala tersebut.
Penyediaan sumberdaya manusia yang berkualitas, hanya dapat dicapai melalui serangkaian
usaha sistematis, terarah, dan utuh-mensyeluruh, diistilahkan dengan perkaderan. Secara sederhana
pengertian dari perkaderan adalah serangkaian usaha organisasi yang dilakukan secara sadar,
sistematis, dan terus-menerus untuk pembentukan dan pengembangan diri dan karakter kader, supaya
memiliki kepribadian kader sebagaimana yang diharapkan, yaitu Insan Cita. Dan yang dimaksud
dengan kader adalah sekelompok orang yang terorganisasir secara terus menerus dan akan menjadi
tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar.
Untuk memberikan acuan dan arahan dalam pelaksanaan perkaderan agar sistematis,
diperlukan suatu pedoman yang memuat konsep perkaderan untuk mengatur dan memberikan arahan
yang jelas dalam pelaksanaan perkaderan secara komprehensif, diantaranya meliputi: landasan/dasar,
prinsip, ruang lingkup, pola, pengelolaan, dan monitoring evaluasi. Pedoman ini merupakan acuan
umum dan arah perkaderan bagi seluruh elemen HMI dalam pelaksanaan perkaderan guna
membentuk kepribadian kader sesuai yang dicita-citakan.
1.1 Landasan Perkaderan
Landasan perkaderan merupakan pijakan dasar bagi aktivitas HMI di dalam menjalankan
fungsinya sebagai organisasi perkaderan. Nilai-nilai yang termaktub di dalam landasan ini tiada lain
merupakan spirit yang harus dijiwai baik oleh HMI secara kolektif maupun kader HMI secara
individual. Dengan demikian, aktivitas kaderisasi di HMI tidak akan keluar dari nilai-nilai yang
dimaksud, agar setiap aktivitasnya selalu mengarahkan pada tujuan-tujuan yang bersifat jangka
panjang dan terarah. Maka landasan-landasan yang dimaksud, terbagi menjadi empat pokok landasan:
296
297
Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mengangkat sesama manusia sebagai tuhan-tuhan ialah menjadikan
sesama manusia sebagai sasaran penyembahan, dedikasi, devosi, atau sikap pasrah total. Dengan
demikian maka tawhid mengharuskan adanya pembebasan diri dari objek-objek yang membelenggu
dan menjerat ruhani. Ini adalah sejajar dan identik dengan semangat dan makna dari bagian pertama
kalimat persaksian, Aku bersaksi bahwasanya tiada suatu tuhan (ilah)... yakni, aku menyatakan diri
bebas dari kukungan kepercayaan-kepercayaan palsu yang membelenggu dan menjeret ruhaniku.
Kemudian untuk menyempurnakannya, maka pernyataan kedua diteruskan sebagai proses
pembebasan ...kecuali Allah, (Al-Ilah,Al-Lah, yakni Tuhan yang sebenarnya, yang dipahami dalam
kerangka semangat ajaran ketuhanan yang maha esa atau tauhid uluhiyya, monoteisme murni-strict
monotheisme).
Maka dari itu, tawhid bukan hanya melahirkan taqwa, melainkan inspirasi dan peneguhan
fungsi dasar manusia sebagai khalifah di muka bumi. Dan sebagai akhir dari pada fungsi manusia
tersebut, maka di hari akhirat kelak manusia akan di mintai pertanggung jawaban secara pribadi, yaitu
pertanggung jawaban atas setiap pilihan yang ditentukannya secara pribadi di dunia. Sehingga tidak
ada pembelaan berdasarkan hubungan solidaritas, perkawinan, kawan-karib maupun sanak-saudara.
Manusia disebut berharkat dan bermartabat tiada lain merupakan konsekuensi dari adanya hak dasar
manusia untuk memilih dan menentukan sendiri prilaku moral dan etisnya. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa manusia harus senantiasa memberi makna atas hidup di dunia ini melampaui tujuantujuan duniawi (terrestrial), menembus tujuan-tujuan hidup ukhrawi (celestial).
1.1.2 Landasan Ideologis
Islam sebagai landasan nilai transformatif yang secara sadar dipilih untuk memenuhi
kebutuhan dan menjawab persoalan yang terjadi dalam masyarakat. Islam mengarahkan manusia
untuk mencapai tujuan dan idealisme yang dicita-citakan. Untuk tujuan dan idealisme tersebut maka
umat Islam akan ikhlas berjuang dan berkorban demi keyakinannya. Ideologi Islam senantiasa
mengilhami, memimpin, mengorganisir perjuangan, perlawanan, dan pengorbanan yang luar biasa
untuk melawan semua status quo, belenggu dan penindasan terhadap umat manusia.
Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad telah memperkenalkan Islam sebagai ideologi
perjuangan dan mengubahnya menjadi keyakinan yang tinggi, serta memimpin rakyat melawan kaum
penindas. Nabi Muhammad lahir dan muncul dari tengah masyarakat kebanyakan yang oleh
Al-Quran dijuluki sebagai ummi. Kata ummi yang disifatkan kepada Nabi Muhammad menurut
Ali Syariati dalam karyanya Ideologi Kaum Intelektual, berarti bahwa beliau berasal dari kelas
rakyat. Kelas ini terdiri atas orang-orang awam yang buta huruf, para budak, anak yatim, janda dan
orang-orang miskin (mustadhafin) yang menderita, dan bukan berasal dari kalangan borjuis dan elite
penguasa. Dari kalangan inilah Muhammad memulai dakwahnya untuk mewujudkan cita-cita Islam.
298
Cita-cita Islam adalah adanya transformasi terhadap ajaran dasar Islam tentang persaudaraan
universal (Universal Brotherhood), kesetaraan (Equality), keadilan sosial (Social Justice), dan
keadilan ekonomi (Economical Justice). Ini adalah cita-cita yang memiliki aspek liberatif sehingga
dalam usaha untuk mewujudkannya tentu membutuhkan keyakinan, tanggung jawab, keterlibatan dan
komitmen. Hal ini disebabkan sebuah ideologi menuntut penganutnya bersikap setia (committed).
Dalam usaha untuk mewujudkan cita-cita Islam, pertama, persaudaraan universal dan
kesetaraan (equality), Islam telah menekankan kesatuan manusia (unity of mankind) yang ditegaskan
dalam Al-Quran:
[Ayat]
Hai manusia ! kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan. Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
(Q.S. Al-Hujurat:13).
Ayat ini secara jelas membantah sernua konsep superioritas rasial, kesukuan, kebangsaan atau
keluarga, dengan satu penegasan dan seruan akan pentingnya keshalehan, baik keshalehan ritual
maupun keshalehan sosial, sebagaimana Al-Quran menyatakan:
[Ayat]
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri karena Allah, menjadi saksi dengan
keadilan. Janganlah karena kebencianmu kepada suatu kaum, sehingga kamu tidak berlaku adil.
Berlaku adillah, karena keadilan itu lebih dekat kepada taqwa dan takutlah kepada Allah (QS.
Al-Maidah: 8).
Kedua, Islam sangat menekankan kepada keadilan di semua aspek kehidupan. Dan keadilan
tersebut tidak akan tercipta tanpa membebaskan masyarakat lemah dan marjinal dari penderitaan,
serta memberi kesempatan kepada kaum mustadhafin untuk menjadi pemimpin. Menurut Al-Quran,
mereka adalah pernimpin dan pewaris dunia.
[Ayat]
Kami hendak memberikan karunia kepada orang-orang tertindas di muka burni. Kami akan
menjadikan mereka pemimpin dan pewaris bumi (QS. Al-Qashash: 5)
[Ayat]
299
Dan kami wariskan kepada kaum yang tertindas seluruh timur bumi dan baratnya yang kami
berkati. (QS. Al-Araf: 37).
Di tengah-tengah suatu bangsa ketika orang-orang kaya hidup mewah di atas penderitaan
orang miskin, ketika budak-budak merintih dalam belenggu tuannya, ketika para penguasa membunuh
rakyat yang tak berdaya hanya untuk kesenangan, ketika para hakim mernihak kepada pemilik
kekayaan dan penguasa, ketika orang-orang kecil yang tidak berdosa dimasukkan ke penjara maka
Nabi Muhammad SAW menyampaikan pesan rabbulmustadhafin :
[Ayat]
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang yang tertindas, baik
laki-laki, perempuan dan anak-anak yang berdoa, Tuhan kami ! Keluarkanlah kami dari negeri yang
penduduknya berbuat zalim, dan berilah kami perlindungan dan pertolongan dari sisi Engkau. (QS.
An-Nisa: 75).
Dalam ayat ini menurut Asghar Ali Engineer dalam bukunya Islam dan Teologi Pembebasan,
Al-Quran mengungkapkan teori kekerasan yang membebaskan yaitu:
[Ayat]
Perangilah mereka itu hingga tidak ada fitnah. (Q.S. Al-Anfal: 39)
Al-Quran dengan tegas mengutuk Zulm (penindasan). Allah tidak menyukai kata-kata yang kasar
kecuali oleh orang yang tertindas.
[Ayat]
Allah tidak menyukai perkataan yang kasar/jahat (memaki), kecuali bagi orang yang teraniaya.
(QS. An-Nisa: 148).
Ketika Al-Quran sangat menekankan keadilan ekonomi berarti Al-Quran seratus persen
menentang penumpukan dan penimbunan harta kekayaan. Al-Quran sejauh mungkin menganjurkan
agar orang-orang kaya hartanya untuk anak yatim, janda-janda dan fakir miskin.
[Ayat]
Adakah engkau ketahui orang yang mendustakan agarna? Mereka itu adalah orang yang
menghardik anak yatim. Dan tidak menyuruh memberi makan orang miskin. Maka celakalah bagi
orang yang shalat, yang mereka itu lalai dari sholatnya, dan mereka itu riya, enggan memberikan
zakatnya. (QS. AI-Maun: 1-7).
300
Al-Quran tidak menginginkan harta kekayaan itu hanya berputar di antara orang-orang kaya
saja.
[Ayat]
Apa-apa (harta rampasan) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya dari penduduk negeri
(orang-orang kafir), maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, untuk karib kerabat Rasul, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, dan orang yang berjalan, supaya jangan harta itu beredar antara
orang-orang kaya saja diantara kamu (QS. Al Hasyr: 7).
Al-Quran juga memperingatkan manusia agar tidak suka menghitung-hitung harta
kekayaannya, karena hartanya tidak akan memberikan kehidupan yang kekal. Orang yang suka
menumpuk-numpuk dan menghitung-hitung harta benar-benar akan dilemparkan ke dalam bencana
yang mengerikan, yakni api neraka yang menyala-nyala:
[Ayat]
... (QS. Al-Humazah:1-9).
Kemudian juga pada Surat At-Taubah: 34, menyatakan:
[Ayat]
... (QS. At-Taubah: 34)
Al-Quran memberikan beberapa peringatan keras kepada mereka yang suka menimbun harta
dan mendapatkan hartanya dari hasil eksploitasi (riba) dan tidak membelanjakannya di jalan Allah.
Pada masa Rasulullah SAW banyak sekali orang yang terjerat dalam perangkap hutang karena
praktek riba. Al-Quran dengan tegas melarang riba dan memperingatkan siapa saja yang
melakukannya akan diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya (Iihat, QS. Al-Baqarah: 275-279 dan
Ar-Rum: 39). Demikianlah Allah dan Rasul-Nya telah mewajibkan untuk melakukan perjuangan
membela kaum yang tertindas dan mereka (Allah dan Rasul-Nya) telah memposisikan diri sebagai
pembela para mustadhafin.
Dalam keseluruhan proses aktifitas manusia di dunia ini, Islam selalu mendorong manusia
untuk terus memperjuangkan harkat kemanusiaan, menghapuskan kejahatan, melawan penindasan dan
ekploitasi. AI-Quran memberikan penegasan:
[Ayat]
301
Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi manusia supaya kamu menyuruh berbuat
kebajikan (maruf) dan melarang berbuat kejahatan (mungkar) serta beriman kepada Allah (QS. AliImran: 110).
Dalam rangka memperjuangkan kebenaran ini, manusia memiliki kebebasan dalam
mengartikulasikan Islam sesuai dengan konteks lingkungannya agar tidak terjebak pada hal-hal yang
bersifat mekanis dan dogmatis. Menjalankan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Quran dan
As-Sunnah berarti menggali makna dan menangkap semangatnya dalam rangka menyelesaikan
persoalan kehidupan yang serba kompleks sesuai dengan kemampuannya.
Demikianlah cita-cita Islam yang senantiasa harus selalu diperjuangkan dan ditegakkan,
sehingga dapat mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang adil, demokratis, egaliter dan
berperadaban. Dalam memperjuangkan cita-cita tersebut manusia dituntut untuk selalu setia
(commited) terhadap ajaran Islam seraya memohon petunjuk Allah SWT, ikhlas, rela berkorban
sepanjang hidupnya dan senantiasa terlibat dalam setiap pembebasan kaum tertindas (mustadh'afin).
[Ayat]
"Sesungguhnya sholatku, perjuanganku, hidup dan matiku, semata-mata hanya untuk Allah, Tuhan
seluruh alam. Tidak ada serikat bagi-Nya dan aku diperintah untuk itu, serta aku termasuk orang
yang pertama berserah diri. " (QS. AI-An'am: 162-163).
1.1.3 Landasan Sosio-Historis
Islam yang masuk di kepulauan Nusantara telah berhasil merubah kultur masyarakat terutama
di daerah sentral ekonomi dan politik menjadi kultur Islam. Keberhasilan Islam yang secara dramatik
telah berhasil menguasai hampir seluruh kepulauan nusantara. Tentunya hal tersebut dikarenakan
agama Islam memiliki nilai-nilai universal yang tidak mengenal batas-batas sosio-kultural, geografis
dan etnis manusia. Sifat Islam ini termanifestasikan dalam cara penyebaran Islam oleh para pedagang
dan para wali dengan pendekatan sosio-kultural yang bersifat persuasif.
Masuknya Islam secara damai berhasil mendamaikan kultur Islam dengan kultur masyarakat
nusantara. Dalam proses sejarahnya, budaya sinkretisme penduduk pribumi ataupun masyarakat,
ekonomi dan politik yang didominasi oleh kultur tradisional, feodalisme, hinduisme dan budhaisme
mampu dijinakkan dengan pendekatan Islam kultural ini. Pada perkembangan selanjutnya, Islam
tumbuh seiring dengan karakter keindonesiaan dan secara tidak langsung telah mempengaruhi kultur
Indonesia yang dari waktu ke waktu semakin modern.
Karena mayoritas bangsa Indonesia adalah beragama Islam, maka kultur Islam telah menjadi
realitas sekaligus memperoleh legitimasi social dari bangsa Indonesia yang pluralistik. Dengan
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
302
demikian wacana kebangsaan di seluruh aspek kehidupan ekonomi, politik, dan sosial budaya
Indonesia meniscayakan transformasi total nilai-nilai universal Islam menuju cita-cita mewujudkan
peradaban Islam.
Secara sosiologis dan historis, kelahiran HMI pada tanggal 5 Februari 1947 tidak terlepas dari
permasalahan bangsa yang di dalamnya mencakup umat Islam sebagai satu kesatuan dinamis dari
bangsa Indonesia yang sedang mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamirkan. Kenyataan
itu merupakan motivasi kelahiran HMI sekaligus dituangkan dalam rumusan tujuan berdirinya, yaitu:
pertama, mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
Kedua, menegakkan dan mengembangkan syiar ajaran Islam. Ini menunjukkan bahwa HMI
bertanggung jawab terhadap permasalahan bangsa dan negara Indonesia serta bertekad mewujudkan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan manusia secara total.
Makna rumusan tujuan itu akhirnya membentuk wawasan dan langkah perjuangan HMI ke
depan yang terintegrasi dalam dua aspek keislaman dan aspek kebangsaan. Aspek keislaman
tercermin melalui komitmen HMI untuk selalu mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam secara utuh dalam
kehidupan berbangsa sebagai pertanggungjawaban peran kekhalifahan manusia, sedangkan aspek
kebangsaan adalah komitmen HMI untuk senantiasa bersama-sama seluruh rakyat Indonesia
merealisasikan cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia demi terwujudnya cita-cita
masyarakat yang demokratis, berkeadilan sosial dan berkeadaban. Dalam sejarah perjalanan HMI,
pelaksanaan komitmen keislaman dan kebangsaan merupakan garis perjuangan dan misi HMI yang
pada akhirnya akan membentuk kepribadian HMI dalam totalitas perjuangan bangsa Indonesia ke
depan.
Melihat komitmen HMI dalam wawasan sosiologis dan historis berdirinya pada tahun 1947
tersebut, yang juga telah dibuktikan dalam sejarah perkembangnnya, maka pada hakikatnya segala
bentuk pembinaan kader HMI harus pula tetap diarahkan dalam rangka pembentukan pribadi kader
yang sadar akan keberadaannya sebagai pribadi muslim, khalifah di muka bumi dan pada saat yang
sama kader tersebut harus menyadari pula keberadannya sebagai kader bangsa Indonesia yang
bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita bangsa ke depan.
1.1.4 Landasan Konstitusi
Dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan HMI di masa depan, HMI harus
mempertegas posisinya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara demi melaksanakan
tanggung jawabnya bersama seluruh rakyat Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT. Dalam pasal tiga (3) tentang azas ditegaskan bahwa HMI
adalah organisasi berazaskan Islam dan bersumber kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Penegasan pasal
ini memberikan cerminan bahwa di dalam dinamikanya, HMI senantiasa mengemban tugas dan
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
303
tanggung jawab dengan semangat keislaman yang tidak mengesampingkan semangat kebangsaan.
Dalam dinamika tersebut, HMI sebagai organisasi kepemudaan menegaskan sifatnya sebagai
organisasi mahasiswa yang independen (Pasal 6 AD HMI), berstatus sebagai organisasi mahasiswa
(Pasal 7 AD HMI), memiliki fungsi sebagai organisasi kader (Pasal 8 AD HMI) serta berperan
sebagai organisasi perjuangan (Pasal 9 AD HMI).
Dalam rangka melaksanakan fungsi dan peranannya secara berkelanjutan yang berorientasi
futuristik maka HMI menetapkan tujuannya dalam pasal empat (4) AD HMI, yaitu terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Kualitas kader yang akan dibentuk ini
kemudian dirumuskan dalam tafsir tujuan HMI. Oleh karena itu, tugas pokok HMI adalah perkaderan
yang diarahkan kepada perwujudan kualitas insan cita yakni dalam pribadi yang beriman dan berilmu
pengetahuan serta mampu melaksanakan kerja-kerja kemanusiaan sebagai amal saleh.
Pembentukan kualitas dimaksud diaktualisasikan dalam fase-fase perkaderan HMI, yakni fase
rekruitmen kader yang berkualitas, fase pembentukan kader agar memiliki kualitas pribadi Muslim,
kualitas intelektual serta mampu melaksanakan kerja-kerja kemanusiaan secara profesional dalam
segala segi kehidupan, dan fase pengabdian kader, dimana sebagai output maka kader HMI harus
mampu berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan berjuang bersama-sama
dalam mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
1.2 Prinsip Perkaderan
Prinsip merupakan asas atau kebenaran yang menjadi pokok dasar orang berpikir, bertindak dan
berprilaku. Dengan demikian prinsip pada perkaderan merupakan asas-asas yang dijadikan pijakan
dalam menjalankan sistem perkaderan. Adapun yang dijadikan prinsip-prinsip dalam perkaderan
adalah :
1.2.1 Integratif
Prinsip integratif mengarahkan agar keseluruhan aspek yang ada di dalam perkaderan dapat
digunakan secara menyeluruh, terhubung, tidak parsial dan tidak mendikotomikan antara satu aspek
dengan aspek yang lainnya. Hal ini dapat diketemukan dalam perintah Tuhan dalam Al-Quran,
bahwa selain manusia diperintahkan untuk Sholat, ia juga diperintahkan untuk berzakat. Atau dengan
kata lain, selain perintah untuk membaca ayat-ayat yang bersifat Qauliyyah (Wahyu), manusia juga
diperintahkan untuk memikirkan ayat-ayat semesta (Kauniyyah). Dengan demikian, prinsip integratif
adalah menghubungkan satu aspek perkaderan dengan aspek-aspek lainnya secara menyeluruh.
304
1.2.2 Keseimbangan
Prinsip keseimbangan merupakan keharusan dalam pengembangan dan pembinaan manusia
sehingga tidak adanya kepincangan dan kesenjangan antara material, spritual maupun unsur jasmani,
dan rohani. Di dalam Al-Quran Allah menyebutkan iman dan amal secara bersamaan. Iman adalah
unsur yang menyangkut dengan hal spritual, sedangkan amal adalah yang menyangkutb dengan
material, yaitu jasmani. Hal ini diperjelas dalam firman Allah :
Maka barang siapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, Maka tidak ada
pengingkaran terhadap amalannya itu dan Sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu
untuknya. (QS. Al-Anbiya: 94)
1.2.3 Persamaan
Dalam menjalani seluruh proses perkaderan, tidak ada yang harus diperbedakan antara satu
kader dengan kader lainnya. Seluruh kader berhak mendapatkan perlakukan, pembinaan serta pasilitas
yang sama, khususnya di dalam memenuhi hak dan kewajibannya sebagai kader maupun instruktur.
Prinsip ini berakar dari konsep dasar tentang tentang kemanusiaan itu sendiri, sebagaimana firman
Allah :
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. AlHujarat: 13)
1.2.4 Kasih Sayang
Prinsip kasih-sayang tiada lain merupakan sifat dasar dari Tuhan YME, yaitu Ar-Rahman dan
Ar-rahim. Sebagaimana kedudukan manusia sebagai wakil Tuhan di muka bumi ini, maka sudah
seharusnya manusia menirukan segala sifat yang ada pada-Nya, menifestasi dari sifat-sifat Tuhan
tersebut seyogyanya pula teraktualisasikan dalam proses pendidikan dan perkaderan. Prinsip ini
mengarahkan bahwa setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi dan watak kebaikan, dan
kecenderungannya selalu pada kebenaran. Maka pendekatan kearah potensi dasar manusia tersebut
harus didekati dengan cara memberikan kasih-sayang, sehingga para kader merasakan dirinya diayomi
305
dan diamong, sehingga dikemudian hari bisa terwujud melalui sikap yang sadar untuk menjalankan
segala kewajibannya sebagai kader. Sebagaimana perintah Allah :
Saling mengasihi dan menyayangi diantara mereka. (QS. Al-Fath: 29)
1.2.5 Keteladanan
Prinsip keutamaan ini dimaksudkan bahwa perkaderan bukan hanya bertugas menyediakan
kondisi belajar bagi para kader, tetapi lebih dari itu untuk turut membentuk kepribadiannya dengan
perlakukan dan keteladanan yang ditunjukan oleh para pengkader. Penerapan prinsip keteladanan ini
dijadikan pula sebagai landasan bagi penerapan konsep-konsep perkaderan lainnya. Prinsip ini
mendapat legitimasinya di dalam al-quran yang berbunyi:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran (teladan) yang baik
(QS. An-Nahl: 125)
1.2.6 Ketaatan
Prinsip ketaatan ini lahir dari adanya ketundukan (din) dan sikap pasrah (al-islam) sehingga
membentuk satu kesatuan dan sikap menaati setiap aturan-aturan yang telah diberlakukan. Sebab,
tidak ada ketaatan tanpa adanya ketundukan dan sikap pasrah terhadap sesuatu yang sedang
diyakininya. Dalam konteks ini, bahwa setiap kader hendaknya menaati segala aturan-aturan main
perkaderan HMI yang diiringi oleh pengamalan dalam lingkup keseharian, khususnya ketaatan dalam
hal menjalankan ibadah yaomiyyah dalam aktivitas kesehariannya. Prinsip ketaatan ini bersumber
pada kebijakan baik yang dihasilkan secara nyata dalam perintah Allah, rasul, maupun dari para
pemimpin yang bertujuan untuk terwujudnya kemaslahatan. Sebagaimana Allah SWT berfirman :
Taatilah Allah dan Rasulnya, dan para pemimpin di antara kalian. (Qs.
1.3 Kepribadian Kader
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang
menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari
pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Maksud dari penyesuaian diri adalah suatu proses
respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhankebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi, dan konflik, serta memelihara
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan. Sedangkan
yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara
individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psikofisiknya, misalnya kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
306
berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang
bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Dengan demikian, kepribadian kader merupakan karakteristik yang mesti ada pada diri kader
HMI dalam menjalankan tugas dan misinya sebagai kader umat dan kader bangsa. Kepribadian kader
yang dimaksud diistilahkan dengan Muslim-Inteligensia. Istilah Muslim disini merujuk pada
identitas manusia sebagai orang yang menganut agama Islam dengan sempurna (Kaffah), yang diikuti
oleh pelaksanaan segala kewajiban-kewajibannya sebagai hamba Allah dengan tanpa terkecuali
mengaktualisasikan nilai-nilai Ke-Islaman dalam konteks kehidupan berbangsa. Sedangkan istilah
Inteligensia merujuk pada sebuah strata sosial dan mengindikasikan respon kolektif dari identitas
kolektif tertentu, sebagai refleksi dari kesamaan pendidikan, psiko-sosiografis, sistem nilai, habitus,
dan ingatan kolektif yang sama. Dari kedua istilah tersebut, maka HMI dengan sungguh-sungguh
berupaya untuk mewujudkan kualitas kader Muslim-Inteligensia, yang mempunyai ciri-ciri kualitas
(karakteristik) sebagai berikut:
1. Memiliki kemampuan membumikan ajaran-ajaran Islam dalam amaliyah sehari-hari, dan prilaku.
Dengan indikator minimum sebagai berikut:
a) Membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar secara dawam
b) Menjalankan sholat lima waktu secara dawam
c) Jujur, tawadhu, amanah, qona'ah
d) Toleran, tenggang rasa, dan memiliki empati
2. Memiliki kemampuan mentransformasikan dan mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya dalam lingkup kehidupan dimana ia berpijak. Dengan indikator minimum sebagai
berikut:
menganalisa,
merancang,
memformulasikan,
mentransformasikan,
dan
307
308
1.5.1 Pengenalan
Tahap
pengenalan
merupakan
aktivitas
dalam
jangka
waktu
yang
panjang,
yaitu
memperkenalkan HMI bukan hanya sebatas pada pendidikan formal semata, melainkan telah dimulai
memperkenalkan HMI kepada masyarakat luas melalui berbagai aktivitas yang HMI lakukan. Maka
yang menjadi objek dari tahap perkenalan HMI ini adalah seluruh manusia dimulai dari sejak buaian
sampai pada tumbuh menjadi dewasa, berkeluarga, dan seterusnya. Sehingga melalui pendekatan ini
diharapkan upaya pengadaan kader menjadi lebih terencana berdasarkan bakal calon kader yang lebih
berkualitas. Dalam proses pengenalan bukan hanya menjadi tugas dari pada pengurus struktural
semata, melainkan menjadi tugas seluruh kader HMI berikut dengan lembaga-lembaga kekaryaan
yang ada. Dengan demikian, pada fase ini di harapkan banyaknya kegiatan menarik yang diberikan
baik oleh lembaga maupun orang-per-orang.
1.5.2 Pembentukan dan Pengembangan
Fase pembentukan dan pengembangan dimulai sejak anggota (kader) mengikuti Latihan Kader
I sampai dengan habis masa keanggotaannya. Yang dimaksud dengan pembentukan adalah
serangkaian aktivitas perkaderan yang integratif untuk memberikan penanaman nilai, ilmu
pengetahuan dan keahlian, yang sifatnya mendasar. Sedangkan yang dimaksud pengembangan adalah
serangkaian aktivitas perkaderan yang integratif untuk pengembangan diri kader agar dapat berlatih
menganalisa, merancang, memformulasikan, mentransformasikan, dan mengimplementasikan sebuah
perubahan sosial yang dilandasi nilai-nilai ke-Illahian demi terwujudnya peradaban ideal yang dicitacitakan melalui terbentuknya kader Muslim Intelegensia (Insan Cita).
Dari pengertian pembentukan dan pengembangan tersebut, maka dalam fase pembentukan dan
pengembangan memiliki ruang lingkup yang cukup luas dan kompleks, perlu kreatifitas dan terobosan
dalam pelaksanaannya. Fase pembentukan dan pengembangan ini berkaitan dengan 3 (tiga) aspek,
yaitu watak dan kepribadian (attitude/behavior/afeksi), ilmu pengetahuan (kognisi), dan keahlian
(skill/kompetensi/psikomotorik), maka bentuk pelaksanaan fase pembentukan dan pengembangan
tidak bisa hanya berupa pelatihan atau kegiatan yang bersifat formal, tetapi seluruh aktivitas lain di
HMI juga harus merupakan bagian dari perkaderan itu sendiri, termasuk di dalamnya adalah
pembentukan iklim, suasana, dan budaya yang positif untuk berkembangnya kepribadian kader
sebagai Muslim Integensia (Insan Cita).
Untuk pembentukan integritas watak dan kepribadian, diperlukan suatu upaya penanaman nilainilai yang diharapkan menjadi karakter kader melalui: a) doktrin nilai organisasi, yaitu Nilai-nilai
Dasar Perjuangan (NDP), dan b) pembentukan iklim, suasana, dan budaya positif dalam organisasi.
Penanaman nilai ini mesti dilakukan secara konsisten dan terus-menerus selama kader berkiprah di
HMI, sehingga nilai-nilai yang ditanamkan menjadi sebuah kepribadian dan kesadaran kolektif dalam
organisasi.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
309
Pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara memberikan fasilitas kepada kader
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang ingin dipelajari melalui pemberian materi, akses terhadap
sumber ilmu pengetahuan, dan kajian-kajian berkenaan dengan ilmu pengetahuan tersebut.
Dalam pengembangan kualitas keahlian, diperlukan suatu usaha untuk melatih dan
memfasilitasi praktik aktivitas untuk keahlian yang diinginkan melalui pemberian materi, simulasi,
dan magang, serta aktivitas lain yang dapat mendukung pengembangan keahlian setiap individu.
Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan pelaksanaan perkaderan khususnya pembentukan dan
pengembangan, sehingga seluruh aspek dapat dilakukan, maka berdasarkan bentuknya, pelaksanaan
perkaderan pada fase pembentukan dan pengembangan dibagi menjadi dua bentuk, yaitu perkaderan
formal dan perkaderan informal.
1.5.2.1 Perkaderan Formal
Perkaderan formal adalah bentuk perkaderan yang dilaksanakan secara sistematis, terstruktur,
dan gradual. Praktik dari pelaksanaan perkaderan formal ini adalah pelatihan atau training. Perkaderan
formal atau training dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Training Formal
Training formal merupakan perkaderan HMI yang berbentuk pelatihan, dilakukan secara sadar,
terencana, sistematis dan berkesinambungan serta memiliki pedoman dan aturan yang baku secara
nasional dalam rangka mencapai tujuan HMI. Pelatihan ini dinamakan Latihan Kader yang
berfungsi memberikan kemampuan dasar kepada para pesertanya sesuai dengan tujuan dan target
pada masing-masing jenjang pelatihan. Latihan Kader merupakan media perkaderan formal HMI
yang dilaksanakan secara berjenjang serta menuntut persyaratan tertentu dari pesertanya, pada
masing-masing jenjang latihan ini menitikberatkan pada pembentukan watak dan karakter kader
HMI melalui transfer nilai, wawasan dan keterampilan serta pemberian rangsangan dan motivasi
untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Latihan Kader terdiri dan 3 (tiga) jenjang, yaitu:
a) Latihan Kader I
b) Latihan Kader II
c) Latihan Kader III
2. Training Non-Formal
Training non-formal merupakan pelatihan diluar training formal yang dilaksanakan secara
sistematis yang bertujuan untuk mengembangkan keahlian dan kemampuan dalam bidang tertentu.
Dalam training ini diharapkan para kader dapat mengikutinya sebagai kebutuhan mengembangkan
diri, baik sebagai kader, maupun pengurus. Adapun macam-macam kegiatan dalam training ini
adalah :
a) Training Of Trainer (TOT)
b) Training Managemen Training (TMT)
c) Training Instruktur NDP
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
310
311
Promosi adalah pendistribusian kader dalam aktivitas struktur organisasi, baik internal ataupun
eksternal HMI
5. Coaching/Pendampingan
Coaching/pendampingan adalah aktivitas perkaderan yang dilaksanakan dalam bentuk
pembinaan/bimbingan
terhadap
kader
oleh
pendamping/pembimbing
yang
bersifat
personal/individu. Setiap individu kader, wajib dibimbing dan diarahkan sesuai dengan minat dan
potensinya masing-masing.
6. Pembentukan iklim, suasana dan budaya positif
Yang dimaksud dengan pembentukan iklim, suasana, dan budaya positif adalah menciptakan
kondisi yang kondusif untuk perkaderan yang selaras dengan prinsip-prinsip perkaderan dalam
setiap aktivitas HMI, sehingga para kader nyaman dan dapat mengembangkan potensi dirinya
semaksimal mungkin. Penciptaan kondisi ini mesti didukung oleh regulasi organisasi yang dapat
mendorong terbentuknya kebiasaan dan kepribadian kader sesuai dengan Muslim Intelegensia
(Insan Cita).
7. Kegiatan lain yang dibutuhkan.
1.5.3 Pengabdian
Dalam rangka meningkatkan upaya mewujudkan masyarakat cita HMI yaitu masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT, maka diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas pengabdian
kader. Pengabdian kader ini merupakan penjabaran dari peranan HMI sebagai organisasi perjuangan.
Dan oleh karena itu seluruh bentuk-bentuk pembangunan yang dilakukan merupakan jalur pengabdian
kader HMI, maka jalur pengabdiannya adalah sebagai berikut :
1. Jalur akademis (pendidikan, penelitian dan pengembangan).
2. Jalur dunia profesi (Dokter, konsultan, pangacara, manager, jurnalis dan lain-lain).
3. Jalur Birokrasi dan pemerintahan
4. Jalur dunia usaha (koperasi, BUMN dan swasta)
5. Jalur sosial politik
6. Jalur TNI/Kepolisian
7. Jalur Sosial Kemasyarakatan
8. Jalur LSM/LPSM
9. Jalur Kepemudaan
10. Jalur Olah raga dan Seni Budaya
11. Jalur-jalur lain yang masih terbuka yang dapat dimasuki oleh kader-kader HMI
312
dievaluasi tingkat keberhasilannya. Dalam pengelolaan perkaderan, unsur-unsur (para pihak) yang
terlibat dalam proses perkaderan mesti memiliki kewenangan yang jelas serta tugas pokok dan fungsi
dari masing-masing unsur harus jelas pula. Selain kejelasan unsur-unsur (para pihak) yang terlibat
dalam perkaderan, sumberdaya manusia pengelola perkaderan juga harus memenuhi kriteria dan
persyaratan yang telah ditentukan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mekanisme pelaksanaan
perkaderan harus dapat memberikan gambaran dan panduan yang jelas bagi para pihak dan para
pengelola, sehingga pengelolaan perkaderan dapat terstandarisasi dan terukur.
Dalam pengelolaan perkaderan, hal-hal yang perlu diatur dan dijelaskan secara detail meliputi:
1. Kelembagaan
2. Sumberdaya Manusia
3. Mekanisme Pelaksanaan
Dengan adanya monitoring dan evaluasi diharapkan perkaderan dapat berjalan dengan baik
menuju pencapaian terbentuknya Muslim Intelegensia (Insan Cita).
313
Pengenalan
Pembentukan
Pengabdian
Kader
Pengenalan HMI
UG
LK I
Pendidikan
Memenuhi
Kualifikasi
PT
Aktivitas
Follow-Up
Aktivitas Sosial/
keagamaan,dll
UG
LK II
Memenuhi
Kualifikasi
UG
LK III
Aktivitas
Follow-Up
Pengabdi
an
Aktivitas
FollowUp
Pengembangan
314
BAB II
IMPLEMENTASI PERKADERAN
2.1 Pengenalan
Sebagai organisasi kemahasiswaan, tentu saja yang menjadi basis utama anggota HMI adalah
mahasiswa, khususnya mahasiswa Islam. Oleh sebab itu perhatian kepada civitas akademika kampus
harus menjadi titik fokus utama HMI guna dapat merekrut calon anggota sebanyak-banyaknya tanpa
harus meninggalkan kualifikasi prioritas yang diharapkan HMI. Namun guna menghasilkan in put
berkualitas, maka HMI harus pula melebarkan jangkauannya tidak sebatas pada lingkungan kampus,
melainkan jauh sebelum calon mahasiswa menginjakan kaki di perguruan tinggi, yaitu sejak mulai ia
berproses pada pendidikan awal. Artinya, bahwa aktivitas HMI dalam rangka mendapatkan calon
kader yang berkualitas harus dimulai dari lingkungan dimana setiap individu lebih banyak melakukan
aktivitasnya, mulai dari lingkungan sosial, pendidikan, agama dan lain sebaginya. Lewat aktivitas
yang panjang inilah, memperkenalkan HMI menjadi tugas bersama para anggota HMI, juga para
alumninya.
Dalam
pelaksanaannya,
bentuk
kegiatan
pengenalan
ini
dilaksanakan
dengan
mempertimbangkan aspek kebutuhan (need) dan ketertarikan/minat (interest) para calon anggota
berdasarkan tingkatannya masing-masing. Maka, upaya yang dilakukan adalah mendorong kegiatan
sebanyak-banyaknya pada masing-masing jenjang para calon anggota HMI. Yang dimaksud calon
anggota HMI adalah seluruh masyarakat yang dipersiapkan untuk masuk perguruan tinggi. Hal ini
akan memiliki potensi besar, disamping dari citra positif yang akan diterima HMI melalui aktivitas
ini.
Penyelenggaraan/pelaksanaan kegiatan pengenalan ini dapat dilakukan oleh seluruh elemen
keluarga besar HMI, yaitu:
a. Pengurus HMI berbagai tingkatan
b. Pengurus Badan Khusus/Lembaga Pengembangan Profesi berbagai tingkatan
c. KAHMI
d. dan elemen lain yang memungkinkan
Adapun contoh kegiatan pra rekrutmen yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Peringatan hari-hari besar Islam, misal: One Day Muharram
2. Try Out bagi siswa SD/SLTP/SLTA
3. Latihan Kepemimpinan Siswa (OSIS)
4. Penyambutan mahasiwa baru melalui aktivitas pemberian informasi kebutuhan mahasiswa
baru, seperti: informasi kos-kosan, prosedur daftar ulang, dan lain sebagainya
5. Bimbingan belajar
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
315
6. Kegiatan minat, bakat, dan hobi, seperti: camping, musik, dan lain sebagainya
7. Seminar/kajian keilmuan
8. Penyediaan bank soal di masing-masing komisariat yang dapat diakses mahasiswa umum
9. bahkan parenting class bagi para orang tua siswa/mahasiswa, serta kegiatan lainnya
Kegiatan-kegiatan pra rekrutmen ini mesti dilakukan sesering dan semasif mungkin, sehingga HMI
dapat dikenal secara baik oleh berbagai kalangan.
2.2 Pembentukan dan Pengembangan
Sebagai seorang kader, tahapan yang mesti di lalui adalah fase pembentukan dan
pengembangan dimana setiap kader akan dibina untuk menjadi kader yang paripurna, yang dapat
mengemban misi HMI. Istilah pembentukan dan pengembangan itu sendiri masing-masing memiliki
sisi tekannya tersendiri. Pembentukan adalah sebuah fase perkaderan yang merupakan sekumpulan
aktivitas yang terintegrasi untuk memberikan prinsip-prinsip dan kemampuan dasar kader. Sedangkan
pada pengembangan yang dimaksudkan adalah sekumpulan aktivitas untuk mengembangkan
kemampuan dan keahlian serta minat-bakat kader. Dari sisi ini dapat dimengerti bahwa pembentukan
lebih berorientasi pada pemberikan kemampuan-kemampuan dasar, sedangkan pembinaan lebih
menitik beratkan pada pengembangan kemampuan dan keahlian para kader. Keduanya dengan
demikian merupakan satu proses yang terintegrasi.
Berdasarkan bentuknya, pelaksanaan perkaderan pada fase pembentukan dan pengembangan
dibagi menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu perkaderan formal dan perkaderan informal. Berikut penjelasan
tentang pelaksanaan fase pembentukan dan pengembangan:
2.2.1 Perkaderan Formal
Praktik pelaksanaan perkaderan formal ini adalah training/pelatihan, dimana pengertian dari
training/pelatihan adalah suatu proses sistematis untuk menanamkan nilai-nilai, ilmu pengetahuan,
dan keahlian yang dilakukan melalui kegiatan terstruktur dan kurikulum yang baku. Dengan
demikian, secara umum training/pelatihan ditujukan untuk mengubah pola pikir, sikap, dan prilaku
seseorang sesuai dengan tujuan dari training/pelatihan itu sendiri.
Dalam perkaderan formal ini, kegiatan training/pelatihan dikelompokan menjadi 3 (tiga)
kelompok, yaitu: a) training formal, b) training non-formal, dan c) training lainnya. Penjelasan
mengenai training-training tersebut adalah sebagai berikut:
2.2.1.1 Training Formal
Training formal adalah pelatihan yang dilakukan dalam rangka pembentukan kepribadian kader
secara sistematis dan berjenjang. Pada dasarnya training formal ini wajib diikuti oleh seluruh kader
sesuai dengan levelnya tanpa terkait dengan posisi struktural yang sedang dijabat, maksudnya tidak
diperkenankan untuk menetapkan persyaratan struktural untuk mengikuti training formal.
316
Training formal terdiri dari 3 (tiga) jenjang, yaitu: Latihan Kader I, Latihan Kader II, dan
Latihan Kader III.
Penyelenggaraan Latihan Kader I dijelaskan dalam petunjuk teknis penyelenggaraan training formal
perkaderan HMI.
B. Persyaratan Peserta
Untuk dapat mengikuti Latihan Kader I, sekurang-kurangnya calon kader harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Terdaftar sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, dan tidak sedang menjalani skorsing
akademik.
2. Beragama Islam (Muslim/Muslimah)
3. Dapat membaca Al-Quran.
4. Bisa melakukan sholat (hafal bacaan sholat)
5. Bersedia mengikuti seluruh kegiatan training
C. Kurikulum
Materi yang diberikan dalam Latihan Kader I adalah:
1. Sejarah Peradaban Islam dan HMI
2. Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI
3. Mision HMI
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
317
4. Konstitusi HMI
5. Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi
Materi
1. Sejarah
Isi Materi
Fokus materi adalah
Target
Afektif
Kognitif Motorik
Keterangan
tidak
berfungsi
toleran
cepat
memberikan
adaban
kebudaayan Islam
dalam
-bil
karakteristik
Islam masuk ke
Islam,
kesim-
pribadi Muslim
Indoensia. lalu di
serta
pulan
Intelegensia
posisi
HMI
3. Misi HMI
memberikan
dengan
perjuang-
sholat
penanaman nilai-
Islam,
an HMI
dan
nilai dasar
ibadah
perjuangan HMI
g pada
lain,
untuk
kebenara
senang
dilaksanakan
n, loyal,
optimis/
dan
pantang
mengkaj
menyera
i, serta
berbagi
tahu
dapat
berfungsi
kreatif,
an HMI,
mentasi
penanaman
dalam pencapaian
dan
tujuan
ilmiah,
tugas-tugas kader
318
tujuan HMI
4. Konstitusi HMI
menjalan dalam
gung
upaya
-kan
jawab
pencapai- tugas
an tujuan
dengan
HMI
baik
tahu
aktif
patuh,
aturan
beraktivi
kewajiban anggota,
dan
yang
-tas
tertib
berlaku di
menjalankan
misi HMI
HMI
& Manajemen
pengertian dasar
if,
kepemim- -kan
Organisasi
kepemimpinan dan
solider
implementasi
prinsip manajemen
men
kegiatan
dalam
berbasis
kegiatan
manajemen
Alur materi tersebut disusun sedemikian rupa, merupakan alur proses penanaman nilai-nilai
dasar yang hendaknya dimiliki oleh setiap kader HMI. Seorang kader mesti memahami bahwa Islam
masuk ke Indonesia tidak terjadi secara serta merta dan statis, tetapi ia berkembang dalam berbagai
bentuk aliran (madzhab), sehingga ia bisa memahami karakteristik Islam yang berkembang di
Indonesia. Dengan pengetahuan itu, diharapkan akan terbentuk sikap yang toleran dan terbuka
(meminimalisir klaim kebenaran). Selanjutnya dengan pemikiran yang toleran dan terbuka, maka
dikuatkan pemahaman ke-Islam-an ala HMI, yaitu Nilai-nilai Dasar Perjuangan, dimana
keyakinan/keimanan harus ditujukan pada Allah SWT, dan dilakukan dengan cara yang benar (amal
soleh). Implementasi amal soleh secara organisatoris diwujudkan dalam misi HMI, dengan kata lain
bahwa perjuangan mewujudkan misi HMI adalah tugas suci seorang kader yang merupakan amal
soleh dan ibadah/pengabdian kepada Allah SWT. Supaya kader dapat mengaplikasikan aktivitas
perjuangan mewujudkan misi HMI, maka diberikan ilmu alat untuk membantu para kader dalam
pelaksanaan kegiatan keorganisasian, sehingga mereka dapat berkerja secara sistematis, efektif, dan
efisien. Terakhir sekaligus rencana tindak lanjut kegiatan Latihan Kader I, para kader diperkenalkan
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
319
dengan bentuk HMI, hak dan kewajiban mereka, serta wahana tempat mereka memperjuangkan misi
HMI, sehingga mereka dapat merancang aktivitas yang akan dilakukan dalam ber-HMI.
320
Metode Penyampaian
Evaluasi
Referensi
:
:
321
322
Alokasi Waktu
Urgensi Materi
Pokok Bahasan
Bahan Bacaan
2. NDP HMI
2.1. Dasar-dasar Kepercayaan
2.2. Pengertian-pengertian Dasar Tentang Kemanusiaan
2.3. Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan Keharusan Universal
(Taqdir)
2.4. Ketuhanan Yang Maha Esa dan Prikemanusiaan
2.5. Individu dan Mayarakat
2.6. Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi
2.7. Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan
2.8. Kesimpulan dan Penutup
1. Al Quran dan Terjemahannya, Departemen Agama RI.
2. Ali Syariati, Ideologi Kaum Intelektual, Suatu Wawasan
Islam, Mizan, 1992.
3. --------------, Tugas Cendikiawan Muslim, Srigunting,
1995.
4. Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan,
Pustaka Pelajar, 1999.
5. -------------------------, Islam dan Pembebasan, LKIS, 1993.
6. A. Sya i Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan,
LP3ES, 1985.
7. Hasan Hana , Ideologi, Agama dan Pembangunan, P3M,
1992.
8. Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, LKIS, 1995.
9. Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, Mizan, 1987.
10. Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban; Sebuah
Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan,
dan Kemodernan, Yayasan Wakaf Paramadina, 1992.
11. ......................................., Islam Agama Peradaban;
Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam Dalam
323
MISSION HMI
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Alokasi Waktu
Urgensi Materi
Pokok Bahasan
:
:
:
1.
2.
3.
4.
5.
Bahan Bacaan
324
KONSTITUSI
Tujuan Umum
325
Tujuan Khusus
Alokasi Waktu
Urgensi Materi
Pokok Bahasan
:
:
:
2 Jam
Bahan Bacaan
D. Manajemen Training
Fokus utama Latihan Kader I adalah pembentukan kesadaran dan penanaman nilai-nilai, maka
pelaksanaannya lebih menekankan pada aspek afeksi, sehingga penerapan kurikulum dan materi harus
mampu menstimulus terbentuknya atau terjadinya perubahan sikap sesuai dengan pribadi kader yang
diharapkan.
326
Perencanaan training dibuat dalam bentuk modul Latihan Kader I oleh tim pemandu yang
disampaikan kepada BPL PB HMI untuk diperiksa dan dinilai. Selain sebagai panduan pengelolaan
training, modul yang dibuat juga merupakan penilaian (credit point) untuk tim pemandu.
Dalam pelaksanaan Latihan Kader I, mesti dibangun iklim, suasana, dan budaya yang positif,
tidak sebatas dalam forum, tetapi juga pada keseluruhan aktivitas training. Kader yang terlibat dalam
penyelenggaraan, pelaksanaan, dan pengelolaan training memosisikan diri sebagai pembimbing yang
baik (bukan pengajar), sehingga terbangun suasana yang egaliter dan dinamis.
Tim pemandu mesti lebih banyak membuat media dan contoh dalam penyampaian materi dan
penanaman nilai-nilai, serta membangun interaksi yang baik. Selain itu, metode yang digunakan
hendaknya bervariasi, sebaiknya tidak ada metode yang diulang sama persis, kecuali hal yang sifatnya
energizer atau ice breaking.
Pemanfaatan sarana dan prasarana dalam Latihan Kader I pada dasarnya menggunakan prinsip
minimalis, maksudnya untuk membangun kegairahan dan motivasi kreatif dengan memaksimalkan
yang ada, dengan kata lain 'dalam kondisi minimal dilatih melakukan hal secara maksimal'.
Setiap proses dalam pelaksanaan Latihan Kader I sejak pembukaan sampai dengan penutupan,
wajib untuk direkam, yang dilampirkan dalam laporan pelaksanaan dan laporan pengelolaan.
E. Mekanisme Pelaksanaan
Terkait dengan mekanisme pelaksanaan dijelaskan lebih detail di petunjuk teknis
penyelenggaraan training formal.
F. Ketentuan Lain
Untuk kelancaran dan keteraturan pelaksanaan Latihan Kader I, maka perlu dibuat petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, dan modul, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) Latihan Kader I dibuat oleh BPL PB
HMI dan disahkan dalam sidang pleno PB HMI.
2. Juklak dan Juknis Latihan Kader I memuat tentang pedoman dan acuan mengenai teknis
pelaksanaan Latihan Kader I, misal: format usulan, format laporan, administrasi training, dan lain
sebagainya yang dianggap perlu.
4. Modul Latihan Kader I dibuat oleh tim pemandu Latihan Kader I yang bersangkutan, tidak boleh
bertentangan dengan pedoman perkaderan, Juklak, Juknis, dan ketentuan lainnya.
5. BPL PB HMI diwajibkan membuat contoh modul Latihan Kader I yang menjadi acuan
pembuatan modul Latihan Kader I oleh tim pemandu.
6. Dalam Juklak, Juknis, dan Modul tidak diperbolehkan untuk menambah atau mengurangi materi
Latihan Kader I.
7. Pelaksanaan Latihan Kader I tidak diperkenankan menggunakan tema.
327
B. Persyaratan Peserta
Untuk dapat mengikuti Latihan Kader II, kader sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar
2. Dapat menghafal 13 (tiga belas) surat dalam Al-Qur'an di luar QS. Al-Fatihah
3. Memenuhi credit point yang ditetapkan
4. Lulus seleksi
C. Kurikulum
Materi yang diberikan dalam Latihan Kader II adalah:
1. Teori-teori perubahan
2. Ideopolitorstratak
3. Studi Gerakan Islam
4. Wawasan nusantara
5. Pendalaman NDP
6. KMO
Alur proses pemberian materi adalah sebagai berikut:
328
No.
Materi
Target
Isi Materi
Afektif
1. Teori-teori
Perubahan
Kognitif Motorik
fokus materi
mengenai teoriteori yang
digunakan
dalam
melakukan
perubahan
Keterangan
berfungsi sebagai
ilmu alat untuk
menganalisa
gerakan
perubahan sosial
yang mesti
dilakukan
berfungsi sebagai
rencana tindak
lanjut gerakan
perubahan sosial
yang mesti
dilakukan
3. Studi Gerakan
Islam
fokus materi
mengenai
perkembangan
gerakan Islam
dunia
berfungsi
memberikan
frame bentuk
gerakan yang
digunakan
4. Wawasan
Nusantara
Fokus materi
mengenai fotret
kejayaan
kerajaankerajaan di
Nusantara
sebelum
menjadi negara
bangsa.
berfungsi
memberikan
frame bentuk dan
corak Islam di
Nusantara
5. NDP
Fokus materi
mengenai
pendalaman
teoritis nilainilai perjuangan
berfungsi
memberikan
frame gerakan
perjuangan HMI
berfungsi sebagai
ilmu alat dalam
penyelesaian
masalah,
pengambilan
keputusan, dan
implementasi
gerakan
Alur materi tersebut disusun sedemikian rupa, merupakan alur proses pemberian kemampuan dasar
seorang pemimpin untuk dapat membawa organisasi ke dalam perubahan sosial sesuai dengan yang
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
329
diharapkan/tujuan organisasi. Seorang kader Muslim Integensia (Insan Cita) mesti memiliki
kemampuan analisa di dalam melakukan gerakan perubahan dalam berbagai aspeknya, ia tidak lagi
memahami dalam kaitannya dengan satu aspek penunjang perubahan, melainkan keseluruhan
komponen yang sangat memungkinkan terjadinya perubahan. Oleh sebab itu, materi teori-teori
perubahan disajikan sebagai bentuk pengetahuan yang dapat memberikan kemampuan analisis dalam
melakukan perubahan dimanapun ia berada. Di dalam melakukan perubahan, setiap kader harus dapat
melihat pertumbuh kembangan ideologi-ideologi yang ada, sebab dapat dipastikan bahwa perubahan
yang terjadi akan selalu berbanding lurus dengan tumbuh kembangnya ideologi tertentu. Dari sebab
itu, pengetahuan tentang strategi penyebaran ideologi dalam lingkup perubahan menjadi teramat
penting disamping bahwa Islam itu sendiri turut pula memberikan in put dalam melakukan gerakan
perubahannya. Maka melihat Islam dalam kontkes gerakan turut pula menjadi bahan dasar HMI di
dalam menentukan gerakannya ditengah-tengah keberadaan gerakan lainnya. Pengetahuan tentang
keberadaan gerakan Islam ini memberikan suatu kenyataan bahwa HMI harus pula mengambil posisi
diantara gerakan-gerakan tersebut berdasarkan identitas dirinya yang tak terpisahkan dari keindonesiaannya tempat ia tumbuh-kembang. Maka pemberian pengetahuan secukupnya tentang fotret
perkembangan dan kejayaan tanah Nusantara sebagai cikal-bakal dari Indonesia menjadi penting
sebagai bentuk pengenalan terhadap nilai-nilai dasar budaya yang ada di Indonesia. Untuk
mendekatkan fokus perjuangan, kader disajikan dan dituntut untuk mengetahui dan memahami nilainilai dasar yang diusung oleh HMI sebagai bentuk persenyawaan antara Islam sebagai sebuah ajaran
yang normativ dan Indoensia sebagai bagian dari realitas dan sejarah dimana HMI tumbuh kembang.
Maka pendalaman tentang materi NDP menjadi satu hal yang dapat memberikan penjelasan tentang
kejuangan HMI. Untuk membantu dalam pelaksanaan perjuangan, perlu pengetahuan sebagai ilmu
alat untuk menganalisa gerakan perubahan sosial yang bisa dilakukan, sehingga kader dapat
menentukan pola perjuangan yang tepat. Selain alat bantu analisa, kader juga harus memiliki
kemampuan praktis untuk penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, dan implementasi gerakan
perjuangan. Dengan pengetahuan dan kemampuan yang diberikan, diharapkan secara praktis, seorang
kader lulusan Latihan Kader II dapat merencanakan dan mengimplementasikan gerakan perjuangan
perubahan sosial secara organisatoris
Silabus masing-masing materi adalah sebagai berikut:
TEORI-TEORI PERUBAHAN
Tujuan Umum
:
Peserta dapat memahami perbedaan antara Tagyir dan Islah serta
mampu berpikir kritis dalam melakukan analisis terhadap isu-isu
perubahan sosial yang terjadi secara komperhensif.
Tujuan Khusus
: 1. Peserta dapat membahami perbedaan antara taghyir dan ishlah
2. Peserta dapat berpikir kritis dan melakukan analisis
komperhensif terhadap isu-isu perubahan sosial yang terjadi di
tatanan lokal, nasional, domestik, dan global.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
330
Alokasi Waktu
Signifikansi Materi
:
:
Pokok Bahasan
6 Jam
Manusia pada dasarnya tercipta dalam kondisi ahsanut taqwim
(forma terbaik dan sempurna) dan kondisi fitrah, namun dalam
perjalanan hidupnya ia bisa jatuh dalam kondisi asfalus safilin
(forma terburuk) karena kesalahan sistem kepercayaan, sistem
nilai, pandangan dan tata perilaku yang dianut dan dijalankannya.
Kondisi buruk secara kolektif menciptakan realitas sosial yang
tidak ideal, mendegradasi kualitas kemanusiaan dan alam,
menghambat optimalisasi fungsi kekhalifahan manusia di muka
bumi, dan menjauhkan keterciptaan peradaban madani yang
unggul bagi alam semesta. Untuk itu, diperlukan materi teori-teori
perubahan dalam paradigma al-ishlah (perbaikan dan
penyempurnaan kembali) agar manusia kembali dalam kondisi
original sebagai makhluk ahsanut taqwim yang mampu
memaksimalkan kedudukan dan potensi dirinya sebagai
khalifatullah (mandataris Allah) sekaligus abdullah (hamba
Allah) yang berimplikasi pada perbaikan kehidupan sosial menuju
peradaban unggul yang manusiawi.
1. Paradigma Dasar Perubahan
1.1. Paradigma Taghyiri
1.2. Paradigma Ishlahi
2. Teori-teori Perubahan Individual
2.1.
Analisis Aktor
2.2. Paradigma People Centered Development
3. Teori-teori Perubahan Sosial Budaya
3.1. Analisis Sosial
3.2. Teori Modal sosial dan modal budaya
3.3. Teori Revolusi Sosial
3.4. Teori Konflik Sosial
3.5. Teori Struktural-Fungsional
3.6.
Teori Masyarakat Konsumsi
3.7.
Teori Produksi Budaya
3.8. Paradigma Teologi Transformasi
3.9. Paradigma Ilmu Sosial Profetik
3.10. Paradigma Islam Kiri
2.4. Paradigma Islam Liberal
331
5.3.
Bahan Bacaan
Teori post-industri
332
Metode Penyampaian
Evaluasi
IDEOPOLITORSTRATAK
Tujuan Umum
:
Tujuan Khusus
Alokasi Waktu
Signifikansi Materi
:
:
Pokok Bahasan
2. Ideologi-ideologi politik
2.1.
Liberalisme dan Kapitalisme
2.2.
Sosialisme, Marxisme, dan Komunisme
2.3.
Katolikisme
2.4.
Nasionalisme
2.5.
Zionisme
2.6.
Konfusianisme
2.7.
Budhisme
2.8.
Hinduisme
3. Organisasi Politik
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
333
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
3.9.
3.10.
3.11.
3.12.
Bahan Bacaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
334
335
Metode Penyampaian
38. Aholiab
Watloly,
Sosio-Epistemologi:
Membangun
Pengetahuan Berwatak Sosial. Yogjakarta; Kanisius, 2013
39. Sonny Keraf&Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan; Sebuah
Tinjaun Filosofis. Yogjakarta; Kanisius, 2001
40. Lawrence E. Harrison, Samuel P. Hutington (ed), Kebangkitan
Perang Budaya; Bagaimana Nilai-nilai Membentuk Kemajuan
Manusia (Cultut Matters: How Values shape human progress).
Jakarta; LP3ES. 2006
41. Osman Bakar, Hirarki Ilmu: Membangun Rangka-Pikir
Islamisasi Ilmu (Classification Of Knowledge in Islam: A
Study In Islamic Philosophies Of science). Bandung: Mizan,
1997
42. Brig. Gen. T.R. Phillips, Roots Of Strategy : The 5 Greatest
Military Classics Of All Time. U.S.A; Stackpole Books. 1985
43. Sayidiman Suryohadiprojo, Pengantar Ilmu Perang. Jakarta;
Pustaka Intermasa. 2008
44. Saaprudin Bahar, A.B. Tangdililing, Integrasi Nasional; Teori,
Masalah dan Strategi. Jakarta; Ghalia Indonesia, 1996
45. Amanda Setorini (ed), Agility; Bukan Singa Yang Mengembik.
Jakarta; Pt. Gramedia Pustaka Utama. 2014
46. W. Chan Kim, Renne Mauborgne, Blue Ocean Strategy
(Strategi Samudera Biru): Ciptakan Ruang Pasar Tanpa
Pesaing dan Biarkan Kompetisi Tak Lagi Relevan. Jakarta: PT.
Serambi Ilmu Semesta, 2005
47. Y. Wahyu Saronto,dkk. Intelijen: Teori, Aplikasi, dan
Modernisasi. PT. Multindo Mega Pratama
48. Sopono Soegirman, Intelijen: Profesi unik orang-orang aneh.
Jakarta: Media Bangsa. 2012
49. A.M. Hendropriyono, Filsafat Intelijen Negara Republik
Indonesia. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. 2013
50. Jono Hatmodjo, Intelijen Sebagai Ilmu. Jakarta: Balai Pustaka.
2003
Ceramah, diskusi, dialog dan simulasi
Evaluasi
Tujuan Khusus
336
peradaban
Alokasi Waktu
Urgensi Materi
Pokok Bahasan
Bahan Bacaan
:
:
:
6 Jam
337
Lazuardi, 2002
6. Albert Hourani, Pemikiran Liberal di Dunia Arab (Arabic
Thought In The Liberal Age), Bandung; Mizan Pustaka, 2004
7. Khaled Abou El-Fadl, Sejarah Wahabi dan Salafi; Mengerti
Jejak Lahir dan Kebangkitan di Era Kita (The Great Theft;
Wrestling Islam From the Ekstremists), Jakarta; Serambi,
2015
8. Nidhal Guessoum, Islam dan Sains Modern. Jakarta; Mizan,
2011
9. Edwar W. Said, Orientalisme; Menggugat Hegemoni Barat
dan Mendudukan Timur Sebagai Subjek (Orientalism).
Yogjakarta; Pustaka Pelajar, 2010
10. Graham E. Fuller, Apa Jadinya Dunia Tanpa Islam?; Sebuah
Narasi Sejarah Alternatif (A World without Islam). Bandung;
Mizan, 2014
11. Mustafa Akyol, Islam Tanpa Ekstremisme: Potret Seorang
muslim Untuk Kebebasan. Jakarta; PT Elex Media
Komputindo, 2014.
12. Muhammad Arkoun, Rethinking Islam (Rethinking Islam;
Common Question, Uncommon Answer). Yogjakarta;
Pustaka
Pelajar,
1996)
Robert D. Lee, Mencari Islam Autentik; Dari Nalar Puitis
Iqbal Hingga Nalar Kritis Arkoun ( Overcoming tradition and
modernity: the Search For Islamic Authenticity). Bandung;
Mizan, 2000)
13. Quintan Wiktorowicz (ed), Aktivisme Islam; Pendekatan
Teori Perubahan Sosial (Islamic Activism; A sosial
Movement Theory Approach). Jakarta, Paramadina, 2007
14. Fazlur Rahman, Kebangkitan dan Pembaharuan di Dalam
Islam (Revival and Reform In Islam; A Study Of Islamic
Fundamentalism). Bandung; Pustaka, 2001
15. M. Quraish Shihab, Sunnah Syiah Bergandengan!
Benarkah?;Kajian Atas Konsep Ajaran dan Pemikiran.
Tangerang; Lentera Hati, 2007
16. Munawir Sjadzali, Islam Realitas Baru dan Orientasi Masa
Depan Bangsa. Jakarta; UIPress. 1993
17. Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional
Mutazilah. Jakarta; UIPress, 1987
18. W. Montgomery, Islam dan Peradaban Dunia ; Pengaruh
Islam Atas Eropa Abad Pertengahan (The InfluenceOf Islam
On Modieval Europe). Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama,
1972
19. Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Di Indonesia.
Yogjakarta; Lkis. 2005
20. Dale F. Eickelman&James Piscatori, Ekspresi Politik Muslim.
Bandung; Mizan. 1998
21. M.
Said
Ramadhan
Al-Buthi,
Menampar
PropagandaKembali
Kepada
Quran:
Keruntuhan
Argumentasi Paham Anti Mazhab dan Anti Taqlid.
Yogjakarta: Pustaka Pesantren, 2013
22. Hadji Agus Salim, Pesan-Pesan Islam: Rangkaian Kuliah
Musim Semi 1953 di Cornell University Amerika Serikat.
Bandung; Mizan Media Utama. 2011
23. Afif Muhammad, Agama dan Konflik Sosial; Studi
Pengalaman Indonesia. Bandung; Marja. 2013
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
338
339
Mizan 1986
50. Francois Railon, Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia,
LP3ES 1985
51. Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial: Reformasi atau
Revolusi? Rosdakarya, 1999
52. M. Dawam Raharjo, Intelektual, Integensia dan prilaku
politik Bangsa, Mizan 1992
53. Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia, Lingkaran
Studi Indonesia, 1987
54. Roger Garaudy, Mencari Agama Abad 21, Bulan Bintang,
1986
55. "Agama dan tantangan jaman" (Kumpulan Prisma), LP3ES,
1984
56. Ali Syari'ati, Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat fikir Barat
lainnya, Mizan 1985
57. Marchel A. boisard, Humanisme Dalam Islam, Bulan Bintang
1982
58. Fazlur Rahman, Membuka Membuka Pintu ljtihad, Pustaka
Slamn, 1984
59. Fazlur Rahman, Islam Modernis: Tentang Transformasi
Intelektual, Pustaka, 1985
60. Fazlur Rahman, Islam, Binarupa Aksara, 1987
61. Fazlur Rahman, Tema-tema Pokok Al-Qur'an, Pustaka 1985
62. Fazlur Rahman, Kebangkitan dan Pembaharuan Dalam Islam
(Revival and Reform in Islam: Study Of Islamic
Fundamentalisme). Bandung : Penerbit Pustaka, 2001
63. Ziuddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim,
Mizan, 1986
64. Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Moderenitas: Studi
Atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman, Mizan, 1989
65. Alija Ali Izetbegozic, membangun jalan tengah, Mizan, 1992
66. M. Dawam Raharjo, Ensiklopedia Al-Quran, Paramadina,
1996
67. Dr. Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan, LP3ES,
1995
68. Dr. Nabil Subdhi Ath-Thawil, Kemiskinan dan
Keterbelakangan di Negara-negara muslim, Mizan, 1982
69. Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers,
1984
70. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia (1902-1942),
LP3ES, 1980
71. David Sagiv, Islam Otensitisitas Liberalisme (Fundamental
and Intellectual). Lkis, 1997
NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN II
Tujuan Umum
:
Peserta memiliki pengetahuan tentang esensi dasar ajaran Islam
tentang kemasyarakatan, kepemimpinan serta pengetahuan tentang
ilmu pengetahuan.
Tujuan Khusus
340
:
:
:
10 Jam
2.
3.
4.
5.
Bahan Bacaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
341
342
Tujuan Khusus
Alokasi Waktu
Signifikansi Materi
:
:
Pokok Bahasan
343
Bahan Bacaan
344
Metode Penyampaian
Evaluasi
345
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
1. Peserta
Alokasi Waktu
Urgensi Materi
Pokok Bahasan
:
:
:
Bahan Bacaan
meiliki
kedalaman
Pengatahauan
dalam
kepemimpinan, manajemen dan organisasi
2. Peserta
dapat
merumuskan
serta
merencanakan
langkah-langkah pelaksanaan Manajemen Organisasi.
3. Peserta dapat memecahkan masalah.
4 Jam
1. Kepemimpinan
a. Problem Solver
b. Decission Making/Tehnik Pengambilan Keputusan
c. Tehnik Negosiasi
d. Tehnik Lobi
2. Managemen
a. Sistem ICT dalam Organisasi
b. Pengelolaan potensi SDM
c. Total Quality System
d. Total Quality Managemen
3. Organisasi
a. Konsep dan bentuk Organisasi Modern
b. Komunikasi antar Organisasi
c. Public Relation
1. Alvin Toffler, Pergeseran Kekuasaan, PT Pantja Simpati, 1992
2. ____Kejutan dan Gelombang, PT Pantja Simpati, 1987
3. __Kejutan dan Masa Depan, PT Pantja Simpati, 1987
4. Alfian, Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia, Gramedia,
1996
5. Amin Wijaya T. Manajemen Strategik, PT Ramedia, 1996
6. Cristianto Wibisono, Pemuda dan Dinarnika Sejarah
Perjuangan Bangsa, Menpora, 1986
7. Charles J. Keating, Kepernimpinan dalam manajemen,
Rajawali Pers, 1995
8. DR.Ir. S.B. Hari Lubis & DR. Martani Hoesaini, Teori
Organisasi: Suatu Pendekatan; Makro), Pusat Studi Antar
Universitas 11mu-ilmu Sosial Universitas Indonesia, 1987
9. Jarnes L. Gibson, Organisasi dan manajemen, Erlangga, 1986
10. J. Salusu, Pengembangan Keputusan Strategik, Gramedia,
1986
11. Miftah Thoha, Kepernimpinan dan Manajemen, Rajawali Pers,
1995
12. Nilai Dasar Perjuangan HMI
13. Richard M. Streers, Efektifitas Organisasi, (seri manajemen),
Erlangga, 1985
14. Winardi, Kepernimpinan manajemen, Rineka Cipta, 1990
15. Dan referensi lain yang relevan.
346
D. Manajemen Training
Fokus utama Latihan Kader II adalah pemberian kemampuan dasar manajerial dalam membawa
gerakan perubahan sosial dalam lingkup organisasi, khususnya HMI, maka pelaksanaannya lebih
menekankan pada aspek kognitif dan motorik secara berimbang, sehingga penerapan kurikulum dan
materi harus mampu menstimulus pemikiran dan praktek dalam melakukan perubahan sosial di
lingkup organisasi.
Perencanaan training dibuat dalam bentuk modul Latihan Kader II oleh tim pemandu yang
disampaikan kepada BPL PB HMI untuk diperiksa dan dinilai. Selain sebagai panduan pengelolaan
training, modul yang dibuat juga merupakan penilaian (credit point) untuk tim pemandu.
Dalam pelaksanaan Latihan Kader II, mesti dibangun iklim, suasana, dan budaya yang positif,
tidak sebatas dalam forum, tetapi juga pada keseluruhan aktivitas training. Kader yang terlibat dalam
penyelenggaraan, pelaksanaan, dan pengelolaan training memosisikan diri sebagai partner diskusi,
sehingga terbangun suasana yang ilmiah, egaliter dan dinamis.
Tim pemandu mesti lebih banyak membuat studi kasus dan contoh dalam penyampaian materi
dan keahlian, serta membangun interaksi yang baik. Selain itu, metode yang digunakan hendaknya
bervariasi dan banyak melakukan praktek (simulasi), sebaiknya tidak ada metode yang diulang sama
persis, kecuali hal yang sifatnya energizer atau ice breaking.
Pemanfaatan sarana dan prasarana dalam Latihan Kader II pada dasarnya menggunakan prinsip
optimalis, maksudnya untuk membangun kegairahan dan motivasi kreatif dengan menyediakan sarana
dan prasarana sesuai dengan kebutuhan.
Setiap proses dalam pelaksanaan Latihan Kader II sejak pembukaan sampai dengan penutupan,
wajib untuk direkam, yang dilampirkan dalam laporan pelaksanaan dan laporan pengelolaan.
E. Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan Latihan Kader II diatur sebagai berikut:
Secara lebih teknis di jelaskan dalam petunjuk teknis penyelenggaraan Training Formal HMI
F. Ketentuan Lain
Untuk kelancaran dan keteraturan pelaksanaan Latihan Kader II, maka perlu dibuat petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, dan modul, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) Latihan Kader II dibuat oleh BPL PB
HMI dan disahkan dalam sidang Pleno PB HMI.
2. Juklak dan Juknis Latihan Kader II memuat tentang pedoman dan acuan mengenai teknis
pelaksanaan Latihan Kader II, misal: format usulan, format laporan, administrasi training, dan lain
sebagainya yang dianggap perlu.
347
3. Modul Latihan Kader II dibuat oleh tim pemandu Latihan Kader II yang bersangkutan, tidak boleh
bertentangan dengan pedoman perkaderan, Juklak, Juknis, dan ketentuan lainnya.
4. BPL PB HMI diwajibkan membuat contoh modul Latihan Kader II yang menjadi acuan
pembuatan modul Latihan Kader II oleh tim pemandu.
5. Dalam Juklak, Juknis, dan Modul tidak diperbolehkan untuk menambah atau mengurangi materi
Latihan Kader II.
6. Pelaksanaan Latihan Kader II tidak diperkenankan menggunakan tema.
2.
3.
B. Persyaratan Peserta
Untuk dapat mengikuti Latihan Kader III, kader sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Dapat menghafal juz 30 Al-Qur'an
2. Memenuhi credit point yang ditetapkan
3. Lulus seleksi
C. Kurikulum
Materi yang diberikan dalam Latihan Kader III adalah:
1. NDP
2. Doktrin dan Peradaban Islam
3. Pendalaman Wawasan Nusantara
4. Wawasan Internasional
5. Analisis Ekonomi Politik
6. Ideopolitor Stratak
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
348
No.
Materi
1. NDP
Isi Materi
Target
Afektif Kognitif Motorik
Tentang pandangan
Islam tentang
ketatanegaraan,
posisi dan status
agama dan
hubungannya
dengan
keindonesiaan.
Pembahasan akan
fokus pada sejarah
politik di nusantara
(histiografi politik
nusantara),
perkembanganperkembangan
politik dalam dua
persfektif: budaya
dan institusi
pelembagaan
struktur kekuasaan
dalam tiap-tiap
periode sejarah
nusantara
Materi membahas
tentang keterkaitan
erat antara aktivitas
ekonomi dan
kehidupan politik
yang bersifat
resiprokal. Juga
membahas
keterkaitan variabelvariabel ekonomi
(modal, tenaga
kerja, teknologi,
lahan, inovasi,
kewirausahaan,
Keterangan
Pengembangan
wacana
kontemporer
Landasan
membangun
peradaban
berfungsi
Analisis faktor
berfungsi
349
konsumsi, produksi
dan lain-lain) dan
politik
6. Pendalaman
Ideopolitor Stratak
Pendalaman materi
LK II
Analisis dan
implementasi
Alur materi tersebut disusun sedemikian rupa, merupakan alur proses pemberian kemampuan seorang
pemimpin untuk dapat menganalisa, merancang, memformulasikan, mentransformasikan, dan
mengimplementasikan sebuah perubahan sosial yang dilandasi nilai-nilai ke-Illahian demi
terwujudnya peradaban ideal yang dicita-citakan sebagai bentuk perwujudan Muslim Integensia
(Insan Cita).
Silabus masing-masing materi adalah sebagai berikut:
350
Metode Penyampaian
351
Alokasi Waktu
Signifikansi Materi
Pokok Bahasan
352
Bahan Bacaan
353
Metode Penyampaian
Evaluasi
WAWASAN INTERNASIONAL
Tujuan Umum
:
Peserta dapat memahami dan menganalisa isu-isu terkait
permasalahan di kawasan Internasional.
Tujuan Khusus
: 1. Peserta memiliki kemampuan analisis tentang perkembangan
dunia Internasional.
2. Peserta memiliki kemampuan analisis dan mengindentfikasi
tentang perkembangan dunia Internasional dan pengaruhnya
terhadap pernbangunan Indonesia.
Alokasi Waktu
:
6 Jam
Signifikansi Materi
:
Wawasan internasional bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
kader-kader HMI dalam memahami, mengamati, dan menganalisis
pola hubungan aksi-reaksi antar aktor di dalam sistem
internasional, dan berbagai faktor yang mempengaruhi dinamika
hubungan tersebut. Selain itu harapan yang ingin dicapai melalui
materi ini adalah memberikan pemahaman yang mendalam terkait
tiga paradigma utama yang sering digunakan sebagai alat analisa
dalam kajian hubungan internasional, yaitu Realisme,
Liberalisme/Pluralisme, dan strukturalosme/Globalisme. Tidak
hanya bersifat paradigmatik dan teoritis. Materi ini juga
diharapkan mampu memberikan pelatihan kepada para kader
dalam memahami isu-isu politik yang muliti-dimensi di tatanan
dunia internasional.
Pokok Bahasan
:
2. Konstanta-konstanta
1.1.
Konstanta Geografi
1.1.1. Eropa-Amerika
1.1.2. Asia-Afrika
1.2.
Konstanta Demografi
1.2.1. Demografi Sosial dan Kesejahteraan
1.2.2. Statistik dan Proyeksi Pembangunan Dalam
Negara
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
354
1.2.3.
Konstanta Sejarah dan Kepemimpinan Global
1.3.1. Yunani-Romawi
1.3.2. Islam
1.3.3. Barat
1.3.4. Kebangkitan Timur
Organisasi-organisasi Internasional
2.1.
Perserikatan Bangsa-Bangsa
2.2.
Bank Dunia
2.3.
IMF
2.4.
WTO
2.5.
IEAE
Organisasi-organisasi Kerjasama Regional
3.1.
Uni Eropa
3.2.
NATO
3.3.
ASEAN
3.4.
AFTA
3.5.
OKI
3.6.
BRICS
3.7.
Uni Afrika
3.8.
Liga Arab
3.9.
Dewan Turki Dunia
Isu-isu Global Kontemporer
4.1.
Nuklir
4.2.
Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
4.3.
Kemiskinan
4.4.
Terorisme
4.5.
Migrasi dan Perdagangan Manusia
4.6.
Narkotika
4.7.
Gender dan Hak Asasi Manusia
4.8.
Kesejahteraan, Pembangunan, dan Kelaparan
Politik Luar Negeri Indonesia
5.1.
Sejarah diplomasi modern Indonesia
5.2. Dasar-dasar kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia.
1.1.Sejarah diplomasi moderen Indonesia
1.2. Politik luar negeri bebas aktif dan lingkungan strategis
Konsentrik
1.2.1. lndonesia dan ASEAN,
1.2.2. Indonesia dan GNB.
1.2.3. Indonesia dan Dunia Islam (OKI).
1.2.4. Indonesia dan PBB.
1.3.
2.
3.
4.
5.
355
356
EKONOMI POLITIK
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
5.
Alokasi Waktu
Signifikansi Materi
:
:
Pokok Bahasan
8 Jam
Materi ini bertujuan dalam membentuk model dan kerangka
berpikir kritis dan sistematis kader-kader HMI dalam mengamati
dan menganalisis persoalan dan fenomena-fenomena yang
berkaitan dengan ekonomi politik, baik dalam konteks nasional
maupun global.
Melalui materi ini diharapkan para kader-kader HMI tidak hanya
mampu memberikan pandangan pemikiran terkait persoalan
ekonomi tetapi juga siap secara mental dan karakter untuk
bertindak taktis sebagai aktor intelektual yang siap berkontribusi di
dalam sistem.
357
ekonomi politik
1.1
Perkembangan pendekatan ekonomi politik
1.2
Isu-isu ekonomi politik
2. Hubungan Ekonomi dan Politik
2.1.
Politik yang mempengaruhi ekonomi
2.2.
Ekonomi yang mempengaruhi politik
2.3.
Ekonomi Rumah Tangga
2.4.
Mekanisme pasar, struktur pasar,dan masalah
kesejahteraan umum
2.5.
Peran negara dan swasta dalam pengelolaan sektor
publik
2.6.
Perkembangan Ekonomi dan Demokratisasi
2.7.
Kelas menengah dan pengelolaan ekonomi
3. Politik Ekonomi
3.1.
Kebijakan Ekonomi Pemerintah
3.2.
Regulasi dan Deregulasi
3.3.
Peran negara dalam kaitannya dengan ekonomi
dan politik (Dari merkantilis, pasar bebas,
Keynessian, Corporatist, Sosialis, Welfare State,
hingga neo-liberal)
4. Negara, perilaku pengusaha dan globalisasi
4.1 Interaksi ekonomi nasional dan globalisasi
Bahan Bacaan
4.2
4.3
358
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
359
360
Metode Penyampaian
Evaluasi
:
:
1999
43. M. Deden Ridwan&M. Muhadjirin, Membangun
Konsensus; Pemikiran dan Praktik Politik Akbar Tanjung.
Jakarta; Pustaka Sinar Harapan, 2003
44. Roger E. Backhouse, The History Of Economics. London:
Penguin Group, 2002
45. Jeffrey A. Winters, Oligarki. Jakarta; PT. Gramedia
Pustaka Utama. 2011
46. Jan-Erik Lane, Svante Ersson, Ekonomi Politik
Komparatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1994
47. Martin Staniland, Apakah Ekonomi Politik Itu? Sebuah
Studi Teori Sosial dan Keterbelakangan. Jakarta: PT.
Grapindo Persada. 2003.
48. Richard Robinson, The Middle Class and the Burgeosie in
Indonesia dalam R. Robinson & David S.G. Goodman,
The New Rich in Asia (Australia, Murdoch Univ, 1966).
49. Ronald H Chilcote, Teories of Comparative Political
Economy, (Westview Press, 2000), Bab 1, 4, dan 6.
50. Mark Skousen, The Big Three in Economics: Adam Smith,
Karl Marx and John Maynard Keynes, (London: M.E.
Sharp, Inc, 1984).
Ceramah, diskusi, dan dialog
PENDALAMAN IDEOPOLSTRATAK
Tujuan Umum
:
Peserta memiliki wawasan dan mampu menganalisa tentang
perkembangan ideologi dunia, dan penerapan strategi taktik.
Tujuan Khusus
Alokasi Waktu
Signifikansi Materi
:
:
361
Pokok Bahasan
Paradigma Idealisme
Idealisme Logis/Logika Idealis Plato
Idealisme Dialektis/Dialektika Idealis Hegel
Paradigma Materialisme
Materialisme Logis/Logika Materialis Aristoteles
Materialisme Dialektis/Dialektika Materialis Marx
Bahan Bacaan
362
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
363
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
364
Metode Penyampaian
Evaluasi
D. Manajemen Training
Fokus utama Latihan Kader III adalah pemberian kemampuan paripurna kader, maka
pelaksanaannya lebih menekankan pada aspek motorik, sehingga penerapan kurikulum dan materi
harus mampu menstimulus pemikiran dan praktek dalam melakukan perubahan sosial.
Perencanaan training dibuat dalam bentuk modul Latihan Kader III oleh tim pemandu yang
disampaikan kepada BPL PB HMI untuk diperiksa dan dinilai. Selain sebagai panduan pengelolaan
training, modul yang dibuat juga merupakan penilaian (credit point) untuk tim pemandu.
Dalam pelaksanaan Latihan Kader III, mesti dibangun iklim, suasana, dan budaya yang positif,
tidak sebatas dalam forum, tetapi juga pada keseluruhan aktivitas training. Kader yang terlibat dalam
penyelenggaraan, pelaksanaan, dan pengelolaan training memosisikan diri sebagai fasilitator,
sehingga terbangun suasana yang ilmiah, egaliter dan dinamis.
Tim pemandu mesti lebih banyak menstimulasi keahlian, dan membangun interaksi yang baik.
Selain itu, metode yang digunakan hendaknya bervariasi dan banyak melakukan praktek (simulasi),
sebaiknya tidak ada metode yang diulang sama persis, kecuali hal yang sifatnya energizer atau ice
breaking.
Pola Latihan Kader III adalah peserta sebagai subyek pelatihan. Narasumber dihadirkan bukan
untuk memberi materi, tetapi untuk mengkritisi karya peserta. Pola yang dibangun adalah sebagai
berikut: (a) peserta dibekali bahan praktek (ilmu alat dan data), (b) peserta membuat karya, dan (c)
karya peserta dikritisi narasumber.
Pemanfaatan sarana dan prasarana dalam Latihan Kader III pada dasarnya menggunakan
prinsip optimalis, maksudnya untuk membangun kegairahan dan motivasi kreatif dengan
menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan.
Setiap proses dalam pelaksanaan Latihan Kader III sejak pembukaan sampai dengan penutupan,
wajib untuk direkam, yang dilampirkan dalam laporan pelaksanaan dan laporan pengelolaan.
E. Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan Latihan Kader III diatur dan dijelaskan dalam petunjuk teknis.
365
F. Ketentuan Lain
Untuk kelancaran dan keteraturan pelaksanaan Latihan Kader III, maka perlu dibuat petunjuk
pelaksanaan, petunjuk teknis, dan modul, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) Latihan Kader III dibuat oleh
BPL PB HMI dan disahkan dalam sidang pleno PB HMI.
2. Juklak dan Juknis Latihan Kader III memuat tentang pedoman dan acuan mengenai teknis
pelaksanaan Latihan Kader III, misal: format usulan, format laporan, administrasi training,
dan lain sebagainya yang dianggap perlu.
3. Modul Latihan Kader III dibuat oleh tim pemandu Latihan Kader III yang bersangkutan.
4. BPL PB HMI diwajibkan membuat contoh modul Latihan Kader III yang menjadi acuan
pembuatan modul Latihan Kader III oleh tim pemandu.
2.2.1.2 Training Non-formal
Training non-formal adalah pelatihan yang dilakukan dalam rangka pengembangan
pengetahuan dan keahlian kader. Pada dasarnya training non-formal ini wajib diikuti oleh kader sesuai
kompetensi kader dan dapat terkait dengan posisi struktural yang sedang dijabat, maksudnya
diperkenankan untuk menetapkan persyaratan struktural untuk mengikuti training non-formal.
Ketentuan pelaksanaan training non-formal diatur dengan ketentuan sendiri yang tidak
bertentangan dengan pedoman perkaderan ini yang diatur sebagai berikut:
1. Training Instruktur diatur dalam Pola Pembinaan Instruktur yang dibuat BPL PB HMI yang
disahkan dalam Munas BPL PB HMI
2. Training Manajemen Training diatur dalam Pola Pembinaan Instruktur yang dibuat BPL PB HMI
yang disahkan dalam Munas BPL PB HMI
3. Training Instruktur NDP diatur dengan Juklak dan Juknis yang dibuat oleh BPL PB HMI dan
disahkan sekurang-kurangnya dalam rapat harian PB HMI
4. Training Instruktur Ideopolitor Stratak diatur dengan Juklak dan Juknis yang dibuat oleh BPL PB
HMI dan disahkan sekurang-kurangnya dalam rapat harian PB HMI
5. Training
non-formal
lainnya
diatur
dengan
Juklak
dan
Juknis
yang
dibuat
oleh
366
kegiatan/materi. Up-grading dilaksanakan oleh PA, dan memiliki credit point bagi kader yang
mengikuti kegiatan.
Peraturan mengenai teknis pelaksanaan dan credit point kegiatan up-grading diatur dalam
keputusan yang dikeluarkan oleh PA PB HMI dan dapat diatur lebih rigid pada level cabang.
2.2.2.3 Aktivitas
Seluruh aktivitas kader baik perseorangan ataupun secara organisatoris pada dasarnya adalah
proses perkaderan. Supaya aktivitas yang dilakukan mengarah pada pembentukan dan pengembangan
kepribadian kader sesuai dengan Muslim Intelegensia (Insan Cita), maka setiap aktivitas harus
terpantau.
Pemantauan terhadap aktivitas ini dilakukan dengan pembuatan arah pola aktivitas kader yang
dicatat dan diberikan bobot serta credit point bagi setiap kader yang melaksanakan aktivitas tersebut.
Dengan pemantauan seperti ini diharapkan proses pembentukan dan pengembangan kader senantiasa
dapat diikuti dari waktu ke waktu.
Peraturan mengenai teknis pelaksanaan, pembobotan dan credit point aktivitas kader diatur
dalam keputusan yang dikeluarkan oleh PA PB HMI.
2.2.2.4 Promosi
Proses pendistribusian kader untuk berkiprah baik internal maupun eksternal organisasi
menekankan pada kompetensi dan kepribadian kader. Hanya kader-kader yang 'layak'-lah yang bisa
didistribusikan untuk berkiprah dan berkarir, sehingga dapat muncul kader-kader unggulan yang
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
367
berkompeten dalam pengelolaan organisasi, baik internal ataupun eksternal. Promosi kader pada
prinsipnya menganut pola reward and punishment (pahala dan dosa), bagi kader berprestasi wajib
diberikan reward dan bagi mereka yang wan prestasi mesti diberikan punishment.
Supaya proses promosi kader ini dapat dilaksanakan secara konsisten dan terukur, maka perlu
dibuat Key Person Indicator (KPI) pada struktur kepengurusan HMI di berbagai level, sehingga basis
promosi kader lebih menekankan pada kompetensi, bukan sekedar akomodasi politik atau rasa sukatidak suka.
Peraturan mengenai teknis pelaksanaan, persyaratan, dan KPI dalam proses promosi kader
diatur dalam keputusan yang dikeluarkan oleh PAO PB HMI dan disahkan sekurang-kurangnya dalam
pleno PB HMI.
2.2.2.5 Coaching/Pendampingan
Dalam upaya pembentukan dan pengembangan diri kader agar terarah dan konsisten, sehigga
dapat mewujudkan Muslim Intelegensia (Insan Cita) diperlukan bimbingan dan binaan secara
personal (man to man marking). Dengan demikian perlu pola coaching/pendampingan terhadap kader
yang sedang berproses. Proses coaching ini ditekankan untuk dilakukan pada level komisariat (basis).
Setiap kader yang telah melewati 'fase komisariat', wajib menjadi coach di komisariatnya.
Pengaturan mengenai pelaksanaan coaching diatur oleh komisariat masing-masing atas
bimbingan dari coach.
2.2.2.6 Pembentukan Iklim, Suasana, dan Budaya Positif
Berbeda dengan bentuk perkaderan informal lainnya yang menekankan pada kemampuan diri
seorang kader untuk membentuk dan mengembangkan dirinya, dalam pembentukan iklim, suasana,
dan budaya positif ini ditekankan pada kemampuan organisasi untuk memfasilitasi proses. Untuk
membentuk iklim, suasana, dan budaya positif diperlukan seperangkat kebijakan, sarana dan
prasarana untuk mendukung kader dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian kader agar
sesuai harapan.
HMI yang direpresentasikan oleh pengurusnya di berbagai level, wajib memfasilitasi dan
mendukung proses pembentukan dan pengembangan kepribadian kader. Misalnya, dalam kemampuan
bilingual (arab-inggris) kader, maka pengurus HMI mesti mengeluarkan kebijakan (contoh: penetapan
hari berbahasa arab-inggris) dan memberikan fasilitas (contoh: kursus bahasa arab-inggris) di
berbagai level untuk mendukung kemampuan kader agar kader mampu ber-bilingual.
Selain itu untuk membentuk loyalitas, dan kemandirian, maka setiap kader diwajibkan
membayar uang pangkal dan iuran anggota (bulanan). Ketetapan mengenai uang pangkal dan iuran
anggota ditetapkan dengan keputusan PB HMI sekurang-kurangnya disahkan dalam pleno PB HMI.
368
2.3 Pengabdian
Pada dasarnya penyelenggaraan tujuan HMI dalam arti luas adalah ketika para kader mampu
mendedikasikan dirinya dalam ruang pengabdian pasca ber-HMI. Proses perkaderan dalam HMI
hakikatnya adalah memberikan bekal dan kemampuan para kader di dalam mengaktualisasikan
potensi dirinya berdasarkan minat dan bakat yang dimilikinya. Oleh sebab itu, kader HMI harus
senantiasa melakukan latihan dan pembiasaan diri untuk melakukan pengabdian dalam lingkup yang
lebih luas, melaksanakan magang untuk profesi tertentu dan melakukan pemberdayaan peran yang
dimiliki oleh Badan khusus atau lembaga pengembangan profesi. Ketiga hal tersebut dilakukan dalam
rangka mempersiapkan setiap kader dalam menempuh masa pengabdian panjangnya.
Pengabdian bagi HMI sendiri mengarahkan para kader untuk dapat mewujudkan missi utama
HMI, yaitu terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Oleh sebab itu
diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas para kader dalam ruang pengabdian, sehingga para
kader dapat dengan baik melakukan perubahan dan mengisi setiap bentuk profesi dalam ruang
pengabdian yang panjang.
369
BAB III
PENGELOLAAN PERKADERAN
3.1 Kelembagaan
Implementasi perkaderan melibatkan berbagai institusi elemen keluarga besar HMI, baik itu
kepengurusan HMI, ataupun lembaga/badan khusus. Untuk itu perlu diatur mengenai tugas pokok,
fungsi, dan kewenangan setiap institusi tersebut, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam
pelaksanaannya.
Tugas pokok, fungsi, dan kewenangan masing-masing institusi dalam pelaksanaan perkaderan
diatur sebagai berikut:
No
Tingkatan
1.
PB HMI
2.
BADKO
1.
2.
3.
1.
2.
3.
3.
CABANG
1.
2.
3.
4.
5.
Lembaga
Pengembangan
Profesi
Kohati
6.
BPL
7.
Komisariat
370
371
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
Untuk mengetahui apakah arah, proses, dan pelaksanaan perkaderan telah sesuai dengan
ketentuan, maka diperlukan sistem monitoring dan evaluasi yang dapat mengukur keberhasilannya.
Monitoring adalah pemantauan pelaksanaan perkaderan untuk mengukur proses perkaderan,
kesesuaian dengan pedoman dan regulasi yang telah dibuat, dan pergerakan perkaderan mencapai
tujuan yang diharapkan. Dan evaluasi adalah sebuah proses analisa terhadap sistem perkaderan
berdasarkan hasil monitoring.
4.1 Objek Pengukuran
Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi, objek yang diukur ada 2 (dua) objek, yaitu: orang dan
institusi. Yang dimaksud dengan orang adalah kader yang berproses dalam perkaderan, sedangkan
institusi adalah elemen/organ HMI yang terlibat dalam pelaksanaan perkaderan.
4.2 Metodologi Pengukuran
Untuk melakukan penilaian keberhasilan proses perkaderan diperlukan metodologi yang tepat.
Metode yang digunakan untuk mengukur perubahan kader adalah dengan sistem credit point,
sedangkan metode untuk memantau dan mengukur keberhasilan institusi adalah dengan sistem
pelaporan.
4.3 Instrumen Pengukuran
Instrumen yang digunakan untuk menilai keberhasilan kader adalah pembobotan dan credit
point atas aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing kader serta 'pengujian' mengenai hal tertentu
yang secara khusus dibuat instrumen tersendiri, misalnya berupa tes psikologi atau lainnya. Instrumen
yang digunakan untuk memantau dan mengukur keberhasilan institusi adalah rencana perkaderan,
laporan pelaksanaan, laporan pengelolaan, dan laporan berkala.
372
Dari hasil pemantauan terhadap perkaderan, baik terhadap orang maupun institusi, maka perlu
dianalisa untuk perbaikan perkaderan selanjutnya. Fokus analisa perkaderan ini lebih menekankan
pada institusi. Untuk itu perlu ada klaster cabang, yaitu: 1) Klaster A, cabang yang memiliki kualitas
dan kuantitas instruktur yang lebih dari cukup, sarana prasarana yang memadai, sekurang-kurangnya
sama dengan standar yang ditetapkan, dan dapat membantu cabang lain terdekat dalam hal
perkaderan, 2) Klaster B, cabang yang memiliki kualitas dan kuantitas instruktur yang cukup, sarana
prasarana yang memadai, sekurang-kurangnya sama dengan standar yang ditetapkan, dan tetapi belum
dapat membantu cabang lain terdekat dalam hal perkaderan, dan 3) Klaster C, cabang yang masih
memiliki kekurangan.
Peraturan mengenai sistem monitoring dan evaluasi yang meliputi antara lain: standar poin,
standar pelaporan, dan lain sebagainya diatur dalam keputusan PB HMI yang disahkan sekurangkurangnya dalam rapat harian PB HMI.
373
BAB V
KETENTUAN KHUSUS
Pedoman ini tentu saja tidak serta-merta langsung diselenggarakan secara umum oleh suluruh
jengjang struktur HMI. Melainkan sebagaimana posisinya sebagai pedoman baru, sudah semestinya ia
dipersiapkan lebih matang baik dari sisi kesempurnaan draf, juklak, juknis, berikut dengan ketersedian
infrastruktur dan SDM yang akan menjadi instrumen penting bagi penyelenggaraan pedoman ini.
Dengan demikian, maka bab ini akan menjelaskan tentang hal-hal yang secara khusus dipersiapkan
guna menyempurnakan berjalannya pedoman perkaderan ini. Hal-hal tersebut adalah :
1. Pedoman perkaderan ini untuk sementara waktu hanya diberlakukan pada training formal HMI,
dengan terlebih dahulu dilakukan pilot project.
2. Pedoman ini akan diberlakukan secara efektif dan sempurna pada periode yang akan datang yaitu
kongres tahun 2017, khususnya pada pelaksanaan traing non-formal. Hal ini dengan
mempertimbangkan perlunya mempersiapkan segala sesuatunya, agar kesempurnaan dan
pelembagaan menjadi berjalan secara optimal. Oleh sebab itu hal-hal yang perlu dipersiapkan
adalah :
1.1. Membentuk TIM Khusus dengan tugas :
1.1.1.
1.1.2.
1.1.3.
1.1.4.
1.1.5.
2. Selama masa transisi ini setiap tingkatan struktur HMI masih diperkenankan menggunakan
pedoman lama, dengan ketentuan :
2.1. Merujuk pada ketentuan pedoman lama.
2.2. Mendisiplinkan diri dengan petunjuk teknis pedoman lama.
3. Batas waktu masa transisi sampai dengan diselenggarakannya Kongres tahun 2017.
Demikianlah ketentuan khusus ini dibuat, guna terealisasinya pedoman perkaderan HMI secara
menyeluruh dan dapat memberikan manfaat dan kemajuan bagi lembaga HMI.
374
IKRAR PELANTIKAN
BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
ASYHADU ALLAA ILAA HA ILLALLAAH
WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAAH
RADHIITU BILLAAHI RABBA, WABIL ISLAAMI DIINA,
WABI MUHAMMADIN NABIYYAU WARASUULA
Dengan nama ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Aku Bersaksi, bahwasanya tidak ada tuhan, selain ALLAH,
Dan sesungguhnya MUHAMMAD itu adalah Rasul ALLAH
Kami rela ALLAH Tuhan kami, ISLAM Agama kami,
dan MUHAMMAD sebagai Nabi dan Rasul ALLAH
Kami anggota HMI, dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, BERJANJI dan BERIKRAR:
1. Bahwa kami, dengan kesungguhan hati, akan selalu menjalankan Ketetapan-Ketetapan serta
Keputusan-Keputusan Himpunan.
2. Bahwa kami, dengan kesungguhan hati, akan senantiasa menjaga nama baik Himpunan, dengan
selalu tunduk dan patuh kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD / ART), dan
Pedoman-Pedoman Pokok, beserta Ketentuan-Ketentuan HMI lainnya.
3. Bahwa apa yang kami kerjakan dalam keanggotaan ini adalah untuk mencapai Tujuan HMI,
dalam rangka mengabdi kepada Alllah, demi tercapainya kebahagiaan umat dan bangsa di dunia
dan akhirat.
INNA SHALAATI, WANUSUKI, WAMAHYAAYA, WAMAMAATI,
LILLAAHI RABBIL AALAMIIN
Sesungguhnya Shalatku, Perjuanganku, Hidup dan Matiku,
hanya untuk ALLAH Tuhan seru sekalian alam
375
PEDOMAN DASAR
BADAN PENGELOLA LATIHAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Pendahuluan
Latihan kader pada hakekatnya merupakan bentuk perkaderan HMI yang berorientasi pada
pembentuka watak, pola pikir, visi, orientasi serta berwawasan ke-HMI-an yang paling elementer.
Kedudukan dan peranan latihan ini adalah untuk meletakan fundamen bagi setiap kader HMI yang
dituntut siap mengemban amanh dan tanggung jawab untuk membangun bangsa Indonesia di masa
depan. Oleh karena itu posisi latihan ini sangat menentukan gerak dan dinamika para kader maupun
organisasi, sehingga apabila penanggung jawab latihan keliru dalam mengkomunikasikan dan
mensosialisasikan semangat dan gagasan dasarnya maka keliru pula pengembangan bentuk-bentuk
pembinaan berikutnya, baik pada up-grading maupun aktifitas. Berkaitan dengan persoalan tersebut
dalam latihan sangat dibutuhkan lembaga serta forum yang mencurahkan konsentrasi pemikiran
pada pengembangan kualitas para pengelola latihan, kemampuan konsepsi maupun menajerial.
Berawal dari kesadaran dan tanggung jawab yang mendalam tersebut maka dibentuklah Badan
Pengelola Latihan (BPL) Himpunan Mahasiswa Islam. Berikut adalah pedoman dasarnya :
BAGIAN I
NAMA, STATUS DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Badan ini bernama Badan Pengelola Latihan Himpunan Mahasiswa Islam yang disingkat BPL HMI.
Pasal 2
Status
Badan ini berstatus sebagai badan pembantu HMI. (pasal 15 Anggaran Dasar HMI, pasal 51, 52 dan
55 Anggaran Rumah Tangga HMI)
Pasal 3
Tempat dan Kedudukan
a. BPL PB HMI berkedudukan di tingkat Pengurus Besar HMI.
b. BPL HMI Cabang berkedudukan di tingkat HMI Cabang.
BAGIAN II
TUGAS, WEWENANG DAN TANGG JAWAB
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pasal 4
Tugas
Menyiapkan pengelola latihan atas permintaan pengurus HMI setingkat.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelola latihan dengan jalan menyelenggaran training
pengelola latihan dan mengadakan forum-forum internal di lingkungan intern BPL HMI.
Meningkatkan kualitas latihan dengan jalan mamonitor dan mengevaluasi pelaksanaan latihan.
Membuat panduan pengelolaan training HMI.
Melakukan standarisasi pengelola training dan pengelolaan training.
Memberikan informasi kepada pengurus HMI setingkat tentang perkembangan kualitas latihan.
376
Pasal 5
Wewenang
a. BPL PB HMI memiliki kewenangan untuk menyiapkan pengelolaan pelatihan di tingkat nasional
yang meliputi Latihan Kader III, pusdiklat, Up-Grading instruktur NDP dan Up-Grading menajemen
organisasi dan kepemimpinan.
b. BPL HMI Cabang memiliki kewenangan untuk menyiapkan pengelolaan pelatihan yang meliputi
Latihan Kader I, Latihan Kader II dan latihan ke-HMI-an lainnya.
c. BPL dapat menyelenggarakan training lain yang berkenaan dengan pengembangan sumber daya
manusia.
Pasal 6
Tanggung Jawab
a. BPL PB HMI bertanggung jawab kepada Pengurus Besar HMI melalui Musyawarah Nasional BPL
HMI.
b. BPL HMI Cabang bertangg jawab kepada Pengurus HMI Cabang melalui Musyawarah BPL Cabang.
BAGIAN III
KEANGGOTAAN
Pasal 7
Syarat dan Keanggotaan
a. Anggota BPL HMI adalah anggota HMI yang memenuhi kualifikasi tertentu sebagai pengelola
latihan.
b. Kualifikasi keanggotaan diatur dalam penjelasan terpisah.
c. Anggota BPL HMI dapat kehilangan status keanggotaan apabila :
1. Habis masa keanggotaan HMI.
2. Meninggal dunia.
3. Mengundurkan diri.
4. Diskorsing atau dipecat.
BAGIAN IV
SKORSING DAN PEMECATAN
Pasal 8
Kriteria Skorsing dan Pemecatan
a. Anggota BPL HMI dapat disokrsing karena :
1. Bertindak bertentangan dengan kode etik pengelola latihan.
2. Bertindak merugikan dan mencemarkan nama baik korps BPL HMI.
b. Anggota diskors atau dipecat dapat melakukan pembelaan dalam forum yang ditunjuk untuk itu.
c. Mengenai skorsing/pemecatan dan tata cara pembelaan diatur dalam ketententuan tersendiri.
BAGIAN V
ORGANISASI
Pasal 9
Struktur
a. Struktur organisasi ini adalah di tingkat Pengurus Besar dan Pengurus HMI Cabang.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
377
a.
b.
c.
d.
e.
Pasal 10
Kepengurusan
Pengurus BPL HMI sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
Yang dapat menjadi Pengurus BPL PB HMI adalah anggota BPL HMI yang telah memenuhi
kualifikasi Instruktur Utama.
Yang dapat menjadi pengurus BPL HMI cabang adalah anggota BPL HMI yang telah memenuhi
kulifikasi Instruktur.
Periode BPL HMI disesuaikan dengan periode kepengurusan HMI setingkat.
Periode BPL HMI dilarang merangkap jabatan dalam struktur HMI, dan badan khusus lainnya.
BAGIAN VI
MUSYAWARAH
Pasal 11
Musyawarah Nasional
a. Musyawarah Nasional (MUNAS) BPL HMI diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 2 tahun.
b. MUNAS BPL HMI adalah musyawah utusan BPL HMI Cabang, masing-masing BPL HMI Cabang
diwakili oleh 1 (satu) orang.
Pasal 12
Musyawarah Cabang
a. Musyawarah BPL HMI Cabang diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
b. Musyawarah BPL HMI Cabang musyawarah anggota BPL HMI di tingkat HMI Cabang.
BAGIAN VII
ADMINISTRASI LEMBAGA
Pasal 13
Surat Menyurat
a. Surat kedalam memakai nomor ./A/Sek/BPL/Bulan Hijriyah/Tahun Hijriyah.
b. Surat keluar memakai nomor ./B/Sek/BPL/Bulan Hijriyah/Tahun Hijriyah.
c. Bentuk surat disesuikan dengan bentuk yang dijelaskan didalam pedoman administrasi HMI.
Pasal 14
Keuangan
a. Keuangan BPL HMI ini dapat dikelola bersama dengan pengurus HMI setingkat.
b. Sumber keuangan berasal dari sumbangan yang tidak mengikat dan usaha halal.
BAB VIII
ATURAN PERALIHAN
Pasal 15
Untuk pertama pembentukan BPL HMI dibentuk oleh pengurus HMI setingkat, apabila BPL HMI
belum terbentuk.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
378
Pasal 16
a. MUNAS BPL HMI diselenggarakan oleh BPL PB HMI. BPL PB HMI berwenang untuk menyiapkan
segala sesuatu yang berkaitan dengan pembentukan BPL HMI secara keseluruhan.
b. Setelah BPL HMI terbentuk, secara otomatis Bakornas LPL HMI dan LPL HMI cabang
membubarkan diri dan/atau menyesuaikan diri dengan BPL HMI.
BAGIAN IX
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 17
Perubahan pedoman dasar ini dapat dilakukan dalam forum Musyawarah Nasional (MUNAS) BPL
HMI.
Pasal 18
a. Penjabaran tentang struktur organisasi, fungsi dan peran BPL HMI akan dijelaskan dalam tata
kerja BPL HMI.
b. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur dalam ketentuan lain dengan AD dan
ART HMI serta pedoman organisasi lainnya.
PENJELASAN
Penjelasan Pasal 5 : Wewenang
a. Untuk pengelolaan Latihan Kader III, Pengurus Besar mendelegasikan kepada Pengurus Badan
Koordinasi HMI sebagai pelaksana. Dalam hal-hal tertentu Pengurus Badan Koordinasi bisa
meminta BPL PB HMI untuk membantu
b. Yang dimaksud dengan latihan ke-HMI-an lainnya adalah sebagai sebuah kegiatan atau bentuk
pelatihan yang dapat meningkatkan pemahaman ke-HMI-an dan keorganisasian, misalnya Upgrading NDP, training pengelola latihan , Up-grading Administrsi dan Kesekretariatan, Up-grading
Kepengurusan, Up-grading Menajemen Organisasi dan Kepemimpinan. Pelatihan yang
diselenggarakan oleh KOHATI dan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
profesionalisme seperti dakwah, pelatihan jurnalistik dan sebagainya yang tidak termasuk
kategori pelatihan ke-HMI-wn.
Penjelasan Pasal 7 : Kualifikasi Pengelola Latihan HMI
a. Kualifikasi Umum
Kualifikasi secara umum bagi pengelola latihan yang terlibat dari seluruh bentuk latihan ke-HMIan adalah sebagai berikut :
1. Memahami dan menguasai Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan pedoman-pedoman
organisasi lainnya.
2. Memahami dan menguasai Pedoman Perkaderan.
3. Mempunyai kemampuan sebagai pendidik, pengelola dan penyaji.
b. Kualifikasi Khusus
1. Kualifikasi ditingkat BPL PB HMI :
Telah dinyatakan lulus Latihan Kader III.
Telah dinyatakan lulus mengikuti Training Pengelola Latihan atau Senior Course.
Telah menjadi Pengelola Latihan Kader.
2. Kualifikasi ditingkat BPL Cabang :
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
379
380
Latihan kader
Pusdiklat
2. Fungsi Dan Wewenang
a. Pengurus besar
Penanggungjawab perkaderan secara nasional
Pengelola kebijakan perkaderan HMI
Melaksanakan program-program pelatihan tingkat nasional, pusdiklat dan training
pengelola latihan.
b. Badan kordinasi
Mengkoordinir program-program latihan di wilayah masing-masing.
Melaksanakan program-program latihan kader iii, training pengelola latihan, up-grading
instruktur ndp dan up-grading manajemen organisasi dan kepemimpinan.
Bekerjasama dengan pb HMI demi terlaksanakannya program-program latihan tingkat
nasional.
c. HMI cabang
Sebagai basis terselenggarakannya program-program latihan HMI.
Bertangungjawab atas terlaksanakannya program atihan kader ii, upgrading instruktur
ndp, training pengelola latuihan, up greading kepengurusan, up greading manajemen
organisasi dan kepemimpinan dan up greading administrasi kesekretariatan.
Mengkoordinir komisariat dan lembaga kekaryaan untuk terlaksananya (penjadwalan)
taining HMI.
d. Lembaga kekaryaan
Mengadakan rekrutmen calon kader langsung melalui pelatihan kekaryaan
e. Kohati
Mengadakan rekrutmen calon kader langsung melalui pelatihan
Bdrtanggungjawab atas terselenggaranya program pelatihan kohati.
f. Badan Pengelola Latihan
Bertanggungjawab atas keberhasilan dan kualitas pengelolaan latihan.
Bekerjasama dengan pengurus HMI setingkat untuk menyelenggarakan program latihan.
g. Komisariat.
Melaksanakan rekrutmen calon akder.
Bertanggungjawab atas etrlaksananya program latihan kader i, up greading manajemen
organisasi dan kepemimpinan , up-grading kepengurusan.
Bekerjasama dengan pengurus HMI cabang untuk menindaklanjuti program latihan
kader i.
Dapat mengadakan program latihan akder ii atas persetujuan pengurus cabang.
h. Pemateri
Pemateri adalah aktifitas HMI, alumni, cendikiawan atau orang-orang tertentu
sebagaimana diatur dalam pedoman lpl dengan klasifikasi dan kualifikasi pengelola latihan,
yang ditugaskan untuk menjampaikan materi latihan yang dipercayakan kepadanya.
i. Instruktur
1) Steering Comittee
Kader HMI memiliki kualifikasi tertentu ditugaskan dan bertnaggungjawab atas
pengarahan dan pelaksanaan latihan.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
381
382
b. Pelaksanaan kegiatan:
Administrasi kesekretariatan
Publikasi, dekorasi dan dokumentasi.
Akomodasi
Konsumsi
Keuangan dan perlengkapan.
Acara dan lain-lain.
c. Evaluasi
d. Kesimpulan dan saran
e. Lampran-lampiran.
Hal hal penting yang harus dilaporkan pemandu meliputi
Gambaran umum pengelola latihan
Pelaksanaan kegiatan
- Jadwal acara manual dan realisasi.
- Berita acara
- SC, pemandu, peateri peserta.
Evaluasi pengelola latihan
- Peserta
- SC dan pemandu
- Instruktur
Kesimpulan
383
384
Pasal 5
Pengurus Struktur Kepemimpinan
a. Membagi waktu sebaik-baiknya agar tidak hanya hanyut dalam kegiatan rutin operasionalisasi
program, dengan selalu berprestasi pada perumusan dan evaluasi langkah strategis perkaderan.
b. Tugas dan tanggung jawab pada jabatan pada pengurus struktur kepemimpinan disiinergikan
dengan tugas dan tanggung jawab sebagai kelompok pengelola latihan.
Pasal 6
Aktifitas Kampus
1. Pengelola pelatihan pada periode tertentu mengkhususkan diri pada kesibukan kampus/intra
universitas, tetap selalu menjaga dan memelihara komunikasi serta terlibat secara adil dengan
langkah pengelolaan pelatihan.
2. Secara periodic pengelola pelatihan menunjukan prestasi di luar forum kemahasiswaan, misalnya
dunia kemahasiswaan, keilmuan seperti penulisan paper dan sebagainya.
BAGIAN II
PADA SAAT MENJADI PEMANDU
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
Pasal 8
Terhadap diri Sendiri
Pemandu putra : pakaian rapi, baju dengan krah, lengkap dengan sabuk dan sepatu, serta
menggunakan emblem kecil di dada dan muts.
Pemandu putri : pakaian sopan dengan mode yang menutup lutut dan lengan secara tidak ketat,
memakai sepatu dan perhiasan seperlunya.
Sedapat mungkin full time di arena pelatihan atau hanya meninggalkan arena apabila ada
keperluan sangat penting.
Membawa bahan bacaan yang berhubungan dengan kebutuhan pelatihan serta Al-Quran daan
terjemahannya.
Pada saat pelatihan berlangsung, apabila teman spesial sedang berada di arena pelatihan
hendaklah tetap bertingkah laku wajar untuk tidak menimbulkan citra yang mengganggu
sosialisasi nilai.
Pasal 9
Sebagai Team Pemandu
Tim pemandu menjaga kerahaasiaan penilaian terhadap peserta pelatihan selama pelatihan
berlangsung dan mengumumkan pada akhir pelatihan setelah melakukan perhitungan prestasi
secara teliti.
Mengadakan pembagian tugas yang seimbang pada setiap sesi bagi setiap pemandu.
Memimpin studi Al-Quran (bada magrib) bagi peserta pelatihan secara khusus menurut tingkat
kemampuannya.
Memilih ayat-ayat Al-Quran untuk dibacakan pada acara pembukaan sesuai konteks langsung
dengan materi acara.
Mengambil alih tanggung jawab mengisi materi, apabila pemateri yang bertugas betul-betul
berhalangan, sedangkan waktu untuk mencari penggantinya sudah tidak memungkinkan.
385
f. Pada saat selesai pelatihan lansung menyelesaikan laporan pelatihan secar rapid an lengkap
untuk dijilid.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
d.
Pasal 10
Terhadap Pemateri
Pemandu menyampaikan perkembanagan pelatihan pada pemateri yang akan memberikan
materi, kamudian mempersilahkan mengisi materi apabila waktunya sudah tiba.
Selama pemateri berada di arena pelatihan maupun didalam forum pelatihan, agar pemandu
mengesankan sikap ukhuwah islamiyah terhadap pemateri.
Memanfaatkan waktu yang tersedia untuk berdiskusi (informal) dengan pemateri, baik segala
sesuatu yang berkaitan dengan perkaderan maupun topik umum yang aktual.
Pada sesi berikutnya, pemandu dapat memantapkan materi yang disampaikan terdahulu tanpa
keluar dari pola yang sudah ada.
Pasal 11
Terhadap Paserta Pelatihan
Pemandu menunjukan rasa penghargaan dan persaudaraan terhadap peserta pelatihan, misalnya
mulai pada penyebutan nama yang benar, memperhatikan asal-usul, bersabar mengikuti jalan
pikirannya, memahami latar belakangnya dan seterusnya.
Pemandu tidak menunjukan sikap atau tindakan yang membawa kesan pilih kasih.
Pemandu tidak menunjukkan senyum atau rasa geli yang wajar dalam menyaksikan tindakan
peserta pelatihan yang bersifat lucu.
Pemandu apabila terpaksa menjatuhkan sanksi terhadap peserta pelatihan, hendaknya dengan
cara mendidik dan teknik yang tidak berakibat menimbulkan antipasti.
Pada dasarnya pemandu harus menyesuaikan diri dengan kesepakatan ketertiban peserta
pelatiahan, dan member contoh shalat berjamaah maupun aktifitas masjid.
Diskusi (informal) dapat dilakukan dilokasi dengan peserta pelatihan yang sifatnya melayani
hasrat ingin tahu dari peserta pelatihan dengan menyesuaikan dengan penggarapan dalam lokasi.
Apabila suatu saat di arena pelatihan, pemandu memiliki perasaan spesial terhadap lawan
jenisnya hendaknya selalu bertindak dewasa sehingga tidak perlu menunjukan tingkah laku yang
mengandung penilaian negatif.
Pasal 12
Terhadap panitia
Pemandu selalu berusaha memahami kondisi dan permasalahan yang dihadapi panitia dengan
membrikan bimbingan maupun dorongan moril.
Hal-hal yang menyangkut fasilitas kesekretariatan pelatihan maupun konsumsinya diperlukan
hanya sebatas kemampuan panitia.
Menyesuaikan pengaturan cara atau di dalam dan di luar lokasi dengan persiapan teknis yang
selesai dikerjakan panitia, dengan lebih dulu mengadakan pemeriksaan.
Waktu luang dari panitia dimanfaatkan untuk melakukan diskusi tentang topik yang bersifat
memperdalam persepsi dan wawasan berfikir panitia.
386
Pasal 13
Terhadap Sesama Anggota
Badan Pengelola Latihan (BPL)
a. Rekan BPL yang tidak bertugas diajak untuk mempelajari jalannya pelatihan sekedar tukar fikiran
untuk mendapatkan hasil maksimal.
b. Dalam keadaan situasi pelatihan yang memerlukan bantuan untuk mempertahankan target
pelatihan maka rekan BPL yang berkunjung dapat diminta tenaga khusus.
a.
b.
a.
b.
Pasal 14
Terhadap Alumni
Alumni (terutama yang pernah mengelola pelatihan) yang berkunjung ke arena pelatihan, kalau
mungkin diperkenalkan dengan peserta pelatihan disertai dialog singkat tanpa merubah manual.
Terhadap alumni tersebut, pemandu melakukan diskusi intensif mengenai perkembangan
perkaderan.
Pasal 15
Terhadap Masyarakat
Pemandu bertanggung jawab memlihara nama baik HMI pada masyarakat sekitar.
Pemandu mengatur kegiatan yang bersifat pengabdian masyarakat sekitar sesuai kebutuhan
masyarakat yang mungkin ditangani.
BAGIAN III
PADA SAAT MENJADI PEMATERI
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
Pasal 16
Terhadap Diri Sendiri
Pemateri pada saat dihubungi panitia segera member kepastian kesediaan atau tidak.
Membawa bahan bacaan yang berhubungan dengan kebutuhan pelatihan serta Al-Quran dan
terjemahannya.
Menyesuaikan pakaian pemandu.
Mengisi riwayat hidup sebelum masuk lokasi pelatihan.
Pasal 17
Terhadap Peserta Pelatihan
Pemateri memberikan kesempatan yang merata dan adil kepada peserta pelatihan untuk bicara,
serta menghargai pendapat peserta dan membimbing merumuskan pendapat mereka.
Pada saat peserta pelatihan berbicara hendaknya pemateri memberikan perhatian sunguhsungguh.
Peserta pelatihan yang konsentrasinya terganggu atau tertidur dan semacamnya hendaknya
ditegur.
Peserta pelatihan yang masih berminat berbincang diluar lokasi, hendaknya dilayani selama
kondisi memungkinkan.
387
Pasal 18
Terhadap Sesama Pemateri
a. Diusahakan sebelum mengisi materi, berdialog dengan rekan pemateri yang mengasuh materi
sejenis dan yang berkaitan.
b. Saling mengisi dengan materi yang disampiakan.
Pasal 19
Terhadap Team Pemandu
a. Memberikan informasi dan membantu memberikan pertimbangan kepada pemandu apabila
diperlukan atau bila terjadi kekurangsiapan dari pemandu , agar pelatihan berlangsung mencapai
target.
b. Membuat penilaian tertulis kepada BPL tentang kondisi pemandu, sebagai bahan perbandingan
evaluasi.
BAGIAN IV
SANKSI
Pasal 20
Paelanggaran terhadap kode etik pengelola pelatihan akan dikenakan sanksi, dari sanksi paling
ringan (teguran lisan) sampai dengan yang paling berat (dikeluarkan dari BPL).
BAGIAN V
PENUTUP
Pasal 21
Hal-hal yang belum diatur dalam kode etik ini, akan disesuaikan dengan pedoman BPL dan aturan
operasional lainnya.
388
389
390
5. Strategi kompensasi
Motivasi pengelola latihan untuk terus berkiprah di BPL HMI dan mengembangkan kualitasnya
sangat tergantung pada kompensasi yang diberikan kepada yang bersangkutan. Dengan
pemikiran tersebut, maka harus dirancang strategi reward and punishment sedemikian rupa yang
mampu memotivasinya. Penghargaan dan sanksi yang dapat diberikan adalah hak untuk ikut
pelatihan selanjutnya dan/atau kegiatan yang sifatnya profit oriented, duduk di jabatan structural
BADIKLAT HMI serta larangan untuk ikut. Pemverian kompensasi didasarkan atas penilaian
aktifitas terhadap yang bersankutan.
BAB III
KUALIFIKASI PENGELOLA LATIHAN
Pengelola latihan kader terdiri dari 4 jenis yang didasarkan atas kualitas dan jam terbang dengan
ketentan sebagai berikut :
1. Instruktur Muda
Instruktur muda adalah anggota HMI yang telah mengikuti pelatihan untuk pelatih tingkat dasar.
Instruktur muda berhak menjadi SC, tim rekam proses dan asisten instruktur pada LK I.
2. Instruktur Madya
Instruktur madya adalah anggota BPL HMI yang telah mengikuti pelatihan untuk pelatih tingkat
menengah. Instruktur madya memiliki hak yang sama dengan instruktur muda dan menjadi
instruktur LK I, SC, asisten instruktur pada LK II.
3. Instruktur
Instruktur adalah anggota BPL HMI yang telah mengikuti pelatihan untuk pelatih tingkat lanjut.
Instruktur memiliki hak yang sama dengan instruktr madya, dan menjadi instruktur/MOT LK II,
serta berhak mengelola/terlibat dalam training yang sifatnya profit oriented, serta dipilih menjadi
pengurus BPL HMI Cabang atau KORWIL.
4. Instruktur Utama
Instruktur utama adalah instruktur yang telah mengikuti LK III dan mendapatkan point 148,
serta IP 3,00. Instruktur utama memiliki hak yang sama dengan instruktur, menjadi
instruktur/MOT LK III, dan dipilih menjadi pengurus BPL PB HMI.
BAB IV
PELAKSANAAN POLA PEMBINAAN
A. Formal
Model pembinaan yang dilakukan oleh BPL HMI adalah pelatihan yang sifatnya memberikan
pengetahuan dan keahlian pada pengelola latihan mengenai masalah trainingnnya. Seluruh
pelatihan ini dilaksanakan oleh BPL HMI secara mandiri sesuai dengan peruntukannya.
1. Pelatihan untuk Pelatih tingkat Dasar
Tujuan :
Terciptanya sumberdaya pengajar yang memiliki kualitas akademis dan kemampuan
memberikan materi, serta mampu menjadikan diri sebagai teladan yang baik.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
391
Target :
- Mengetahui fiosofi pendidikan/perkaderan
- Mengetahui teknik perencanaan materi
- Mengetahui metode-matode pengajaran
- Mengetahui teknik evaluasi
Waktu : 72 Jam
Kurikulum :
Pendalaman NDP
- Pendalaman Dasar-dasar kepercayaan
- Pendalaman Konsep ke-Tuhanan dan Ke-Manusiaan
- Pendalaman Prinsip Ikhtiar dan Takdir
- Pendalaman Individu-Masyarakat dan Prinsip-prinsip Keadilan
Pengantar Filsafat Pendidikan
- Pengertian Pendidikan
- Manusia dan proses pendidikan
Pengantar Psikologi Pendidikan
Didaktik Metodik
- Pengertian didaktik metodik
- Bentuk, gaya dan alat pengajaran
- Metode pengajaran
Perencanaan pengajaran
- Pengertian pengajaran
- Tujuan pengajaran
- Penyusunan session design/teaching plan
Evaluasi
- Pengertian, tujuan dan fungsi evaluasi
- Teknik, prosedur dan alat evaluasi peserta
Praktek Pengajaran
Syarat :
- Telah lulus LK I
- Telah selesai mengikuti follow-up/up-grading pasca LK I
- Memiliki minat untuk menjadi pengelola latihan
- Lulus screaning
2. Pelatihan untuk Pelatih tingkat Menengah
Tujuan :
Terciptanya sumberdaya pengelola Latihan Kader I yang memiliki kemampuan mengelola LK I
secara baik dan benar, serta mampu menjadikan diri sebagai teladan yang baik.
Target :
- Mengetahui menajemen pengelolaan LK I
- Menguasai seluruh materi LK I
- Mengetahui teknik penilaian peserta
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
392
Waktu : 48 Jam
Kurikulum :
Pendalaman materi LK I (Non NDP)
- Sejarah perjuangan HMI
- Konstitusi HMI
- Mission HMI
- Kepemimpinan, Manejemen dan Organisasi
Perencanaan pelatihan
- Pengertian pelatihan
- Penilaian kebutuhan
- Perencanaan kurikulum pelatihan
Teknik pengelolaan pelatihan
Teknik penilaian peserta
- Pengertian penilaian
- Teknik, prosedur dan alat penilaian peserta
Evaluasi pelatihan
- Pengertian, tujuan dan fungsi evaluasi
- Pelaporan dan evaluasi pelatihan
Praktek
Syarat :
- Instrutur Muda yang telah memiliki point 144 dan IPK 2,50
- Telah mengikuti LK II
- Lulus screaning
3. Pelatihan untuk Pelatih tingkat Lajut
Tujuan :
Terciptanya sumberdaya pengelola Latihan Kader II yang memiliki kemampuan mengelola LK II
secara baik dan benar, serta mampu menjadikan diri sebagai teladan yang baik.
Target :
- Mengetahui manejemen pengelolaan LK II
- Menguasai seluruh materi LK II
Waktu : 36 Jam
Kurikulum L
Pendalaman Materi LK II
- Pendalaman NDP
- Pendalaman Mission HMI
- Teori-teori perubahan social
- Ideopolitor Stratak
- Kepemimpinan, Manejemen dan Oragnisasi
Manejemen Pengelolaan Latihan
Evaluasi pelatihan
- Pengertian, tujuan dan fungsi evaluasi
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
393
394
B. Informal
Model pembinaan pengelola latihan yang dilakukan oleh BPL HMI menggunakan pola
peningkatan kualitas yang didasrkan pada aktifitas pengelola pelatihan.
Pembinaan informal ini secara praksis merupakan proses untuk melakukan penilaian kinerja
pengelola latihan.
Aktifitas yang dilakukan dalam rangka pembinaan terhadap pengelola latihan meliputi aktifitas
pribadi dan aktifitas kelompok atau organisasional. Meliputi :
1. Follow-up/up-grading
2. Aktifitas pengajaran : menjadi unsur training, dll
3. Aktifitas pembinaan kader : diskusi kader, dll
4. Aktifitas intelektual : penulisan opini, dll
C. Non-formal
Model pembinaan yang dilakukan adalah dengan memfasilitasi para pengelola latihan yang
dianggap potensial untuk melakukan aktifitas yang berada diluar wilayah HMI, tetapi masih
berkaitan dengan profesionalisme pengelola latihan. Aktivitas yang mungkin bisa dilakukan
adalah magang dilembaga-lembaga pelatihan, ditugaskan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan di
luar HMI yang hasilnya dapat diadopsi oleh HMI dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan
training dalam perkaderan HMI.
BAB V
SISTEM EVALUASI PENERAPAN PEDOMAN PERKADERAN
A. PENDAHULUAN
Sebagai organisasi maahsiswa islam yang memfungsikan diri sebagai organisasi kader,
maka HMI senantiasa berusaha untuk memelihara motivasi, dedikasi dan konsistensi dalam
menjalankan sistem perkaderan yang ada. Dalam usahanya untuk menjaga konsistensi
perkaderan maka perlu ada suatu mekanisme evaluasi penerapan pedoman perkaderan yang
telahdisepakati bersama.
Selama ini penerapan pedoman perkaderan belum emngalami persamaan secara
mendasar etrutama kurikulum latihannya, oleh karena itu penentuan kurikulum yang dipakai
seluruh cabang dan sekalgus pengelola latihan yang telah ada dituntut menerapkan secara
komprejensif. Hal ini menjadi kebutuhan ang sangat mendesak mengingat kualitas output kader
ditentukan oleh pedoman perkaderan yang diterpkan pada masing masinbg cabang.
B. INSTITUSI
Untuk menerapkan mekanisme evaluasi perlu ada institusi yang jelas, sehingga mekanisme
evaluasi ini menjadi
efektif. Dalam struktur HMI penaggungjawab dan pelaksana evaluasi
penerapan pedoman perkaderan adalah bidang
Pemberdayaan Anggota (PA).
C. FORMAT
Format evaluasi pedoman perkaderan:
kurikulum
panduan pengelola latihan.
Pola rekrutmen.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
395
D. AKREDITASI
Akreditasi sebagai suatu mekanisme pemaksa dalam suatu evaluasi maerpakan upaya yang
didorong oleh keinginan memberikan motivasi yang lebih tinggi terhadap pengelola
perkaderan. Akreditasi ini peruntukkan kepada cabang sebagai institusi yang secara langsung
melaksanakan proses perkaderan. Disamping itu akreditasi berfungsi juga untuk memetakan
penerapan pedoman perkaderan yang dilaksanakan seluruh cabang. Dalam hal ini akreditasi
yang dilakukan adalah bentuk laporn periodik cabang pada badko HMI diwilayahnya dan PB
HMI.
Adapun akreditasi meliputi:
Laporan triwulan pelaksanaan training.
Frekwensi latihan
LK I minimal 2 kali dalam satu semester
LK II minimal satu kali dalam satu periode
Up-grading dan pelatihan minimal empat kali dalam satu periode.
Aktifitas pembinaan minimal satu kali dalam satu bulan
Laporan aktifitas pembinaan:
bentuk kegiatan
tingkat partisipasi.
E. SANKSI
Apabila tidak memnuhi persyaratan administrasi cabang tidak dibenarkan mengikuti dan
mengelola kegiatan perkaderan tingkat regional dan nasional.
F. RASIO JENJANG LATIHAN PERKADERAN
R*
Latihan Kader I
Latihan kader II
Latihan Kader III
(persentase)
(Basic training)
(intermediette Training)
(advance training)
100
10
3,5
1,5
*=jumlah mahasiswa muslim dalam wilayah kerja cabang
BAB V
SISTEM EVALUASI PENERAPAN PEDOMAN PERKADERAN
G. PENDAHULUAN
Sebagai organisasi maahsiswa islam yang memfungsikan diri sebagai organisasi kader,
maka HMI senantiasa berusaha untuk memelihara motivasi, dedikasi dan konsistensi dalam
menjalankan sistem perkaderan yang ada. Dalam usahanya untuk menjaga konsistensi
perkaderan maka perlu ada suatu mekanisme evaluasi penerapan pedoman perkaderan yang
telahdisepakati bersama.
Selama ini penerapan pedoman perkaderan belum emngalami persamaan secara
mendasar etrutama kurikulum latihannya, oleh karena itu penentuan kurikulum yang dipakai
seluruh cabang dan sekalgus pengelola latihan yang telah ada dituntut menerapkan secara
komprejensif. Hal ini menjadi kebutuhan ang sangat mendesak mengingat kualitas output kader
ditentukan oleh pedoman perkaderan yang diterpkan pada masing masinbg cabang.
H. INSTITUSI
Untuk menerapkan mekanisme evaluasi perlu ada institusi yang jelas, sehingga mekanisme
evaluasi ini menjadi
efektif. Dalam struktur HMI penaggungjawab dan pelaksana evaluasi
penerapan pedoman perkaderan adalah bidang
Pemberdayaan Anggota (PA).
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
396
I.
J.
FORMAT
Format evaluasi pedoman perkaderan:
kurikulum
panduan pengelola latihan.
Pola rekrutmen.
AKREDITASI
Akreditasi sebagai suatu mekanisme pemaksa dalam suatu evaluasi maerpakan upaya yang
didorong oleh keinginan memberikan motivasi yang lebih tinggi terhadap pengelola
perkaderan. Akreditasi ini peruntukkan kepada cabang sebagai institusi yang secara langsung
melaksanakan proses perkaderan. Disamping itu akreditasi berfungsi juga untuk memetakan
penerapan pedoman perkaderan yang dilaksanakan seluruh cabang. Dalam hal ini akreditasi
yang dilakukan adalah bentuk laporn periodik cabang pada badko HMI diwilayahnya dan PB
HMI.
Adapun akreditasi meliputi:
Laporan triwulan pelaksanaan training.
Frekwensi latihan
LK I minimal 2 kali dalam satu semester
LK II minimal satu kali dalam satu periode
Up-grading dan pelatihan minimal empat kali dalam satu periode.
Aktifitas pembinaan minimal satu kali dalam satu bulan
Laporan aktifitas pembinaan:
bentuk kegiatan
tingkat partisipasi.
K. SANKSI
Apabila tidak memnuhi persyaratan administrasi cabang tidak dibenarkan mengikuti dan
mengelola kegiatan perkaderan tingkat regional dan nasional.
L. RASIO JENJANG LATIHAN PERKADERAN
R*
Latihan Kader I
Latihan kader II
(persentase)
(Basic training)
(intermediette Training)
100
10
3,5
*=jumlah mahasiswa muslim dalam wilayah kerja cabang
BAB VI
EVALUASI PELAKSANAAN POLA PEMBINAAN
Untuk tercapainya keberhasilan pola pembinaan maka diperlukan suatu evaluasi terhadap
pelaksanaan pola pembinaan. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan
digunakan untuk merancang pola pembinaan selanjutnya yang lebih baik.
Evaluasi yang dilakukan meliputi :
1. Evaluasi terhadap sistim manejemen SDM
2. Evaluasi terhadap pelaksanaan pola pembinaan
3. Evaluasi terhadap pelaksana
397
Evaluasi ini dapat ddipergunakan juga untuk memberikan reward and punishment terhadap para
pengelola latihan.
BAB VII
PENUTUP
Pembinaan pengelola latihan sebagai upaya untuk mencapai kader kualified yang menjadi tujuan
HMI, dan benar-benar akan terwujud apabila terdapat kesadaran (amanah), keterlibatan aktif dan
sikap mental yang teguh (militan) para pengawal perkaderan.
398
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
399
A. REKOMENDASI INTERNAL
1. Merekomendasikan kepada PB HMI untuk memekarkan, mengesahkan cabang dan
Perubahan nama cabang :
a. HMI Cabang Bacan (Badko Mal-Malut)
b. HMI Cabang Tanggerang (Badko Jabodetabek-Banten)
c. HMI Cabang Persiapan Rokan Hulu (Badko Riau-Kepri)
d. HMI Cabang Sumedang menjadi HMI Cabang Jatinangor Sumedang
2. Merekomendasikan Kepada PB HMI untuk memekarkan Badko-Badko:
a. Badko Tanggerang-Banten
3. Membatasi Jumlah Pengurus Besar HMI hanya berjumlah 150 Personil
4. Membahas tuan rumah kongres pada forum kongres
5. Merekomendasikan kepada pengurus besar HMI untuk mengesahkan Kongres ke 30 di HMI
Cabang Ambon
6. Memenuhkan Cabang-Cabang Persiapan.
A. HMI Cabang Pers. Kolaka
B. HMI Cabang Pers. Pesisir Selatan
7. Memberikan ketegasan terkait training informal antara Training Instruktur dan Senior
Course
8. Memberikan ketegasan tentang kepemilikan atribut organisasi yang digunakan oleh
organisasi lain (HMI-MPO).
400
B. REKOMENDASI EKSTERNAL
1. Mendesak Pemerintah untuk mencabut izin perusahan pembakar lahan serta mengaudit
analisis mengenai dampak lingkungan perusahaan tersebut sebagai upaya pelestarian
lingkungan.
2. Mendesak pemerintah untuk segera mengesahkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
sebagai sebuah keabsahan perencanaan pembangunan wilayah.
3. Mendesak pemerintah Melalui PB HMI untuk segera mencabut izin Hak Guna Usaha yang
tidak memilik izin pada usaha perkebunan, kehutanan yang berdampak pada kerusakan
lingkungan.
4. PB HMI mendesak kepada pemerintah untuk meningkatkan dana bagi hasil sebesar 30 %
bagi daerah penghasil perminyakan dalam upaya peningkatan pendapatan Asli daerah di
wilayah tersebut.
5. Mendesak Pemerintah untuk melakukan pengolahan produksi hasil Sumber daya Alam di
Indonesia sebagai upaya peningkatan lapangan pekerjaan di wilayah penghasil.
6. Menjadikan kota Pekanbaru sebagai kota metropolitan yang
pengejewantahan dan penguatan nilai nilai keislaman di Indonesia .
madani
sebagai
401
402
403
404
405
4. Dinamis, yaitu selalu dalam keadaan gerak dan terus berkembang serta dengan cepat
memberikan respon terhadap setiap tantangan yang dihadapi sehingga memiliki fungsi
pelopor yang patriotik.
5. Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang merupakan kader seluruh umat
Islam Indonesia menuju persatuan nasional.
6. Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan orang muda yang mengutamakan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Memihak dan membela kaum-kaum yang
lemah dan tertindas dengan menentang penyimpangan dan kebatilan dalam bentuk dan
manifestasinya. Aktif dalam pembentukan dan peranan umat Islam Indonesia yang adil dan
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
Dilihat dari jenisnya, maka lembaga Pengambangan Profesi yang pernah ada:
a. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
b. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
c. Lembaga Dawah Mahasiswa Islam (LDMI)
d. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
e. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
f. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
g. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
h. Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam (LAMI)
i. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
j. Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI)
k. Lembaga Penelitian Mahasiswa Islam (LEPMI)
l. Lembaga Pariwisata dan Pecinta Alam Mahasiswa Islam (LEPPAMI)
m. Dan lembaga-lembaga yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan karena lembaga
pengembangan profesi adalah badan pembantu pimpinan HMI, maka dengan
melaksanakan tugas/fungsional (sesuai dengan bidangnya masing-masing) haruslah
terlebih dahulu dirumuskan dalam suatu musyawarah tersendiri. Musyawarah badan
yang selanjutnya disebut rapat kerja itu, bertugas untuk menjabarkan program HMI yang
telah diputuskan oleh instansi-instansi kekuasaan HMI.
BAB II
LANDASAN, STATUS DAN FUNGSI
2.1 Landasan
Pedoman Lembaga Pengambangan Profesi HMI ini dilandaskan atas :
2.1.1. Landasan Idiil
tujuan HMI yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT
(Pasal 4 AD HMI).
2.1.2. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional lembaga pengembangan profesi adalah Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga HMI serta ketetapan-ketetapan kongres dan kebijaksanaan lain
yang ditetapkan secara formal organisatoris.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
406
BAB III
MASALAH DAN POTENSI LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI
3.1. Umum
a. Lembaga pengembangan profesi dipandang sebagaimana terbentuk dan berkembangnya
segenap keahlian anggota tidak dapat melaksanakan dan melepaskan diri dari saling
mempengaruhi (interaksi) dengan lingkungan sekitarnya.
b. Tanggung jawab lembaga pengembangan profesi sebagaimana yang terdapat dalam Esensi
Kepribadian HMI berintikan :
b.1. Kemurnian idealisme
b.2. Pengabdian yang ikhlas dan imani
b.3. Keberanian dan kepeloporan
b.4. Pembaruan dan pemersatu
b.5. Keteguhan janji, sikap dan kepribadian mandiri, selain itu lembaga pengembangan
profesi diharapkan merelevansikan pendapat, sikap dan tindakan dengan
kenyataan-kenyataan yang ada dalam masyarakat. Dan merupakan suatu kenaifan
bila potensi ini mengalami degradasi yang akan menimbulkan masalah baik secara
pribadi maupun institusi HMI
c. Perubahan-perubahan sosial yang bergerak sangat cepat sebagai akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, haruslah dihadapi dengan penuh perhitungan, kematangan dan
kesiapan mental. Proses pembangunan nasional yang meliputi bidang ideologi, politik, sosial
budaya, pertahanan dan keamanan belum dapat menyelesaikan permasalahanpermasalahan kemasyarakatan dan kenegaraan yang ada. Sementara ledakan penduduk
belum dapat dikendalikan, muncul pula berbagai krisis dunia dalam bidang-bidang moneter,
ekonomi, energi, lapangan kerja, nilai moral, norma agama, dan sebagainya. Hal-hal seperti
ini sangat mempengaruhi masyarakat (apalagi generasi muda/mahasiswa) sebagaimana
masalah yang langsung menyangkut kepentingan kini dan mendatang.
407
408
a.
b.
c.
d.
e.
diberatkan untuk menunaikan kewajiban-kewajiban sipilnya selaku warga negara. Hal itu
melahirkan permasalahan tersendiri, misalnya timbulnya dorongan partisipasi politik secara
berlebihan, kadang-kadang radikal biasanya tidak proporsional, dan kemelut permasalahan
seperti itu tidak tertanggulangi secara tuntas apabila disorot atau yang ditangani hanya
gejala (aksi-aksi politik) karena akar permasalahan tidak tertentu.
Untuk menangulangi permasalahan-permasalahan tersebut di atas diperlukan sikap-sikap
demokratis, kesadaran dan kemauan politik dari semua pihak. Pendekatannya yang dialogis
dan humanis, agar penanganannya lebih mendasar, terbuka dan kumulatif. Baru kemudian
pelaksanaannya: sistematis, terpadu, berencana, terarah dan berlangsung terus menerus.
Dalam hal ini, pelibatan potensi generasi muda atau mahasiswa sebagai filter sosial dalam
setiap proses penyelesaian (penaggulangan) tidak saja memberikan pengalaman
kemasyarakatan yang berharga, tetapi juga sudah waktunya generasi muda/mahasiswa
sendiri akan tampil mengambil prakarsa, atas dasar kesadaran bermasyarakat, berbangsa
dan bertanah air.
Untuk itu organisasi-organisasi pemuda/mahasiswa yang selama ini telah timbul dan
berjalan baik merupakan lapisan masyarakat yang potensial untuk melanjutkan kontinuitas
sejarah dan pembagian nasional. Mereka harus dibina dikembangkan, dibiasakan mengambil
prakarsa sendiri, menanggung resiko agar mereka tumbuh menjadi generasi yang dewasa
dan matang. terutama dalam menyongsong masa depan pribadi, masyarkat, bangsa dan
negaranya.
Akan halnya HMI lewat lembaga pengembangan profesi berupaya tidak saja menanamkan
dasar-dasar motivasi, keilmuan dan keterampilan praktis sesuai bidang garapan masingmasing. Dengan demikian lembaga pengembangan profesi harus lebih ditingkatkan
terutama dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman. Dalam kaitan itulah beberapa hal
perlu diperhatikan :
Lembaga-lembaga khusus yang telah dimiliki oleh cabang-cabang HMI harus lebih digiatkan
aktivitasnya, meluaskan jangkauannya, memperhatikan prinsip-prinsip manajemen yang
ada, sampai pada terapan administrasi (termasuk pengelolaan dana).
Anggota-anggota kader HMI yang memiliki keahlian atau spesialisasi atau sedang
mendalaminya harus diberikan dorongan (motivasi) yang menunjang bagi pengembangan
kemampuannya untuk menjadi tenaga ahli profesional.
Semangat dedikasi dan idealisme perjuangan, diimplementasikan dalam variasi yang
seragam. Dengan demikian kehadiran lembaga pengembangan profesi akan benar-benar
dirasakan manfaatnya.
Kreativitas keagamaan dan karya-karya imani (amal Sholeh) sebagai investasi kemanusiaan
lebih ditingkatkan sebagai tugas para intelektual muslim.
Potensi yang ada pada pemerintah dan masyarakat setempat untuk kemungkinan adanya
kerjasama yang saling menunjang/menguntungkan di dalam usaha ke arah pembentukan,
pembinaan dan pengembangan profesi HMI.
409
BAB IV
TUJUAN DAN STRATEGI
PEMBINAAN, PENGEMBANGAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI
4.1. Tujuan Pembinaan dan Pengembangan Lembaga Pengembangan profesi
Tujuan pembinaan dan pengembangan lembaga pengembangan profesi adalah untuk
mempercepat proses perwujudan pemerataan lima kualitas insan cita HMI yaitu :
(1) Insan Akademis
(2) Insan Pencipta
(3) Insan Pengabdi
(4) Insan yang bernafaskan Islam, dan
(5) Insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah SWT
4.2. Strategi pembinaan dan Pengembangan lembaga pengembangan profesi HMI
Strategi dan pengembangannya haruslah disesuaikan dengan perkembangan HMI secara
keseluruhan, baik perkembangan itu disebabkan oleh kondisi eksternal maupun internal (para
anggota) HMI itu sendiri. Dengan demikian faktor-faktor yang strategis bagi pembinaan dan
pengembangan Lembaga Pengembangan profesi HMI adalah :
4.2.1. Keimanan
Agar segenap anggota masyarakat dan lingkunganya betul-betul menjadi orang yang
bertaqwa kepada Allah SWT.
4.2.2. Intelektualitas
Dimensi Intelektualitas dan kemampuan berfikir sesorang harus dikembangkan agar
dalam kehidupannya manusia dalam menyerap serta mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan ajaran Islam.
4.2.3. Kerja/Profesi
Mahasiswa Islam sebagai Human Resource bagi umat dan bangsa mestilah
dipersiapkan secara fisik, mental dan spiritual untuk menjadi tenaga produktif,
cakap, terampil, kreatif, dan bertanggungjawab. Bahkan harus mampu menciptakan
lapangan kerja sendiri, sehingga mereka mendapatkan kepastian masa depannya
sesuai minat keahlian (profesional).
4.2.4 Kepemimpinan
Pembinaan dan pengembangan kepemimpinan dimaksudkan sebagai proses
kaderisasi (proses pematangan) calon-calon pemimpin bangsa dan umat agar
mereka menjadi cakap, arif, bijaksana, bertanggungjawab, dan penuh dedikasi pada
bangsa, negara dan agamanya.
4.2.5 Pengabdian Masyarakat
Mahasiswa Islam sebagai generasi muda bangsa harus mampu memahami dan
mengahayati problema-problema yang dihadapi masyarakat dan pemerintah, serta
dapat mencarikan alternatif pemecahan yang lebih baik, dalam rangka mencapai
cita-cita pembangunan nasional: masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
410
BAB V
JALUR PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI
Strategi pembinaan dan pengembangan yang dirumuskan di atas, memerlukan kejelasan
tentang cara dan sarana dalam pengejawantahan. Sehingga semua pihak yang bersangkutan dapat
memahami serta melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya masing-masing. Untuk itu,
ditetapkan tiga jalur pembinaan dan pengembangan Lembaga Pengembangan profesi, yaitu:
5.1.
Jalur Utama
Dimaksudkan sebagai jalur utama ialah lembaga pengembangan profesi itu sendiri yang
langsung melaksanakan tugas dan fungsi khususnya sesuai dengan penggarapan masingmasing.
5.2.
Jalur Penunjang
Dimaksudkan sebagai jalur penunjang adalah menghidupkan para fungsional Lembaga
Pengembangan profesi yang dapat dikembangkan menjadi suatu institusi sosial baru yang
mencerminkan kepedulian mahasiswa (khusus) dan pemuda (umum) terhadap dinamika
pembangunan. Melalui institusi sosial baru ini, dapat menemukan model-model peran
Lembaga Pengembangan profesi dan proses bagi anggota HMI sendiri melalui kemitraan
dalam berbagai kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
5.2.1. Pemerintah
Pihak pemerintah diharapkan merupakan salah satu penunjang bagi pelaksanaan program
(baik) materil, iklim dan kebijaksanaan sehingga dengan dukungan pemerintah ini
diharapkan akan adanya kerjasama yang saling menguntungkan baik untuk kepentingan HMI
sendiri maupun terlaksanya program-program pemerintah.
5.2.2. Masyarakat
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, maka Lembaga Pengembangan profesi dalam
merumuskan program kerjanya harus disesuaikan kondisi masyarakat sekitarnya. Dengan
demikian masyarakat tidak merasa asing tetapi partisipasi spontan dan rasa memilikinya
tumbuh secara wajar dan sehat. Baik individu maupun kelompok.
5.2.3. Lembaga-lembaga Swasta
Sebagai media pengembang profesi, Lembaga pengembangan profesi HMI bisa bekerjasama
dengan lembaga-lembaga swasta yang sesuai, misalnya yang bergerak dalam bidang-bidang
keilmuan dan penelitian
5.3.
Jalur Koordinatif
5.3.1. Tingkat Cabang
Pengkoordinasian Lembaga Pengembangan profesi di Tingkat cabang dilakukan oleh
Lembaga Pengembangan profesi di tingkat cabang.
5.3.2 Tingkat Badan Koordinasi
Pengkoordinasian pada tingkat Regional dilakukan oleh Bidang Pengembangan
profesi Badko melalui Bidang Pengembangan profesi Cabang di wilayah
koordinasinya.
5.3.3. Tingkat Pengurus Besar
Untuk tingkat nasional dibentuk Bakornas yang berfungsi sebagai koordinator
nasional dan berfungsi mengkoordinir lembaga pengembangan profesi yang ada di
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
411
BAB VI
PENUTUP
Pembinaan dan pengembangan lembaga pengembangan profesi HMI, membutuhkan
partisipasi aktif dari seluruh warga HMI, masyarakat dan pemerintah. Kerjasama yang baik perlu
ditingkatkan secara terus menerus, agar dapat mencapai hasil optimal bagi kemaslahatan bersama.
412
413
1. Direktur adalah penanggung jawab dan koordinator umum dalam pelaksanaan tugastugas/program-program lembaga yang bersifat umum ke dalam maupun ke luar.
2. Direktur Perencanaan dan Pengembangan adalah penanggung jawab dan koordinator
kegiatan dalam bidang perencanaan dan pengembangan, yang menyangkut kontinuitas
kepemimpinan, kepengurusan lembaga, dan kontuinitas usaha-usaha mandiri.
3. Direktur Penelitian dan Penalaran adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan
dalam bidang program-program penelitian dan penalaran, menyangkut tersedianya data
anggota dan data lainnya yang berkaitan dengan lembaga berikut pengolahan dan analisa.
4. Direktur Pendidikan dan Pelatihan adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan
dalam bidang pendidikan dan pelatihan, menyangkut peningkatan kualitas SDM personalia
dan anggota LPP.
5. Direktur Pengabdian Masyarakat adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan bidang
program-program pengabdian masyarakat dan partisipasi dalam pembangunan, yang
menyangkut observasi teritorial, pelaksanaan pengabdian dan hubungan luar.
6. Direktur Usaha dan Hubungan antar Lembaga adalah penanggung jawab dan koordinator
kegiatan dalam bidang dan program usaha-usaha mandiri, pengabdian pada masyarakat dan
partisipasi dalam pembangunan yang menyangkut observasi teritorial, pelaksanaan
pengabdian dan hubungan luar lembaga.
7. Direktur Administrasi dan Keuangan adalah penggung jawab dan koordinator umum dalam
kegiatan di bidang administrasi kesekretariatan dan keuangan lembaga.
8. Departemen Kaderisasi bertugas sebagai koordinator operasional kegiatan kaderisasi dalam
tubuh lembaga pengembangan profesi dan perencanaan, distribusi kader, baik dalam
struktur lembaga maupun di luar lembaga.
9. Departemen Keaparatan bertugas sebagai koordinator operasional kegiatan pendayagunaan
dan fungsionarisasi aparat di tubuh lembaga.
10. Departemen Usaha bertugas sebagai koordinator operasional dalam bidang programprogram usaha potensi lembaga yang mengarah kepada kemandirian lembaga.
11. Departemen Kelembagaan bertugas sebagai koordinator operasional kegiatan hubungan
antar lembaga, ke dalam maupun ke luar lembaga
12. Departemen Kesekretariatan bertugas sebagai koordinator operasional kegiatan dari tata
usaha surat menyurat lembaga.
13. Departemen Keuangan bertugas sebagai koordinator operasional kegiatan keuangan dan
perlengkapan lembaga.
14. Departemen Pendataan bertugas sebagai koordinator operasional penelitian dan pengkajian
hasil-hasil pengkajian dan pendataan lembaga.
15. Departemen Seleksi/Rekrutmen bertugas sebagai koordinator operasional seleksi dan
rekrutmen anggota lembaga yang berasal dari anggota biasa pada abang
16. Departemen Pelatihan bertugas sebagai koordinator operasional dalam observasi proyekproyek pengabdian lembaga.
17. Departemen Observasi bertugas sebagai koordinator operasional proyek-proyek pengabdian
lembaga.
18. Departemen Operasi bertugas sebagai koordinator operasional proyek-proyek pengabdian
lembaga.
19. Departemen Humas/PR bertugas sebagai koordinator operasional Hubungan masyarakat/PR
dan promosi lembaga di tengah keberadaan masyarakat.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
414
20. Departemen Hubungan antar Lembaga bertugas sebagai koordinator operasional kegiatan
hubungan antar lembaga ke dalam maupun ke luar lembaga pengembangan profesi,
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan atau kerjasama dengan lembaga profesional lain yang
berkaitan dengan pengembangan lembaga dan kapasitas kader.
4.
Wewenang dan Tanggung Jawab Bidang Kerja Pengurus Lembaga Pengembangan Profesi
Masing-masing bidang kerja dalam pengurus lembaga dalam menjalankan wewenang dan
tanggung jawab adalah sebagai berikut:
415
416
417
418
PETUNJUK PELAKSANAAN
PEDOMAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)
BAB I
PENDAHULUAN
Petunjuk pelaksanaan (juklak) dari pedoman lembaga-lembaga pengembangan profesi HMI
ini adalah merupakan kompilasi dari program sebelumnya (dari program-program pengembangan
profesi HMI tahun 1980, 1986 dan hasil kongres 1982) yang selanjutnya disesuaikan dengan hasilhasil temuan pada Up-Grading Pengembangan profesi pada bulan Juli 1994 dan hasil bahasan dalam
sidang MPK IV tahun 1994.
Petunjuk pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai suatu pedoman bagi aparat-aparat HMI,
yaitu mulai dari usaha-usaha pembentukan lembaga-lembaga pengembangan profesi sampai dengan
usaha-usaha pembinaan dan pengembangannya. Dengan demikian diharapkan fungsi utama dari
lembaga-lembaga ini yaitu membentuk kader HMI di samping kemampuan generalik juga dalam
kemampuan mengaktualisasikan profesi untuk dapat terlaksana. Sehingga tanggung jawab HMI
dalam usaha mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT dapat direalisasikan
melalui lembaga-lembaga pengembangan profesi.
Usaha-usaha untuk menghidupkan lembaga-lembaga khusus setiap cabang HMI, seyogyanya
diambil dari potensi yang dimiliki HMI sendiri, masyarakat dan pemerintah dimana cabang HMI
tersebut berada. Pengkajian potensi akan menentukan di dalam usaha membentuk, membina dan
mengembangkan lembaga-lembaga pengembangan profesi ini, sehingga betul-betul dapat
memenuhi fungsinya,
Bendahara umum berada pada satu garis staf. Untuk bidang penelitian dan penalaran,
bidang pendidikan dan pelatihan serta bidang pengabdian pada masyarakat berada pada satu garis
fungsional lembaga
Sedangkan bila untuk pengurusan, saran anggota serta kemampuan untuk menentukan
alternatif-alternatif program yang tepat juga sangat menentukan keberhasilan suatu lembaga
pengembangan profesi untuk memenuhi fungsinya itu. Oleh karena itu dalam juklak ini diuraikan
tentang hal-hal yang menyangkut pembentukan lembaga-lembaga pengembangan profesi,
pengkajian potensi baik yang ada pada HMI, masyarakat maupun pemerintah serta masalah
musyawarah, pengurusan dan pengembangan lembaga pengembangan profesi dan terakhir
mengenai penentuan dan pelaksanaan program-program lembaga-lembaga pengembangan profesi.
Khusus tentang penentuan dan pelaksanaan program lembaga-lembaga pengembangan
profesi maka juklak ini secara umum dijabarkan tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh
lembaga-lembaga pengembangan profesi yang ada di cabang-cabang dan kemungkinan alternatif
pemecahannya. Hal ini didasari pada data yang masuk melalui angket yang terkirim ke setiap cabang
dan oleh PB HMI.
Dari kemungkinan-kemungkinan alternatif pemecahan masalah yang dikemukakan dalam
juklak ini setiap pengurus lembaga pengembangan profesi ataupun pengurus cabang dapat
mengembangkan atau menyesuaikan lebih jauh sesuai dengan kondisi cabangnya masing-masing.
Sehingga dengan demikian lebih memungkinkan untuk diterapkannya juklak ini bagi cabang-cabang
di seluruh Indonesia.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
419
BAB II
STATUS LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI HMI
1. Status lembaga-lembaga pengembangan profesi HMI adalah merupakan kesatuan organisasi
yang dibentuk untuk menyalurkan minat, bakat dan kemampuan yang diarahkan pada profesi
anggota dalam suatu lingkungan cabang
2. Lembaga pengembangan profesi secara operasional melaksanakan program-program cabang di
bidang profesi masing-masing dan secara struktural adalah anggota rapat harian dan Sidang
Pleno cabang, ex-officio cabang
BAB III
PENGKAJIAN POTENSI
UNTUK PEMBENTUKAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI
Pembentukan
lembaga-lembaga
pengembangan
profesi
hendaknya
memperhatikan/mengkaji potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap cabang dalam hal :
1. Pengkajian terjadap potensi HMI sendiri, yaitu jumlah anggota, interest anggota,
kemampuan, keterampilan serta disiplin ilmu anggota yang berhubungan dengan
lembaga pengembangan profesi yang akan dibentuk
2. Pengkajian terhadap potensi yang ada di masyarakat/daerah dalam hal ini: perguruan
tinggi, sumber daya alam, manusia dan kebutuhan masyarakat serta aspek-aspek sosial
budaya masyarakat setempat.
3. pengkajian terhadap potensi yang ada pada pemerintah setempat dalam hal
kemungkinan untuk melakukan kerja sama dalam melaksanakan program-program
kerja lembaga pengembangan profesi
BAB IV
MUSYAWARAH PENGURUS LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI
1. Status musyawarah lembaga pengembangan profesi adalah merupakan musyawarah seluruh
anggota lembaga pengembangan profesi yang telah terdaftar pada suatu lembaga
pengembangan profesi tertentu
2. Kekuasaan dan wewenang musyawarah lembaga adalah menetapkan program kerja dan
memilih Direktur/Formateur sebanyak 3 (tiga) orang
3. Pengurus lembaga pengembangan profesi adalah penaggung jawab penyelenggaraan
musyawarah lembaga
4. Peserta musyawarah adalah anggota yang terdaftar di suatu lembaga pengembangan profesi
komisariat, bidang pengembangan profesi Korkom serta undangan (pengurus cabang)
adalah peserta peninjau.
5. Peserta utusan mempunyai hak bicara dan suara sedangkan peserta peninjau mempunyai
hak bicara
6. Pimpinan sidang musyawarah lembaga dipilih dari peserta utusan dan berbentuk presidium
7. Musyawarah lembaga dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh jumlah
anggota
420
8. Bila point 7 tidak terpenuhi maka musyawarah lembaga diundur 1 x 24 jam dan setelah itu
dinyatakan sah
9. Pengurus lembaga pengembangan profesi bertanggung jawab kepada musyawarah lembaga
10. Direktur lembaga pengembangan profesi adalah sebagai anggota rapat harian dan sidang
pleno cabang
11. Pengesahan pengurus lembaga pengembangan profesi dilakukan oleh pengurus HMI cabang
setempat
12. Setelah pembentukan dan pengesahan pengurus lembaga pengembangan profesi oleh
pengurus cabang maka pengurus lembaga pengembangan profesi segera mengirimkan
lampiran susunan kepada PB HMI (bidang pengembangan profesi), dan BAKORNAS dengan
tembusan kepada pengurus BADKO (bidang pengembangan profesi) dan tembusan kepada
cabang yang bersangkutan (bidang pengembangan profesi).
13. Waktu/masa jabatan pengurus lembaga pengembangan profesi disesuaikan dengan masa
jabatan pengurus cabang
BAB V
SISTEM ADMINISTRASI DAN PERBENDAHARAAN
LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI HMI
1. Untuk surat ke dalam (intern) dengan memakai kode : nomor/A/SEK/LPP/bulan/tahun
2. Untuk surat keluar (ekstern) dengan memakai kode : nomor/B/Sek/LPP/bulan/tahun
3. Perbendaharaan Lembaga Pengembangan Profesi diperoleh dari bantuan struktur
kepemimpinan HMI setingkat, usaha-usaha mandiri tidak mengikat yang dilakukan oleh aktivitas
lembaga-lembaga dan usaha-usaha yang halal lainnya
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI HMI
Usaha pembinaan dan pengembangan lembaga-lembaga pengembangan profesi dapat
dilakukan dengan :
1. Merencanakan dan melaksanakan program-program lembaga pengembangan profesi
yang dapat menyerasikan di antara kepentingan anggota, kebutuhan masyarakat
dengan program-program pemerintah sehingga menumbuhkan minat di antara ketiga
kepentingan tersebut.
2. Mengadakan hubungan yang baik dengan pemerintah, masyarakat dan berusaha
menumbuhkan citra yang baik tentang HMI di lingkungan mereka
3. Mengadakan latihan-latihan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan profesional
anggota dan melaksanakan pendidikan administrasi dan manajemen kepengurusan
lembaga pengembangan profesi serta usaha lainnya yang menuju ke arah keberhasilan
dalam pembinaan dan pengembangan lembaga pengembangan profesi.
421
BAB VII
PENENTUAN PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM
LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI HMI
Di dalam penentuan dan pelaksanaan program-program lembaga pengembangan profesi ini
didasarkan kepada pemecahan masalah-masalah riil yang dihadapi oleh setiap lembaga
pengembangan profesi atau pengurus cabang, dengan terlebih dahulu menjabarkan masalahmasalah riil yang dihadapi.
Adapun masalah-masalah yang dihadapi secara umum dibagi atas :
1. Masalah yang menyangkut kepengurusan lembaga-lembaga pengembangan profesi,
terdiri dari :
a. Kekurangan aktifan pengurus lembaga serta lemahnya kemampuan dan
keterampilan di dalam hal:
Kemampuan menentukan program yang tepat
Kemampuan menumbuhkan minat anggota terhadap lembaga
Kemampuan untuk merapikan administrasi lembaga serta melengkapai saranasarana kebutuhan lembaga
Kemampuan untuk memanfaatkan potensi kerja sama di luar lembaga, baik
potensi yang ada pada masyarakat maupun pemerintah.
b. Iklim yang kurang mendukung untuk bekerja sama dengan pengurus cabang di dalam
menyukseskan program-program lembaga.
2. Masalah yang menyangkut anggota terdiri dari:
a. Kurangnya minat anggota terhadap lembaga dikarenakan kegiatan-kegiatan yang
kurang/tidak menjurus ke arah profesi masing-masing anggota.
b. Menurunnya penghayatan anggota terhadap nlai-nilai dasar terutama yang
berkaitan dengan nilai-nilai masyarakat dan kesadaran utuk ikut bertanggungjawab
terhadap problema-problema masyarakat dan ini berkaitan dengan mutu dari
produk perkaderan HMI secara keseluruhan.
c. Kegiatan akdemis anggota yang cukup padat dan faktor lainnya yang berhubungan
dengan dunia pendidikan anggota.
3. Masalah-masalah ekstern yang dihadapi antara lain:
a. Hambatan-hambatan birokrasi, seperti hal perizinan, bantuan fasilitas dan lain-lain.
b. Kurang harmonisnya hubungan dengan pejabat atau tokoh masyarakat di dalam
membina kerjasama untuk menunjang aktivitas kelembagaan.
Dari masalah-masalah yang dihadapi di atas, maka perlu dilakukan pengkajian-pengkajian lebih
jauh sesuai dengan kondisi cabang masing-masing untuk memudahkan merealisasikan alternatif
pemecahan masalah yaitu dalam bentuk aktivitas program kelembagaan. Adapun alternatif
pemecahan masalahnya sesuai dengan urutan-urutan masalah di atas, yaitu sebagai berikut :
1. Alternatif pemecahan masalah kepengurusan :
a. Memilih pengurus yang bertanggung jawab, penuh dedikasi dan memiliki
kemampuan/keterampilan untuk mengelola lembaga.
b. Melakukan usaha-usaha yang memungkinkan tumbuhnya minat dan kebanggaan
atau motivasi yang kuat untuk menjadi aktivitas lembaga
422
c.
423
BAB VIII
PENUTUP
Dengan diterapkannya juklak ini di setiap cabang diharapkan fungsi lembaga-lembaga
HMI dapat terpenuhi, sehingga tanggung jawab HMI untuk mewujudkan masyarakat adil makmur
yang diridhoi Allah SWT, salah satunya dapat direalisasikan melalui aktifitas kelembagaan ini. Oleh
karena itu masing-masing pengurus cabang dan pengurus lembaga mutlak untuk terus
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya terutama yang langsung berhubungan dengan
aktvitas kelembagaan ini. Dan terus berusaha untuk mengenal problem-problem masyarakat yang
ada di sekitarnya, untuk menentukan mana program yang tepat yang langsung menyentuh
kepentingan rakyat kecil, sehingga kehadiran HMI di tengah-tengah masyarakat sebagai generasi
muda yang ikut bertanggung jawab terhadap problema-problema masyarakat semakin dirasakan.
Bertanggung jawab dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT., semoga Allah SWT. senantiasa
meridhoi usaha-usaha kita, Amin.
Billahittaufiq Wal Hidayah.
424
425
PEDOMAN DASAR
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
PENDAHULUAN
Rangkaian perubahan dalam lintasan sejarah umat manusia yang datang, dan pergi
mengisyaratkan dalil bahwa perubahan merupakan suatu yang given, permanent sebagai prinsip
hukum alam yang long fi le functional. Kepercayaan demikian mengharuskan segenap makhluk di
penjuru dunia untuk melakukan adaptasi terhadap tuntutan perubahan, semata agar bertahan dan
berkembang. Agenda penghelaan perubahan haruslah dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan
proses penginderaan terhadap kondisi internal dan eksternal organisasi, baik dalam konteks
kelampauan, kekinian, maupun ke arah geraknya di masa depan. Sehingga perubahan tetap kukuh
dalam karakternya yang historis, realistis dan visioner.
Kemestian perubahan tersebut haruslah dicapai secara maksimal, mengingat
konsekuensinya terhadap capaian perubahan. Oleh karena itu, proses pengindraan harus di tempuh
sungguh-sungguh secara sistematis dan kontinyu, oleh suatu institusi yang bekerja secara
proporsional, independen dari intervensi kepentingan sempit sesaat. Serta mandiri (otonom)dalam
manajemen maupun pendanaannya.
Sadar akan hal ini, HMI bertekad membentuk Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) HMI sebagai think thank organisasi yang melakukan kajian, penelitian, dan perumusan
pengembangan yang kritis dalam koridor inward looking dan outward looking secara progresif.
BAB I
NAMA, STATUS, DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Lembaga ini bernama Badan Penelitian dan Pengembangan HMI yang disingkat BALITBANG HMI.
Pasal 2
Status
BALITBANG merupakan lembaga penelitian pelengkap struktur HMI yang bersifat otonom dan
memiliki hubungan koordinatif dengan struktur HMI setingkat.
Pasal 3
Tempat Kedudukan
BALITBANG didirikan di Jakarta pusat pada tanggal 26 Rabiul Awal 1423 H bertepatan dengan
tanggal 8 Juni 2002 M dan merupakan kelengkapan structural pada organisasi HMI.
BAB II
FUNGSI, TUGAS, WEWENANG, DAN TANGGUNG JAWAB
426
Pasal 4
Fungsi
Fungsi BALITBANG HMI, adalah :
a. Sebagai pusat dokumentasi data dan informasi HMI
b. Sebagai pusat pengkajian, penelitian dan pengambangan organisasi
Pasal 5
Tugas
Tugas dan wewenang, BALITBANG HMI, adalah :
a. Melakukan pengkajian, penelitian, dan pengembangan organisasi baik aspek internal maupun
eksternal.
b. Mencari, mengumpulkan, mengolah data yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan
eksistensi dan pengembangan misi organisasi.
c. Mendokumentasi hasil-hasil penelitian serta data-data pendukung organisasi.
d. Mensosialisasikan hasil-hasil penelitian dan pengkajian.
Pasal 6
Wewenang
Wewenang BALITBANG HMI, adalah :
a. Mendapat data dari pengurus HMI dan Badan Khusus HMI lainnya.
b. Menghadiri dan menyampaikan hasil kajian penelitian BALITBANG pada Rapat harian dan Rapat
Presidium Pengurus HMI.
c. Mengatur sendiri mekanisme rekrutmen kepengurusan BALITBANG.
BAB III
KEANGGOTAAN DAN MASA KEPENGURUSAN
Pasal 8
Keanggotaan
Anggota BALITBANG adalah Anggota HMI atau Alumni HMI yang memiliki Kualifikasi sebagai berikut :
a. Telah lulus Intermediate Training (LK II) HMI.
b. Telah lulus Training BALITBANG.
c. Pernah menjadi Pengurus di Struktur HMI.
d. Memiliki pengalaman penelitian.
Pasal 9
Masa Keanggotaan
a. Masa kepengurusan BALITBANG HMI terhitung sejak dinyatakan lulus Training BALITBANG HMI.
b. Pengurus habis masa kepengurusannya karena :
1. Telah habis masa kepengurusannya.
2. Meninggal dunia.
3. Atas permintaan sendiri.
4. Diberhentikan atau dipecat.
427
a.
b.
c.
d.
BAB IV
RANGKAP JABATAN
Pasal 10
Rangkap Jabatan
Pengurus BALITBANG HMI tidak dibenarkan merangkap jabatan dalam struktur HMI
Pengurus BALITBANG HMI tidak dibenarkan merangkap jabatan pada organisasi lain sesuai
ketentuan yang berlaku.
Ketentuan tentang jabatan seperti yang dimaksud pada ayat (b) di atas, diatur dalam ketentuan
sendiri.
Pengurus BALITBANG HMI yang merangkap jabatan pada organisasi lain di luar BALITBANG HMI
harus menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan AD HMI, ART HMI, Pedoman BALITBANG HMI
dan ketentuan-ketentuan lainnya.
BAB V
SKORSING DAN PEMECATAN
Pasal 11
Skorsing atau Pemecatan
a. Pengurus BALITBANG HMI dapat diskors atau dipecat karena :
1. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh HMI
2. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik HMI
b. Pengurus yang diskors atau dipecat dapat melakukan pembelaan dalam forum yang ditunjuk
untuk itu.
c. Mengenai skorsing dan tata cara pembelaan diatur dalam ketentuan tersendiri.
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 12
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi BALITBANG, adalah :
a. Ditingkat pusat dibentuk BALITBANG HMI.
b. Ditingkat BADKO HMI dibentuk BALITBANG Wilayah.
c. Di tingkat Cabang HMI di bentuk BALITBANG Daerah.
d. Hubungan BALITBANG HMI dengan BALITBANG Wilayah dan BALITBANG Daerah bersifat
instruktif.
e. Hubungan BALITBANG dengan Struktur HMI bersifat koordinatif.
Pasal 13
Kepengurusan
l. Kepengurusan BALITBANG HMI sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara.
m. Yang dapat menjadi Pengurus BALITBANG HMI adalah seperti yang termaktub dalam pasal 8
Pedoman BALITBANG HMI tentang Keanggotaan dan berprestasi.
n. Apabila Ketua BALITBANG HMI tidak dapat menjalankan tugas, maka dapat ditunjuk pejabat
sementara oleh musyawarah BALITBANG HMI.
428
BAB VII
MUSYAWARAH
Pasal 14
Musyawarah
Pelaksanaan Musyawarah BALITBANG disesuaikan dengan masa Kongres HMI, Musyawarah HMI
BALITBANG dihadiri oleh Pengurus dan anggota BALITBANG.
BAB VII
ADMINISTRASI DAN PERBENDAHARAAN
Pasal 15
Administrasi
Administrasi BALITBANG HMI disesuaikan dengan bentuk yang dijelaskan dalam pedoman-pedoman
pokok organisasi HMI.
Pasal 16
Perbendaharaan
Perbendaharaan BALITBANG HMI disesuaikan dengan bentuk yang dijelaskan dalam pedomanpedoman pokok organisasi HMI.
BAB VIII
PERUBAHAN PEDOMAN DAN PEMBUBARAN BALITBANG
Pasal 17
Perubahan
Perubahan Pedoman BALITBANG dapat dilakukan dalam forum musyawarah BALITBANG.
Pasal 18
Pembubaran
Pembubaran BALITBANG hanya dapat dilakukan pada Kongres HMI.
BAB IX
ATURAN PERALIHAN
Pasal 19
Untuk pertama kalinya BALITBANG HMI di bentuk oleh PB HMI.
Pasa1 20
BALITBANG HMI yang di bentuk oleh PB HMI mengatur Pedoman BALITBANG Sementara dan
menyelenggarakan Pembentukan BALITBANG HMI secara keseluruhan.
BAB X
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 21
Hal-hal yang belum diatur dalam Pedoman BALITBANG, akan diatur dalam ketentuan tersendiri yang
tidak bertentangan dengan AD HMI, ART HMI dan Pedoman BALITBANG.
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
429
PENDAHULUAN
BALITBANG HMI yang berada di luar struktur HMI, bersifat otonom, dan lebih memiliki
tanggung jawab untuk mengedepankan profesionalitas, kejujuran, serta integritas yang tinggi dalam
menunaikan tugasnya terutama dalam hal mengawasi kinerja organisasi agar terjadinya
perkembangan organisasi yang berkelanjutan.
Fungsi BALITBANG HMI sebagai pusat pengkajian, penelitian dan sebagai pusat
pengembangan organisasi HMI harus dijalankan dengan teratur, terencana, terimplementasi,
termonitor, dan terevaluasi sehingga mencapai tujuannya dengan tepat. Pedoman petunjuk
penyelenggaraan BALITBANG HMI ini diadakan untuk memperlancar segala usaha secara terinci,
agar ada pemahaman yang jelas mengenai struktur kepengurusan serta fungsinya, wewenang, dan
tanggung jawab, pengelolaan administrasi serta keuangan, pengelolaan data serta
penelitian,pengelolaan kurikulum, sampai dengan sistematika pengembangan organisasi.
Dengan tetap istiqomah dan memohon pertolongan serta petunjuk dari Allah SWT. Dalam
meluruskan kembali HMI ke jalan yang diridhai, maka kami susun pedoman petunjuk
penyelenggaraan BALITBANG HMI ini.
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Pedoman petunjuk penyelenggaraan BALITBANG HMl diadakan sebagai petunjuk lebih lanjut dan
melengkapi pedoman organisasi HMI, untuk digunakan sebagai pedoman bagi penyelenggaraan
dan pelaksanaan kepengurusan dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya.
2. Pedoman petunjuk penyelenggaraan BALITBANG HMI diadakan dengan tujuan agar
perkembangan BALITBANG HMI dapat berjalan dengan baik, teratur, tertib, dan terencana sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penyusunan pedoman petunjuk penyelenggaraan BALITBANG HMI meliputi :
1. Pendahuluan, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup.
2. Struktur Kepengurusan BALITBANG HMI.
3. Wewenang dan Tanggungjawab Bidang Kerja.
4. Pola Rekrutmen BALITBANG HMI.
5. Kurikulum Training BALITBANG HMI.
6. Penggalangan, Pengelolaan, dan Dokumentasi Data.
7. Public Relations.
8. Pengawasan dan Pengembangan Organisasi.
430
431
BAB II
FUNGSI, TUGAS, WEWENANG, DAN TANGGUNGJAWAB
Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal dal Pasal 8 cukup jelas.
BAB III
KEANGGOTAAN DAN MASA KEANGGOTAAN
Pasal 9 dan Pasal 10 cukup jelas.
BAB IV
RANGKAP JABATAN
Pasal 11 cukup jelas.
BAB V
SKORSING DAN PEMECATAN
Pasal 12 cukup jelas.
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 13 dan Pasal 14 cukup jelas.
BAB VII
MUSYAWARAH
Pasal 15 cukup jelas.
BAB VIII
ADMINISTRASI DAN PERBENDAHARAAN
Pasal 16 dan Pasal 17 cukup jelas.
BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN
Pasal 18 dan Pasal 19 cukup jelas.
BAB X
ATURAN PERALIHAN
Pasal 20 dan Pasal 21 cukup jelas.
BAB XI
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 22 cukup jelas
432
Wewenang dan Tanggung jawab Bidang Kerja Masing-masing bidang kerja dalam BALITBANG HMI
dalam menjalankan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut :
1. Kepala
a. Bertanggungjawab secara umum terhadap kinerja BALITBANG HMI.
b. Mengendalikan BALITBANG HMI agar mencapai tujuan yang diamanahkan.
c. Memberi petunjuk dan pengarahan kepada seluruh pengurus BALITBANG HMI.
d. Mewakili BALITBANG HMI ke luar.
2. Sekretaris
a. Mewakili kepala apabila berhalangan.
b. Membantu tugas kepala dalam mengelola BALITBANG HMI.
c. Mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaan tugas dan tanggungjawab bagian
administrasi kesekretariatan.
3. Bendahara
a. Mewakili kepala dan sekretaris dalam menggalang dana dan logistik.
b. Membantu kepala dalam menggalang dana dan logistik.
c. Mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaan tugas dan tanggungjawab bagian
keuangan.
4. Koordinator Divisi Dokumentasi dan Penerangan
Bertanggungjawab mengkoordinasi divisi dokumentasi dan penerangan agar melakukan tugas
pendokumentasian data, pengelolaan perpustakaan, dan penerangan ke luar.
5. Koordinator Divisi Penelitian dan Kajian
Bertanggungjawab mengkoordinasi divisi penelitian dan kajian agar melakukan penelitian
organisasi secara intern dan ekstern serta mengkajinya.
6. Koordinator Divisi Pendidikan dan Latihan
Bertanggungjawab mengkoordinasi divisi pendidikan dan latihan agar melaksanakan pelatihanpelatihan untuk kepentingan intern maupun kerjasama dengan pihak ekstern yang bertujuan
untuk memajukan organisasi.
7. Koordinator Divisi Pengembangan Organisasi
Bertanggungjawab mengkoordinasi divisi pengembangan organisasi agar mengawasi kinerja
organisasi serta mengimplementasikan hasil kajian yang akan mengembangkan organisasi.
8. Sub Divisi Dokumentasi Data
a. Mengelola hasil analisa data dalam file-file.
b. Menyimpan hasil-hasil kajian.
c. Menyimpan formulir-formulir dan kuisioner.
d. Mengelola Website BALITBANG HMI dan merespon email masuk.
e. Mengawasi penomoran anggota HMI
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
433
Mengolah hasil kajian dan memikirkan solusi yang bertujuan untuk mengembangkan organisasi.
Menganalisa kemungkinan implementasi dan modernisasi organisasi.
Menganalisa kemungkinan implementasi dan pemekaran organisasi.
Menyusun strategi komunikasi efektif dengan bidang-bidang, dalam struktur HMI
Memberi penghargaan Lafran Pane Award kepada mereka yang berprestasi.
434
435
436
437
438
439
4. Bakal calon yang dapat menjadi calon Formateur/Ketua Umum PB HMI adalah yang
memenuhi syarat sesuai dengan ART tentang personalia Pengurus Besar (yaitu tentang
syarat-syarat menjadi Formateur/Ketua Umum PB HMI)
5. Pemilihan calon Formateur/Ketua Umum PB HMI dilakukan dengan jumlah utusan kongres
6. Kertas suara pemilihan bertuliskan nomor urut, fhoto dan nama calon serta terdapat
stempel Panasko
7. Kertas suara dianggap sah bila :
a. Pada kertas suara terdapat stempel Panasko
b. Hanay terdapat 1 (satu) coblosan pada salah satu kotak calon Formateur/Ketua
Umum
c. Coblosan diluar kotak suara atau lebih dari 1(satu) kotak dianggap tidak sah
8. Pemilihan Formateur/Ketua Umum dilakukan dengan 2 (dua) putaran
9. Pada putaran pertama, pemilihan dilakukan dengan system One Delegation One Vote (satu
cabang hanya memiliki satu suara) dan setiap ketua delegasi hanya berhak memilih 1 (satu)
nama calon yang ada di kertas suara dengan cara mencoblos
10. Calon yang mendapatkan minimal 20 (dua puluh) suara berhak maju pada putaran kedua.
Jika tidak terdapat calon yang memenuhi suara minimal tersebut, maka dilakukan pemilihan
ulang putaran pertama sampai dengan terdapat calon yang
memperoleh suara minimal tersebut
11. Pada putaran kedua, pemilihan dilakukan dengan system One Man One Vote dan setiap
utusan hanya berhak memilih 1 (satu) nama calon yang ada dikertas suara dengan cara
mencoblos
12. Nama, nomor urut pilihan dan fhoto pada kertas suara di pemilihan putaran kedua sama
dengan pada saat di pemilihan putaran pertama
13. Calon yang mendapatkan suara terbanyak pada pemilihan putaran kedua ditetapkan sebagai
Formateur/Ketua Umum PB HMI Periode 2016-2018 .
14. Prosedur pemilihan Formateur/Ketua Umum didahului dengan tahapan pendaftaran,
verifikasi dan penetapan Calon Formateur/Ketua Umum
15. Syarat pendaftaran dan verifikasi bakal calon ditetapkan dan dilaksanakan oleh panitia
seleksi yang terdiri dari 5 (lima) orang MPK PB HMI, 3 (tiga) orang PB HMI, dan 1 (satu) orang
Kohati PB HMI.
16. Pengesahan bakal calon menjadi calon Formateur / Ketua Umum PB HMI disahkan dalam
forum Kongres oleh presidium sidang Kongres
17. Bakal calon yang dapat menjadi calon Formateur/Ketua Umum PB HMI adalah yang
memenuhi syarat sesuai dengan ART tentang personalia Pengurus Besar (yaitu tentang
syarat-syarat menjadi Formateur/Ketua Umum PB HMI)
18. Pemilihan calon Formateur/Ketua Umum PB HMI dilakukan dengan jumlah utusan kongres
19. Kertas suara pemilihan bertuliskan nomor urut, fhoto dan nama calon serta terdapat
stempel Panasko
20. Kertas suara dianggap sah bila :
a. Pada kertas suara terdapat stempel Panasko
b. Hanay terdapat 1 (satu) coblosan pada salah satu kotak calon Formateur/Ketua
Umum
c. Coblosan diluar kotak suara atau lebih dari 1(satu) kotak dianggap tidak sah
Hasil-hasil Kongres HMI XXIX, Pekanbaru, 22 November 5 Desember 2016
440
441
442