Anda di halaman 1dari 6

Synopsis of Research Proposal

SINOPSIS RENCANA PENELITIAN

DIAGNOSA PENYAKIT THYPUS BERDASARKAN ANALISA MARKA GEN


BAKTERI MENGGUNAKAN RAPD

OLEH :
OCZHINVIA DWITASARI

DEPARTEMEN BIOKIMIA FMIPA


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

Synopsis of Research Proposal


Judul Sinopsis

Diagnosa Penyakit Thypus Berdasarkan Analisa

Nama Calon Mahasiswa


Asal/Institusi

Marka Gen Bakteri Menggunakan RAPD


Oczhinvia Dwitasari
Universitas Bengkulu, Jalan WR.Supratman Kandang
Limun Bengkulu 38371 A, No. Telpon (0736)21170

Nama Calon Pembimbing


Bidang Calon Pembimbing

A. Latar Belakang
Penyakit thypus merupakan sejenis penyakit infeksi akut yang menyerang saluran
pencernaan, yang ditandai dengan gejala demam selama 7 hari, gangguan saluran
pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhosa dan hanya didapatkan pada manusia. Penularan penyakit ini biasanya terjadi
melalui penyebaran bakteri Salmonella typhosa dari makanan yang terkontaminasi (T.H.
Rampengan, 2007 :46).
Di Indonesia angka kejadian penyakit thypus diperkirakan mencapai rata-rata
900.000 kasus pertahun dengan tingkat penderita yang meninggal mencapai lebih dari
20.000 jiwa (WHO, 2003 :3). Pola penyebaran penyakit ini hampir sama pada berbagai
daerah yang berbeda. Biasanya penyebaran penyakit ini tidak terfokus pada satu
wilayah melainkan tersebar pada cakupan wilayah tertentu yang terjadi pada saat yang
bersamaan dengan kata lain bersifat sporadis (Widoyono, 2011 :41).
Gejala penyakit thypus biasanya dimulai dari masa inkubasi bakteri Salmonella
typhosa hingga kemudian berakhir sebagai demam tifoid. Waktu yang dibutuhkan dari
masa inkubasi hingga terjadi demam tifoid berkisar empat minggu dengan dimulai dari
demam hingga suhu tubuh mencapai 40C. Kondisi ini bertahan paling tidak hingga
minggu ketiga, jika pada minggu ketiga suhu badan pasien turun maka pasien akan
segera sembuh namun jika tidak maka kondisi ini akan membahayakan nyawa pasien
(Soedarto, 2009: 128).
Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita penyakit thypus dapat
dilakukan tiga jenis pengujian. Pertama diagnosa klinis, yaitu dengan memeriksa
2

Synopsis of Research Proposal


kondisi fisik pasien apakah menunjukan gejala penyakit thypus atau tidak. Pemeriksaan
ini sering kali kurang tepat karena tidak mengetahui bagaimana kondisi dalam tubuh
pasien. Pengujian lain yang dapat dilakukan adalah uji serologis dengan menggunakan
tes Widal, namun demikian tes Widal seringkali tidak tepat menunjukan kondisi tubuh
pasien sebenarnya. Pengujian yang paling tepat biasanya menggunakan uji
mikrobiologis, dengan menggunakan sampel feses, darah, dan sumsum tulang serta
urine. Namun pengujian mikrobiologis yang sekarang digunakan biasanya memakan
waktu berkisar empat minggu untuk dapat menyimpulkan pasien positif thypus (Depkes
RI, 2000:19). Sehingga dapat disimpulkan untuk dapat mendiagnosa secara pasti apakah
pasien mengidap penyakit thypus akan memakan banyak waktu sehingga penanganan
akan sedikit terlambat, sementara jika pada minggu ketiga pasien belum membaik, hal
ini dapat membahayakan nyawa pasien. Oleh karena itu, perlu digunakan metode
pengujian mikrobiologis yang lebih cepat.
Suardana

pada

tahun

2014

telah

menggunakan

suatu

metode

untuk

mengidentifikasi bakteri dengan menggunakan marka gen, yaitu metode RAPD


(Random Amplified Polymorphic DNA). Metode ini cukup sederhana dan dapat
dilakukan secara cepat. Dalam penelitiannya, Suardana (2014) melakukan identifikasi
terhadap bakteri Escherichia coli. Kesederhanaan dan kemudahan penggunaan metode
RAPD untuk mengetahui suatu genom suatu bakteri ini disebabkan oleh banyaknya
penanda genetik (marka gen) yang diperoleh dengan menggunakan sedikit DNA.
Penggunaan RAPD dapat digunakan untuk mengetahui hubungan filogenetik,
beragaman genetik, penentuan asal-usul, marka genetik, dan deteksi ketidakstabilan
genom (Suardana, 2014).
Sejauh ini, selain telah sukses dalam mengidentifikasi bakteri Escherichia coli,
metode RAPD juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi sel kanker pada penderita
leukemia. Hal ini menunjukan bahwa metode ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi keberadaan suatu sel berdasarkan kecocokan gen yang teramplifikasi
(Saleh et al., 2010). Seperti yang telah disebutkan di atas, penyakit thypus disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhosa, karena RAPD mampu mengidentifikasi keberadaan
suatu sel dengan mudah, maka saya mengajukan sebuah penelitian yang berjudul

Synopsis of Research Proposal


Diagnosa Penyakit Thypus Berdasarkan Analisa Marka Gen Bakteri Menggunakan
RAPD.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah saya kemukakan di atas, diperoleh hasil
identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Penyakit thypus merupakan penyakit yang dekat dengan kehidupan
masyarakan Indonesia dengan tingkat kejadian kasus sekitar rata-rata 900.000
kasus pertahun
2. Diagnosa penyakit thypus sering kali memakan waktu yang lama, sekitar
empat minggu.
Berdasarkan permasalahan dan gagasan penelitian yang diajukan, pertanyaan
penelitian yang saya ajukan adalah sebagai berikut :
1. Seberapa efisien analisa marka gen menggunakan metode RAPD dapat
membantu identifikasi adanya bakteri Salmonella typhosa pada pasien terduga
penderita thypus?
2. Seberapa akurat metode RAPD dalam mengidentifikasi bakteri Salmonella
typhosa pada pasien terduga penderita thypus?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang diajukan maka tujuan penelitian saya adalah :
1. Mengetahui seberapa efisien metode RAPD dalam mengidentifikasi bakteri
Salmonella typhosa pada pasien terduga thypus.
2. Mengetahui seberapa akurat metode RAPD dalam mengidentifikasi bakteri
Salmonella typhosa pada pasien terduga thypus.
D. Kegunaan Penelitian
Dari gagasan penelitian yang saya ajukan ini, akan diperoleh beberapa manfaat antara
lain :
4

Synopsis of Research Proposal


1. Diperoleh alternatif pengujian laboratorium untuk memastikan penyakit thypus
2. Memberikan wawasan yang baru terkait metode mengidentifikasi jenis bakteri
yang terdapat dalam tubuh.
3. Mereduksi kesalahan diagnosa yang biasanya terjadi ketika menggunakan
metode diagnosa yang lama.

Daftar Pustaka

Depkes RI, 2006, Pedoman Pengendalian Demam Tifoid, Jakarta: Direktorat


Jendral PP & PL.

Synopsis of Research Proposal


Saleh N, Ibrahim MA, Archoukieh E, Makkiya A, Al-Obaidi, Alobydi H. 2010.
Identification of genomic markers by RAPDPCR primer in leukemia patients.
Biotechnology 9(2) : 170-175.
Soedarto, 2009, Penyakit Menular di Indonesia, Jakarta: CV Sagung Seto.
Suardana, I. W., Widiasih, D. A., & Pinatih, K. J. P. (2014). Penentuan Marka Genetik
Escherichia coli O157: H7 Asal Hewan dan Manusia dengan Metode Random
Amplified Polymorphic DNA (GENETIC MARKERS IDENTIFICATION OF
ESCHERICHIA COLI O157: H7 ORIGINATED FROM ANIMALS AND
HUMAN BY USING RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA. Jurnal
Veteriner, 15(3).
T.H Rampengan, 2007, Penyakit Infeksi Tropik pada Anak, Jakarta: EGC.
World Health Organitation, 2003, Background Document : The Diagnosis, Treatment
And Prevention Of Typhoid Fever, WHO/V&B/03.07, Geneva : World Health
Organization, 2003:7-18.
Widoyono, 2011, Penyakit Tropis, Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai