OLEH :
OCZHINVIA DWITASARI
A. Latar Belakang
Penyakit thypus merupakan sejenis penyakit infeksi akut yang menyerang saluran
pencernaan, yang ditandai dengan gejala demam selama 7 hari, gangguan saluran
pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhosa dan hanya didapatkan pada manusia. Penularan penyakit ini biasanya terjadi
melalui penyebaran bakteri Salmonella typhosa dari makanan yang terkontaminasi (T.H.
Rampengan, 2007 :46).
Di Indonesia angka kejadian penyakit thypus diperkirakan mencapai rata-rata
900.000 kasus pertahun dengan tingkat penderita yang meninggal mencapai lebih dari
20.000 jiwa (WHO, 2003 :3). Pola penyebaran penyakit ini hampir sama pada berbagai
daerah yang berbeda. Biasanya penyebaran penyakit ini tidak terfokus pada satu
wilayah melainkan tersebar pada cakupan wilayah tertentu yang terjadi pada saat yang
bersamaan dengan kata lain bersifat sporadis (Widoyono, 2011 :41).
Gejala penyakit thypus biasanya dimulai dari masa inkubasi bakteri Salmonella
typhosa hingga kemudian berakhir sebagai demam tifoid. Waktu yang dibutuhkan dari
masa inkubasi hingga terjadi demam tifoid berkisar empat minggu dengan dimulai dari
demam hingga suhu tubuh mencapai 40C. Kondisi ini bertahan paling tidak hingga
minggu ketiga, jika pada minggu ketiga suhu badan pasien turun maka pasien akan
segera sembuh namun jika tidak maka kondisi ini akan membahayakan nyawa pasien
(Soedarto, 2009: 128).
Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita penyakit thypus dapat
dilakukan tiga jenis pengujian. Pertama diagnosa klinis, yaitu dengan memeriksa
2
pada
tahun
2014
telah
menggunakan
suatu
metode
untuk
Daftar Pustaka