Anda di halaman 1dari 20

METODE

PENGUJIAN
AKTIVITAS HAYATI
Prof. Dr. drh. Maria Bintang, MS

GURU BESAR BIOKIMIA IPB


PENGERTIAN
Uji Hayati adalah: Uji atau percobaan yang menggunakan
organisme hidup (hewan, tanaman,
mikroba)

TUJUAN
Uji hayati bertujuan untuk:
Mengetahui aktifitas suatu senyawa (baik senyawa
organik maupun anorganik terhadap sel hidup.

Bioaktifitas atau pengaruh suatu senyawa terhadap


organisme hidup dapat memacu atau menghambat
pertumbuhan organisme tersebut
Kemajuan ilmu tergantung:
Hasil penelitian
Perkembangan metode laboratorik
Aplikasi teknik laboratorium yang canggih
dapat membuka wawasan yang lebih luas
Dalam melakukan penelitian harus dicari
metode mana yang paling sesuai
Ada 3 metode yang umum dilakukan :
Teknik pemisahan
Metode penentuan struktur molekul
Uji hayati
Pada penelitian senyawa bioaktif, selalu
disertai dengan uji hayati
Contoh senyawa yang diuji

Zat pengatur tumbuh pada tanaman


Vitamin, mineral, hormon, pada hewan
coba
Insektisida pada larva insekta
Toksisitas insektisida terhadap larva
udang (Artemia salina), pada hewan dan
pada tanaman
Fungisida pada fungi, tanaman dan hewan
Obat-obatan pada hewan coba
Antibiotik pada bakteri dan hewan
Zat gizi pada hewan coba
Zat anti tumor/ anti kanker pada sel
tumor/ sel kanker dan hewan coba
Logam berat yang toksisitasnya dapat diuji
terhadap larva udang Artemia salina dan
pada hewan coba

Hewan coba yang sering digunakan:


mencit, tikus, kelinci, anak ayam, dan kera
A. Cara pemberian atau aplikasi suatu senyawa
pada organisme/hewan coba
peroral atau melalui mulut
paling umum, mudah, aman, dan murah
kerugian: bioavabilitasnya rendah
bahan yang diberikan dalam bentuk
larutan atau padatan
Cara suntikan; IM, IV, SC, IP
efeknya cepat dan mudah diatur
harus steril, aseptik dan isotonik
tidak ekonomis
Topikal: pada kulit/ mata/ telinga/ hidung
bersifat lokal
pada kulit dioleskan
pada mata/ telinga/ hidung diteteskan
Pada hewan air yang kecil diberikan dalam
larutan, dan pada hewan yang besar
diberikan dalam bentuk media atau suntikan
Pada tanaman dapat diberikan pada media
tumbuh, atau pada torehan kulit batang atau
disemprot pada daun
Pada mikroba dapat diberikan pada media
tumbuh (media padat atau media cair)

B. Beda absorbsi dan bioavabilitas


Absorbsi adalah: Proses penyerapan senyawa
dari tempat pemberian
Bioavabilitas adalah: Jumlah senyawa
dalam % dosis yang dapat mencapai sirkulasi
sistemik atau target kerjanya
C. Parameter yang diukur:
LD 50
ED 50
LC 50
Parameter-parameter tersebut terkait
dengan uji toksisitas logam berat yang
banyak mencemari lingkungan perairan
seperti Cd, Pb, dengan nilai ambang batas
masing-masing sebesar 1.0 dan 2.0 ppm.
Uji toksisitas dapat dilakukan dengan
menggunakan dosis letal, LD 50 untuk Cd
dan Pb yang dapat mematikan 50% dari
populasi. Dalam hal ini digunakan ikan
beunter/ ikan berenyit / ikan seribu
(Lebistes retikulatus)
Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas akut (Laonis 1978) adalah:


Uji tunggal yang dilakukan atas
segala zat kimia yang terkait dengan
kepentingan biologis .Uji ini dirancang untuk
menentukan dosis lethal median (LD 50)
toksikan.

LD 50 (Lu 1995) adalah:


Dosis tunggal suatu zat yang secara
statistik diharapkan mampu membunuh 50%
hewan coba

Dalam beberapa hal, khususnya bila toksisitas


akut suatu zat kimia rendah, nilai Ld 50 tidak
perlu ditentukan secara tepat (Lu 1995).
Informasi bahwa dosis yang cukup besar
menyebabkan hanya sedikit kematian atau
bahkan tidak menyebabkan kematian sudah
Tabel 1. Klasifikasi toksisitas akut dan nilai LD 50
Kategori LD 50

Super toksik 5 mg/Kg BB atau


Amat sangat toksik kurang
5-50 mg/Kg BB
Sangat toksik 50-500 mg/Kg BB
Toksik sedang 0.5-5 g/Kg BB
Toksik ringan 5-15 g/kg BB
Praktis tidak toksik 15 g/Kg BB atau lebih

Sumber Lu 1995
D. Hal hal yang berpengaruh pada uji hayati:
objek yang diuji (spesies, jenis kelamin,
sanitasi, dan nutrisi)
kondisi lingkungan (suhu dan kerapatan
populasi)
cara pemberian
Dosis
Tabel 2. Antidot pada Keracunan
keracunan antidot Preparat niaga Dosis
Keracunan oral Karbon aktif 10-50 g oral
Basa Asam asetat Larutan 1%
Asam sitrat Larutan 1 %
Susu
Asam Magnesuim oksida 10-15 g (suspensi dalam
Natriumhidrogen air
karbonat 10-20 g (perhatikan
pembentukan CO2)
Susu
Iod, brom, klor Natriumtiosulfat Natriumthiosulfat 2-3 g oral
thilo
Formaldehida Amoniumhidroksida Lar. 0.2 % dalam air
Logam:
Au, Cd, cu, Hg, pb, zn D-penisilamina Metalcaptase 1-5 g oral
As, Au, Bi, Cr, Hg, Ni, Sb Dimerkaprol (BAL) Sulfactin 2.5-3 mg/Kg 6x sehari
Au, Cd, Pb Natriumkalsiumedetat Calcuim
Hausmann, Vitis
Calsium edetat
Ti Ferriheksasiano ferrat heyl
Antidotum Thallii
(II) Heyl
Fe Deferoksamin desferal 5 g dengan sonde labung,
2 g iv
Ag, Hg, pb (sebelum Tinktar iod 15 tetes/ 120 ml air
diabsorpsi)
Etanol 30-40 ml tiap 4 jam
Opiat
morfina, heroina, Nalorfin Lethidrone 5-10 mg iv
levalorfan Lorfan 0.5-2 mg im aiau iv
metadon
dll
Amfetamina Neuroleptika 1-2 mg/Kg im
(klorpremazin)
Fosfat organik Atropin + Toxogonin 0.25-0.5 g iv tak boleh
obidoksim klorida PAM Bayer diulang
atau
pralidoksimiodida
bentonit 50 g
Vit k Konakion
Oksigen 25-150 mg iv
Natriumnitrit Natrium 10 ml lar. 3%
+ nitrosum thilo
natrium tiosulfat Natrium 50 ml lar. 10%
thiosulfat thilo
kobal-natrium 300-600 mg iv
Pembentukan EDTA
methamoglobin Vit C, Cedoxon 1000 mg
seperti turunan tionin, Katalisin 20-40 mg iv
anilina, nitrit dll
biru toluidin 10 mg/Kg
Pelarut organik Minyak parafin Parafin cair 50-100 ml
E. ADI (Acceptable Daily Intake)
harga ADI = dosis dalam mg/Kg atau
konsentrasi ppm yang tidak menunjukkan kerja
biologis atau tidak memiliki efek biologis

F. MAC (minimal Acceptable concentration)


harga MAC seringnya berlaku untuk lingkungan
luar yang tidak memiliki efek biologis

G. BLV = Biological Limit value


harga BLV menunjukkan konsentrasi ambang
dari racun dalam cairan tubuh dan udara
aspirasi, yang tidak boleh dilewati

MAC & BLV bukan harga aman, tapi konsentrasi


maksimum yang masih dapat ditoleransi pada
keadaan tertentu
Harga MAC & BLV harus dijaga tetap kecil jauh
dibawah nilai yang ditentukan, sebaiknya nol. Perlu
pemeriksaan rutin agar tidak terlampui
Tabel 3. Harga MAC beberapa gas dan uap (dari
Veiligheidsjaarboek),
veiligheidsinstitut,
Senyawa amsterdam, 1972)Harga MAC
ppm Mg/m3

Aseton 1000 2400


Akrolein 0.1 0.25
Anilin 5 19
Asam arsenat 0.05 0.2
Berilium 0.002
Pb dan senyawa timbal 0.2
Kadmium (debu logam dan garam 0.2
terlarut)
Asam kromat dan kromat (sebagai 0.1
CrO3)
Dinitrokresol 0.2
dioksan 100 360
Fluorida (sebagai F) 2.5
Isopropanol 400 980
Seng-oksida 5
Karbonmonoksida 50 55
Mesitiloksida 25 100
Metanol 200 260
Nikotin 0.5
Ozon 0.1 0.2
Fenol 5 19
Pikrilklorida 0.1 0.7
Propana 1000 1800
Raksa (uap)
Senyawa raksa organik dan anorganik 0.05
Belerang dioksida 5 13
Asam sulfat 10 15
Karbon tetra klorida 10 65
Triklor-etilen 35 190
Terpentin 100 560
Tabel 4. Harga Batas Biologi (Biologi Limit Value, BLV) (dari H.
B. Elkins: Amer. Industry. Hyg. Ass, J. 28 [1976].
305)
senyawa Bahan Ditentukan sebagai Harga BLV
biologis normal
Akril nitril Urin Tiosianat 0.2-10
mg/l
Asam antimonat Urin Asam antimonat 0 (1 mg/l)
Arsentioksida Rambut Arsentrioksida 30 ppm 400 ppm
Asam arsenat Urin Arsentrioksida 0.1 0.5 mg/l

Timbal Darah Timbal 0.5 0.7 mg/l


Urin Timbal 0.8 0.2 mg/l
Urin koproporfirin 0.3 1.0 mg/l
Kadmium Urin Kadmium 0 0.1 mg/l
Kromat Urin Kromat 0 (0.15
mg/l)
DDT Lemak DDT atau DDE 100 ppm (500 mg/l)
Dinitro-o-kresol Darah Dinitro-okresol 0 (200 mg/l)
Fluorida Urin Fluor 0.4 5 mg/l
Mangan Darah Mangan (0.1 mg/l)
Metanol/etanol Urin Metanol 0 5 mg/l
Metilasetat Urin Metanol 0 5 mg/l
Nikel Urin Nikel 0 (0.1 mg/l)
Fosfat organik Darah Aktivitas esterase 0.6 0.5
pH/jam pH/jam
Fenel Urin Sulfat organik 10 % 25%
Plutonium Urin Plutonium 3 pCl/l)
Karbon disulfida Urin Karbondisulfida 0 (0.15
Mg/l)
Selenium Urin Selenium 0.1 mg/l
Strentium Urin Stronsium 300
Telurium Urin Telurium 0 pCl/l
Tetraetiltimbal Urin Timbal 0.08 0.02 mg/l
Toluena Urin asam hipurat 0.15 mg/l
Triklor-etilena Urin Asam triklorasetat 0 (1 g/l)
Tritium Urin Tritium 300 mg/l
Uranium Urin Uranium 250 Cl/l)
vanadium Urin vanadium 0 (0.05
mg/l)
Dua uji dalam penentuan konsentrasi racun
1. Uji khas
2. Uji tidak khas

a. d 1. Uji khas
dilakukan untuk menentukan konsentrasi racun
tertentu atau metaboliknya dalam plasma
darah dan urin. Disebut uji khas karena uji ini
khusus digunakan terhadap zat yang
bersangkutan
contoh: penentuan air raksa (Hg), timbal (Pb),
dan arsen (As) dalam urin dalam uji ini
digunakan pembentukan kelat tertentu
sehingga dapat ditentukan kenaikan ekskresi
ion logam dalam urin
a. d 2. Uji Tidak khas
Uji eksposisi biologi tak khas memberikan
petunjuk adanya kerja zat toksik umum atau
dari kelompok tertentu.
contoh: - Penentuan perbandingan sulfat
anorganik terhadap sulfat organik
dalam urin
- Pemeriksaan methemoglobin dalam
darah yang pada keadaan normal jumlah
ini sangat kecil
kemungkinan pula induksi enzim dapat
dijadikan dasar pengembangan uji ini,
karena kenaikan enzim pengoksidasi dalam
RE hati maka ekskresi asam oksalat dalam
urin akan meningkat karena pengaruh
proses oksidatif, asam oksalat sebagai
produk samping siklus asam glukuronat
setelah penggunaan fenobarbital dan DDT

Anda mungkin juga menyukai