Anda di halaman 1dari 12

BIOKIMIA KOMPARATIF

VITAMIN K

OLEH:
OCZHINVIA DWITASARI
G851160091

Dosen Pengampu : Prof. Dr. drh. Maria Bintang, MS


PROGRAM STUDI BIOKIMIA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PENDAHULUAN

A. Vitamin K
Vitamin K ditemukan di Swiss pada tahun 1939 oleh seorang ahli kimia bernama
Karrer. Vitamin

ini

diberi

nama

vitamin

karena

sifatnya

yang

dapat

mengkoagulasikan darah ( K berasala dari Koagulations-Vitamin dalam bahasa


Jerman dan Denmark). Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan
suatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang
berperan dalam proses pembekuan darah, seperti prothrombin, proconvertin, komponen
thromboplastin plasma, dan Stuart-Power Factor. Vitamin K juga adalah sekelompok
senyawa kimia yang terdiri atas filokuinon yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan
menakuinon yang terdapat dalam minyak ikan dan daging. Menakuinon juga dapat
disintesis oleh bakteri di dalam usus halus manusia (Sandjaja, 2009). Ada tiga bentuk
vitamin K, yaitu: (1) Vitamin K1 (phylloquinone) yang tedapat pada sayuran hijau, (2)
Vitamin K2 (menaquinone) yang dapat disintesis oleh flora usus normal seperti
Bacteriodes fragilis dan beberapa strain Escherichia coli, (3) Vitamin K3 (menadione)
merupakan vitamin K sintetis yang sekarang jarang diberikan pada bayi yang baru lahir
(neonatus) karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik. Vitamin K3 ini
bersifat larut dalam air, digunakan untuk penderita yang mengalami gangguan
penyerapan vitamin K dari makanan (Sandjaja, 2009).

Gambar 1. Struktur Kimia Vitamin K dalam Tiga Bentuk


Menadion (vitamin K3), yaitu senyawa induk seri vitamin K, tidak ditemukan
dalam bentuk alami tetapi jika diberikan, secara in vivo senyawa ini akan mengalami
alkilasi menjadi salah satu menakuinon (vitamin K2). Filokuinon (vitamin K1)

merupakan bentuk utama vitamin K yang ada dalam tanaman. Menakuinon7


merupakan salah satu dari rangkaian bentuk tak jenuh polirenoid dari vitamin K yang
ditemukan dalam jaringan hewan dan disintesis oleh bakteri dalam intestinum.
Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi,
asam, dan alkali. Vitamin K juga terdapat di alam dalam dua bentuk, keduanya terdiri
atas cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping. Vitamin K1 mempunyai rantai
samping fitil. Vitamin K2 merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya terdiri
atas beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping dengan 14 unit). Vitamin K3 terdiri
atas naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu mempunyai sifat larut air. Vitamin
K atau metadion baru aktif secara biologis setelah mengalami alkalilasi didalam tubuh
(Almatsier, 2006).
Vitamin ini merupakan kebutuhan vital untuk sintesis beberapa protein termasuk
dalam pembekuan darah. Disebut juga vitamin koagulasi, vitamin ini bertugas menjaga
konsitensi aliran darah dan membekukannya saat diperlukan. Vitamin yang larut dalam
lemak ini juga berperan penting dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal.
Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang
terutama jenis K1. Vitamin K1 diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang
menjadi maksimal.
Vitamin K diperlukan untuk proses karboksilasi-gama pada residu glutamate
untuk membentuk tiga protein kunci yang terdapat dalam tulang, termasuk osteokalsin,
yang memiliki aktifitas tinggi dalam mengikat kalsium. Telah dilaporkan bahwa pada
orang usia lanjut status vitamin K berbanding terbalik dengan resiko fraktur (Barasi,
2007).
Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu
protein berupa asam glutamate (glu) menjadi gama-karboksiglutamat (gla). Proteinprotein ini dinamakan protein-tergantung vitamin K atau gla-protein. Enzim
karboksilase yang menggunakan vitamin K sebagai kofaktor didapat di dalam membran
hati dan tulang dan sedikit di lain jaringan. Gla-protein dengan mudah dapat mengikat
ion kalsium. Kemampuan inilah yang merupakan aktivitas biologik vitamin K. Vitamin
K sangat penting bagi pembentukan protombin. Kadar protombin yang tinggi didalam
darah merupakan indikasi baiknya daya penggumpalan darah. Pada proses pembekuan
darah, gama-karboksilasis terjadi di dalam hati pada residu asam glutamate yang
terdapat pada berbagai faktor pembekuan darah, seperti factor II (Protrombin), VII,
VIII, IX, dan X (Almatsier, 2006).

Kemampuan gla-protein untuk mengikat kalsium merupakan langkah essensial


dalam pembekuan darah. Gla protein lain yang mampu mengikat ion kalsium terdapat di
dalam jaringan tulang dan gigi sebagai osteokalsin dan gla-protein matriks. Kedua jenis
gla-protein ini mengikat hidroksiapatit yang diperlukan dalam pembentukan tulang.
Tanpa vitamin K, tulang memproduksi protein yang tidak sempurna, sehingga tidak
dapat mengikat mineral-mineral yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Gla
protein juga ditemukan pada jaringan tubuh lain seperti ginjal, pankreas, limpa, paruparu, dan endapan aterosklerotik namun fungsinya belum diketahui dengan pasti. Gla
protein di dalam otak diduga berperan dalam metabolisme sulfatida yang diperlukan
untuk perkembangan otak (Almatsier, 2006).
Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentuk residu
karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase yang tergantung
vitamin K terjadi dalam retikulum endoplasmic banyak jaringan dan memerlukan
oksigen molekuler, karbondioksida serta hidrokuinon ( tereduksi ) vitamin K dan di
dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi karboksilase diubah oleh enzim 2,3
epoksida reduktase menjadi bentuk kuinon vitamin K dengan menggunakan zat
pereduksi ditiol yang masih belum teridentifikasi. Reduksi selanjutnya bentuk kuinon
menjadi hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin K untuk menghasilkan
kembali bentuk aktif vitamin tersebut (Rusdiana, 2004).
Sebanyak 50-80 persen vitamin K di dalam usus diserap dengan bantuan asam
empedu dan cairan pankreas. Setelah diserap di dalam usus halus bagian atas, vitamin K
dikaitkan dengan kilomikron untuk diangkut melalui sistem limfa ke hati. Hati
merupakan tempat penyimpanan vitamin K utama di dalam tubuh. Kemudian, vitamin
K diangkut oleh lipoprotein VLDL plasma dari hati menuju ke berbagai sel tubuh.
Karena vitamin K bersifat larut dalam lemak, hal-hal yang menghambat penyerapan
lemak secara otomatis juga akan menurunkan penyerapan vitamin K (Almatsier, 2006).
Dalam keadaan normal, sebanyak 30-40 persen dari vitamin K yang diserap
akan dikeluarkan melalui empedu, dan 15 persen melalui urin sebagai metabolit larut
air. Simpanan vitamin K di dalam tubuh tidak banyak dan pergantiannya terjadi dengan
cepat. Simpanan di dalam hati sebanyak 10 persen berupa filokuinon dan 90 persen
berupa menakuinon, yang kemungkinan disintesis oleh bakteri pada saluran pencernaan.
Namun, kebutuhan akan vitamin K tampaknya tidak dapat hanya dipenuhi dari sintesis
menakuinon, diperlukan juga diperoleh dari makanan (Almatsier, 2006).

Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K


dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain
cukup tidaknya sekresi empedu dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan
vitamin K. Hanya sekitar 40 -70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus.
Setelah diabsorbsi, vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui
saluran limfatik, kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar 90%
vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati, vitamin
K disebarkan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan melalui darah. Saat di darah,
vitamin K bergabung dengan VLDL dalam plasma darah (Rusdiana, 2004).
Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme menjadi komponen
larut air dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K diekskresikan
melalui urin dan feses. Sekitar 20% dari vitamin K diekskresikan melalui feses. Pada
gangguan penyerapan lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70 -80 % (Rusdiana,
2004).
B. Sumber Vitamin K
Untuk memenuhi kebutuhan vitamin K terbilang cukup mudah karena selain
jumlahnya terbilang kecil, sistem pencernaan manusia sudah mengandung bakteri yang
mampu mensintesis vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan di dalam hati.
Namun begitu, tubuh masih perlu mendapat tambahan vitamin K dari makanan.
Meskipun kebanyakan sumber vitamin K di dalam tubuh adalah hasil sintesis
oleh bakteri di dalam sistem pencernaan, namun Vitamin K juga terkandung dalam
makanan, seperti hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak dan sayuran
sejenis kobis (kol) dan susu. Vitamin K dalam konsentrasi tinggi juga ditemukan pada
susu kedele, teh hijau, susu sapi, serta daging sapi dan hati. Jenis-jenis makanan
probiotik, seperti yoghurt yang mengandung bakteri sehat aktif, bisa membantu
menstimulasi produksi vitamin ini.
C. Metabolisme Vitamin K
Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain
cukup tidaknya sekresi empedu dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan
vitamin K. Hanya sekitar 40 -70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus.
Setelah diabsorbsi, vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui
saluran limfatik, kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar 90%

vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk menaquinone. Dari hati, vitamin
K disebarkan ke seluruh jaringan tubuh yang memerlukan melalui darah. Saat di darah,
vitamin K bergabung dengan VLDL dalam plasma darah.
Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme menjadi komponen
larut air dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin K diekskresikan
melalui urin dan feses. Sekitar 20% dari vitamin K diewkskresikan melalui feses. Pada
gangguan penyerapan lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70 -80 %.
D. Defisiensi Vitamin K
Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini
dapat meyebabkan pendarahan atau hemoragik. Bagaimanapun, kekurangan vitamin K
jarang terjadi karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan
dari makanan. Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan
mereka masih steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K,
sedangkan air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi
diberi sejumlah vitamin K saat lahir.
Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena minimnya konsumsi
sayuran atau mengonsumsi antobiotik terlalu lama. Antibiotik dapat membunuh bakteri
menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan
vitamin K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan dan kurangnya
garam empedu.
Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya gejala-gejala, antara lain
hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan adanya defisiensi protrombin dalam darah.
Selain itu, terlihat pula perdarahan subkutan dan intramuskuler.
E. Biosintesis Vitamin K
Biosintesis vitamin K menggunakan bakteri yang menghasilkan enzim
Isochorismic Synthase (ICS). Contoh Bakteri penghasil ICS yaitu Escherichia colli.
Bakteri Escherichia colli adalah bakteria gram negatif berbentuk batang/basilus/rod
yang umum ditemui di usus bawah organisma berdarah panas (endotermik).
Kebanyakan strain E. coli tidak berbahaya, tetapi terdapat beberapa jenis/strain , seperti
serotype O157: H7, boleh menyebabkan keracunan makanan yang serius pada manusia,
dan kadang-kala strain ini menyebabkan produk makan dikembalikan. Strain berbahaya
ini juga sebenarnya adalah sebaagian dari unsur alam flora usus yang normal bersama
dengan jenis bilion strain yang jahat dan baik yang lain. Strain ini juga boleh

menguntungkan perumah mereka dengan menghasilkan vitamin K 2, dan dengan


mencegah pembentukan bakteria patogen dalam usus.
pembentukan vitamin K dalam bakteri.

Berikut gambar mekanisme

Gambar 2. Mekanisme Pembentukan Vitamin K dalam Bakteri

Gambar 3. Lanjutan Mekanisme Pembentukan Vitamin K dalam Bakteri

Sikimat merupakan precursore pembentuk menaquinon. Jalur asam Shikimate


merupakan jalur alternative menuju senyawa aromatic. Jalur ini berlangsung dalam
mikroorganisme dan tumbuhan namun tidak berlangsung dalam hewan . zat antara
pusat adalah asam shikimat, sutau asam yang ditemukan pada tanaman Illicium sp,
beberapa tahun sebelum perannya dalam metabolisme ditemukan. Asam ini juga
terbentuk dalam bakteri Esherichia colli. Berikut merupakan gambar jalur shikimate :

Gambar 4. Jalur Shikimate


Daftar Pustaka
Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Barasi, M. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Rusdiana. 2004. Vitamin. Sumatera Utara : Penerbit Universitas Sumatera Utara.
Sandjaja. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Anda mungkin juga menyukai