Uji Tarik
Uji Tarik
UJI TARIK
Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
(141734018)
(141734019)
(141734020)
(141734021)
(141734022)
(141734023)
(141734024)
(141734025)
9. Reza Shulhaedar
10. Rico Valentino Rizky R
11. Silmi Muharam
12. Siti Aisyah Nur Fitri
13. Tyari Octhalya T
14. Yulinda Ayunani Putri
15. Yuriza Fauziah
16.
(141734026)
(141734027)
(141734028)
(141734029)
(141734030)
(141734031)
(141734032)
Material dapat mengalami perubahan bentuk bila material tersebut menerima gaya
dari luar. Ketahanan material untuk mempertahankan bentuk awalnya setelah gaya atau beban
luar dihilangkan disebut deformasi elastis. Selanjutnya material mengalami deformasi
permanen (tidak kembali ke bentuk semula) setelah beban luar dihilangkan dikatakan
deformasi plastis.
27.
Uji tarik adalah uji yang dilakukan pada suatu material dengan cara menerapkan
beban tarik pada material tersebut, dimana pada spesimen uji yang telah distandardisasi
dilakukan pembebanan sehingga spesimen mengalami peregangan dan bertambah panjang
hingga akhirnya patah.
28.
Batang spesimen yang akan digunakan untuk uji tarik harus disesuaikan dengan
standar seperti ASTM (American Society for Testing and Material), JIS ( Japan Industrial
Standard Committee), ISO (International Standard Organization) dan lain sebagainya. Batang
uji ada yang berbentuk silindris dan pelat yang di tarik dengan beban statik sampai putus.
29.
beda tergantung dari kontruksi apa yang diuji, sehingga bentuk dan arah pengambilan sampel
akan berbeda beda.
30.
akan dijelaskan berbagai jenis dimensi atau ukuran spesimen yang dipersyaratkan, sebagai
contoh untuk pengujian batang pejal memiliki dimensi seperti pada gambar 1.
31.
32.
33.
34.
35.
Untuk keperluan pengujian pelat dengan ukuran tebal dari 0,005 inch sampai
36.
37.
38.
39.
Berdasarkan standar pengujian ASTM E.8 dalam satuan metrik sebagai berikut :
40.
41.
45.
48. Diameter
49. 12,5
50. 8,7
51. 6,25
52. 4
nominal
54. G
55. 50
5
56. 35
57. 25
58. 16
59. 100
60. D
0,1
61. 12,5
0,1
62. 8,7
0,1
63. 6,25
0,1
64. 40
,1
65. 2,5
0,2
50
0,1
,08
0,05
66. R
72. A
5
67. 10
73. 60
,18
68. 6
74. 45
2
69. 5
75. 32
70. 4
76. 20
71. 2
77. 16
78.
79.
Dari pengujian ini didapat suatu kurva hubungan beban tarik (F) terhadap
perpanjangan spesimen (L). Dari hubungan antara gaya penarikan dan perubahan panjang
ini selanjutnya diperoleh parameter lainnya seperti tegangan dan regangan teknis, tegangan
dan regangan sebenarnya dan juga faktor pengerasan regang.
80.
81. Tegangan dan Regangan Teknik (S dan e)
82.
Tegangan dan regangan teknik lebih mengacu pada tegangan dan regangan rata-
rata. Hal ini disebabkan karena pada saat terjadi penarikan diameter, spesimen diasumsikan
tidak mengalami perubahan, padahal dalam kenyataannya tidak demikian. Tegangan teknik
diperoleh dengan cara membagi beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang
benda uji. Sedangkan regangan teknik diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang
dihasilkan setelah pengujian dengan panjang awal.
83. Tegangan Sebenarnya () dan Regangan Sebenarnya ()
84.
deformasi yang sebenarnya karena pada kurva tersebut, semuanya berdasarkan pada dimensi
awal benda uji, sedangkan selama pengujian terjadi perubahan dimensi. Selama penarikan
spesimen, terjadi pengecilan luas penampang sehingga tegangan dan regangan sebenarnya
1.
FL
=
=S (e+ 1)
A L
86.
87.
Dimana
88.
89. F
90. L1
91. L0
92. A0
93. S
94. e
= Regangan teknik
95.
2. =
ln(e+
96.
97.
98.
1)
Dimana
99.
= Regangan sebenarnya
100.e
= Regangan teknik
Kekuatan luluh (yield strength) merupakan titik yang menunjukan perubahan dari
deformasi elastis ke deformasi plastis. Pengukuran besarnya tegangan pada saat mulai terjadi
deformasi plastis atau batas luluh tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian
besar material mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis berlangsung sedikit
demi sedikit dan titik saat deformasi plastis mulai terjadi, sukar ditentukan secara teliti
sehingga kekuatan luluh sering dinyatakan sebagai kekuatan luluh offset, yaitu besarnya
tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang
ditetapkan (regangan offset). Kekuatan luluh offset ditentukan tegangan pada perpotongan
antara kurva tegangan-regangan dengan garis sejajar dengan kemiringan kurva pada regangan
tertentu. Di Amerika Serikat regangan offset ditentukan sebesar 0,2% atau 0,1 % ( e = 0,002
atau 0,001). Besarnya kekuatan luluh yaitu berdasarkan persamaan:
3.
y=
103.
Fy
Ao
104.
105.Dimana
106.y
107.Fy
108.A0
109.
110.
111.
112. Tegangan Alir (Flow Stress)
113.
Kurva tegangan alir material adalah kurva tegangan yang menyebabkan terjadinya
deformasi plastis pada saat spesimen mengalami necking (pengecilan penampang pada saat
deformasi berlangsung). Kondisi tegangan alir pada beban maksimum, sedangkan regangan
yang terjadi masih dalam batas beraturan (uniform). Persamaan kurva alir dinyatakan
4.
Kn
114.
berdasarkan persamaan:
115.
116.
117. Dimana
118. K
119. n
120.
121.Fenomena Necking
122.
Persamaan kurva alir dimana = Kn, dapat diubah menjadi persamaan logaritma
129.
Kondisi
130.
131.
K,MPa
ogam
132.
aja
0,005%
C
136.
SAE
4340
140.
B
aja 0.6
%C
144.
B
aja 0.6
%C
148.
T
embaga
152.
7
0/30
Kuning
an
133.
Anil
134.
0,26
135.
530
137.
Anil
138.
0,15
139.
640
141.
Querench
& temper 540C
142.
0,10
143.
1570
145.
Querench
& temper 705C
146.
0.19
147.
1230
149.
Anil
150.
0,54
151.
320
153.
Anil
154.
0,49
155.
900
156.
157.Modulus Elastisitas
158.
Modulus elastisitas adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi dan
kembali ke bentuk semula atau kembali ke sifat keelastisitasanya. Semakin besar modulus
elastisitasnya maka semakin kecil regangan elastis yang dihasilkan akibat pemberian
tegangan.
159.Besarnya modulus elastisitas yaitu:
5.
160.
Y=
161.
162.
163.
Jangka sorong
Dial indicator
Kunci L dan kunci pas
164. 2. Bahan
3. Catat besarnya gaya dan perubahan panjang (pembacaan dial indicator). Pada saat gaya
maksimum, perhatikan necking yang terjadi. Catat gaya maksimumnya.
4. Pada saat gaya maksimum jarum berhenti, bacalah terus indikator sesuai dengan interval
yang dipilih.
5. Ambilah pelat paralel bila jarum indikator menunjukkan angka ketebalan pelat.
6. Pada saat spesimen necking, jarum gaya akan kembali ke posisi semula. Catat pembacaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
tempatnya.
7. Bersihkan mesin dan kelengkapannya.
167.
168.
E. Lembar Pengisian
Tanggal Praktikum
Nama Mesin
Nama Bahan
Diameter awal
Panjang awal
: 29 Mei 2015
: Tarno Grocki
: Kuningan dan Baja
: Kuningan = 8mm, Baja = 6mm
: Kuningan = 141 mm, Baja = 130 mm
169.
170.
171.
173.
175.
172.
174.
(k
177.
ah
(kg)
(mm)
g/
(%)
Nama
an
176.
178.
179.
181.
180.
182.
(%)
(kg/
g/
m2
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
Kunin
7806,
10,84
155,38
7,68
167,1
7,3
2282,
ga
191.
Baja
4
192.
8
193.
194.
195.
196.
197.
198.
6998,
4,985
247,63
3,83
257,0
3,7
6893
2
199.
200.
Keterangan
201.
: Gaya maksimum
205.
202.
: Perubahan panjang
sebenarnya
spesimen
206.
203.
: Tegangan teknik
204.
: Regangan teknik
sebenarnya
Tegangan
Regangan
207.
208.
209.
F. Pembahasan
Tujuan dari uji tarik yaitu untuk mengetahui keelastisan suatu material jika diberi
gaya tarik dengan spesimen yang digunakan pada praktikum ini adalah batang silinder
kuningan dan baja. Sebelum spesimen ditempatkan pada penjepit yang ada di bagian atas dan
bagian bawah mesin uji tarik, mesin harus dikalibrasi terlebih dahulu. Setelah itu, atur
kecepatan tariknya dan kemudian spesimen mengalami proses uji tarik yang mana spesimen
melewati 3 tahap sebelum patah yaitu tahap deformasi elastis, tahap deformasi plastis, dan
tahap necking. Berikut ini adalah grafik perubahan panjang terhadap gayanya.
Chart Title
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
F(kg)
L (mm)
210.
211.
Chart Title
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
F (kg)
L (mm)
212.
213.
214.
215.
216.1. Kuningan
217.
a. Tegangan sebenarnya
= 167,196 kg/mm2
218.
b. Regangan sebenarnya
= 7,325%
219.
c. Modulus Elastisitas
= 2282,54 kg/mm2
223.
a. Tegangan sebenarnya
= 257,040 kg/mm2
224.
b. Regangan sebenarnya
= 3,729%
225.
c. Modulus Elastisitas
= 6893 kg/mm2
220.
221.
222.2. Baja
226.
227.
Modulus elastisitas baja lebih besar dibandingkan dengan kuningan sehingga baja
lebih elastis daripada kuningan. Hal tersebut dapat dibuktikan pada saat praktikum, baja
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk patah dibandingkan dengan kuningan yang
menandakan baja lebih elastis karena, semakin elastis suatu material, maka tidak akan mudah
patah ketika dilakukan penarikan.
228.
229.
230.
G. Kesimpulan
1. Pada saat pengujian, material melewati 3 tahap sebelum patah yaitu tahap deformasi
elastis (ketahanan material untuk mempertahankan bentuk awal setelah beban
dihilangkan), tahap deformasi plastis (tidak kembali ke bentuk semula ketika beban
dihilangkan), dan tahap necking (pengecilan penampang pada saat deformasi
berlangsung).
2. Semakin elastis suatu material, maka tidak akan mudah putus ketika dilakukan penarikan.
3. Semakin besar modulus elastisitas maka semakin kecil regangan elastis yang dihasilkan
akibat pemberian tegangan.
231.
232.
233.
H. Daftar Pustaka
234.Amir,
Suhada.__.Uji
Tarik.https://www.academia.edu/8838260/PRAKTIKUM_UJI_TARIK
235.
238.Repaldo,
Dimas.2013.Contoh
Laporan
Material
Teknik
Uji
Tarik,Juli.
http://dimasrepaldo.
239.
blogspot.com/2013/07/contoh-laporan-material-teknik-uji-tarik.html
240.
241.
LAMPIRAN
[31
Mei
242.
243.
(Kuningan)
244.
Jangka sorong
Spesimen uji 1
245.
246.