Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI DAN KEKUATAN BAHAN

UJI TARIK

Oleh :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mohammad Anshar J.A


Ogi Sutrisna Azizi
Okky Octaviansyah D
Permana Imanudin
Putri Vicky Hapsari
R.Nizar Fadhilah S
Raden Dewi Ghita G.P
Raditya G Barliansyah

(141734018)
(141734019)
(141734020)
(141734021)
(141734022)
(141734023)
(141734024)
(141734025)

9. Reza Shulhaedar
10. Rico Valentino Rizky R
11. Silmi Muharam
12. Siti Aisyah Nur Fitri
13. Tyari Octhalya T
14. Yulinda Ayunani Putri
15. Yuriza Fauziah

16.

17.JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI


18.D-4 TEKNIK KONSERVASI ENERGI
19.POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
20.2014/2015
21.
22.UJI TARIK
23. A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan uji tarik material dengan benar.
2. Mahasiswa dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh dan keuletan.

(141734026)
(141734027)
(141734028)
(141734029)
(141734030)
(141734031)
(141734032)

3. Mahasiswa dapat menentukan modulus elastisitas dan menentukan faktor pengerasan


regang.
4. Mahasiswa dapat menganalisis data-data pengujian.
5. Mahasiswa dapat menyimpulkan hasil pengujian.
24.
25. B. Dasar Teori
26.

Material dapat mengalami perubahan bentuk bila material tersebut menerima gaya

dari luar. Ketahanan material untuk mempertahankan bentuk awalnya setelah gaya atau beban
luar dihilangkan disebut deformasi elastis. Selanjutnya material mengalami deformasi
permanen (tidak kembali ke bentuk semula) setelah beban luar dihilangkan dikatakan
deformasi plastis.
27.

Uji tarik adalah uji yang dilakukan pada suatu material dengan cara menerapkan

beban tarik pada material tersebut, dimana pada spesimen uji yang telah distandardisasi
dilakukan pembebanan sehingga spesimen mengalami peregangan dan bertambah panjang
hingga akhirnya patah.
28.

Batang spesimen yang akan digunakan untuk uji tarik harus disesuaikan dengan

standar seperti ASTM (American Society for Testing and Material), JIS ( Japan Industrial
Standard Committee), ISO (International Standard Organization) dan lain sebagainya. Batang
uji ada yang berbentuk silindris dan pelat yang di tarik dengan beban statik sampai putus.
29.

Berbagai standar pengujian memiliki parameter ukuran spesimen yang berbeda

beda tergantung dari kontruksi apa yang diuji, sehingga bentuk dan arah pengambilan sampel
akan berbeda beda.
30.

Untuk pengujian tarik misalnya menurut standar ASTME8. Dalam ASTME8

akan dijelaskan berbagai jenis dimensi atau ukuran spesimen yang dipersyaratkan, sebagai
contoh untuk pengujian batang pejal memiliki dimensi seperti pada gambar 1.
31.

32.

33.

Gambar 1 Dimensi spesimen uji tarik (ASTM)

34.
35.

Untuk keperluan pengujian pelat dengan ukuran tebal dari 0,005 inch sampai

inch, pembuatan spesimen dan dimensi dapat dilihat pada gambar 3.

36.
37.

Gambar 2 Spesimen pelat ASTM

38.
39.

Berdasarkan standar pengujian ASTM E.8 dalam satuan metrik sebagai berikut :

40.

41.

Gambar 3 Spesimen batang uji tarik


42.
43.
44.

45.
48. Diameter

46. Standar Spesimen (mm)

47. Ukuran terkecil


(mm)
53. 2,5

49. 12,5

50. 8,7

51. 6,25

52. 4

nominal
54. G

55. 50

5
56. 35

57. 25

58. 16

59. 100

60. D

0,1
61. 12,5

0,1
62. 8,7

0,1
63. 6,25

0,1
64. 40

,1
65. 2,5

0,2

50

0,1

,08

0,05

66. R
72. A

5
67. 10
73. 60

,18
68. 6
74. 45

2
69. 5
75. 32

70. 4
76. 20

71. 2
77. 16

78.
79.

Dari pengujian ini didapat suatu kurva hubungan beban tarik (F) terhadap

perpanjangan spesimen (L). Dari hubungan antara gaya penarikan dan perubahan panjang
ini selanjutnya diperoleh parameter lainnya seperti tegangan dan regangan teknis, tegangan
dan regangan sebenarnya dan juga faktor pengerasan regang.
80.
81. Tegangan dan Regangan Teknik (S dan e)
82.

Tegangan dan regangan teknik lebih mengacu pada tegangan dan regangan rata-

rata. Hal ini disebabkan karena pada saat terjadi penarikan diameter, spesimen diasumsikan
tidak mengalami perubahan, padahal dalam kenyataannya tidak demikian. Tegangan teknik
diperoleh dengan cara membagi beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang
benda uji. Sedangkan regangan teknik diperoleh dengan cara membagi perpanjangan yang
dihasilkan setelah pengujian dengan panjang awal.
83. Tegangan Sebenarnya () dan Regangan Sebenarnya ()
84.

Kurva tegangan regangan teknik tidak memberikan indikasi karakteristik

deformasi yang sebenarnya karena pada kurva tersebut, semuanya berdasarkan pada dimensi
awal benda uji, sedangkan selama pengujian terjadi perubahan dimensi. Selama penarikan
spesimen, terjadi pengecilan luas penampang sehingga tegangan dan regangan sebenarnya

diperoleh dengan menghitung volume konstannya. Besarnya tegangan sebenarnya yaitu


berdasarkan persamaan:
85.

1.

FL
=
=S (e+ 1)
A L

86.
87.

Dimana

88.

= Tegangan sebenarnya (kg/mm2)

89. F

= Gaya yang diberikan (kg)

90. L1

= Panjang spesimen setelah putus (mm)

91. L0

= Panjang awal spesimen (mm)

92. A0

= Luas penampang awal spesimen (mm)

93. S

= Tegangan teknik (kg/mm2)

94. e

= Regangan teknik

95.

Sedangkan besarnya regangan sebenarnya yaitu berdasarkan persamaan:

2. =

ln(e+

96.
97.
98.

1)

Dimana

99.

= Regangan sebenarnya

100.e

= Regangan teknik

101.Kekuatan luluh (y)


102.

Kekuatan luluh (yield strength) merupakan titik yang menunjukan perubahan dari

deformasi elastis ke deformasi plastis. Pengukuran besarnya tegangan pada saat mulai terjadi
deformasi plastis atau batas luluh tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian
besar material mengalami perubahan sifat dari elastis menjadi plastis berlangsung sedikit
demi sedikit dan titik saat deformasi plastis mulai terjadi, sukar ditentukan secara teliti
sehingga kekuatan luluh sering dinyatakan sebagai kekuatan luluh offset, yaitu besarnya
tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang
ditetapkan (regangan offset). Kekuatan luluh offset ditentukan tegangan pada perpotongan
antara kurva tegangan-regangan dengan garis sejajar dengan kemiringan kurva pada regangan
tertentu. Di Amerika Serikat regangan offset ditentukan sebesar 0,2% atau 0,1 % ( e = 0,002
atau 0,001). Besarnya kekuatan luluh yaitu berdasarkan persamaan:
3.

y=

103.
Fy
Ao

104.
105.Dimana

106.y

= Besarnya kekuatan luluh (kg/mm2)

107.Fy

= Besarnya beban di titik yield (kg)

108.A0

= Luas penampang awal spesimen (mm2)

109.
110.

Gambar 4 Kurva tegangan-regangan yang mengindikasikan kriteria luluh

111.
112. Tegangan Alir (Flow Stress)
113.

Kurva tegangan alir material adalah kurva tegangan yang menyebabkan terjadinya

deformasi plastis pada saat spesimen mengalami necking (pengecilan penampang pada saat
deformasi berlangsung). Kondisi tegangan alir pada beban maksimum, sedangkan regangan
yang terjadi masih dalam batas beraturan (uniform). Persamaan kurva alir dinyatakan
4.

Kn

114.

berdasarkan persamaan:

115.
116.

117. Dimana

118. K

= Konstanta tegangan pada =1

119. n

= Faktor pengerasan regang

120.
121.Fenomena Necking
122.

Persamaan kurva alir dimana = Kn, dapat diubah menjadi persamaan logaritma

sebagai berikut: log = log K + n log .

123.Pada saat terjadi necking berlaku hubungan n =


124.Jadi necking spesimen secara teoritis akan terjadi pada saat faktor pengerasan regan n
sama dengan regangan uniform-nya.
125.
126.
127.Berikut ini adalah harga n dan K untuk beberapa material:
128.

129.

Kondisi

130.

131.

K,MPa

ogam
132.

aja
0,005%
C
136.
SAE
4340
140.
B
aja 0.6
%C
144.
B
aja 0.6
%C
148.
T
embaga
152.
7
0/30
Kuning
an

133.

Anil

134.

0,26

135.

530

137.

Anil

138.

0,15

139.

640

141.

Querench
& temper 540C

142.

0,10

143.

1570

145.

Querench
& temper 705C

146.

0.19

147.

1230

149.

Anil

150.

0,54

151.

320

153.

Anil

154.

0,49

155.

900

156.
157.Modulus Elastisitas
158.

Modulus elastisitas adalah kemampuan suatu material untuk menyerap energi dan

kembali ke bentuk semula atau kembali ke sifat keelastisitasanya. Semakin besar modulus
elastisitasnya maka semakin kecil regangan elastis yang dihasilkan akibat pemberian
tegangan.
159.Besarnya modulus elastisitas yaitu:
5.

160.

Y=

161.
162.
163.

Mesin uji tarik

C. Alat dan Bahan


1. Alat :

Jangka sorong
Dial indicator
Kunci L dan kunci pas

164. 2. Bahan

Spesimen benda uji ( batang baja dan kuningan)


Kertas grafik
165.

166. D. Langkah Kerja


Sebelum praktikum
1. Periksa kelengkapan mesin.
2. Panaskan mesin dengan menekan tombol on pada panel nomor 3.
3. Periksa chuck spesimen sesuai dengan diameter. Apabila tidak sesuai, ganti chuck bagian
atas dan bawah. Untuk chuck atas dengan cara menarik tuas keluar dan putar berlawanan
arah. Apabila chuck dalam posisi keluar tarik ke atas dan ganti dengan melepas baut
pengikatnya sedangkan untuk chuck bagian bawah, lepas baut dengan menggunakan
kunci L yang disediakan. Lakukan dengan hati-hati karena dapat jatuh dengan sendirinya.
Posisikan chuck agar rata permukaanya.
4. Siapkan pelat yang ada diurutkan sesuai dengan ketebalannya.
5. Pasang dial indicator dengan memperhatikan cara pembacaan dengan benar dimana
posisi jarum jam kecil posisi nol dan jarum jam besar posisi nol. Perhatikan gerakan
jarum dial indicator. Jarum jam kecil akan berputar berlawanan arah dengan jarum jam
besar.
6. Perhatikan cara membaca skala gaya (0-500, 0-1000, 0-5000, dan 0-10000 kgf).
7. Perhatikan fungsi crosshead adjustment up and down untuk mengatur ketinggian chuck
up ke arah atas dan down ke arah bawah.
8. Lakukan pengukuran spesimen dan berikan tanda sesuai dengan panjang ukur yang telah
ditetapkan.
9. Pasanglah spesimen bagian atas terlebih dahulu dan posisikan chuck bawah dengan
control adjustment control up or down.
10. Pasang kertas grafik yang telah disediakan.
11. Pastikan semua dalam kondisi siap operasi.
Pada saat praktikum
1. Lakukan proses pengujian dengan mengatur posisi control valve dari posisi return ke
hold dan load. Ikuti petunjuk instruktur bagaimana cara mengatur posisi control. Jangan
sampai posisi open karena akan mempengaruhi kecepatan penarikan.
2. Pada saat posisi control valve, posisi load jarum gaya akan bergerak searah dengan jarum
jam.

3. Catat besarnya gaya dan perubahan panjang (pembacaan dial indicator). Pada saat gaya
maksimum, perhatikan necking yang terjadi. Catat gaya maksimumnya.
4. Pada saat gaya maksimum jarum berhenti, bacalah terus indikator sesuai dengan interval
yang dipilih.
5. Ambilah pelat paralel bila jarum indikator menunjukkan angka ketebalan pelat.
6. Pada saat spesimen necking, jarum gaya akan kembali ke posisi semula. Catat pembacaan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

baliknya dan berapa gaya pada saat spesimen patah.


Pada saat praktikum
Lepaskan dial indicator.
Posisikan control valve pada posisi return.
Posisikan control adjustmen down.
Matikan mesin dengan menekan tombol off.
Lepaskan spesimen.
Ukur diameter dan panjang akhir spesimen. Pastikan peralatan sudah tersimpan pada

tempatnya.
7. Bersihkan mesin dan kelengkapannya.
167.
168.

E. Lembar Pengisian

Tanggal Praktikum
Nama Mesin
Nama Bahan
Diameter awal
Panjang awal

: 29 Mei 2015
: Tarno Grocki
: Kuningan dan Baja
: Kuningan = 8mm, Baja = 6mm
: Kuningan = 141 mm, Baja = 130 mm

169.
170.

171.

173.

175.

172.

174.

(k

177.

ah

(kg)

(mm)

g/

(%)

Nama

an

176.

178.

179.

181.

180.

182.

(%)

(kg/

g/

m2

183.

184.

185.

186.

187.

188.

189.

190.

Kunin

7806,

10,84

155,38

7,68

167,1

7,3

2282,

ga

191.
Baja

4
192.

8
193.

194.

195.

196.

197.

198.

6998,

4,985

247,63

3,83

257,0

3,7

6893

2
199.
200.

Keterangan

201.

: Gaya maksimum

205.

202.

: Perubahan panjang

sebenarnya

spesimen

206.

203.

: Tegangan teknik

204.

: Regangan teknik

sebenarnya

Tegangan

Regangan

207.
208.
209.

F. Pembahasan
Tujuan dari uji tarik yaitu untuk mengetahui keelastisan suatu material jika diberi

gaya tarik dengan spesimen yang digunakan pada praktikum ini adalah batang silinder
kuningan dan baja. Sebelum spesimen ditempatkan pada penjepit yang ada di bagian atas dan
bagian bawah mesin uji tarik, mesin harus dikalibrasi terlebih dahulu. Setelah itu, atur
kecepatan tariknya dan kemudian spesimen mengalami proses uji tarik yang mana spesimen
melewati 3 tahap sebelum patah yaitu tahap deformasi elastis, tahap deformasi plastis, dan
tahap necking. Berikut ini adalah grafik perubahan panjang terhadap gayanya.

Chart Title
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
F(kg)

L (mm)

210.
211.

Grafik L terhadap F pada kuningan

Chart Title
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
F (kg)

L (mm)

212.
213.

Grafik L terhadap F pada baja

214.
215.

Dari kedua grafik tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:

216.1. Kuningan
217.

a. Tegangan sebenarnya

= 167,196 kg/mm2

218.

b. Regangan sebenarnya

= 7,325%

219.

c. Modulus Elastisitas

= 2282,54 kg/mm2

223.

a. Tegangan sebenarnya

= 257,040 kg/mm2

224.

b. Regangan sebenarnya

= 3,729%

225.

c. Modulus Elastisitas

= 6893 kg/mm2

220.
221.
222.2. Baja

226.
227.

Modulus elastisitas baja lebih besar dibandingkan dengan kuningan sehingga baja

lebih elastis daripada kuningan. Hal tersebut dapat dibuktikan pada saat praktikum, baja
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk patah dibandingkan dengan kuningan yang
menandakan baja lebih elastis karena, semakin elastis suatu material, maka tidak akan mudah
patah ketika dilakukan penarikan.
228.
229.
230.

G. Kesimpulan

1. Pada saat pengujian, material melewati 3 tahap sebelum patah yaitu tahap deformasi
elastis (ketahanan material untuk mempertahankan bentuk awal setelah beban
dihilangkan), tahap deformasi plastis (tidak kembali ke bentuk semula ketika beban
dihilangkan), dan tahap necking (pengecilan penampang pada saat deformasi
berlangsung).
2. Semakin elastis suatu material, maka tidak akan mudah putus ketika dilakukan penarikan.
3. Semakin besar modulus elastisitas maka semakin kecil regangan elastis yang dihasilkan
akibat pemberian tegangan.
231.
232.
233.

H. Daftar Pustaka

234.Amir,

Suhada.__.Uji

Tarik.https://www.academia.edu/8838260/PRAKTIKUM_UJI_TARIK
235.

[31 Mei 2015, pukul 17.54]

236.Eko, Widi Saputra.2015.Pengujian Tarik,Maret.http://widimaterial.blogspot.com/2015/


237.

03/laporan-praktikum-pengujian-mekanik_32.html [31 Mei 2015, pukul 18.10]

238.Repaldo,

Dimas.2013.Contoh

Laporan

Material

Teknik

Uji

Tarik,Juli.

http://dimasrepaldo.
239.

blogspot.com/2013/07/contoh-laporan-material-teknik-uji-tarik.html

2015, pukul 17.43]

240.
241.

LAMPIRAN

[31

Mei

242.

243.
(Kuningan)
244.

Mesin uji tarik

Jangka sorong

Spesimen uji 1

245.
246.

Spesimen uji 2 (Baja)


247.

Spesimen (kuningan) setelah


melewati proses uji tarik

Anda mungkin juga menyukai