Anda di halaman 1dari 5

GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN OMBILIN

A. Struktur Geologi
Menurut Situmorang dkk (1991) secara umum Cekungan Ombilin dibentuk oleh dua terban
berumur Paleogen dan Neogen, dibatasi oleh sesar Tanjung Ampalu berarah utara-selatan.
Menurut Hastuti, dkk (2001) terdapat 5 fase tektonik yang bekerja di cekungan Ombilin pada
saat Tersier seoerti pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Tektonostratigrafi Cekungan Ombilin (Hastuti, dkk, 2001)


Skema perkembangan Cekungan Ombilin dari Pra-Tersier sampai dengan sekarang sebagai
strike slip basin adalah seperti di gambar 2.

Gambar 2. Skema evolusi tektonik cekungan tarik pisah Ombilin, Sumatra Barat menurut
Hastuti, dkk (2001). (A)Kapur-Tersier Awal (B)Paleosen (C)Miosen Awal (D)Plio-Pleistosen.
B. Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari:
1.

Satuan batuan berumur Pra-Tersier


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kastowo dan Leo (1973) dan Silitonga dan
Kastowo (1975), satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian berumur PermKarbon berupa Anggota Bawah Formasi Kuantan (PCkq), yang terdiri dari kuarsit,
batusabak, serpih, batuan gunungapi, tufa klorit, konglomerat, dan rijang. Anggota
Batugamping Formasi Kuantan (PCkl), terdiri dari batugamping, batusabak, filit, serpih
terkersikkan dan kuarsit. Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan (PCks), terdiri dari
serpih, filit, sisipan batusabak, kuarsit, batulanau, rijang, dan aliran lava.
Katili dan Kamal (1961) menyatakan bahwa di tepi danau Singkarak (sepanjang jalan raya
Ombilin-Singkarak) tersingkap gneis yang menurut De Haan (1935) gneis tersebut terbentuk
dari batuan granit yang telah mengalami tekanan dan berumur Paleozoikum. Menurut Katili
dan Kamal (1961) batuan yang berumur Perm-Karbon hingga Perm adalah Formasi
Silungkang yang terdiri dari seri vulkanik dan seri gamping. Batuan seri vulkanik terdiri dari
lava andesit, lava basal, dan tufa. Pada batugamping anggota formasi Silungkang
ditemukan fosil Fusulina dan Syringpora yang berumur Perm-Karbon (Koesoemadinata dan
Matasak, 1981).
Menurut Silitonga dan Kastowo (1995) dan Kastowo dkk. (1996) Formasi Silungkang (Ps)
berumur Perm dan terdiri dari andesit hornblenda, andesit augit, meta andesit dengan
sisipan tipis tufa, batugamping, serpih, dan batupasir. Batugamping dipisah menjadi anggota
batugamping formasi Silungkang (Psl), terdiri dari batugamping yang mengandung sisipan

tipis serpih, batupasir ,dan tufa. Bagian atas Formasi Silungkang terdiri dari batugamping,
batupasir, napal, dan serpih dengan interkalasi batuan andesit augit dan basal augit.
Batugamping di daerah ini pada umumnya berupa batuan yang padat, berwarna kelabu, dan
sebagian kristalin. Fosil-fosil yang ditemukan adalah Brachiopoda, Crinoida, dan Fusulina.
Umur batugamping fusulina ini adalah Perm (Katili dan Kamal, 1961).
Satuan batuan yang berumur Trias berupa Anggota Batugamping Formasi Tuhur (Trtl), yang
tersusun oleh batugamping pasiran dan batugamping konglomerat. Anggota Batusabak dan
Serpih Formasi Tuhur (Trts), terdiri dari batusabak, serpih, serpih napalan dengan sisipan
rijang, serpih hitam terkersikkan, dan lapisan tipis grewak (graywacke) (Silitonga dan
Kastowo, 1995 dan Kastowo dkk., 1996). Satuan batuan kuarsit dan batusabak Formasi
Tuhur berhubungan saling menjari dengan batuan vulkanik Formasi Silungkang
(Koesoemadinata dan Matasak, 1981). Menurut In (1959 dalam Katili dan Kamal, 1961)
endapan-endapan Trias pada umumnya tergolong fasies batugamping, dan besar
kemungkinan bahwa endapan-endapan Trias tersebut terbentuk dalam kondisi yang sama,
di dalam cekungan sedimentasi yang sama.
2.
Satuan Batuan Berumur Tersier
Koesoemadinata dan Kastowo (1981), mengelompokkan batuan Tersier menjadi Formasi
Brani, Formasi Sangkarewang, Formasi Sawahlunto, Formasi Sawahtambang, Anggota
Rasau Formasi Sawahtambang, Anggota Poro Formasi Sawahtambang, dan Formasi
Ombilin.
Formasi Brani tersusun oleh konglomerat polimik berwarna ungu kecoklatan dengan
fragmen berukuran kerikil hingga kerakal dan matriks berupa pasir lempungan. Fragmen
konglomerat terdiri dari bermacam-macam litologi yaitu andesit, batugamping, batusabak,
dan granit. Formasi Brani terendapkan di atas batuan Pre-Tersier secara tidak selaras dan
berhubungan saling menjari dengan Formasi Sangkarewang. Batuan Formasi Brani
diperkirakan berumur Paleosen hingga Eosen. Di dalam Formasi Brani, terdapat Anggota
Selo Formasi Brani dan Anggota Kulampi Formasi Brani. Yang membedakan Anggota Selo
Formasi Brani dengan Formasi Brani adalah batuan konglomeratnya tidak berwarna ungu
kecoklatan. Anggota Kulampi Formasi Brani memiliki karakteristik litologi yang sama dengan
Formasi Brani, hanya saja memiliki struktur perlapisan berselingan dengan batupasir
pemilahan buruk (Koesoemadinata dan Matasak, 1981).
Formasi Sangkarewang tersusun oleh serpih, bersifat karbonatan, dan mengandung
material karbon, pirit, dan mika. Sebagian berlapis dengan perselingan batupasir. Fosil yang
ditemukan berupa fosil polen yang terdiri dari Verrucatosporites dan Monocolpites dengan
jumlah yang melimpah, dan hadirnya Echitriporites trianguliforms dan Ephedripites. Fosil
tersebut mengindikasikan umur Eosen/Pre-Eosen, sehingga batuan Formasi Sangkarewang
diperkirakan berumur Paleosen (Koesoemadinata dan Matasak, 1981). Menurut Silitonga
dan Kastowo (1995) dan Kastowo dkk. (1996), Formasi Sangkarewang (Tos), tersusun oleh
serpih napalan, batupasir arkosa dan breksi andesit.
Menurut Koesoemadinata dan Matasak (1981), Formasi Sawahlunto berumur Eosen dan
terendapkan secara selaras di atas Formasi Brani dan Formasi Sangkarewang. Formasi
tersebut tersusun oleh serpih abu-abu kecoklatan, serpih lanauan, batulanau, batupasir
kuarsa, dan ditandai dengan ditemukannya batubara. Di atas Formasi Sawahlunto,
terendapkan Formasi Sawahtambang (berumur Oligosen) yang tersusun oleh batupasir
yang sebagian besar, setempat terdapat serpih dan batulanau. Pada bagian bawah Formasi
Sawahtambang terdapat Anggota Rasau yang terdiri dari perselingan batupasir konglomerat
dan batulumpur abu-abu, dan tidak mengandung batubara. Sedangkan pada bagian atas
Formasi Sawahtambang terdapat Anggota Poro yang terdiri dari batupasir kuarsa, dengan
selipan serpih abu-abu dan lurik batubara dan batulanau karbonatan (Koesoemadinata dan
Matasak, 1981).
Menurut Koesoemadinata dan Matasak (1981), di atas Formasi Sawahtambang
terendapkan Formasi Ombilin yang terdiri dari serpih karbonan dan karbonatan berwarna
abu-abu gelap, pada bagian bawah terdapat lensa batugamping, sedangkan pada bagian

atas terdapat sisipan batupasir tufaan berselingan dengan batulanau karbonatan yang
mengandung glaukonit dan moluska. Fosil yang ditemukan berupa Globigerinoides
primordius dan Globigerinoides trilobus yang mengindikasikan umur Miosen awal.
3.
Satuan Batuan Gunungapi
Satuan batuan gunungapi berupa Andesit-basalt (Ta), yang terdiri dari aliran lava, breksi,
aglomerat, dan batuan hipabisal. Bahan volkanik tak terpisahkan (Qtau), terdiri dari lahar,
fanglomerat, dan endapan kolovium lainnya. Andesit Gunung Marapi (Qama), terdiri dari
breksi andesit-basalt, bongkah lava, tuf, lapilli, aglomerat, dan endapan lahar (Silitonga dan
Kastowo, 1995 dan Kastowo dkk., 1996). Menurut Koesoemadinata dan Matasak (1981),
satuan batuan vulkanik berupa Formasi Ranau yang berumur Plistosen. Batuan ini
terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Ombilin dan terdiri dari tufa.
4.

Satuan Batuan Intrusi


Disamping satuan batuan gunungapi, terdapat pula satuan batuan intrusi yang berupa granit
dan diorit kuarsa (Silitonga dan Kastowo, 1995 dan Kastowo dkk., 1996). Menurut Katili dan
Kamal (1961), terdapat granit Lassi yang mengintrusi batuan Pra-Tersier, dan diperkiraan
berumur Trias.

5.

Endapan Resen
Merupakan satuan batuan termuda yang berupa endapan alluvium sungai (Qal), yang terdiri
dari lempung, pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah batuan beku (Silitonga dan Kastowo, 1995
dan Kastowo dkk., 1996).

Gambar 3. Kompilasi kolom stratigrafi Koesmoadinata dan Matasak (1981), Koning (1985),
Situmorang, dkk. (1991).
Daftar Pustaka
Atkinson Chris, Butterworth Peter, Carnell Andrew. 2006. The Synrift Petroleum System of
Central Sumatra. Pre-Convention Field Trip of Society Exploration of Geophysics
Symposium; Jakarta.
Barber, A.J., M.J. Crow & J.S. Milsom. 2005, Sumatra: Geology, Resources and Tectonic
Evolution. Geol Soc., London, Mem. 31.
D.T. Aldiss, R. Whandoyo, Sjaefuddin A.G, Kusjono, 1983, The Geology of The Sidikalang
Quadrangle, Sumatra, Geological Research and Development Centre, Bandung.
Hastuti Sulistya Wahyu Marhaendrasworo, Pramumijoyo Subagyo, 1999, Evolusi Tektonik
Cekungan Tarik Pisah Ombilin Sumatra Barat : Analisis Citra Landsat, Prosiding Seminar
Nasional Sumberdaya Geologi, Yogyakarta.

Institut Teknologi Bandung, 1996, A Study on The Brani Conglomerate in The Harau Valley
Payakumbuh West Sumatra, Bandung
Kastowo, Leo, G. W., Gafoer, S., dan Amin, T. C. (1996). Peta Geologi Lembar Padang
Sumatra, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, 0715.
Katili, J., dan Kamal (1961): Laporan Sementara Mengenai Geologi Daerah Ombilin Pesisir
Utara Danau Singkarak, Proceedings ITB, 1, 9.
Koesoemadinata R.P, Matasak Th, 1981, Stratigraphy and Sedimentation Ombilin Basin
Central Sumatra, Proceedings Indonesian Petroleum Association, Jakarta.
McCharty A.J., Jasin B., Haile, N.S., 2001. Middle Jurassic radiolarian chert, Indarung,
Padang District, and implications for the tectonic evolution of Western Sumatra, Indonesia.,
Journal of Asian Earth Sciences 19 (2001) 31-44.
Situmorang, Bona, Yulihanto, Berlian, Guntur Agus, Himawan Romina, Jacob T Gamal,
1991, Structural Development of The Ombilin Basin West Sumatra, Proceedings Indonesia
Petroleum Association, Jakarta.
Yancey,T.E., dan Alif S A, 1977. Upper Mesozoic strata near Padang, West Sumatra, Gel.
Soc. Malaysia, Bull. 8, December 1977, pp 61-74.

Anda mungkin juga menyukai