Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas
Nomor 20 Tahun 2003, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan UU Sisdiknas di atas maka salah salah satu ciri manusia
berkualitas adalah mereka yang memiliki nilai-nilai yang sesuai dengan Pancasila.
Dengan demikian

salah satu ciri kompetensi keluaran pendidikan kita adalah

berakhlak mulia dan bertanggung jawab.


Ilmu pendidikan terdiri dari pendidikan formal dan non formal. Dalam
pendidikan formal didapatkan dari sekolah. Dalam pendidikan disekolah akan
dibimbing oleh guru. Guru adalah pendidik yang memberikan ilmu kepada siswasiswa dalam proses pembelajaran. Guru sangat menentukan keberhasilan proses
pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Surya (2002:7.25) Karena guru memegang
peranan yang amat penting dan strategis dalam proses pembelajaran, maka seorang
guru harus kreatif dalam menemukan hal-hal baru untuk mencapai hasil pembelajaran
yang optimal.
1

2
Jamarah menyatakan (2002:151) bahwa guru merupakan unsur manusiawi
dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada
anak didik tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Jangankan ketiadaan guru, kekurangan guru saja sudah merupakan masalah.
Banyak jenis mata pelajaran disekolah, salah satu mata pelajaran yang
diajarkan disekolah adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Mata
pelajaran ini mengajarkan bagaimanaa mengembangkan kemampuan dan membentuk
sifat-sifat luhur seorang warga negara.
Solihatin (2007:96) mengemukakan bahwa PKn sebagai wahana untuk
mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab, PKn memiliki peranan yang amat penting. Mengingat banyak
permasalahan mengenai pelaksanaan PKn sampai saat ini, maka arah baru PKn perlu
segera dikembangkan dan dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi,
serta model-model pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuannya.
Mata pelajaran PKn umumnya dipandang mudah dan kurang diperhatikan
dalam sistem pendidikan. Padahal melalui pelajaran PKn anak memperoleh
pengetahuan dan mampu menerapkan nilai-nilai luhur termasuk budi pekerti yang
luhur, anak diharapkan mengerti akan hak dan kewajibannya, terampil dan memiliki
kepribadian yang kuat.
Kegiatan belajar merupakan bahagian dari proses pendidikan bagi anak,
dewasa ini semakin mengalami kemunduran. Belajar semakin dianggap sebagai suatu
kegiatan yang membosankan, statis dan stressfull. Pada tiap sekolah, situasinya
tidak jauh berbeda, anak-anak umumnya kurang memiliki hasil belajar dan kurang
termotivasi dalam belajar. Guru mengajar dengan materi yang sama dari tahun ke

3
tahun atau catatan yang sama, banyaknya materi hapalan, gaya mengajar tidak
berubah, standar, formal dan baku.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman di SMP Negeri 2 Dumai
ditemui gejala-gejala atau fenomena yang mencerminkan rendahnya hasil belajar
siswa khususnya pada pelajaran PKn sebagai berikut:
1. Dari 25 orang siswa, hanya berkisar antara 40% - 50% atau sekitar 10 sampai
13 orang siswa yang mampu memperoleh nilai di atas nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal yang ditetapkan sekolah (80), sedangkan sisanya belum
mampu mencapai nilai KKM yang ditetapkan.
2. Kurangnya keingintahuan siswa terhadap pelajaran yang disampaikan oleh
guru di kelas, hal ini diketahui dari 25 orang siswa, hanya berkisar antara 28%
(7) orang siswa yang mau bertanya ataupun mengajukan pendapatnya.
Sedangkan sisanya hanya diam ketika guru menerangkan di depan kelas.
Dari fenomena-fenomena atau gejala-gejala tersebut di atas, terlihat bahwa
menarik perhatian siswa dan terkesan membosankan sehingga hasil belajar anak
terhadap pelajaran PKn cenderung rendah. Mencermati keadaan di atas, guru perlu
menciptakan suatu model pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat belajar
siswa. Salah satu teknik pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif
teknik kancing gemerincing.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lie (2007:65) bahwa
dalam kegiatan kancing gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan
kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan
pemikiran anggota lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi
hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.

4
Oleh sebab itu peneliti tertarik ingin melakukan suatu penelitian tindakan
kelas sebagai upaya dalam melakukan perbaikan terhadap pembelajaran dengan judul
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VIII.2 SMP Negeri 2
Dumai T.A. 2010 / 2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
dirumuskan perumusan masalahnya yaitu: Apakah dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan hasil belajar
PKn siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Dumai?
C. Pemecahan Masalah
Dari gejala-gelaja yang ditemui di kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Dumai yang
mencerminkan rendahnya hasil belajar khususnya pada mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan, maka peneliti tertarik mengadakan penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan kembali hasil belajar siswa. Usaha yang dilakukan peneliti untuk
meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif teknik Kancing Gemerincing.
Lie (2007:65) mengemukakan bahwa dalam kegiatan kancing gemerincing,
masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan
kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain.
Keunggulan lain dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerantaan
kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering
ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaiknya, juga ada anggota

5
yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti
ini, pemerataan tanggung jawab dalam kerja kelompok bisa tidak tercapai karena
anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan.
Dengan demikian model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Dumai khususnya pada
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini untuk menentukan tindakan yang tepat dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat
meningkatkan hasil belajar PKn.
E. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik itu bagi siswa,
bagi guru, bagi sekolah, dan bagi peneliti antara lain:
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 2
Dumai, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Bagi guru, dapat memperkaya perbendaharaan metode mengajar dalam
menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan materi agar suasana kelas tidak
membosankan.
3. Bagi sekolah, dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
kancing gemerincing dapat menaikkan nama sekolah dibandingkan dengan
sekolah lain ditinjau dari tingginya hasil belajar siswa.
4. Bagi peneliti, diharapkan dengan penelitian tindakan kelas ini dapat
memperdalam kemampuan dalam pembuatan penelitian selanjutnya.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis
1. Tinjauan Tentang Pembelajaran Kooperatif
1.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Metode mengajar yang membuat siswa aktif banyak dipakai saat ini. Siswa
yang aktif akan menjadikan suasana kelas yang lebih hidup. Model pembelajaran
kooperatif adalah salah satu cara mengajar yang digunakan. Pembelajaran kooperatif
dapat diartikan belajar secara berkelompok. Namun model pembelajaran koopertif
tidak sama dengan belajar kelompok disusun asal-asalan, dalam model pembelajaran
ini ada beberapa perbedaan yang membuat model pembelajaran kooperatif ini berbeda
dengan belajar kelompok biasa.
Hal ini dikatakan oleh Sanjaya (2007:246) yang menyatakan Pembelajaran
kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat
dilihat dari proses pembelajaran yang lain menekankan proses kerjasama dalam
kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam
pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasaama untuk
penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah yang menjadi cirikhas
pembelajaran kooperatif
Ditambahkan Sanjaya (2007:246) bahwa prosedur pembelajaran kooperatif
pada prinsipnya terdiri atas, yaitu: (1) penjelasan materi,(2) belajar dalam kelompok,
(3) penilaian, dan (4) pengakuan tim. Kunandar (2007:337) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja

7
mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang dirancang agar siswa dapat menyelesaikan
tugasnya secara berkelompok. Pada pembelajaran
kooperatif siswa diberi kesempatan
6
untuk berkerjasama dengan teman yang ada pada kelompoknya masing-masing.
Dengan demikian rasa setia kawan dan ingin maju bersama semakina tertanam pada
setiap diri siswa.
1.2. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Dalam menggunakan model belajar pembelajaran kooperatif di dalam kelas,
ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru.
Stahl dalam Solihatin (2007:7) mengemukakan ada 9 prinsip dasar yang harus
diperhatikan yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

Perumusan tujuan belajar harus jelas,


Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar,
Ketergantungan yang bersifat positif,
Interaksi yang bersifat terbuka,
Tanggung jawab individu,
Kelompok bersifat heterogen,
Interaksi sikap dan prilaku sosial yang positif,
Tindak lanjut (follow up),
Kepuasan dalam belajar.

Jika semua prinsip di atas dilaksanakan maka akan tercapai keberhasilan yang
diinginkan oleh guru. Namun jika dalam pelaksanaan hanya menargetkan salah satu
konsep dasar saja, maka akan menyebabkan efektifitas dan produktifitas model ini
secara akademis terbatas.

8
Slavin dalam Sanjaya (2007:240) mengemukakan ada dua alasan penggunaan
pembelajaran kooperatif untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini
memiliki kelemahan yaitu pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa
penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap
menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua,
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam berfikir,
memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
1.3. Pengertian

Model

Pembelajaran

Kooperatif

Teknik

Kancing

Gemerincing
Teknik kancing gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992).
Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
usia anak didik.
Lie (2007:65) dalam kegiatan kancing gemerincing, masing-masing anggota
kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain. Keunggulan lain dari teknik ini
adalah untuk mengatasi hambatan pemerantaan kesempatan yang sering mewarnai
kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan
dan banyak bicara. Sebaiknya, juga ada anggota yang pasif dan pasrah saja pada
rekannya yang lebih dominan. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab
dalam kerja kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu
menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Teknik kancing gemerincing
memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.

1.4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing


Gemerincing
Lie (2007:66) menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif teknik kancing gemerincing. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Guru bisa menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa
juga benda-benda kecil lainnya, seperti kacang merah, biji kenari, potongan
sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan sebagainya)
b) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing
kelompok mendapatkan dua atau tiga

buah kacing (jumlah kancing

bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan)


c) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus
menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya ditengah-tengah.
d) Jika kancing yang dimiliki siswa sudah habis, dia tidak boleh berbicara lagi
sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
e) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas mereka belum selesai,
kelompok boleh menggambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi
dan menggulangi prosedurnya kembali.
2. Tinjauan Tentang Hasil Belajar
2.1. Pengertian Hasil belajar
Sardiman (2004:38) mengemukakan beberapa prinsip dalam belajar yaitu: 1)
Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka
lihat, dengar, rasakan dan alami, 2) Konstruksi makna adalah proses yang terus
menerus, 3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah
hasil perkembangan, etapi perkembangan itu sendiri. 4) Hasil belajar dipengaruhi oleh
pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya, dan 5) Hasil belajar

10
seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi
yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. Dengan kata lain, kata kunci dari pengetian belajar adalah
perubahan dalam diri individu yang belajar. Perubahan yang dimaksud tentunya
perubahan-perubahan yang dikehendaki oleh pengetian belajar. Karena belajar
merupakan suatu proses usaha, maka di dalamnya terdapat tahapan-tahapan yang
harus dilalui untuk sampai kepada hasil belajar itu sendiri. Proses belajar melibatkan
aktivitas fisik dan mental.
Sehubungan dengan hasil belajar, Syah, Muhibbin (2006:213) menyatakan
bahwa: Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun
demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah
murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat
intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini
adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan
diharapkan dapat menceminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa,
baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.
Dimyati dan Mujiono (2000:3) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal
dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru,

11
suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan peningkatan
kemampuan mental siswa. Hasil belajar tersebut dibedakan menjadi dampak
pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil dapat diukur,
seperti tertuang dalam angka rapor dan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan
dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar.
Sardiman (2004:28) mengemukakan pada intinya tujuan belajar adalah ingin
mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai.
Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan, hasil belajar. Relevan dengan
uraian mengenai tujuan belajar tersebut, hasil belajar itu meliputi: 1) Hal ihwal
keilmuwan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif), 2) Hal ihwal personal,
kepribadian atau sikap (afektif), dan 3) Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau
penampilan (psikomotorik)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya hasil
belajar atau prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seorang siswa setelah
mengikuti pembelajaran atau tes yang dilaksanakan oleh guru di kelas. Sehubungan
dengan penelitian ini maka hasil belajar yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh
siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran dengan teknik
kancing gemerincing. .
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa belajar merupakan segenap
rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau
kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya, maka bila dikaji faktor-faktor

12
yang mempengaruhi proses belajar secara garis besar akan dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri dan faktor luar
diri individu yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan beberapa
pendapat para ahli mengenai keadaan tersebut.
Slameto

(2003:54-60)

mengemukakan

bahwa

faktor-faktor

mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan

yang

menjadi dua

golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
ada dalam diri individu yang sedang belajar. Yang termasuk dalam faktor intern
seperti, faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor
ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi tiga
faktor yaitu, faktor keluarga, faktor sekolah (organisasi) dan faktor masyarakat.
Hal senada juga dikemukakan oleh Surya (2001:11-20) bahwa faktor-faktor
yang yang mempengaruhi proses belajar dapat berada dalam diri siswa itu sendiri
(faktor internal), dan dapat pula berada diluar dirinya (faktor eksternal). Faktor-faktor
internal atau dalam diri seperti, siswa kurang memiliki kemampuan dasar yang
diperlukan untuk pembelajaran, kurangnya bakat khusus untuk situasi pembelajaran
tertentu, kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar, situasi pribadi yang
menetap maupun yang sementara seperti gangguan emosional, pertentangan dalam
diri dan lain-lain. Faktor-faktor fisik seperti cacat tubuh, gangguan kesehatan,
penglihatan, pendengaran dan sebagainya.
Sedangkan faktor-faktor yang ada diluar diri siswa (faktor eksternal) yang
dikemukakan oleh Surya (2001:11-20) sekolah, rumah, ataupun masyarakat. Faktor
lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi pembelajaran seperti cara
mengajar, sikap guru, kurikulum, alat bantu mengajar, ruang kelas dan sebagainya,

13
suasana dalam keluarga yang kurang mendukung kegiatan belajar seperti, kegaduhan
di rumah, kurang perhatian dari orang tua, peralatan belajar dan sebagainya dan situasi
lingkungan yang kurang mendukung seperti pengaruh pergaulan, film, TV, bacaan,
dan sebagainya.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, jelaslah bahwa faktor yang mempengaruhi
dalam arti menghambat atau mendukung proses belajar, secara garis besar dapat
dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor intern (dari dalam diri subjek belajar)
dan faktor ekstern (dari luar diri subjek belajar).
3. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan
Fajar

(2004:141)

menyatakan

bahwa

mata

pelajaran

pendidikan

kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada


pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang 1945.
Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan agar kita memiliki wawasan
kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan
perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila, nilai-nilai
keagamaan dan nilai-nilai perjuangan bangsa.Sumarsono (2005:3)
Berdasarkan

penjelasan tersebut jelaslah bahwa mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan merupakan pendidikan yang bertujuan membentuk peserta didik


menjadi manusia yang bertanggung jawab. Selain itu pendidikan kewarganegaraan
juga menanamkan nilai-nilai luhur dan kecintaan terhadap bangsa serta rasa toleransi
dan saling menghargai antar manusia.

14
B. Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing
Dengan Peningkatan Hasil belajar Siswa
Dari gejala-gelaja yang ditemui menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa,
maka peneltiti tertarik mengadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kembali motivasi belajar siswa. Usaha yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan
hasil belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik
kancing gemerincing. model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing
dilaksanakan dengan tujuan setiap siswa dapat memberikan kontribusinya dan
mendengarkan pendapat dari kelompok lain. Dengan demikian setiap siswa dapat
terlibat aktif dalam menyelesaikan sebuah masalah dalam materi ajar. Karena setiap
siswa mendapat kesempatan yang sama akan sebuah masalah materi maka siswa akan
bersemangat tanpa harus minder dengan siswa yang lebih pintar. Dengan demikian
peneliti meyakini dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing akan dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VIII.2 SMP
Negeri 2 Dumai.

15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Dumai
Tahun Pelajaran 2010/ 2011

semester genap. Penelitian ini dimulai dari bulan

Februari sampai Maret 2011 hingga selesai.


B.

Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Arikunto (2006)
menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan
di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.
Tindakan kelas yang diberikan pada penelitian ini adalah penerapan pembelajaran
kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dalam rangka meningkatkan hasil belajar
PKn siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, tiap siklus dilakukan dalam dua
kali pertemuan, daur siklus penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Arikunto (2006)
adalah sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan
Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1 : Desain PTK Wardhani, (2006)

16
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua
siklus (siklus I dan Siklus II) dan masing-masing siklus terdiri dari 2 (dua) kali
pertemuan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan dengan melalui alur tahapan PTK
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing adalah
sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan
tindakan. Adapun yang akan dipersiapkan yaitu:
Persiapan untuk melakukan tindakan yang akan digelar pada sikus I adalah:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus
dan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing.
b. Mempersiapkan sarana pendukung yang diperlukan saat pelaksanaan
pengajaran
c. Menyiapkan format pengamatan atau lembar observasi terhadap aktivitas
yang dilakukan guru dan aktivitas yang dilakukan siswa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan RPP yang telah disusun
sebelumnya. Pada kegiatan pendahuluan ada beberapa hal yang peneliti lakukan yaitu:
a. Pendahuluan atau kegiatan awal
1) Melakukan apersepsi dengan mengaitkan pelajaran yang lalu dengan
pelajaran yang akan dipelajari.
2) Menyiapkan sarana pendukung berupa kancing-kancing untuk medukung
jalannya proses pembelajaran.

17
b. Kegiatan inti
1) Menjelaskan materi yang akan dipelajari
2) Membagi siswa

menjadi 5 kelompok dimana setiap kelompok

beranggotakan 5 siswa yang heterogen.


3) Membagikan kancing kepada setiap siswa dalam kelompok dimana setiap
siswa mendapatkan 3 kancing.
4) Memberikan tugas dan masing-masing kolompok mengerjakannya.
5) Mengawasi kerja kelompok mereka agar tidak melenceng dari aturan
penerapan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing.
6) Setelah selesai kerja kelompok, guru meminta kelompok tersebut untuk
menyampaikan hasil kerja kelompok mereka.
7) Meminta siswa lain untuk menanggapi hasil kerja kelompok yang
dibacakan.
c. Kegiatan akhir
1) Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
2) Menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dilaksanakan dalam
pembelajaran.
3. Observasi
Pengamatan atau obsevasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan oleh
guru kelas VIII.2 yang telah bersedia menjadi observer dalam penelitian ini dengan
menggunakan format pengamatan yang telah disediakan. Aspek-aspek yang diamati
antara lain: Aktivitas guru dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan
Aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa.

18
4. Refleksi
Setelah perbaikan pembelajaran dilaksanakan guru dan observer melakukan
diskusi dan menganalisa hasil dari proses pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga
diketahui keberhasilan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Hasil dari analisa data tersebut dijadikan sebagai landasan untuk siklus
berikutnya, sehingga antara siklus I dan siklus berikutnya ada kesinambungan dan
diharapkan kelemahan pada siklus yang pertama sebagai dasar perbaikan pada siklus
yang berikutnya.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Dumai yang
berjumlah 25 orang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki

dan 15 orang siswa

perempuan.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Data dalam penelitian ini yaitu data data tentang aktivitas siswa dan aktivitas
guru dalam pembelajaran yang diperoleh melalui lembar observasi.
2. Data tentang hasil belajar siswa setelah pembelajaran yang diperoleh melalui tes
hasil belajar.
E. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh melalui lembar observasi dan tes hasil belajar PKn siswa
kemudian dianalisis. Analisis yang digunakan analisis deskriptif. Analisis statistik
deskriptif bertujuan menggambarkan data tentang aktifitas siswa dan guru selama
proses pembelajaran dan data ketercapaian kompetensi siswa.

19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan PTK


Penelitian dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 2 Dumai. Penelitian ini
dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing. Adapun penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan
tujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn. Melalui penelitian ini diperoleh
beberapa hasil berupa data. Adapun data tersebut terdiri atas 1) hasil observasi
aktivitas guru, 2) hasil observasi aktivitas siswa, dan 3) hasil belajar siswa. Kemudian
yang menjadi pengamat dalam penelitian ini adalah guru di SMP Negeri 2 Dumai.
Setelah semua data hasil observasi terkumpul, maka data-data tersebut diuraikan
sebagai berikut.
B. Hasil Penelitian
1. Siklus I
a.

Perencanaan
Kegiatan perencanaan diawal siklus tindakan dilakukan untuk mempersiapkan

segala sesuatu yang diperlukan dan hal apa yang harus dilakukan pada kegiatan
pelaksanaan. Perencanaan pertama adalah menetapkan jadwal pelaksanaan penelitian,
yaitu pada tanggal 25 Februari 2011, dan pertemuan kedua tanggal 27 Februari 2011.
Perencanaan berikutnya adalah mempersiapkan silabus sesuai materi, menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus, meminta kesediaan 1
orang teman sejawat untuk mengamati aktivitas guru, dan aktivitas siswa, kemudian

20
mempersiapkan lembaran observasi, lembaran tes untuk akhir siklus, dan terakhir
mempersiapkan

buku

atau

peralatan

yang

dibutuhkan

dalam

pelaksanaan

pembelajaran.
b.

Pelaksanaan
Kegiatan awal pembelajaran diawali dengan melakukan apersepsi dengan

mengaitkan pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang akan dipelajari. Kemudian guru
mempersiapkan sarana pendukung berupa kancing-kancing untuk medukung jalannya
proses pembelajaran.

19

Kegiatan pembelajaran dengan kegiatan inti yang berlangsung selama 50 menit.


Kegiatan ini diawali dengan menjelaskan materi yang akan dipelajari, memberi
membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dan membagikan kancing kepada setiap
siswa dalam kelompok dimana setiap siswa mendapatkan 3 kancing.
Kemudian pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan tugas dan masingmasing kolompok mengerjakannya. Setelah itu guru mengawasi kerja kelompok
mereka agar tidak melenceng dari aturan penerapan model pembelajaran kooperatif
kancing gemerincing.
Setelah selesai kerja kelompok, guru meminta kelompok tersebut untuk
menyampaikan hasil kerja kelompok mereka, dan meminta siswa lain untuk
menanggapi hasil kerja kelompok yang dibacakan. Kegiatan pembelajaran kooperatif
teknik kancing gemirincing diakhiri dengan mengambil kesimpulan. Kegiatan
pembelajaran ditutup dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
setelah itu guru menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dilaksanakan.

21
c.

Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengamati aktivitas guru

dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dengan pembelajaran kooperatif


teknik kancing gemerincing. Hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa yang diolah
adalah rekapitulasi dari lembaran hasil pengamatan. Adapun bentuk rekapitulasi dan
penjelasan mengenai hasil pengamatan aktivitas guru pada siklus pertama diuraikan
sebagai berikut.
1) Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1
Pada pertemuan pertama siklus pertama, aktivitas guru masih banyak
memperoleh penilaian kurang sempurna. Sebagai metode yang baru, guru belum
mampu melaksanakan tiap aktivitas dengan sempurna, namun secara keseluruhan
diperoleh rata-rata skor sempurna. Berikut hasil rekapitulasi aktivitas guru siklus I
pertemuan 1.
Tabel 4. 1. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1

Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011

22
Setelah dipelajari, terdapat beberapa kendala dalam pembelajaran. Sehingga
masih terdapat 3 aktivitas guru dengan penilaian kurang sempurna. Adapun kendalakendala tersebut adalah:
1. Guru masih belum berpengalaman dengan motode kooperatif teknik kancing
gemerincing
2. Pengawasan dan perintah yang diberikan guru kurang efesien, hal ini terlihat dari
kelemahan pembelajaran:
a) Mengawasi kerja kelompok mereka agar tidak melenceng dari aturan
penerapan model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing.
b) Setelah selesai kerja kelompok, guru meminta kelompok tersebut untuk
menyampaikan hasil kerja kelompok mereka.
c) Meminta siswa lain untuk menanggapi hasil kerja kelompok yang dibacakan.
Kendala-kendala di atas diatasi dengan:
1. Sebaiknya sebelum pelaksanaan pembelajaran siklus pertama pertemuan kedua,
guru mempelajari langkah-langkah pembelajaran dengan memikirkan apa kendala
yang dihadapi nantinya, dan apa yang harus dilakukan
2. Dalam mengawasi kelompok, sebaiknya guru juga meminta bantuan teman
sejawat sebagai observer
3. Dalam memberikan perintah, sebaiknya guru juga membimbing siswa tentang apa
yang diperintahkan.
2) Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2
Melalui perbaikan kendala pada pertemuan pertama di pertemuan kedua,
aktivitas guru meningkat. Namin aktivitas meminta siswa lain untuk menanggapi hasil

23
kerja kelompok yang dibacakan masih berkategori sedang seperti terlihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4. 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2

Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011


Secara keseluruhan, hasil pengamatan terhadap aktivitas guru siklus pertama
pertemuan kedua diperoleh jumlah skor 30 atau dengan kategori sempurna. Hal ini
lebih baik dibandingkan siklus pertama pertemuan pertama yang hanya mencapai
jumlah skor 29.
3) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1
Aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dipengaruhi oleh aktivitas
guru. Diketahui dari 8 aktivitas yang diamati, aktivitas siswa hanya mencapai kategori
rendah. Adapun hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 adalah
sebagai berikut.

24
Tabel 4. 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011


Rendahnya aktivitas siswa terlihat dari peroleh jumlah skor aktivtas sebesar 99.
Berdasarkan analisis data, skor 99 berada di interval skor 51-100 atau dengan kategori
rendah. Kemudian setelah mempelajari kelemahan pembelajaran sebelumnya, maka
perbaikan hanya difokuskan pada aktivitas guru. Karena aktivitas guru dapat
mempengaruhi aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Sehingga
asumsinya adalah jika aktivitas guru baik, maka aktivitas siswa juga akan baik.
4) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2
Asumsi penulis terbukti dari hasil pengamatan aktivitas siswa siklus pertama
pertemuan kedua, dimana aktivitas siswa lebih baik dengan peningkatan pada tiap
indikator aktivitas sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

25

Tabel 4. 4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011


Berdasarkan tabel 4.4, diketahui jumlah skor 121 atau dengan kategori tinggi,
dan rata-rata 60,5% siswa atau 15 siswa melakukan aktivitas sesuai dengan langkahlangkah pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing. Kemudian dari tabel
juga diketahu terdapat aktivitas yang memperoleh persentase 48,0% atau hanya ada 12
siswa dari 25 orang siswa.
5) Hasil Belajar Siswa Siklus
Berdasarkan hasil belajar PKn siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dumai, diketahui
dari 25 siswa hanya 2 orang yang memperoleh nilai sangat tinggi atau dengan rentang
skor > 85, 10 orang yang memperoleh nilai tinggi atau dengan rentang skor 71 85,

26
sedangkan 13 siswa lainnya hanya mencapai nilai sedang. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 5. Hasil Belajar PKn Siklus I
Klasifikasi
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Jumlah

Standar
> 85
71 - 85
56 - 70
41 - 55

Frek
2
10
13
0
25

%
8.0
40.0
52.0
0.0
100

% Kumulatif
8.0
48.0
100.0
100.0

% Kumul
100.0
92.0
52.0
0.0

Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011


Karena ketuntasan yang ditetapkan minimal siswa memperoleh nilai 80, maka
tidak diketahui dari tabel di atas berapa siswa yang tuntas memperoleh nilai minimal
80, kecuali siswa yang memperoleh nilai tinggi. Berdasarkan tabel hasil belajar siswa
siklus I diketahui 11 siswa yang tuntas. Sehingga ketuntasan diperoleh pada 44,0%
siswa. Persentase ini belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, yakni
minimal 80% dari jumlah siswa memperoleh nilai minimal 80.
d.

Refleksi
Melalui hasil pembahasan penelitian sebelumnya, diketahui hasil rata-rata dari

pertemuan 1 ke pertemuan 2 siklus I, serta beberapa kelemahan pembelajaran sebagai


berikut:
a.

Rata-rata aktivitas guru siklus I tercapai pada jumlah skor 30 atau


dengan kategori sempurna. Berikut rata-rata aktivitas guru siklus I.

27

Tabel 4. 6. Rata-rata Aktivitas Guru Siklus I

Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011


5 aktivitas guru di atas memperoleh rata-rata skor penilaian 4 atau sempurna. 1
penilaian dengan rata-rata skor penilaian 3,5. Hal ini diakibatkan perolehan skor 2
pada pertemuan pertama siklus pertama, namun pada pertemuan kedua sudah
memperoleh skor 4.
b.

Sedangkan rata-rata aktivitas siswa untuk siklus I dapat dilihat


dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 4. 7. Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I

28

Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2012


Rata-rata jumlah skor aktivitas siswa untuk siklus pertama adalah 110 atau
dengan kategori tinggi. Jika dilihat dari 25 siswa, ada 14 siswa yang mengikuti
langkah-langkah pembelajaran dengan benar. Dari tabel juga diketahui 2 aktivitas
dengan persentase 48,0%, dan 1 aktivitas dengan 42,0%. Adapun aktivitas-aktivitas
tersebut adalah:
1) Siswa menyampaikan hasil kerja kelompok mereka,
2) Siswa memberi tanggapan atas kerja kolompok yang dibacakan didepan kelas.
c.

Rata-rata hasil belajar siklus I diketahui dari ketuntasan yang


diperoleh siswa yaitu 11 siswa yang tuntas. Sehingga ketuntasan diperoleh pada
44,0% siswa. Persentase ini belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan,
yakni minimal 80% dari jumlah siswa memperoleh nilai minimal 80. Oleh karena
itu harus dilakukan siklus kedua.
Berdasarkan beberapa kelemahan pembelajaran di atas, maka perbaikannya

adalah:

29
1) Membimbing siswa saat meminta mereka menanggapi hasil kerja kelompok
yang dibacakan
2) Siswa diwajibkan mengikuti seluruh langkah-langkah pembelajaran dengan
tertib sesuai bimbingan dan arahan yang diberikan guru.

2. Siklus II
a.

Perencanaan
Perencanaan siklus kedua untuk pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal

01 Maret 2011, dan pertemuan kedua tanggal 03 Maret 2011. Sebelum model model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing diterapkan, terlebih dahulu
peneliti menyiapkan beberapa langkah persiapan antara lain: 1) mempersiapkan
lembaran aktivitas guru, dan aktivitas siswa, 2) mempersiapkan lembaran tes hasil
belajar, dan 3) menerapkan hasil refleksi dari siklus pertama pada siklus kedua.
b.

Pelaksanaan
Sebagaimana siklus pertama, pada siklus kedua ini kegiatan pembelajaran juga

diawali dengan melakukan apersepsi dengan mengaitkan pelajaran yang lalu dengan
pelajaran yang akan dipelajari. Kemudian guru mempersiapkan sarana pendukung
berupa kancing-kancing untuk medukung jalannya proses pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dengan kegiatan inti yang berlangsung selama 50 menit.
Kegiatan ini diawali dengan menjelaskan materi yang akan dipelajari, memberi
membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dan membagikan kancing kepada setiap
siswa dalam kelompok dimana setiap siswa mendapatkan 3 kancing. Kemudian
pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan tugas dan masing-masing kolompok
mengerjakannya. Setelah itu guru mengawasi kerja kelompok mereka agar tidak

30
melenceng

dari

aturan

penerapan

model

pembelajaran

kooperatif

kancing

gemerincing.
Setelah selesai kerja kelompok, guru meminta kelompok tersebut untuk
menyampaikan hasil kerja kelompok mereka, dan meminta siswa lain untuk
menanggapi hasil kerja kelompok yang dibacakan. Dalam hal ini guru membimbing
siswa saat meminta mereka menanggapi hasil kerja kelompok yang dibacakan.
Kegiatan pembelajaran kooperatif teknik kancing gemirincing diakhir dengan
mengambil kesimpulan. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, setelah itu guru menyimpulkan materi
pelajaran yang sudah dilaksanakan.
c.
1)

Pengamatan
Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1
Perbaikan yang diterapkan pada siklus kedua dapat memperbaiki aktivitas guru

dengan kategori penilaian sempurna. Hasil ini diketahui dari hasil observasi
pengamatan aktivitas guru siklus II pertemuan 1 berikut.
Tabel 4. 8. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1
No
Aktivitas
1 Menjelaskan materi yang akan dipelajari
2 Memberi membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
3 Membagikan kancing kepada setiap siswa dalam kelompok
dimana setiap siswa mendapatkan 3 kancing.
4 Memberikan
tugas
dan
masing-masing
kolompok
mengerjakannya.
5 Mengawasi kerja kelompok mereka agar tidak melenceng dari
aturan penerapan model pembelajaran kooperatif kancing
gemerincing.
6 Setelah selesai kerja kelompok, guru meminta kelompok tersebut
untuk menyampaikan hasil kerja kelompok mereka.
7 Meminta siswa lain untuk menanggapi hasil kerja kelompok yang
dibacakan.
8 Mengambil kesimpulan

Skor
4
4
4
4
4
4
4
4

31
Jumlah
Kategori
Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011

32
Sempurna

Kedelapan aktivitas pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat


dilaksanakan guru dengan penilaian sempurna seluruhnya, sehingga diperoleh jumlah
skor 32 atau dengan kategori sempurna.
2)

Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2


Aktivitas guru untuk pertemuan kedua siklus kedua tercapai pada jumlah skor

34 atau dengan kategori sempurna. Berikut hasil pengamatan aktivitas guru siklus
kedua pertemuan kedua.

Tabel 4. 9. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2


No
Aktivitas
1 Menjelaskan materi yang akan dipelajari
2 Memberi membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
3 Membagikan kancing kepada setiap siswa dalam kelompok
dimana setiap siswa mendapatkan 3 kancing.
4 Memberikan
tugas
dan
masing-masing
kolompok
mengerjakannya.
5 Mengawasi kerja kelompok mereka agar tidak melenceng dari
aturan penerapan model pembelajaran kooperatif kancing
gemerincing.
6 Setelah selesai kerja kelompok, guru meminta kelompok
tersebut untuk menyampaikan hasil kerja kelompok mereka.
7 Meminta siswa lain untuk menanggapi hasil kerja kelompok
yang dibacakan.
8 Mengambil kesimpulan
Jumlah
Kategori
Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011

Skor
5
4
5
4
4
4
4
4
34
Sempurna

Diketahui dari kedelapan aktivitas yang diamati, terdapat 2 aktivitas dengan


penilaian sangat sempurna, dan 6 aktivitas dengan kategori sempurna atau skor 4.
Peningkatan aktivitas guru membuktikan perbaikan pembelajaran berhasil diterapkan,

32
dan semakin sering guru menerapkan pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing ini, maka hasil yang diperoleh juga semakin baik. Meningkatnya
aktivitas guru pada siklus kedua pertemuan pertama dan pertemuan kedua berdampak
positif terhadap aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran siklus kedua,
untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut.
3)

Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1


Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa siklus kedua pertemuan pertama

adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 10. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1


No
1
2
3

Aktivitas yang Diamati

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru dengan serius.


Siswa membentuk kelompok dengan cepat dan benar.
Siswa tertib dalam menerima kancing yang diberikan
guru.
4 Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dengan
serius.
5 siswa berperan aktif dalam kerja kelompok dan mengikuti
aturan model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing.
6 Siswa menyampaikan hasil kerja kelompok mereka.
7 Siswa memberi tanggapan atas kerja kolompok yang
dibacakan didepan kelas.
8 Siswa mencatat kesimpulan
Jumlah
Rata-rata
Kategori
Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011

Jumlah
19
21

%
76.0
84.0

18

72.0

19

76.0

20
18

80.0
72.0

17
68.0
19
76.0
151
604.0
19
75.5
Sangat Tinggi

Tabel di atas menunjukkan peningkatan aktivitas siswa dari siklus sebelumnya,


dimana pada siklus pertama pertemuan kedua hanya tercapai jumlah skor aktivitas
121, dan pada siklus kedua pertemuan kedua adalah 151 atau dengan kategori sangat

33
tinggi. Ini membuktikan bahwa peningkatan aktivitas guru diikuti oleh peningkatan
aktivitas.
4)

Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2


Peningkatan aktivitas siswa pada siklus kedua pertemuan kedua tercapai pada

jumlah skor aktivitas sebesar 171 atau dengan kategori sangat tinggi. Adapun hasil
pengamatan aktivitas guru pertemuan kedua siklus kedua adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 11. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2


No
1
2
3
4

Aktivitas yang Diamati

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru dengan serius.


Siswa membentuk kelompok dengan cepat dan benar.
Siswa tertib dalam menerima kancing yang diberikan guru.
Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dengan
serius.
5 siswa berperan aktif dalam kerja kelompok dan mengikuti
aturan model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing.
6 Siswa menyampaikan hasil kerja kelompok mereka.
7 Siswa memberi tanggapan atas kerja kolompok yang
dibacakan didepan kelas.
8 Siswa mencatat kesimpulan
Jumlah
Rata-rata
Kategori
Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011

Jumlah
20
22
21

%
80.0
88.0
84.0

22

88.0

21
22

84.0
88.0

21
84.0
22
88.0
171
684.0
21
85.5
Sangat Tinggi

Aktivitas siswa pada siklus kedua pertemuan kedua dibandingkan pertemuan


pertama untuk tiap indikator aktivitasnya mengalami peningaktan sebagai berikut:

34
1.

Siswa mendengarkan penjelasan dari guru dengan serius, pada siklus kedua
pertemuan pertama diperoleh rata-rata 76%, dan pada siklus kedua pertemuan
kedua meningkat dengan rata-rata 80%

2.

Siswa membentuk kelompok dengan cepat dan benar, pada siklus kedua
pertemuan pertama diperoleh rata-rata 84%, dan pada siklus kedua pertemuan
kedua meningkat dengan rata-rata 88%

3.

Siswa tertib dalam menerima kancing yang diberikan guru, pada siklus
kedua pertemuan pertama diperoleh rata-rata 72%, dan pada siklus kedua
pertemuan kedua meningkat dengan rata-rata 84%

4.

Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dengan serius, pada
siklus kedua pertemuan pertama diperoleh rata-rata 76%, dan pada siklus kedua
pertemuan kedua meningkat dengan rata-rata 88%

5.

siswa berperan aktif dalam kerja kelompok dan mengikuti aturan model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing, pada siklus kedua
pertemuan pertama diperoleh rata-rata 80%, dan pada siklus kedua pertemuan
kedua meningkat dengan rata-rata 84%

6.

Siswa menyampaikan hasil kerja kelompok mereka, pada siklus kedua


pertemuan pertama diperoleh rata-rata 72%, dan pada siklus kedua pertemuan
kedua meningkat dengan rata-rata 88%

7.

Siswa memberi tanggapan atas kerja kolompok yang dibacakan didepan


kelas, pada siklus kedua pertemuan pertama diperoleh rata-rata 68%, dan pada
siklus kedua pertemuan kedua meningkat dengan rata-rata 84%

35
8.

Siswa mencatat kesimpulan, pada siklus kedua pertemuan pertama


diperoleh rata-rata 76%, dan pada siklus kedua pertemuan kedua meningkat
dengan rata-rata 88%.

5)

Hasil Belajar Siswa Siklus II


Hasil belajar siswa siklus kedua setelah dikumpulkan seluruhnya, diperoleh

rekapitulasinya seperti tabel di bawah ini.


Tabel 4. 12. Hasil Belajar Siklus II

Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011


Berdasarkan hasil belajar PKn siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dumai pada
siklus kedua, diketahui dari 25 siswa terdapat 11 orang yang memperoleh nilai sangat
tinggi, 12 siswa memperoleh nilai tinggi, dan 2 siswa memperoleh nilai sedang,
sedangkan ketuntasan klasikal adalah 92,0% (23/25 x 100% = 92,0%). Jika dilihat dari
persentase ketuntasan, maka penelitian dikatakan berhasil, karena telah melebihi 85%
siswa memperoleh nilai minimal 80, dan penelitian tidak perlu dilanjutkan pada siklus
ketiga.
d.

Refleksi
Hasil refleksi untuk siklus kedua diketahui dari rata-rata hasil pengamatan

aktivitas guru, siswa, dan hasil belajar dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua
siklus kedua, untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
1)

Rata-rata hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dari pertemuan


pertama dan pertemuan kedua adalah:

36
Tabel 4. 13. Rata-rata Aktivitas Guru Siklus II

Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011


Diketahui rata-rata guru mampu menerapkan pembelajaran kooperatif teknik
kancing gemerincing dengan sempurna, karena jumlah skor 33 berada di interval skor
28 35 atau dengan kategori sempurna.
2)

Rata-rata hasil pengamatan aktivitas siswa untuk siklus kedua


adalah sebagai berikut.

Tabel 4. 14. Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus II

37

Sumber: Data Hasil Olahan Observasi, 2011


Aktivitas siswa secara keseluruhan pada siklus kedua dikategorikan sangat
tinggi atau dengan skor 161, dimana 80,5% siswa mengikuti aktivitas pembelajaran
kooperatif teknik kancing gemerincing dengan benar.
3)

Keberhasilan penelitian diketahui dari hasil belajar siswa pada


siklus kedua, dimana dari 25 siswa terdapat 23 siswa yang mencapai nilai
minimal 80. Sehingga indikator kinerja tercapai pada 92,0% siswa, dan penelitian
dikatakan berhasil.

C. Pembahasan
Aktivitas guru dan siswa pada siklus pertama pertemuan pertama dan pertemuan
kedua masih terdapat beberapa kelemahan. Namun kelemahan ini dapat diperbaiki
dengan beberapa perbaikan, di antaranya: 1) sebaiknya sebelum pelaksanaan

38
pembelajaran siklus pertama pertemuan kedua, guru mempelajari langkah-langkah
pembelajaran dengan memikirkan apa kendala yang dihadapi nantinya, dan apa yang
harus dilakukan, 2) dalam mengawasi kelompok, sebaiknya guru juga meminta
bantuan teman sejawat sebagai observer, 3) dalam memberikan perintah, sebaiknya
guru juga membimbing siswa tentang apa yang diperintahkan, 4) membimbing siswa
saat meminta mereka menanggapi hasil kerja kelompok yang dibacakan, dan 5) siswa
diwajibkan mengikuti seluruh langkah-langkah pembelajaran dengan tertib sesuai
bimbingan dan arahan yang diberikan guru.
Perbaikan pembelajaran yang diterapkan mampu memperbaiki kelemahan
pembelajaran pada siklus I, karena guru sudah memahami pelaksanaan langkahlangkah pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dengan benar, hal ini
diketahui dari hasil observasi siklus kedua. Kemudian dalam mengawasi siswa,
memberinkan perintah juga berjalan dengan lancar dengan tertib, sehingga materi ajar
dapat disampaikan dengan baik.
Peningkatan aktivitas siswa pada siklus kedua berpengaruh positif terhadap hasil
belajar mereka, untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel rekapitulasi berikut ini.

Tabel 4. 15. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II


Pembelajaran
Klasifikasi
Standar
Sangat tinggi
> 85
Tinggi
71 85
Sedang
56 70
Rendah
41 55
Rata-rata

Siklus I
Frek %
% Kumulatif
2
8.0
8
10 40.0
48.0
13 52.0
100.0
0
0.0
100
71.6

Sumber : Data Olahan Penelitian, Tahun 2011.

Frek
11
12
2
0

Siklus II
%
% Kumulatif
44.0
44.0
48.0
92.0
8.0
100.0
0.0
100
83.3

39
Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II juga dapat dilihat dalam
bentuk gambar berikut ini.
60.0
52.0
48.0

50.0
44.0
40.0

40.0
Siklus I

30.0

Siklus II

20.0
10.0

8.0

8.0

0.0

0.0 0.0

Gambar 4.1. Histogram Hasil belajar Siklus I dan II


Gambar 4.1 menunjukkan pada siklus I terdapat 2 siswa yang memperoleh
penilaian sangat tinggi, 40,0% siswa memperoleh nilai tinggi, dan selebihnya 52,0%
siswa memperoleh nilai sedang atau nilai 56 70. Pada siklus kedua, terdapat 11
siswa yang memperoleh penilaian sangat tinggi, 48,0% siswa memperoleh nilai tinggi,
dan 8,0% siswa memperoleh nilai sedang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII.2 SMP Negeri 2 Dumai.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
teknik kancing gemerincing dengan peningkatan hasil belajar PKn sebagai berikut:

40
90

83.3

80
71.6
70
60
50
40
30

Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing


30

Hasil Belajar PKn


33

20
10
0
Siklus I

Gambar 4. 2.

Siklus II

Perbandingan Penerapan Model Model Pembelajaran Kooperatif


Teknik Kancing Gemerincing dan Hasil Belajar PKn

Peningkatan aktivitas penerapan model pembelajaran kooperatif teknik


kancing gemerincing diikuti oleh peningkatan hasil belajar siswa. Artinya, jika
penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing diterapkan
dengan sempurna, maka dapat meningkatan hasil belajar PKn kelas VIII.2 SMP
Negeri 2 Dumai.

41
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan hasil belajar
PKn siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Dumai. Pernyataan ini diketahui dari hasil belajar
siswa dari data awal, siklus I, dan siklus II. Dari data awal, hanya 7 orang yang tuntas
mencapai nilai minimal 80, pada siklus I atau setelah diterapkannya model
pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing, terdapat 11 siswa yang tuntas,
sedangkan pada siklus kedua dicapai ketuntasan 92,0% atau 23 siswa. Sehingga
indikator kinerja 85% siswa memperoleh nilai minimal 80 telah tercapai, dan
penelitian dikatakan berhasil.
B. Saran
Melalui simpulan tentang model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing, maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1) Hasil belajar PKn siswa dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran
kooperatif teknik kancing gemerincing.
2) Sebaiknya guru lebih sering menerapkan model pembelajaran kooperatif
teknik kancing gemerincing, agar hasil yang diperoleh semakin baik.
3) Untuk kepala sekolah dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif teknik
kancing gemerincing sebagai alternatif untuk perbaikan pembelajaran
4) Sarana dan prasarana sekolah dapat ditingkatkan, sehingga pelaksanaan model
pembelajaran

kooperatif

teknik

kancing

sebagaimana mestinya
40

gemerincing

dapat

berjalan

42
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie, 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.
Angkowo dan Kosasih. 2007.Optimalisasi Media Pembelajaran.Jakarta: Grasindo.
Arnie Fajar. 2004. Portofolio Pembelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosda Karya
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Elida Prayitno.1989. Motivasi dalam belajar. Jakarta: P2LPTK.
Etin Solihatin. 2007. Cooperatif Learning Analisis Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi
Aksara.
Gimin, Dkk. 2006. Instrumen dan Pelaporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas.
Pekanbaru: Makalah Pelatihan
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi aksara
Malayu S.P. Hasibuan. 2003. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara
Moekijat. 2002. Dasar-Dasar Motivasi. Bandung: Pioner jaya.
Muhibbin Syah. 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja rosda karya
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana
Sardiman.2004. Interaksi dan Hasil belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali pers
Siswanto, Sastrohadiwiryo. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Pendekatan
Administrasi dan Operasional. Jakarta: Bumi aksara
Slavin, Robert E, 2008. Cooperative learning Theori Reseach and Practice. Allyn and
Bacod Boston
Sumarsono. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Surya. 2001. Kapita Selekta Kependidikan SD. Jakarta. UT

43

Anda mungkin juga menyukai