Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS


MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE
(IOC) SISWA KELAS IX.7 SMP NEGERI 1 DUMAI
TAHUN AJARAN 2011 /2012.

OLEH :
Dra. Harlinda
19651212 199103 2
005
Pendidikan adalah sebuah upaya yang cermat, sistematis, berkesinambungan
untuk melahirkan, menularkanPENDAHULUAN
dan memperoleh pengetahuan, nilai nilai,
keterampilan dan perasaan perasaan dalam setiap kegiatan belajar yang
dihasilkan dari kegiatan tersebut baik langsung maupun tidak langsung, baik
disengaja maupun tidak disengaja (Masdudi dan Nasehudin,2009:2).
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah satu mata pelajaran yang harus dihadapi
siswa di sekolah Menengah Pertama. Dalam pembelajaran IPS, siswa dituntut
untuk banyak membaca, menyimak, dan menghapal. Jadi, IPS menjadi salah satu
mata pelajaran yang disukai siswa karena tidak ada hitung-hitungan. Namun, hal
tersebut tidak sesuai dengan hasil belajar yang siswa dapat. Hasil belajar yang
diharapkan setiap sekolah adalah hasil belajarnya optimal dan mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Ketuntasan dapat dilihat dari skor hasil belajar yang
diperoleh setelah mengikuti proses belajar IPS. Siswa dikatakan tuntas apabila skor
hasil belajar IPS siswa mencapai KKM. Nilai KKM yang ditetapkan di SMPN 1 Dumai
untuk kelas IX tahun ajaran 2011/2012 adalah 78.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan menggunakan


model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan salah satu unsur penting di
dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran yang
tepat maka proses belajar mengajar akan menjadi lebih baik dan tidak
membosankan. Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat
memacu semangat siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman
belajarnya. Ada beberapa alternatif model pembelajaran yang memungkinkan
dikembangkannya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan
PENDAHULUAN

CARA PEMECAHAN MASALAH


Penggunaan model kooperatif tipe Inside Outside Circle hakekatnya salah satu metode yang
dirancang untuk peserta didik agar saling membagi informasi pada saat yang bersamaan,
dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Informasi yang saling berbagi
merupakan isi materi pembelajaran yang mengarah pada tujuan pembelajaran. Pada saat
nanti berbagi informasi, maka semua siswa akan saling memberi dan menerima informasi
pembelajaran . Hal ini dapat dikaitkan dengan kesimpulan seorang peneliti yang menyatakan ,
Pembelajaran kooperatif merupakan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu
dengan yang lain dalam belajar, dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok dapat
mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya (Isjoni, 2011: 8).
RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:Apakah Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Inside Outside Circle dapat meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IX.7 SMP Negeri 1
Dumai Pada Materi Usaha Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia?

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas IX.7 SMP Negeri 1 Dumai melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe
Inside Outside Circle
BAB II. KAJIAN TEORI
Hakikat Belajar IPS Hasil Belajar
IPS adalah mata pelajaran pada jenjang Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai
pendidikan di tingkat sekolah dasar dan siswa dengan kemampuan-kemampuan
menengah, yang dikembangkan secara yang dimiliki dalam menguasai bahan
terintegrasi dengan mengambil konsep konsep pelajaran setelah mengikuti proses belajar
esensial dari ilmu ilmu sosial dan humaniora. dalam kurun waktu tertentu yang diukur
Sedangkan ilmu ilmu sosial yang diambil dan dengan menggunakan tes dalam kurun
disederhanakan untuk dipelajari oleh siswa di waktu tertentu yang diukur dengan
tingkat SMP ialah geografi, sejarah, ekonomi dan menggunakan tes. Dalam penelitian ini
sosiologi. IPS terus dikembangkan untuk yang dimaksud dengan hasil belajar
kepentingan pencapaian tujuan pendidikan. matematika siswa adalah hasil belajar yang
Dengan adanya mata pelajaran IPS di sekolah diperoleh siswa setelah melewati proses
diharapkan siswa dapat mengerti dan pembelajaran dengan penerapan model
mengamalkan makna dari belajar IPS sehingga model pembelajaran kooperatif tipe Inside
memiliki karakter dan menjadi warga negara Outside Circle yang diukur dengan
yang baik. menggunakan tes.

Model Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja
sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
dari setiap anggota kelompok itu sendiri
Kooperatif Tipe Inside Outside Circle (IOC)
Metode pembelajaran Inside-Outside Circle (lingkaran besar-lingkaran kecil) yang
dikembangkan oleh Spencer Kagan ini mengajarkan kemampuan beradaptasi secara
cepat dan cermat pada setiap pasangan yang berbeda, yaitu peserta didik saling
bertukar informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda
dengan singkat dan teratur. Metode pembelajaran Inside- Outside Circle termasuk
dalam pembelajaran kooperatif karena mengajarkan kepada peserta didik
ketrampilan Langkah-langkah Penerapan Model Inside
Adapun kelebihan dari bekerjasama dan kolaborasi
Outside Circle
secara berkelompok.
metode Inside Outside Spencer Kagan, ada lima langkah utama dalam
Circle antara lain : penerapan metode IOC ini, yaitu:
1. Mendapatkan 1. Langkah pertama, separuh kelas berdiri membentuk
informasi yang lingkaran kecil dan menghadap keluar.
berbeda pada saat 2. Langkah kedua, separuh kelas lainnya membentuk
lingkaran di luar lingkaran pertama dan menghadap
bersamaan
ke dalam.
2. Mudah dipecah 3. Langkah ketiga, kemudian dua siswa yang
menjadi berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi
berpasangan informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan
3. Lebih banyak ide oleh semua pasangan dalam waktu yang
muncul bersamaan.
4. Lebih banyak tugas 4. Langkah keempat, siswa yang berada di lingkaran
kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada
yang bisa dilakukan
di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah
5. Guru mudah searah jarum jam, sehingga masing-masing siswa
memonitor mendapatkan pasangan baru.
5. Langkah terakhir, giliran siswa yang berada di
lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian
seterusnya.
BAB III. METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Dumai yang
berjumlah 34 orang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa
perempuan.

Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas


(Classroom Action Research). Menurut Ebbutt dalam Wiriatmadja penelitian
tindakan kelas adalah kajian sistematis dari upaya perbaikan pelaksanaan
praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-
tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil
dari tindakan-tindakan tersebut.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan
BAB III. METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.7 SMP Negeri 1 Dumai yang
berjumlah 34 orang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa
perempuan.

Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas


(Classroom Action Research). Menurut Ebbutt dalam Wiriatmadja penelitian
tindakan kelas adalah kajian sistematis dari upaya perbaikan pelaksanaan
praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-
tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil
dari tindakan-tindakan tersebut.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan
BAB III. METODE PENELITIAN

Teknik
Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi
2. Teknik Tes
3. Teknik Catatamn Teknik Analisa Data
Lapangan
1.Ketuntasan Belajar Siswa
n
Nilai x 100%N = Jumlah skor maksimal
N n = Skor yang diterima
setiap siswa
2.Ketuntasan Klasikal
Total siswa yang mendapat nilai 78
Ketuntasan Klasikal x 100%
Jumlah Seluruh Siswa

3. Aktivitas Belajar Guru dan Siswa

Interval (%) Kategori


80 100 Baik sekali
70 79 Baik
60 69 Cukup
50 59 Kurang
0 49 Kurang Sekali
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL BELAJAR SISWA
Rata-rata hasil belajar siswa pada sebelum tindakan yaitu 41,187% dengan jumlah siswa
yang tuntas 14 orang siswa. Jumlah ketuntasan ini meningkat pada siklus I menjadi
61,76% dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21 siswa. Jumlah ini meningkat
kembali pada siklus II menjadi 100% dengan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
yang telah ditetapkan sekolah sebanyak 34 siswa.
100
100
90
80
70 61.76

60
50 41.18
34
40
30 21
14
20
10
0
Nilai Awal siklus I siklus II

Jlh siswa tuntas


persentase ketuntasan klasikal (%)

Berdasarkan diagram diatas dan data yang diperoleh diambil kesimpulan bahwa
dengan penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe Inside-Outside Circle
(IOC) dapat meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IX.7 SMPN 1 Dumai
Tahun Ajaran 2014/2015.
HASIL DAN PEMBAHASAN

2: Data Aktivitas Belajar Siswa 3: Data Aktivitas Guru


120%

100% 120
100 98.89
92.22
80% 80 81.11
60 63.33
60%
40
40% 20
0
20%

0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

siklus I siklus II

Dari diagram ini dapat diambil kesimpulan bahwa dengan


penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe Inside-Outside
Circle (IOC) ini dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan
mengajar guru
Bab v. Kesimpulan dan saran
1. Rata-rata hasil belajar siswa pada sebelum
KESIMPULAN
tindakan yaitu 41,187% dengan jumlah siswa yang 1. Bagi guru yang mengajar IPS
SARAN
tuntas 14 orang siswa. Jumlah ketuntasan ini dikelas IX, penerapan model
meningkat pada siklus I menjadi 61,76% dengan pembelajaraan kooperatif tipe
jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21 siswa. Inside-Outside Circle (IOC)
Jumlah ini meningkat kembali pada siklus II merupakan alternatif
menjadi 100% dengan jumlah siswa yang pembelajaran yang efektif
mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan digunakan guru untuk
sekolah sebanyak 34 siswa. meningkatkan hasil belajar
2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran juga siswa.
semakin meningkat. Pada siklus I pertemuan I rata- 2. Bagi peneliti yang ingin
rata aktivitas siswa hanya 63,9%. Pada pertemuan menerapkan metode ini
II meningkat menjadi 77,27%. Pada siklus II terjadi hendaknya dapat mengatur
peningkatan lagi yaitu pada pertemuan I 89,84% waktu dengan baik, sehingga
meningkat pada pertemuan ke II menjadi 96,18% tidak banyak waktu yang
dengan kategori baik sekali. Sehingga rata-rata terbuang untuk mengkondisikan
aktivitas siswa untuk siklus I 70,58% meningkat siswa di kelas.
pada siklus II menjadi 97,33% dengan kategori 3. Selama proses pembelajaran,
baik sekali. guru hendaknya menggunakan
3. Aktivitas guru selama proses pembelajaran juga cara-cara mengajar yang
semakin meningkat. Pada pertemuan pertama bervariatif dan menarik
siklus I jumlah skor aktivitas guru adalah 57 perhatian siswa sehingga siswa
(63,33%) meningkat menjadi 73 (71,11%) pada tidak merasa bosan.
pertemuan kedua. Kemudian meningkat lagi 4. Untuk penelitian lanjutan, agar
menjadi 83 (92,22%) pada siklus II pertemuan dapat dilakukan penelitian
pertama dan terakhir 89 (98,89%) pada pertemuan seperti ini tetapi memperluas
kedua. cakupan materi dan aspek yang
terdapat dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai