Anda di halaman 1dari 42

PEDOMAN

PENGORGANISASIAN

PEDOMAN PENGORGANISASIAN
PELAYANAN ANASTESI DAN BEDAH

RSU MITRA DELIMA

RSU MITRA DELIMA


Jl. Raya Bulupayung No. 1B Krebet, Kec. Bululawang
Kab. Malang 65171
Telp. (0341) 805 183, 083 848 577 770, Fax: 0341 805 159
Email: rsumitradelima@ymail.com

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi adalah suatu keadaan narkosis, analgesia, relaksasi dan
hilangnya reflek (Keperawatan medikal bedah, Brunner dan Sudarth edisi
8).
Obat anestesi lokal adalah suatu ikatan kimia yang mampu menghambat
konduksi saraf perifer, apabila obat ini disuntikkan didaerah perjalanan
serabut saraf dengan dosis tertentu, tidak akan menimbulkan kerusakan
permanen

pada serabut saraf tersebut.Sifat hambatan pada saraf

umumnya bersifat total ada juga bersifat selektif, hal ini sangat
tergantung pada dosis atau konsentrasi obat yang digunakan.Macammacam Pelayanan anastesi
1. Anastesi Regional.
Anestesi regional adalah anestesi lokal dengan menyuntikan obat
anestesi

disekitar

syaraf

sehingga

area

yang

di

syaraf

teranestesi. Anestesi regional dibagi menjadi epidural, spinal dan


kombinasi spinal epidural, spinal anestesi adalah suntikan obat
anestesi kedalam ruang subarahnoid dan ekstradural epidural di
lakukan suntikan kedalam ekstradural .
2. Anastesi Spinal atau SubArachniod Block (SAB)
Spinal anestesi atau Subarachniod Blok (SAB) adalah salah satu
teknik

anestesi

regional

yang

dilakukan

dengan

cara

menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid


untuk mendapatkan analgesi setinggi dermatom tertentu dan
relaksasi otot rangka. Untuk dapat memahami spinal anestesi
yang menghasilkan blok simpatis, blok sensoris dan blok motoris
maka perlu diketahui neurofsiologi saraf, mekanisme kerja obat
anestesi

lokal

pada

SAB

dan

komplikasi

yang

dapat

ditimbulkannya. Derajat anestesi yang dicapai tergantung dari


tinggi rendah lokasi penyuntikan, untuk mendapatkan blockade
sensoris yang luas, obat harus berdifusi ke atas, dan hal ini
tergantung banyak faktor antara lain posisi pasien selama dan
setelah penyuntikan, barisitas dan berat jenis obat. Berat jenis
obat lokal anesthesia dapat diubahubah dengan mengganti

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

komposisinya, hiperbarik diartikan bahwa obat lokal anestesi


mempunyai berat jenis yang lebih besar dari berat jenis cairan
serebrospinal, yaitu dengan menambahkan larutan glukosa,
namun apabila ditambahkan NaCl atau aqua destilata akan
menjadi hipobarik (Gwinnutt, 2011).
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut
berperan terhadap kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur
manual atau melalui operasi dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim
yang sama dengan kata Chirurgia. Dalam bahasa Yunani Cheir artinya
tangan; dan ergon artinya kerja. Bedah atau operasi merupakan
tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati kondisi yang sulit
atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana
(Potter, 2006) Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat
untuk dilaksanakan prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery),
kadangkala disebut pembedahan tanpa rawat inap ( outpatient surgery
atau pembedahan sehari (one-day surgery). Jenis Pembedahan sebagai
berikut :
a. Bedah Minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif
dilakukan secara sederhana, tidak memiliki risiko terhadap
nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten untuk
melakukannya,
pembersihan
b.

seperti:
luka,

membuka

inokulasi,

abses

superfsial

superfcial,

neuroktomi

dan

tenotomi
Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif
lebih sulit untuk dilakukan daripada pembedahan minor,
membutuhkan

waktu,

melibatkan

risiko

terhadap

nyawa

pasien, dan memerlukan bantuan asisten, seperti: bedah


caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak.
c. Bedah Antiseptik
Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan
terhadap

penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol

kontaminasi bakterial.
d. Bedah konservatif

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan


berbagai cara untuk melakukan perbaikan terhadap bagian
tubuh yang diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan,
daripada melakukan amputasi, seperti: koreksi dan imobilisasi
dari fraktur pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap
kaki.

e. Bedah Radikal
Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab
atau

sumber

dari

penyakit

tersebut

dibuang,

seperti:

pembedahan radikal untuk neoplasma, pembedahan radikal


untuk hernia.
f. Pembedahan Rekonstruktif
Pembedahan rekonstruktif

merupakan

pembedahan

yang

dilakukan untuk melakukan koreksi terhadap pembedahan


yang telah dilakukan pada deformitas atau malformasi, seperti:
pembedahan terhadap langit-langit mulut yang terbelah,
tendon yang mengalami kontraksi.
g. Bedah Plastik
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan
untuk memperbaiki efek atau deformitas, baik dengan jaringan
setempat atau dengan transfer jaringan dari bagian tubuh
lainnya.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT RSU MITRA DELIMA
Tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia semakin hari semakin
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Dinas
Kependudukan tahun 2000 2025 yang menunjukkan bahwa untuk
Indonesia secara umum, jumlah penduduk akan mengalami peningkatan
dari 205,1 juta di tahun 2000 menjadi 273,1 juta ditahun 2025. Demikian
juga untuk Kabupaten Malang. Dengan angka pertumbuhan penduduk
pertahun yang mencapai 1,02%, maka pertumbuhan penduduk akan
meningkat dari 2,36 juta pada tahun 2004 menjadi 2,96 juta pada tahun
2025.
Didalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
mencantumkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan
kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum harus
diwujudkan sesuai cita - cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Setiap manusia
berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan baik itu yang berasal dari
pihak pemerintah maupun pihak swasta tanpa harus memandang status
sosial seseorang. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka
penambahan pusat pelayanan kesehatan mutlak diperlukan, baik itu
yang dikelolah pemerintah ataupun swasta.
Dengan memperhatikan kebijakan pemerintah dibidang pembangunan
kesehatan tersebut, maka PT.Graha Mitra Delima ingin berpartisipasi
secara nyata dengan membangun sebuah rumah sakit umum bernama
RSU Mitra Delima. RSU Mitra Delima berdiri sejak tanggal 15 November

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

2010, berlokasi di Jalan Raya Bulupayung Nomor 1B Desa Krebet,


Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. Rumah sakit tipe D ini berada
diatas lahan seluas 1.750 m2 dengan luas bangunan dasar 800 m2 untuk 2
(dua) lantai. Diperkirakan rumah sakit ini dapat menjangkau pelayanan
dengan radius efektif sejauh kurang lebih 30 40 km, mengingat bahwa
lokasi rumah sakit yang sangat strategis dengan tingkat komunikasi dan
transportasi yang baik serta ditunjang oleh mobilitas penduduk di wilayah
Kabupaten Malang bagian timur selatan yang kecenderungan menuju ke
pusat Kota Malang melewati Kecamatan Bululawang.
Jumlah kunjungan Rawat Jalan mencapai 1.017 (lama) dan 1.017
(baru). Sedangkan rawat Inap dengan jumlah pasien keluar sebesar 2.016
dan Instalasi Gawat Darurat total pengunjung mencapai 1.017.
Secara umum program kegiatan RSU Mitra Delima Malang pada tahun
2014 sudah bisa dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan indikator yang
bisa menggambarkan efsiensi pengelolaan rumah sakit meliputi BOR (Bed
Occupancy Rate) mencapai 57,03, TOI (Turn Over Interval) mencapai 3
hari, BTO (Bed Turn Over) mencapai 46 kali, ALOS (Average Length Of
Stay) mencapai 7 hari maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan RSU
Mitra Delima Malang tergolong efsien.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

BAB III
VISI, MISI, NILAI, TUJUAN DAN MOTTO RSU MITRA
DELIMA MALANG
Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien merupakan hal
utama dalam manajemen rumah sakit saat ini. RSU Mitra Delima Malang
juga berupaya melaksanakan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
sesuai standar yang ditetapkan. Upaya tersebut harus sesuai dengan visi,
misi, nilai dan tujuan RSU Mitra Delima Malang.
3.1 VISI RSU MITRA DELIMA MALANG
Rumah Sakit Umum Mitra Delima memiliki visi :
Menjadikan RSU Mitra Delima sebagai rumah sakit pilihan pertama
bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Bululawang dan sekitarnya.
3.2 MISI RSU MITRA DELIMA MALANG
Rumah Sakit Umum Mitra Delima memiliki misi :
a. Mewujudkan gedung, peralatan dan penampilan staff yang baik.
b. Mewujudkan kinerja karyawan yang disiplin, jujur, loyal dan
bertanggung jawab.
c. Mewujudkan pelayanan yang cepat, tepat serta penyampaian
informasi yang jelas dan tegas.
d. Ketersediaan dokter spesialis yang lengkap.
e. Peningkatan ilmu pengetahuan yang berkelanjutan bagi staff.
f. Pelayanan dengan sopan, santun, dan penuh perhatian.
3.3 NILAI DASAR RSU MITRA DELIMA MALANG
Rumah Sakit Umum Mitra Delima memiliki nilai dasar :
a. Jujur
b. Loyalitas
c. Disiplin
d. Tanggung jawab
3.4 TUJUAN RSU MITRA DELIMA MALANG
Rumah Sakit Umum Mitra Delima memiliki tujuan :
Memberikan pelayanan kesehatan dengan sopan santun penuh
perhatian cepat tepat dan terjangkau.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

3.5 MOTTO RSU MITRA DELIMA MALANG


Rumah Sakit Umum Mitra Delima memiliki motto :
Keselamatan dan kenyamanan pasien kami utamakan.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

BAB IV
STUKTUR ORGANISASI RSU MITRA DELIMA MALANG
4.1 BAGAN ORGANISASI

4.2 KETERANGAN
Direktur mempunyai tugas memimpin, menetapkan kebijakan,
membina, mengkoordinasikan dan mengawasi serta melakukan
pengendalian terhadap pelaksanaan tugas rumah sakit. Dalam
melaksanakan tugasnya, Direktur dibantu oleh 4 (empat) orang Kepala
Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur,
yaitu :
1.
2.
3.
4.

Kepala
Kepala
Kepala
Kepala

Bagian
Bagian
Bagian
Bagian

pelayanan Medis dan Keperawatan


Penunjang Medis
keuangan dan Administrasi
Umum

KEPALA BAGIAN PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


Kepala bangian pelayanan Medis dan Keperawatan diangkat dan di
berhentikan

oleh

melaksanakan

Direktur

tugasnya,

untuk
kepala

masa

jabatan

Bagian

tertentu.

Pelayanan

Medis

Dalam
dan

Keperawatan berkoordinasi di bagian pelayanan medis, Bagian Keuangan

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

Administrasi,

Bagian

Umum.

Kepala

Bagian

Pelayanan

Medis

dan

Keperawatan bertanggung jawab kepada Direktur.


Tanggung Jawab
Kepala
tanggung

Bagian

Pelayanan

jawab

Medis

merumuskan

dan

Keperawatan

kebijakan,

mempunyai

mengembangkan,

mengkoordinasikan, mengawasi, membina, dan mengendalikan kegiatan


Pelayanan Medis dan keperawatan, serta Instalasi di bawah koordinasinya
Fungsi
Untuk melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
nomor (1), Kepala Bagian Pelayanan Medis dan Keperawatan, mempunyai
fungsi:
1. Pengkoordinasian perumusan strategi
Pelayanan

mediis

dan

keperawatan

dan kebijakan di

bidang

dan

bawah

instalasi

di

koordinasinya
2. Perencanaan dan pengembangan Pelayanan Medis, keperawatan dan
instalasi di bawah koordinasinya
3. Pengkoordinasian pelaksanaan Pelayanan Medis, keperawatan dan
instalasi di bawah koordinasinya
4. Pembinaan terhadap penyelenggaraan Pelayanan Medis, Pelayanan
diagnostik khusus, keperawatan dan instalasi di bawah koordinasinya
5. Pengkoordinasian dan sinkronisasi Pelayanan Medis dan keperawatan
dengan instalasi, komite dan staf fungsional dan/atau instansi lainnya
6. Pengawasan,
pengendalian
dan
evaluasi
Pelayanan
Medis,
keperawatan dan instalasi di bawah koordinasinya
7. Pembinaan dan penilaian kinerja serta remunerasi karyawan di bawah
koordinasinya
8. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh direktur
Uraian Tugas:
1. Menyusun rencana dan program kerja
2. Menyusun

rencana

kebutuhan

penyelenggaraan pelayanan medis

sumber

daya

dalam

rangka

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

3. Melaksanakan analisa dan penilaian terhadap ketersediaan pelayanan


dasar, penggunaan alat perlengkapan rumah sakit, serta alat-alat
medis
4. Menyusun bahan perumusan kebijaksanaan teknis mutu pelayanan
kesehatan, rumah sakit, usaha kesehatan gizi, mata, laboratorium,
serta upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat
5. Membina, mengawasi dan menilai kinerja semua staf di bidang
pelayanan
6. Menampung,

menanggapi

dan

memproses

masukan-masukan

(pendapat, usulan, keluhan, masalah) di bidang pelayanan


7. Mengadakan Pertemuan koordinasi di bidang pelayanan secara
berkala
8. Mengkoordinasi kegiatan antar bidang yang terkait dengan pelayanan
9. Menyampaikan

laporan

pertanggungjawaban

pelaksanaan

tugas

secara periodik dan tertulis kepada direktur.


Wewenang:
1. Meminta pendapat dan petunjuk kepada Direktur Rumah Sakit.
2. Mengawasi dan memberi petunjuk dan arahan terhadap pelaksanaan
3.
4.
5.
6.

tugas bawahan.
Memberi tugas dan perintah kepada bawahan.
Mengoreksi pekerjaan yang diberikan kepada bawahannya.
Menilai DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) bawahan.
Memberikan teguran dan penilaian serta penghargaan kepada staf di
bawahnya.

Hasil Kerja:
1. Terbentuknya prosedur kerja dan sistem kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pelayanan medis dan keperawatan di setiap istalasi
pelayanan yang mebutuhkan.
2. Terbentuknya perencanaan program kegiatan pelayanan medis dan
keperawatan.
3. Terbentuknya perencanaan Sumber Daya Manusia bagi pelayanan
medis dan keperawatan.
4. Terbentuknya perencanaan fasilitas, sarana dan prasarana bagi
kegiatan pelayanan medis dan keperawatan.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

5. Terbentuknya sistem kontrol dan evaluasi pelayanan medis dan


keperawatan.

Persyaratan Jabatan:
1. Pendidikan
: Dokter Umum
2. Pengalaman Kerja : Aktif di manajerial Rumah Sakit minimal 1 tahun.
3. Kemampuan Lain
a. Intelegensia : Kemampuan untuk menangkap atau memahami
instruksi, kemampuan untuk membuat pertimbangan.
b. Komunikasi : Kemampuan untuk menggunakan komunikasi verbal
dan non verbal secara efektif.
c. Ketelitian
: Kemampuan untuk mengetahui dan memahami
sesuatu secara rinci.
d. Kepemimpinan : Mampu mendayagunakan Sumber Daya Manusia
untuk bertindak dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
e. Membuat Keputusan: Mampu menganalisa masalah, mencari solusi
dan
mengambil keputusan.
KEPALA BAGIAN PENUNJANG MEDIS
Kepala Bagian Penunjang Medis diangkat dan diberhentikan oleh
Direktur untuk masa jabatan tertentu. Dalam melaksanakan tugasnya,
Kepala Bagian Penunjang Medis berkoordinasi dengan Bidang Pelayanan
Medis dan Keperawatan, Bagian Keuangan dan Administrasi, dan Bagian
Umum. Kepala Bagian Penunjang Medis bertanggung jawab kepada
Direktur
Tanggung Jawab
Kepala Bagian Penunjang Medis mempunyai tanggung jawab
merumuskan kebijakan, mengembangkan, mengkoordinasikan,
mengawasi, membina, dan mengendalikan kegiatan Penunjang Medis,
serta Instalasi di bawah koordinasinya
Fungsi
Untuk melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
nomor (1), Kepala Bagian Penunjang medis, mempunyai fungsi:

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

1. Pengkoordinasian

perumusan

strategi

dan

kebijakan

di

bidang

Penunjang Medis dan instalasi di bawah koordinasinya


2. Perencanaan dan pengembangan Penunjang Medis dan instalasi di
bawah koordinasinya
3. Pengkoordinasian pelaksanaan Penunjang Medis dan instalasi di
bawah koordinasinya
4. Pembinaan terhadap penyelenggaraan Penunjang Medis dan instalasi
di bawah koordinasinya
5. Pengkoordinasian dan sinkronisasi Penunjang Medis dengan instalasi,
komite dan staf fungsional dan/atau instansi lainnya
6. Pengawasan, pengendalian dan evaluasi Penunjang

medis

dan

instalasi di bawah koordinasinya


7. Pembinaan dan penilaian kinerja serta remunerasi karyawan di bawah
koordinasinya
8. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh direktur
Uraian Tugas
1. Membuat perencanaan program kegiatan pelayanan Laboratorium,
Radiologi, Farmasi, Rekam Medik, dan Gizi dengan berkoordinasi
dengan unit terkait.
2. Merencanakan jumlah dan macam alat yang dibutuhkan untuk
pelayanan Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Rekam Medik, dan Gizi
dengan berkoordinasi dengan Kepala Unit terkait.
3. Merencanakan jumlah dan macam Sumber Daya Manusia yang
dibutuhkan di pelayanan Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Rekam
Medik, dan Gizi serta menempatkannya sesuai kebutuhan.
4. Mensosialisasikan kebijaksanaan dan prosedur di Bidang Penunjang
Pelayanan kepada seluruh unit pelayanan di Rumah Sakit.
5. Membuat prosedur kerja atau sistem yang berkaitan dengan Bidang
Penunjang Pelayanan dan berkoordinasi dengan unit terkait.
6. Memberi bantuan bimbingan kepada seluruh Sumber Daya Manusia
yang ada di setiap unit pelayanan untuk keperluan pelayanan
Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Rekam Medik, dan Gizi bila diminta
sesuai perintah Direktur.
7. Mengadakan kerja sama dan memelihara hubungan baik dan
harmonis dengan seluruh komponen Rumah Sakit.
8. Menghadiri rapat yang diadakan oleh Direktur dan
kepanitiaan yang diadakan oleh Rumah Sakit.

ikut dalam

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

9. Menyelesaikan/mengatasi persoalan dan usul-usul yang timbul dari


setiap unit sesuai perintah Direktur.
10. Meneliti dan mempertimbangkan surat-surat permohonan kenaikan
gaji, cuti, pindah atau berhenti dan lain-lain dari pegawai yang ada di
bawahnya.
Wewenang
1. Meminta pendapat dan petunjuk kepada Direktur Rumah Sakit.
2. Mengawasi, memberi petunjuk dan arahan terhadap pelaksanaan
3.
4.
5.
6.

tugas bawahannya.
Memberi tugas dan perintah kepada bawahan.
Mengoreksi pekerjaan yang diberikan kepada bawahannya.
Menilai DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan).
Memberikan teguran dan penilaian serta penghargaan kepada staf di
bawahnya.

Hasil Kerja
1. Terbentukya prosedur kerja dan sistem

kerja yang sesuai dengan

kebutuhan pelayanan Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Rekam Medik,


dan Gizi di setiap unit pelayanan yang membutuhkan.
2. Terbentuknya
peremcanaan
program
kegiatan

pelayanan

Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Rekam Medik, dan Gizi.


3. Terbentuknya perencanaan Sumber Daya Manusia bagi pelayanan
Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Rekam Medik, dan Gizi.
4. Terbentuknya perencanaan fasilitas, sarana dan prasarana bagi
kegiatan pelayanan Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Rekam Medik,
dan Gizi.
5. Terbentuknya sistem kontrol dan evaluasi pelayanan Laboratorium,
Radiologi, Farmasi, Rekam Medik, dan Gizi.
Persyaratan Jabatan
1. Pendidikan
: S1 Kesehatan
2. Pengalaman Kerja
: Aktif di manajerial Rumah Sakit, minimal 1
tahun.
3. Kemampuan Lain :
a. Intelegensia
: Kemampuan untuk menangkap atau memahami
instruksi,

kemampuan

pertinbangan.

untuk

membuat

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

b. Komunikasi

: Kemampuan untuk menggunakan komunikasi

c. Ketelitian

verbal dan non verbal secara efektif.


: Kemampuan untuk mengetahui dan memahami

sesuatu secara rinci.


d. Kepemimpinan : Mampu
mendayagunakan

Sumber

Manusia

dalam

e. Manajemen

untuk

bertindak

Daya
rangka

mencapai tujuan organisasi.


: Merencanakan, mengorganisasi, mengendalikan,

mengawasi, dan mengevaluasi.


f. Membuat Keputusan : Mampu menganalisa, masalah, mencari
solusi dan mengambil keputusan.
KEPALA BAGIAN KEUANGAN ADMINISTRASI
Kepala bagian keuangan dan administrasi diangkat dan di berhentikan
oleh Direktur untuk masa jabatan

tertentu. Dalam melaksanakan

tugasnya, kepala Bagian Keuangan dan Administrasi berkoordinasi di


bagian Medis dan keperawatan, Bagian penunjang Medis, dan bagian
Umum. Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi bertanggung jawab
kepada Direktur.
Tanggung Jawab
Kepala bagian keuangan dan administrasi mempunyai tanggung jawab
merumuskan

kebijakan,

mengembangkan,

mengkoordinasikan,

mengawasi, membina, dan mengendalikan kegiatan Kepala bagian


keuangan dan administrasi, serta sub bagian di bawah koordinasinya
Fungsi
Untuk melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
nomor (1), Kepala Bagian keuangan dan administrasi, mempunyai fungsi:
1. Dapat mengkoordinir pengelolaan kegiatan Sub Bagian Keuangan ,
Administrasi , Kepegawaian , dan Pemasaran.
2. Dapat melakukan pembinaan SDM dibagian Keuangan , Administrasi ,
baik perorangan maupun kategorial untuk mencapai kualitas yang
diinginkan.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

3. Dapat melaksanakan kegiatan koordinasi dan evaluasi dari masingmasing Sub Bagian
Uraian Tugas:
1. Membantu direktur dalam manajemen bagian administrasi dan
keuangan.
2. Bekerjasama dengan kepala bagian bidang / kepala bagian lainnya.
3. Mengkoordinasi pelaksanaan , pengelolaan , pengawasan ,
pengendalian dan evaluasi di Sub Bagian Keuangan , Administrasi ,
Kepegawaian , Pemasaran.
4. Melaksanakan perencanaan monitoring dan evaluasi terhadap sarana
dan mutu pelayanan bagian keuangan dan administrasi.
5. Melaksanakan program keselamatan pasien dan pengendalian infeksi
di Rumah Sakit.
6. Membantu menyusun laporan penyelenggaraan Rumah Sakit
khususnya dalam pelayanan bagian Keuangan dan Administrasi.
7. Melakukan analisa ketenagaan dibagian admin dan keuangan.
8. Menyusun uraian tugas semua staff dibagian Keuangan dan
Administrasi.
9. Melakukan penilaian kinerja dari staff yang berada dibagian Keuangan
dan Administrasi
10. Mengupayakan peningkatan SDM dibagian Keuangan dan
Administrasi melalui program pengembangan SDM.
11. Mengadakan pertemuan berkala dengan staff dibagian keuangan
dan administrasi.
12. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh direktur.
Wewenang:
1. Memeriksa hasil kegiatan dibagian yang dipimpinnya sesuai dengan
standart yang ditetapkan.
2. Meminta data dan info staff terkait.
3. Memberikan bimbingan dan arahan kepada staff.
4. Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan semua pihak demi
kelancaran pelayanan administrasi Rumah Sakit.
5. Menandatangani Surat dan Dokumen yang ditetapka menjadi
wewenang kepala bagian keuangan dan administrasi.
Hasil Kerja:

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

1. Terbentuknya prosedur kerja dan sistem kerja yang sesuai dengan


kebutuhan Bagian keuangan dan administrasi di setiap Sub bagian
yang mebutuhkan.
2. Terbentuknya perencanaan program kegiatan bagian keuangan dan
administrasi.
3. Terbentuknya

perencanaan

Sumber

Daya

Manusia

bagi

bagian

keuangan dan administrasi.


4. Terbentuknya perencanaan fasilitas, sarana dan prasarana bagi bagian
Keuangan dan Administrasi.
5. Terbentuknya sistem kontrol dan evaluasi bagian Keuangan dan
Administrasi.
Persyaratan Jabatan:
1. Pendidikan
: S1
2. Pengalaman Kerja

: Aktif di manajerial Rumah Sakit, minimal 1

tahun.
3. Kemampuan Lain :
a. Intelegensia
: Kemampuan untuk menangkap atau memahami
instruksi,

kemampuan

untuk

membuat

b. Komunikasi

pertinbangan.
: Kemampuan untuk menggunakan komunikasi

c. Ketelitian

verbal dan non verbal secara efektif.


: Kemampuan untuk mengetahui dan memahami

sesuatu secara rinci.


d. Kepemimpinan : Mampu
mendayagunakan

Sumber

Manusia

dalam

e. Manajemen

untuk

bertindak

Daya
rangka

mencapai tujuan organisasi.


: Merencanakan, mengorganisasi, mengendalikan,

mengawasi, dan mengevaluasi.


f. Membuat Keputusan : Mampu menganalisa, masalah, mencari
solusi dan mengambil keputusan.
KEPALA BAGIAN UMUM
Kepala Bagian Umum diangkat dan diberhentikan oleh Direktur untuk
masa jabatan tertentu. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Bagian
Umum berkoordinasi dengan Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan,

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

Bagian Keuangan dan Administrasi, dan Bagian Penunjang Medis. Kepala


Bagian Umum bertanggung jawab kepada Direktur

Tanggung Jawab
Kepala Bagian Umum mempunyai tanggung jawab merumuskan
kebijakan, mengembangkan, mengkoordinasikan, mengawasi, membina,
dan mengendalikan kegiatan Umum, serta Instalasi di bawah
koordinasinya
Fungsi
Untuk melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
nomor (1), Kepala Bagian Umum, mempunyai fungsi:
1. Pengkoordinasian perumusan strategi dan kebijakan di bidang Umum
dan instalasi di bawah koordinasinya
2. Perencanaan dan pengembangan Bagian Umum dan instalasi di
bawah koordinasinya
3. Pengkoordinasian pelaksanaan Bagian Umum dan instalasi di bawah
koordinasinya
4. Pembinaan terhadap penyelenggaraan Bagian Umum dan instalasi di
bawah koordinasinya
5. Pengkoordinasian dan sinkronisasi bagian Umum dengan instalasi,
komite dan staf fungsional dan/atau instansi lainnya
6. Pengawasan, pengendalian dan evaluasi Bagian Umum dan instalasi
di bawah koordinasinya
7. Pembinaan dan penilaian kinerja serta remunerasi karyawan di bawah
koordinasinya
8. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh direktur
Uraian Tugas
1. Membuat perencanaan program kegiatan pelayanan Sub bagian
Logistik dan Sub Bagian Rumah Tangga dan Pemeliharaan dengan
berkoordinasi dengan unit terkait.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

2. Merencanakan jumlah dan macam alat yang dibutuhkan untuk


pelayanan Sub bagian Logistik dan Sub Bagian Rumah Tangga dan
Pemeliharaan dengan Kepala Unit terkait.
3. Merencanakan jumlah dan macam Sumber Daya Manusia yang
dibutuhkan di pelayanan Sub bagian Logistik dan Sub Bagian Rumah
Tangga dan Pemeliharaan serta menempatkannya sesuai kebutuhan.
4. Mensosialisasikan kebijaksanaan dan prosedur di Bagian Umum
kepada seluruh unit pelayanan di Rumah Sakit.
5. Membuat prosedur kerja atau sistem yang berkaitan dengan Bagian
Umum dan berkoordinasi dengan unit terkait.
6. Memberi bantuan bimbingan kepada seluruh Sumber Daya Manusia
yang ada di setiap unit pelayanan untuk keperluan pelayanan Sub
bagian Logistik dan Sub Bagian Rumah Tangga dan Pemeliharaan bila
diminta sesuai perintah Direktur.
7. Mengadakan kerja sama dan memelihara hubungan baik dan
harmonis dengan seluruh komponen Rumah Sakit.
8. Menghadiri rapat yang diadakan oleh Direktur dan

ikut dalam

kepanitiaan yang diadakan oleh Rumah Sakit.


9. Menyelesaikan/mengatasi persoalan dan usul-usul yang timbul dari
setiap unit sesuai perintah Direktur.
10. Meneliti dan mempertimbangkan surat-surat permohonan kenaikan
gaji, cuti, pindah atau berhenti dan lain-lain dari pegawai yang ada di
bawahnya.
Wewenang
1. Meminta pendapat dan petunjuk kepada Direktur Rumah Sakit.
2. Mengawasi, memberi petunjuk dan arahan terhadap pelaksanaan
3.
4.
5.
6.

tugas bawahannya.
Memberi tugas dan perintah kepada bawahan.
Mengoreksi pekerjaan yang diberikan kepada bawahannya.
Menilai DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan).
Memberikan teguran dan penilaian serta penghargaan kepada staf di
bawahnya.

Hasil Kerja
1. Terbentukya prosedur kerja dan sistem

kerja yang sesuai dengan

kebutuhan pelayanan Sub bagian Logistik dan Sub Bagian Rumah

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

Tangga

dan

Pemeliharaan

di

setiap

unit

pelayanan

yang

membutuhkan.
2. Terbentuknya peremcanaan program kegiatan pelayanan Sub bagian
Logistik dan Sub Bagian Rumah Tangga dan Pemeliharaan.
3. Terbentuknya perencanaan Sumber Daya Manusia bagi pelayanan
Sub bagian Logistik dan Sub Bagian Rumah Tangga dan Pemeliharaan
4. Terbentuknya perencanaan fasilitas, sarana dan prasarana bagi
kegiatan pelayanan Sub bagian Logistik dan Sub Bagian Rumah
Tangga dan Pemeliharaan
5. Terbentuknya sistem kontrol dan evaluasi pelayanan Sub bagian
Logistik dan Sub Bagian Rumah Tangga dan Pemeliharaan
Persyaratan Jabatan
1. Pendidikan
: S1
2. Pengalaman Kerja

: Aktif di manajerial Rumah Sakit, minimal 1

tahun.
3. Kemampuan Lain :
g. Intelegensia
: Kemampuan untuk menangkap atau memahami
instruksi,

kemampuan

untuk

membuat

h. Komunikasi

pertinbangan.
: Kemampuan untuk menggunakan komunikasi

i. Ketelitian

verbal dan non verbal secara efektif.


: Kemampuan untuk mengetahui dan memahami

sesuatu secara rinci.


j. Kepemimpinan : Mampu
mendayagunakan

Sumber

Manusia

dalam

k. Manajemen

untuk

bertindak

Daya
rangka

mencapai tujuan organisasi.


: Merencanakan, mengorganisasi, mengendalikan,

mengawasi, dan mengevaluasi.


l. Membuat Keputusan :
Mampu
menganalisa,

masalah,

mencari solusi dan mengambil keputusan

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI TIM PELAYANAN ANASTESI
DAN BEDAH

BAB VI
URAIAN JABATAN TIM PELAYANAN ANASTESI DAN
BEDAH
1

Nama

Ketua pelayanan anastesi

Jabatan
Uraian Tugas

Tanggung
jawab

1.

Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan


pelayanan anastesi.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

2.

Bertanggung jawab terhadap evaluasi


pelayanan anastesi.

3. Bertanggung jawab kepada Direktur


Wewenang

2.

Syarat

Pendidikan minimal S1 Kedokteran dengan masa

Jabatan
Nama

kerja minimal 2 tahun


Asisten Anastesi

Jabatan
Uraian Tugas

1. Mengkaji keluhan,tanda-tanda vital,serta


kelancaran dan keberhasilan proses
pembiusan.
2. Merencanakan obat-obatan yang akan
diberikan saat proses pembiusan.
3.

Memberikan penyuluhan tentang perubahanperubahan yang terjadi akibat pemberian


obat anastesi,serta lama pengaruh obat local
anestesi terhadap perubahan kemampuan menggerakkan
ekstrimitas

4. Melaksanakan timbang terima dengan


perawat ruangan.
Tanggung

1.

Jawab

Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan


pelayanan anastesi.

2.

Bertanggung jawab terhadap evaluasi


pelayanan anastesi.

3. Bertanggung jawab kepada Direktur


Wewenang
Syarat
Jabatan
3.

Nama

Ketua Pelayanan Bedah

Jabatan
Uraian Tugas
Tanggung

1. Bertanggung jawab atas pelaksanaan bedah.

Jawab

2. Bertanggung jawab atas evaluasi pasca

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

bedah.
3. Bertanggung jawab atas proses kesembuhan
pasien pasca bedah selama di rumah sakit.
Wewenang

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

Bagian
Keuangan dan
Administrasi

Bagian umum

PAB
Bagian Medis
dan
Keperawatan

Bagian Penunjang
Medis

A. Hubungan Kerja dengan Bagian Keuangan dan Administrasi


Mengkooardinasikan pelaksanaan kegiatan penyusunan anggaran
perlengkapan dan asset rumah sakit untuk pelayanan anastesi dan
bedah yang ada dirumah sakit.
Berkoordinasi dalam kebutuhan akan teknologi alat anastesi dan
bedah.
Bekoordinasi dalam upaya pelayanan anastesi dan bedah.
B . Hubungan kerja dengan Bagian Penunjang Medis
Mengkoordinaskan

pelaksanaan

perencanaan

dan

pemenuhan

kebutuhan dalam PAB.


Pemeliharaan aset sarana alat penunjang medis.
Berkoordinasi dalam kebutuhan akan teknologi informasi dan
komunikasi.
Berkoordinasi dalam melakukan pemantauan, pencatatan dan
evaluasi program PAB

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

C . Hubungan kerja dengan Bagian Medis dan Keperawatan


Mengkoordinaskan

pelaksanaan

perencanaan

dan

pemenuhan

kebutuhan dalam pelayanan anastesi dan bedah.


Berkoordinasi dalam kebutuhan pemeliharaan alat medis dan non
medis.
Berkoordinasi dalam kebutuhan akan teknologi informasi dan
komunikasi.
Berkoordinasi dalam upaya peningkatan pelayanan anastesi dan
bedah.
Berkoordinasi dalam melakukan pemantauan, pencatatan dan
evaluasi pasca pelayanan anastesi dan bedah.
D. Hubungan kerja dengan bagian umum
Berkoordinasi dalam bidang logistic
Berkoordinasi dalam kebutuhan pemeliharaan alat medis dan non
medis.
Berkoordinasi dalam kebutuhan akan teknologi informasi dan
komunikasi.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
NAMA JABATAN

KUALIFIKASI FORMAL DAN NON

TENAGA YANG

FORMAL

DIBUTUHKAN

Ketua Pelayanan

Pendidikan minimal S1 Kedokteran

Anastesi

Spesialis anastesi dengan masa

Sekretaris PAB

kerja minimal 2 tahun


- Karyawan tetap Rumah Sakit

- Memiliki ketrampilan dan


pengetahuan tentang surat
menyurat
Memiliki ketrampilan dan

Asisten Anastesi

pengetahuan tentang PAB


- Minimal Diploma III Kesehatan
-

Memiliki ketrampilan dan


pengetahuan tentang pelayanan

Ketua Pelayanan

anastesi
Pendidikan minimal S1 Kedokteran

Bedah

Spesialis bedah dengan masa kerja

Tim Bedah

minimal 2 tahun
- Minimal Diploma III Kesehatan
-

Memiliki ketrampilan dan


pengetahuan tentang bedah.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI
Pengembangan staf tentang Pelayanan Anastesi dan Bedah di Rumah
Sakit termasuk kegiatan orientasi bagi karyawan baru yang telah diterima
di RSU Mitra Delima Malang khususnya d Instalasi Kamar Operasi. Hal ini
merupakan salah satu upaya penting dalam meningkatkan pemahaman
terhadap pelayanan anastesi dan bedah di rumah sakit.
WAKTU
Orientasi

MATERI

PENANGGUNG

PESERTA

Pengenalan

JAWAB
Ketua tim PAB

Anggota baru

anggota baru tim keanggotaan

tim PAB

PAB

Kebijakan dan

Orientasi

pedoman PAB
Pengenalan

karyawan baru

keanggotaan

RSU Mitra

Kebijakan dan

Delima

Ketua tim PMKP

Keryawan baru

pedoman PAB
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan anastesi dan bedah
meliputi persiapan pre anastesi, cara-cara pemberian anastesi lokal,
prosedur pemberian anastesi, jenis-jenis obat anastesi lokal, keuntungan
dan kerugian anastesi lokal dan menejemen komplikasi.
9.1

Persiapan pre anastesi di RSU Mitra Delima Malang


Pada dasarnya persiapan anestesi spinal seperti persiapan
anestesi umum, daerah
menimbulkan
punggung

sekitar tusukan

diteliti apakah akan

kesulitan,misalnya kelainan anatomis

atau pasien

tulang

gemuk sehingga tidak teraba tonjolan

prosesus spinosus. Selain itu perlu di perhatikan hal-hal dibawah


ini :
a. Izin dari pasien (Informed consent)
b. Pemeriksaan fsik

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

Tidak dijumpai kelainan spesifk seperti kelainan tulang


punggung
c. Pemeriksaan Laboratorium anjuran HB, HT, PT (Protombin
Time) dan PTT

(Partial Thromboplastine Time).

d. Obat-obat Lokal Anesthesi.


Salah satu faktor yang mempengaruhi spinal anestesi blok
adalah barisitas (Barik Grafity) yaitu rasio densitas obat spinal
anestesi yang dibandingkan dengan densitas cairan spinal
pada

suhu

370C.

Barisitas

penting

diketahui

karena

menentukan penyebaran obat anestesi lokal dan ketinggian


blok

karena

graftasi

bumi

akan

menyebabkan

cairan

hiperbarik akan cendrung ke bawah. Densitas dapat diartikan


sebagai berat dalam gram dari 1ml cairan (gr/ml) pada suhu
tertentu. Densitas berbanding terbalik dengan suhu.
Persiapan alat anestesi spinal antara lain :
a. Peralatan monitor
b. Tekanan darah, nadi, oksimetri denyut (pulse oximeter) dan
EKG.
c. Peralatan resusitasi / anestesi umum.
d. Jarum spinal
9.2

Cara-cara pemberian Anastesi Lokal di RSU Mitra Delima

Malang
Adapun cara-cara Pemberian Anastesi Lokal adalah sebagai berikut :

9.3

Infltrasi
Field Block
Nerve Block
Refregeration analgesia
Intravenous lokal analgesia
Topikal analgesi.
Central Neural Block.

Prosedur pemberian anastesi lokal di RSU Mitra Delima

Malang

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

4. Inspeksi dan palpasi daerah lumbal yang akan ditusuk (dilakukan


ketika kita visite pre-operatif), sebab bila ada infeksi atau
terdapat tanda kemungkinan adanya kesulitan dalam
penusukan, maka pasien tidak perlu dipersiapkan untuk spinal
anestesi.
5. Posisi pasien :
a. Posisi Lateral. Pada umumnya kepala diberi bantal setebal
7,5-10cm, lutut dan paha fleksi mendekati perut, kepala
ke arah dada.
b. Posisi duduk. Dengan posisi ini lebih mudah melihat
columna vertebralis, tetapi pada pasien-pasien yang telah
mendapat premedikasi mungkin akan pusing dan
diperlukan seorang asisten untuk memegang pasien
supaya tidak jatuh. Posisi ini digunakan terutama bila
diinginkan sadle block.
c. Posisi Prone Jarang dilakukan, hanya digunakan bila dokter
bedah menginginkan posisi Jack Knife atau prone.
6. Kulit dipersiapkan dengan larutan antiseptik seperti betadine,
alkohol, kemudian kulit ditutupi dengan doek bolong steril.
9.4

Jenis-jenis obat Anastesi lokal yang digunakan di RSU

Mitra Delima Malang.


Pada pembuluh darah mempunyai efek langsung pada arteriole
sehingga menimbulkan vasodilatasi dengan demikian akan terjadi
penurunan tekanan darah pada pemberian langsung secara intravena.
4. Prokain
Nama lain dari preparat ini adalah : Novocain atau Neokain.
Nama kimia para aminobenzoic acid aster dari diethylamino.
5. Lidokain
Sering disebut dengan nama dagang : lidokain atau xylokain.
Awitan aksi : infltrasi 0,51 menit; epidural 515 menit.
Efek puncak

: infltrasi/epidural < 30 menit

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

Lama aksi : infltrasi 0,5 1 jam; bila dicampur dengan


epineprin lama aksi 2 6

jam; epidural 1 3

jam.
Dosis

: Anestesi Lokal, Topikal 0,6 3 mg / kg bb


(larutan 2% - 4%),blok saraf tepi / infltrasi 0,5 5 mg /
kg bb (larutan 0,5 2 %).

Eliminasi

: hati, paru

Kemasan

: pemberian parenteral ; blok saraf tepi/ infltrasi :

0,5%, 1%, 1,5% , 2% dengan atau tanpa epineprin.


Penyimpanan : suhu kamar 30 derajat celcius, lindungi dari
cahaya.
Indikasi

a. Prosedur yang membutuhkan kerjasama dengan


penderita seperti perbaikan tendon, pembedahan mata
serta pemeriksaan gerakan faring.
b. Menghindari bahaya pemberian obat anestesi umum.
Kontraindikasi :
a. Alergi atau hipersensitiftas terhadap obat anestesi lokal
sebagian besar disebabkan oleh kelebihan dosis Infeksi
lokal atau iskemi pada tempat suntikan.
b. Pembedahan luas yang membutuhkan dosis toksis
anestesi lokal.
6. Bupivacain HCL
Sangat populer disebut dengan marcaine.
Awitan aksi : Infltrasi 2 10 menit, epidural 4 17 menit
Efek puncak
spinal
Lama aksi

: Infltrasi dan epidural, 30-45 menit,

15 menit
: Infltrasi/epidural/spinal ; 200 400 menit

(diperpanjang dengan epineprin)


Dosis

a. Untuk infltrasi lokal digunakan larutan 0,25%


b. Blok saraf kecil digunakan larutan 0,25%

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

c. Blok saraf yang lebih besar digunakan larutan 0,5%


d. Blok epidural digunakan larutan 0,5% - 0,75%
e. Blok spinal digunakan larutan 0,5%
Kontraindikasi :
a. Tidak disarankan untuk blok paraservikal obstetrik.
Obat dapat menyebabkan bradicardi.
b. Pasien dengan hipersensitiftas terhadap anestetik
lokal tipe amida.
c. Pasien mengalami syok hipovolemi, septikemia,
infeksi pada tempat suntikan, atau koagulopati,
suntikan epidural kaudal atau intratekal harus
dihindari.
d. Komplikasi pasca anestesi
e. Komplikasi anestesi adalah penyulit yang terjadi pada
periode perioperatif dapat dicetuskan oleh tindakan
anestesi sendiri dan atau kondisi pasien. Penyulit
dapat ditimbulkan belakangan setelah pembedahan.
Komplikasi anestesi dapat berakibat dengan kematian
atau cacat menetap jika todak terdeteksi dan ditolong
segera dengan tepat. Kompliaksi kadang-kadang
datangnya tidak diduga kendatipun anestesi sudah
dilaksanakan dengan baik. Keberhasilan dalam
mengatasi komplikasi anestesi tergantung dari deteksi
gejala dini dan kecepatan dilakukan tindakan koreksi
untuk mencegah keadaan yang lebih buruk.
9.5

Keuntungan dan Kerugian Anastesi Lokal.


1. Keuntungan penggunaan anestesi regional adalah : murah,
sederhana, dan penggunaan alat minim, non eksplosif karena
tidak menggunakan obat-obatan yang mudah terbakar, pasien
sadar saat pembedahan, reaksi stres pada daerah pembedahan
kurang bahkan tidak ada, perdarahan relatif sedikit, setelah

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

pembedahan pasien lebih segar atau tenang dibandingkan


anestesi umum.
2. Kerugian dari penggunaan teknik ini adalah waktu yang
dibutuhkan untuk induksi dan waktu pemulihan lebih lama,
adanya resiko kurang efektif block saraf sehingga pasien
mungkin membutuhkan suntikan ulang atau anestesi umum,
selalu ada kemungkinan komplikasi neurologi dan sirkulasi
sehingga menimbulkan ketidakstabilan hemodinamik, dan pasien
mendengar berbagai bunyi kegiatan operasi dalam ruangan
operasi.
9.6

Manejemen Komplikasi Anastesi


Komplikasi anestesi spinal adalah hipotensi, hipoksia, kesulitan
bicara, batuk kering yang persisten, mual muntah, nyeri kepala
setelah operasi, retansi urine dan kerusakan saraf permanen.

A. Komplikasi Sirkulasi
Gangguan sirkulasi yang paling umum adalah hipotensi, hipertensi
dan aritmia.

1. Hipotensi
Hipotensi biasanya disebabkan cleh penurunan venous
return

pada

jantung,

gangguan

fungsi

ventrikel

kiri,

vasodilatasi arteri yang berlebihan yang kurang umum.


Hipovolemia adalah penyebab hipotensi paling umum di
PACU.

Hipovolemia

absolut

dapat

disebabkan

oleh

penggantian cairan yang tidak adekuat, sekuesterisasi


cairan yang terus-menerus oleh jaringan (rongga ketiga),
atau drainase luka, serta perdarahan post operasi. Konstriksi
vena selama hipotermia mungkin menutupi hipovolemia
sampai suhu pasien mulai naik lagi. Kemudian dilatasi vena
menghasilkari hipotensi yang tertunda. Hipovolemia relatif
adalah

bertanggung

jawab

untuk

hipotensi

yang

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

dihubungkan dengan spinal atau epidural, venodilator, dan


blokade alfa adrenergik; peningkatan untuk segera dilakukan
aspirasi pleura bahkan sebelum konfrmasi radiograf. Begitu
juga

hipotensi

menyertai

karena

trauma

dada

tamponade
atau

jantung,

bedah

biasanya

thorax,

sering

diperlukan pericardiocentesis atau thoracotomi.


2. Hipertensi
Hipertensi post operasi adalah umum dan khususnya
terjadi pada 30 menit pertama setelah tindakan. Rangsangan
nyeri dari sayatan, intubasi trakea, atau kandung kemih
penuh, biasanya ikut berperan. Hipertensi post operasi bisa
juga karena aktivasi reflek simpatis, yang menjadi bagian dari
respon

neuroendokrin

terhadap

pembedahan

atau

hipoksemia sekunder, hiperkapnea, atau asidosis metabolic.


Pasien-pasien dengan riwayat hipertensi sistemik mudah
berkembang menjadi hipertensi bahkan tanpa sebab yang
jelas. Derajat kontrol hipertensi berbanding terbalik dengan
insiden hipertensi pada beberapa pasien. Cairan berlebihan
atau hipertensi intrakranial dapat juga tampak sebagai
hipertensi post operasi.Peningkatan ringan sampai sedang
dapat diterapi dengan beta bloker iv seperti labetolol,
esmolol, atau propanalol. Ca chanel blocker nicardipin atau
pasta nitrogliserin, serta nifedipine sublingual juga efektif.
Operasi selesai dalam 3 jam. Meski pasien tak mengeluh nyeri
selama operasi diberikan tambahan sedasi ringan (midazolam
2 mg).
B. Komplikasi Respirasi
Komplikasi yang berhubungan dengan sumbatan jalan nafas,
hipoventilasi, hipotermi dan hipoksemia.
1. Sumbatan Jalan Nafas
Penyebab sumbatan jalan nafas adalah lidah jatuh ke
belakang, spasme laring, udema glottis, sekresi, muntahan,

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

darah di jalan nafas, atau tekanan luar dari trakea (tersering


karena hematoma di leher). Pasien dengan sumbatan jalan
nafas harus diberi suplemen oksigen sementara ukuran
koreksi dikerjakan. Kombinasi gerakan mendorong rahang dan
memiringkan kepala akan menarik lidah ke depan dan
membuka. jalan nafas. Memasang pipa nasal atau oral sering
meringankan masalah. pipa nasal lebih ditolelir oleh pasienpasien selama pernulihan dan lebih sedikit kemungkinan
trauma pada gigi bila mereka menggigit.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi didefnisikan sebagai PaCO2 > 45 mmHg,
adalah sering sering terjadi setelah anestesi umum. Nyeri
sayatan dan disfungsi diafragma setelah pembedahan perut
atas atau dada, perut yang menggelembung, pakaian yang
ketat perutnya adalah factor-faktor lainnya yang dapat
memberi kontribusi pada hipoventilasi. Kenaikan produksi C02
karena

menggigil,

hipertermi,

atau

sepsis

dapat

juga

meningkatkan PaCO2 bahkan pada pasien normal yang pulih


dari

anestesi

umum.

Tanda

hipoventilasi

dan

asidosis

respiratorik dapat dilihat jika factor-faktor tersebut tumpang


tindih pada seseorang yang cadangan ventilasinya terganggu
karena penyakit pulmoner, neuromuskuler, atau neurology
yang mendasarinya.
3. Hipotermi
Menggigil terjadi sebagai akibat dari hipotermia intra
operasi atau dari agent anestesi. Hal ini juga biasa terjadi
pada

pertengahan

periode

post

partum.

Penyebab

terpenting dari hipotermia adalah redistribusi panas dari


bagian tengah tubuh kebagian tepi tubuh. Menggigil adalah
suatu usaha tubuh untuk meningkatkan produksi panas,
meningkatkan

suhu

tubuh

dan

mungkin

diikuti

oleh

vasokonstriksi yang hebat. Bahkan pemulihan dari ancstesi


umum yang singkatpun kadang-kadang juga menggigil.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

Hipotermi diterapi dengan alat penghangat udara, lampu


hangat atau selimut hangat untuk meningkatkan suhu tubuh
ke normal. Menggigil yang hebat dapat menyebabkan
kenaikan

konsumsi

oksigen,

produksi

C02,

dan

curah

jantung.
4. Hipoksemia
Hipokscmia ringan adalah biasa terjadi pada pasienpasien yang pulih dari anestesi tanpa diberi suplemen
oksigen selama pemulihan. Hipoksia ringan sampai sedang
(Pa02 50-60 mmHg) pada pasien pasien muda sehat sejak
awal mungkin dapat ditoleransi dengan baik, tetapi dengan
peningkatan durasi atau keparahan stimulasi simpatis awal
sering terlihat berganti dengan asidosis progresif dan
depresi sirkulasi. Terapi oksigen dengan atau tanpa tekanan
positif jalan nafas adalah dasar dari terapi. Pemberian rutin
30-60%

oksigen

hipoksemia

dengan

biasanya

cukup

hipoventilasi

untuk

sedang

mencegah

Pasien-pasien

dengan hipoksemia berat atau meaetap harus diberi 100%


oksigen lewat NRM atau ETT sampai penyebabnya diketahui
dan terapi lainnya dimulai;Ventilasi mekanik diko-_ trol atau
dibantu mungkin juga diperlukan.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

BAB X
PERTEMUAN / RAPAT
Rapat tim PAB RSU Mitra Delima terdiri dari :
9.1 Rapat Rutin Tim PMKP
Rapat Rutin diselenggarakan pada :
Waktu : setiap hari Jumat
Jam
: 13.00 - selesai
Tempat : Ruang Rapat RSU Mitra Delima
Peserta : Seluruh tim PMKP termasuk tim Mutu, tim KPRS dan tim
Manrisk
Materi : Pembuatan program tentang Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien
Pembahasan masalah dan pemecahannya
Evaluasi kinerja dan sosialisasi hasil kerja
9.2 Rapat Insidentil Tim PMKP
Diselenggarakan sewaktu waktu bila ada masalah atau sesuatu yang
perlu dibahas segera.
9.3 Rapat Rutin Tim PMKP
Waktu : setiap hari Sabtu
Jam
: 09.00 11.00
Tempat : Ruang Rapat RSU Mitra Delima
Peserta : Seluruh anggota Tim Akreditasi
Materi : Pembahasan masalah dan pemecahannya
Evaluasi kinerja dan sosialisasi hasil kerja ke masing
masing unit

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

BAB XI
PELAPORAN
10.1 PELAPORAN
a) Pelaporan dilaksanakan masing masing anggota tim PAB tentang
tugas dan tanggung jawab masing masing kepada ketua tim PAB
melalui sekretaris setiap rapat rutin tim PAB.
b) Ketua tim PAB memberikan laporan pertanggungjawaban kepada
Direktur rumah sakit setiap rapat rutin tim akreditasi rumah sakit
10.2 MONITORING DAN EVALUASI
Rapat tim PAB RSU Mitra Delima bertujuan untuk melakukan
monitoring dan evaluasi dari kegiatan PAB.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkala:
1. Harian (evaluasi observasi langsung, laporan insiden)
2. Bulanan (laporan dari unit kerja ke tim PMKP)
3. Tribulan (laporan dari unit kerja ke tim PMKP, laporan dari tim PMKP
ke manajemen)
4. Tahunan (laporan dari tim PMKP ke manajemen, laporan dari
manajemen ke pemilik)
Sarana yang dipergunakan dalam monitoring dan evaluasi adalah:
1. Laporan langsung ke Tim PMKP / Direktur (secara teratur dan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

insidentil)
Rapat kerja unit.
Rapat kerja bulanan.
Rapat kerja direksi.
Rapat komite komite.
Rapat koordinasi.
Rapat manajemen RS dengan pemilik.
Monitoring dan evaluasi lain.
Tim PMKP RSU Mitra Delima melakukan pencatatan kegiatan yang

telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Direktur RSU


Mitra Delima Malang. Tim PMKP melakukan analisa data terhadap
kegiatan pemenuhan indikator, dengan cara membandingkan secara
internal, yaitu dengan pencapaian target sebelumnya sesuai target
yang telah ditetapkan.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

10.3 METODE
Upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit bisa dilaksanakan
melalui pendekatan secara tidak langsung dan langsung. Pendekatan
metode secara tidak langsung terhadap upaya peningkatan mutu
pelayanan adalah :
a. Pendidikan dan pelatihan staf terhadap keahlian yang dibutuhkan di
unit pelayanan tersebut.
b. Sertifkasi yang dibutuhkan
c. Penambahan tenaga, saranan, prasarana, dan peralatan.
d. Pembiayaan
e. Penggunaan obat-obatan secara rasional
f. Standarisasi
g. Akreditasi
h. Program-program khusus, misalnya kepuasan pasien.
Pendekatan

metode

secara

langsung

dengan

metode

PDCA.

Pengertian pengendalian kualitas pelayanan di atas mengacu pada


siklus pengendalian (control cycle) dengan memutar siklus Plan-DoCheck-Action (P-D-C-A) = Relaksasi (rencanakan laksanakan
periksa aksi).

Pola P-D-C-A ini dikenal sebagai siklus Shewart,

karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Shewhart beberapa


puluh tahun yang lalu. Namun dalam perkembangannya, metodologi
analisis P-D-C-A lebih sering disebuit siklus Deming. Hal ini karena
Deming adalah orang yang mempopulerkan penggunaannya dan
memperluas penerapannya. Dengan nama apapun itu disebut, P-D-C-A
adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus
menerus (continous improvement) tanpa berhenti.
Konsep P-D-C-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer
untuk proses perbaikan kualitas (quality improvement) secara rerus
menerus tanpa berhenti tetapi meningkat ke keadaaan yang lebih baik
dan dijalankan di seluruh bagian organisasi.
Dalam

konsep

PDCA,

pengidentifkasian

masalah

yang

akan

dipecahkan dan pencarian sebab-sebabnya serta penetuan tindakan


koreksinya, harus selalu didasarkan pada fakta. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindarkan adanya unsur subyektivitas dan pengambilan
keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat emosional.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

Selain itu, untuk memudahkan identifkasi masalah yang akan


dipecahkan dan sebagai patokan perbaikan selanjutnya perusahaan
harus menetapkan standar pelayanan.
Hubungan pengendalian kualitas pelayanan dengan peningkatan
perbaikan berdasarkan siklus P-D-C-A (Relationship between Control
and Improvement under P-D-C-A Cycle) diperlihatkan dalam gambar 2.
Pengendalian

kualitas

berdasarkan

siklus

P-D-C-A

hanya

dapat

berfungsi jika sistem informasi berjalan dengan baik dan siklus


tersebut dapat dijabarkan dalam enam langkah seperti diperlihatkan
dalam gambar 3.
Peningkatan

Pemecahan masalah
dan peningkatan

Standar
A

Pemecahan masalah
dan peningkatan

Standar
Gambar 1. Siklus dan Proses Peningkatan PDCA
Plan
Action

Plan

(1)
Menentukan
Tujuan dan sasaran
Check

(6)
Mengambil Do
tindakan
yang tepat

Action
(2)
Menetapkan
Metode untuk
Mencapai tujuan
Follow-up

Corrective
Action

Check

Menyelenggarakan
Pendidikan dan
latihan

(5)
Memeriksa akibat
pelaksanaan

Improvement
(4)

(3)

Melaksanakan
pekerjaan Under P-D-C-A Cycle
Gambar 2. Relationship Between Control and Improvement

Gambar 3. Siklus PDCA

Do

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

Keenam langkah P-D-C-A yang terdapat dalam gambar 3 di atas


dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan
yang ditetapkan.

Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh

Kepala RS atau Kepala Divisi. Penetapan sasaran didasarkan pada


data pendukung dan analisis informasi.
Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula
diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada
semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak
dicapai oleh penyebaran kebijakan dan tujuan, semakin rinci
informasi.
b. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan Plan
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan
berhasil

dicapai

mencapainya.

tanpa

disertai

metode

yang

tepat

untuk

Metode yang ditetapkan harus rasional, berlaku

untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan karyawan untuk


menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang
akan digunakan perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja
yang dapat diterima dan dimengerti oleh semua karyawan.
c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan Do

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar


kerja. Agar dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program
pelatihan para karyawan untuk memahami standar kerja dan
program yang ditetapkan.
d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan Do
Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang
dihadapi dan standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi
yang selalu dapat berubah. Oleh karena itu, ketrampilan dan
pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk
mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan
karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
e. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan Check
Manajer

atau

atasan

perlu

memeriksa

apakah

pekerjaan

dilaksanakan dengan baik atau tidak. Jika segala sesuatu telah


sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan mengikuti standar
kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan.

Hal yang harus

disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan


itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan dan
manakah yang bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan,
metode (standar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas
baik oleh karyawan maupun oleh manajer. Untuk mengetahui
penyimpangan,
pelaksanaan

dapat

dilihat

pekerjaan

dan

dari

akibat

setelah

itu

yang

timbul

dari

dapat

dilihat

dari

penyebabnya.
f. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat Action
Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk
menemukan penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan,
maka penyebab timbulnya penyimpangan harus ditemukan untuk
mengambil

tindakan

yang

tepat

agar

tidak

terulang

lagi

penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah


mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting
dalam pengendalian kualitas pelayanan.

PEDOMAN
PENGORGANISASIAN

Konsep PDCA dengan keenam langkah tersebut merupakan


sistem yang efektif untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk
mencapai

kualitas

pelayanan

yang

akan

dicapai

diperlukan

partisipasi semua karyawan, semua bagian dan semua proses.


Partisipasi semua karyawan dalam pengendalian kualitas pelayanan
diperlukan kesungguhan (sincerety), yaitu sikap yang menolak
adanya tujuan yang semata-mata hanya berguna bagi diri sendiri
atau menolak cara berfkir dan berbuat yang semata-mata bersifat
pragmatis. Dalam sikap kesungguhan tersebut yang dipentingkan
bukan hanya sasaran yang akan dicapai, melainkan juga cara
bertindak seseorang untuk mencapai sasaran tersebut.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan
mencakup semua jenis kelompok karyawan yang secara bersamasama merasa bertanggung jawab atas kualitas pelayanan dalam
kelompoknya. Partisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas
pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak hanya terhadap
output, tetapi terhadap hasil setiap proses. Proses pelayanan akan
menghasilkan suatu pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin
dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas dalam setiap
tahapan dari proses.

Dimana dalam setiap tahapan proses dapat

dijamin adanya keterpaduan, kerjasama yang baik antara kelompok


karyawan dengan manajemen, sebagai tanggung jawab bersama
untuk menghasilkan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai
mata rantai dari suatu proses.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus
yang

berkesinambungan.

Langkah

pertama

adalah

proses

identifkasi masalah. Langkah kedua adalah membandingkan hasil


dengan standar yang telah ditetapkan. Langkah ketiga adalah
mencari pemecahan masalah. Langkah keempat adalah penilaian
kembali apakah masalah yang ada telah terpecahkan, jika belum
terdapat pemecahan masalah maka proses berulang kembali.

Anda mungkin juga menyukai