Anda di halaman 1dari 6

ttp://dx.doi.org/10.4046/trd.2014.77.5.

209
ORIGINAL ARTICLE ISSN: 1738-3536(Print)/2005-6184(Online) Tuberc Respir Dis 2014;77:209-214

Efek Bronkiektasis Terhadap


Asma Eksaserbasi

Hye Ran Kang, M.D., Gyu-Sik Choi, M.D., Sun Jin Park, M.D., Yoon Kyung Song, M.D., Jeong Min
Kim, M.D., Junghoon Ha, M.D., Yung Hee Lee, M.D., Byoung Hoon Lee, M.D., Sang-Hoon Kim,
M.D. and Jae Hyung Lee, M.D.
Division of Pulmonology and Allergy, Department of Internal Medicine, Eulji General Hospital, Eulji University School of
Medicine, Seoul, Korea

Latar belakang: bronkiektasi dan asma adalah dua hal yang berbeda dari berbagai aspek, tapi beberapa
pasien memiliki kedua kondisi. Penelitian tentang efek bronkiektasis terhadap asma eksaserbasi jarang
dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengivestigasi efek bronkiektasis terhadap asma
eksaserbasi.
Metode: kami mendata 2.270 pasien yang ditindaklanjuti di rumah sakit kami. Terdapat 50 pasien yang
menderita bronkiektasis dan asma. Kami memilih 50 usia dan dengan jenis kelamin berbeda untuk
kelompok kontrol dari 2220 pasien asma tanpa bronkiektasis, yang dinilai asma eksaserbasi dan beratnya
berdasarkan kejadian tahunan dari total asma eksaserbasi, prevalensi penggunaan steroid, dan frekuensi
kunjungan ke IGD dan rawat inap untuk asma eksaserbasi pada masing-masing kelompok.
Hasil: terdapa 50 pasien (2,2%) yang memiliki bronkiektasi dan asma. Angka kejadian asma eksaserbasi
lebih tinggi pada pasien dengan asma dan bronkiektasis dari pada pasien dengan asma saja (1.081.68 vs.
0.350.42, p=0.004). Penggunaan steroid (0.91.54 vs. 0.260.36, p=0.006) and dan frekuensi kunjungan
ke igd 0.460.84 vs. 0.020.13, p=0.001) karena asma eksaserbasi juga lebih tinggi pada pasien dengan
asma dan bronkiektasis daripada pasien dengan asma saja.
Conclusion:
Bronkiektasi memiliki hubungan dengan asma yang sulit dikontrol
Keywords: Bronchiectasis; Asthma; Disease Exacerbation

Introduksi
Asma adalah gejala klinis yang memiliki
karakteristik dari tiga komponen yang berbeda, yaitu
episode rekuren dari obstruksi jalan napas,
hiperresponsif jalan napas, dan inflamasi jalan napas.
Asma eksaserbasi adalah episode semakin
meningkatnya sesak napas, batuk, wheezing atau chest
tightening, atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut.
Asma eksaserbasi berhubungan dengan berbagai
faktor resiko seperti alergen, infeksi virus, polutan,
obat-obatan, stress emosional, rhinitis, sinusitis, refluks
gastroesophagus, dan menstruasi.
Bronkiektasis didefinisikan sebagai dilatasi jalan
napas yang permanen karena peradangan bronkus
kronik yang disebabkan oleh tidak adekuatnya
pembersihan berbagai mikroorganisme dan rekurent
atau kronik infeksi. Meskipun prevalensi sebenarnya
tidak diketahui untuk sebagian besar wilayah,
bronkiektasis sekarang didiagnosa dengan Peningkatan
frekuensi di amerika utara dan seluruh dunia. Diagnosa
bronkiektasis berdasarkan rekam medis dan temua pola
karakteristik pada CT scan resolusi tinggi
HR Kang et al.

Kami meneliti secara retrospektif rekam medik 2270


Bronkiektasis dan asma adalah penyakit yang pasien asma yang mengunjungi rumah sakit Eulji selama
tahun 1999-2010. Bronkiektasis didiagnosa pada 50 dari
berbeda. Walaupun beberapa pasien memiliki kedua 2270 pasien asma selama pemeriksaan, kami mengambil
nya dalam waktu yang bersamaan. Hanya sedikit data populasi kontrol sebanyak 50 orang dari 2.220 pasien
yang menentukan efek bronkiektasi pada asma asma tanpa bronkiektasis sesuai umur dan jenis kelamin
eksaserbasi. Untuk pengetahuan kita bersama, hanya Asma eksaserbasi didiagnosa oleh dokter ketika pasien
terdapat satu laporan untuk dampak bronkiektasis mengalami episode sesak napas, batuk, wheezing atau
pada asma. Bagaimanapun banyak penelitian untuk nyeri dada, atau kombinasi dari beberapa gejala. Mereka
asma termasuk pasien bronkiektasis. diterapi dengan steroid dan B-agonis kerja cepat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Jika pasien dengan bronkiektasi memiliki peningkatan
menginvestigasi efek dari bronkiektasis pada asma produksi sputum dan kekentalan sputum, a foul odor
eksaserbasi. sputum dan dokter mensuspekan mereka sebagai
bronkiektasis eksaserbasis saja, itu tidak dimasukkan ke
dalam asma eksaserbasi.
Material dan Metode Mereka diobati dengan antibiotik.4) rawat inap selama
asma eksaserbasi. Penggunaan steroid pada asma
eksaserbasi adalah penggunaan steroid bukan saat
Asma didiagnosis dengan Global Initiative for Asthma pasien di IGD maupun rawat inap. Kunjungan ke IGD
guideline sebagai dasar diagnosis. Asma didiagnosis selama asma eksaserbasi adalah kunjungan ke IGD saja,
ketika pasien memiliki gejala seperti sulit bernafas, jika pasien harus dirawat selama asma eksaserbasi itu
terhitung sebagai kunjungan rawat inap. Rawat inap
mengi, batuk dan dada tertekan, dan pada spirometri selama asma eksaserbasi termasuk pasien yang dirawat
menunjukkan hasil reversibilitas brongkus sebanyak 12% melalui IGD atau pasien dari luar departemen.
dan dan 200mL dari nilai bronkodilatasi atau Fungsi paru diuji dengan spirometri. Spirometri
hiperrensponsive jalan nafas ketika dirangsang dikalibrasi sekali sehari dengan larutan saline sebanyak 3
menggunakan methacholine menyebabkan penurunan liter, dan dilakukan oleh operator manual. Masing masing
20% dari forced expiratory volume in 1 second (FEV1) pasien diuji paling sedikit 3 kali. Nilai yang terbaik
menunjukkan persentase nilai prediksi and nilai absolut.
dibawah 25mg/mL. Derajat reversibiliti pada FEV1 menunjukkan indikasi
Bronkiektasis didiagnosa dengan HRCT thoraks asma jikan hasilnya 12% dan 200 mL dari nilai
(LightSpeed Ultra 16; General Electric, Milwaukee, WI, prebronkodilator.
USA), sesuai dengan kriteria McGuiness et al (Figure 1). Atopi dinilai dengan skin prick test untuk 16 komponen
Indikasi untuk HRCT dengan temuan klinis seperti alergen (Dermatophagoides pteronyssinus,
batuk kronis, produksi dahak dan temuan abnormal Dermatopha-goides farinae, Tyrophagus putrescentiae,
pada pemeriksaan foto thoraks. Cladosporium herbarum, Aspergillus fumigatus, Alternaria,
Trichophyton species, epitelium anjing, bulu kucing,
kecoa, marmut, ragweed, serbuk kayu, serbuk daun,
Japanese hop,kontrol histamin positif, dan kontrol
negatifnya normal saline). Hasil skin prick test postif jika
lingkaran paling sedikiti 3 mm dan tidak ada reaksi
terhadap kontrol negatif .
Analisa statistik menggunakan SPSS ver. 12.0 (SPSS Inc.,
Chicago, IL, USA).Values were expressed as meansSD.
Continuous variables dibandingkan dengang Sudents t
test. chi-square atau Fisher exact test yang digunakan
untuk membandingkan categori masing masing variable.
Seluruh p-values dari 2-tailed tests dan p-values kurang
dari 0.05.

Figure 1. High-resolution computed tomography of an asthma pa-


tient with bronchiectasis.
The effects of bronchiectasis on asthma exacerbation

Pasien dengan asma saja yang menggunakan inhalasi


glukokortikosteroid yang dikombinasi dengan long
Hasil acting inhalasi 2-agonists (ICS+LABA, 64%) dan
leukotriene reseptopr antagonis (LTRA, 24%) sebagai
Kami mendata 2.270 pasien asma yang mengunjungi kontroler. Pasien asma dengan bronkiektasi
rumah sakit kami antara tahun 1999 dan 2010. menggunakan ICS+LABA (60%) dan LTRA (14%), and
Bronkiektasi didiagnosa pada 50 dari 2270 pasien asma theofilin (12%).
yang kami periksa. Prevalensi bronkiektasi diantara Asma eksaserbasi pada subjek penelitian kami rangkum
pasien asma adalah 2,2%. pada tabel 2. Kejadian asma eksaserbasi, penggunaan
Karakteristik dasar dari subjek penelitian kami steroid, kunjungan ke IGD karena asma eksaserbasi lebih
rangkum pada tabel 1. Dimana tidak ada perbedaan tinggi pada pasien dengan asma dan bronkiektasis
daripada pasien dengan asma saja. Pasien dengan asma
pada durasi pemeriksaan, level IgE total, hasil atopi, saja lebih sering dirawat daripada pasien dengan asma
atau fungsi paru pada kedua grup. eksaserbasi. Bagaimanapun tidak ada perbedaan statistik
yang signifikan (p=0.4).
Tidak ada pasien asma dengan bronkiektasis yang
memiliki alergi terhadap bronchopulmonary aspergillosis
atau cystic fibrosis.
Table 1. Baseline characteristics of the subjects
Asthma with bronchiectasis (n=50) Asthma alone (n=50) p-value
Age, yr 58.812.1 59.611.6 0.738
Gender (male:female) 16:34 16:34 NS
Height, cm 157.77.5 156.18.6 0.327
Weight, kg 58.69.7 57.98.2 0.708
Follow-up duration, mo 51.935.2 53.829.8 0.769
Total IgE, IU/mL 183.9269.8 307.3440.5 0.351
Presence of atopy 5 5 NS
Smoking history NS
Never smoker 39 38
Ex-/current smoker 11 12
Pulmonary function tests
Pre-bronchodilator
FVC, L 2.230.79 2.290.80 0.733
FVC pred% 74.118.3 79.618.0 0.144
FEV 1, L 1.330.53 1.440.60 0.362
FEV 1 pred% 61.622.2 67.825.5 0.214
FEV 1/FVC 60.013.9 60.614.0 0.843
Post-bronchodilator
FVC, L 2.460.75 2.580.76 0.476
FVC pred% 81.517.0 87.116.7 0.125
FEV 1, L 1.560.57 1.620.58 0.623
FEV 1 pred% 71.822.2 77.124.3 0.29
FEV 1/FVC 63.413.8 63.013.2 0.914
Change in FEV 1 post bybronchodilator, % 23.613.7 17.710.4 0.027
PC20, mg/dL 9.839.20 3.583.06 0.769
Values are expressed as meansSD.
NS: not specific; Never smoker: no smoking history ever; Ex-smoker: no current smoking status for at least 3 months with previous smoking
history; FVC: forced expiratory vital capacity; FEV 1: forced expiratory volume in 1 second; pred%: percent of the normal predicted value;
PC20: provocative concentration of methacholine causing a 20% fall in FEV 1.

www.e-trd.org ttp://dx.doi.org/10.4046/trd.2014.77.5.209 211


HR Kang et al.

Table 2. Asthma exacerbations in subjects


Asthma with bronchiectasis Asthma alone p-value
Total asthma exacerbation
Total number 2.623.14 1.782.61
Frequency 1.081.68 0.350.42 0.004
Steroid use
Total number 2.143.08 1.141.66
Frequency 0.901.54 0.260.36 0.006
ER visits
Total number 1.021.15 0.180.87
Frequency 0.460.84 0.020.13 0.001
Hospitalization
Total number 0.140.35 0.71.44
Frequency 0.060.22 0.100.17 0.4
Values are presented as meanSD.
Total asthma exacerbation means total number of steroid use, ER visits, and hospitalizations due to asthma exacerbation.
Frequency: number/yr; ER: emergency room.

Discussion Studi ini menyelidiki alasan mengapa pasien


dengan bronkiektasis dan asma memiliki tingkat
Hanya satu laporan untuk dampak dari koeksiting eksaserbasi lebih tinggi dibandingkan pasien dengan
bronkiektasis pada asma, pada penelitian tersebut asma saja. kolonisasi bakteri pada pasien dengan
asma dengan bronkiektasi paling banyak dimiliki asma bronkiektasis disebabkan oleh gangguan pergerakan
derajat persisten, dimana asma murni paling banyak muco-silia dan bersihan lendir, dan memicu siklus
memiliki derajat asma persisten sedang dan asma peradangan yang ditandai dengan diaktifkannya neutrofil
intermiten (69.4%). Rawat inap karena asma derajat dan neutrofil proteases. Penggunaan antibiotik inhalasi
eksaserbasi adalah 49 % pada pasien dengan asma dan pada pasien bronkiektasis dapat menurunkan jumlah
bronkiektasis dan 17,6% pada pasien dengan asma saja. bakteri, peradangan saluran napas, dan frekuensi
Dan kejadian gagal napas kronik secara signifikan lebih eksaserbasi. Peradangan saluran udara pada
tinggi pada kelompok bronkiektasis (9.8% vs. 0%). Pada bronkiektasis dapat dikaitkan dengan eksaserbasi asma.
penelitian sebelumnya, proporsi asma persisten sedang Hubungan antara asma dan bronkiektasis telah
dan asma persistenten berat adalah 70% dan asma dilaporkan dalam banyak studi. Hipotesis bahwa asma
persisten ringan adalah 4%. Proporsi asma persisten dan atopi mungkin memiliki peran dalam patogenesis
sedang dan asma berat pada pasien dengan asma saja bronkiektasis pertama kali disebutkan pada tahun 1939.
adalah 44% dan proporsi asma persisten berat adalah Sejak 1939, telah banyak penelitian yang melaporkan
48% dan asma persisten ringan adalah 8%. Proporsi hubungan positif antara bronkiektasis, hiperreaktivitas
asma berat dan ringan pada pasien asma dengan bronkus, dan asthma. Sementara beberapa studi tidak
bronkiektasis lebih tinggi dari pada pasien dengan menemukan hubungan antara bronkiektasis dan atopi.
asma saja. Prevalensi yang dilaporkan pada pasien asma
Pada penelitan ini insiden asma eksaserbasi, dengan bronkiektasis berkisar dari 2,7% hingga 42%.
penggunaan steroid dan kunjungan ke IGD karena Namun, hanya ada dua laporan prevalensi bronkiektasis
asma eksaserbasi lebih tinggi pada pasien dengan pada asma. salah satu yang dilaporkan bahwa, prevalensi
asma dan bronkiektasis daripada pasien dengan asma bronkiektasis adalah 1,8% di antara kasus asma baru.
saja Tidak ada perbedaan signifikan pada jumlah pasien Laporan lainnya sebanyak 3%. Dalam penelitian ini,
pertahun yang dirawat inap antara kedua grup. Pasien prevalensi bronkiektasi adalah 2,2% yang hampir sama
pada penelitian ini paling banyak pasien dengan asma dengan laporan sebelumnya.
sedang sampai berat, which would have an influence on European Respiratory Society dan American Thoracic
the results. Suptipe bronkiektasis tidak berhubungan Society telah merilis pedoman baru pada asma berat.
dengan asma eksaserbasi pada penelitian ini. Mereka menemuka review yang sistematis atau studi
utama yang meneliti menggunakan HRCT pada skrining
pasien dengan asma berat sebagai potensi komorbiditas
atau kondisi lainnya. Namun, mereka memberikan nilai
yang relatif tinggi pada identifikasi diagnosis alternatif,
The effects of bronchiectasis on asthma exacerbation

Table 3. Asthma exacerbation and bronchiectasis subtypes in asthma patients with bronchiectasis
Cylindrical (n=30) Saccular or Varicose (n=20) p-value
Total asthma exacerbation
Total number 2.903.54 2.202.44
Frequency 1.402.02 0.620.81 0.067
Steroid use
Total number 2.373.55 1.802.26
Frequency 1.131.87 0.560.81 0.204
ER visits
Total number 0.130.35 0.150.37
Frequency 0.070.26 0.060.18 0.850
Hospitalization
Total number 0.800.89 1.351.42
Frequency 0.390.76 0.570.96 0.464
Values are presented as meanSD.
Total asthma exacerbation means total number of steroid use, ER visits, and hospitalizations due to asthma exacerbation.
Frequency: number/year; ER: emergency room.

komorbiditas, nilai yang relatif rendah untuk Conflicts of Interest


menghindari komplikasi yang potensial, dan biaya
HRCT. Pada anak-anak dan orang dewasa dengan asma No potential conflict of interest relevant to this article was
berat tanpa indikasi spesifik untuk HRCT dapat reported.
didasaarkan riwayat. Gejala dan / atau hasil
penyelidikan sebelumnya, menganjurkan bahwa HRCT
hanya dilakukan pada presentasi atipikal, seperti
produksi lendir yang berlebihan, penurunan fungsi References
paru-paru yang, pengurangan faktor koefisien transfer
karbon monoksida dan atopi pada anak dengan asma 1. Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asth-
berat. Gejala klinis asma dan bronkiektasis dapat terjadi ma management and prevention 2013 [Internet]. Global Ini-
secara tumpang tindih seperti batuk berdahak dan tiative for Asthma; [cited 2014 Apr 1]. Available from: http://
dyspnea yang dapat terjadi baik dalam asma maupun www.ginasthma.org/.
bronkiektasis. Sebagian besar pasien asma dengan 2. Kim C, Kim DG. Bronchiectasis. Tuberc Respir Dis 2012;73:
bronkiektasis memiliki asma persisten yang berat. 249-57.
Sebuah studi screening HRCT pada pasien dengan 3. Seitz AE, Olivier KN, Steiner CA, Montes de Oca R, Holland
asma berat diperlukan diperlukan. SM, Prevots DR. Trends and burden of bronchiectasis-asso-
Penelitian kami memiliki beberapa keterbatasan.
ciated hospitalizations in the United States, 1993-2006. Chest
Pertama, studi kami merupakan studi retrospektif,
Single center, dan desain dengan pencocokan usia dan 2010;138:944-9.
jenis kelamin yang dapat menyebabkan bias seleksi. 4. Oguzulgen IK, Kervan F, Ozis T, Turktas H. The impact of
Tidak ada perbedaan dalam tinggi, berat, riwayat bronchiectasis in clinical presentation of asthma. South Med
merokok, dan tingkat IgE total antara dua kelompok, J 2007;100:468-71.
namun faktor-faktor lain tidak dibandingkan seperti 5. McGuinness G, Naidich DP, Leitman BS, McCauley DI. Bron-
durasi asma yang dapat berpengaruh terhadap hasil. chiectasis: CT evaluation. AJR Am J Roentgenol 1993;160:253-
Kedua, pasien dengan bronkiektasis yang tidak 9.
memiliki gejala atau foto thoraks normal mungkin 6. Niggemann B, Reibel S, Wahn U. The atopy patch test (APT):
dihilangkan. a useful tool for the diagnosis of food allergy in children with
Singkatnya, insiden tahunan eksaserbasi asma, atopic dermatitis. Allergy 2000;55:281-5.
penggunaan steroid akibat eksaserbasi asma, dan
7. Angrill J, Agusti C, De Celis R, Filella X, Rano A, Elena M, et
kunjungan UGD akibat eksaserbasi asma lebih tinggi pada
pasien dengan asma dan bronkiektasis dibandingkan al. Bronchial inflammation and colonization in patients with
dengan asma saja. Bronkiektasis dapat menjadi faktor clinically stable bronchiectasis. Am J Respir Crit Care Med
risiko untuk eksaserbasi asma. Jika pasien asma tidak 2001;164:1628-32.
terkontrol, HRCT bisa dipertimbangkan pada pasien
bronkiektasis.

www.e-trd.org ttp://dx.doi.org/10.4046/trd.2014.77.5.209 213


HR Kang et al.

8. Scheinberg P, Shore E. A pilot study of the safety and efficacy changes, and respiratory function in bronchiectasis. Thorax
of tobramycin solution for inhalation in patients with severe 1984;39:179-84.
bronchiectasis. Chest 2005;127:1420-6. 15. Pang J, Chan HS, Sung JY. Prevalence of asthma, atopy, and
9. Murray MP, Govan JR, Doherty CJ, Simpson AJ, Wilkinson TS, bronchial hyperreactivity in bronchiectasis: a controlled
Chalmers JD, et al. A randomized controlled trial of nebulized study. Thorax 1989;44:948-51.
gentamicin in non-cystic fibrosis bronchiectasis. Am J Respir 16. Pang J, Chan HS, Sung JY. Prevalence of asthma, atopy, and
Crit Care Med 2011;183:491-9. bronchial hyperreactivity in bronchiectasis: a controlled
10. Watson SH, Kibler CS. The role of allergy in bronchiectasis. J study. Thorax 1989;44:948-51.
Allergy 1939;10:364-76. 17. Bahous J, Cartier A, Pineau L, Bernard C, Ghezzo H, Martin
11. Varpela E, Laitinen LA, Keskinen H, Korhola O. Asthma, al- RR, et al. Pulmonary function tests and airway responsive-
lergy and bronchial hyper-reactivity to histamine in patients ness to methacholine in chronic bronchiectasis of the adult.
with bronchiectasis. Clin Allergy 1978;8:273-80. Bull Eur Physiopathol Respir 1984;20:375-80.
12. Ip M, Lam WK, So SY, Liong E, Chan CY, Tse KM. Analysis of 18. Chung KF, Wenzel SE, Brozek JL, Bush A, Castro M, Sterk PJ,
factors associated with bronchial hyperreactivity to metha- et al. International ERS/ATS guidelines on definition, evalu-
choline in bronchiectasis. Lung 1991;169:43-51. ation and treatment of severe asthma. Eur Respir J 2014;43:
13. Saynajakangas O, Keistinen T, Tuuponen T, Kivela SL. Links 343-73.
between hospital diagnoses of bronchiectasis and asthma. 19. Ip MS, So SY, Lam WK, Yam L, Liong E. High prevalence of
Allergy 1997;52:1120-2. asthma in patients with bronchiectasis in Hong Kong. Eur
14. Murphy MB, Reen DJ, Fitzgerald MX. Atopy, immunological Respir J 1992;5:418-23.

214 Tuberc Respir Dis 2014;77:209-214 www.e-trd.org

Anda mungkin juga menyukai