Anda di halaman 1dari 8

AGAMA ISLAM

Nama : Fistian Bayu Keshawa


NIM : 113140123
Kelas :R
Jurusan : Teknik Perminyakan

CERITA 1

Allah menyeru manusia ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-
Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (QS Yunus: 25)

Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa Allah SWT akan memberikan hidayah (jalan
kebaikan) kepada siapa saja yang dikehendakinya untuk memilih Islam. Tak peduli siapa
pun. Baik dia budak, majikan, pejabat, bahkan tokoh agama non-Islam sekalipun.

Ayat tersebut, layak disematkan pada Idris Tawfiq, seorang pastor di Inggris yang
akhirnya menerima Islam. Ia menjadi mualaf setelah mempelajari Islam dan melihat
sikap kelemahlembutan serta kesederhanaan pemeluknya.

Sebelumnya, Idris Tawfiq adalah seorang pastor gereja Katholik Roma di Inggris. Mulanya,
ia memiliki pandangan negatif terhadap Islam. Baginya saat itu, Islam hanya identik
dengan terorisme, potong tangan, diskriminatif terhadap perempuan, dan lain
sebagainya.

Namun, pandangan itu mulai berubah, ketika ia melakukan kunjungan ke Mesir. Di negeri
Piramida itu, Idris Tawfiq menyaksikan ketulusan dan kesederhanaan kaum Muslimin
dalam melaksanakan ibadah dan serta keramahan sikap mereka.

Ia melihat, sikap umat Islam ternyata sangat jauh bertolak belakang dengan pandangan
yang ia dapatkan selama ini di negerinya. Menurutnya, Islam justru sangat lembut,
toleran, sederhanan, ramah, dan memiliki sifat keteladanan yang bisa dijadikan contoh
bagi agama lainnya.

Di Mesir inilah, Tawfiq merasa mendapatkan kedamaian yang sesungguhnya. Awalnya


hanya sebagai pengisi liburan, menyaksikan Pirmadia, unta, pasir, dan pohon palem.
Namun, hal itu malah membawanya pada Islam dan membuat perubahan besar dalam
hidupnya.

Awalnya mau berlibur. Saya mengambil penerbangan carter ke Hurghada. Dari Eropa
saya mengunjungi beberapa pantai. Lalu, saya naik bis pertama ke Kairo, dan saya
menghabiskan waktu yang paling indah dalam hidup saya.

Ini adalah kali pertama saya pengenalan ke umat Islam dan Islam. Saya melihat
bagaimana Mesir yang lemah lembut seperti itu, orang-orang manis, tapi juga sangat
kuat, terangnya.

Saya menyaksikan mereka tenang, lembut, dan tertib dalam beribadah. Begitu ada
suara panggilan shalat (azanRed), mereka yang sebagian pedagang, segera berkemas
dan menuju Masjid. Indah sekali saya melihatnya, terangnya.

Dari sinilah, pandangan Tawfiq berubah tentang Islam. Waktu itu, seperti warga Inggris
lainnya, pengetahuan saya tentang Islam tak lebih seperti yang saya lihat di TV,
memberikan teror dan melakukan pengeboman. Ternyata, itu bukanlah ajaran Islam.
Hanya oknumnya yang salah dalam memahami Islam, tugasnya.

Ia pun mempelajari Alquran. Pelajaran yang didapatkannya adalah keterangan dalam


Alquran yang menyatakan:

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap


orang beriman adalah orang Yahudi dan Musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang
paling dekat persahabatannya dengan orang beriman adalah orang yang berkata,
Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. Yang demikian itu disebabkan di antara mereka
itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena seungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri.(Al-Maidah ayat 82).

Ayat ini membuatnya berpikir keras. Baginya, Islam sangat baik, toleran. Justru, pihak
lain yang memusuhinya. Inilah yang menjadi awal keislaman mantan pastor Inggris dan
akhirnya menerima Islam.

Sepulang dari Mesir, Tawfiq masih menjadi penganut agama Katholik. Bahkan, ketika dia
aktif mengajarkan pelajaran agama kepada para siswa di sebuah sekolah umum di
Inggris, ia diminta mengajarkan pendidikan Studi agama.

Saya mengajar tentang agama Kristen, Islam, Yudaisme, Buddha dan lain-lain. Jadi,
setiap hari saya harus membaca tentang agama Islam untuk bisa saya ajarkan pada para
siswa. Dan, di sana banyak terdapat siswa Muslim keturunan Arab. Mereka memberikan
contoh pesahabatan yang baik, bersikap santun dengan teman lainnya. Dari sini, saya
makin intens berhubungan dengan siswa Muslim, ujarnya

Dan selama bulan Ramadhan, kata dia, dia menyaksikan umat Islam, termasuk para
siswanya, berpuasa serta melaksanakan shalat tarawih bersama-sama. Hal itu saya
saksikan hampir sebulan penuh. Dan, lama kelamaan saya belajar dengan mereka,
kendati waktu itu saya belum menjadi Muslim, papar Tawfiq.

Dari sini kemudian Tawfiq mempelajari Alquran. Ia membaca ayat-ayat Alquran dari
terjemahannya. Dan ketika membaca ayat 83 surah Al-Maidah, ia pun tertegun.

Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad),
kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Alquran). (Al-
Maidah ayat 83).

Secara tiba-tiba, kata Tawfiq, ia pun merasakan apa yang disampaikan Alquran. Ia
menangis. Namun, hal itu ia sembunyikan dari pandangan para siswanya. Ia merasa ada
sesuatu di balik ayat tersebut.
Dari sini, Tawfiq makin intensif mempelajari Islam. Bahkan, ketika terjadi peristiwa 11
September 2001, dengan dibomnya dua menara kembar World Trade Center (WTC) di
Amerika Serikat, dan ketika banyak orang menyematkan pelakunya kalangan Islam. Ia
menjadi heran. Kendati masih memeluk Kristen Katholik, ia yakin, Islam tidak seperti itu.

Awalnya saya sempat takut juga. Saya khawatir peristiwa serupa terulang di Inggris.
Apalagi, orang barat telah mencap pelakunya adalah orang Islam. Mereka pun
mengecamnya dengan sebutan teroris, kata Tawfiq.

Namun, Tawfiq yakin, Islam tidak seperti yang dituduhkan. Apalagi, pengalamannya
sewaktu di Mesir, Islam sangat baik, dan penuh dengan toleransi. Ia pun bertanya-tanya.
Mengapa Islam? Mengapa kita menyalahkan Islam sebagai agama teroris. Bagaimana
bila kejadian itu dilakukan oleh orang Kristen? Apakah kemudian Kristen akan dicap
sebagai pihak teroris pula? Karena itu, ia menilai hal tersebut hanyalah dilakukan
oknum tertentu, bukan ajaran Islam.

Masuk Islam

Dari situ, ia pun mencari jawabannya. Ia berkunjung ke Masjid terbesar di London. Di


sana berbicara dengan Yusuf Islam tentang Islam. Ia pun kemudian memberanikan diri
bertanya pada Yusuf Islam. Apa yang akan kamu lakukan bila menjadi Muslim?

Yusuf Islam menjawab. Seorang Muslim harus percaya pada satu Tuhan, shalat lima kali
sehari, dan berpuasa selama bulan Ramadhan, ujar Yusuf.

Tawfiq berkata, Semua itu sudah pernah saya lakukan.

Yusuf berkata, Lalu apa yang Anda tunggu?

Saya katakan, Saya masih seorang pemeluk Kristiani.

Pembicaraan terputus ketika akan dilaksanakan Shalat Zhuhur. Para jamaah bersiap-siap
melaksanakan shalat. Dan, saat shalat mulai dilaksanakan, saya mundur ke belakang,
dan menunggu hingga selesai shalat.

Namun, di situlah ia mendengar sebuah suara yang mempertanyakan sikapnya. Saya


lalu berteriak, kendati dalam hati. Siapa yang mencoba bermain-main dengan saya.

Namun, suara itu tak saya temukan. Namun, suara itu mengajak saya untuk berislam.
Akhirnya, setelah shalat selesai dilaksanakan, Tawfiq segera mendatangi Yusuf Islam.
Dan, ia menyatakan ingin masuk Islam di hadapan umum. Ia meminta Yusuf Islam
mengajarkan cara mengucap dua kalimat syahadat.

Ayshadu an Laa Ilaha Illallah. Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah. Saya


bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah.

Jamaah pun menyambut dengan gembira. Ia kembali meneteskan air mata, bukan sedih,
tapi bahagia.

Ia mantap memilih agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini. Dan, ia tidak
menyesali telah menjadi pengikutnya. Berbagai gelar dan penghargaan yang
diterimanya dari gereja, ia tanggalkan.

Seperti diketahui, Idris Tawfiq memperoleh gelar kesarjanaan dari University of


Manchester dalam bidang sastra, dan gelar uskup dari University of Saint Thomas
Aquinas di Roma. Dengan gelar tersebut, ia mengajarkan pandangan Katholik pada
jemaatnya. Namun, akhirnya ia beralih mengajarkan Islam kepada masyarakatnya.
Selama bertahun-tahun, Tawfiq mengepalai pusat Studi keagamaan di berbagai sekolah
di Inggris dan Wales, sebelum dia masuk agama Islam.

Dulu saya senang menjadi imam (pastorRed) untuk membantu masyarakat selama
beberapa tahun lalu. Namun, saya merasa ada sesuatu yang tidak nyaman dan kurang
tepat. Saya beruntung, Allah SWT memberikan hidayah pada saya, sehingga saya
semakin mantap dalam memilih Islam. Saya tidak menyesal meninggalkan tugas saya di
gereja. Saya percaya, kejadian (IslamnyaRed) ini, lebih baik dibandingkan masa lalu
saya, terangnya. sya/osa/berbagai sumber

Berdakwah Lewat Lisan dan Tulisan

Ketika ditanyakan pada Idris Tawfiq tentang perbedaan besar antara Kristen Katholik dan
Islam, ia berkata: Dasar dari agama Islam adalah Allah. Semua perkara disaksikan Allah,
tak ada yang luput dari perhatian-Nya. Ini berbeda dengan yang saya dapatkan dari
agama sebelumnya. Islam merupakan agama yang komprehensif.

Ia menambahkan, Islam mengajarkan pemeluknya untuk senantiasa beribadah kepada


Allah setiap saat. Tak terbatas hanya pada hari Minggu. Selain itu, kata dia, Islam
mengajarkan umatnya cara menyapa orang lain dengan lembut, bersikap ramah,
mengajarkan adab makan dan minum, memasuki kamar orang lain, cara bersilaturahim
yang baik. Tak hanya itu, semua persoalan dibahas dan diajarkan oleh Islam,
terangnya.

Penceramah dan penulis

Caranya bertutur kata, sikapnya yang sopan dan santun banyak disukai masyarakat.
Gaya berbicaranya yang baik sangat sederhana dan lemah lembut, menyentuh hati,
serta menyebabkan orang untuk berpikir. Ia pun kini giat berceramah dan menulis buku
tentang keislaman.

Ia memberikan ceramah ke berbagai tempat dengan satu tujuan, menyebarkan dakwah


Islam. Idris Tawfiq mengatakan, dia bukan sarjana. Namun, ia memiliki cara menjelaskan
tentang Islam dalam hal-hal yang sangat sederhana. Dia memiliki banyak pengalaman
dalam berceramah dan mengenali karakter masyarakat.

Ia juga banyak memberikan bimbingan dan pelatihan menulis serta berpidato bagi siswa
maupun orang dewasa. Kesempatan ini digunakannya untuk mengajarkan pada orang
lain. Termasuk, menjelaskan Islam pada dunia Barat yang banyak menganut agama non-
Muslim.

Idris juga dikenal sebagai penulis. Tulisannya tersebar di berbagai surat kabar, majalah,
jurnal, dan website di Inggris Raya. Ia juga menjadi kontributor regional dan Konsultan
untuk website http://www.islamonline.net dan ww.readingislam.com.

Dia menulis artikel mingguan di Mesir Mail, koran tertua Mesir berbahasa Inggris, dan
Sawt Al-Azhar, surat kabar Al-Azhar University. Dia adalah pengarang sejumlah buku.
Antara lain, Dari surga yang penuh kenikmatan: sederhana, pengenalan Islam; Berbicara
ke Pemuda Muslim; Berbicara ke Mualaf. Selain itu, ia juga menjadi juru bicara umat
Islam di Barat. Ia juga banyak berceramah melalui radio dan televisi. osa/sya/berbagai
sumber

CERITA 2

CERITA kecil di Hari Raya Natal. Sebut saja nama kawan saya Daniel. Dia bercerita
banyak soal masa-masa nikmat saat masih beragama Kristen. Ada sisi menarik yang
perlu saya sampaikan dari hasil cerita dia.
Aku ingin bercerita sepenggal kisah masa silamku. Dahulu, aku saat masih beragama
Kristen, Natal adalah waktu yang sangat kami (para pemuda, para pria) idam-idamkan,
ujar Daniel memulai kisahnya.

Mengapa? tanya saya penuh penasaran dalam bincang-bincang dengannya di sebuah


perguruan tinggi wilayah Hajj Yusuf, Sudan, beberapa waktu lalu.

Mari kita minum teh dulu, ajaknya sembari dia menuangkan teh panas ke gelas saya.

Alhamdulillah, aku sekarang Muslim setelah 7 tahun yang lalu merasakan kenikmatan
itu, katanya lagi seraya mempersilakan saya menikmati teh panas.

Penasaran saya memuncak, ingin rasanya saya menggerakkan mulutnya, untuk segera
melengkapi cerita yang dia mulai. Beberapa tegukan teh panas ia habiskan. Ia
memasang kaos kaki lalu memakai sepatu dan melanjutkan ceritanya.

Kami dahulu menjadikan malam menjelang Natal, malam 25 Desember, (sebagai)


tempat untuk bercocok tanam yang amat subur. Malam itu kami di dalam gereja berdoa
khidmat, menangis-nangis, setelah itu makan-makan. Dan terakhir paling di luar dugaan,
yaitu malam mematikan lampu. Dahulu aku tak paham, aku pikir dunia ini adalah akhir
kehidupan. Hingga semua apa yang kulakukan terasa biasa-biasa saja, termasuk keluar-
masuk gereja. Aku bangga dengan keyakinanku. Tapi entah malam itu, sepertinya malam
konyol buat keyakinanku, tuturnya menyambung cerita.

Gereja tersebut terletak di Nairobi, ibukota Kenya. Para jemaat, kata Daniel, dijemput
dengan bis besar di desa-desa pada malam hari. Di dalam gereja pun mereka menikmati
jamuan makan dan minum.

Setelah makan-makan, pengurus gereja mengajak untuk mematikan lampu dan memilih
satu atau dua wanita untuk dijadikan pasangan buat berdansa, meminum khamr sampai
pada halal-nya berzina. Kami seperti hewan satu dengan lainnya. Hingga setelah
peristiwa mengerikan itu aku mencoba berpikir betapa kami ini kotor dan menjijikan. Dari
sinilah mulai muncul rasa penasaranku terhadap keyakinan lain. Aku melihat orang yang
beribadah di lain tempat, laki laki sendiri dan perempuan sendiri. Mereka bersuci dan
berseragam. Aku melihat mereka beribadah dan beribadah tak pernah menyalahkan satu
dengan yang lain.

Awal Mula Masuk Islam

Daniel, pria lajang brewok hampir menginjak umur 28 tahun ini, terus bercerita penuh
semangat. Dengan bahasa Arab yang amat mudah dicerna, pria jebolan Mahad Hajj
Yusuf setengah tahun yang lalu ini mencampur aduk antara bahasa Arab dan Inggris.
Awal masuk Islam aku melihat (Jamaah) Tabligh. Kemudian aku mencoba untuk belajar
dengan mereka sedikit-sedikit. Ada cerita menarik saat aku baru masuk Islam. Suatu hari
aku pergi ke ibukota Kenya, Nairobi, di sana aku shalat. Saat itu imam sudah pada rakaat
ke-3, aku baru datang, alhasil aku telat 2 rakaat. Namun, saat imam salam dan aku pun
ikut salam, sedangkan jamaah yang masbuk menuruskan shalat, aku hanya diam dengan
kepolosanku.

Aku belum belajar banyak soal Islam, hanya tahu sedikit saja. Salah seorang yang
masbuk bertanya padaku, Kenapa kamu tidak berdiri seperti kami berdiri? Aku jelaskan,
Kalau aku berdiri lagi imamku siapa? Maafkan aku karena aku baru masuk Islam. Pria
yang bertanya ini pun memaklumiku dan beliau meminta aku belajar tata cara shalat.
Aku tiap hari datang ke masjid itu hingga 5 kali belajar. Namun belakangan hari beliau
tak terlihat lagi dan tak memberi kabar. Namun hikmah perjalananku ke ibukota luar
biasa. Selain aku belajar untuk mencari maisyah, aku tahu istilah masbuk dalam shalat.

Dia berpesan buat umat Muslim soal hari Natal. Anak ke-4 dari 6 bersaudara ini
mengatakan, banyak Muslim sekarang tak paham soal Happy Christmas.

Hakikat Happy Christmas adalah ibadah, karena kami (saat Kristen) percaya tuhan itu
3 dan Isa adalah anak tuhan. Kami merayakan dengan makan roti sebagai simbol
penyelamatan daging Isa dan khamr darah Isa. Dilanjutkan merusak tubuh pada tanggal
26 (Desember) untuk merasakan sakitnya disalib ini. Demi toleransi atas penyiksaan
Tuhan kami, jelasnya.

Daniel pun menyampaikan nasihat buat umat Islam yang masih merayakan Natal.
Sesungguhnya perayaan-perayaan hari raya seperti Natal ini mengandung nilai
kekufuran, katanya.

Yaitu menyandangkan sifat tuhan kepada Al-Masih Isa bin Maryam, reinkarnasi,
memberhalakan Isa, menganggapnya sebagai anak Allah, ia mati disalib, dan keyakinan
lainnya. Dan keyakinan tersebut telah membuat Allah Taala murka. Sesungguhnya ikut
serta dalam perayaan batil tersebut, memfasilitasi atau mengamankannya, menunjukkan
kecocokan dan keridhaan terhadap perayaan itu dan pengakuan akan kebenaran
keyakinan mereka, jelasnya.

Walaupun orang yang ikut-ikutan merayakan hari raya tersebut meyakini berbeda
aqidah dengan mereka, tapi ia berada di atas bahaya besar akibat kejahilannya dalam
sikapnya tersebut. Karena keridhaan terhadap kekufuran adalah kekufuran juga, tambah
pria asli Kenya ini.
Kenapa kalian (umat Islam, Red) rela mengatakan tuhan mereka selamat? Sungguh
tanggal 25 Desember itu tak ada sangkut pautnya dengan Isa karena Bibel telah
berbohong, tambahnya lagi.

Jadi Penghafal al-Quran

Daniel mengisahkan, dia masuk Islam setelah melihat Jamaah Tabligh yang berdakwah
dengan tangan dingin. Selain itu pamannya yang Kristen menganjurkannya banyak
membaca buku Sunnah Nabi dan terjemahan berbentuk bahasa Sohiliah. Bahasa ini
digunakan di negara Kenya, Tanzania, dan Uganda.

Aku berangkat ke Nairobi, ibukota Kenya, untuk bekerja. Dan hasilnya aku belikan buku
hasil masukan dari pamanku. Setelah banyak baca buku, aku masuk pesantren dan
masuk Islam lewat pesantren itu. Empat tahun memeluk Islam, tapi shalat sepekan sekali
yaitu Jumat saja. Bahkan aku sempat kembali mujrim (pelaku keburukan, Red) lagi
karena pekerjaanku dan kerasnya perjuangan di ibukota. Namun, alhamdulillah Allah
menyelamatkan aku dari jahiliyah. Cahaya baru datang, panggilan berhijrah ke Sudan,
tuturnya.

Dia melanjutkan kisahnya, Aku belum tamat SMA, karena aku menjadi tulang punggung
keluarga. Ayahku nikah lagi dan kakakku yang perempuan sedang semangat-
semangatnya belajar. Jadi aku biarkan dia yang belajar dan aku kerja buat kehidupan
keluargaku. Yang penting kakakku selesai (belajar). Tapi semua telah indah, aku bisa
hijrah ke Sudan dan memeluk Islam. Tapi aku mohon doa kalian karena (keluarga) yang
lain masih belum bersyahadat. Semoga ketika aku pulang nanti bisa menjadi penerang
buat keislamaan mereka. Aku bertekad untuk menghafal al-Quran sebelum umurku
genap 30 tahun.

Daniel mengaku, setelah masuk Islam pada 2006 lalu. Baru 3 tahun belakangan ini dia
bisa mengaji.

Alhamdulillah sekarang sudah punya hafalan sekitar 5 juz. Mohon doanya, tutupnya
penuh semangat. Besok masak ayam, katanya lagi kepada saya dengan logat
Indonesia.*/Seperti dituturkan Imam Muhammad, Pelajar Indonesia di Sudan asal
Balikpapan, Kalimantan Timur.

Sumber:

https://berandazahra2011.wordpress.com/kisah-seorang-pendeta-yang-masuk-islam-
mualaf/
http://www.hidayatullah.com/feature/cermin/read/2013/12/29/13958/kisah-muallaf-kenya-
yang-masuk-islam-setelah-berzina-saat-natal.html

Anda mungkin juga menyukai