Anda di halaman 1dari 22

Inilah Berbagai Cara Kristenisasi yang Dilakukan

di Indonesia
08/08/2010 in Un2kmU, UntukNYA | Tags: Abu Deedat, Bible, Debat Islam-Kristen,Evangelis, Indonesia, JIL, Keajaiban
Islam, Kebenaran Islam, Konspirasi, Kristen,Kristenisasi, Kristologi, Misionaris, Pendeta, Pengetahuan Umum, Peta
Kristenisasi,Renungan, Sejarah, Sejarah Indonesia, Sejarah Islam, Sejarah Kristen, Tips Kehidupan,Ustadz Abu Deedat
Shihabuddin MH, Yahudi, Zending, Zionisme

Artikel yang panjang ini bukan saya yang menulis, tetapi didapatkan dari sebuah
website yang sudah tidak aktif lagi saat ini. Adapun artikel ini telah lama saya
simpan (kemungkinan tahun penerbitan artikel ini tahun 2002) dan kebetulan saya
menemukannya kembali untuk dipublikasi. Semoga bermanfaat untuk membentengi diri
kita dari pemurtadan. :)

Berbagai cara ditempuh untuk melancarkan proyek kristenisasi. Ada yang memalsukan Al-Quran,
pendeta mengaku haji, sampai upaya memurtadkan kiai ternama. Ada pula tokoh Muslim yang
mendukung kristenisasi.
Kawin antar-agama hanyalah salah satu cara kristenisasi. Lainnya, banyak. Menurut kristolog Abu
Deedat Shihab, kaum misionaris dan zending perlu menempuh berbagai macam cara karena
selama ini merasa gagal. Kini, kristenisasi lebih diprioritaskan untuk menjauhkan ummat Islam
dari agama, baru kemudian memurtadkannya. Abu Deedat merujuk pada Al-Quran Surat AlBaqarah: 109, Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu
kepada kekafiran setelah kamu beriman Juga Al-Baqarah: 120, Orang-orang Yahudi dan
Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Sinyalemen Al-Quran itu memang benar. Dalam Konferensi Misionaris di kota Quds (1935), Samuel
Zweimer, seorang Yahudi yang menjabat direktur organisasi misi Kristen, menyatakan, Misi utama
kita bukan menghancurkan kaum Muslimin sebagai seorang Kristen, namun mengeluarkan seorang

Muslim dari Islam agar jadi orang yang tidak berakhlaq sebagaimana seorang Muslim. Tujuan
kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan
kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.
Plesetan Al-Quran
Al-Quran, sebagai tuntunan hidup ummat Islam, kini dimanfaatkan sebagai sarana kristenisasi.
Tentu saja bukan Al-Quran sungguhan, tapi palsu. Salah satunya adalah The True Furqan, yang
sempat beredar di internet dan menggegerkan publik Jawa Timur, awal Mei lalu. Dalam Al-Quran
buatan Evangelis (Ev) Anis Shorrosh itu, ada surat bernama Al-Iman, At-Tajassud, Al-Muslimun,
dan Al-Washaya yang isinya memuji-muji Yesus.
Selain ada Al-Quran palsu, juga bertebaran buku-buku plesetan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits.
Cara ini yang sekarang paling banyak terjadi. Pemberian Indomie atau bantuan uang sudah tidak
manjur lagi, tutur Abu Deedat.
Kenapa cara itu ditempuh? Dalam wawancara dengan majalah Jemaat Indonesia (edisi 4 Juni
2001), Pdt R Muhamad Nurdin Muslim murtad menyebut trik itu sebagai cerdik seperti ular dan
tulus seperti merpati. Saya membuat buku agar dibaca umat Kristen, kemudian disalurkan
kepada umat beragama lain. Saya tulis untuk kalangan sendiri, untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan. Demikian bagi orang Yahudi aku seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan
orang Yahudi. Itu cara yang hati-hati dalam merebut hati kaum Muslimin. Jangan sampai ada vonis
mati seperti untuk Suradi dan Poernama, ujarnya. Dua nama terakhir adalah pendeta yang
divonis mati oleh Forum Ulama Ummat (FUU) Bandung karena menghina agama Islam.
Buku-buku Nurdin laku keras. Dalam tiga tahun, 5000 eksemplar ludes. Hasilnya, menurut
penuturan Wakil Gembala Gereja Kristen Maranatha Indonesia (GKMI) Rawamangun Jakarta ini,
banyak orang Islam yang akhirnya menerima Yesus alias murtad. Bahkan ada yang menjadi
penginjil.
Contoh buku karangan Nurdin adalah Ash-Shadiqul Masdhuq (Kebenaran yang Benar), AsSirrullahil Akbar (Rahasia Allah yang Paling Besar), dan Ayat-ayat Penting dalam Al-Quran.
Selain buku, juga bermunculan brosur atau pamflet sejenis lembar Jumat. Judul yang dipilih pun
seolah-olah Islami.
Misalnya Allahu Akbar Maulid Nabi Isa as, Kesaksian Al-Quran tentang Keabsahan Taurat dan
Injil, dan Siapakah yang Bernama Allah itu? Bertebaran pula stiker kaligrafi Arab yang isinya
pujian kepada Yesus.
Buku dan brosur itu diterbitkan oleh Yayasan Jalan Al-Rachmat, Yayasan Christian Center Nehemia
Jakarta, Yayasan Pusat Penginjilan Alkitabiah (YPPA), Dakwah Ukhuwah, dan Iman Taat kepada
Shiraathal Mustaqiim.
Anak-anak sekolah juga menjadi sasaran empuk. Siti Muflikhah, santri Pesantren At-Taqwa Bekasi,
pernah mendapat surat berisi komik anak-anak dari sebuah lembaga yang menamakan diri
Klab17. Di bagian awal, komik itu berisi cerita keseharian anak-anak. Namun di bagian akhir ada
pernyataan, Saya percaya akan Engkau, Yesus sebagai juruselamat saya.
Mengaku Mantan Haji
Bidang kesehatan juga dibidik. Ini antara lain dialami keluarga Hartono, warga Kupang, Surabaya.
Istrinya, Jamiyah, sakit dan dirawat di RS RKZ Surabaya. Biaya yang harus dikeluarkan selangit
sehingga Hartono yang cuma bekerja sebagai mandor kontraktor kebingungan. Datang misionaris
menawarkan bantuan biaya pengobatan. Namun ada syaratnya: masuk Kristen. Hartono terpikat.
Suami istri itupun akhirnya menjadi penganut Kristen.
Cara yang cukup sulit diidentifikasi adalah tipu daya dengan meniru adat atau kebiasaan
komunitas Muslim. Di Cirebon, ada kelompok qasidah yang menyanyikan puji-pujian kepada Yesus.

Hal serupa juga dilakukan jemaat Kanisah (Kristen) Ortodoks Syiria (KOS) yang
menyelenggarakan tilawatul Injil, memakai peci, ibadahnya mengamalkan shalat 7 waktu,
memakai sajadah, dan mendendangkan qasidah.
Duta-duta Injil (begitu kalangan Kristen menyebutnya red) juga berani mengaku sebagai
mantan ustadz, bertitel haji atau hajjah, atau anak kiai terkenal. Pengakuan-pengakuan seperti itu
direkam dalam kaset dan diedarkan di tengah masyarakat.
Misalnya di Cirebon, murtadin Ev Danu Kholil Dinata alias Theofilus Daniel alias Amin Al-Barokah,
mengaku sebagai sarjana agama Islam, yang pindah menjadi pemeluk Kristen setelah
mempelajari Nabi Isa versi Islam di STAI Cirebon. Ternyata ijazah sarjana yang dipakai untuk
kesaksian itu palsu.
Ada lagi Ev Hj Christina Fatimah alias Tin Rustini alias Sutini alias Bu Nonot, pemberita Injil dengan
memperalat Al-Quran di Gereja Bethel Pasir Koja, Bandung. Mengaku pernah berkali-kali
menunaikan ibadah haji. Menurut penuturan Sumarsono, mantan suaminya, Sutini tidak pernah
belajar di pesantren. Selama berkeluarga tidak pernah shalat. Memang dia pernah pergi ke Arab
Saudi, bukan untuk ibadah haji tetapi menjadi TKW.
Banyak lagi kaset-kaset yang berisi rekaman kesaksian palsu, misalnya kesaksian HA Poernama
Winangun alias H Amos, Pdt R Muhamad Nurdin, Pdt M Mathius, Pdt Akmal Sani, Niang Dewi Ratu
Epon Irma F Intan Duana, dan Ev Paulus Marsudi.
Sekolah dan Tawaran Kerja
Biaya sekolah yang kian mahal juga dimanfaatkan untuk menjerumuskan kaum Muslimin. Mereka
mendirikan sekolah (yang seolah-olah) Islam, seperti Institut Teologi Kalimatullah Jakarta yang
dikelola Yayasan Misi Global Kalimatullah. Juga ada Sekolah Tinggi Teologi (STT) Apostolos Jakarta,
yang mempunyai kurikulum Islamologi bermuatan 40 sks.
Lapangan kerja juga menjadi lahan subur. Ini misalnya dilakukan pasangan misionaris Robert
Antony Adam dan Traccy Carffer di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Warga Amerika
Serikat yang terang-terangan mengaku utusan Yesus itu berhasil memurtadkan 123 orang Minang,
dengan bekal jabatan konsultan kehutanan Global Partners Forestry Unit (GPFU). Robert-Traccy
yang masuk Pesisir Selatan sejak Desember tahun silam, menawarkan rekayasa teknologi tepat
guna pemberdayaan jati emas, pala super, dan kapas transgenik. Robert lantas menjual bibit jati
mas, pala, dan kapas dengan harga 50% lebih murah daripada harga pasaran. Kalau mau dapat
gratisan, bisa saja. Asal masuk Kristen, ujar Masrizal, aktivis dakwah di Pesisir Selatan. Banyak
warga yang tergiur dan akhirnya menjual keyakinan karena terobsesi keuntungan jutaan rupiah.
Untung misionaris ini segera dideportasi karena pelanggaran visa, pertengahan bulan lalu.
Kasus serupa terjadi di Bekasi. Bulan April lalu terbongkar praktik kristenisasi berbungkus
lapangan kerja. Sekitar 50 orang Muslim asal Gorontalo dibawa ke Bekasi dengan janji akan
dipekerjakan dan diberi beasiswa oleh Yayasan Dian Kaki Emas. Tapi setelah sampai di sini,
mereka dididik dan dipaksa pindah agama Kristen oleh Pendeta Edi Sapto, ungkap Hamdi, Ketua
Divisi Khusus Forum Bersama Ummat Islam, dalam acara konferensi pers di Masjid Al Azhar,
Klender Jakarta Timur.
Warga Muslim itu disekap, didoktrin ajaran Kristen, disuruh ikut kebaktian, dan dilarang shalat.
Mereka juga diwajibkan memelihara babi-babi yang ada di kompleks yang berdiri di atas tanah
seluas 5 hektar itu. Akhirnya kompleks kristenisasi terselubung itu digerebeg warga dan aparat.
Dukungan Tokoh Muslim Liberal (JIL)
Proyek kristenisasi ternyata mendapat `dukungan dari beberapa orang yang sering disebut
cendekiawan Muslim. Tokoh-tokoh ini memperkenalkan paham liberalisme dan pluralisme yang
kerap mengusung slogan `membangun dunia baru, dengan penyatuan agama dan melepaskan
fanatisme agama. Salah satunya adalah Prof DR Said Agil Siradj, MA. Gagasan pluralnya antara
lain tampak dalam pengantar buku Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam. Buku ini dikarang oleh
Bambang Noorsena, pendiri Kanisah Ortodoks Syiria (KOS) di Indonesia. Di situ Said Agil menulis
bahwa KOS tidak berbeda dengan Islam. Secara al-rububiyyah, KOS mengakui bahwa Allah adalah
Tuhan sekalian alam yang harus disembah. Secara aluluhiyyah, telah mengikrarkan Laa ilaha

ilallah (Tiada Ilah selain Allah) sebagai ungkapan ketauhidannya. Jadi dari tauhid sifat dan asma
Allah secara substansial tidak jauh berbeda dengan Islam. Perbedaannya, menurut Said Agil,
hanya sedikit. Jika dalam Islam (Sunni) kalam Tuhan yang Qadim itu turun kepada manusia
(melalui Muhammad) dalam bentuk Al-Quran, maka dalam KOS kalam Tuhan turun menjelma
(tajassud) dengan Ruh al-Quddus dan perawan Maryam menjadi Manusia (Yesus). Perbedaan ini
tentu saja sangat wajar dalam dunia teologi, termasuk dalam teologi Islam. Pandangan seperti itu
merupakan salah satu bentuk penghancuran aqidah, timpal Abu Deedat.
Tokoh lainnya adalah DR Nurcholis Madjid. Dalam buku Pluralitas Agama, Kerukunan dalam
Keragaman, Cak Nur menjelaskan bahwa pengikut Isa Almasih menyebut kitab Injil sebagai
Perjanjian Baru berdampingan dengan kitab Taurat yang mereka sebut sebagai Perjanjian Lama.
Kaum Yahudi tidak mengakui Isa Almasih dengan kitab Injil-nya, menolak ide Perjanjian Lama
ataupun Perjanjian Baru itu, namun Al-Quran mengakui keabsahan keduanya sekaligus. Dengan
nada agak tinggi, Abu Deedat menyebut pendapat Cak Nur itu sebagai upaya pendangkalan
aqidah. Para pengikut Nabi Isa as (kaum Hawariyun) tidak pernah menyebut Injil sebagai kitab
Perjanjian Baru. Nabi Isa sendiri tidak pernah menerima atau mengetahui kitab Perjanjian Baru
karena Injil yang diturunkan Allah kepada Nabi Isa bukanlah Perjanjian Baru yang isinya
kebanyakan surat-surat Paulus yang sangat bertentangan dengan ajaran Nabi Isa itu sendiri,
katanya.
Selain kedua tokoh di atas, Abu Deedat juga memasukkan Alwi Shihab sebagai tokoh pluralis.
Sementara Adian Husaini dalam Islam Liberal menunjuk beberapa nama seperti dosen-dosen
Universitas Paramadina (Komaruddin Hidayat, Budhy Munawar Rahman, Luthfi As-Syaukanie),
dosen UIN Syarif Hidayatullah (Azyumardi Azra, Muhammad Ali, Nasaruddin Umar), dan beberapa
nama lain yang menjadi kontributor Jaringan Islam Liberal.
Menurut Adian yang juga anggota Komisi Kerukunan antarumat Beragama MUI, melalui pluralisme,
ummat Islam diprovokasi agar melapaskan aqidahnya. Tidak lagi meyakini agamanya saja yang
benar, dan kemudian diajak untuk mengakui bahwa agama Kristen juga benar. Teologi pluralis
sebenarnya adalah pembuka pintu bagi misi Kristen dan sejalan dengan imbauan Paus Yohanes
Paulus II agar misi Kristen terus dijalankan, ujarnya.
Kaum Kristen juga tak segan-segan menyerang tokoh-tokoh Muslim yang dikenal sebagai
pejuang tegaknya syariat Islam. Misalnya KH Kholil Ridwan (Ketua Badan Kerjasama Pondok
Pesantren Indonesia) dan KH Abdul Rasyid Abdullah Syafii (Pimpinan As-Syafiiyah, Jakarta).
Sekitar 5 bulan lalu, keduanya mendapat kiriman brosur dari STT Apostolos. Isinya tidak secara
langsung mengajak kepada agama Kristen, namun mengajak saya agar masuk ke dalam
Apostolos. Itu artinya Apostolos mengajak saya untuk masuk ke dalam agama Kristen, kata Abdul
Rasyid.
Abdul Rasyid segera melaporkan kejadian itu kepada aparat, sebab cara itu sudah melanggar
ketentuan hukum, yakni larangan mengajak ummat suatu agama untuk masuk ke agama lain.
Kemudian ada pemberitahuan dari aparat bahwa pihak Apostolos melalui Pdt Yusuf Roni
membantah telah mengirim surat dan brosur itu.
Terlepas dari benar tidaknya bantahan itu, yang jelas apa yang saya alami merupakan indikasi
bahwa sasaran kristenisasi tidak hanya kalangan akar rumput, tapi juga ulama dan tokoh
masyarakat, ujar Abdul Rasyid.
Yerikho 2000 dan Doa 2002
Misi Kristen di Indonesia didukung oleh kekuatan dana yang sangat besar, di antaranya melibatkan
konglomerat keturunan Cina, James T Riady (bos Grup Lippo). Seperti terungkap di majalah
Fortune (16 Juli 2001), James berencana membangun seribu sekolah di desa-desa miskin di
Indonesia. James bekerjasama dengan Pat Robinson (misionaris dunia) juga akan mendirikan
organisasi jaringan umat Kristiani. Hebatnya, ummat Islam secara tidak sadar turut mendukung
cita-cita besar James T Riady. Antara lain dengan menjadi nasabah Bank Lippo, belanja di Mal
Lippo, membeli rumah di Lippo Karawaci dan Cikarang, berobat ke RS Siloam, pelanggan Lippo
Shop, Link Net, Lippo Star, Kabel Vision, dan Asuransi Lippo.

Indonesia memang akan dijadikan pusat perkembangan Kristen di Asia Pasifik. Demikian kata Pdt
George Anatorae dari The Lord Familly Church Singapore dalam seminar kerjasama Global Mission
Singapore dan Galilea Ministry Indonesia, di Hotel Shangrila Jakarta (9-12 Juni 1998). Sejauh
mana keberhasilan program itu, perlu diteliti lebih lanjut. Yang pasti, data tahun 1999
menunjukkan jumlah umat Islam di Indonesia anjlok dari 90% menjadi 75% (Siar No 43, 18-24
November 1999).
Keberhasilan itu berkat kerja keras 38 agen kristenisasi, 1573 misionaris pribumi, 62 misionaris
asing, dan 421 misionaris lintas kultural (data dari Operation World 2001 yang dihimpun India
Missions Association, Japan Evangelical Assocation, dan Korea Research Institute for Missions).
Salah satu lembaga yang gencar melaksanakan kristenisasi adalah Doulos World Mission (DWM).
Saat ini DWM sedang melaksanakan Proyek Yerikho 2000, yaitu program pengkristenan wilayah
Jawa Barat, dengan sentra kegiatan digerakkan di kawasan pinggiran Jakarta.
Proyek ini bertujuan mewujudkan Kerajaan Allah di bumi Parahyangan menyongsong abad XXI.
Menurut Hendrik Kraemer, peneliti dan penginjil dari Belanda, Jawa Barat adalah wilayah paling
gelap di Indonesia dan sangat tertutup bagi Injil. Karena itu aktivis DWM bertekad, Kita harus
merebut tanah Pasundan bagi Kristus.
Yerikho 2000 juga digerakkan di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalimantan
Tengah, dan Kalimantan Barat. Pusat kegiatan DWM berada di kawasan Rawamangun (Jakarta
Timur) dan Tangerang (Banten).
Program lainnya adalah Doa 2002, yang dilaksanakan sejak tanggal 19 Oktober 2001 sampai 6
Desember 2002. Secara khusus program ini menyebut beberapa komunitas Muslim sebagai objek
kristenisasi. Di antaranya adalah suku Kaili Ledo (Sulawesi Tengah), Melayu Riau, Betawi, Aceh,
Melayu Kalimantan, Tenggarong Kutai, Bima, Maluku, Banda, dan Papua. Rencana program Doa
2002 tertuang dalam buku 40 Hari Doa Bangsa-Bangsa yang telah diterjemahkan ke dalam 35
bahasa di dunia.
Muslim Betawi misalnya, harus didoakan oleh segenap orang Kristen pada tanggal 9 November
2001 lalu. Itu perlu dilakukan agar hati Bapa mengasihi dan merindukan orang Betawi. Selain itu,
agar Bapa mengutus duta-duta kerajaan-Nya untuk mengembangkan pelayanan kesenian Betawi,
literatur, dan radio dalam bahasa Betawi. Juga, agar Tuhan mencurahkan kuasa-Nya dan
mengubah kehidupan orang-orang yang berpengaruh dalam suku Betawi, baik para penyanyi,
penari, tokoh agama, masyarakat, pemuda, dan wanita.
Secara khusus, orang Kristen mendoakan Presiden Megawati dan beberapa pemimpin dunia.
Harapannya, agar Megawati (dan para pemimpin) mendapat pewahyuan tentang Ketuhanan Yesus
dan keluarganya datang mengenal Kristus.
Duta-duta Injil juga sedang menggencarkan ritual Doa 5 Patok. Yakni meningkatkan doa 5 kali
sehari dengan pelaksanaan minimal 30 menit lebih awal sebelum waktu shalat (bagi orang Islam).
Tujuannya adalah untuk mengadakan penghadangan ruhani sekaligus pembersihan atmosfir ruhani
agar kaum Muslimin dapat menerima Yesus.
Ritualnya dilaksanakan sebelum waktu shalat ummat Islam, yakni subuh (mulai 03.15-selesai),
pagi (10.30-selesai), siang (14.00-selesai), sore (17.00-selesai), dan malam (18.00-selesai). Pada
Kamis malam, dilakukan doa semalaman dan peperangan ruhani sambil berkeliling kota/lokasi
tertentu. Awas, hati-hati! (ahmad, dodi nurja, amz, pam)

Dunia (klik untuk memperbesar gambar)

Peta Kristenisasi

Kristenisasi melalui kesaksian-kesaksian Palsu via mantan muslim (murtadin) palsu


Tahun 1974, GPIB Maranatha Surabaya digegerkan oleh kasus pelecehan agama oleh Pendeta
Kernas Abubakar Masyhur Yusuf Roni. Dalam ceramahnya, sang pendeta itu mengaku ngaku
sebagai mantan kiyai, alumnus Universitas Islarn Badung dan pernah menjadi juri MTQ
Internasional. Dia tafsirkan ayat-ayat Al-Quran secara sangat ngawur. Kaset rekaman ceramah
tersebut kemudian diedarkan secara luas kepada umat Islam.
Setelah diusut tuntas, ternyata pengakuan pendeta itu hanyalah bohong belaka Yusuf Roni teryata
tidak bisa baca Al-Quran. Dengan kebohongannya itu, Pendeta Pembohong Yusuf Roni diganjar
penjara 7 tahun di Kalisosok, Surabaya.
Ketika orang sudah banyak melupakan kasus pelecehan Yusuf Roni, di Jakarta muncul pelecehan
plus seribu dusta yang baru. Seseorang yang menamakan dirinya Pendeta Hagai Ahmad Maulana
mengaku sebagai putra kandung kesayangan KH. Kosim Nurzeha. Ceramahnya di gereja pun
beredar luas di kalangan masyarakat. Setelah diselidiki, terkuaklah kebohongan besar pendeta
Hagai Ahmad Maulana. Sebab belum pernah istri KH. Kosim Nurzeha melahirkan Ahmad Maulana.
Di Padang, trik yang sama dipakai untuk menggoyang akidah umat. Seseorang yang menamakan
dirinya Pendeta Willy Abdul Wadud Karim Amrullah, namanya menjadi naik daun di dunia
pemurtadan Kristenisasi, setelah mangaku adik kandung ulama besar pakar tafsir, Yang Mulia
Almarhum Buya Hamka.
Orang awam banyak yang percaya tanpa cek dan ricek. Langsung yakin begitu saja dengan
pengakuan bahwa adik kandung Buya Hamka itu sudah murtad ke Kristen.
Setelah diselidiki, ternyata pengakuan itu adalah kebohongan yang sangat besar. Salah seorang
putra Buya Hamka menyatakan bahwa sepanjang hayatnya, dia tidak pernah punya paman yang
namanya Willy Abdul Wadud Karim Amarullah.
Di Cirebon, murtadin Danu Kholil Dinata Ev. Danu Kholil Dinata alias Theofilus Daniel alis Amin Al
Barokah, mengaku sebagai sarjana agama Islam, yang pindah menjadi pemeluk Kristen setelah
mempelajari Nabi Isa versi Islam di STAI Cirebon. Setelah dilacak, ternyata ijazah sarjana yang
dipakai untuk kesaksian adalah PALSU.
Para murtadin pembohong lainnya adalah Drs. H. A. Poernomo Winangun alias Drs. H. Amos, Ev
Hj. Christina Fatimah alias Tin Rustini (nama asli dikampung Sutini alias Bu Nonot, Pdt. Rudy
Muhammad Nurdin, Pdt. M. Mathius, Pdt. Akmal Sani, Niang Dewi Ratu Epon Irma F. Intan Duana
Paken Nata Sastranagara (Ev. Ivone Felicia IDp.). Mengaku telah mengkristenkan 60 kiyai Banden,
dll.

Perlawanan oleh Abu Deedat Shihabuddin MH, Ahli Kristologi


Kasus Terbanyak, Pemuda Kristen Hamili Gadis Muslimah Pertengahan bulan lalu, harian
Republika menurunkan laporan tentang puluhan sekolah agama di Yogyakarta dan Temanggung
yang tidak mau menyelenggarakan Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) untuk pelajaran agama
bagi siswa-siswa beragama lain di sekolah itu. Padahal sudah ada ketentuan hukum yang
mengatur hal itu secara tegas yakni Surat Keputusan Bersama (SKB) No. 2/U/SKB/2001.
Namun, SKB yang ditandatangani
abaikan. Alasan mereka, mengutip
menjaga kekhasan sebagai sekolah
tersebut secara tegas menolak SKB
agama mereka (Republika, 12/6).

oleh Mendiknas, Mendagri dan Menag itu sengaja mereka


pernyataan sejumlah pejabat Diknas setempat, mereka ingin
agama. Bahkan beberapa yayasan pengelola sekolah-sekolah
itu karena ingin mengemban misi tertentu untuk kepentingan

Menanggapi berita tersebut, dai dan Kristolog (ahli tentang Kristen), Abu Deedat Shihabuddin MH
berkomentar enteng. Menurutnya, itu tidak aneh dan belum seberapa gawat, karena sebetulnya
masih banyak bentuk-bentuk pembangkangan mereka lainnya yang lebih parah. Yang aneh, bagi
Sekjen Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA) itu, justru sikap harian tersebut yang tidak
mau secara tegas mengatakan bahwa sekolah-sekolah itu tidak lain adalah sekolah-sekolah
Kristen. Mengapa mesti takut, tanyanya heran.
Sebagai seorang kristolog, ustadz yang biasa dipanggil Abud oleh rekan-rekan seprofesinya itu,
memang bukan hanya menguasai disiplin ilmu tentang agama Kristen secara mendalam. Tapi ia
juga banyak tahu tentang seluk-beluk dan kiprah licik para misionaris Kristen dalam memurtadkan
kaum Muslimin.
Maklum, pria berkaca mata tebal ini sering menangani berbagai kasus pemurtadan di berbagai
daerah, baik berupa advokasi maupun terapi langsung. Selain itu Abud juga kerap melakukan
investigasi langsung ke garis belakang untuk memperoleh data. Jadi wajar kalau ia tahu banyak.
Sudah banyak murtadin yang terselamatkan kembali ke pangkuan Islam setelah diterapi Abud.
Uniknya, para pasien yang ditangani mubaligh kalem ini bukan hanya dari kalangan Muslim KTP
saja. Tapi juga ada yang justru berasal dari kalangan santri. Misalnya, anak seorang kyai asal
Salatiga yang selain dimurtadkan juga dihamili oleh seorang aktivis gereja. Ini bukti bahwa
gerakan pemurtadan memang semakin hebat dan terencana serius, jelasnya prihatin.
Melalui Abud juga, sejumlah pendeta dan aktivis gereja kembali berdiri di bawah panji Syahadat.
Mereka mengakui kekeliruan yang ada pada ajaran mereka setelah berdebat panjang dengan
Abud. Bahkan, ada salah satu pendeta setelah berdebat di rumah saya membanting Injilnya
karena kesal, cerita pria yang kutubuku ini.
Di tengah kesibukannya keliling daerah untuk mengisi ceramah, seminar dan pelatihan tentang
antisipasi gerakan pemurtadan (harakatul irtidad), mantan aktivis PII ini berkenan meluangkan
waktunya untuk diwawancarai Suara Hidayatullah. Di ruang tamu rumahnya yang sempit, karena
dipenuhi ribuan buku serta pakaian, sendal dan sepatu, barang dagangan istrinya, Abud menerima
Deka Kurniawan dan reporter lepas Hidayaturrahman.
Berikut petikan wawancara Abu Deedat:

Ustadz Abu Deedat Shihabuddin MH


Anda begitu mendalami dunia Kristen. Pernahkah terbersit di hati Anda untuk masuk
Kristen?

Tidak ada keinginan untuk masuk Kristen walaupun saya sudah banyak sekali membedah Bibel.
Justru keyakinan saya terhadap kebenaran Islam semakin kuat, karena setiap saya membaca Bibel
selalu ada perbedaan redaksi dalam setiap edisi cetakannya. Misalnya dalam edisi lama ada istilah
Tuhan. Tapi di edisi baru pada tempat yang sama ditulis Tuan. Begitu juga istilah Babi diganti
menjadi Babi Hutan.
Abud mengoleksi 49 kitab Injil modern dan klasik, termasuk Injil dalam sejumlah bahasa daerah
yakni Jawa, Minang dan Sunda. Sebagian besar didapatnya secara cuma-cuma dari diskusi yang
dilakukannya bersama pendeta. Selebihnya didapat dari hasil investigasi dan membeli di pasar
loak.
Setelah sekian
positifnya?

lama

menggeluti

ajaran

Kristen,

apakah

Anda

menemukan

sisi

Al-Quran sendiri menyatakan, telah terjadi percampuradukan antara yang benar dan yang batil
dalam ajaran ahlul kitab. Ini berarti menunjukkan ada juga kebenarannya. Hanya saja memang
madu dan racun itu sudah digabung menjadi satu. Seperti ayat-ayat tauhid dalam Markus pasal 12
ayat 25 Yesus berkata, Dengarlah wahai Bani Israel Tuhan kita dalah Tuhan Esa. Ini menunjukkan
Tuhan mereka adalah esa disamping memang ajaran mereka khusus hanya kepada golongan Bani
Israel. Tapi ada juga racunnya, apa yang dikatakan Paulus dalam Roma pasal 9 ayat 5 misalnya,
Yesus adalah Allah yang harus disembah. Datanglah ayat Al-quran sebagai korektor bagi mereka,
misalnya surah Al-Maidah ayat 72 menyebutkan, Telah kafir orang yang mengatakan al-Masih
adalah Tuhan. Makanya, kalau kita berinteraksi dengan para aktivis Kristen kita jangan hanya
mengatakan kitab Injil sudah tidak asli atau palsu, lebih baik kita tunjukkan yang menyimpang dan
salah pada Injil tersebut.
Apa yang menyebabkan kaum Nasrani tidak menyadarinya?

Di samping kekuatan dana, mereka ada dogma, bahwa apapun yang terjadi apakah ajaran itu
rasional atau tidak, harus diterima karena ia merupakan firman Tuhan. Dan ditanamkan kepada
mereka hanya orang Kristen saja yang selamat, yang lain tidak selamat dan harus diselamatkan. Misi
inilah yang membuat mereka agresif untuk melakukan pemurtadan. Apalagi misi itu didukung dengan
fasilitas yang cukup. Mereka tidak lagi memikirkan urusan kebutuhan keluarga, karena sudah
dijamin. Lain dengan dai-dai kita yang dikirim ke pelosok paling hanya digaji Rp 50.000-150.000 per
bulan.
Apa yang membuat mereka menerima dogma tersebut, sehingga mereka tetap menjadi
umat terbesar?

Secara umum orang ingin mencari yang gampang. Dan di Kristen itu memang gampang. Kalau
melakukan tindakan yang tidak berakhlaq tidak ada masalah karena nantinya akan diampuni juga,
dan cukup hanya sekali seminggu datang ke gereja. Paulus mengatakan dalam Roma pasal 5 ayat 20,
Semakin banyak dosa semakin melimpah kurnia Tuhan.
Makanya di Barat kita ketahui kehidupan mereka rusak, terutama dalam kebebasan seks. Dan
kerusakan itu mengacu kepada ajaran Bibel yang memang banyak memuat cerita-cerita porno yang
vulgar. Misalnya diceritakan bagaimana Nabi Daud sebagai orang yang rusak moralnya menghamili
Batseba istri Uria. Begitu pula Nabi Luth diceritakan menghamili anaknya sendiri. Makanya, Jasmen
Alfa, seorang Sosiolog Kristen, mengatakan Bibel itu jangan sampai dibaca anak-anak, lebih baik ia
dimasukkan ke dalam peti besi, kemudian petinya dikunci dan kuncinya dibuang ke laut.
Bagaimana reaksi mereka bila mendengar hal itu dari Anda?

Mereka membenarkan dan meyakini kebenaran cerita persundelan itu. Misalnya sebuah acara di
televisi pernah menampilkan dua orang pelacur yang menjadi germo kemudian bertaubat menjadi
hamba Tuhan. Saya sampaikan bahwa cerita ini mirip dengan apa yang ada dalam Bibel. Pembawa
acara yang Kristen itu kemudian membenarkan. Kemudian saya balikkan, berarti Yesus anak pezina
karena dalam Matius ayat 1 dan seterusnya menceritakan bahwa silsilah keturunan Yesus bertemu
dengan raja Daud yang menzinai Batseba. Tapi telepon saya akhirnya ditutup.
Kalau sudah mentok biasanya apa yang mereka lakukan?

Ada yang jujur dan mengatakan ini PR buat saya. Ada yang tidak jujur dengan cara menghindar dan
lari ke masalah lain. Maka kalau debat dengan mereka jangan beri kesempatan buat beralih
pembicaraan.
Mereka meyakini semua orang berdosa dari Adam sampai manusia kemudian, kecuali Yesus yang
tidak berdosa. Inilah sebenarnya skenario Paulus menjalankan misinya, yang membuat citra bahwa
Yesus itu juru selamat.
Apakah Anda hafal Injil sehingga fasih menyebutkan ayat demi ayat?

Tidak hafal. Hanya tahu saja.


Selama beraktivitas di bidang ini Anda sudah terjun kemana?

Seluruh wilayah Jawa Timur sudah, begitu pula Jawa Tengah dan Sumatera juga serta Kalimantan.
Program ke depan adalah Irian dan Sulawesi. Kalau ini sudah berarti semua pulau besar sudah.
Jadwal terbang Abud memang padat. Ketika kami menemuinya seusai berkhutbah Jumat di sebuah
perkan-toran ia mengaku baru tiba dari Kalimantan. Sesudah itu ia punya agenda di dua tempat
sampai malam.
Karena waktu yang terbatas wawancara itu urung dilangsungkan. Karena esok siangnya ia
berceramah di Universitas Trisakti untuk selanjutnya terbang ke Palembang, Sahid
mewawancarainya pagi hari selama waktu menunggu jemputan dan dalam perjalanan menuju lokasi
seminar. Itu pun masih sering disela oleh telepon, antara lain dari daerah yang memintanya datang
yakni Pekalongan dan Padang.
Apa yang biasanya Anda lakukan di berbagai tempat itu?

Kita memberikan informasi sekitar cara-cara pemurtadan dan kita dorong mereka memperdalam
pemahaman keislaman. Jangan sampai nanti kawan dibilang lawan dan lawan dibilang kawan,
karena memang gerakan mereka ibarat musang berbulu ayam, lihai dan licik.
Misalnya sekarang di Meruya Ilir (Jakarta) mereka mendirikan Sekolah Tinggi Theologia
Kalimatullah, yang semua mahasiswanya memakai kopiah dan mahasiswinya memakai jilbab. SKS
Islamologinya yang dulu hanya 20 SKS sekarang menjadi 40 SKS. Semester dua saja mereka sudah

dilatih berdiskusi dengan para ustadz. Sedang mahasiswa IAIN saja tidak dipersiapkan untuk
menghadapi para pendeta. Ada juga yang mengaku-ngaku anak kiai, mantan ustadz dan lain-lain.
Mereka menggunakan cara-cara itu untuk mencari legitimasi?

Semacam itu. Tidak jarang yang mengaku pernah jadi aktivis Muhammadiyah. Bahkan di rumah sakit
pun mereka beraksi. Pasien yang tidak berdaya disuruh beriman kepada Yesus agar sembuh. Padahal
kalau mau jujur, saya mempunyai tetangga Katolik yang mengeluh karena habis biaya untuk berobat
strok tapi tidak juga sembuh, terus saya balikkan saja, katanya Tuhan Anda bisa menyembuhkan. Jadi
semua akal-akalan orang Kristen untuk menjerat orang Islam. Kalau sudah menjadi Kristen ya
akhirnya diterlantarkan.
Seberapa sering Anda menangani kasus-kasus pemurtadan?

Banyak sekali. Yang paling sering biasanya kasus pemuda Kristen memacari dan menghamili pemudi
Muslimah. Ada juga kasus nikah beda agama yang belakangan menim-bulkan masalah besar.
Apa hikmah terbesar menjadi seorang Kristolog?

Di sini saya bisa menguji kemampuan lewat berdebat dengan mereka, kalau ada yang kurang saya
pelajari terus. Di samping itu memudahkan saya berdawah kepada mereka, karena Islam ini juga
wajib didawahkan kepada mereka. Lihat saja surah Ali-Imron ayat 71. Sementara perintah bagi
mereka untuk berdakwah kepada orang Islam itu batal karena dalilnya di Matius pasal 28 ayat 16
dibuat setelah Yesus mati.
Karenanya, kalau Anda didatangi misionaris Kristen, jangan diusir. Dawahi mereka.
Tapi kan tidak semua orang punya bekal?

Makanya para aktivis dawah harus menyiapkan bekal itu. Tim FAKTA insya Allah siap membantu.
Dimana saja, sampai ke Irian sekalipun, kami siap memberikan bekal.
FAKTA didirikan 1998 dengan latar belakang belum banyaknya lembaga yang secara khusus
menangani persoalan Kristenisasi. Dengan fasilitas yang sangat terbatas 7 dari 20 relawan
(diantaranya bekas pendeta) yang aktif hingga kini masih rutin melakukan berbagai kegiatan
antisipasi pemurtadan antara lain dengan menerbitkan buletin, membuka ruang konsultasi akidah
di sebuah majalah Islam, memberikan seminar, ceramah dan pelatihan Kristologi di berbagai kota,
dan belakangan di kampus-kampus. Melalui lembaga inilah Abud membangun jaringan anti
pemurtadan secara nasional. Sayangnya, untuk kebutuhan operasional FAKTA masih
mengandalkan kocek para relawannya sendiri.
Apa saja langkah yang harus diambil jika sebuah masyarakat berhadapan dengan
kristenisasi?

Kristenisasi ini bervariasi. Kalau mereka mengadakan santunan sosial, pembagian sembako atau
lainnya, maka umat Islam harus melakukan hal yang sama sebagai counternya. Kalau mereka
menyerang lewat buku kita juga mempersiapkan buku dan tulisan-tulisan, sekaligus menyerang balik
kepada mereka. Tapi kalau kasusnya hipnotis maka kita harus laporkan kepada pihak yang berwajib
dan melakukan upaya advokasi bertemu dengan upaya hukum. Aparat juga harus peka. Kalau tak
ada langkah hukum masyarakat bisa kehilangan kesabaran.
Kepada para misionaris, langkah pertama, tolak mereka dengan cara yang baik, karena Islam tidak
mengajarkan cara kekerasan jika kita tidak diperlakukan keras. Konkritnya kalau menemukan sudah
ada bukti-bukti itu, ambil bukti-bukti itu kemudian serahkan kepada ulama setempat dan beritahukan
kepada aparat, lantas jelaskan kepada mereka ini melanggar kode etik penyebaran agama. Kalau
mereka berbuat zhalim baru kita lakukan hal yang sama tapi tidak boleh berlebihan. Ummat Islam
jangan menjadi ummat yang bodoh karena Islam bukan agama yang sempit. Kepada ummat Kristen
yang tidak menggangu jangan diganggu pula mereka.

Tindakan ummat Islam selama ini cenderung reaktif terhadap isu-isu kristenisasi,
misalnya seperti yang terjadi di Doulos. Bagaimana menurut Anda?

Jangan salah tafsir. Ummat Islam tidak pernah mengadakan aksi. Mereka hanya bereaksi. Karena
aksi-aksi Kristen melanggar kode etik maka ummat Islam bereaksi.
Mungkin, karena begitu concernnya terhadap bidang Kristologi, dosen Institut Agama Islam AlGhuraba ini, sampai menamakan anak keduanya dengan seorang tokoh Kristologi terkemuka dari
Afrika, Ahmad Deedat. Saya memang mengaguminya dan ingin agar dia menjadi ulama seperti
Ahmad Deedat, jelas Kristolog yang mengaku memiliki kemiripan jalan hidup dengan Ahmad
Deedat itu. Itulah sebabnya di kalangan teman-temannya, serta belakangan di kalangan media
dan umat, anak ketujuh dari 13 bersaudara pasangan Mahfudz dan Hanafiyah itu lebih sering
dikenal sebagai Abu Deedat. Padahal nama aslinya adalah Shihabuddin.
Mengapa Anda tertarik dan tekun menekuni Kristologi?

Saya terjun di dunia Kristologi tahun 1982, ketika bekerja di sebuah perusahaan swasta. Di
perusahaan itu kebetulan direkturnya seorang pendeta. Begitu pula para pimpinan lainnya yang
memegang posisi penting rata-rata adalah aktivis gereja. Salah satu dari mereka, yakni kepala
bagian keuangan berusaha menginjili (mendakwahkan injil) para karyawan Muslim melalui
berbagai tulisan dan diktat tentang potongan-potongan ayat Quran yang terkesan seperti
mendukung agama mereka.
Saya penasaran. Maka saya datangi orang itu. Ketika saya tanya, katanya tulisan-tulisan itu disusun
oleh orang yang sudah berpuluh-puluh kali naik haji. Saya pun terlibat diskusi kecil-kecilan dengan
mereka.
Apa bekal Anda waktu itu?

Bekal saya waktu itu Injil pemberian seorang Kristen Manado yang saya pelajari. Kebetulan juga
saya lulusan Fakultas Ushuluddin, jurusan Penyiaran Islam di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di
sana ada mata kuliah khusus tentang Kristologi. Dengan modal itu saya terus menggeluti dunia
Kristologi secara otodidak, selain mengikuti kursus-kursus Kristologi secara tertulis. Misalnya di
Pelita Hidup tahun 1986 dengan menggunakan nama samaran. Alhamdulillah dari situ saya banyak
mendapatkan dokumen penting yang berguna untuk antisipasi gerakan mereka.
Ia dibesarkan di pesantren NU sampai SMP di Tasikmalaya, Jawa Barat. Orang tuanya juga berlatar
belakang NU. Karena banyak berinteraksi dengan aktivis Persis, ayahnya lalu banyak mendorong
untuk berdakwah. Berbagai diskusi dan kegiatan PII ditekuninya.
Di rumahnya Abud sering meladeni permintaan debat dari para pendeta dan aktivis gereja. Hal
yang sama juga dilakukan di berbagai tempat. Dan itu sudah berlangsung ratusan kali. Dari
kalangan Budha dan Aliran Kepercayaan ada juga yang pernah menjadi lawan debat Abud.
Menurut Abud, banyak di antara mereka yang menyerah tapi tidak mau mengakui kesalahannya.
Kalau pun ada yang mengaku salah, mereka khawatir kalau masuk Islam akan miskin. Tidak
sedikit juga yang mendapat hidayah.
Buku apa saja yang Anda jadikan pegangan untuk mendebat mereka?

Ketika masih SMU di kampung, saya sudah memiliki referensi buku-buku Islam, kurang lebih 500
judul. Yang pertama saya pelajari adalah dialog Islam-Kristen berjudul Bibel lawan Bibel
karangan A Hassan dan buku-buku Pak Abdullah Wasian tentang Kristologi.
Bagaimana Anda mendidik anak Anda, Deedat, supata kelak jadi seperti Ahmad Deedat?

Saya sekarang sedang berusaha menyiapkannya menjadi aktivis dawah. Ketika saya menangani
kasus pemurtadan di rumah, saya sengaja menyuruhnya untuk melihat.
Bagaimana mengatur kesibukan dawah dengan keluarga?

Saya mencoba bagaimana kebutuhan rumah tangga bisa terpenuhi, karenanya saya juga
berwiraswasta. Istri saya banyak sekali membantu dan mendorong saya ketika menangani kasuskasus pemurtadan terutama terhadap Muslimah. Jadi antara saya dan istri sejalan. Dia juga tahu
tugas saya, sehingga untuk anak-anak kita beri penjelasan kepada mereka.
Anda pernah mengalami teror?

Iya, sebatas teror telepon dan surat kaleng biasa. Istri saya juga pernah diancam melalui telepon.
Berjuang harus ada tantangan dan itulah risiko.
Peristiwa apa yang paling berkesan bagi Anda?

Yang tidak pernah bisa saya lupakan adalah ketika saya mengobati anaknya kiai, di mana seumur
hidup baru kali itu saya menceramahi kiai secara langsung. Anaknya kuliah di salah satu perguruan
tinggi di Semarang, dibawa kabur oleh anak pendeta kemudian di-Kristenkan, bahkan sudah
dihamili. Akhirnya pak kiai ini mendatangi saya dan minta tolong kepada saya untuk menangani
kasus ini. Alhamdulillah, saya pun dapat melakukan penyadaran kepada anak tersebut dan kepada
kiai itu sekaligus yang merasa terpukul dengan keadaan anaknya. Kesan lain, ketika saya
menghadapi kasus-kasus Muslimah yang termurtadkan. Ini sering membuat saya sedih.
Apakah perhatian yang mendalam itu tidak membuat Anda emosional?

Saya sangat prihatin sekali, karena lembaga yang lain masih sangat minim perhatiannya terhadap
masalah seperti ini. Inilah kelemahan di kalangan kita. Kalau kejadian seperti ini belum menimpa
keluarga kita sendiri, hal itu dianggap biasa saja. Kalau sudah tertimpa musibah baru merasa.
(Wawancara bersama Abu Deedat oleh Deka Kurniawan)
Sepucuk surat tergeletak di meja redaksi kami, Maret lalu. Surat itu dari seberang pulau,
Kalimantan Timur. Nama pengirimnya singkat saja, Dewi. Tetapi persoalan yang
diadukan tak sesingkat namanya. Coba simak isi surat itu:

Saya seorang ibu 29 tahun dan suami 31 tahun. Kami telah dikaruniai dua anak. Yang pertama pria
(6), dan kedua putri (2). Kami menikah 7 tahun yang lalu, dia adalah teman sekampus saya. Saat
pertama mengenalnya, saya benar-benar benci. Maklum, saya lahir dari keluarga Muslim yang taat,
sementara dia pemeluk Protestan. Tapi entahlah, mungkin karena dia tak pernah putus asa, saya
kemudian menerimanya menjadi pacar. Saya benar-benar semakin sayang setelah dia kemudian
menerima menikah dalam Islam. Saya benar-benar bahagia sekali. Tetapi setelah datangnya anak
pertama lalu disusul anak kedua, banyak perubahan yang terjadi pada suami saya. Tiba-tiba dia
jarang shalat dan sering keluar tanpa pamit. Belakangan saya tahu ternyata dia tidak benar-benar
meninggalkan agamanya. Bahkan, sejak anak kedua kami lahir, secara terang-terangan dia pernah
mengatakan kepada saya. `Saya masih seperti dulu, jadi jangan harap ada perubahan.'
Mendengar kata-katanya, saya hampir tidak percaya. Suami saya yang tadinya pendiam itu tibatiba seperti itu. Yang membuat saya benar-benar takut dan sedih, hari-hari ini, dia sering memaksa
saya mengikuti jejaknya untuk datang di kebaktian.
Kisah memilukan itu tidak cuma dialami Dewi, tapi juga seorang ibu asal Palu yang datang ke
kantor Suara Hidayatullah (Sahid) Surabaya, Juli lalu. Wanita berperawakan sedang ini datang
bersama suaminya dengan wajah sembab. Kepada Sahid, ia menceritakan musibah yang menimpa
keluarganya. Singkat cerita, sang adik diketahui hamil di luar nikah sesaat sebelum menyelesaikan
gelar sarjananya. Yang membuat musibah itu terasa amat berat, pacar sang adik itu ternyata
pemuda beragama lain. Adik saya dihamili oleh pemuda Kristen, ucapnya sembari menyeka
linangan air matanya. Padahal, sang adik dikenal sebagai wanita pendiam dan jarang keluar
rumah. Selain itu, selama ini, dia dibesarkan dan dididik dalam lingkungan keluarga Muslim yang
sangat taat. Peristiwa memalukan itu memang kemudian bisa dicarikan solusinya. Singkatnya,
sang adik akhirnya menikah dengan pacarnya pemuda Kristen dalam upacara Islam. Setelah itu,
keduanya pindah kota yang jauh dari keluarga, di Palu. Hanya saja, kepergiannya masih tetap
menyisakan luka yang mendalam bagi pihak keluarga. Terutama setelah diketahui bila sang adik
telah ikut sang suami menjadi aktifis gereja bersama semua anaknya.

Kisah cinta seperti Dewi dan adik si ibu tadi bukan hal baru di negeri ini. Banyak pemuda dan
pemudi pernah mengalami hal serupa. Memiliki teman dekat atau calon suami yang berbeda
agama. Ujung-ujungnya, dalam banyak kasus, hubungan keduanya kemudian terhambat karena
adanya perbedaan agama. Bagi yang taat pada agama, mereka memutuskan untuk berpisah.
Sebagian lagi memilih kompromi, yakni memilih mengikuti salah satu dari agama yang dianut
pasangannya. Pada pilihan yang terakhir inilah yang perlu diwaspadai, utamanya para gadis
muslimah.
Kejahatan kristenisasi itu, kini dilengkapi dengan kenyataan kristenisasi yang sangat menghina
umat Islam, yaitu memperkosa muslimah murid Madrasah Aliyah di Padang yang selanjutnya
dimurtadkan. Khairiyah Enisnawati alias Wawah (17 thn) pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2
Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat adalah salah satu dari 500 orang Minang yang
dimurtadkan. Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa dan dipaksa keluar dari agamanya lewat misi
rahasia yang dijalankan sekelompok orang Kristen, di rumah Salmon seorang Jemaat Gereja
Protestan di Jl. Bagindo Aziz Chan, Padang tempat memaksa Wawah untuk membuka jilbab dan
masuk Kristen. Gereja itu dipimpin Pendeta Willy, sedang Salmon adalah jemaat yang juga
karyawan PDAM Padang. (Dialog Jumat, 6 Agustus 1999).
Tentu saja saya punya data mengenai itu, kan tinggal kontak FAKTA. untuk pemanasan nich ada
data hamilisasi yang pernah terjadi di Tambun dan Kranji Bekasi!!
Banyak muslimah telah jadi korban pemurtadan. Hanya orang-orang yang tinggal di selatan Pasar
Tambun yang mengenal H Kacep. Mungkin sebab itu, kasus kematian mubaligh kondang untuk
ukuran kampungnya yang sungguh mengenaskan, sama sekali luput dari pemberitaan media
massa. Kejadiannya sekitar setahun yang lalu. Berawal dari pertemuan puterinya dengan seorang
pemuda. Pertemuan itu berlanjut. Kian hari kian akrab. Gadis muslimah itu kian sering dijumpai
berduaan dengan sang pemuda. Sang ayah, H. Kacep, suatu waktu memanggil keduanya.
Mubaligh itu bagaimana pun tahu bahwa berpacaran adalah sesuatu yang dilarang dalam Islam.
Wa la taqrabuu zina, demikian peringatan Allah SWT dalam al-Quran. Karena hubungan antara
puterinya dengan sang pemuda sudah terlihat begitu erat dan berjalan sudah relatif lama, maka
sebagai seorang ayah yang bertanggungjawab, H. Kacep berniat untuk meresmikan hubungan
kedua insan itu ke dalam jenjang pernikahan.
Secara bijak H. Kacep mengutarakan keinginannya pada sang pemuda. Puterinya menyimak baikbaik apa yang dikatakan ayahnya itu. Hatinya berbunga-bunga. Yakin bahwa sang pemuda pujaan
tidak akan keberatan dengan maksud ayahnya. Setelah mendengar penuturan H. Kacep, sang
pemuda dengan enteng menjawab, Ya, saya mau saja menikahi anak bapak. Asalkan
pernikahannya dilakukan di gereja!
Bagai disamber geledek di siang bolong. Bapak dan anak puterinya terkaget-kaget dibuatnya.
Sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa pemuda yang selama ini dekat dengannya
ternyata seorang non-Muslim. Padahal dulunya ia pernah bilang bahwa dirinya juga Islam. Dari
hari ke hari gadis muslimah tersebut mengurung diri di kamarnya. Hingga suatu hari sosok remaja
tersebut ditemukan terbujur kaku dengan mulut berbusa. Sekaleng racun serangga ditemukan
tergolek di sampingnya. Besar kemungkinan, sesuatu yang berharga telah dipersembahkan gadis
tersebut pada sang pemuda hingga ia memilih mati ketimbang menanggung malu. Kematian
puteri tercintanya membuat H. Kacep menangung kesedihan yang amat sangat. Belum lagi kasakkusuk tetangganya yang kerap terdengar tidak sedap. Akhirnya H. Kacep jatuh sakit. Dua bulan
kemudian, sang ayah menyusul puteri tercintanya ke alam baka. Pesantren yang dikelolanya pun
bubar.
Di daerah Kranji, masih Bekasi, beberapa tahun lalu juga terjadi kasus yang mirip. Seorang
Muslimah berteman akrab dengan seorang pemuda. Dari pertemanan tersebut, si gadis pun hamil.
Sang ayah yang tahu sedikit banyak tentang Islam pun marah besar. Segera dipanggilnya sang
pemuda untuk dimintai pertanggungjawabannya. Juga dengan enteng, si pemuda menjawab,
Saya mau nikah dengan anak bapak, asal dilakukan di gereja! Ayah beranak itu kaget
mendengarnya. Sama sekali mereka tak menyangka siapa gerangan pemuda itu. Tapi sikap dan
pendirian sang ayah cukup tegas: ketimbang anaknya murtad, lebih baik menolak mentah-mentah
syarat sang pemuda Kristen tersebut. Janin yang dikandung anaknya dibiarkan lahir tanpa ayah.
Kini anaknya dirawat oleh orangtua si gadis, ujar Drs. Abu Deedat Syihabuddin, MH, Sekjen
FAKTA(Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan) Jakarta.

Kristenisasi melalui jalur pemerkosaan gadis-gadis muslimah. Khairiyah Anniswah alias Wawah,
siswi MAN Padang, setelah diculik dan dijebak oleh aktivis Kristen, diberi minuman perangsang lalu
diperkosa. Setelah tidak berdaya, dia dibaptis dan dikristenkan. Kasus serupa menimpa Linda,
siswi SPK Aisyah Padang. Setelah diculik dan disekap oleh komplotan aktivis Kristen, dia
diperlakukan secara tidak manusiawi dengan teror kejiwaan supaya murtad ke Kristen dan
menyembah Yesus Kristus.
Di Bekasi, modus pemerkosaan dilakukan lebih jahat lagi. Seorang pemuda Kristen berpura-pura
masuk Islam lalu menikahi seorang gadis muslimah yang salehah. Setelah menikah, mereka
mengadakan hubungan suami isteri. Adegan ranjang yang telah direncanakan, itu foto oleh kawan
pemuda Kristen tersebut. Setelah foto dicetak, kepada muslimah tersebut disodorkan dua pilihan:
Tetap Islam atau Pindah ke Kristen?. Kalau tidak pindah ke Kristen, maka foto-foto talanjang
muslimah tersebut akan disebarluaskan. Karena tidak kuat mental, maka dengan hati berontak
muslimah tersebut dibaptis dongan sangat-sangat terpaksa sekali, untuk menghindari aib. Di
Cipayung Jakarta Tirnur, seorang gadis muslimah yang taat dan shalehah terpaksa kabur dari
rumahnya. Masuk Kristen mengikuti pemuda gereja yang berhasil menjebaknya dengan tindakan
pemerkosaan dan obat-obat terlarang.
Sumber : Al-Dakwah

Sejarah dan Pola Gerakan Kristenisasi


Jum`at, 21 Dzulhijah 1432 Rubrik Ilmiah

Sejarah dan Pola Gerakan Kristenisasi


Oleh: Abu Jundulloh Muhammad Faisal, SPd, M. MPd
(Pembina Gerakan Pelajar Anti Pemurtadan Bekasi/GPAPB)
Perang Salib berakhir dengan menyisakan kekalahan bagi kaum nashrani. Namun
kekalahan itu bagi mereka merupakan titik awal bagi suatu perang baru yang akan
terus dilancarkan kepada Umat Islam sepanjang masa. Perang baru itu lebih kita kenal
dengan Kristenisasi atau Pemurtadan. Dari praktek yang telah ada selama ini
kristenisasi/pemurtadan bisa didefinisikan sebagai gerakan agama, politik, penjajahan
yang muncul setelah kegagalan Perang Salib dengan tujuan menyiarkan Kristen di
kalangan bangsa dunia ketiga umumnya dan pada umat Islam khususnya. Tujuan lebih
lanjut dari gerakan ini adalah menguasai bangsa-bangsa target Kristenisasi tersebut.
Kristenisasi sudah mulai meluaskan sayapnya selama 2 abad pada periode pertama
(1099-1254M). mereka telah mengeluarkan biaya selama 2 abad itu untuk menguasai
Baitul Maqdis dan merampasnya dari umat Islam.
Tokoh dan Organisasi
Orang Kristen pertama yang memimpin kristenisasi setelah gagalnya Perang Salib
adalah Raymond Lull. Untuk memudahkan tugasnya ini ia berusaha keras belajar
Bahasa Aran, mengembara ke negeri-negeri Arab, danOrang Kristen pertama yang
memimpin kristenisasi setelah gagalnya Perang Salib adalah Raymond Lull. Untuk
memudahkan tugasnya ini ia berusaha keras belajar Bahasa Aran, mengembara ke
negeri-negeri Arab, dan berdialog langsung dengan para Ulama. Pada tahun 1664,
Albaaroon DuPeters menggerakkan semangat orang Kristen untuk mendirikan sebuah
fakultas yang akan dijadikan sebagai basis pengajaran propagandis Kristen. Untuk
wilayah Asia Barat, pelopor misionaris di daerah itu adalah Henry Martin. Ia berhasil
menerjemahkan Perjanjian Lama ke bahasa Urdu. Selain itu, ia juga menerjemahkan
ke bahasa Armenia.
Pada 1795, berdirilah Organisasi Misionaris London, Inggris. Setelah itu muncul
berbagai organisasi serupa di Skotlandia dan New York. Seratus tahun kemudian,
berdirilah Organisasi Persatuan Mahasiswa Katolik sedunia. Organisasi ini mengurus
kepentingan mahasiswa Katolik di seluruh dunia dan menanamkan doktrin propaganda
Kristen di kalangan mereka. Di Arab, misionaris terkenal adalah Samuel Zweimer. Ia
menjabat Pimpinan Misionaris Kristen untuk Arab yang berkantor di Bahrain, Ketua
Organisasi Misionaris di Timur Tengah, serta Pemimpin Majalah Dunia Islam Edisi
Bahasa Inggris yang diterbitkan 1911. Zweimer masuk ke Bahrain pada 1890 dan sejak
1894, Gereja Reformer Amerika memberinya bantuan penuh. Tugas yang dilakukan
Zweimer memperlihatkan hasilnya di bidaang kesehatan dan dibukanya pusat-pusat

kesehatan Kristen di Bahrain, Kuwait, Muscat, dan Oman, bahkan bisa di Indonesia dan
Negera lainnya yang mayoritas penduduknya Muslim.
Pemikiran dan Keyakinan.
Gerakan Kristenisasi mempunyai pemikiran dan keyakinan yang sangat berbahaya bagi
umat Islam. Setiap ada kesempatan untuk menyampaikan pemikiran mereka, maka
mereka pun akan menyampaikannya. Di antara pemikiran terpenting mereka
adalah:Memerangi persatuan Islam.
Pendeta Simon berkata, Sesungguhnya persatuan Islam menghimpun cita-cita bangsa
Islam dan membantu mereka dalam melepaskan diri dari kekuasaan Eropa dan
Kristenisasi merupakan tugas paling penting dalam memecah belah persatuan gerakan
ini. Oleh karena itu, kita harus berusaha mengalihkan kaum muslimin dari persatuan
Islam itu dengan cara Kristenisasi.
Menggambarkan Islam sebagai Agama biadab dan tiruan
Pembebasan negeri-negeri dari kesyirikan dan penguasa lalim kepada tauhid dan
kesejahteraan dipandang orang Kristen sebagai penjajahn dan pembantaian. Henry
Jesups, Misionaris Amerika, berkata, Orang Islam tidak paham agama dan tidak tahu
nilainya. Mereka adalah pencuri dan pembunuh biadab, dan Kristenisasi akan bekerja
keras memajukan mereka . Lutfi Lefonyan, seorang penulis buku Armenia, berkata,
Sesungguhnya sejarah Islam merupakan rangkaian terselubung dari pertumpahan
darah, peperangan, dan pembantaian .
Kristenisasi juga menggambarkan Islam sebagai ajaran palsu yang meniru Kristen.
Misionaris Nelson menyatakan bahwa Islam hanyalah tiruan, segala baik dalam Islam
hanyalah diambil dari Kristen, dan yang lain diambil dari keyakinan animisme dengan
mengubah di sana-sini.
Menjauhkan umat Islam dari Islam dan menganggap Kristen sebagai teman
Samuel Zweimer berkata, Kita harus meyakinkan umat Islam bahwa Kristen bukanlah
musuhnya . Dalam kongres Suci 1935, ia berkata, .. tapi tugas propagandis yang
dipercayakan oleh Negara-negara Kristen kepada saudara-saudara di negeri-negeri
Islam bukanlah memasukkan orang Islam kepada Kristen. Tapi tugas saudara hanyalh
mengeluarkan kaum muslim dari islam sehingga mereka menjadi makhluk yang tidak
ada hubungan lagi dengan Allah, selanjutnya tidak punya akhlak yang menjadi unsur
utama pegangan semua bangsa .
Cara-cara
Untuk menggerakkan Kristenisasi ini, mereka mempunyai beberapa cara yang harus
kita waspadai:
I. Pelayanan Kesehatan

Paul Harrison, penulis Dokter di Dunia Arab , berkata, Kita, para dokter, disiapkan
untuk menjadikan pria dan wanita Arab menjadi Kristen . Misionaris Aide Haris
berkata, Para dokter harus menyampaikan misi Kristen ketelinga dan hati umat Islam
. Misionaris Harber pada Kongres Cairo, 1906, berkata, Kita harus memperbanyak
pengiriman dokter/tenaga medis, sebab mereka selalu dapat diterima dan mempunyai
pengaruh besar di kalangan umat Islam lebih dari propagandis lainnya .
II. Pendidikan
Mereka mendirikan sekolah-sekolah dari tingkat dasar sampai pendidikan
tinggi/universitas. Di sekolah tersebut, agama yang diajarkan bukanlah agama anak
didik, namun agama Kristen. Mereka juga melakukan pertukaran pelajar dan
mahasiswa agar pelajar Islam lebih cinta dunia Barat dan jauh dari Islam, contoh nama
sekolah/perguruan tinggi itu adalah khusus di Indonesia, Sekolah Ananda, Sekolah
Karnisius, Sekolah Santa Monica, Sekolah Santa Maria, Universitas Kristen Indonesia
(UKI), Sekolah Tinggi Teologia (STT) Apostolos, Institut Teologi Kalimatullah (ITK),
Sekolah Tinggi Teologia (STT) Kyai Sadrah, dan lain sebagainya.
III. Sosial
Kristenisasi banyak mendirikan panti asuhan anak yatim dan terlantar dan panti
jompo. Mereka juga mendirikan asrama mahasiswa/i dan klub-klub untuk remaja dan
pemuda. Gerakan Pramuka merupakan salah satu cara di bidang ini kemungkinan pula
bisa PMR/PMI, Paskibra, dll. Jambore-jambore internasional merupakan cara ampuh
untuk menjauhkan pelajar Islam dari agamanya. Dalam salah satu jambore
internasional, seorang putri Indonesia mengisahkan bahwa mandi dlam acara tersebut
ternyata mandi bersama peserta putri dalam tenda besar, dan peserta dari negaranegara Barat kebanyakan telanjang bulat. Walaupun sesama jenis kelamin, maandi
seperti ini bukan merupakan ajaran Islam.
IV. Perkawinan Beda Agama dan Hamilisasi (Gerham/Gerakan Hamilisasi)
Seorang Muslim dan Muslimah dilarang mereka menikah dengan pasangan mereka yang
non muslim baik Kristen atau agama lain sebab mereka mempunyai misi tertentu untuk
memperalat seorang muslim atau muslimah untuk masuk ke dalam ajaran agama
mereka serta jangan mau terpedaya dengan rayuan maut lelaki non muslim untuk
berpacaran lalu kemudian zina dan ditinggalkannya hingga sang bayi itu lahir dari sang
muslimah seperti yang dikemukakan seorang muslimah yang sudah banyak menjadi
korbannya, serta lelaki pilihlah pasanganmu yang seiman dan seAqidah pula, dan
ingatlah mulai sejak ini sadarlah wahai muslim dan muslimah sebab jodohmulah yang
baik adalah yang seAqidah dan seiman denganmu itulah yang baik dan sempurna,
Wallohu alam.
V. Keturunan
Di antara rumusannya adalah membebaskan keluarga berencana (KB) atau sekarang
istilahnya keluarga bahagia atau apapun namanya penulis kurang paham, di kalangan
pengikut gereja dan mendorong pengikut gereja untuk memperbanyak keturunan. Dan
menggalakkan KB di kalangan umat Islam. Hari ini, Kristenisasi sudah berjalan hampir

seabad. Perang dingin ini telah memakan korban begitu banyak. Menjadi tugas kita
untuk membentengi diri kita dan saudara-saudara muslim dan muslimah kita dari
bahayanya. insyaAlloh semoga kita akan paham tentang bahaya gerakan Kristenisasi
ini, Sekian semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
Wallohu Taala alam bish Showab. Fastabiqul Khairoot, Nuun Walqolami Wamaa
Yasthuruun, Washallallaahu ala nabiyyina Muhammad wa alaa alihi wa shahhbihi wa
sallam. Walhamdulillahi Rabbil Alamien.
Sumber Bacaan/Referensi:
Aliran-aliran yang Perlu Anda Ketahui, PP. Muhammadiyah, Lembaga Dakwah Khusus,
diambil dari Buku Al-Mausuah Al-Muyassarah fil Adyaani wal Madzaagib Al-Muashirah,
WAMY dengan sedikit perubahan serta bacaan lainnya seperti Buku-buku: Menikah
dengan Non Muslim, Penulis: Syaikh Hasan Khalid, Terbitan: Pustaka Al-Sofwa, Jakarta,
2004M, Garis Pemisah Antara Muslim Dan Kafir, Penulis: Syaikh Dr. Abdurrahman Abdul
Khaliq, Terbitan: CV. Firdaus, Jakarta, 1992M, Sejarah Injil Dan Gereja, Penulis: Syaikh
Ahmad Idris, Terbitan: Gema Insani Press (GIP), Jakarta, 1994M, Bibel Menurut Mantan
Kristen, Penulis: G. Miller, Terbitan: Qalam, Jakarta, 2000M, 100 Jawaban untuk
Misionaris Kristen Ataukah Islam?, Penulis: KH. Abdullah Wasian, Terbitan: Pustaka
Dai, Surabaya, 1995M, Menolak Mitos Trinitas Bantahan Kalangan Kristen Yesus bukan
Tuhan, Penulis: Wahyudi, SAg, Terbitan: Ahmed Deedat Publishing, Jakarta, 2005M,
Membongkar Gerakan Pemurtadan Umat Islam Dokumen Kristenisasi, Penulis: Ustadz
Abu Deedat Syihab, MH, Penerbit: Puztaka Tazkia Az Zahra, Jakarta, 2005M, Awas
Kristenisasi & Bahaya Sinkretisme Agama, Penulis: Lajnah Daimah Divisi Penelitian
ilmiah dan Komisi Fatwa Kerajaan Saudi Arabia, Terbitan: Darul Ilmi, Ngaglik-Sleman,
Yogyakarta, 2005M, Menggentarkan Musuh-Musuh Islam, Penulis: Syaikh Al-Allamah
Abdul Qadir bin Abdul Aziz, Terbitan: Senyum Media, Jakarta, 2007M, Di Balik
Propaganda Anti Islam, Penulis: DR. Adil bin Ali Asy-Syaddi, Terbitan: Pustaka Al-Sofwa,
Jakarta2002M, Stop Kristenisasi, Penulis: Tanzil Tanzania, Terbitan: Al-Fajr Media,
Klaten, Juli 2010M, Index Kesalahan AlKitab (Bibel), Penulis: Molyadi Samuel AM,
Terbitan: Pustaka Dai, Surabaya, 2010 M, dan bacaan lainnya.

PERIODE PERTAMA KRISTENISASI DI


NUSANTARA
Kedatangan bangsa Portugis juga sekaligus membawa misi menyebarkan Kristen Katolik di
tengah penduduk pribumi. Pada 1522, sekitar sebelas tahun berlalu dari penaklukan Malaka,
gereja Katolik pertama didirikan di Maluku. Empat puluh tahun kemudian, ada sekitar

10.000 orang di Maluku yang memeluk Katolik. Sebagian besar mereka tinggal di Ambon.
Jumlah itu meningkat menjadi sekitar 50.000 sampai 60.000 orang pada 1590-an.

Dalam proses kristenisasi tahap pertama itu, misionaris-misionaris dari Ordo Jesuitlah yang
paling banyak mengambil peran. Salah seorang di antara mereka adalah Xavier yang telah
disebut sebelum ini. Meski tidak lama tinggal di Maluku, peran penting yang dimainkan Xavier
di Maluku itu membuat dirinya dijuluki sebagai Rasul untuk orang-orang Indonesia oleh
rekan-rekannya.

Yang harus menjadi catatan, kita tidak harus selalu memahami bahwa agama Kristen datang
pertama kali ke Nusantara dengan menumpang kapal-kapal bangsa Portugis. Ada kemungkinan
yang besar bahwa pemeluk-pemeluk Kristen telah masuk ke Nusantara jauh sebelum kedatangan
orang-orang Portugis.

Muller Kruger, bahkan, melangkah lebih jauh lagi. Mendasarkan diri pada sumber-sumber Arab
kuno, ia meyakini bahwa Kristen telah masuk ke Nusantara sejah abad ketujuh Masehi. Di
daerah Sibolga sekarang, tulis Kruger dalam Sedjarah Geredja di Indonesia,para pemeluk
Kristen pertama itu mendirikan gereja mereka. Untuk memperkuat keyakinannya, Kruger
menunjuk adanya misionaris-misionaris yang menumpang rombongan pedagang-pedagang
Eropa ketika melintasi jalur perdagangan dari Asia Tengah ke Asia Timur pada abad-abad
tersebut.

Keterangan Kruger itu patut diragukan kebenarannya. Bagaimana pun, sampai bangsa Portugis
datang, tidak ditemukan bukti-bukti apapun yang menunjukkan adanya komunitas Kristiani di
Nusantara. Yang ada justru sebaliknya, ada banyak bukti-bukti tak-terbantahkan tentang
keberadaan komunitas muslim sejak abad ke-12 Masehi.

Berbeda dengan Islam yang diperkenalkan dengan cara-cara damai, agama Kristen
diperkenalkan ke tengah penduduk pribumi oleh bangsa Portugis dengan kekerasan. Mereka
melakukan itu, seperti halnya bangsa Spanyol, karena permusuhan akut mereka terhadap Islam.
Menurut Bertram Johannes Otto Schrieke yang menulis Indonesian Sociological Studies,
tindakan-tindakan Portugis dan Spanyol seperti itu masih dilandasi oleh semangat Perang Salib
yang sebenarnya telah belalu beberapa abad sebelumnya.

Bisa ditebak, tindakan-tindakan bangsa Portugis justru mengundang kebencian dan sikap
bermusuhan dari sebagian penduduk pribumi. Tahun-tahun pertama bangsa Portugis di Malaka
dan Maluku segera menjadi tahun-tahun penuh permusuhan dan pertumpahan darah. Sequeira,
misalnya, selain gagal menjalankan tugas dari Raja Portugal ketika singgah di Malaka, juga harus
berperang melawan Sultan Mahmud Syah (14881528). Sebagian pasukan Sequeira waktu itu
ditawan oleh pasukan sultan, sebagian lagi dibunuh.

Misal yang lain, di Ternate, akibat usaha kristenisasi dan perilaku tidak sopan dari orang-orang
Portugis, muncul ketegangan antara mereka dan penguasa setempat. Puncaknya, pada 1535,
orang-orang Portugis di sana memaksa turun Raja Tabariji (atau Tabarija yang berkuasa selama
15231535), membuangnya ke Goa, India, dan membuatnya memeluk Kristen di sana.

Malangnya, bekas raja yang bernama baptis Dom Manuel itu meninggal dunia di Malaka pada
1545 dalam perjalanan pulang menuju Ternate.

Di luar Malaka dan Maluku, Portugis juga terpaksa berperang di Solor, Kepulauan Nusa
Tenggara sekarang. Mereka dikepung oleh penduduk setempat yang tidak menyukai Portugis
dan agama mereka. Karena kewalahan dengan perlawanan besar-besaran dari penduduk
sepanjang 15981599, Portugis akhirnya mengirimkan armada yang terdiri dari 90 kapal untuk
menghentikan perlawanan itu.

Beda dengan di Maluku, di Solor, yang menyebarkan Katolik adalah misionaris-misionaris dari
Ordo Dominikan. Mereka membangun benteng dari batang pohon kelapa pada 1562 pada waktu
berkecamuk konflik antara Portugis dan penduduk Solor. Benteng tersebut akhirnya dibakar oleh
bala bantuan dari Jawa yang datang untuk ikut memerangi Portugis pada 1563.

Orang-orang Portugis tetap bertahan di Solor. Demikian pula dengan para misionaris dari Ordo
Dominikan itu. Benteng yang terbakar itu dibangun kembali sebagai pusat kristenisasi di sana.
Portugis baru pergi dari Solor, diusir oleh orang-orang Belanda pada 1636.

Bagaimana kristenisasi yang digiatkan oleh orang-orang Belanda?

Rentang waktu 15981602 adalah satu zaman yang lebih dikenal sebagai zaman pelayaranpelayaran liar (wilde vaart). Seperti yang telah lewat, pada rentang waktu itu, perusahaanperusahaan ekspedisi Belanda berlomba-lomba mengirimkan kapal-kapal layar mereka menuju
Nusantara. Tidak semuanya berhasil, namun persaingan yang terjadi membuat suasana menjadi
tidak sehat. Parlemen Belanda pun mengusulkan agar perusahan-perusahaan tersebut
menggabungkan kepentingan mereka itu ke dalam sebuah perkongsian.

Setelah empat tahun berlalu, usul parlemen akhirnya direalisasikan. Tepat pada tanggal 20
Maret 1602, perusahaan-perusahaan yang bersaing itu mendirikan sebuah kongsi dagang yang
disebut Vereenigde Oost-Indische Compagnie[1] (VOC) atau Perserikatan Maskapai Hindia
Timur. Dalam sejarah kita, VOC inilah yang kita kenal lewat istilah Kompeni.

Kompeni memiliki markas di Amsterdam, Belanda. Sebagai sebuah perusahaan, mereka diberi
parlemen Belanda hak-hak untuk merekrut personel (yang akan disumpah untuk setia kepada
perusahaan) dan membentuk pasukan bersenjata, mengadakan peperangan, membangun
benteng-benteng di wilayah taklukan, dan membuat perjanjian-perjanjian dagang di seluruh
Asia.

Kompeni segera berlayar ke Nusantara. Pada 1605, mereka berhasil merebut Maluku dan
mengusir orang-orang Portugis dari sana. Setelah itu, mereka terlibat perang dengan Portugis,
Spanyol dan Inggris untuk merebut wilayah-wilayah lain di Nusantara. Pada 1523, sejumlah
wilayah milik Portugis dan Spanyol telah berhasil direbut oleh Kompeni.

Demikian pula dengan misionaris-misionaris Portugis. Pada 1677, misalnya, Kompeni


bekerjasama dengan Sultan Ternate untuk mengusir Portugis dan misionaris Ordo Jesuit.
Setelah itu, Kompeni memaksa pemeluk-pemeluk Katolik yang bisa mereka temukan untuk
masuk agama Protestan.

Dengan diusirnya bangsa Portugis dan masuknya bangsa Belanda, sejarah Protestan di
Nusantara mulai dibangun. Kompeni sendiri, sebenarnya, tidak begitu tertarik dengan usaha
mengkristenkan penduduk pribumi. Bagi Kompeni, keuntungan ekonomis adalah tujuan utama
mereka. Karena itu, tidak heran, ketika penguasa Belanda mewajibkan Kompeni melakukan
kristenisasi di Nusantara,[2] tidak ada cara yang terpikir oleh Kompeni kecuali meniru apa yang
telah dilakukan oleh orang-orang Portugisdan juga Spanyol di wilayah jajahan mereka.

Kompeni pun menempuh cara-cara kekerasan dan pemaksaan dalam kegiatan zending mereka.
Mereka, misalnya, mengambil alih kongregasi-kongregasi [3] Katolik milik Portugis dan
cenderung ingin menghancurkan apa-apa yang dibangun oleh orang-orang Katolik. Kepada
penduduk-penduduk di wilayah taklukan mereka, Kompeni menyatakan bahwa agama Kristen
apapun tidak boleh dijalankan kecuali Kristen Protestan.

Kendati sama-sama menggunakan kekerasan, kristenisasi yang dilakukan oleh Kompeni tidak
mendatangkan hasil seperti yang dilakukan Portugis. Pendeta-pendeta Kompeni kebanyakan
kebanyakan bekerja memimpin kebaktian di kalangan petinggi-petinggi Kompeni atau di rumahrumah para pedagang bangsa Eropa. Tidak ada usaha serius mendekati penduduk pribumi agar
mereka pindah agama. Sebaliknya, jika dilihat usaha-usaha pendekatan yang akan dilakukan
kepada penduduk pribumi itu berpengaruh negatif terhadap keuntungan ekonomis mereka,
Kompeni menghindari usaha-usaha tersebut. Ketika ingin menaklukkan Kerajaan Blambangan
di ujung Jawa Timur pada abad ke-18, misalnya, Kompeni justru mendorong proses islamisasi
terjadi di sana. Waktu itu, Blambangan memang masih kental dengan nuansa kehinduannya.

Kompeni berdiri sampai tahun 1799. Selama hampir 200 tahun itu, tidak ada sumbangan berarti
dari Kompeni bagi usaha kristenisasi di Nusantara. Barangkali, satu-satunya sumbangan yang
dinilai berarti dari Kompeni adalah menerbitkan Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa Melayu.
Penerbitan Alkitab itu sendiri dibangun di atas prinsip dasar bahwa orang-orang Kristen harus
secepat mungkin diupayakan memiliki Alkitab masing-masing dan dalam bahasa yang dapat
dimengerti mereka. Seperti yang umum dikenal, para pemeluk Protestan didorong untuk dapat
mengakses langsung kitab suci mereka, tanpa perlu institusi-institusi khusus semisal kepausan
dalam Katolik.

Tentang kurang seriusnya Kompeni dalam mengkristenkan penduduk pribumi, Alwi Shihab yang
pernah meneliti sejarah kristenisasi di Indonesia untuk keperluan tugas doktoralnya
mengemukakan,

Pada umumnya cukup aman jika disimpulkan bahwa upaya para misionaris pada tahaptahap awal lebih lemah dibandingkan pada periode selanjutnya. Ini disebabkan, pada abad
ke-17 dan ke-18, agama di Belanda berada di bawah kontrol pemerintah. Karena fungsi
pemerintahan di Hindia Belanda (Indonesia) diberikan kepada VOC, maka VOC memandang
Gereja sebagai bagian wewenangnya. Mereka mempekerjakan para pendeta Gereja

Reformasi untuk mengurus masalah-masalah agama dalam cara yang sama sebagaimana
mereka mempekerjakan agen-agen lain untuk mengurusi masalah-masalah perdagangan.
Dengan kata lain, kegiatan-kegiatan misionaris dilihat sebagai bagian dari pekerjaan
pemerintah. Dan karena VOC hanya punya sedikit dorongan untuk menyebarkan misi, mereka
tidak mengambil pastor dari orang-orang Kristen di Belanda.

[1] Baca: Ferenihde Ous Indisye Kompenyi.

[2] Usaha menyebarkan agama Kristen Katolik biasa disebut dengan istilah kegiatan misidan

pelakunya disebut dengan misionaris. Adapun penyebaran agama Kristen Protestan, biasa
disebut dengan istilah zending.

[3] Istilah kongregasi di

sini mengacu kepada perkumpulan para biarawan, biarawati,


rohaniwan, atau rohaniwati Katolik dari satu kesatuan khusus. Sebagai perkmpulan, setiap
kongregasi memiliki tujuan, visi dan misi yang berbeda beda. Ada kongregasi yangperhatian
kepada pelayanan pendidikan. Ada yang perhatian kepada pelayanan kesehatan. Ada juga yang
perhatian kepada pendoa dan yang lainnya. Secara umum, istilah kongregasi juga dapat
mengacu kepada jenis struktur administratif dalam Gereja Katolik Roma dalam Kuria Romawi.
Istilah kuria pada
masa
puncak-puncaknya
kekuasaan
gereja
dapat
diartikan
sebagai pemerintahan, sehingga Kuria Romawi dapat diartikan sebagai Pemerintahan Roma
(ingat, Katolik berpusat di Roma). Sekarang, istilah Kuria Romawi diartikan sebagai sebuah
perangkat administratif Tahta Suci dan pusat badan pemerintahan seluruh Gereja Katolik
Roma yang bersama Paus mengordinasikan dan menyediakan perangkat yang diperlukan agar
fungsi Gereja Katolik Roma dapat terus berlangsung dan mencapai tujuan-tujuannya. Yang
tertinggi dalam Kuria Romawi adalah Kongregasi. Di bawahnya terdapat Dewan Kepausan dan
Komisi Kepausan. Semula anggota-anggota Kongregasi dipilih dari sekelompok kardinal (istilah
untuk pejabat senior dalam Gereja Katolik Roma dan berada di bawah Paus) yang ditugaskan
untuk mengurusi beberapa bidang kegiatan yang berhubungan dengan Tahta Suci. Setelah
Konsili Vatikan II yang berlangsung pada 19621965, anggota-anggota Kongregasi dapat
mencakup juga uskup-uskup di seluruh dunia yang bukan kardinal.

Anda mungkin juga menyukai