Abstrak
Hal ini menunjukkan bahwa beban yang harus diemban oleh DJP cukup tinggi.
Padahal di beberapa tahun sebelumnya realisasi penerimaan pajak belum dapat
mencapai angka 100%. Oleh karena itu DJP harus meningkatkan upaya seiring
dengan adanya kenaikan target yang diberikan oleh pemerintah. Bagi DJP,
penerimaan perpajakan merupakan siklus tahunan selama APBN Indonesia masih
mengandalkan pendapatan dari sisi perpajakan. Artinya hal ini menjadi tujuan
yang harus ditempuh DJP dalam kerangka membiayai belanja negara.
Berikut ini disajikan ikhtisar mengenai target dan realisasi penerimaan pajak
selama lima tahun terakhir.
2015 1,4983
Sumber : Data diolah dari UU APBN-P dan Nota Keuangan, Lapkeu Pemerintah
Pusat
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya target penerimaan
perpajakan semakin mengalami kenaikan. Hal ini tentu saja mendorong DJP
untuk melakukan langkah- langkah pengamanan. Kondisi yang perlu diperhatikan
di antaranya kondisi ekonomi global yang tidak dapat diprediksikan dengan tepat
sedangkan dampak volatilitasnya akan berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
1. Jangka Pendek
Dalam jangka pendek, beberapa upaya telah dilakukan DJP untuk dapat
mencapai target penerimaan yang telah dibebankan. Upaya ini berhubungan
dengan penyempurnaan administrasi, proses bisnis dan juga program kerja yang
disesuikan dengan kondisi jangka pendek. Beberapa di antaranya adalah
a. Extra effort
Pihak-pihak yang akan dibina oleh DJP adalah kelompok orang pribadi atau
badan yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak, kelompok Wajib Pajak terdaftar
namun belum pernah menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), serta
kelompok Wajib Pajak terdaftar yang telah menyampaikan SPT, namun belum
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Secara garis besar ditunjukkan dengan
bagan berikut ini :
Saat ini sebagai upaya pembenahan database Wajib Pajak, DJP mulai
melakukan penyempurnaan administrasi di antara untuk proses pendaftaran
NPWP. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh data yang valid terkait Wajib
Pajak yang memang mempunyai potensi dan juga telah memenuhi syarat
subyektif dan juga obyektif. Proses pendaftaran NPWP baik melalui loket tempat
pelayanan terpadu (TPT) maupun melalui e-Registration mulai disempurnakan
dengan menambahkan satu proses yang disebut dengan verifikasi. Verifikasi ini
bertujuan untuk memastikan bahwa data yang diisi oleh pendaftar NPWP
memang benar adanya sehingga dapat menghindari adanya database yang tidak
valid. Sebagai contoh bila pendaftaran dilakukan melalui e-Registration, hasil
cetak kartu NPWP tidak diambil oleh Wajib Pajak melainkan akan dikirim oleh
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang bersangkutan ke alamat yang telah
dicantumkan oleh Wajib Pajak. Di satu sisi mungkin hal ini menambah sedikit
panjang proses pendaftaran NPWP, namun di sisi lain hasil yang diharapkan akan
dapat bermanfaat dan memberikan efek positif dalam jangka yang lebih
panjang.
d. Kemudahan sarana
Baru Baru ini, DJP menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-02/PJ/2015 Tentang Penunjukkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ketapang
Dalam Rangka Uji Coba Mobile Tax Unit.Hal ini dimaksudkan sebagai sarana yang
dapat mempermudah Wajib Pajak yang tidak dapat dijangkau baik oleh KPP
maupun KP2KP dengan alasan kesulitan demografis. Program ini merupakan
program uji coba yang bertujuan menggantikan fungsi KPP maupun KP2KP. Jika
program ini berhasil, diharapkan dapat diaplikasikan di daerah lain yang
mempunyai kesulitan demografis yang sejenis. Kegiatan penyuluhan dan
pelayana yang diberikan Mobile Tax Unit, meliputi :
2) Konsultasi perpajakan,
2. Jangka Panjang
Selain itu P3B ada untuk menghindari praktik penghindaran pajak dalam
lingkup internasional di mana biasanya perusahaan multinasional lebih memilih
untuk mengalihkan pendapatannya ke negara lain yang mempunyai kebijakan
tarif lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia. DJP melakukan upaya
perjanjian ini semata mata untuk mengamankan target penerimaan yang ada
di mana tidak dapat dipungkiri dengan kondisi saat ini, penanaman modal asing
ke Indonesia semakin terbuka. Oleh karena itu upaya kesepakatan dengan
negara lain merupakan salah satu cara untuk tetap dapat menyentuh
penghasilan yang diperoleh oleh perusahaa multinasional yang beroperasi di
Indonesia. Hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah proses kesepakatan
yang membutuhkan waktu tidak sebentar. Selain itu juga dibutuhkan bargaining
power yang tinggi sehingga kesepakatan yang dihasilkan tidak jadi boomerang
bagi Indonesia sendiri.
Di sisi lain, DJP juga sedang mengembangkan Center Tax Analysis (CTA)
sebagai wadah riset yang dapat mendukung pelaksanaan fungsi DJP. Dengan
adanya CTA diharapkan dapat dihasilkan kajian- kajian yang nantinya dapat
sebagai penyokong proses bisnis maupun peningkatan peran serta DJP untuk
dapat meningkatkan pencapaian penerimaan perpajakan.
d. Transformasi Kelembagaan
http://www.kemenkeu.go.id/Data/realisasi-apbn-p-ta-2014-31-desember-2014-i-
account
http://www.kemenkeu.go.id/Publikasi/laporan-keuangan-pemerintah-pusat-2010-
audited
http://www.kemenkeu.go.id/Publikasi/laporan-keuangan-pemerintah-pusat-2011-
audited
http://www.pajak.go.id/content/realisasi-penerimaan-pajak-30-april-2015
http://www.pajak.go.id/node/13385?lang=en
http://dudiwahyudi.com/pajak/pajak-penghasilan/persetujuan-penghindaran-
pajak-berganda-p3b.html
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/files/uploads/Kinerja_XX.pdf