Sop Kusta
Sop Kusta
RSK SUMBERGLAGAH
Peralatan : 1. Elevator
2. O2
3. Tensi, jam, termometer, senter
Pengertian : Suatu pemeriksaan yang dilakukan pada pasen kusta baru atau
pasien yang sudah RFT
d. Pra pemeriksaan :
-Memeriksa penjelasan pada pasien apa yang akan di
lakukan padanya, dan memperagakan dengan
menyentuhkan ujung bolpen pada lengannya
-Bila penderita merasakan sentuhan tersebut diminta
untuk menunjuk tempat sentuhan tersebut dengan
jari tangan yang lain
-Test diulangi sampai penderita mengerti dan kooperatif
e. Pemeriksaan sesungguhnya :
-Penderita diminta menututup mata atau menoleh
menjahui dari tangan yang diperiksa
-Penderita diminta menunjuk tempat yang terasa
disentuh
-Dengan ujung bolpen pemeriksa menyentuh tangan
penderita pada titik-titik sesuai dengan gambar pada
POD
-Usahakan pemeriksaan titik-titik tersebut tidak
berurutan
-Penyimpangan letak titik tersebut tidak berurutan
(secara acak)
Kesimpulan : - bila rasa (+).v
- bila rasa (-) .x
III. Anggota badan bagian bawah
1. Pemeriksaan N. peroneus communis
a. Penderita diminta duduk dengan kaki dalam keadaan
relax
b. Pemeriksa berada dihadapan penderita dengan tangan
kanan pemeriksa kaki kiri dan tangan kiri memeriksa
kaki kanan
c. Pemeriksa dengan jari telunjuk dan tengah meraba
caput fibula (di bawah lutut, tulang yang paling
menonjol ke samping luar/lateral), N. Peroneus
terletak persis di belakang caput fibula tersebut
d. Dengan tekanan yang ringan syaraf tersebut digulir
bergantian kiri dan kanan sambil melihat
mimik/reaksi penderita apakah kesakitan.
2. Pemeriksaan N. tibialis posterior
lokasi : di bawah belakang dan bawah dari mata kaki
sebelah dalam (maleulus medialis)
a. Penderita masih dalam posisi duduk relax
b. Dengan jari telunjuk dan tengah pemeriksa meraba
nervus tibialis posterior pada bagian belakang dan
bawah maleolus medialis , lalu digulir santai sambil
melihat mimik/ reaksi dari penderita
3. Pemeriksaan kekuatan kaki
a. Penderita diminta mengangkat ujung kaki dengan
tumit tetap terletak dilantai / ekstensi maksimal
(seperti berjalan dengan tumit)
b. Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi
tersebut lalu pemeriksa dengan kedua tangan
menekan yang punggungan kaki penderita
kebawah / kelantai
Kesimpulan :
- Bila tahanan (+) kuat / k
- Bila ekstensi (+), tahanan (-) lemah
tahanan / lt
- Bila gerakan ekstensi terbatas lemah
gerak /lg
- Bila gerakan ekstensi (-) . Lumpuh / P
4. Pemeriksaan rasa raba kaki
a. Kaki kanan penderita diletakkan pada paha kiri,
usahakan telapak kaki mengadap keatas
b. Tangan kiri pemeriksa menyanggah ujung jari kaki
penderita
c. Cara pemeriksaan sama seperti pada rasa raba
tangan, titik-titik yang diperkirasa sesuai dengan
form pod
d. Pada daerah yang menebal boleh sedikit menekan
dengan cekungan berdiameter 1 cm
e. Jarak penyimpangan yang bisa diterima maximal
2,5 cm
Kesimpulan:
- Bila rasa (+) .v
- Bila rasa (+) x
Rumah Sakit Kusta PERAWATAN REAKSI TYPE II ( E N L )
Sumberglagah
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Mojokerto
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR Tanggal terbit
TETAP
Dr. NANANG KOESNARTEDJO
NIP. 140 246 838
Prosedur : Pelaksanaan :
1. Anamnese :- keluhan utama
- mulai kapan terjadinya reaksi
- apa penyebab timbulnya reaksi
2. Pemerikasaan fisik meliputi
a. kulit : timbul nodul, eritem dan nyeri pada
lengan , tungkai dan wajah, jika berat sampai
ulcerasi
b. syaraf : adanya neruritis, berlangsung dalam
waktu yang lama
c. kelenjar getah bening : menimbulkan
limfadenitis, terutama femoral, aksilla dan
leher
d. testis : adanya erkhitis
3. Pada pemeriksaan POD, jika didapatkan adanya
meuritis, nodul ulserasi, titik anestesi dll, maka
harus diberi :
a. Prednison dosis awal 40 mg diawasi selama 3
hari, neuritis menurun pemberian prednison
diturunkan, bila neuritis tetap atau bertambah,
maka dosis prednison 10 mg. Setelah 2 mgg
diperiksa POD lagi, bila neuritis menurun
prednison di turunkan menjadi 30 mg
demikian seterusnya.
b. Pemberian lampren 3 x 100 mg/ hari selama 2
bulan untuk reaksi ENL berat berulang
c. Pemberian antipiretik / analgetik sesuai
keluahn pasien
d. Pasang infus bila perlu
e. Pemberian roborantia
f. Istirahat atau imobilisasi
PERSIAPAN PASIEN PRE. OPERASI REKONSTRUKSI
Rumah Sakit Kusta KUSTA DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK
Sumberglagah No. No. Revisi
Halaman
Dokumen Terbit ke
Tanggal Ditetapkan Oleh
Ditetapkan Direktur
Prosedur Tetap
Prosedur A. PELAKSANAAN
I. Pemeriksaan Syaraf
1. Nervus Ulnalis
Siku diflexikan 60o dan syaraf diraba pada daerah sulkus
ulnaris os humeri di bagian medial siku
2. Nervus Medianus
Posisi telapak tangan menghadap keatas maka Nervus
medianus dapat diraba diantara tendon-tendon otot didaerah
pergelangan tangan
3. Nervus Radialis
Usahakan bahu dan siku lemas, maka Nervus radialis dapat
diraba pada sisi luar seperti bawah lengan atas
4. Nervus Peroneus
Penderita duduk dengan lutut ditekuk dan lemas maka Nervus
peroneus , dapat diraba dibawah tonjolan sisi luar dibawah
lutut ( kaput fibula )
5. Nervus tibialis posterior
Dengan pergelangan kaki yang relaks, maka Nervus tibialis
posterior dapat teraba dibelakang mata kaki sebelah dalam
( maleolus medialis )
6. Nervus aurikularis magnus
Penderita disuruh menggerakkan kepalanya kekiri / kekanan
kemudian syaraf diraba dari belakang daerah muskulus sterno
kleido mastoideus
II. Pemeriksaan otot ( VMT = Voluntary Muscle
Testing )
1. M. Abduktor digiti minimi :
Punggung tangan menghadap keatas,penderita disuruh
membuka jari kelingking kearah luar ( abduksi ) pemeriksa
memberi tahanan pada gerakan jari tersebut.
2. M. Interosseus Dorsalis I :
Punggung tangan menghadap keatas, penderita disuruh
membuka telunjuknya ke arah ibu jari, pemeriksa memberikan
tahanan terhadap gerakan tersebut.
3. M. Lumbrikalis III dan IV
Punggung tangan menghadap keatas, sendi metakarpofalangeal
( MCP ) flexi 900, pergelangan tangan lurus, jari-jari lurus,
pemeriksa mendorong sendi interfalang proksimal ( PIP ) jari
ke 4 dan 5 keatas.
4. M. Lumbrikalis I dan II :
Punggung tangan menghadap keatas, sendi metakarpofalangeal
(MCP) flexi 900, pergelangan tangan lurus, jari-jari lurus,
pemeriksa mendorong sendi interfalang proximal ( PIP ) jari
ke 2 dan 3 keatas.
5. M. Abduktor Polisis brevis dan opponen polisis
Telapak tangan menghadap ke atas, penderita menggerakkan
ibu jarinya keatas, pemeriksa menekan otot pangkal ibu jari ke
bawah.
6. M.Ekstensor karpi radialis longus dan brevis ( ECRL / B )
Punggung tangan menghadap ke atas , jari-jari lemas,
penderita disuruh menggerakkan pergelangan tangan ke atas
( dorsoflexi ), pemeriksa memberikan tahanan pada punggung
tangan melawan gerakan tersebut.
7. M. ekstensor digitorum komunis
Punggung tangan menghadap ke atas, penderita disuruh
meluruskan jari-jarinya, pemeriksa memberikan tahanan ke
bawah pada punggung jari-jari.
8. M. Ekstensor digitorum dan halusis :
Penderita duduk, lutut flexi 900, jari kaki menapak lantai,
penderita disuruh menggerakkan jari-jari kaki dan ibu jari kaki
keatas, pemeriksa memberikan tahanan pada punggung jari-
jari dan ibu jari ke bawah.
9. M. Peroneus longus dan brevis :
Penderita duduk, lutut 900 , jari kaki rileks menapak lantai,
penderita disuruh menggerakkkan telapak kaki kesamping luar
( ekso rotasi ), pemeriksa menahan gerakan tersebut.
10. M. tibialis posterior :
Penderita duduk ,lutut 900, jari kaki rileks menapak
lantai,penderita disuruh menggerakkan telapak kaki ke
samping dalam,pemeriksa menahan pada sisi dalam kaki
melawan gerakan tersebut.
11. M. Orbikularis okuli :
Penderita disuruh menutup matanya sekuat mungkin pada
keaadaan parese / paralise akan tampak celah mata. Ukurlah
lebar celah tersebut.
12. M. Orbikularis Oris :
Penderita disuruh bersiul atau tertawa, pada keadaan parase /
paralise akan tampak satu sisi bibir tidak mengikuti gerakan
tersebut.
Pemeriksaan tambahan yang dianjurkan dilakukan pada otot-otot
yang hendak dijadikan donor motor tendon pada Operasi
rekonstruksi yaitu :
1. M. Fleksor digitorum sublimis :
Telapak tangan menghadap ke atas ,penderita disuruh
melakukan gerakan flexi sendi mid falang,pemeriksa
memberikan tahanan pada falang kedua tersebut
2. M.Fleksor digitorum profundus
Telapak tangan menghadap ke atas , penderita disuruh
melakukan gerakan flexi sendi PIP , pemeriksa memberikan
tahanan pada falang tiga.
3. M. Palmaris longus :
Telapak tangan menghadap keatas, penderita disuruh
melakukan gerakan flexi pergelangan tangan sambil
menguncupkan jari-jari tahanan diberikan pada pangkal
telapak tangan.
4. M. fleksor karpi radialis :
Lengan bawah diletakkan di atas meja dengan telapak tangan
menghadap keatas, penderita disuruh melakukan gerakan flexi
pergelangan tangan , pemeriksa memberikan tahanan pada sisi
thenar telapak tangan
5. M. pronator teres :
Lengan bawah diletakkan diatas meja dengan telapak tangan
menghadap keatas, penderita disuruh melakukan gerakan
memutar lengan bawah kedalam (pronasi), pemeriksa
memberikan tahanan melawan gerakan tersebut.
III. Pemeriksaan Perabaan ( Sensory Test )
Pemeriksaan ini dilakukan pada daerah telapak tangan dan
telapak kaki dengan tusukan ringan dari nilon sebesar 2 gram
untuk telapak tangan dan 10 gram untuk telapak kaki.
IV. Pemeriksaan Kecacatan :
Lakukan pemeriksaan dengan benar dan teliti, terutama untuk
melihat hasil evaluasi pengobatan sebelumnya dan
merencanakan tindakan selanjutnya :
1) Kontraktur :
Kekakuan yang terjadi pada sendi sehingga tidak dapat
diluruskan baik aktif oleh penderita sendiri maupun dengan
paksa. Catat lokasinya dan besar sudutnya yang terjadi.
2) Web :
Adalah sudut kulit antara ibu jari dan jari ke 2. ukur dan catat
besar sudut tersebut. Kontraktor yang terjadi disini masih
dapat diterima bila masih lebih dari 45 derajat.
3) Jari tangan Kiting ( claw hand )
Adanya parese / paralise otot-otot intrinsik jari tangan . Catat
lokasinya dan beri tanda ( S ) pada status.
4) Tangan lunglai ( drop hand )
Adanya parase / paralis otot-otot ekstensor tangan, sehingga
pergelangan tangan lunglai. Catat lokasinya beri tanda ()
pada status.
5) Jari kaki Kiting ( Claw Toes )
Adanya parese / paralis otot-otot intrinsic jari kaki. Catat
lokasinya dan beri tanda ( S ) pada status.
6) Kaki lunglai ( drop foot )
Adanya parase / paralise otot-otot ekstensor kaki sehingga
pergelangan kaki lunglai. Catat lokasinya dan beri tanda ( )
pada status
7) Mutilasi
Putusnya ujung ujung ditandai dengan hilangnya kuku. Catat
lokasinya dan beri tanda garis sebatas mutilasi dan bagiannya
jari yang hilang diberi warna hitam pada status
8) Absorbsi
Memendeknya jari-jari akibat terjadinya proses pada tulang
tulang. Catat dan beri tanda garios tebal pada ujung jari pada
status
9) Luka
Gambaran lokasi dan bentuk pada status, demikian pula bila
ada bebas luka beri tanda ( # )
Prosedur Tetap
dr. Nanang Koesnartedjo
Nip. 140246838
Prosedur 1. Pasien datang ke Poli rawat jalan Non Kusta dilayani oleh dokter
jaga.
2. Setelah selesai pemeriksaan dokter memberi pengobatan dan tindakan
sesuai dengan diagnosa.
3. Apabila pasien memerlukan konsultasi Fisoterapi , maka dokter .
perawat Rawat Jalan Non Kusta berkoordinasi dengan Ahli
Fisoterapi.
4. Pasien tetap berada di ruang Rawat Jalan Non Kusta
5. Ahli Fisioterapi melakukan pencatatan identitas di status pasien.
6. Ahli Fisioterapi melakukan Anamnesa Fisioterapi
7. Ahli Fisioterapi melakukan latihan / penggunaan alat Fisioterapi
8. Ahli Fisioterapi menuliskan terapi latihan diajarkan pada pasien dan
menjelaskan cara terapi latihan untuk pasien di rumah .
Prosedur Tetap
dr. Nanang Koesnartedjo
Nip. 140246838
Pengertian Pemesanan kruk adalah suatu proses memesankan kruk sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan untuk pasien melakukan aktifitas.
Prosedur Tetap
dr. Nanang Koesnartedjo
Nip. 140246838
Prosedur Tetap
Pengertian Pemesanan sandal MCR dan sandal Drop Foot adalah suatu proses untuk
memesankan sandal MCR dan Sandal Drop Foot yang dibutuhkan pasien
kusta untuk melindungi kaki dan mencegah luka.
Kebijakan Pemesanan sandal MCR dan sandal Drop Foot dilakukan petugas
Fisioterapi
Prosedur 1. Pasien datang di Rawat Inap kusta dan dilakukan pemeriksaan dan
rawat luka.
2. Pasien dirawat di Rawat Inap Kusta
3. Petugas Rawat Jalan Kusta dan Rawat Inap Kusta berkoordinasi
dengan petugas Fisioterapi
4. Petugas Fisioterapi menuliskan resep pemesanan sandal MCR /
sandal Drop Foot
5. Petugas Fisioterapi melakukan pencatatan di status pasien
6. Petugas Fisioterapi mengkoordinasikan kepada petugas protesa
7. Petugas Protesa melakukan pengukuran sandal MCR / dan Sandal
Drop Foot
8. Sandal MCR / Sandal Drop Foot diselesaikan oleh petugas protesa 2
hari
9. Pasien datang ke petugas perotesa untuk mengambil sandal MCR /
Sandal Drop Foot.
10. Petugas protesa menginformasikan ke petugas Fisioterapi, sandal
telah selesai, siap untuk terapi latihan
Prosedur 1. Pasien datang di poli Rawat Inap Kusta dilayani oleh petugas perawat
kusta
2. Setelah selesai pemeriksaan dan pemberian pengobatan dan tindakan
sesuai dengan diagnosa
3. Apabila pasien memerlukan konsultasi Fisioterapi maka dokter /
perawat Rawat Inap Kusta berkoordinasi dengan ahli Fisioterapi
4. Petugas medical Record Kusta menyerahkan status pasien ke ahli
Fisioterapi
5. Pasien dirujuk ke Instalasi Rehabilitasi Medik
6. Ahli Fisioterapi melakukan indentifikasi dan menuliskan di buku
catatan
7. Ahli Fisioterapi melakukan pemeriksaan Fisioterapi dengan
melakukan pengukuran sendi dengan goniometer
8. Ahli Fisioterapi melakukan anamnesa status kecacatan ( berapa lama,
latihan yang dilakukan )
9. Pasien diajari untuk terapi latihan yang harus dilakukan dirumah
( Rawat Jalan )
10. Ahli Fisioterapi memberikan rujukan kepada pasien untuk rawat
jalan atau tindakan untuk operasi rekonstruksi
Pengertian Pelaksanaan terapi latihan adalah : Suatu proses untuk memberikan ternik
Atau cara latihan kepada pasien berdasarkan diagnosa, sesuai dengan
advis dokter ruangan, Dokter Orthopaedi, Kepala Perawatan Non Kusta
Pengertian Persiapan pasien rekonstruksi kusta adalah : Suatu proses yang harus
dipersiapkan dan dipenuhi sebelum operasi rekostruksi dilaksanakan
Kebijakan Konsultasi dilakukan oleh petugas fisioterapi kepada Dokter Ahli Bedah
Rekonstruksi
Pengertian Latihan setelah operasi rekonstruksi adalah : Suatu proses latihan yang
dilakukan untuk mencapai gerakan yang diharapkan sesuai dengan tujuan
operasi
Prosedur : A. Resep
1. Resep permintaan obat obatan ditulis oleh
Dokter
2. Permintaan obat-obatan kebutuhan pasien
ditulis oleh kepala ruangan , wakil kepala
ruangan dan kepala jaga .
3. Baik resep atau permintaan obat-obatan
ditulis lengkap nama bahan ,obat,satuan
jumlah yang diminta ,nama pasien, umur
alamat.
B. Permintaan bahan habis pakai ruangan
1. Kebutuhan bahan habis pakai ditulis di buku
permintaan dengan mengetahui kepala
ruangan atau waka. Ruangan.
2. Buku permintaan dibawa ke farmasi dan
mengambil bahannya.
3. Koordinator pengambilan obat dilakukan
oleh petugas asisten perawat yang sudah
ditunjuk.
4. Laporan pemakaian bahan habis pakai
dilakukan setiap bulan .
5. Pengendalian obat-obatan habis pakai
tanggungjawab Kepala ruangan ,waka ru.
Rumah Sakit Home Care
Kusta No. Dokumen No. Revisi Halaman
Sumberglagah