Anda di halaman 1dari 34

Fabel Buaya Yang Serakah

Pada suatu hari di sebuah sungai, seekor buaya yang sedang


mencari-cari mangsa. Sudah tiga hari ia tidak mencari
mangsa. Sebelumnya ia mendapatkan seekor babi yang besar
dan gemuk. Lalu tertidur pulas selama tiga hari karena
kekenyangan.

Moncong buaya sudah dibuka lebar di sungai menanti kalau


ada ikan yang lewat. Tetapi sudah lama ia menunggu
mangsanya tak kunjung datang. Tidak berapa lama muncul
seekor ikan gurame di dekat moncongnya. Hai buaya!
Kelihatannya kau lapar sekali! sapa ikan gurame persis di
depan mulutnya yang ternganga.

Kebetulan sekali kamu datang. Perutku lapar sekali karena


belum diisi. ucap buaya dengan gembira. Wahai buaya,
kalau kau makan aku, pasti kau cepat lapar lagi. Bukankah
dagingku tidak seberapa besar? Tetapi kalau kau ingin
mendapat mangsa yang lebih besar lagi, diujung sana ada
seekor itik yang sedang berenang. Tentu daging itik itu lebih
besar dan lebih lezat daripada dagingku? ujar ikan gurame
memberi saran.

Buaya diam sejenak dan berpikir. Terbayanglah seekor itik


yang besar dibandingkan dengan seekor ikan gurame. Buaya
akhirnya mengikuti saran ikan gurame. Setibanya di dekat itik
berada, ia langsung memburunya. Itik berlari ke darat untuk
menghindari serangan buaya. Buaya terus mengejar, dan itik
terdesak di sudut sebuah pohon. Hati itik! Mau lari ke mana
kamu? gertak buaya.

Jangan buaya! Janganlah kau mangsa aku, dagingku tidaklah


seberapa besar. Kalau kau makan dagingku, pasti kau akan
cepat lapar. seru itik memohon. Tetapi kalau kau ingin
mangsa yang lebih besar dari aku, aku dapat menunjukkan di
mana tempatnya. Tidak, aku sudah lapar sekali. Dagingmu
kurasa cukup lumayan untuk mengisi perutku yang kosong
ini. ujar buaya yang sudah merasa lapar sekali. Tunggu,
tunggu dulu! Kalau kau ingin mangsa yang besar, di hutan
sebelah sana ada seekor kambing yang besar dan gemuk.
Bukankah daging kambing lebih lezat jika dibandingkan
dengan dagingku? usul itik.

Baiklah, kalau begitu tunjukkan aku di mana kambing itu


berada sekarang. Sebab aku sudah tak kuat lagi menahan
lapar. Buaya menyetujui usul itik, karena ingin mendapatkan
mangsa yang lebih besar lagi. Itik berjalan menuju hutan dan
buaya mengikuti dari belakang. Sampailah di hutan yang
dimaksud. Di sana terlihat seekor kambing yang memakan
rumput dan daun-daunan. Tubuh kambing itu lumayan besar
dan kelihatan sehat dan segar. Perlahan-lahan ia mendekati
kambing, sedangkan itik kembali ke sungai.

Hai kambing! Sedang apa kau? tanya buaya membuat


kambing terkejut. Aku sedang makan, memangnya ada apa?
jawab kambing sambil berhenti mengunyah rumput. Aku juga
mau makan. ucap buaya sambil membuka moncongnya
lebar-lebar. Kalau begitu mari kita makan bersama.
Rumputnya masih banyak jangan khawatir. Ayo kita makan!
ajak kambing itu. Bodoh! Aku tidak suka makan rumput!
sahut buaya geram. Lantas, kamu biasanya memakan apa?
tanya kambing lagi. Aku suka makan daging. Mungkin
dagingmu juga enak kalau kusantap. Alangkah lezatnya
dagingmu. kata buaya sambil membuka mulutnya.

Tunggu dulu! Kalau kau ingin mangsa yang lebih besar dan
lebih lezat, aku dapat menunjukkannya. Di hutan sebelah sana
ada seekor gajah yang besar sekali. Bila kau dapat
memangsangnya, kau pasti akan tahan beberapa hari tidak
makan. Konon kabarnya daging gajah itu empuk dan sangat
lezat rasanya. bujuk kambing.

Buaya menyetujui bujukan kambing, karena terbayang akan


mendapat mangsa yang lebih besar serta dagingnya empuk
dan lezat. Baiklah, sekarang tunjukkan aku di mana
tempatnya? seru buaya. Baik, akan aku tunjukkan
tempatnya, tapi aku tidak dapat mengantarkanmu karena aku
belum selesai makan. ucap kambing berdalih. Ya, cepat
tunjukkan saja arahnya.

Di sebelah barat sana di sana ada telaga. Disitulah tempat


gajah-gajah berkumpul. seru kambing. Buaya berlalu
meninggalkan kambing untuk mencari gajah. Di tengah
perjalanan ia bertemu dengan seekor kerbau. Lantas bertanya
pada kerbau yang sedang berkubang itu. Hai kerbau! Tahukah
kau di mana tempatnya gajah berada? Kalau kau tahu tolong
tunjukkan kepadaku, sapa buaya pada kerbau. Ada apa kau
mencarinya? tanya kerbau.

Aku ingin sekali memakan dagingnya. Kata kambing, daging


gajah itu empuk dan lezat rasanya. Jawab buaya. Baiklah
kalau begitu, mari aku antarkan ke tempat gajah itu berada.
Ajak kerbau. Tibalah mereka di dekat telaga. Ada beberapa
ekor anak gajah yang sedang minum air telaga. Kerbau pergi
setelah menunjukkan tempatnya.

Benar kata kambing. Gajah itu memang besar-besar. Aku


pasti akan kenyang apabila dapat memakan seekor saja. Aku
dapat tidur beberapa hari kemudian. Seru buaya dengan
perasaan gembira melihat mangsanya yang cukup besar-
besar. Lalu didekatinya seekor anak gajah yang sedang minum
itu.
Hai gajah! cepat minumnya, karena aku akan segera
memangsamu. Perutku sudah tak kuat lagi menahan lapar.
ucap buaya kepada anak gajah. Anak gajah itu kaget
mendengar ancaman buaya, lalu berteriak memanggil
induknya. Tidak lama kemudian beberapa ekor gajah besar
datang ke tempat itu. Ada apa anakku? Adakah yang
mengganggumu? tanya salah satu gajah yang paling besar.
Ya, aku diganggu oleh buaya itu. Katanya dia akan
memangsaku. Seru anak gajah sambil menangis. Apa? Kau
ingin memangsa anakku? kata gajah besar dengan marah.
Oh, rupanya ada yang lebih besar lagi. Kalau begitu kau saja
yang kumangsa, supaya perutku kenyang! seru buaya yang
serakah itu. Cobalah kalau dapat, wahai buaya yag serakah!

Buaya lalu menyerang gajah besar. Moncongnya yang panjang


dengan gigi-giginya yang tajam menyerang gajah besar. Gajah
besar melompat dan menginjak perut buaya. Dengan
belalainya yang panjang ia melilit moncong buaya itu. Ketika
ekor buaya ingin menyambar tubuh gajah besar, kaki gajah
besar menghadangnya lalu menginjaknya. Buaya jadi tak
dapat berkutik, karena moncong dan ekornya tidak dapat
bergerak. Sedang kaki-kaki gajah besar terus menginjak-injak
tubuh buaya hingga tak bernapas lagi.

(SELESAI)
Fabel Kisah Semut Dan Gajah
Dahulu kala di sebuah hutan sangat rimba. Hiduplah
bermacam-macam binatang, dari yang paling kecil seperti
Semut dan binatang yang paling besar seperti Gajah.

Gajah sangat angkuh, ia mengakui dirinya paling kuat. Gajah


binatang yang di segani di hutan tersebut karena berhasil
mengalahkan Harimau si raja hutan. Gajah dengan mudah
mengalahkan Harimau, dengan belalainya yang panjang,
Harimau diangkat timggi-tinggi dan di banting ke tanah.
Karena dapat mengalahkan Harimau, Gajah mengaku sebagai
pengusa hutan rimba yang baru.

Gajah sangat sombong. Karena badannya yang sangat besar,


ia berpikir dapat mengalahkan semua binatang. Ia
menyepelekan hewan-hewan yang berada di hutan. Karena
kesombongan itu, ia tidak di senangi oleh hewan-hewan
lainnya.

Pada suatu hari, Gajah mengadakan suatu sayembara,


siapapun yang dapat mengalahkannya, ia berhak
menggantikannya sebagai Raja hutan.

Sayembara itu di sambut sangat antusias dari berbagai


binatang. Terutama binatang buas yang suka memangsa
binatang kecil yang tidak berdaya.

Sayembara yang dinanti sudah tiba. Semua bintang


berkumpul. Termasuk binatang yang besar seperti. Harimau,
Badak, Landak, dan Beruang. Namun, pada saat mereka
melihat Gajah, mereka merasa takut untuk melawannya.
Semua binatang tidak ada yang berani berhadapan dengan
binatang raksasa itu.

Melihat tidak ada seekor pun yang dapat mengalahkannya.


Kesombongannya pun sangat meningkat. Gajah pun menakut-
nakuti hewan lainya dengan menjulurkan belalainya yang
panjang di depan semua hewan. Ia merasa paling kuat dan di
takuti semua hewan.

Ketika Gajah menunjukan kesombongannya. Tiba-tiba turunlah


seekor Semut dari batang pohon.

Aku ingin mengikuti sayembara ini! Bolehkan aku ikut?


Tanya Semut dengan ramah.

Hei kau hewan kecil! Kau bukan lawanku. Kau aka


melawanku yang sebesar ini? Tubuhmu saja tidak ada sebesar
ujung ekorku.! Jawabnya sambil tertawa.

Mendengar ucapan Gajah, Semut pun merasa kesal. Namun, ia


tetap rendah hati.
Baiklah Gajah, sekarang kau boleh smbong di hadapanku.
Namun, kau belum pernah merasakan gigitanku bukan?
jawabnya.

Gajah pun mulai marah mendengar yang di ucapkap Semut. Ia


langsung masuk kedalam arena pertarungan.

Majulah hei kau Semut! kata sang Gajah.

Dengan gagah berani Semut maju ke dalam arena.


Pertempuran terjadi sangat tidak seimbang. Semut di injak-
injak Gajah dengan sangat mudah. Namun, Semut yang cerdik
dan berani itu mencari kesempatan. Tanpa Gajah sadari,
Semut berhasil naik ke atas punggung Gajah yang besar itu.
Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh si kecil Semut. Semut
hatu kelemahan Gajah terletak pada telinga yang besar dan
lebar itu. Perlahan-lahan ia masuk ke lubang telinga Gajah.
Semut mulai menggerogoti isi telinga Gajah. Gajah mulai
merasa kesakitan. Tubuhnya yang sangat besar itu berguling-
guling di atas tanah karena menahan kesakitannya. Gajah
berusaha mengeluarkan Semut itu dari telinganya. Namun,
usahanya sia-sia.

Ampun Semut! Aku mengaku bersalah. Teriak Gajah. Heban


besar itu mulai menyerah.

Mendengar teriakan Gajah, ia merasa sangat kasihan. Semut


keluar dari lubang telinga.

Mangkannya hidup tidak boleh sombong dan angkuh. Kamu


besar. Namun, ada lagi yang lebih besar. Sekarang kamu kuat.
Namun, ada yang lebih kuat dari kamu. Kekuatan tenaga tidak
selalu dapat menolong. Namun, kecerdikan otak selalu di atas
segalanya. Ujarnya.

Gajah hanya terdiam. Ia merasa sangat malu, hewan-hewan


lain hanya menyaksikan kekalahan Gajah dan tertawa dan
bersorak-sorak. Salah satu binatang yang turut menonton
pertarungan member komentar.

Mangkannya jangan suka meremehkan hewan lainnya.


Semut, memang binatang yang sangat kecil. Namun, Semut
adalah pahlawan yang dapat mengalahkan kesombongan dan
keangkuhan.

Pesan moral dari Cerita Dongeng Binatang : Fabel


Semut Dan Gajah adalah sehebat-hebatnya kita pasti
ada orang lain yang memiliki keahlian yang lebih
tinggi. Kelebihan yang kita miliki jangan membuat kita
sombong dan lupa diri. Justru harus rendah hati dan
bersyukur.

Kebiasaan Buruk Monyet dan Kelinci


Pada suatu hari, Monyet dan Kelinci sedang duduk di
pinggir sungai. Kelinci suka mendengarkan cerita
Monyet. Tapi satu hal, Kelinci merasa terganggu
dengan gerakkan menggaruk Monyet saat berbicara.
Ia menggaruk kepalanya, rambut di dagunya,
menggaruk tangan kanan dan kiri.
Monyet pun suka mengobrol dengan Kelinci. Kecuali
satu hal. Monyet sering terganggu dengan gerakan
mengendus, menggerakan hidung, menggerakan
kupingnya dari sisi satu sisi ke sisi yang lain.
Akhirnya Monyet berkata. Hei Kelinci, dapatkah
kamu menghentikan kebiasaan buruk itu? kata
Monyet
Menghentikan apa ? Tanya kelinci
Berhenti mengendus udara, menggerakan hidung,
dan menggeraka kupingmu yang panjang itu. Betapa
buruknya kebiasaanmu itu?
Kebiasaan buruk saya? Bagaimana kebiasaan kamu?
Setiap kali kita mengobrol, kamu selalu menggaruk.
Pertama kamu menggaruk kepala mu. Kemudian dagu,
lengan kiri dan kananmu. Kamu selalu menggaruk.
Betapa buruknya kebiasaan kamu!

Yah. Saya tidak harus menggaruk. Saya tidak dapat


menghentikan menggaruk setiap kali saya mau. Kata
monyet
Yah. Saya juga tidak harus mengendus,
menggerakan hidung dan menggerakakn kuping
saya. Kata kelinci
Kemudian Monyet menantang Kelinci dalam suatu
pertandingan. Kita lihat saja. Saya tidak akan
menggaruk sepanjang hari, jika kamu juga tidak
mengendus, menggerakan hidung, dan menggerakan
kupingmu sepanjang hari. Sekarang masih pagi. Jika
kita dapat diam sepanjang hari hingga matahari
terbenam. Pasti kita dapat menghilangkan kebiasaan
buruk ini.
Sejak saat itu Monyet dan Kelinci duduk diam. Monyet
tidak bergerak sama sekali. Tetapi kulitnya sangat
gatal. Ia ingin menggaruk rambut di dagunya. Lengan
kiri dan kanannya sangat gatal, tetapi Monyet tetap
diam.
Kelinci juga tidak bergerak sama sekali, tetapi Kelinci
ingin sekali mengendus udara. Menggerakan hidung,
menggerakan kupingnya dari satu sisi ke sisi yang lain.
Kelinci pun duduk diam.
Akhirnya Kelinci berkata. Monyet. Saya punya aide.
Kita akan duduk diam disini sangat lama. Saya mulai
bosan. Mari kita bercerita untuk menghabiskan
waktu.
Ide yang sangat bagus. Mengapa kamu tidak
bercerita terlebih dahulu.
Kelinci mulai bercerita. Kemarin, ketik saya akan
datang ke tepi sungai menemuimu, saya pikir saya
mencium bau Singa di balik rumput. Oleh karena itu,
saya mengendus udara, tetapi Singa tidak ada disana.
Untuk memastikannya, saya menggerakan hidung
saya beberapa kali, tetapi tidak ada Singa disana,
kemudian saya menggerakan kuping saya untuk
mendengarkan, tetapi tidak ada Singa di sana. Saya
baru yakin, bahwa tidak ada bahaya di sana.
Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke tepi sungai
untuk menemuimu, temanku.
Monyet, memperhatikan Kelinci yang bercerita dengan
gerakan mengendus, menggerakan hidung,
menggerakan telinganya.
Monyet berkata. kemarin, dalam perjalanan saya ke
tepi sungai untuk menemuimu, saya berpapasan
dengan beberapa anak-anak. Salah satu anak
melemparkan kelapa dan mengenai kepala saya, tepat
di sini. Anak laki-laki melemparkan batok kelapa dan
tepat mengenai dagu saya, dan dua anak perempuan
melempar batok kelapa dan mengenai tangan kanan
dan kiri saya. Kemudian saya lari secepat mungkin ke
tepi sungai dan bertemu denganmu, sahabatku.
Kelinci mulai cekikikan. Monyet mulai tertawa lebar.
Kelinci tahu apa yang dilakukan Monyet, dan Monyet
tahu apa yang di lakukan Kelinci.
Yah. Itu benar-benar cerita yang bagus, tetapi kamu
kalah dalam pertandingan ini. Monyet, kamu
menggaruk selama bercerita. Kata kelinci
Yah. Ceritamu juga sangat bagus. Kelinci, tetapi
kamu mengendus, menggerakan hidung dan
menggerakan kuping selama kamu bercerita. Kata
monyet
Saya kira tidak ada di antara kita yang dapat diam
saja sepanjang hari. Saya tidak dapat menghilangkan
kebiasaan buruk ini. Kata Kelinci sambil mengendus,
menggerakan hidungnya dan menggerakan
telinganya.
Saya juga tidak dapat menghilangkan kebiasaan
buruk ini. Kata Monyet sambil menggaruk kepalanya.
Kemudian menggaruk dagunya dan menggaruk lengan
kiri dan kanannya.
Kebiasaan buruk Monyet dan Kancil sukar dihilangkan.
Keduanya setuju. Monyet tetap menggaruk dan Kelinci
mengendus, menggerakan hidung dan menggerakan
telinganya.
Pesan moral dari Cerita Hewan Lucu : Fabel Monyet
dan Kelinci adalah setiap orang memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Kita hendaknya dapat
menerima kekurangan orang lain dan tidak
memaksakan kehendak
Persahabatan Empat Ekor Binatang
Pada suatu hari, burung gagak, kijang, musang, dan kura-kura
berjanji bertemu di bawah pohon kesambi besar di kaki bukit.
Mereka telah lama menjalin persahabatan dan saling
membantu dalam kehidupan. Jika musang menginginkan buah
mangga, burung gagak akan mencarikannya. Jika burung
gagak memerlukan udang, kura-kura akan mencarikannya di
sungai. Jika Kijang ingin makan rumput hijau, burung gagak
akan terbang mencari padang dan lembah berumput hijau,
kemudian menunjukkan tempat itu kepada sahabatnya.

Binatang yang pertama datang di bawah pohon kesambi


adalah kijang dan musang. Lama sekali mereka menunggu
dua temannya yang lain di tempat itu.

"Heran, biasanya gagak selalu datang lebih dahulu," kata


Kijang.

"Mungkin ia menjemput kura-kura," jawab musang.

Saat kijang dan musang sedang mempercakapkan kedua


temannya, dari kejauhan terdegar suara gagak berkaok-kaok.

"Nah, gagak telah datang," ujar musang.

"Ya, tapi suaranya tidak seperti biasanya," kata kijang.

Beberapa detik kemudian burung gagak telah hinggap di


punggung kijang.

"Mengapa terlambat, kawan?" tanya musang.

"Kura-kura tidak ada di tempat," jawab gagak.


"Tidak kau cari?" tanya kijang.

"Telah kucari di sekitar kediamannya, tetapi tidak kutemukan.


Aku segera kemari agar kalian tidak menunggu dengan penuh
tanda tanya, Sekarang, aku akan kembali mencari kura-kura.
Kalian sekarang berangkat juga. Nanti kita bertemu di dekat
batu besar di tikungan sungai itu," kata burung gagak.

"Ya, segeralah kauterbang," ujar kijang.

Burung gagak segera membuka sayapnya, terbang cepat


sambil berkaok-kaok di angkasa. Dia terbang berkeliling ke
sana kemari, kemudian menuju sebuah lembah. Dengan mata
jeli, dia memperhatikan ke bawah untuk menemukan kura-
kura. Hampir satu jam lamanya dia berputar-putar di atas
lembah itu, tetapi dia tidak melihat kura-kura.

Pada saat burung gagak hampir putus asa mencari


sahabatnya, tiba-tiba tampak satu titik kecil di tengah sawah.
Dia segera membelokkan haluan menuju titik itu. Setelah
dekat, ternyata tampak seorang laki-laki sedang
menggendong sesuatu. Gagak tertarik pada gendongan orang
itu. Setelah diperhatikan dengan cermat, ternyata gendongan
itu berupa jaring perangkap. Burung gagak semakin ingin tahu
isi jaring yang telah diikat dengan rapi itu. Dia pun terbang
rendah mendekati lelaki itu. Alangkah terkejut hatinya setelah
melihat kaki kura-kura tersembul dari sela-sela lubang jaring.

Tanpa pikir panjang, burung gagak segera terbang menemui


kedua sahabatnya, kijang dan musang. Mereka telah
menunggu di dekat batu besar di tikungan sungai. Gagak
hinggap dengan tergopoh-gopoh.

"Malang sahabat kita," kata gagak dengan napas tersengal-


sengal.

"Apa yang terjadi pada kura-kura? Tanya Kijang.

"Dia ditangkap seorang pemburu."

"Di mana kaujumpai dia?" tanya musang.

"Di tengah sawah yang luas itu. Kura-kura diikat dalam jaring
perangkap. Pemburu itu menuju ke arah tenggara. Kira-kira ia
akan lewat di jalan sebelah selatan karena tidak ada jalan lain
yang bisa melintasi sungai ini."

"Begitu pemburu itu lewat langsung akan kuserang," kata


musang.

"Pemburu itu biasanya membawa senjata," kata kijang. " Kalau


kauserang, enak saja ia memukulmu dengan senjatanya.
Apalagi pemburu itu sudah terlatih menggunakan senjatanya.
Engkau bisa celaka kalau menyerang tanpa perhitungan."

"Tidak apa aku mati demi membela sahabatku," jawab


musang.

"Kalau kaucinta kepada kura-kura," kata kijang, "Kita harus


kompak, kita atur cara sebaik-baiknya sehingga kura-kura bisa
terlepas dari si pemburu."

"Ya, itu pikiran yang baik," ucap gagak."Ayo sekarang


bermusyawarah mencari jalan terbaik untuk menolong kura-
kura."

Ketiga binatang itu bertukar pikiran untuk menolong kura-kura.


Setelah bermusyawarah agak lama, mereka bertiga berangkat
ke selatan untuk mengatur siasat.

Kijang dan gagak siap di ladang dekat sungai, sedangkan


musang bersembunyi di semak-semak dekat jalan yang akan
dilalui si pemburu.

Beberapa saat lamanya kijang dan gagak menunggu,


muncullah si pemburu. Burung gagak berteriak keras-keras
lalu pura-pura menyerang kijang. Kijang melompat kesana
kemari untuk menghindari serangan gagak.

Si pemburu sangat tertarik melihat gagak berkelahi dengan


kijang. Pikirnya," Wah, kijang yang sedang bertarung dengan
gagak itu gemuk sekali. Dagingnya pasti empuk dimakan.
Pada saat berkelahi seperti itu dia pasti lalai dan mudah
kutangkap."

Pemburu meletakkan gendongannya ke tanah di tepi jalan.


Pelan-pelan ia melewati sela-sela pohon perdu yang tumbuh di
situ. Ia mengendap-ngendap mendekati kijang yang sedang
berkelahi melawan gagak. Setelah agak dekat, kijang
melompat dan gagak terbang agak menjauh.

Ketika pemburu itu sedang berusaha mendekati kijang,


musang pun keluar dari persembunyiannya dan menuju
gendongan yang tadi diletakkan si pemburu. Dengan giginya
yang tajam, musang cepat memutuskan tali yang mengikat
kura-kura. Dalam beberapa menit saja kura-kura sudah bebas.

"Terima kasih, Sahabatku," kata Kura-kura kepada musang.

"Cepat ceburkan dirimu ke dalam sungai!" ujar musang."nanti


kau tertangkap lagi."

Dengan cepat, kura-kura berlari dan masuk ke dalam sungai.


Sementara itu, musang segera masuk ke dalam rumpun
bambu berduri sambil memekik nyaring.

Mendengar suara musang yang kecil dan nyaring itu, Kijang


dan gagak mengerti bahwa kura-kura sudah bebas dan aman.
Burung gagak pun terbang ke udara sambil berkaok gembira,
sedangkan kijang segera berlari kencang menuju semak
belukar.

Pemburu itu keheranan karena perkelahian kijang dan gagak


selesai tanpa ada yang melerai. Kemudian, ia mengambil kura-
kura yang tadi ditangkapnya, betapa terkejut hatinya karena ia
hanya menemukan jaring perangkapnya yang koyak.

Jerapah Si Panjang Leher

Pada awalnya kehidupan di alam ini baik adanya.


Semua sangat bersahabat dekat baik jerapah, kuda, ular,
kuda, burung, tikus, monyet, tupai, kelinci, ayam dan penghuni
hutan lainnya. Baik besar maupun kecil, baik yang sejenis
maupun yang tidak, baik yang buruk rupa dan yang tidak
semuanya berteman tanpa terkecuali. Mereka saling
membantu, saling menolong dan saling berbagi. Mereka lebih
mengutamakan kebersamaan dan persaudaraan disbanding
harus menunjukkan kesombongan terhadap apa yang mereka
miliki. Binatang-binatang yang ada di sana memanfaatkan
alam untuk makanan mereka. Alampun seakan bersahabat
dengan mereka. Pepohonan, dedaunan, tunas dan buah
semuanya memberikan hasil yang baik untuk dimakan.

Di sini banyak buah pisang yang bisa kumakan. Tahun ini


semua pohon berbuah lebat. Tak ada tempat yang paling
indah selain hutan ini. Nyam nyam nyam., kata si monyet
sambil asyik menikmati buah-buahan yang bertumpuk di
pangkuannya. Sesekali ia bergerak dari satu batang pohon ke
batang pohon lainnya saat semua makanan yang ia pegang
sudah habis.

Betul sekali monyet. Aku bisa menikmati semua rumput-


rumput yang muda dan segar di sini, sambung si kuda putih.

Begitulah keseharian si kuda dan si monyet. Keduanya


memiliki kesamaan sifat yang suka makan. Tapi untuk masalah
penampilan monyet kalah jauh dengan si kuda. Si kuda
memiliki bulu yang halus dan putih bersih sementara si
monyet tidak. Mukanya jelek. Bulunya panjang dan tidak
terurus. Namun perbedaan itu tidak membuat si kuda
sombong. Si monyetpun merasa dihargai dan tak minder
berteman dengan si kuda.

Dari balik pepohonan muncul seekor jerapah. Mereka


menyebutnya si panjang leher karena jerapah memang
memiliki leher yang panjang hingga mampu mencapai puncak
pohon mangga tua di hutan itu. Jika ada kesulitan yang
dihadapi oleh hewan-hewan yang ada di hutan yang berurusan
dengan ketinggian, dia akan dengan senang hati
membantunya. Ternyata si jerapah hendak bermaksud
bergabung dengan si kuda dan si monyet juga. Mereka sering
menghabiskan waktu untuk bercakap-cakap dan menyaksikan
tingkah lucu yang sering dibuat si monyet untuk menghibur
temannya.

Semua tampak indah dan bersahabat. Sampai pada suatu


ketika keluarga harimau berpindah ke hutan itu dan membawa
bencana bagi kehidupan hutan. Harimau-harimau itu
mengetahui bahwa hutan tersebut menghasilkan banyak
makanan dan hutan tersebut bisa dijadikan tempat yang
nyaman untuk ditinggali karena bebas dari polusi. Hutan yang
mereka tempati dulu telah dirusak oleh manusia untuk
membuka lahan industry.

Mari kita bergegas ke sana dan temukan tempat yang


nyaman untuk di huni. Bila perlu habisi mereka yang mencoba
menghalangi langkah kita. Kita adalah binatang terkuat di
hutan manapun. GRR.. . kata si Raja hutan dengan
buasnya.

Sesampainya mereka di sana, semua mahkluk di sana takut


dan gemetar melihat segerombolan harimau buas itu yang
memiliki badan yang besar, taringnya panjang dan tajam dan
cakarnya terlihat sangat mengerikan. Semakin hari mereka
semakin menjadi-jadi. Mereka menguasai seluruh hutan
termasuk hewan-hewan yang ada di hutan. Dengan kekuasaan
mereka semua hewan-hewan dijadikan pekerja untuk
mengumpulkan makanan dan melayani harimau-harimau
tersebut. bagi binatang yang melawan akan ditawan dan
dibuat sengsara. Si monyet salah satunya. Ia harus dikurung
karena melawan perintah Si Harimau. Ia disiksa oleh harimau-
harimau itu.
Suatu ketika anak Si Raja Hutan itu berjalan-jalan di sekitar
hutan. Cuaca pada hari itu sangat cerah. Ia menginjak lubang
dan membawanya terguling-guling ke bawah jurang. Ia
berteriak minta bantuan dari sesiapa saja yang mendengar
teriakannya.

Tolong..!!! Tolong!!! Tolong aku!!!, teriak anak harimau itu


dengan lemah.

Semakin lama tubuhnya semakin lemah memegang akar


pohon tua yang berjuntai ke bawah itu. Dan akar pohon
tersebut semakin lama semakin tak kuat lagi menahan berat
badan si anak harimau. Untuk beberapa saat tidak ada yang
mendengarkannya. Lalu muncullah seekor harimau lainnya
berniat untuk menolongnya namun apalah daya tangan tak
sampai. Ia tak bisa membantunya dengan tangan sendiri. Ia
bergegas ke istana raja hutan untuk memberitahukan kabar
buruk itu. Segera setelah Raja hutan mendengar kabar itu ia
langsung berlari sekencang-kencangnya tak tega memikirkan
apa yang sedang dialami oleh anak tunggalnya. Namun begitu
sampai di sana tampak si jerapah bersama anaknya. Si raja
Hutan masih tak mengerti. Melihat keadaan itu, anaknya lalu
menjelaskan kejadian sebenarnya. Ternyata si jerapah yang
telah menolongnya dari jurang tersebut dengan lehernya yang
panjang. Mendengar hal itu, Si Raja hutan lalu menyadarinya
dan berterimakasih kepadanya. Sebagai hadiah, si raja
harimau memberikan suatu permintaan yang akan
dikabulkannya. Apa saja yang ia minta. Setelah berpikir
matang-matang si jerapah akhirnya mengungkapkan
permintaannya.
Aku ingin engkau lepaskan sahabat-sahabatku yang
engkau tawan. Aku tak tega melihat mereka tersiksa. Kata Si
jerapah.

Jerapah sama sekali tidak memanfaatkan permintaan itu untuk


kepentingan dirinya sendiri. Si Raja Hutan tertunduk dan
merasa malu terhadap sikapnya selama ini. Ia menyadari
bahwa persahabatan itu lebih penting daripada menjadi
seseorang yang ditakuti. Ia melepaskan semua hewan yang ia
kurung dan meminta maaf kepada semua binatang-binatang
yang ada di hutan. Kini mereka semua telah berdamai. Tak ada
lagi raja yang angkuh, raja yang jahat. Tak ada lagi tawanan,
juga tak ada lagi penyiksaan. Semuanya kembali seperti
semula bahkan lebih indah lagi dari sebelumnya.

DONGENG KEPITING dan BANGAU YANG LICIK

Di sebuah kubangan kecil di sebuah sungai yang


mengering,para binatang-binatang penghuni sungai itu
berkumpul.
Ada kelompok ikan,katak,belut,dan juga kepiting.
Mereka sedang bermusyawarah untuk mencari solusi dari
masalah yang mereka hadapi kini.

Kemarau panjang telah membuat sungai mengering.


Hanya tersisa sebuah kubangan kecil yang bisa mereka
tinggali,dan jumlah mereka makin berkurang tiap hari karena
banyak yang tak bisa bertahan dan mati.

"aduh..Bagaimana ini?
Air di kubangan ini semakin hari semakin menyusut.
Teman-teman kami banyak yang mati".Kata para ikan panik.
"Teman-teman kami juga banyak yang mati,air yang semakin
sedikit membuat kubangan ini semakin panas tiap hari".Kata
para kepiting menimpali.
"Benar sekali kata kepiting,kami pun mulai tak punya tempat
berteduh dan bersembunyi.
Rumput dan tumbuhan sekitar mulai mati.
Hingga elang dan ular mudah menemukan kami".Kelompok
katak ikut angkat bicara.

Tanpa mereka sadari,ada seekor burung bangau mendengar


percakapan mereka.
Burung bangau itupun timbul niat licik untuk mencari
kesempatan dalam kesempitan.
"wah..Sepertinya aku tak usah susah-susah lagi mencari
makanan.
Mereka sendiri yang akan menyerahkan diri untuk ku
makan..Hahaha..".Kata si bangau dalam hati.

Burung bangaupun mulai mendekati mereka,hingga membuat


mereka terkejut.

"Jangan takut..Aku ke sini bukan untuk memangsa kalian.


Aku tak sengaja mendengar pembicaraan kalian,aku mungkin
bisa membantu kalian".Jawab bangau menjalankan siasat
liciknya.

"Apa yang bisa kau bantu wahai bangau?


Kau biasa memakan kami,tapi kenapa tiba-tiba malah ingin
membantu kami?".Jawab para hewan curiga.
"Apa kalian tau,kalau sampai kalian semua mati..Berarti aku
juga bisa mati.
Karena jika kalian semua mati dan habis,aku juga tak bisa
makan lagi.
Bisa-bisa aku mati kelaparan".Jawab si bangau.
"Nah..Tak jauh dari tempat ini,ada sebuah danau.
Kalau kalian setuju,aku bisa memindahkan kalian kesana".Kata
si bangau lagi.

"Benarkah itu?Ada danau?".Tanya para hewan masih belum


yakin.

"Kalau kalian tak percaya,kalian bisa tanya pada para


merpati.Mereka tau tempat itu..".Kata si bangau meyakinkan.

Ahirnya setelah melalui perundingan panjang,mereka semua


setuju untuk di pindah.
Di mulai sesuai urutan yang telah di tentukan,yaitu..Pertama
kelompok ikan,kemudian katak,kemudian belut,lalu

yang terahir adalah kepiting.

Dan dengan alasan untuk menghemat tenaga,si bangau hanya


membawa mereka satu persatu.Begitu secara bergantian.
Tapi tentunya mereka tak di bawa ke danau seperti yang dia
janjikan.Melaikan dia bawa ke sebuah parit kecil,kemudian dia
makan.
Dan setelah dia kenyang,dia akan beralasan bahwa dia sudah
capek dan akan dia lanjutkan besok lagi.Begitu dia ulang
setiap hari hingga satu minggu lamanya.

Hinga ikan telah habis,begitupun katak.Yang tersisa hanya


tinggal belut dan kepiting.

Ketika belut mau di pindah,dia berkata agar dia memindahkan


para kepiting dahulu.Karena air telah habis dan hanya
menyisakan lumpur.

"kau bawa saja dulu mereka,karena air telah kering dan


mereka tak akan bisa bertahan.Kalau kami para belut kau
pindah setelah mereka saja,karena kami masih bisa
bersembunyi di bawah lumpur".Kata si belut bersikap bijak.

"tapi kan semua sudah di sepakati sesuai urutan yang di


tentukan dahulu.Jadi aku bawa kalian dulu".Bangau coba
membujuk.
"jika kau tak bawa mereka dulu,kami para belut tak mau di
pindah.Lebih baik kami mati bersama-sama di sini".Kata belut
tegas.

Ahirnya dengan perasaan dongkol dan berat hati,si bangau


pun mau memindah kepiting lebih dulu.

"sial..Sepertinya hari ini aku akan kelaparan.Padahal aku


menaruh urutan kepiting paling belakang karena aku memang
tak berniat membawa mereka.Cangkang yang keras tak bisa di
makan..Sial..Sial..".Gerutu bangau dalam hati.

Ahirnya dia pun membawa seekor kepiting terbang di


paruhnya.Dia berniat membuang kepiting itu ke parit tempat
dia biasa memakan mangsa-mangsanya.

Dari atas,si kepiting melihat sisa-sisa bangkai ikan dan katak


berserakan.Dia pun mulai sadar,bahwa selama ini bangau
telah menipu mereka.

Ketika si bangau mau menjatuhkanya,dengan cepat si kepiting


menyapit leher si bangau.Capitnya yang keras dan kuat
mencekik leher burung bangau.
Karena sulit bernafas,burung bangaupun terbang rendah
berusaha melepas jepitan capit kepiting.Tapi karena
kuatnya..Ahirnya si bangau pun jatuh tersungkur ke tanah dan
mati karena tidak bisa bernafas.

Setelah bangau mati,si kepiting berjalan menyusuri parit dan


kembali ke kubangan menemui teman-temanya.
Dia menceritakan apa yang telah dia alami dan tentang semua
kelicikan si bangau.

Merekapun merasa sedih dan berduka untuk teman-teman


mereka yang telah di mangsa si bangau.

Tiga hari kemudian musim hujan datang,dan kehidupan di


sungai kembali normal.

Nah adek-adek yang manis,dari kisah ini kita bisa mengambil


pelajaran.
"jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan orang
lain".Karena semua yang kita lakukan akan mendapat balasan
yang sama.
Jika berbuat jahat maka akan celaka seperti si bangau,jika
berbuat baik dan suka menolong maka akan di selamatkan
oleh tuhan seperti si belut.. "^_^"

Telinga Panjang Sang Kelinci Fiko

Fiko adalah seekor anak kelinci manis yang lucu. Bulunya putih
dan hitam di bagian punggungnya. Giginya putih dan besar
menyembul keluar dari mulutnya. Ekornya bundar lucu dengan
bulu berwarna kecoklatan. Tapi Fiko tak suka pada telinganya.
Menurutnya, telinganya terlalu panjang. Dia baru saja pindah
ke sebuah hutan.
Suatu hari, Fiko berjalan-jalan. Tiba-tiba dilihatnya seekor
binatang aneh yang berleher panjang sedang berjalan ke
arahnya. Fiko menatap binatang yang menjulang tinggi itu.

"Wowwww... Siapa kamu?" tanyanya keheranan.

"Halo, kelinci manis. Aku Jappi Jerapah. Kalau kamu?"

"Aku Fiko Kelinci."

"Kamu mau kemana, Fiko?" tanya Jappi lagi.

"Ah, cuma berjalan-jalan saja. Aku sedang menghibur diri,


karena aku sedih," jawab Fiko.

"Kenapa kamu bersedih?"

"Coba lihat telingaku. Panjang sekali kan? Jelek sekali. Aku


tidak suka," jawab Fiko. "Tapi, kulihat lehermu juga panjang
sekali, Jappi."

"Iya. Leherku yang panjang ini berguna agar aku bisa


mencapai daun-daun yang masih muda di pohon-pohon tinggi
yang menjadi makanan kesukaanku. Dengan leherku yang
panjang ini juga, aku bisa melihat sampai jauuuuuuuuuuh
sekali," ujar Jappi sambil tersenyum.

Kemudian, tampaklah seekor gajah besar berjalan ke arah


mereka.

"Hai, Ellie! Kemarilah!" panggil Jappi.

Gajah yang dipanggil Ellie itu mendekat.

"Kenalkan, ini teman baru kita. Namanya Fiko, dan dia sedang
bersedih," kata Jappi.

"Lho, mengapa bersedih, Fiko?" tanya Ellie.

"Telingaku terlalu panjang, Ellie. Aku tak suka telinga yang


panjang," jawab Fiko pelan.

"Kamu tak perlu sedih, Fiko. Coba lihat hidungku. Panjang juga,
bukan? Tapi aku menyukainya. Dengan hidung ini, aku bisa
mengambil makanan dan air dengan mudah."

"Hei, itu ada Kiko Kanguru!" kata Jappi.


Fiko lebih terheran-heran lagi melihat telapak kaki Kiko yang
panjang sekali. "Wah, lihat kakimu. Panjang sekali telapaknya."

"Iya. Hihihi.. dengan telapak ini, aku bisa melompat jauh dan
tinggi. Bagus ya kakiku," jawab Kiko dengan bangga.

Fiko memperhatikan ketiga kawan barunya. "Jadi kalian suka


ya sama leher, hidung dan telapak kaki yang panjang begitu?"

"Masing-masing punya kegunaan sendiri-sendiri, Fiko. Kita


tidak boleh bersedih atau mengeluh, karena Tuhan pasti
menciptakannya untuk kebaikan kita," jawab Ellie dengan
bijak.

Tiba-tiba Fiko menangkap suara di kejauhan. Fiko mengenali


suara itu. Segera dia berkata pada teman-teman barunya,
"Teman-teman, ayo lekas bersembunyi!! Aku mendengar suara
langkah pemburu!"

Mereka terkejut lalu segera bersembunyi di sebuah gua di


hutan itu.

"Fiko, aku tak mendengar suara apapun," bisik Kiko.

"Sssttt!" desis Jappi. "Aku melihatnya sekarang."

Sesaat kemudian, mereka melihat seorang pemburu yang


memegang senapan berjalan melintas di depan gua tempat
mereka bersembunyi. Mereka melihat pemburu itu mondar
mandir beberapa kali. Tegang sekali!

Tapi tak lama, karena tak menemukan satu binatang pun di


situ, pemburu itu pergi meninggalkan tempat itu.

Mereka keluar dari gua dengan perasaan yang sangat lega.

"Hore!!" sorak Kiko.

"Terima kasih, Fiko, atas peringatanmu," kata Ellie.

"Wah, telingamu ternyata tajam sekali ya Fiko," kata Jappi


sambil tersenyum.

Fiko tertawa gembira. "Iya ya. Hahahaha... ternyata cuma aku


ya yang mendengar pemburu itu datang. Aku sekarang tidak
sedih lagi. Aku suka telingaku!"
Fiko pun pulang ke rumahnya dengan senang. Dia bernyanyi
sambil mengucap syukur kepada Tuhan atas telinganya yang
panjang.

Rupan si tanduk Panjang (kisah fabel)

Ahh

Rupan menendang pelan batu-batu yang ada di depannya. Ia masih


kesal benar. Mengapa hanya aku saja dilahirkan dengan tanduk yang
panjang begini? gerutu Rupan.

Rupan berhenti di tepi danau, melongokkan kepalanya ke danau


sehingga kepala bertanduk panjangnya terlihat di air. Apa yang
dibanggakan nenek moyangku dengan tanduk sepanjang ini?

Dengan tanduk sepanjang ini aku gampang tersangkut, aku pun juga
tidak bias memakai kostum bertopi, keluh Rupan teringat peristiwa
yang baru saja ia alami.

Semua berawal dari pesta raja rimba. Semua hewan memakai kostum
yang indah. Namun, tidak begitu dengan Rupan.

Apalagi kostum topi tidak bisa ia kenakan. Ketika Rupan mencoba


meminjam topi si Mocil, Monyet sahabatnya, ia malah menjadi bahan
tertawaan semua hewan yang ada di pesta.

Hahahahahaha.. kamu seperti badut, celetuk beruang. Iya, lucu.


Lihat, mukanya marah seperti tomat! seru yang lain. Mulai sekarang
kita panggil saja ia rusa si badut! Kuda ikut mengejek.

Rupan sangat malu.

Sebaiknya, aku pergi saja dari pesta ini, Rupan membuat keputusan.
Ketika semua hewan sedang asyik menikmati hidangan pesta dan
nyanyian Kenari, ia menyelinap pergi.

Rupan! Mocil yang melihat Rupan pergi berusaha memanggil,


tetapi Rupan tak menghiraukannya. Sudah nerhari-hari Rupan berdiam
diri di dalam rumah.
Ia masih malu untuk bertemu dengan teman-temannya. Mereka pasti
akan menertawakanku kalau teringat tentang acara pesta itu, dalam
hatinya, setiap kali ia hendak keluar rumah. Aduuuuh,. Perutku
terasa lapar sekali., Rupan meringis menahan lapar.

Rupanya, persediaan makanan di rumah telah habis. Mau tidak mau


Rupan harus keluar rumah untuk mencari makan. Semoga nanti saat
mencari makanan tidak ada yang melihat., Rupan berjalan
mengendap-endap sambil terus berdoa.

Disaat berjalan mencari makanan, tiba-tiba Rupan mendengar sesuatu.


Awas.. lari! Semuanya berlindung pada rumah masing-masing dan
jangan keluar sebelum ada perintah dariku! suara singta si raja hutan.
Hewan-hewan berlarian. Ada yang menuju tempat tinggalnya, ada yang
bersembunyi di atas pohon. Hei ,Kelinci ada apa ini? Tanya Rupan
bingung, tetapi kelinci tak menghiraukannya.

Ruru ayo segera bersembunyi! Mocil yang baru datang langsung


menarik kaki Rupan. Ada apa, Mocil? Rupan bertanya bingung.
Kemana saja kamu selama ini? Seisi hutan sedang gelisah karena
pemburu sering dating, Mocil menjelaskan dengan gemas.

Maafkan aku Mocil. Aku.aku, Rupan menunduk. Aku tahu. Kamu


malu bertemu kami karena kejadian di pesta itu kan? Mocil menebak.
Ahhh, sudahlah. Hal ini kita bahas nanti. Yang penting ayo cepat lari
dulu.

Rupan cepat lari! Aku melihat pemburu itu di balik, semak! Mocil
langsung mengayunkan tubuhnya kemudian bersembunyi di balik
dahan pohon.

Sementara itu, Rupan masih mematung. Pemburu itu mulai mendekat.


Aku akan menghadapinya,tekad Rupan.

Rupan menegakkan lehernya, berancang-ancang untuk menyerang


pemburu. RupanLariii!! Mereka membawa senapan! teriak Mocil.
Akan tetapi Rupan tidak menghiraukannya.

Dua pemburu semakin mendekat. Mereka mendekati sarang Kenken,


si Kenari. Dari balik semak-semak., Berpuluh pasang mata tertuju
kesana. Semua tegang, takut, dan sedih karena tidak bisa berbuat
banyak menolong teman mereka. Rupan mengedipkan mata kea rah
Mocil. Auwwww!

Setelah mendapat isyarat. Mocil meluncur menyerang pemburu.


Karena Terkejut, pemburu itu langsung roboh dan senapannya
terlempar. Gruduk., Sebelum pemburu-pemburu itu berhasil
mengambil kembali senapannya Rupan segera menyeruduk mereka
dengan tanduk panjangnya. Bruuuk kedua pemburu itu jatuh.
Akhirnya pemburu itu lari terbirit-birit sambil memegangi tangan dan
pundak mereka yang terluka akibat tandukan Rupan.

Horeeeeee! seru Mocil dan Rupan bersamaan. Yuuuuu kita berhasil


mengusirnya Rupan.

Rupan.RupanRupan! sorasorai penduduk hutan menyambut


kemenangan Rupan. Mereka keluar dari tempat persembunyiannya
masing-masing dan mendekati Rupan.

Terima kasih Rupan, seluruh penghuni hutan bergantian mengucapkan


terima kasih sekaligus meminta maaf atas sikap mereka selama ini.
Mulai sekarang Rupan tidak lagi menyesali tanduk panjangnya. Rupan
bersyukur karena tanduk panjangnya berhasil menyelamatkan para
penduduk hutan.

****TAMAT****
Ular dan Katak
Di musim kemarau yang sangat panjang, semua kolam sudah mengering, seekor katak

sepertinya tak tahan lagi hidup karena seluruh kulitnya kering. Mencari setetes air pun sangat

sulit. Dalam lesunya hidup, tiba-tiba muncullah seekor ular yang sangat besar, dengan

desisnya yang amat menyeramkan.

Karena ketakutan, larilah katak tunggang langgang. Tapi anehnya, ular menyapanya. Hei,

Katak! Jangan takut kau denganku. Aku tidak akan memangsa binatang sekecil kamu. Bagiku,

kamu hanya akan menempel di gigiku saja, apalagi badanmu kurus kering seperti itu. Aku

makan hanya sebulan sekali. Makananku seekor domba, rusa, dan binatang-binatang lain

yang besar, jelas Ular.

Katak pun terkejut. Oh, Ular itu tidak akan menerkamku, ujar katak lega. Akhirnya Katak

memberanikan diri mendekati sang Ular. Oh Ular yang baik, tahukah kau di musim kemarau

yang panjang ini masih adakah kolam yang belum kering? Aku sudah tak tahan lagi untuk

hidup. Setiap hari yang kutunggu adalah datangnya hujan,ujar Katak.

Tanpa diduga ternyata ular tersebut mengetahui masih ada satu kolam yang belum

mengering, bahkan Ularpun bersedia mangantar sang Katak ke sana. Pada mulanya katak

terlihat ragu-ragu, ia takut ular akan menipunya.

Akhirnya, Katak mau untuk naik kepunggun Ular karena ia sudah tidak berdaya lagi jika harus

berjalan terlalu jauh. Tanpa terasa dank arena keenakan, sampailah mereka di sebuah kolam

yang airnya pun tinggal sedikit lagi.

Ular pun berkata, Hai katak, tinggallah disini sampai musim hujan tiba. Dengan senangnya

Katak melompat dari punggung Ular, dan langsung masuk ke dalam kolam dan berbisiklah

ia, Ya Tuhan, Engkau masih memberiku umur panjang. Setelah cukup puas Katak berenang,

di hampirinya Ular yang menunggu di pinggir kolam.

Katak pun berkata, Ular yang baik hati, terima kasih banyak engkau telah menyelamatkan

aku dari bencana kekeringan yang panjang.

Kini musim kemarau hampir berlalu. Sedikit demi sedikit titik-titik air jatuh ke bumi,

pertanda musim hujan akan segera tiba. Akhirnya Katak dan Ular pun menjadi sahabat yang

sangat kental.

Mereka saling membantu, bahkan setiap satu bulan sekali katak ikut mengintai mangsa yang

kiranaya bias di santap oleh Ular, sehingga Ular pun bisa dengan mudah menerkamnya.

Keduanya saling menjaga sehingga terhindar dari bencana.


Gajah Yang Baik Hati

Suatu hari ada seekor Gajah. Tubuhnya tinggi, besar dan


gemuk. Belalainya sangat panjang dan kuat. Sepasang gading
yang besar dan kokoh. Gajah itu sangat baik hati. Ia selalu
memberikan makanan kepada binatang-binatang yang
kelaparan. Dan ia pun selalu memberikan pertolongan kepada
mereka yang kesusahan. Baik binatang yang besar maupun
binatang kecil seperti tikus dan semut.

Pada suatu hari. Gajah mengadakan perjalanan jauh, ia


berkeliling hutan dan bertemu dengan Harimau yang sedang
kesakitan. Karena terkena pohon yang yang jatuh.
Aduhhhh.... Gajah gajah., tolong aku! kata Harimau
menahan rasa sakit. Mendengar teriakan Harimau. Gajah itu
langsung mengangkat pohon yang menghimpit tubuh Harimau
dengan belalainya. Terima kasih kawan! ucap Harimau
Seandainya kamu tidak segera datang menolongku, mungkin
aku sudah mati karena tertindih pohon yang sangat besar.
Sekali lagi terima kasih Gajah. Kamu harus bersyukur karna
masih bisa selamat dan hanya mengalami luka ringan. Kata
Gajah. Ya kamu benar Gajah. Rasanya tidak mungki ada
binatang lain yang sanggup menolongku untuk mengangkat
pohon sebesar itu. Selain kau. Sudahlah kita hidup harus
saling tolong menolong.

Meskipun Gajah memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh


binatang lain tetapi Gajah tetap rendah hati. Tidak
menyombongkan diri. Gajah pun pergi meneruskan
perjalanannya. Tidak jauh dari tempat Harimau. Gajah
bertemu seekor Kancil yang sedang asyik menikmati
mentimun di kebun Pak Tani. Perutku sekarang sudah
kenyang. Aku harus segera mencari air untuk minum. Si
Kancil segera meninggalkan kebun itu. Ia berjalan kearah
sungai untuk minum. Setelah berjalan sampai disungai, ia
tidak mendapatkan air sedikitpun. Air sungai kering sehingga
tidak ada air yang dapat ia minum untuk membasahi
tenggorokannya yang mulai kering.

Kancil berkeliling hutan untuk mencari air minum. Kancil


merasa kecewa karena pada saat tiba di pinggir rawa dan tepi
danau tidak mendapatkan air sedikitpun. Satu-satunya yang
belum ia kunjungi adalah sebuah kolam besar yang berada di
tengah hutan.Sekarang aku harus segera pergi ke kolam
yang besar itu. Mungkin saja disana masih banyak air yang
bisa ku minum. Mungkin disana aku mendapatkan air minum
yang segar!katanya dalam hati. Setelah beberapa saat si
Kancil berjalan melewati pohon-pohon jati. Sampailah di kolam
itu. Ternyata benar dugaanku. Masih ada air di kolam ini
gumam si Kancil.

Sebenarnya kolam itu sangat kecil dan cukup dalam ketika


musim hujan. Tetapi karena musim kemarau air kolam tersebut
tinggal separo sehingga terlihat seperti kolam yang besar.
Tanpa berpikir panjang si Kancil langsung terjun kedalam
kolam. Ia merasa sangat gembira karena mendapatkan air
minum. Ia minum dengan sepuas-puasnya. Tenggorokkanya
sudah basah dan tenaganya sudah pulih kembali. Badanya kini
menjadi segar.

Tindakkan Kancil masuk kedalam itu merupakan tindakan


yang sangat ceroboh. Ia tidak berpikir bagaimana caranya ia
naik ke atas bila sudah berada di dalam kolam tersebut.
Beberapa kali Kancil mencoba untuk memanjat tetapi ia tidak
bisa sampai ke atas. Tolong. Toloooonggggg..! Si Kancil
tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berteriak meminta
tolong. Teriakan si Kancil ternyata terdengar oleh sang Gajah
yang kebetulan sedang berjalan melewati tempat itu. Hai,
siapa yang ada di kolam itu? Aku tolong aku..! jawab si
Kancil. Siapa kau? Tanya Gajah. Aku.. si Kancil sahabatmu.
Kenapa kamu bisa di dalam kolam ini? Dan berteriak
meminta tolong.
Kancil terdiam sesaat mencari akal agar Gajah mau
menolongnya. Tolong aku mengangkat ikan ini. Yang benar
kau mendapat ikan? Bener..benar ! aku mendapatkan ikan
yang sangat besar. Tapi bagaimana caranya aku turun
kebawah. Sebaiknya kamu langsung turun saja kebawah.
Sebab jika tidak cepat-cepat ikan ini bisa lepas.!
Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia turun ke bawah dengan
mudah tetapi bagaimana jika naiknya nanti. Cil. Mana ikan
yang kau dapatkan ? Ada di sepasang kakiku. Kata Kancil.
Kalau aku menolongmu. Lalu bagaimana caranya aku naik
dari kolam ini.?
Kini Kancil terdiam. Ia tidak menyangka gajah dapat berpikir
sejauh itu. Tidak seperti dirinya, karena kehausan langsung
terjun kedalam kolam. Tanpa berpikir akibatbya. Kau mau
memanfaatkanku ya Cil? kau akan menipuku untuk
kepentingan dan keselamatanmu sendiri? Tanya Gajah. Kancil
hanya terdiam. Sekali-kali kamu harus diberi pelajaran. kata
Gajah sambil meninggalkan tempat itu. Waduh.. Pak Gajah.
Aku mohon tolonggggg.!
Gajah tidak mendengarkan teriakan Kancil. Kancil mulai putus
asa. Semakin lama berada di tempat itu Kancil mulai merasa
kedinginan. Toolongg.. tolongggg. Hingga menjelang sore
tidak ada seekor binatang yang mendengar teriakannya.
Aduh gawat! Aku benar-benar akan mati kaku di tempat ini.
Kancil mulai membayangkan akhir hidupnya ditempat ini. Lalu
Kancil berteriak dengan keras. Wahai langit dan bumi! Dan
seluruh binatang yang berasa di hutan. Aku bersumpah tidak
akan menipu untuk kepentinganku dan keselamatanku sendiri,
kecuali! Ketika Kancil mengucapkan kata kecuali, Kancil
sengaja mengecilkan suaranya sehingga hampir tidak
terdengar lagi. Tak di sangka ternyata Gajah tiba-tiba muncul
di tepi kolam. Ternyata Gajah tidak benar-benar meninggalkan
Kancil sendirian dan sengaja menyembunyikan dirinya. Ia
penasaran mendengar ucapan kancil yang terakhir. Kecuali
apa? tanya Gajah penasaran. Kancil terkejut mendengar
suara Gajah. Pak Gajah? Kau kembali lagi? Jawab
pertanyaanku Cil. Kecuali apa? Hmm. Kecuali terpaksa
untuk menyelamatkan diri. Karena aku hewan kecil yang
serimg terancam oleh Harimau, Singa, Srigala, dan binatang
lainnya yang jahat. Oh begitu..? sahut Pak Gajah.
Sekarang apakah kamu sudah sadar? Dan akan berjanji tidak
akan menipu, jahil, iseng dan perbuatan yang merugikan
binatang lain? Benar Pak Gajah. Betul? Betul Pak Gajah,
saya benar-benar berjanji. Baiklah sekarang aku akan
menolonhmu Cil. Kata Gajah.
Gajah menjulurkan belalainya yang sangat panjang untuk
menangkap Kancil dan mengangkatnya ke atas. Begitu sampai
di atas Kancil berkata. Terima kasih Pak Gajah! Saya tidak
akan pernah melupakan kebaikanmu ini.
Sejak itu Kancil menjadi binatang yang baik. Ia tidak lagi
berbuat iseng seperti dulu yang pernah ia lakukan pada
beruang dan binatang-binatang yang lainya

2 SAUDARA KEMBAR
Di sebuah hutan yang cukup lebat hiduplah 2 ekor jerapah
yang kebetulan mereka itu kembar tetapi memiliki sifat yang
berbeda. Jerapah - jerapah itu bernama Zimy dan Zima . Zimy
adalah jerapah laki - laki yang mempunyai wajah kurang
tampan tetapi ia mempunyai watak yang sangaaat baik
kepada hewan - hewan yang lainnya. Dan Zima adalah jerapah
perempuan yang sangat sombong karena ia memiliki
kecantikan yang tiada bandingnya. Ia berleher panjang,
berkaki panjang , memiliki tubuh yang ideal, dan memiliki
wajah yang sangaat cantik, sehingga banyak penghuni hutan
yang ingin memilikinya.

Pada suatu hari Zimy sedang memakan dedaunan di sebuah


pohon jambu, tiba - tiba ada seekor kambing tua yang ingin
memakan buah jambu itu. Kambing itu berkata kepada Zimy "
hai nak, bisakah kamu mengambilkan 2 atau 3 buah jambu di
pohon itu ?" dengan senang hati Zimy menjawab " baiklah
nek, aku akan memberikan 5 buah untukmu, agar rasa
laparmu hilang." kambing itu pun berterima kasih kepada
Zimy dan segera pergi ke rumahnya untuk memakan buah
pemberiaan Zimy. Setelah zimy merasa kenyang ia pergi ke
sungai untuk minum air. Saat itu ada seekor ikan berada
disamping sungai lalu Zimy bertanya " hai ikan kenapa kamu
berada di luar sungai, apakah kamu bisa bernafas?" ikan itu
berkata dengan suara yang lemah " ce..ce..cepat tolong aku,
masuk..kanlah aku ke dalam sung..ai itu.." tanpa berpikir
panjang Zimy langsung memasukan itu kedalam sungai. ikan
itu berkata " terimakasih Zimy, kalau tidak ada kamu mungkin
aku sudah mati. aku begini karna aku ingin mengambil
makanan itu tapi aku tidak bisa menjangkaunya dan aku pun
juga tidak bisa kembali ke sungai. " Zimy pun menjawabnya
dengan sangat ramah dan memberi taunya agar berhati - hati.
dan Zimy pun segera pulang kerumahnya.

Keesokan harinya giliran Zima yang pergi. Zima pergi untuk


mencari makan dan minum. tapi sebenarnya tujuan utamanya
adalah memamerkan kecantikannya kepada para penghuni
hutan. Ia selalu mendapat pujian ketika ia bertemu dengan
hewan - hewan di hutan itu. Dan saat ia bertemu dengan
seekor kura - kura ia bertanya kepadanya " kakek kura-kura
kenapa engkau tidak memuji kecantikanku ?" kura-kura itu
menjawab " sudah banyak hewan yang memujimu, tetapi
apakah kamu pernah berterimakasih kepada mereka? " "
untuk apa berterimakasih, kan mereka yang memujiku jadi
tidak penting juga kan aku harus berterimakasih. " jawab
Zima. " kita itu tidak selama akan muda, pasti kita akan tua,
dan kecantikan itu akan hilang." kata kura-kura dengan nada
halus. Setelah itu Zima pergi dan masih saja tetap berjalan
dengan sombongnya dan berjalan kembali kerumahnya.Saat
di perjalanan ia tidak melihat ada sebuah lubang di bawahnya
dan akhirnya ia terjatuh di tanah dan pulang dengan wajah
yang bengkak.

Setelah sampai dirumah Zimy segera merawat Zima sampai


sembuh. Akhirnya wajah Zima pun berubah menjadi tidak
cantik lagi. tetapi ia sadar bahwa kesombongan itu tidak akan
membuat kita bahagia. dan sekarang Zima berubah menjadi
jerapah yang baik. walaupun ia sudah tidak berwajah cantik,
tetapi semua hewan tetap memujinya karna kebaikan yang
telah ia berikan kepada hewan yang lainnya.

Gimana ceritanya bagus nggak ? kalau kurang bagus maaf


ya .. soalnya ini baru pertama kali aku buat cerita fabel yang
cukup panjang. tapi mudah-mudahan kalian suka yaa..

Anda mungkin juga menyukai