Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan


meningkatkan derajat kesehatan, mencegah, dan mengobati
penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlulah
disediakan dan diselenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat
(public health services) yang sebaik-baiknya.

Untuk dapat menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan


kesehatan tersebut, banyak yang harus diperhatikan. Yang paling
penting adalah pelayanan masyarakat yang dimaksud harus sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Namun sekalipun terdapat
kesesuaian yang seperti ini telah menjadi kesepakatan semua
pihak, namun dalam praktek sehari-hari tidaklah mudah dalam
menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
dimaksud.

Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan


bahwa perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika
diketahui masalah kesehatan dimasyarakat. Dengan kesepakatan
yang seperti ini diupayakanlah menemukan masalah kesehatan
yang ada dimasyarakat tersebut. Demikianlah, berpedoman pada
kesepakatan yang seperti ini, dilakukan berbagai upaya untuk
menemukan serta merumuskan masalah kesehatan dimasyarakat.
Upaya tersebut dikaitkan dengan menentukan frekuensi,

1
penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuansi dan
penyebaran disuatu masalah kesehatan dimasyarakat tercakup
dalam suatu cabang ilmu khusus yang disebut dengan nama
Epidemiologi.

Subjek dan objek epidemiologi adalah tentang masalah


kesehatan. Ditinjau dari sudut epidemiologi, pemahaman tentang
masalah kesehatan berupa penyakit amatlah penting. Karena
sebenarnya berbagai masalah kesehatan yang bukan penyakit
hanya akan mempunyai arti apabila ada hubungannya dengan soal
penyakit. Apabila suatu masalah kesehatan tidak sangkut pautnya
dengan soal penyakit., maka pada lazimnya masalah kesehatan
tersebut tidak terlalu diperioritaskan penanggulangannya.

Demikianlah karena pentingnya soal penyakit ini, maka


perlulah dipahami dengan sebaik-baiknya hal ikhwal yang berkaitan
dengan penyakit tersebut. Kepentingan dalam epidemiologi paling
tidak untuk mengenal ada atau tidaknya suatu penyakit di
masyarakat sedemikian rupa sehingga ketika dilakukan pengukuran
tidak ada yang sampai luput atau tercampur dengan penyakit
lainnya yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

1 Pengertian dan penerapan epidemiologi


2 Jenis-jenis penyakit menular dan tidak menular
3 Penyebab penyakit menular dan tidak menular dan cara
penanggulangannya

2
1.3 Tujuan

1 Dapat mengetahui pengertian dan penerapan epidemiologi


2 Dapat mengetahui jenis-jenis penyakit menular dan tidak
menular
3 Dapat mengetahui penyebab penyakit menular dan tidak
menular dan cara penanggulangannya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan penerapan epidemiologi

Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk


menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan
dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya
masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan
pencegahan maupun penanggulangannya. Epidemiologi merupakan
filosofi dasar disiplin ilmu-ilmu ksehatan termasuk kedokteran,
yakni suatu proses logis untuk menganalisis serta memahami
hubungan interaksi antara proses fisik, biologis dan fenomena social
yang berhubungan erat dengan derajat kesehatan, kejadian
penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya. Dalam hal ini sifat
dasar epidemiologi lebih mengarah diri pada kelompok penduduk

3
maupun masyarakat tertentu dan menilai peristiwa dalam
masyarakat secara kuantitatif (menggunakan nilai rate, rasio,
proporsi dan semacamnya).

Metode epidemiologi merupakan cara pendekatan ilmiah


dalam mencari factor penyebab serta hubungan sebab akibat
terjadinya peristiwa tertentu pada suatu kelompok pemduduk
tertentu. Dalam hal ini istilah penduduk dapat berarti sekelompok
objek tertentu, baik yang bersifat organisme hidup seperti manusia,
binatang dan tumbuhan, maupun yang bersifat benda/material hasil
produk industri serta benda lainnya. Dengan demikian tidaklah
mengherankan bila metode epidemiologi tidak terbatas pada
bidang kesehatan saja tetapi juga pada bidang lainnya termasuk
bidang manajemen. Oleh sebab itu dalam penggunaannya,
epidemiologi sangat erat hubungannya dengan berbagai disiplin
ilmu di luar kesehatan, baik disiplin lima eksakta maupun ilmu
social.

Metode epidemiologi yang berkembang dari masa lampau


dengan pengamatan dan analisis masalah kesehatan pada
penduduk tertentu telah mengembangkan suatu konsep yang
dikenal dengan epidemiologi deskriptif. Bentuk ini mencoba
mengembangkan berbagai nilai-nilai atau variable yang dapat
diukur berdasarkan kejadian-kejadian yang ada dalam masyarakt
dengan berbagai ukuran-ukuran standar yang telah disepakati,
seperti insidensi, prevalensi serta nilai rate dan rasio. Dalam
penerapannya, maka berbagai ketentuan telah dilakukan untuk
dapat membandingkan keadaan suatu penduduk dengan penduduk
lainnya, atau keadaan satu penduduk tertentu dari waktu ke waktu.

4
Ruang lingkup epidemiologi

Dari pengertian epidemiologi dan metode epidemiologi, maka


bentuk kegiatan epidemiologi meliputi berbagai aspek kehidupan
masyarakat, baik yang berhubungan dengan bidang kesehatan
maupun diluar bidang kesehatan. Berbagai bentuk dan jenis
kegiatan dalam epidemiologi saling berhubungan satu dengan
lainnya sehingga tidak jarang dijumpai bentuk kegiatan yang
tumpang tindih. Bentuk kegiatan epidemiologi dasar yang paling
sering digunakan adalah bentuk epidemiologi deskriptif yakni
bentuk kegiatan epidemiologi yang memberikan gambaran atau
keterangan tentang keadaan serta sifat penyebaran status
kesehatan dan gangguan kesehatan maupun penyakit pada suatu
kelompok penduduk tertentu.

2.2 Ruang Lingkup Epidemiologi

Adapun ruang lingkup epidemiologi baik yang berhubungan


erat dengan bidang kesehatan, maupun dengan bidang kehidupan
sosial, telah mendorong perkembangan epidemiologi dalam
berbagai bidang.

1. Epidemiologi Penyakit Menular

Sebagai bentuk upaya manusia untuk mengatasi gangguan


penyakit menular yang saat ini hasilnya sudah tampak sekali.

2. Epidemiologi penyakit tidak menular

5
Upaya untuk mencegah penyakit yang tidak menular seperti
kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat dan lain-lain.

3. Epidemiologi klinik.

Banyak yang saat ini sedang dikembangkan para klinisi yang


bertujuan untuk membekali para klinisi atau para dokter dan tenaga
medis tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu
epidemiologi.

4. Epidemiologi kependudukan

Cabang epidemiologi yang menggunakan system pendekatan


epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan bidang demografi serta factor-faktor yang
mempengaruhi berbagai perubahan demografi yang terjadi dalam
masyarakat.

5. Epidemiologi gizi.

Banyak digunakan dalam menganalisis masalah gizi


masyarakat, dimana masalah ini erat hubungannya dengan
berbagai factor yang menyangkut pola hidup masyarakat.

6. Epidemiologi kesehatan jiwa.

Salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa


dalam masyarakat baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok
penduduk tertentu, maupun analisis berbagai factor yang
mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.

7. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan

6
Salah satu system pendekatan managemen dalam
menganalisis masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu
masalah serta penyusunan rencana pemecahan masalah tersebut
secara menyeluruh dan terpadu.

8. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja

Merupakan bagian dan cabang dari epidemiologi yang


mempelajari dan menganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja
akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja baik yang
bersifat fisik, kimia, biologi, social budaya serta kebiasaan hidup
para pekerja.

2.3 Penerapan Epidemiologi

Dalam penerapannya, kegiatan epidemiologi dapat dibagi dalam


dua bentuk utama :

A. Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif terutama menganalisis masalah yang


ada dalam suatu populasi tertentu serta menerangkan keadaan dan
sifat masalah tersebut, termasukberbagai factor yang erat
hubungannya dengan timbulnya masalah. Bentuk kegiatan ini dapat
memberikan gambaran tentang adanya masalah dalam populasi
tertentu dengan membandingkan populasi tersebut terhadap
populasin lainnya, atau dengan populasi yang sama pada waktu
yang berbeda. Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari
keterangan tentang keadaan derajat kesehatan maupun masalah
kesehatan dalam suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat

7
yang tertentu pula. Disamping itu epidemiologi deskriptif dapat pula
memberikan gambaran tentang factor yang mempengaruhi
timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi
tertentu dengan menggunakan analisis data epidemiologi serta
data informasi lain yang bersumber dari berbagai disiplin seperti
data genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, social
ekonomi, dan sumber keterangan lainnya.

Sebagai contoh penggunaan epidemiologi deskriptif antara


lain pada usaha penanggulangan berbagai wabah penyakit menular
yang timbul dalam masyarakat. Disamping itu penggunaan
epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah
kesehatan, penyusunan program kesehatan masyarakat serta
penilaian hasil usaha dibidang kesehatan masyarakat serta bidang
lain yang berkaitan erat dengan kesehatan seperti kependudukan,
keluarga berencana, dan gizi.

B. Penelitian epidemiologi

Penelitian epidemiologi (epidemiologic studies) merupakan


bagian dan tugas pokok disiplin ilmu epidemiologi dalam mencari
factor penyebab maupun hubungan sebab akibat terjadinya
penyakit serta gangguan kesehatan lainnya dalam masyarakat.
Pada dasarnya penilitian epidemiologi dapat dibagi dalam dua
bagian utama yakni :

1 Penelitian berdasarkan percobaan/perlakuan khusus


(experimental studies).
2 Penelitian yang berdasarkan pengamatan langsung terhadap
berbagai kejadian dalam satu populasi tertentu (observational

8
study). Perbedaan dari utama dan kedua bentuk penilitian ini
adalah pada bentuk eksperimental.

1. Penelitian eksperimental

Penelitian eksperimental merupakan penelitian dimana


peneliti melakukan kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada
objek atau sasaran yang diteliti. Dengan demikian pada penelitian
eksperimental, peneliti dapat mengatur perlakuan seseuai dengan
keinginannya serta dapat mengamati proses kejadian secara
langsung baik pada individu maupun kelompok. Secara garis
besarnya, dikenal dua macam penilitian eksperimental yakni:

1) Eksperimental murni (dengan randomisasi)


2) Eksperimental semu (tanpa randomisasi)

a) Eksperimental murni

Penelitian eksperimental murni merupakan penelitian


eksperimental yang sering dilakukan di laboraturium maupun di
klinik dengan menggunakan randimisasi yaitu setiap individu dalam
penelitian tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk
terpilih dalam kelompok kasus atau control. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah penelitian laboratorium uji hipotesis tentang
penyebab dan factor risiko, percobaan klinik (clinical trial) termasuk
uji coba pengobatan pencegahan dan intervensi klinik. Disamping
itu dapat pula dilakukan untuk intervensi pada kelompok komunitas
tertentu dalam menentukan risiko tinggi (high risk group) serta
untuk menilai berbagai kegiatan klinik dalam komunitas tertentu.

9
b) Eksperimental semu

Eksperimental semu (quasy experimental) merupakan


penelitian eksperimental tanpa menggunakan randomisasi. Bila
pada eksperimental murni kita lebih banyak menggunakan binatang
percobaan maka pada eksperimental semu dapat dilakukan
terhadap kelomppok populasi tertentu yang merupakan satu
kesatuan unit yang tidak dapat dipisahkan. Bentuk penelitian ini
antara lain intervensi komunitas, uji coba bentuk pelayanan
kesehatan terpadu bagi masyarakat, analisis biaya pelaksanaan
usaha kesehatan pada kelompok penduduk tertentu dan lain
sebagainya.

2. Penelitian observasi

Penelitian observasi (pengamatan) ini didasarkan pada


kejadian peristiwa secara alami tanpa suatu perlakuan khusus
terhadap kelompok yang diteliti. Secara garis besarnya penilitian ini
dapat dibagi dalam dua bentuk utama yakni:

1) Penilitian deskriptif, dan


2) Penilitian analisis (etiologic).

a) Penilitian Deskriptif

10
Bentuk ini lebih sering disebut analisis deskriptif untuk
mengetahui keadaan prevalensi kejadian penyakit atau masalah
kesehatan lainnya dan untuk mengetahui sifat kejadian tersebut
dalam masyarakat serta kecenderungannya untuk masa
mendatang. Tergolong juga didalamnya penilitian prevalensi atau
cross-sectional studies. Bentuk penilitian sangat membantu dalam
menganalisi status kesehatan penduduk tertentu serta dapat
memberikan keterangan tentang berbagai factor yang berkaitan
erat dengan kejadian penyakit untuk digunakan dalam menyusun
hipotesis untuk penilitian selanjutya.

b) Penilitain analisis

Penelitian analisis (epidemiologi analits) merupakan bentuk


penelitian epidemiologi yang paling sering digunakan dalam
mencari factor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya
penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya. Bentuk penilitian ini
pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bentuk utama yakni:

1. Penelitian retrospektif dan


2. Penelitian prospektif

Penelitian retrospektif didasarkan pada kejadian kasus yang sudah


ada pada saat penelitian dan dibandingkan dengan mereka yang
tidak menderita sehingga sering juga disebut dengan penelitian
kasus-kelola. Sedangkan penelitian prospektif adalah penilitian yang
didasarkan pada pengamatan terhadap kelompok terpapar dengan
yang tidak terpapar pada awal penelitian kemudian diamati sampai
timbul penyakit, dan juga sering disebut penelitian kohort.
Disamping itu juga dapat dikembangkan gabungan keduanya yaitu
retrospetik kohort.

11
2.4 Pengertian Penyakit Menular dan Tidak Menular

Istilah penyakit tidak menular dipakai dengan maksud untuk


membedakan kelompok penyakit-penyakit lainnya yang tidak
termasuk dalam penyakit menular. Pengelompokan penyakit
menular dalam sejarahnya, lebih dulu menemukan istilah untuk
dirinya ketika penyakit-penyakit tersebut sedang menyeraang dunia
dan masyarkat dengan cara menular. Penyakitt-penyakit lainnya
yang sifatnya tidak menular, dikelompokkan sebagai penyakit tidak
menular.

Istilah PTM kurang lebih mempunyai kesamaan dengan beberapa


sebutan lainnya, seperti :

a. Penyakit kronis
b. Penyakit noninfeksi
c. Penyakit communicable diseases
d. Penyakit deeneratif
e. Penyakit perilaku

Kesamaan penyebutan ini tidakla sepenuhnya memberikan


kesamaan penuh antara satu dengan lainnya. Penyakit kronis dapat
dipakai untuk PTM karena kelangsungan PTM biasanya bersifat
kronis (menahan) arau lama. Namun demikian ditemukan juga
penyakit tidak menular yang kelangsungannya mendadak/akut,
misalnya keracunan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri mempergunakan


istilah penyakit kronis (chronic deseases) untuk penyakit-penyakit
tidak menular. Yang dimaksud dengan penyakit kronis ini memang

12
jenis-jenis penyakit yang bersifat kronis, dan tidak
memperhatikannya dari segi apakah menular atau tidak.

Nama penyakit noninfeksi dipakai karenan proses patologi


PTM bukanlah suatu proses infeksi yang dipicu oleh
mikroorganisme. Hanya saja tidak berarti bahwa kejadian PTM tidak
ada hubungannya dengan peranan mikroorganisme. Proses patologi
PTM mempunyai karakteristik tersendiri sesuai dengan jenis
penyakit masing-masing.

Disebut juga sebagai penyakit degeneratif karena kejadiannya


bersangkutan dengan proses degenerasi atau ketuaan sehingga
PTM banyak ditemukan pada usia lanjut. Dan karena
pelangsungannya yang lama itu pulala yang menyebabkan PTM
berkaitan dengan proses degenerative yang berlangsung sesuai
waktu/umur.

Sementara itu ada yang secara popular ingin menyebutnya


sebagai new communicable disease karena penyakit ini dianggap
dapat menular, yakti melalui gaya hidup. Gaya hidup dalam dunia
modem dapat menular dengan caranya sendiri, tidak seperti
penularan klasik penyakit menular yang lewat suaut rantai
penularan tertentu. Gaya hidup di dalamnya dapat menyangkut
pola makan, kehidupan seksual. Dan kmu ikasi global. Perubahan
pola makan telah mendorong perubahan peningkaatan penyakit
jantung yang berkaitan dengan makan berlebihan atau
berkolesterol tinggi.

1. Karakteristik PTM
Berbeda dengan penyakit menular, PTM mempunyai
beberapa karakteristik tersendiri seperti :

13
a. Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan
tertentu.
b. Masa inkubasi yang panjang dan laten
c. Perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronis)
d. Banyak mengadapi kesulitan diagnosis.
e. Mempunyai variasi yang luas.
f. Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya
pencegahan maupun penanggulangannya.
g. Factor penyebabnya bermacam-macam (multikausl)
bahkan tidak jelas.

Perbandingan gambaran umum penyakit menular dan


penyakit tidak menular

Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular


Banyak di Negara berkembang Ditemukan di Negara industry
Rantai penularan yang jelas Tidak ada rantai penularan
Perlangsungan akut Pelangsungan kronis
Etioloi organisma jelas Etiologi tidak jelas
Bersifat kausa tunggal Biasanya kausa ganda
Diagnosis mudah Diagnosis sulit
Mudah pencari penyebab sulit mencari penyebabnya
Biaya relative murah biaya mahal
Jelas mucul dipermukaan ada iceberg phenomen
Morbiditas dan mortalitasnya morbiditas dan mortali
cenderung menurun. cenderung meningkat.

Perbedaan PTM ini dengan penyakit menular


memerlukan pendekatan epidemiologi tersendiri, mulai
dari penentuannya sebagai masalah kesehatan
masyarakat sampai pada upaya pencegahan dan
penanggulangannya. Misalnya, ketika melakukan
obsevasi keadaan PTM dilapangan. Dalam mengamati
PTM yang perlangsungannya kronis dan masa latent

14
yang panjang, dapat ditemukan beberapa kesulitan
dengan hanya melaukan pengamatab observasional
yang berdasarkan pengalaman pribadi dari anggota
masyarakat saja. Jika observasi itu ditujukan untuk
menentukan hubungan antara keterpaparan dengan
terjadinya penyakit, maka beberapa kesulitn dapat
dihadapi.

2.5 Jenis-jenis Penyakit Menular dan Tidak menular

Ada beberapa jenis penyakit menular, dibawah ini di contohkan 6


penyakit menular, antara lain :

Penyakit kulit

Ini adalah salah satu jenis penyakit menular yang banyak sekali
jenisnya, dan mudah menular dari satu orang ke orang lain.
Penularan yang paling sering terjadi adalah melalui kontak langsung
atau kita menggunakan barang yang juga dipakai oleh penderita,
contohnya handuk, baju, dll.

Contoh : cacar air, kudis, panu, dll.

Cacar air (Chicken Pox)


Penyakit ini masih sering menjadi wabah di Indonesia,
penyakit ini dapat menyerang siapa saja tidak pandang usia.
Penyebab penyakit ini adalah karena adanya virus Varisella-
Zoster, virus ini hanya terdapat pada manusia dan primata
(simian) saja. Gejala dari cacar air sendiri adalah badan cepat
lemah, lesu, badan terasa tidak enak, pusing/sakit kepala,
nyeri sendi dan demam. Sehari sampai tiga hari muncul bintik
bintik merah yang berukuran kecil yang membentuk papula

15
(menonjol) dan berisi cairan, biasanya bintik bintik ini
bermula pada bagian dada, perut atau punggung, setelah itu
baru menyebar ke bagian tubuh lain dan terasa gatal.
Parainfluenza
Penyakit virus pernafasan ini menjadi penting karena
penularannya yang sangat cepat seperti halnya penyakit
menular lewat pernapasan lainnya. Pada umumnya penyakit
ini terjadi oleh infeksi virus parainfluenza saja gejalanya
hanya ringan atau subklinis.
Demam Berdarah
Cara penularannya melalui virus yang terdapat pada
nyamuk Aighes Aygepti yang menghisap darah organ.
Penyakit Kelamin
Cara penularannya melalui hubungan sex yang tidak
sehat dan sering berganti pasangan. Penyakit yang timbul
bukan hanya menyerang alat kelamin saja tetapi dapat
menjalar ke organ lain.
HIV/AIDS
Virus yang berasl dari simpanse ini dapat merusak
sistem imunitas, tetapi virus ini tidak menimbulkan kematian.
Tapi jika virus HIV mengenai penyakit lain seperti menyerang
organ vital bias menimbulkan kematian. Apabila sistem imun
pada tubuh telah rusak resiko berbagai virus akan masuk ke
tubuhpun sangat besar dan tubuh akan rentan terhadap
penyakit.
TBC
Tuberculosis (TBC, MTB, TB) adalah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Yang
menyerang pada organ paru paru, dan juga dapat
menyerang pada organ lain. Bakteri yang sekeluarga dengan

16
bakteri mycobacterium tuberculosis ini juga dapat
menimbulkan infeksi dan memunculkan gejala yang mirip.

Penyakit Tidak Menular/Noninfeksi

Penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit noninfeksi adalah


suatu penyakit yang tidak disebabkan karena kuman melainkan
dikarenakan adanya masalah fisiologis atau metabolisme pada
jaringan tubuh manusia. Biasanya penyakit ini terjadi karena pola
hidup yang kurang sehat seperti merokok, faktor genetik, cacat
fisik, penuaan/usia, dan gangguan kejiwaan. Contohnya : sariawan,
batuk, sakit perut, demam, hipertensi, DM, obesitas, osteoporosis,
depresi, RA, keracunan, dsb.

Penyakit tidak Menular terjadi akibat interaksi antara agent


(Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor
predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and vehicle
of agent). Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan
penyakit kronik, penyakit non-infeksi, new communicable disease,
dan penyakit degeneratif.

Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian


terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih
merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu
bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat
merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan
yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di
Indonesia.

Dibawah ini adalah beberapa penyakit tidak menular yang


bersifat kronis, yaitu :

17
1. Penyakit yang dapat menyebabkan kematian, yaitu :
Penyakit jantung iskemik
Kanker
CHF
DM
Cerebrovasculer disease
Chronic obstructive pulmonary disease
cirrhosis
2. Penyakit yang termasuk dalam special-interest,
banyak menyebabkan masalah kesehatan tetapi
frekuensinya kurang, antara lain :
Osteoporosis
Gagal ginjal kronis
Mental retardasi
Epilepsi
Lupus erithematosus
Collitis ulcerative
3. Penyakit yang akan menjadi perhatian di masa yang
akan datang, antara lain :
Defesiensi nutrisi
Alkoholisme
Ketagihan obat
Penyakit penyakit mental
Penyakit yang berhubungan dengan
lingkungan pekerjaan.

2.6 Penyebab dan Cara Pencegahan


1. Sejarah
Sebelum membicarakan lebih lanjut tentang faktor
risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) sebaiknya dilihat
sebentar sejarah yang melatar belakangi konsep risikoPTM
dan penilitian yang berkaitan erat dengan konsep
epidemiologi untuk PTM.
Framingham Study adalah tonggak sejarahpenting
perkembangan epidemiologi di bidang PTM. Framingham
Study adalah suatu penilitian yang dilakukan terhadap

18
penyakit cardiovasculer. Dilakukan di Framingham Study
sebuah komuniti di negara bagian Massachusetts, AS yang
berpenduduk sekitar 30.000 jiwa. Penelitian ini adalah
sebuah penelitian prospektif (cohort) yang ingin
menentukan faktor resiko penyakit jantung penduduk
Framingham; sebanyak 2.336 lelaki dan 2.873 wanita kulit
putih.

Untuk faktor penyebab PTM dipakai sebutan faktor risiko


(Risk Faktor) untuk membedakanya dengan istilah etiologi
yang sering dipergunakan dalam mikroorganisme penyakit
menular atau diagnosis klinik. Istilah etiologi dalam klinik
ditujukan kepada penyebab biologis dari suatu penyakit
infeksi, misalnya entamoeba histolitika untuk terjadi
amoebiasis. Karena umumnya PTM bukan merupakan
penyakit infeksi maka untuk PTM dipakailah istilah faktor
risiko.

2. Pengertian dan Jenis Faktor Risiko


Pengertian mengenai faktor risiko mencakup berbagai
aspek yang meliputi:
Keberadaan (eksistensi) faktor risiko
Besar faktor risiko; kuat atau lemah
Arah: faktor risiko mengarah negatif atau positif
Sifat: bisa propektif, prognostik, terpoetik atau risiko
Reversibilitas
Preventifitas
Interventitas
Effek: Single atau Multiple Effect
Interaksi/hubungan dengar faktor lain

19
Struktur; hubungan dengan berbagai faktor dalam suatu
penyakit tertentu
Manfaat
Kriteria

3. Jenis Faktor Risiko


Ada berbagai macam faktor risiko dari yang diamati,
yaitu:
1. Menurut dapat tidaknya faktor risiko itu diubah:
a. Faktor Risiko tidak dapat berubah.
misalnya; faktor umur atau genetik.
b. Faktor Risiko dapat berubah.
misalnya; kebiasaan merokok atau latihan olahraga
2. Menurut kestabilan peran faktor risiko:
a. Faktor Risiko yang dicurigai.
yakni, faktor-faktor yang belum mendapat dukungan
sepenuhnya dari hasil.
misalnya; rokok sebagai penyebab kanker leher rahim.

b. Faktor Risiko yang telah ditegakkan.


yakni, faktor risiko yang telah mantap mendapat
dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya sebagai
faktor yang berperanan dalam kejadian suatu penyakit.
misalnya; rokok sebagai faktor risiko kanker paru.

3. Contoh Faktor Risiko


Berbagai faktor risiko adalah:
Merokok
Alkohol
Diet
Gaya Hidup
Kegemukan
Asbes
Radiasi
Sexual Behavior
Obat-obatan

Upaya Pencegahan

20
Tingkat Pencegahan
Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas
pengobatan tetap juga berlaku dalam Penyakit Tidak
Menular (PTM). Berikut empat tingkat upaya pencegahan:
a. Pencegahan Primordial
Upaya ini dimaksudkan memberi kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit itu tidak
mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor
risiko lainnya. Upaya pencegahan ini sangat rancu dan
tidak hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan saja.
Prakondisi harus diciptakan dengan multimitra. Misalnya
Prakondisi harus diciptakan dengan multimitra. Misalnya
menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa
yakin bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik
dan masyarakat mampu bersikap positif terhadap bukan
perokok.
Pada prinsipnya upaya pencegahan primordial adalah:
Mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan benar
dalam masyarakat.
Melakukan modifikasi, penyesuaian terhadap risiko yang
ada atau berlangsung dalam masyarakat.
Misalnya dengan diet asam lemak jenuh untuk mencgah
penyakit jantung. Masyarakat suatu daerah biasanya
sudah jadi pola makanan tersendiri yang mendukung pola
diet. Upaya pencegahan Premordial diarahkan untuk
mempertahankan kebiasaan pola makan yang sudah ada
atau membuat modifikasi cara makan yang sudah ada
dngan tetap mendukung tujuan makanan yang
mengandung asam lemak jenuh.
b. Pencegahan Tingkat Pertama, yang meliputi:
1) Promosi Kesehatan masyarakat, misalnya:

21
Kemampuan kesadaran masyarakat
Promosi kesehatan
Pendidikan kesehatan masyarakat
2) Pencegahan Khusus, misalnya:
Pencegahan keterpaparan
Pemberian kemopreventif
c. Pencegahan Tingkat Kedua, yang meliputi:
1) Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening.
2) Pengobatan, misalnya kemoterapi atau tindakan
bedah.
d. Pencegahan Tingkat Ketiga, yang meliputi:
1) Rehabilitasi, misalnya Perawatan Rumah Jompo,
Perawatan Rumah Orang Sakit.

1. Contoh Upaya Pencegahan


Upaya pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM)
ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi.
Misalnya pada stroke. Upaya pencegahan stroke diarahkan
kepada upaya pencegahan dan penurunan hipertensi.
Selain itu ada pendekatan yang menggabungkan
ketiga bentuk upaya pencegahan dengan 4 faktor utama
yang mempengaruhi terjadinya penyakit (gaya hiup,
lingkungan, biologis, dan pelayanan kesehatan)
Misalnya, unuk pencegahan primer stroke dilakukan
intervensi terhadap:
a. Gaya Hidup, dengan melakukan reuki stres,
makan rendah garam lemak dan kalori, exercise,
tidak merokok, dan vitamin.
b. Lingkungan, dengan menyadari stres kerja .
c. Biologis, dengan memberikan perhatian terhadap
faktor risiko biologis (jenis kelamin, riwayat
keluarga).
d. Pelayanan Kesehatan, dengan memberikan health
education dan pemeriksaan tensi.

22
Tabel tentang strategi Pencegahan Hipertensi/Stroke pada
orang Dewasa umur 30-44

Upaya
Gaya
Pencega Lingkungan Biologi Pelayanan
Hidup
han
1. Lingkunga
Pencega 1. Tidak 1. Aspirin 1. Turunkan
n kerja 2. Tingginya
han Merokok Tensi
2. Diet positif Lemak
Primer 2. Perubahan
Rendah
Kerja
Garam

Pencega 1. Berhenti 1. Konseling 1. Obat- 1. Relaksasi


han Merokok Keluarga Obatan,
2. Vitamin
Sekunder untuk
efek
samping

Pencega 1. Tidak 1. Keamanan 1. Kepatuha 1. Edukasi


han Merokok diri n Berobat terhadap
2. Diet 2. Dukungan 2. Terapi
Tersier efek
Keluarga Bicara samping

Komponen Proses Penyakit Menular

1. Faktor Penyebab Penyakit Menular


Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam
masyarakat, maka dikenal adanya beberapa faktor yang
memegang perananan penting antara lain adanya faktor

23
penyebab yakni organisme penyebab penyakit, adanya
cara penularan khusus, adanya cara meninggalkan pejamu
dan cara masuk ke pejamu lainnya, serta keadaan
ketahanan pejamu itu sendiri.
Unsur penyebab ini dapat dikelompokkan dalam
beberapa kelompok yaitu:
1) Kelompok arthropoda (serangga), seperti pada penyakit
scabies dan lain-lain.
2) Kelompok helminth(cacing) baik cacing darah maupun
cacing perut dan lain sebagainya.
3) Kelompok protozoa, seperti plasmodium, amuba, dan
lain-lain.
4) Fungi atau jamur, baik uniseluler maupun multiseluler.
5) Bakteri termasuk spirochaeta maupun ricketsia yang
memiliki sifat tersendiri
6) Virus sebagai kelompok penyebab yang paling
sederhana

Proses Penularan Penyakit

Sumber Penularan Keadaan Pejamu


Cara Penularan
1. Penderita 1. Kontak Langsung1. Keadaan Umum
2. Pembawa Kuman 2. Melalui Udara 2. Kekebalan
3. Binatang Sakit 3. Melalui Makanan3. Status Gizi
4. Tumbuhan/Benda dan Minuman 4. Keturunan
4. Melalui Vektor

Cara keluar dari sumber dan cara masuk ke pejamu melalui:

1. Mukosa/kulit
2. Saluran pencernaan
3. Saluran Pernapasan
4. Saluran Urogenitalia
5. Gigitan, suntikan, luka
6. Placenta

24
2. Interaksi Penyebab dengan Pejamu
Berbagai sifat yang sering dianggap berasal dari
unsur penyebab tetapi ternyata sesunggunya bukanlah
penyebab dari sifat intrinsik, melainkan merupakan sifat
yang sangat tergantung /dipengaruhi oleh interaksi antara
pejamu dngan penyebab tersebut. Termasuk dalam hal ini
tingkat infeksivitas, patogenesis, virulensi, dan
imunogenitis.
Infektivitas dapat diartikan sebgai kemampuan
unsur penyebab untuk masuk dan berkembang biak
(menghasilkan infeksi) dalam tubuh pejamu. Faktor
penyebab yang berhubungan dengan pejamu seperti
umur, jenis kelamin, dan lain-lain. Contoh penyakit dengan
derajat infektivitas yng tinggi adalah campak, sedangkan
yang infektivitas relatif rendah adalah lepra.

Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa proses kejadian penyakit


menular dalam masyarakat ditentukan oleh tiga unsur utama yakni sumber penularan
(reservoir), cara penularan dan keadaan pejamu yang potensial. Sebagaimana
diketahui bahwa epidemiologi merupakan ilmu dasar pencegahan dan
penanggulangan penyakit serta masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat.

1. Pencegahan Penyakit Menular


Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan
terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk
pencegahan, haruslah didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari
hasil analisi epidemiologi atau hasil pengamatan/ penelitian epidemiologis.
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum
yaitu : pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi

25
promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua
(secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang
tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitas.
Ketiga tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam
pelaksanaannya sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih

1. Pencegahan Tingkat Pertama


Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada factor
penyebaab, lingkungan serta faktor pejamu.
a. Sasaran yang ditujukan pada factor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain : desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi
yang bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab
penyakit, penyemprotan/insektida dalam rangka menurunkan dan
menghilang sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan,
di samping karantina dan isolasi yang juga dalam ranka memutuskan
rantai penularan.
b. Menatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik
seperti penigkatan air bersi, sanitasi lingkungan dan perumahan serta
bentuk pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan
biologis seperti pemberantas serangga dan binatang pengerat, serta
peningkatan lingkungan social seperti kepadatan rumah tangga,
hubungan antarindividu dan kehidupan social masyarakat.
c. Meningkatkan daya taan pejamu yan meliputi perbaikan status gizi,
status kesehatan umum dan kulitas hidup penduduk, pemberian
imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya,
peningkatan status psikhologis, persiapan perkawinan serta usaha
menghindari pengaruh factor keturunan dan peningkatan ketahanan
fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olahraga kesehatan.

2. Pencegahan Tingkat Kedua

26
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita
atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita
(masa tunas). Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat ke dua ini yang
meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah
meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk
segera mencegah proses prnyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya
akibat samping atau komplikasi.
a. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha
surveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan
kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan lain
sebagainya), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara
umum dalam masyarakat, serta pengobatan dan perawatan yang
efektif.
b. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang
dicurigai berada pada proses prepatogenesis dan pathogenesis penyakit
tertentu.

3. Pencegahan Tingkat Ketiga


Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu
dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan
permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencega
kematian akibat penyakit tersebut. Berbagai usaha dalam mencegah proses
penyakit lebih lanjut seperti pada penderita diabetes militus (kencing
manis), penderita tuberculosis paru yang berat, penderita penyakit measles
agar jangan terjadi komplikasi dan lain sebagainya.
Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu.
Reabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan social
seoptimal mungkin yangmeliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitas
mental/psikologis serta rehabilitas sosial.

27
4. Strategi Pencegahan Penyakit
Dalam usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi
pelaksanaan yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan.
Dalam strategi penerapan ilmu kesehatan masyarakat dengan prinsip
tingkat pencegahan seperti tersebut di atas, sasaran kegiatan diutamakan
pada peningkatan derajat kesehatan individu dan masyarakat,
perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah
kesehatan serta usaha rehabilitas lingkungan.
a. Sasaran yang bersifat umum yang ditujukan kepada individu maupun
organisasi masyarakat, dilaukan dengan pendekatan melalui usaha
setempat/mandiri yang sesuai dengan bentuk dan tatanan hidup
masyarakat setempat (tradisional) maupun melalui berbagai program
pelayanan kesehatan yang tersedia.
b. Usaha pencegahan melalui pelaksanaan yang berencana dan
terprogram (bersifat wajib maupun sukarela) seperti pemberian
imunisasi dasar serta perbaikan sanitasi lingkungan dan pengadaan air
bersi, peningkatan status gizi melalui pemberian makanan tambahan
maupun berbagai usaha yang bertujuan untuk menghentikan/
mengubah kebiasaan yang mengandung risiko tinggi atau yang dapat
mempertinggi risiko penyakit tertentu.
c. Usaha yang diarahkan padapeningkatan standar hidup dan lingkungan
pemukiman seperti perbaikan perumahan dan pemukiman, perbaikan
system pendidikan serta social ekonomi masyarakat, yang pada
dasarnya merupakan kegiatan di luar bidan kesehatan.
d. Usaha pencegahan dan penangguangan keadaan luar biasa seperti
kejadiaan wabah, adanya bencana alam/situasi perang serta usaha
penanggulangan melalui kegiatan rawat darurat.
Dalam menilai derajat kesehatan termasuk situasi morbiditas dan
mortalitas untuk kepentingan penyusunan program pencegahan dan
penanggulangan penyakit, harus dipertimbangkan pula berbagai hal

28
dalam masyarakat di luar bidang kesehatan seperti system produksi
dan persediaan makanan, keadaan lapangan kerja, kehidupan social
dan adat kebiasaan masyarakat setempat serta kebijakan pemerintah
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

2. Penanggulangan Penyakit Menular


Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular(control)
adala upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat
serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi
masyarakat tersebut.
Seperti halnya pada upaya pencegahan penyakit, maka upaya
penanggulangan penyakit menular dapat pula dikelompokkan pada tiga
kelompok sesuai dengan sasaran utamanya yang meliputi : sasaran langsung
melawan sumber penularan, sasaran ditujukan pada cara penularan penyakit,
dan sasaran yang ditujukan terhadap pejamu dengan menurunkan kepekaan
pejamu.
1. Sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
Keberadaan suatu sumber penularan (reservoie) dalam masyarakat
merupakan factor yang sangat penting dalam rantai penularan. Dengan
demikian keberadaan sumber penularan tersebut memegang peranan yang
cukup penting serta menentukan cara penanggulangan yang paling tepat
dan tingkat keberhasilannya cukup tinggi.
a. Sumber penularan adalah binatang
Bila sumber penularan terdapat pada bintang peliharaan (domestic)
maka upaya mengatasi penularan dengan sasaran sumber penularan
lebih mudah dilakukan dengan memusnahkan binatang lainnya dari
penyakit tersebut (imunisasi dan pemeriksaan berkala)
Tetapi bila sumber penyakit dijumpai pada binatang liar di samping
binatan peliharaan maka keadaannya akan lebih sulit. Penanganan
penyakit rabies (gila anjing) umpamanya akan lebih mudah pada
daerah perkotaan dengan hamper seluruh anjing yang ada merupakan
anjing peliharhaan. Sedangkan penanganan penyakit ini di daerah

29
pedesaan dimana selain anjing juga adanya binatang liar yang dapat
tertular, akan usaha penanggulangan dilakukan dengan kombinasi.
Cara lain, dengan kerja samainstansi lain yang terkait.
b. Sumber penularan adalah manusia.
Apabila sumber penularan adalah manusia, maka cara pendekatannya
sangat berbeda mengingat bahwa dalam keadaan ini tidak mungkin
dilakukanpemusnahan sumber. Sasaran penanggulangan penyakit pada
sumber penularan dapat dilakukan dengan isolasi dan jaeantina,
pengobatan dalam berbagai bentuk umpamanya menghilangkan unsur
penyebab (mikro-organisme) atau menghilangkan focus infeksi yang
ada pada sumber (bedah saluran empedu atau cholecystectomy) pada
carrier typhoid manhunt)
Sala satu usaha penanggulangan yang sasarannya terpusat pada
sumber penularan adalah isolasi penderita. Bentuk ini memang sangat
bermanfaat pada situasi penyakit yang baru muncul dan punya potensi
mewabah. Sedang bentuk ini kurang bermanfaat pada penyakit yang
telah menyebar dalam masyarakat terutama yang mempunyai bentuk
infeksi terselubung atau iceberg phenomena, atau juga terhadap
penderita yang telah mengalami infeksi yang mencapai puncaknya dan
mungkin telat menularkan ke sekitarnya

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk


menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan
dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya
masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan
pencegahan maupun penanggulangannya.

Ruang lingkup epidemiologi terdiri dari:

1. Epidemiologi Penyakit Menular


2. Epidemiologi penyakit tidak menular
3. Epidemiologi klinik.
4. Epidemiologi kependudukan
5. Epidemiologi gizi.
6. Epidemiologi kesehatan jiwa.
7. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
8. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja.

Penerapan Epidemiologi

a. Epidemiologi Deskriptif
b. Penelitian epidemiologi

31
Perbandingan gambaran umum penyakit menular dan penyakit
tidak menular

Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular


Banyak di Negara berkembang Ditemukan di Negara industri
Rantai penularan yang jelas Tidak ada rantai penularan
Perlangsungan akut Pelangsungan kronis
Etioloi organisma jelas Etiologi tidak jelas
Bersifat kausa tunggal Biasanya kausa ganda
Diagnosis mudah Diagnosis sulit
Mudah pencari penyebab sulit mencari penyebabnya
Biaya relative murah biaya mahal
Jelas mucul dipermukaan ada iceberg phenomen
Morbiditas dan mortalitasnya morbiditas dan mortalitasnya
cenderung menurun. cenderung meningkat.

Ada beberapa jenis penyakit menular, dibawah ini di contohkan 6


penyakit menular, antara lain :

Penyakit kulit
Parainfluenza
Demam Berdarah
Penyakit Kelamin
HIV/AIDS
TBC

Dibawah ini adalah beberapa penyakit tidak menular yang bersifat


kronis, yaitu :

1). Penyakit yang dapat menyebabkan kematian, yaitu :

Penyakit jantung iskemik


Kanker
CHF

32
DM
Cerebrovasculer disease
Chronic obstructive pulmonary disease
cirrhosis
2.) Penyakit yang termasuk dalam special-interest, banyak
menyebabkan masalah kesehatan tetapi frekuensinya
kurang, antara lain :
Osteoporosis
Gagal ginjal kronis
Mental retardasi
Epilepsi
Lupus erithematosus
Collitis ulcerative

3). Penyakit yang akan menjadi perhatian di masa yang


akan datang, antara lain :

Defesiensi nutrisi
Alkoholisme
Ketagihan obat
Penyakit penyakit mental
Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan
pekerjaan.

Ada berbagai macam faktor penyebab yang diamati, yaitu:

Menurut dapat tidaknya faktor risiko itu diubah:

a. Faktor Risiko tidak dapat berubah.


misalnya; faktor umur atau genetik.
b. Faktor Risiko dapat berubah.
misalnya; kebiasaan merokok atau latihan olahraga
c. Menurut kestabilan peran faktor risiko.
d. Faktor Risiko yang dicurigai.
yakni, faktor-faktor yang belum mendapat dukungan
sepenuhnya dari hasil.

33
misalnya; rokok sebagai penyebab kanker leher rahim.

e. Faktor Risiko yang telah ditegakkan.


yakni, faktor risiko yang telah mantap mendapat
dukungan ilmiah/penelitian dalam peranannya sebagai
faktor yang berperanan dalam kejadian suatu penyakit.
misalnya; rokok sebagai faktor risiko kanker paru.

Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan


tetap juga berlaku dalam Penyakit Tidak Menular (PTM). Berikut
empat tingkat upaya pencegahan:

Pencegahan Primordial

Upaya ini dimaksudkan memberi kondisi pada masyarakat


yang memungkinkan penyakit itu tidak mendapat dukungan dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Upaya pencegahan
ini sangat rancu dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak
kesehatan saja. Prakondisi harus diciptakan dengan multimitra.
Misalnya Prakondisi harus diciptakan dengan multimitra. Misalnya
menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa yakin bahwa
rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat mampu
bersikap positif terhadap bukan perokok.

Pada prinsipnya upaya pencegahan primordial adalah:

Mempertahankan gaya hidup yang sudah ada dan benar


dalam masyarakat.
Melakukan modifikasi, penyesuaian terhadap risiko yang ada
atau berlangsung dalam masyarakat.

34
Pencegahan Tingkat Pertama, yang meliputi:

Promosi Kesehatan masyarakat, misalnya:

Kemampuan kesadaran masyarakat


Promosi kesehatan
Pendidikan kesehatan masyarakat

Pencegahan Khusus, misalnya:

Pencegahan keterpaparan
Pemberian kemopreventif

Pencegahan Tingkat Kedua, yang meliputi:

Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan screening.


Pengobatan, misalnya kemoterapi atau tindakan bedah.

Pencegahan Tingkat Ketiga, yang meliputi:

Rehabilitasi, misalnya Perawatan Rumah Jompo, Perawatan


Rumah Orang Sakit.

Pencegahan Penyakit Menular

Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan


terlebih dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk
pencegahan, haruslah didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari
hasil analisi epidemiologi atau hasil pengamatan/ penelitian epidemiologis.
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum
yaitu : pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi
promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua
(secondary prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang

35
tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitas.

36

Anda mungkin juga menyukai