Disusun oleh:
Xxxxxxxxxxxxx 041614253027
Xxxxxxxxxxxxx 041614253027
Xxxxxxxxxxxxx 041614253027
Sesuai apa yang dikemukakan oleh Jurike Rau (2013) pendapatan merupakan
indikator untuk pembentukan laba, oleh karena itu pendapatan diukur secara wajar
sesuai prinsip pengakuan pendapatan untuk diterapkan guna mengukur pendapatan yang
diterima sebenarnya oleh perusahaan. Dimana pendapatan merupakan kegiatan pokok juga
merupakan komponen yang akan diperbandingkan dalam laporan keuangan dan disajikan
sesuai Standar Akuntansi Keuangan. Pendapatan juga salah satu modal kerja yang paling
likuiditas karena kejadian yang menyebabkan naiknya nilai aset mengakibatkan
pendapatan menjadi sasaran yang paling mudah untuk disalahgunakan.
Menurut Hana dan Danuse (2009), Pendapatan didefinisikan oleh Konsep Pernyataan
FASB No 6 (CON 6) - Elemen Laporan Keuangan merupakan arus masuk atau peningkatan
aset lainnya dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban dari memberikan atau
menghasilkan barang, memberikan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan entitas yang akan
berlangsung yang utama atau pusat operasi. Untuk pengakuan pendapatan dua kriteria yang
harus dipenuhi. Kriteria pengakuan pendapatan yang didefinisikan dalam Pernyataan Konsep
FASB No 5 (CON 5) - Pengakuan dan Pengukuran dalam Laporan Keuangan Usaha Bisnis.
Kriteria mensyaratkan bahwa pendapatan harus disadari atau direalisasi dan harus diperoleh.
Berkaitan dengan hal tersebut tim penyusun sepakat dengan apa yang dikemukan
Jurike Rau (2013) yang berpendapat bahwa dalam konsep pendapatan permasalahan
utamanya yaitu pada saat pengakuan dan pegukuran pendapatan. Maka pengakuan dan
pengukuran pendapatan haruslah dilakukan dengan akurat agar perusahaan mampu
menyajikan laporan keuangan secara wajar. Apabila pengakuan dan pengukuran pendapatan
tidak dilakukan secara tepat, maka kegiatan operasi perusahaan akan dipandang tidak
efektif dan efisien. Oleh karena itu pengakuan dan pengukuran pendapatan telah diatur
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 tentang Pengakuan dan Pengukuran
Pendapatan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, hal 23.5) pengakuan dalam pendapatan
diterapkan secara terpisah dari setiap transaksi. Namun pada saat-saat tertentu, diperlukan
penerapan kriteria pengakuan itu pada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara
terpisah dari transaksi tunggal, sehingga nantinya akan mencerminkan substansi dari
transaksi tersebut. Bagi tim penyusun subtansi daripada suatu transaksi yang bersifat ekonomi
dan memiliki dampak nantinya dimasa mendatang terkait aliran kas dalam perusahaan akan
diidentifikasi sebagai pendapatan. Masih sama permasalahannya yakni kapan diakui dan
seberapa besar untuk diukur?
Sesuai penerapan PSAK 23 di Indonesia, sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh
IAI: PSAK No. 23, menyatakan kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara
terpisah kepada setiap transaksi. Namun, dalam keadaan tertentu, menurut tim penyusun
merupakan suatu keperluan untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada
komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi
tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Sebaliknya, kriteria
pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi-transaksi
tersebut terkait sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti
tanpa melihat kepada rangkaian transaksi tersebut secara keseluruhan.