Anda di halaman 1dari 3

Permasalahan Pengakuan dan Pengukuran

Disusun oleh:

Mahrezaldy Creza 041614253027

Xxxxxxxxxxxxx 041614253027

Xxxxxxxxxxxxx 041614253027

Xxxxxxxxxxxxx 041614253027

Laporan keuangan dalam pengungkapannya harus memperhatikan tingkat materialitas


elemen yang dilaporkan. Salah satu bagian penting dalam laporan keuangan adalah laporan
laba rugi karena melalui laporan ini dapat dilihat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang merupakan tujuan utama perusahaan. Laporan keuangan merupakan
alat untuk menilai efektivitas dari manajemen, karena itu penyajian laporan keuangan harus
sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan yang lazim dan diterima umum.

Dalam ilmu akuntansi terdapatan beberapa pandangan mengenai pengertian


pendapatan. Vernon Kam berpendapat, bahwa pendapatan adalah kenaikan kotor dalam
jumlah atau nilai aktiva dan modal, dan biasanya kenaikan tersebut berwujud aliran kas
masuk ke unit usaha. Aliran kas masuk ini terjadi terutama akibat penciptaan melalui
produksi dan penjualan output perusahaan. FASB SFAC No.6 menekankan pengertian
pendapatan pada arus masuk penambahan lain atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian
kewajiban-kewajibannya atau kombinasi keduanya yang berasal dari penyerahan atau
produksi barang, pemberian jasa atau kegiatan-kegiatan lain yang merupakan operasi inti.

Sesuai apa yang dikemukakan oleh Jurike Rau (2013) pendapatan merupakan
indikator untuk pembentukan laba, oleh karena itu pendapatan diukur secara wajar
sesuai prinsip pengakuan pendapatan untuk diterapkan guna mengukur pendapatan yang
diterima sebenarnya oleh perusahaan. Dimana pendapatan merupakan kegiatan pokok juga
merupakan komponen yang akan diperbandingkan dalam laporan keuangan dan disajikan
sesuai Standar Akuntansi Keuangan. Pendapatan juga salah satu modal kerja yang paling
likuiditas karena kejadian yang menyebabkan naiknya nilai aset mengakibatkan
pendapatan menjadi sasaran yang paling mudah untuk disalahgunakan.

Menurut Hana dan Danuse (2009), Pendapatan didefinisikan oleh Konsep Pernyataan
FASB No 6 (CON 6) - Elemen Laporan Keuangan merupakan arus masuk atau peningkatan
aset lainnya dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban dari memberikan atau
menghasilkan barang, memberikan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan entitas yang akan
berlangsung yang utama atau pusat operasi. Untuk pengakuan pendapatan dua kriteria yang
harus dipenuhi. Kriteria pengakuan pendapatan yang didefinisikan dalam Pernyataan Konsep
FASB No 5 (CON 5) - Pengakuan dan Pengukuran dalam Laporan Keuangan Usaha Bisnis.
Kriteria mensyaratkan bahwa pendapatan harus disadari atau direalisasi dan harus diperoleh.

Menurut berbagai sumber, US GAAP pedoman pendapatan pengakuan sangat luas


dan mencakup sejumlah besar standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (FASB), Emerging Isu Task Force (EITF), the American Institute of Certified
Public Accountants (AICPA) dan the US Securities and Exchange Commission (SEC).
Pedoman cenderung sangat rinci dan sering pada spesifik industri. Sementara proyek
kodifikasi FASB telah menempatkan otoritatif US GAAP di satu tempat, itu tidak
dimaksudkan untuk mempengaruhi volume dan /atau sifat pedoman.

Berkaitan dengan hal tersebut tim penyusun sepakat dengan apa yang dikemukan
Jurike Rau (2013) yang berpendapat bahwa dalam konsep pendapatan permasalahan
utamanya yaitu pada saat pengakuan dan pegukuran pendapatan. Maka pengakuan dan
pengukuran pendapatan haruslah dilakukan dengan akurat agar perusahaan mampu
menyajikan laporan keuangan secara wajar. Apabila pengakuan dan pengukuran pendapatan
tidak dilakukan secara tepat, maka kegiatan operasi perusahaan akan dipandang tidak
efektif dan efisien. Oleh karena itu pengakuan dan pengukuran pendapatan telah diatur
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 tentang Pengakuan dan Pengukuran
Pendapatan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, hal 23.5) pengakuan dalam pendapatan
diterapkan secara terpisah dari setiap transaksi. Namun pada saat-saat tertentu, diperlukan
penerapan kriteria pengakuan itu pada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara
terpisah dari transaksi tunggal, sehingga nantinya akan mencerminkan substansi dari
transaksi tersebut. Bagi tim penyusun subtansi daripada suatu transaksi yang bersifat ekonomi
dan memiliki dampak nantinya dimasa mendatang terkait aliran kas dalam perusahaan akan
diidentifikasi sebagai pendapatan. Masih sama permasalahannya yakni kapan diakui dan
seberapa besar untuk diukur?

Sesuai penerapan PSAK 23 di Indonesia, sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh
IAI: PSAK No. 23, menyatakan kriteria pengakuan pendapatan biasanya diterapkan secara
terpisah kepada setiap transaksi. Namun, dalam keadaan tertentu, menurut tim penyusun
merupakan suatu keperluan untuk menerapkan kriteria pengakuan tersebut kepada
komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi
tunggal supaya mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Sebaliknya, kriteria
pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersama-sama bila transaksi-transaksi
tersebut terkait sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti
tanpa melihat kepada rangkaian transaksi tersebut secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai