Anda di halaman 1dari 37

BAB I

SERAT OPTIK

1.1 Konsep Dasar Kabel Serat Optik


Perkembangan yang sangat pesat akan kebutuhan jasa voice, data dan komunikasi
video telah menyebabkan dibutuhkannya sistem komunikasi dengan kapasitas yang lebih
besar dan lebih ekonomis. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem komunikasi yang
dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan penggunaan serat optik
sebagai media transmisinya. Pada serat optik, informasi yang akan ditransmisikan ;
terlebih dahulu diubah kedalam bentuk gelombang cahaya dengan frekuensi sekitar 10 14
Hz.

1.1.1 Konsep Perambatan Cahaya


Bila gelombang cahaya merambat melalui material, tidak dalam vacum, maka
kecepatannya lebih kecil dibandingkan dalam vacuum.

V = c/n (3.1)

Di mana :
n = Refractive index atau indeks bias.
V = Kecepatan rambat cahaya dalam material.

Cahaya merambat dalam suatu medium dengan 3 (tiga) cara :


1. Merambat lurus.
2. Dibiaskan.
3. Dipantulkan.

1
Gambar 3.1 Perambatan gelombang pada serat optik

Perhatikan gambar 3.1. Hukum Refleksi (pemantulan) menyatakan bahwa 1= 2,


bila 1 = 90 maka 2 = 90 berarti cahaya yang direfleksikan segaris dengan cahaya
datang. Hubungan 1 dengan 2 dapat dinyatakan dengan hukum Snellius yang
ditunjukkan pada persamaan (3.2) dan (3.3).

n2 Sin 1 = n2 Sin 2 (3.2)

Sin 1 n 2
(3.3)
Sin 2 n1

Cahaya yang bergerak dari materi dengan indek bias lebih besar (padat) ke materi
dengan indeks bias lebih kecil (tipis) maka akan bergerak menjauhi sumbu tegak lurus
(garis normal). Sudut datang lebih kecil daripada sudut bias. Cahaya yang bergerak dari
materi dengan indek bias lebih kecil (tipis) ke materi dengan indeks bias lebih besar
(padat) maka akan bergerak mendekati sumbu tegak lurus (garis normal). Sudut datang
lebih besar daripada sudut bias. Dari persamaan (3.3) didapat bahwa jika 2 = 90 , maka
Sin 2 = 1. Sehingga diperoleh persamaan (3.4):

2
n2
Sin 1 ( 3.4)
n1

Jika cahaya merambat dengan sudut datang (1) dan sudut bias (2) sebesar 90,
maka 1 disebut sudut kritis (c) yang ditunjukkan pada gambar 3.2 dan persamaannya
menjadi persamaan (3.5):

n2
Sin c (3.5)
n1

Dalam keadaan ini tidak ada cahaya yang direfraksikan bila 1 c. Bila cahaya
memasuki salah satu ujung serat optik, sebagian besar cahaya terkurung di dalam fiber
dan akan dituntun ke ujung jauh. Serat optik disebut sebagai penuntun cahaya (light
guide). Cahaya datang direflesikan saat sudut datang lebih besar dari c. Kondisi ini
disebut sebagai Total Internal Reflection, yang dapat terjadi hanya saat cahaya bergerak
dari material dengan indeks bias lebih besar ke material dengan indeks bias lebih kecil.
Cahaya tetap berada dalam serat karena dipantulkan secara total oleh permukaan sebelah
dalam serat.
Pantulan dalam total (Total Internal Reflection) dapat terjadi bila dipenuhi 2 (dua)
hal berikut :
1. Indek bias inti (n1) lebih besar dari cladding (n2)
2. Sudut masuk cahaya harus lebih besar dari sudut kritis.

Gambar 3.2 : Fenomena Sudut Kritis di dalam serat optik

3
Nilai maksimum dari sudut luar c(maks), dimana cahaya akan merambat didalam
serat, diperoleh dari persamaan (3.6). Sudut ini dinamakan sudut penerimaan atau
setengah sudut kerucut penerimaan (Numerical Aperture = NA). dimana NA adalah
Numerical Aparture, n1 adalah Indeks bias core, n2 adalah Indeks bias cladding, dan n0
adalah Indeks bias pelepasan.

n1 n2
2 2

0 maks Sin
1
(3.6)
n0

Jika n0 = 1, maka diperoleh persamaan (3.7) :

NA Sin c maks
2 2
n1 n 2 (3.7)

Dengan memutar sudut penerimaan didapat kerucut penerimaan, seperti yang


ditunjukkan pada gambar 3.3 dan perambatan cahayanya ditunjukkan pada gambar 3.4.

Gambar 3.3 Kerucut penerimaan yang diperoleh dengan memutar sudut penerimaan
terhadap sumbu serat

Gambar 3.4 Setiap cahaya yang diarahkan ke ujung serat di dalam kerucut akan diterima
dan diteruskan ke ujung jauh
3.1.2 Jenis Kabel Serat Optik

4
Cahaya dapat merambat dalam serat optik melalui sejumlah lintasan yang
berbeda. Lintasan cahaya yang berbeda-beda ini disebut mode dari suatu serat optik.
Ukuran diameter core menentukan jumlah mode yang ada dalam suatu serat optik. Serat
optik yang memiliki lebih dari satu mode disebut serat optik multimode. Serat optik yang
hanya satu mode saja disebut serat optik single mode, serat optik single mode memiliki
ukuran core yang lebih kecil.
Dari keterangan di atas didapat bahwa serat optik terbagi 3 (tiga), yaitu Step index
multimode, Graded index multimode dan Step index single mode.
1. Step index multimode
Step indeks multimode adalah serat optik yang mempunyai indeks bias core yang
konstan. Profil indeks biasnya ditunjukkan pada gambar 3.5. Ukuran core besar
(50mm) dan dilapisi cladding yang sangat tipis. Penyambungan kabel lebih mudah
karena memiliki core yang besar. Namun memiliki kelemahan yaitu mudah terjadi
dispersi, dan hanya dapat digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate
rendah.

Gambar 3.5 : Profil Indeks Bias Step Indeks Multimode

2. Graded index multimode


Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda,
indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan berangsur-angsur turun sampai ke
batas core-cladding, masing-masing memiliki kecepatan berbeda tetapi sampainya
secara bersamaan. Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehigga
rambatan cahaya membentuk gelombang seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6.
Pada serat optik jenis ini kemungkinan terjadinya dispersi sangat kecil. Harganya
lebih mahal dari serat optik step indeks karena proses pembuatannya lebih sulit.

5
Gambar 3.6 : Profil Indeks Bias Graded Indeks Multimode

3. Step index single mode


Serat optik step indeks single mode memiliki diameter core yang sangat kecil
dibandingkan ukuran claddingnya. Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja
yaitu sejajar dengan sumbu serat optik seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.7.
Serat optik ini digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi.

Gambar 3.7 : Profil Indeks Bias Step Indeks Single mode

3.1.3 Susunan Serat Optik


Susunan serat optik terdiri dari core (inti), cladding (lapisan) dan coating (jaket),
susunannya dapat dilihat pada gambar 3.8.
1. Core
Core merupakan bagian utama dari serat optik karena perambatan cahaya
sebenarnya terjadi pada bagian ini.core berfungsi untuk menentukan cahaya
merambat dari satu ujung ke ujung lainnya. Terbuat dari bahan kuarsa dengan
kualitas sangat tinggi. Memiliki diameter 10 mm ~ 50 mm. ukuran core sangat
mempengaruhi karakteristik serat optik.
2. Cladding
Merupakan selubung dari core, yang berfungsi sebagai cermin, yakni
memantulkan cahaya agar dapat merambat ke ujung lainnya. Terbuat dari bahan
gelas dengan indeks bias lebih kecil dari core. Hubungan indeks bias antara core

6
dan cladding akan mempengaruhi perambatan cahaya pada core (mempengaruhi
besarnya sudut kritis). Indek bias (n) Core selalu lebih besar daripada indek bias
Cladding (Nc > Nd)
3. Coating
Coating berfungsi sebagai pelindung mekanis sebagai pengkodean warna. Terbuat
dari bahan plastik, serta berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan.

3.7 ( a)

3.7 ( b )
Gambar 3.8 : Struktur dasar serat optik dilihat dari samping (a) dan depan (b)

3.1.4 Keuntungan dan Kerugian Serat Optik.


Setiap benda pasti mempunyai keuntungan dan kerugian. Begitu pula halnya
dengan serat optik. Adapun keuntungan dari kabel serat optik antara lain :
1. Band width lebar, sehingga informasi yang dikirim dalam satu saat lebih banyak.
2. Redaman kecil.
3. Jarak jangkau pengiriman tanpa repeater lebih jauh.
4. Kebal terhadap induksi. Tidak terpengaruh oleh kilat dan transmisi radio.
5. Keamanan rahasia informasi lebih baik. Penyadapan informasi dengan induksi atau
hubungan sederhana tidak dapat dilakukan.
6. Aman dari bahaya listrik. Tidak ada bahaya sengatan listrik, kebocoran ke tanah /
ground atau hubung singkat. Penambahan kanal / kapasitas terpasang lebih mudah.
7. Tidak ada cakap silang (Crosstalk).
8. Tidak berkarat dan lebih ekonomis.
9. Tahan temperatur tinggi.

7
10. Konsumsi daya rendah.
Selain keuntungan di atas, serat optik juga memiliki kerugian antara lain :
1. Tidak menyalurkan energi listrik, sehingga diperlukan catuan listrik dari luar untuk
mencatu sistem repeater, transmistter & receiver.
2. Perangkat sambung relatif lebih sulit, karena terbuat dari gelas silica, memerlukan
penanganan yang lebih hati-hati.
3. Perangkat terminasi lebih mahal.dan perbaikannya lebih sulit

3.1.5 Jenis Kabel Serat Optik


Berbeda dengan kabel metalik, kabel serat optik ukurannya kecil, 3 cm dan
lebih ringan sehingga instalasi kabel serat optik dapat dilakukan melalui beberapa span
secara sekaligus. Panjang kabel serat optik dalam satu haspel biasanya mencapai 2 s/d 4
km. Pada saat ini, untuk mengatasi keterbatasan kapasitas kabel tembaga, maka
pembangunan junction menggunakan kabel serat optik jenis single mode.

Ada dua jenis kabel optik, yaitu pipa longgar (Loose Tube) dan alur
1. Loose Tube
Serat optik ditempatkan di dalam Loose Tube yang terbuat dari bahan PBTP
(Polybutylene Terepthalete) dan berisi jelly. Saat ini sebuah kabel optik maksimum
mempunyai kapasitas 8 loose tube, di mana setiap loose tube berisi 12 serat optik.
Penampang kabel jenis loose tube ditunjukkan pada gambar 3.9.

Gambar 3.9 Penampang Kabel Optik Jenis Loose Tube

Fungsi dan bagian-bagian kabel optik jenis loose tube :


a. Loose tube, berbentuk tabung longgar yang terbuat dari bahan PBTP (Polybuty
leneterepthalete) yang berisi thixotropic gel dan serat optik ditempatkan
didalamnya.

8
b. Konstruksi loose tube yang berbentuk longgar tersebut mempunyai tujuan agar
serat optik dapat bebas bergerak, tidak langsung mengalami tekanan atau
gesekan yang dapat merusak serat pada saat instalasi kabel optik.
c. Thixotropic gel adalah bahan semacam jelly yang berfungsi melindungi serat
dari pengaruh mekanis dan juga untuk menahan air. Sebuah loose tube dapat
bersisi 2 sampai dengan 12 serat optik. Sebuah kabel optik dapat bersisi 6
sampai dengan 8 loose tube.
d. HDPE Sheath atau High Density Polyethylene Sheath yaitu bahan sejenis
polyethylene keras yang digunakan sebagai kulit kabel optik berfungsi sebagai
bantalan untuk melindungi serat optik dari pengaruh mekanis pada saat
instalasi.
e. Alumunium tape atau lapisan alumunium ditempatkan diantara kulit kabel dan
water blocking berfungsi sebagai konduktivitas elektris dan melindungi kabel
dari pengaruh mekanis.
f. Flooding gel adalah bahan campuran petroleum, synthetic dan silicon yang
mempunyai sifat anti air. Flooding gel merupakan bahan pengisi yang
digunakan pada kabel optik agar kabel menjadi padat.
g. PE Sheath adalah bahan polyethylene yang menutupi bagian central strength
member.
h. Central strength member adalah bagian penguat yang terletak ditengah-tengah
kabel optik. Central Strength Member dapat merupakan: pilinan kawat baja,
atau Solid Steel Core atau Glass Reinforced Plastic. Central Strength member
mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi yang diperlukan pada saat instalasi.
i. Peripheral Strain Elements terbuat dari bahan polyramid yang merupakan
elemen pelengkap optik yang diperlukan untuk menambah kekuatan kabel
optik. Polyramid mempunyai kekuatan tarik tinggi.

2. ALUR (Slot)
Serat optik ditempatkan pada alur (slot) di dalam silinder yang terbuat dari bahan
PE (Polyethyiene), untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 3.10. Pada saat di Jepang
telah dibuat kabel jenis slot dengan kapasitas 1.000 serat dan 3.000 serat.

9
Gambar 3.10 Penampang Kabel Optik Jenis Slot

Fungsi dan bagian-bagian kabel optik jenis slot:


a. Kulit kabel, terbuat dari bahan sejenis polyethylene keras, berfungsi sebagai
bantalan untuk melindungi serat optik dari pengaruh mekanis saat instalasi.
b. Aluran (slot) terbuat dari bahan polyethylene berfungsi untuk menempatkan
sejumlah serat. Untuk kabel optik jenis slot dengan kapasitas 1000 serat,
diperlukan 13 aluran (slot) dan 1slot berisi 10 fiber ribbons. 1 fiber ribon berisi
8 serat.
c. Central strength member adalah bagian penguat yang terletak ditengahtengah
kabel optik. Central strength member terbuat dari pilinan kawat baja yang
mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi yang diperlukan pada saat instalasi.

3.1.6 Hal- hal yang menyebabkan terganggunya kinerja serat optik


Kinerja dari serat optik dapat dipengaruhi oleh faktor faktor berikut :
1. Fibre Bending (tekukan Serat)
Tekukan serat yang berlebihan (terlalu kecil) dapat mengakibatkan bertambahnya
optical loss.
2. Cable Bending (tekukan Kabel)
Tekukan kabel pada saat instalasi harus di jaga agar tidak terlalu kecil, karena hal
ini dapat memerusak serat sehingga menambah optical loss.
3. Tensile Strength
Tensile strength yang berlebihan dapat merusakan kabel atau serat.

10
4. Impact
Impact adalah beban dengan berat tertentu yang dijatuhkan dan mengenai kabel
optik. Berat beban yang berlebihan dapat mengakibatkan serat retak / patah,
sehingga dapat menaikkan optical loss.
5. Crush
Crush atau tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan serat retak / patah,
sehingga dapat menaikkan optical loss.
6. Cable Torsion
Torsi yang diberian kepada kabel dapat merusak selubung kabel dan serat

3.1.7 Kode Warna Pada Serat Optik


Kabel serat optik menggunakan kode warna untuk proses penyambungan. Kode
ini terdiri dari kode warna serat (tabel 3.1), dan kode warna tabung (tabel 3.2).

Tabel 3.1 Kode Warna Serat


NO Warna Serat
1 Biru
2 Oranye
3 Hijau
4 Coklat
5 Abu abu
6 Putih
7 Merah
8 Hitam
9 Kuning
10 Ungu
11 Pink
12 Turquoise

11
Tabel 3.2 Kode Warna Tabung
NO Warna Serat
1 Biru
2 Oranye
3 Hijau
4 Coklat
5 Abu abu
6 Putih
7 Merah
8 Hitam

3.1.8 Windows dalam Transmisi Optik


Pemilihan panjang gelombang cahaya yang digunakan pada transmisi optik
dimaksudkan untuk mendapatkan redaman yang paling kecil. Terdapat tiga panjang
gelombang cahaya yang menimbulkan redaman paling kecil (3 windows), yaitu :
1. Panjang gelombang cahaya sebesar 1310 nm, Panjang gelombang ini biasanya
dipakai untuk layanan NarrowBand.
2. Panjang gelombang cahaya sebesar 1550 nm, Panjang gelombang ini biasanya
dipakai untuk layanan BroadBand.
3. Panjang gelombang cahaya sebesar 850 nm, Panjang gelombang ini biasanya
dipakai untuk pengukuran.

3.2 Rugi Rugi Pada Serat Optik


Gambar 3.11 menggambarkan rugi-rugi yang terjadi pada serat optik. Secara garis
besar rugi-rugi yang terjadi diakibatkan oleh faktor intrinsik (dari serat itu sendiri) dan
dapat juga terjadi karena kabel optik yang diinstalasi.

12
Gambar 3.11 : Rugi rugi yang terjadi pada serat optik

3.2.1 Rugi-rugi karena faktor intrinsik :


Rugi rugi karena faktor intrinsik dapat berupa penghamburan (scaterring loss) dan
penyerapan (absorption loss).
1. Penghamburan
Disebabkan karena adanya facet - facet yang memantulkan dan membiaskan cahaya.
Penghamburan dapat disebabkan karena Rayleigh scattering, Microbending dan mode
coupling
a. Rayleigh scattering
Rayleigh scattering terjadi pada seluruh serat yang diakibatkan karena struktur
gelas yang tidak rata, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.12. Struktur ini
memindahkan sebagian dari berkas cahaya yang seharusnya merambat langsung
melalui serat optik

Gambar 3.12 Rugi rugi karena Rayleigh scattering

b. Microbending loss
Microbending loss diakibatkan oleh tidak homogennya core serat optik yang
terjadi pada saat pembuatan serat. Hal itu dapat dilihat pada gambar 3.13.

13
Gambar 3.13 Rugi rugi karena mikrobending

c. Mode coupling
Gambar 3.14 menunjukkan proses mode coupling. Hal ini terjadi bila sudut sebuah
mode yang direfleksikan berubah karena perubahan diameter inti, pada kasus ini
beberapa mode menyatu (couple). Mode coupling juga terjadi pada sambungan
serat (connection & splices) bila ujung serat disatukan.

Gambar 3.14 Rugi rugi karena mode kopling

2. Penyerapan (absorption loss)


Rugi-rugi akibat penyerapan dibedakan menjadi dua macam, yaitu serapan intriksik
yang merupakan sifat alamiah kaca atau gelas, dan serapan ekstrinsik yaitu karena
adanya ketidakmurnian dalam serat. Rugi-rugi ini terutama disebabkan karena adanya
molekul-molekul air dalam inti gelas seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.16.

Gambar 3.16 Rugi rugi karena penyerapan

14
3.2.2 Rugi-rugi karena instalasi :
Rugi rugi karena instalasi terdiri dari rugi rugi penyambungan, pantulan
fressnell dan bengkokan (macro bending)
1. Rugi-rugi penyambungan
Cara penyambungan ada 3 (tiga) macam yaitu busur api, mekanis dan konektor. Rugi
rugi ini terjadi akibat sambungan pada core serat optik yang satu dengan yang lain.
Redaman terjadi karena goresan maupun debu yang ada pada permukaan core serat
optik yang akan disambung. Masalah yang sering terjadi adalah karena kesalahan
sambungan maupun putusnya sambungan.

2. Rugi rugi karena pantulan Fressnell


Terjadi bila cahaya melewati antara dua buah material dengan indeks bias yang
berbeda. Cahaya yang jatuh tegak lurus pada sebuah permukaan tidak dapat
seluruhnya, melampaui permukaan tersebut, sebagian cahaya akan direfleksikan,
seperti pada gambar 3.17. Rumus rugi rugi Fressnell dapat dilihat pada persamaaan
(3.6) :

2
n 1
r (3.6)
n 1

Gambar 3.17 Rugi - rugi karena pantulan Fressnell

3. Rugi rugi karena bengkokan


Rugi rugi ini terjadi karena pengaruh dari luar yang mengakibatkan kondisi core
tidak seperti biasa (mengalami pembengkokan)

3.3 Dispersi

15
Dispersi dapat didefinisikan sebagai lebar pulsa cahaya output yang dihasilkan
oleh sebuah pulsa input ideal dengan lebar mendekati nol. Dalam praktis: pulsa input =
tp1, pulsa output = tp2 dan Dispersi = Dt, didefinisikan sebagai persamaan (3.7). Dispersi
diukur dalam waktu : nano detik (10-9), atau pico detik (10-12).

2
t tp 2 tp1
2
1
2 (3.7)

Pulsa cahaya yang dikirim diinginkan diterima dalam keadaan utuh seperti gambar 3.17.

Gambar 3.17 Pengiriman Pulsa Cahaya Dalam Serat Optik

Bila loss terlalu besar sehingga A kecil dan tidak dapat dideteksi, diperlukan
pengulang (repeater) seperti ditunjukkan pada gambar 3.18.

Gambar 3.18 Pengiriman Pulsa Cahaya Dalam Serat Optik dengan Repeater

Pulsa-pulsa yang melebar dapat menyatu dengan pulsa yang terdahulu dan
berikutnya. Pulsa-pulsa dapat dipisahkan dengan menjauhkan satu dari yang lain pada
pemancar, mengurangi laju bit maksimum Pada laju bit yang tinggi, panjang maksimum
yang semula dibatasi oleh pengaruh dispersi. Pulsa cahaya yang dikirim ke dalam serat
optik akan mengalami pelebaran.

Dispersi pada serat optik terdiri dari dispersi intramode dan dispersi intermode

16
1. Dispersi intramode
Terjadi karena banyaknya mode dalam sebuah serat seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.19, waktu tempuh masing-masing mode berbeda. Pulsa yang diterima
adalah penjumlahan dari pulsa-pulsa mode, dimana masing-masing diperlambat
dengan waktu yang berbeda yang menyebabkan adanya delay propagasi
Keterlambatan total yang terpendek adalah yang merambat lurus. Dispersi ini sangat
berpengaruh pada serat multi mode.

Gambar 3.19 Dispersi antar mode

2. Dispersi intermode
Disebabkan karena cahaya yang masuk kedalam serat terdiri dari beberapa panjang
gelombang. Dispersi ini berhubungan lebar spektrum panjang gelombang. Dispersi ini
umumnya diberikan dalam bentuk ps/km.nm. Pada serat optik single mode, dispersi
ini yang berpengaruh.

3.3.1 Fungsi Elemen Sistem Komunikasi Serat Optik


Pada komunikasi serat optik sinyal yang digunakan dalam bentuk sinyal digital,
sedangkan penyaluran sinyal melalui serat optik dalam bentuk pulsa cahaya. Pulsa cahaya
didapat dari memodulasi sinyal informasi dalam bentuk digital dalam suatu komponen
Sumber Optik, proses ini terjadi pada arah kirim. Sedangkan pada arah terima melalui
Detektor Optik, pulsa cahaya diubah kembali dalam bentuk sinyal digital.

3.4 Sistem Transmisi

17
Fungsinya untuk menyalurkan informasi (suara, gambar, data) antar titik yang
terdapat pada jaringan telekomunikasi. Menurut jenisnya sistem transmisi terdiri dari
transmisi fisik dan non fisik. Dan berdasarkan aplikasinya sistem sistem transmisi terdiri
dari jaringan akses, junction (MEA) dan trunk. Alternatif teknologi transmisi pada sistem
komunikasi serat optik ada 3 (tiga) macam yaitu SDM, WDM dan TCM.
1. SDM (Space Division Multiplexing)
Suatu sistem transmisi pada sistem JARLOKAF dimana sinyal kirim dan sinyal
terima dikirim melalui serat optik yang berbeda. Panjang gelombang yang
digunakan adalah 1310 nm untuk sinyal kirim dan sinyal terima. Jumlah serat optik
yang digunakan 2 (dua) buah seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.20.

Gambar 3.20 Transmisi SDM

2. WDM (Wave Division Multiplexing)


Suatu sistem transmisi pada sistem jarlokaf dimana sinyal kirim dan sinyal terima
dikirim pada saat yang bersamaan tapi menggunakan panjang gelombang yang
berbeda dan menggunakan serat optik yang sama. Panjang gelombang yang
digunakan adalah 1550 nm sinyal kirim dan 1310 nm sinyal terima dan ada juga
yang menggunakan panjang gelombang 1310/1550 + x nm untuk sinyal kirim dan
1310/1550 -x nm untuk sinyal terima. Jumlah serat optik yang digunakan sebanyak
1 (satu) buah seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.21.

Gambar 3.21 Transmisi WDM

3. TCM (Time Compression Multiplexing)

18
Suatu sistem transmisi pada sistem JARLOKAF dimana sinyal kirim dan sinyal
terima dikirim pada saat yang berbeda dan secara bergantian. Panjang gelombang
yang digunakan adalah 1310 nm untuk sinyal kirim dan sinyal terima. Jumlah serat
optik yang digunakan 1 (satu) buah seperti pada gambar 3.22.

Gambar 3.22 Transmisi TCM

Komposisi dasar pada komunikasi serat optik dapat dilihat pada gambar 3.23.

Gambar 3.23 Komposisi dasar sistem komunikasi serat optik

Keterangan :
LED : Light Emitting Diode
LASER : Light Amplification by Stimulation Emission of Radiation
PIN : Positive Intrinsic Negative
APD : Avalanche Photo Diode

3.5 Sumber Optik


Sumber optik pada sistim transmisi serat optik berfungsi sebagai pengubah
besaran sinyal listrik / elektris menjadi sinyal cahaya (E/O converter). Tedapat dua jenis
sumber optik yaitu LED dan diode laser. Pemilihan dari sumber cahaya yang akan

19
digunakan bergantung pada bit rate data yang akan ditransmisikan dan pertimbangan
ekonomi (harga dari sumber optik).

1. LED (Light Emitting Diode)


LED merupakan diode semikonduktor yang memancarkan cahaya karena
mekanisme emisi spontan. Terdapat dua jenis LED yaitu Surface Emitting LED dan Edge
Emitting LED,
edge emitting led memiliki efisiensi kopling ke serat yang lebih tinggi. LED mengubah
besaran arus menjadi besaran intensitas cahaya dan karakteristik arus/daya pancar optik
memiliki fungsi yang linear. Cahaya yang dipancarkan LED bersifat tidak koheren yang
akan menyebabkan dispersi chromatic sehingga LED hanya cocok untuk transmisi data
dengan bit rate rendah sampai sedang. Daya keluaran optik LED adalah -33 dBm s/d -10
dBm. LED memiliki lebar spektral (spectral width) 30-50 nm pada panjang gelombang
850 nm dan 50-150 nm pada panjang gelombang 1300 nm.

2. Diode LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation)


Diode laser merupakan diode semikonduktor yang memancarkan cahaya karena
mekanisme pancaran/ emisi terstimulasi (stimulated emmision). Cahaya yang dipancarkan
oleh diode laser bersifat koheren. Diode laser memiliki lebar spektral yang lebih sempit
(s/d 1 nm) jika dibandingkan dengan LED sehingga dispersi chromatic dapat ditekan.
Diode laser diterapkan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi. Daya keluaran optik
dari diode laser adalah -12 s/d + 3 dBm. Karakteristik arus kemudi daya optik diode laser
tidak linear. Kinerja (keluaran daya optik, panjang gelombang, umur) dari diode laser
sangat dipengaruhi oleh temperatur operasi.

3.6 Detektor Optik / Photodetector


Photodetector berfungsi mengubah variasi intensitas optik/ cahaya menjadi variasi
arus listrik. Karena perangkat ini berada di ujung depan dari penerima optik maka
photodetector harus memiliki kinerja yang tinggi. Persyaratan kinerja yang harus dipenuhi
oleh photo diode meliputi :
a. Memiliki sensitivitas tinggi,

20
b. Memiliki lebar-bidang atau kecepatan response/tanggapan yang cukup untuk
mengakomodasi bit rate data yang diterima.
c. Hanya memberikan noise tambahan minimum
d. Tidak peka terhadap perubahan suhu.

Pada sistim transmisi serat optik digunakan dua jenis photodetector yaitu :
a. Diode PIN/ FET (Positive Intrinsic Negative/ Field Effect Transistor)
b. APD (Avalanche Photo-Diode).

Photodiode dioperasikan pada prategangan balik. Cahaya yang diterima akan


diubah menjadi arus listrik, pada tahanan RL arus tersebut diubah menjadi besaran
tegangan . Perhatikan gambar 3.24. Perbandingan arus yang dihasilkan photodetector
terhadap daya optical yang diterima disebut sensitivitas optik dan dinyatakan dalam
satuan A/W. Sensitivitas suatu photodetector sangat bergantung pada panjang gelombang
operasi dan bahan photodetector.

Gambar 3.24 Rangkaian Photo Dioda

3.7 Penyambungan Kabel Serat Optik


Penyambungan pada serat optik dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya :
1. Penyambungan secara fusion (peleburan)
2. Penyambungan secara Heat shrink (panas kerut)
3. Penyambungan secara mekanik
4. Penyambungan dengan connector

21
Syarat yang harus dipenuhi dalam pemilihan sarana sambung kabel diantaranya,
harus mampu melindungi serat dari gangguan alam dan mekanis seperti air, getaran,
panas, tension, reaksi kimia, dan bending / tekukan.
Urutan pelaksanaan penyambungan serat optik adalah sebagai berikut :
a. Kupas kulit kabel menggunakan Lupsheat Cutter, panjang kupasan sesuaikan dengan
jenis penyambungan yang dipakai seperti gambar berikut :

Gambar 3.25 Pengupasan kabel serat optik

b. Ambil salah satu ujung serat optik kemudian kupas pelindung serat optik
(secondary coating) tersebut dengan fiber stripper, panjang ujung serat optik yang
dikupas 4 cm seperti pada gambar 3.26.

Gambar 3.26 Pengupasan fiber coating

c. Ambil salah satu ujung serat optik kemudian pasang sleeve protector.
d. Bersihkan ujung serat optik tersebut (untuk menghilangkan primary coating)
dengan tissue yang telah dibasahi dengan alkohol 90%.
e. Potong ujung serat optik tersebut dengan Fiber cutter/ Fiber cleaver.
Bila hasil potongan maupun pembersihan berhasil baik maka proses
penyambungan dapat dilaksanakan, namun bila hasil potongan dan/ atau
pembersihan tidak baik maka proses diatas harus diulang. Laksanakan
pemotongan dan pembersihan pada ujung serat optik dari kabel pasangannya
kemudian sambungkan, jangan lupa untuk memasukan selonsong sambung pada
salah satu serat sebelum penyambungan serat tersebut. Pemotongan dan

22
pembersihan dilaksanakan satu persatu setelah fiber sebelumnya disambungkan,
perhatikan kode warna dari masing-masing serat optik jangan sampai tertukar.
f. Gambar 3.27 adalah gambar alat penyambung serat optik yang disebut fusion
splicer. Untuk fusion splicer yang berjalan otomatis bila hasil pemotongan baik
maka tidak memunculkan message error pada layar monitor.

Gambar 3.27 Fusion Splicer

g. Lakukan penyambungan pada Fusion Splicer.


h. Bila penyambungan berhasil dengan baik periksa redaman yang terjadi pada
sambungan tersebut (batasan redaman adalah 0,2 dB/ splice), bila hasil ukuran
melebihi batas redaman maka penyambungan diulang
i. Kegiatan selanjutnya adalah pemasangan selongsong serat (fiber sleeve) yang
maksudnya untuk melindungi hasil sambungan dari pengaruh uap air dan mekanik
karena serat optik telah mengalami degradasi pada saat penyambungan dan sebagai
pengganti lapisan pelindung serat pada bagian yang telah dikupas. Gambar dari
selongsong serat optik dapat dilihat pada gambar 3.28. Sistim heat shrink tube
paling populer untuk pelaksaan pemasangan selongsong pelindung serat.

23
Gambar 3.28 Selonsong serat optik

j. Pemasangan Closure. Closure (selongsong sambung kabel) dipakai untuk menutup


hasil sambungan, banyak closure/sarana sambung kabel yang dapat digunakan salah
satu. contoh diantaranya adalah type J 311 (FEC) buatan Furukawa Jepang.

24
BAB IV

JARINGAN LOKAL AKSES FIBER

4.1 Umum
Gambar 4.1 menunjukkan jaringan akses, yaitu jaringan transmisi yang
menghubungkan antara terminal pelanggan (UNI/ User Network Interface) dan sentral
lokal (SNI/ Service Network Interface).
Dalam komunikasi dikenal ada 3 jenis jaringan akses :
1. Jaringan Lokal Akses Tembaga ( Jarlokat )
2. Jaringan Lokal Akses Fiber ( Jarlokaf )
3. Jaringan Lokal Akses Radio ( Jarlokar )

JARINGAN AKSES :
POTS
JARLOKAT
JARLOKAF
JARLOKAR

EXCHANGE ISDN

TMN
DATA

Gambar 4.1 Jaringan Akses

Jarlokaf adalah jaringan transmisi yang menghubungkan sentral lokal ke arah


terminal pelanggan dengan menggunakan media transmisi serat optik.
Latar belakang digunakannya jarlokaf adalah karena beberapa alasan berikut :
a. Perkembangan kebutuhan dan harapan pelanggan, baik dari sisi jaringan, kuantitas
saluran maupun ragam jasa.
b. Perkembangan teknologi telekomunikasi yang menuju jaringan digital dan
broadband
c. Konvergensi teknologi komputer, telekomunikasi dan broadcast
d. Perkembangan kebijakan pemerintah dan operator telekomunikasi

25
4.2 Jenis layanan Jarlokaf
Klasifikasi layanan jarlokaf berdasarkan lebar pita adalah jasa pita sempit (narrow
band) dan jasa pita lebar (broadband). Sedangkan berdasarkan sifat interaksi
komunikasi,layanannya terdiri dari jasa ritrif (memungkin untuk mengambil data/
informasi), interaktif (bersifat dua arah) dan distributif (broadcasting)
Contoh-contoh layanan yang dapat didukung oleh jarlokaf antara lain :
1. POTS (Plain Old Telephony Service)
2. ISDN Basic Rate Access (BRA)
3. ISDN Primary rate access (PRA)
4. 2,048 Mbit/s digital leased line
5. 64 kbit/s digital leased line
6. n x 64 Kbit/s digital leased line
7. 2 W/4W analog leased line

Selain service tersebut di atas jarlokaf dapat juga mensuport layanan broadcast dan
layanan interactif secara simultan yaitu CATV dan VOD (Video on Demand)

4. 3 Interface dengan sentral lokal


Interface dengan sentral lokal (Interkoneksi Local Exchange (LE) ke jarlokaf )
dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya memakai Channel Bank, Interface
V5.x, Interface V5.1 dan Interface V5.2.
a. Channel bank
Channel bank keluar di sisi sentral pada tingkat kanal, keluarannya bersifat analog dan
interface ini masih menggunakan MDF (strook vertical)
b. Interface V5.x
Interface ini merupakan standard interface ETSI, yang menghubungkan jaringan akses
(AN) dengan Sentral Lokal (LE), untuk lebih jelasnya perhaikan gambar 4.2. Bersifat
open interface (memungkinkan AN dari vendor mana saja dapat berhubungan dengan
LE mana saja). Interface V5.1 berdasarkan prinsip multiplex static dan interface
interface V5.2 berdasarkan multiplex dinamik dan konsetrator.

26
2 Mbps

JARINGAN POTS

AKSES
EXCHANGE V5.x ISDN

Qan
Qle
DATA

Gambar 4.2 Konfigurasi Interface V5.X

c. Interface V5.1
Pada interface ini setiap link menggunakan 2 Mb/s. Satu link V5.1 dapat melayani 30
pelanggan biasa atau 15 ISDN, mempunyai alokasi kanal tetap (fixed channel
alocation) dan pensinyalan pada time slot 15, 16, 31 pada kondisi normal
menggunakan TS 16.
d. Interface V5.2
Interface ini menggunakan multi link sampai dengan 16 link 2048 Kb/s. Didukung
fungsi konsetrator pada AN, sehingga lebih banyak pelanggan yang dapat dihubungi.
Interface ini juga dapat mendukung aplikasi POTS, ISDN BRA dan ISDN PRA
berhubungan dengan LE mana saja), Memiliki sistem proteksi dan Dynamic channel
allocation

4.4 Topologi Jaringan


Topologi Jaringan Lokal Akses Fiber meliputi :
1. Single Star (Point-to-point)
Jarlokaf yang memiliki satu buah titik star kabel yaitu pada perangkat Jarlokaf disisi
sentral.
2. Multiple star
Jarlokaf yang memiliki lebih dari satu buah titik star kabel serat optik (P to P dan P to
M)
3. Ring
Jarlokaf yang membentuk jaringan melingkar, hal itu berguna untuk meningkatkan
keandalan jaringan dan proteksi terhadap point to point link..

27
4.5 Modus Aplikasi jarlokaf
Sistem jarlokaf minimum terdiri dari satu perangkat optoelektronik di sisi sentral
dan satu perangkat opto-elektronik di sisi pelanggan Lokasi perangkat opto-elektronik di
sisi pelanggan disebut Titik Konversi Optik (TKO).
Jenis modus aplikasi jarlokaf ditentukan oleh lokasi/penempatan TKO.
1. Fiber To The Building (FTTB)
TKO terletak didalam gedung, biasanya ditempatkan di basement, Terminal pelanggan
terhubung ke TKO lewat kabel tembaga indoor (IKR). Modus aplikasi tersebut
ditunjukkan pada gambar 4.3 berikut.

Gambar 4.3 Arsitektur FTTB

2. Fiber To The Zone (FTTZ)


Gambar 4.4 menunjukkan Arsitektur FTTZ. TKO ditempatkan diluar bangunan
(outdoor) baik didalam kabinet atau di manhole. Terminal pelanggan terhubung ke
TKO lewat kabel tembaga hingga 1 ~ 3 km, FTTZ dapat dianalogikan sebagai
pengganti RK (Rumah Kabel).

Gambar 4.4 Arsitektur FTTZ

28
3. Fiber To The Curb (FTTC)
Gambar 4.5 menunjukkan gambar arsitektur FTTC. TKO ditempatkan diluar
bangunan baik didalam kabinet, di atas tiang atau di dalam manhole. Terminal
pelanggan terhubung ke TKO lewat kabel tembaga antara 0,2 ~ 0,5 Km. FTTC dapat
dianalogikan sebagai pengganti KP (Kotak Pembagi).

Gambar 4.5 Arsitektur FTTC

4. Fiber To The Home (FTTH)


Gambar 4.6 menunjukkan gambar arsitektur FTTH. TKO ditempatkan di rumah
pelanggan. Terminal pelanggan terhubung ke TKO lewat kabel tembaga indoor (IKR)
hingga beberapa puluh meter. FTTH dapat dianalogikan sebagai pengganti terminal
block. (Gambar 4.6)

Gambar 4.6 Arsitektur FTTH

4. 6 Teknologi yang digunakan pada jarlokaf


Teknologi yang digunakan pada jarlokaf antara lain DLC (Digital Loop Carrier),
PON (Passive Optical Network), Active Optical Network (AON) dan kombinasi RING
SDH, DLC, dan PON. Berikut akan dijelaskan dua dari keempat teknologi tersebut.

29
1. PON (Passive Optical Network)
Merupakan sistem jarlokaf yang memiliki topologi jaringan point to multipoint
(Multiple star). Untuk membentuk jaringan point-to-multipoint digunakan komponen
pencabang pasif (passive splitter). Diterapkan untuk pelanggan dalam cluster-cluster yang
berukuran kecil (4 ~ 120). Jaringan optik PON dapat digunakan bersama-
sama/diintegrasikan untuk jaringan distribusi/ broadcast (CATV). Konfigurasinya dapat
digambarkan seperti pada gambar 4.7.

subscriber

Gambar 4.7 Konvigurasi umum PON

Keterangan :
LE = Local Exchange
OLT = Optical Line Terminal
ONU = Optical Network Unit
PON = Passive Optical Network
AON = Active Optical Network
PS = Passive Splitter
AS = Active Splitter

Fungsi Bagian Penyusun PON (mengacu PPJT-KAF ver1.0), yaitu OLT (Optical
Line Terminal), ODN ( Optical Distribution Network), PS (Passive Splitter) dan ONU
(Optical Network Unit).
a. OLT
Berfungsi untuk interfacing dengan sentral lokal, multiplexing/demultiplexing,
Cross-connect & Controller, Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE).

30
b. ODN
Berfungsi untuk transport dan distribusi data dari OLT ke ONU.
c. Passive Splitter
Berfungsi untuk :mendistribusikan daya optik ke semua cabang.
d. ONU
Berfungsi untuk interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE),
Multiplexing/Demultiplexing, Interfacing dengan terminal pelanggan.

2. DLC (Digital Loop Carrier)


Sistem DLC banyak digunakan bagi pelanggan yang terkonsentrasi disuatu tempat.
Pemilihan sistem DLC disesuaikan dengan perkiraan kebutuhan pelanggan dan
perkembangan investasi. Konfigurasi umumnya dapat dilihat pada gambar 4.8. Jenis
layanan DLC : POTS, Leased line, ISDN, payphone. Contoh perangkat yang ada :
HDC-1000, ST-280, DCS-20, Fastlink.

Gambar 4.8 Konvigurasi umum DLC

Keterangan :
LE = Local Exchange
CT = Central Terminal
RT = Remote Terminal

Pada umumnya DLC berkonfigurasi point to point (Single star), menggunakan


teknologi PDH, terdiri 2 (dua) perangkat utama yaitu Central Terminal (CT) dan Remote
Terminal (RT).

31
1. CT (Central terminal) di sisi sentral
Fungsi CT adalah Interfacing dengan sentral lokal, multiplexer/demultiplexer,
crossconnect dan controller, interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE)
2. RT (Remote Terminal) di sisi pelanggan
Fungsi RT adalah interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE),
multiplexer/demultiplexer, interfacing dengan pelanggan

DLC pada umumnya digunakan untuk pelanggan yang terkonsentrasi atau untuk
gedung bertingkat (high rise building). Ada beberapa jenis perangkat DLC yang
digunakan PT.TELKOM. Diantaranya adalah DLC COMLINE, DLC Taylin, DLC ZTE,
DLC AMAS LAG 1900, DLC Fastlink.
1. DLC COMLINE
Bentuk dari perangkat dan rak modul DLC comline dapat dilihat masing masing pad
gambar 4.9 dan gambar 4.10. Perangkat DLC Comline terdiri dari beberapa modul
utama, diantaranya :
a. R-PSU, yaitu modul yang berfungsi sebagai power supply
b. RI-POTS, adalah modul pelanggan biasa dengan kapasitas 6 pelanggan tiap
modulnya.
c. RIA-POTS, adalah modul pelanggan wartel dengan kapasitas 6 pelanggan tiap
modulnya.
d. Modul E1, untuk proses transmisi dari sentral ke Remote.
e. CPU, merupakan modul yang berfungsi mengatur kerja modul modul yang ada
di perangkat.
f. CBA, sebagai pengatur tegangan pada tiap tingkatan raknya.

32
Gambar 4. 9 Perangkat DLC Comline

Gambar 4.10 Rak Modul Perangkat DLC Comline

2. DLC Taylin
Seperti halnya DLC Comline, modul DLC Taylin juga disusun dalam rak modul
seperti pada gambar 4.11. Modul - modul pada DLC Taylin diantaranya :

33
a. LC51, sebagai modul pelanggan biasa yang berkapasitas 6 pelanggan tiap
modulnya.
b. LC58A, Sebagai Modul pelanggan Wartel, juga berkapasitas 6 pelanggan tiap
modulnya.
c. CP01, berfungsi mengontrol modul modul lain.
d. PS53, berfungsi sebagai Power Supply.

4.11 Rak Modul DLC Taylin

3. DLC ZTE
Perbedaan perangkat DLC ZTE dengan perangkat DLC sebelumnya adalah
kapasitas dari modul pelangganya. Beberapa modul yang digunakan pada perangkat
remote DLC ZTE diantaranya :
a. ALC, yaitu modul pelanggan biasa yang berkapasitas 32 pelanggan tiap
modulnya.
b. RALC, yaitu modul pelanggan wartel yang berkapasitas 16 pelanggan tiap
modulnya.
c. TPU, merupakan modul yang mengatur hubungan remote ke STO.
d. TSLC, merupakan modul supervisory, yaitu untuk pemantauan jarak jauh kinerja
perangkat melalui komputer.
Gambar dari rak modul pada DLC ZTE dapat dilihat pada gambar 4.12 berikut.

34
Gambar 4.12 Rak Modul DLC ZTE

4. DLC AMAS LAG 1900


Modul modul yang dipakai pada perangkat remote DLC juga disusun dalam rak
modul seperti pada gambar 4.13. Modul pada perangkat DLC jenis ini diantaranya :
a. DTP, mengatur modul modul yang ada di perangkat.
b. LPZ 100E, merupakan modul pelanggan dengan kapasitas 32 pelanggan tiap
modulnya.
c. LPZ 640, merupakan modul pelanggan dengan kapasitas 64 pelanggan tiap
modulnya.
d. LPZ 100B, merupakan modul pelanggan wartel atau telepon umum dengan
kapasitas 24 pelanggan tiap modulnya.
e. RGU 510 ( Ringing Generator Unit )
f. TAP 101 ( Test Application Pack )
g. PFU 503 ( Power Filter Unit )

35
Gambar 4.13 Rak Modul DLC AMAS

5. DLC Fastlink
Perangkat DLC ini merupakan keluaran dari SIEMENS, sehingga dikenal juga
dengan DLC Siemens. DLC ini baru 1 yang digunakan di Medan, yaitu di perangkat DLC
Medan Fair Plaza. Gambar dari Rak modulnya dapat dilihat pada gambar 4.14 berikut:

Gambar 4.14 Rak Modul DLC Fastlink

36
Gambar 5.1 Pemasangan core serat optik pada closure oleh petugas Telkom

DAFTAR PUSTAKA

1. Keiser, Gerd, Optical fiber Communication, McGraw-Hill International Edition,


Singapore, 2000.
2. Suherman, ST, Teknik Jaringan Telekomunikasi, bagian I, Politeknik Caltex Riau,
2003.
3. .., MODUL DASAR PENYAMBUNGAN KABEL SERAT OPTIK,
Divlat PT. Telekomunikasi Indonesia, 2004.
4. ......, MODUL KONSEP DASAR KABEL SERAT OPTIK, Divlat PT.
Telekomunikasi Indonesia, 2004.

37

Anda mungkin juga menyukai