Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KHUSUS KERJA PRAKTEK

EVALUASI JUMLAH CO2 AKTUAL PADA HASIL ATAS HIGH


PRESSURE DECOMPOSER (HPD) DIBANDINGKAN DENGAN DATA
DESAIN

Disusun oleh :

Rakhmat Adiwijaya (21030113130181)

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam proses pembuatan urea terdapat unit purifikasi, yang mana


hasil keluaran reaktor yang mengandung sekitar 36% urea diproses untuk
dimurnikan dan ditingkatkan konsentrasinya. Proses pemurnian atau
purifikasi dilakukan oleh 3 alat utama yaitu High Pressure Decomposer
(HPD), Low Pressure Decomposer (LPD), dan gas separator.

Alat High pressure Decomposer memiliki 3 bagian yaitu bagian atas


yang merupakan flashing section, bagian tengah merupakan stripping section,
dan bagian bawah yang merupakan falling film heater. Tiga bagian ini secara
umum berfungsi untuk melakukan proses pemurnian komponen urea dari
komponen lain yang memiliki titik didih rendah, serta mendekomposisi
kandungan amonium karbamat

Hasil bawah HPD merupakan larutan dengan komposisi urea tinggi


yang akan masuk ke LPD. Sedangkan, hasil atas HPD yang merupakan gas
dengan mengandung amonia, CO2, dan sedikit air akan masuk ke alat HPAC
untuk di-recovery. Analisa jumlah CO2 pada hasil atas HPD perlu dilakukan
untuk mengevaluasi kinerja alat HPD dan untuk mengetahui beban recovery
pada alat HPAC/HPA.

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui jumlah CO2 dari
alat High Pressure Decomposer yang harus di-recovery pada alat High
Pressure Absorber secara aktual menggunakan persamaan neraca massa,
kamudian membandingkannya dengan data design.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 High Pressure Decomposer (HPD)

Gambar 2.1 High Pressure Decomposer

High Pressure Decomposer/HPD (UDA-201) terdiri dari tiga bagian,


yaitu bagian atas disebut Flashing Section, bagian tengah disebut Stripping
Section, dan bagian bawah yang disebut Falling Film Heater. Fungsi utama bagian
atas adalah untuk memisahkan komponen komponen fraksi ringannya (ammonia
dan CO2) dengan cara flashing, sedangkan fungsi utama dari bagian tengah dan
bagian bawah adalah untuk mendekomposisi ammonium karbamat menjadi
ammonia dan CO2, sesuai dengan reaksi berikut.
NH 2 COONH 4 2 N H 3 +CO 2 H =38 kkal/mol( endotermis)

2.2 Flashing

Flashing merupakan penguapan cairan secara mendadak diakibatkan


perubahan tekanan atau suhu yang signifikan. Flashing dapat terjadi dengan
membuat kondisi tekanan berada dibawah bubble point komponennya
menggunakan expansion valve.

Gambar 2.2 contoh kurva tekanan vs komposisi campuran biner

Dalam operasi separasi dalam sistem 2 komposnen, untuk memisahkan


komponen komponennya, maka tekanan harus diturunkan agar sampai diantara
kurva cairnya (P-x1) dan kurva vapornya (P-y1) sehingga terbentuk sistem 2 fasa
dimana pada fase gas komposisi fraksi ringannya tinggi, dan fase cairnya
mengandung fraksi ringan yang rendah.

Perhitungan jumlah cairan yang diuapkan dapat dilakukan dengan trial


menggunakan persamaan.

zK
1+V (K
i i
1)
=1
i i

dimana

zi : fraksi mol keseluruhan sistem


V : jumlah mol vapor

Ki : rasio equlibrium

2.3 Pengaruh suhu dan tekanan terhadap reaksi

Suhu dan tekanan dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadapa


jalannya reaksi. Merujuk pada persamaan :

d ln K H o
= (1)
dT RT2

v
P
( y i )v =
i
i

( )
Po
K (2)

1. Pengaruh suhu

Dari persamaan 1, pengaruh suhu terhadap konstanta equlibrium K


o o
berhubungan dengan nilai dari H . Apabila nilai H positif

,reaksi bersifat endotermis, kenaikan suhu menghasilkan nilai K yang lebih


besar. Dan persamaan 2 menunjukan bahwa kenaikan nilai K pada tekanan

konstan menghasilkan nilai


( y i )v i

yang lebih besar, menandakan


i

bahwa reaksi bergeser kearah kanan dan meningkatkan nilai (koordinat


reaksi).

o
Sebaliknya, apabila nilai H negatif ,reaksi bersifat eksotermis,

kenaikan suhu meningkatkan penurunan nilai K dan penurunan nilai

( y i )v i

pada tekanan konstan. Ini berarti reaksi bergeser kearah kiri


i

dan penurunan nilai (koordinat reaksi).

2. Pengaruh tekanan
Menurut persamaan 2 apabila jumlah bilangan stoikiometri reaksinya
negatif, kenaikan tekanan pada suhu konstan akan menyebabkan kenaikan

nilai
( y i )v i

yang menunjukan bahwa reaksi bergerser ke kanan dan


i

kenaikan nilai (koordinat reaksi).

Sebaliknya apabila jumlah bilangan stoikiometrinya positif, maka


kenaikan tekanan pada suhu konstan akan menyebabkan kenaikan nilai

( y i )v i

yang berarti bahwa reaksi bergerser ke kanan dan kenaikan


i

nilai (koordinat reaksi).

BAB III

METODOLOGI

Penentuan beban CO2 dari alat High pressure Decomposer yang harus
di-recovery pada alat High Pressure Absorber dilakukan dalam beberapa tahapan
yang dapat dilihat pada bagan berikut :

OBSERVASI
LAPANGAN

PENGUMPULAN DATA

PERHITUNGAN DAN
PENGOLAHAN DATA

ANALISA HASIL

KESIMPULAN
3.1 Data yang diperlukan :

1. PNID Urea 1A
2. Material balance Plant Urea 1A (design)
3. Logsheet 25 Juli 2016
4. Laporan hasil analisa rutin 25 Juli 2016

3.1 Langkah perhitungan :

1. Menentukan aliran yang berperan dalam perhitungan neraca masa


HPA/HPAC, dan didapatkan bahwa aliran masuknya adalah aliran 37,
aliran 39, aliran 38, aliran 11, dan aliran 48. Sedangkan aliran keluarnya
adalah aliran 33, aliran 7 dan aliran 8. Skema aliran keluar masuk HPA/
HPAC dapat dilihat pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Skema Aliran pada Alat HPA/HPAC

2. Menentukan nilai laju alir aktual setiap aliran dengan melihat flowrate
indicator pada aliran tersebut.
3. Menghitung kadar CO2 pada tiap aliran menggunakan data komposisi dari
laporan hasil analisa rutin 25 Juli 2016.
4. Menghitung laju alir total aliran 11 menggunakan persamaan neraca massa
total.
5. Menghitunga kadar CO2 dalam aliran 11 menggunakan persamaan neraca
massa komponen.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan dilakukan untuk mengetahui jumlah CO2 dari High Pressure


Decomposer (DA-201) yang harus di-recovery pada High Pressure Absorber
(DA-401) dengan menggunakan data aktual pada tanggal 25 juli 2016 kemudian
dibandingkan dengan data desain. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Data Aliran 11 (Keluaran Atas HPD) Aktual dan Design

Aktual Design
laju alir total 85978,2 kg/hr 94605,3 kg/hr
jumlah CO2 23153,2 kg/hr 20449,8 kg/hr
kadar CO2 26,93% 21,60%

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa laju alir total aktual lebih kecil
dibandingkan dengan laju alir total design, tetapi memliki kandungan CO2 yang
lebih besar. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Suhu pada High Pressure Decomposer (DA-201)


Pada High Pressure Decomposer terdapat tiga section yaitu flashing
section, stripping section, dan falling film heater. Suhu pada bagian atas
HPD ditunjukan oleh TI-102-3 yaitu sebesar 120 oC, dan suhu bagian bawah
oleh TRC-202 sebesar 155oC. Sedangkan pada design suhu keluaran atas
HPD adalah 123oC dan suhu keluaran bawahnya 165oC. Terdapat perbedaan
suhu, dimana suhu aktual lebih rendah dari suhu design. Pada high pressure
decomposer terjadi reaksi dekomposisi amonium karbamat yang bersifat
endotermis.
NH 2 COONH 4 2 N H 3 +CO 2 H =38 kkal/mol

Pada reaksi endotermis, kenaikan suhu akan menyebabkan reakasi


bergeser kearah kanan. Hal ini menyebabkan jumlah NH3 dan CO2 yang
dihasilkan menjadi lebih besar.

2. Suhu pada Reaktor (DC-101)


Reaktor (DC-101) berfungsi sebagai tempat untuk mereaksikan CO 2
dan ammonia yang berasal dari ammonia plant, menjadi ammonium
karbamat yang akan ter-dehidrasi menjadi urea. Reaktor didesain untuk
beroperasi pada suhu 200oC dan tekanan 250 kg/cm2G. Suhu reaktor bagian
bawah (bottom temp.) di-setting, sedangkan suhu bagian atas (top temp.)
bergantung pada jalannya reaksi. Di lapangan, suhu reaktor ditunjukan oleh
TR-101-2 (bagian top), tetapi karna sudah tidak akurat maka TR-101-4
(bagian middle) dijadikan sebagai patokan. TR-101-4 menunjukan suhu
188oC, lebih kecil 12oC dari desain.
Dalam reaktor terjadi 2 reaksi utama, yaitu
2 N H 3 +CO 2 NH 2 COONH 4 H =38 kkal /mol(eksoterm)..(1)

NH 2 COONH 4 CO ( NH 2 )2+ H 2 O( g) H=+7,7 kkal /mol ( endoterm ) . ( 2 )

Pada reaksi 1 yang bersifat eksotermis, penurunan suhu akan menyebabkan


reaksi bergeser ke arah kanan sehingga ammonium karbamat yang
dihasilkan akan lebih banyak. Sedangkan pada reaksi 2 yang bersifat
endotermis, penurunan suhu akan menyebabkan reaksi bergeser ke arah kiri
sehingga ammonium karbamat yang terkonversi menjadi urea dan air
menjadi lebih sedikit. Kedua hal tersebut menyebabkan jumlah amonium
karbamat keluaran reaktor semakin banyak.
Di HPD terjadi proses dekomposisi amonium karbamat menjadi
ammonia dan CO2. Jumlah ammonium karbamat keluaran reaktor yang
lebih banyak akan menyebabkan hasil dekomposisi berupa ammonia dan
CO2 menjadi lebih banyak pula.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil perhitungan didapatkan laju alir total aktual sebesar 85978,2
kg/hr lebih kecil dari design yang sebesar 94605,3 kg/hr.
2. Kadar CO2 aktual pada aliran keluaran atas HPD lebih besar 5,33% dari
design dapat disebabkan suhu dalam reaktor yang lebih rendah dari desain
sehingga terjadi akumulasi ammonium karbamat.

5.2 Saran

1. Perbaikan alat-alat indikator (seperti TR-101-2) diperlukan agar kondisi


operasi di lapangan dapat dikontrol dengan baik.
2. Diperlukan peninjauan kembali tentang penyebab sebenarnya mengapa
komponen CO2 sebagai hasil atas HPD lebih besar dari desain. Hal ini
penting untuk diketahui karena dapat terkait dengan efisiensi kenerja
reaktor.

Anda mungkin juga menyukai