Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH CARING

TEORI CARING WATSON (1,2)

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
KELAS II C
ANNISA ENA R 3014041009
IPAN
SRI YULIA N

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN
SERANG BANTEN
2015/2016
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Caring


Caring adalah manifestasi dari perhatian kepada orang lain,
berpusat pada orang, menghormati harga diri dan kemanusian, komitmen
untuk nencegah terjadinya suatu yang memburuk, memberi perhatian dan
konsen, menghormati kepada orang iain dan kehidupian manusia, cinta
dan ikatan, otoritas dan keberadaan, selalu bersama, empati,
pengetahuan, penghargaan dan menyenangkan.
Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara
seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan
orang lain. Caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam
filosofi dan perspektif etik . artinya bukan hanya perawat saja yang
berperilaku caring tetapi sebagai manusia, kita juga harus mampu
memperhatikan manusia lain.

2.2. Theory of Human Care (Jean Watson)


Watson yang terkenal dengan Theory Of Human Care, mempertegas
bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan
antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi
pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan
pasien untuk sembuh, disini terlihat bentuk hubungan perawat pasien
adalah hubungan yang wajib dipertanggungjawabkan secara profesional.
Caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada tujuan
membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri. Sungguh
sebagai perilaku yang tidak semua orang mampu melakukannya, kecuali
orang yang mampu berjiwa besar dan berlapang dada.Sifat- sifat caring
seperti sabar, jujur, rendah hati. Ada juga yang berpendapat bahwa caring
sebagai suatu sikap rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain.
Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan
seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan
berperasaan. Tidak mudah untuk mendapatkan sifat-sifat tersebut
memerlukan pemupukan dan penyiraman berupa support dan penguatan,
sehingga ini harus diperhatikan oleh semua dosen keperawatan, maupun
manager sumber daya manusia yang ada di intitusi pelayanan kesehatan
dimanapun.
Caring sebagai suatu moral imperative (bentuk moral) sehingga
perawat harus terdiri dari orang-orang yang bermoral baik dan memiliki
keperdulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat
dan menghargai pasien sebagai seorang manusia, artinya menjadi
seorang perawat berarti harus berani menjadi manusia istimewa. Cara
perawat melihat pasien sebagai manusia yang mempunyai kekuatan,dan
bukan hanya fisik, tetapi juga mempunyai jiwa dan kebutuhan sosial harus
menjadi bagian penting dari perilaku caring.
Caring juga sebagai suatu affeck yang digambarkan sebagai suatu
emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang
mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien.
Dengan demikian perasaan tersebut harus ada dalam diri setiap perawat
supaya mereka bisa merawat pasien .

2.3. Keperawatan menurut jean Watson


Keperawatan menurut Jean Watson adalah .Human science of
person and human health-illness experiences that are mediated by
professional, personal, scientific, esthetic, and ethical human are
transaction..

2.4. Faktor carative


Dalam teori caring, nilai-nilai, pengetahuan dan praktik perawatan
diintegrasikan dengan proses penyembuhan dari dalam diri dan
pengalaman hidup klien, sehingga memerlukan seni perawatan-
penyembuhan dan kerangka kerja.
Berdasarkan Watson (2004), konsep mayor dalam teorinya adalah :
Faktor Carotive, the Tronspersonat Coring Relotionship, dan Momen/
Waktu Caring.
a. Faktor Carative
Watson memandang Faktor Carative sebagai panduan inti dari
keperawatan. Beliau menggunakan istilah Carative untuk membedakan
dengan kedokteran yaitu faktor kuratif. Faktor Carative beliau berusaha
untuk menghargai dimensi manusia dalam keperawatan dan kehidupan
serta pengalaman pribadi seseorang yang kita beri perawatan (Watson,
1997;2N4). Faktor Carative terdiri dari 10 elemen :
1. Sistem nilai humanistik dan altruistik (mengutamakan kepentingan
orang lain).
2. Kejujuran dan harapan.
3. Sensitifitas pada pribadi seseorang dan orang lain.
4. Rasa tolong menolong-saling percaya, hubungan antar sesama
manusia.
5. Mengekspresikan perasaan positif dan negatif.
6. Proses pemecahan masalah keperawatan yang kreatif.
7. Proses belajar mengajar trarrspersonal.
8. Lingkungan fisik, social, spiritual dan mental yang supportif, protektif,
dan korektif.
9. Pertolongan dalam memenuhi kebutuhan manusia.
10. Kekuatan spiritual-fenomenologikal-eksistensial (Watson, 1979/1985).

Bersamaan dengan beliau mengembangkan teorinya, beliau


memperkenalkan konsep proses caritas klinis, yang kini menggantikan
faktor carative-nya. Watson (2001) menjelaskan kata caritos berasal dari
bahasa Yunani, yang berarti untuk memberikan kebahagiaan dan untuk
memberikan perhatian/kasih sayang yang spesial (De Laune dan Ladner,
2002). Berikut merupakan translasi faktor carotiye dalam proses coritos
klinis.
1. Praktik Perawatan yang secara sadar diberikan dengan keramahan
dan ketenangan hati.
2. Mampu menampilkan, memungkinkan dan mempertahankan sistem
kepercayaan mendalam dan kehidupan subyektif seseorang atau
orang yang diberi perawatan.
3. Mengupayakan praktik spiritual dan transfersonal seseorang,
mengesampingkan ego pribadi, membuka cara pandang orang lain
dengan sensitifitas dan perasaan kasihan.
4. Mengembangkan dan mempertahankan hubungan perawatan dengan
rasa tolong menolong dan saling percaya.
5. Mampu menampilkan, mendukung, perasaan negatif dan positif yang
berhubungan dengan jiwa terdalam diri dan orang yang diberikan
perawatan.
6. Menggunakan proses pemecahan masalah yang kreatif dan
sistematis, digabungkan dengan pengetahuan perawatan yang dimiliki,
serta melibatkan seni praktik perawatan-penyembuhan.
7. Mendukung proses belajar-mengajar transpersonal yang
menggunakan pengalaman untuk mempersatukan pemahaman, dan
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
8. Menyediakan lingkungan fisik, psikis, sosial, dan spiritual yang
supportif, protektif, dan korektif yang kondusif untuk proses perawatan
pada setiap level (lingkungan fisik sebaik lingkungan non fisik,
lingkungan yang penuh energi positif di mana kebersamaan,
kenyamanan, harga diri, dan kedamaian tumbuh dengan maksimal).
9. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan
memuaskan, dengan penuh kesadaran, memberikan perawatan
dengan body longuage yang baik, dengan memperhatikan seluruh
aspek perawatan, merawat baik kesadaran jiwa maupun spiritual.
10. Mengijinkan kekuatan spiritual-fenomenal-eksistensial menjadi
pembuka dimensi misteri-spiritual dan ekistensial kehidupan dan
kematian seseorang, perawatan jiwa bagi diri sendiri dan orang yang
diberikan perawatan.

b. Transpersonal Coring Relotionship


Menurut Watson (1999) dalam Cara (2003), hubungan perawatan
transpersonal mencirikan jenis hubungan perawatan spesial, yang
tergantung pada:
1. Komitmen moral perawat dalam melindungi dan meningkatkan harga
diri manusia yang setinggi-tingginya.
2. Kesadaran perawat dalam berkomunikasi untuk memelihara dan
menghargai jiwa seseorang, sehingga tidak menyamakan status
seseorang tersebut dengan obyek (benda).
3. Kesadaran perawat dalam memberikan perawatan berpotensi
menyembuhkan, sehubungan dengan pengalaman, persepsi, dan
hubungan yang intensif berperan dalam penyembuhan.
c. Momen/Waktu Caring
Menurut Watson (1999) dalam Cara (2003), waktu perawatan adalah
saat di mana (terbatas pada waktu dan tempat) perawat dan orang yang
diberi perawatan bersama-sama dalam suatu kondisi pemberian
perawatan. Keduanya, dengan pandangan uniknya, dimungkinkan untuk
saling tukar menukar perasaan dan pemahaman. Menurut Watson,
pandangan unik seseorang didasarkan pada pengalamannya yang
melibatkan emosi, sensasi tubuh, pemikiran, kepercayaan, tujuan,
pengharapan, kondisi lingkungan dan persepsi seseorang terhadap
sesuatu-semuanya berdasarkan pengalaman masa lalu, saat ini dan
pandangan terhadap masa depan.

Jean Watson merupakan penggagas teori yang banyak


mempengaruhi pendekatan keperawatan dan meletakkan dasar
humanisme pada keseluruhan aspek bidang kajian keperawatan. Konsep
yang dikemukakan tentang esensi manusia dengan keutuhan dan
sifatsifat kemanusiaannya serta esensi caring menjadi fondasi bagaimana
seharusnya perawat memperlakukan manusia lain (termasuk pasien/klien)
dan diri sendiri. Watson meyakini praktik caring sangatlah penting untuk
keperawatan, ini adalah fokus pemersatu untuk praktik. Dua asumsi
utama yang mendasari nilai perawatan manusia dalam keperawatan :
1. Care and love merupakan energi fisik dasar dan universal
2. Care dan love adalah syarat untuk kelangsungan hidup kita dan
makanan untuk kemanusiaan.

2.5. Teori Caring Watson


Intervensi keperawatan yang terkait dengan perawatan manusia
disebut faktor Carative, yang mestinya menjadi pembentuk perilaku caring
yaitu :
1. Membentuk sistem nilai Humanistik-Altruistik
Watson mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan
pada nilai-nilai kemanusiaan (humanistik) dan perilaku mementingkan
kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi (altruistik). Hal ini dapat
dikembangkan melalui pemahaman nilai yang ada pada diri seseorang,
keyakinan, interaksi, dan kultur serta pengalaman pribadi. Semua ini
dirasa perlu untuk mematangkan pribadi perawat agar dapat bersikap
altruistik terhadap orang lain.
Untuk itu faktor ini berkaitan dengan kepuasan melalui memberi
dan memperluas rasa diri (sense of self). Meskipun nilai dipelajari pada
awal kehidupan, nilai dapat langsung dipengaruhi oleh pendidik.

2. Menanamkan kepercayaan dan harapan


Pemahaman ini diperlukan untuk proses carative. Selain
menekankan pentingnya obat-obatan untuk curative, perawat juga perlu
memberi tahu individu alternatif pengobatan lain yang tersedia (mis.,
meditasi, relaksasi, atau kekuatan penyembuhan oleh diri sendiri atau
secara spritual). Dengan mengembangkan hubungan perawat-klien yang
efektif, perawat memfasilitasi perasaan optimis, harapan, dan rasa
percaya.
Dengan kata lain, mengajarkan agar orang lain percaya dan
mempunyai pengharapan atas fasilitas optimisme, menyesuaikan diri.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, JW memahami bahwa
manusia adalah mahluk yang sempurna, yang memiliki berbagai macam
ragam perbedaan. Sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia
seharusnya dalam keadaan sejahtera, baik fisik, mental dan spiritual.
Karena sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan
jiwa.

3.2. Saran
Untuk mencapai keadaan tersebut, keperawatan harus berperan
aktif dalam upaya meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya
penyakit, mengobati berbagai penyakit dan upaya penyembuhannya, yang
fokusnya terdapat pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit.

Anda mungkin juga menyukai