Anda di halaman 1dari 60

CARING

Ns Sri Atun Wahyuningsih.,Mkep.Sp.Kep.J


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
WHY
LIHATLAH KEBERSAMAAN
Pendahuluan

 UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan : psl 58


Setiap orang berhak menuntut ganti
rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya

 UU No.38 tentang tahun 2014 Keperawatan Psl 38


klien berhak mendapatkan pelayanan keperawatan
terbaik
Pengertian

 Caring : suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi


orang lain, pengawasan dengan waspada,
menunjukkan perhatian, perasaan empati pada
orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang
merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry,
2005).
 Caring mempengaruhi cara berpikir seseorang,
perasaan dan perbuatan seseorang.
 Caring juga mempelajari berbagai macam philosofi
dan etis perspektif.
Lanjut…..
 Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan
karena caring merupakan suatu cara pendekatan
yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih
meningkatkan kepeduliannya kepada klien (Sartika
& Nanda, 2011)

 Caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang


diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan
untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai
manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh. (Jean Waston,
1979)
 Caring merupakan pengetahuan
kemanusiaan, inti dari praktik
keperawatan yang bersifat etik dan
filosofikal. Caring bukan semata-mata
perilaku. (Tomey,1995)
Menurut Griftin (1983)

 Caring fokus pada sikap dan emosi perawat saat


melakukan tindakan keperawatan
 Konsep Caring yang lain terfokus pada aktivitas
yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi
keperawatannya (meliputi membantu, menolong,
dan melayani orang yang mempunyai kebutuhan
khusus)
Menurut Hall (1969)

 Care : merupakan komponen penting yang berasal


dari naluri seorang ibu

 Core : merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri


dari kemampuan terapeutik, dan kemampuan
bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain

 Cure : merupakan dasar dari ilmu patologi dan


terapeutik
Keterkaitan

Interpersonal

Teknikal

Kemampuan
Intelektual

CARING
SIKAP CARING

Perawat
menggunakan
keahlian

Harapan ,
Kata-kata
berada CARING lembut
disamping klien

Sentuhan
TUGAS DAN WEWENANG PERAWAT

TUGAS WEWENANG
–Pemberi Askep 1. Upaya kesehatan perorangan
–Penyuluh dan Konselor 2. Upaya kesehatan masyarakat
Klien 3. Penyuluhan dan konselor
–Pengelola Pelayanan 4. Pengelolaan pelayanan
–Peneliti Keperawatan keperawatan
–Pelaksana tugas berdasar 5. Peneliti keperawatan
Pelimpahan wewenang
–Pelaksana tugas dlm
keterbatasan tertentu
•Tugas secara bersama TUGAS DAN
atau sendiri WEWENANG
•Pelaksanaan tugas harus TAMBAHAN:
bertanggung jawab dan 1. Dalam keadaan
akuntabel keterbatasan tertentu
2. Dalam keadaaan
PELAYANAN KEPERAWATAN

UU RI No 38 tahun 2014 tentang Keperawatan


 Bertanggung jawab
 Akuntabel
 Bermutu
 Aman dan terjangkau oleh perawat yang memiliki
kompetensi
 Kewenangan
 Moral tinggi
KOMPONEN EMPATHY

 Emotive : the helper’s ability to subjectively experience


and share in another person’s internal feelings (mampu
berbagi pengalaman dengan orang lain)
 Moral : an internal altruistic force that motivates the
practice of empathy (altruistik akan memotivasi ke arah
empati)
 Cognitive : the helper’s cognitive ability to identify and
understand another person’s feeling’ and perspective
from an objective stance
 Behavioral : the helper’s communicative response to
convey understanding of the other person’s perspective
(menyampaikan pemahaman ke orang lain)
CINTA

MENJADI
DUNIAMU TIDAK
MENUNTUT

PENGORBANAN

CINTA
CINTA

 Cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang


dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa
pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan
kasih sayang, membantu, menuruti perkataan,
mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang
diinginkan objek tersebut
APA BEDANYA?????????

TERTARIK/
KAGUM SUKA
KETERIKATAN
SUKA, SAYANG, CINTA

 Pada saat kau SUKA padanya, kau akan MEMAKSANYA untuk


menyukaimu.
 Pada saat kau SAYANG padanya, kau akan MEMBIARKANNYA
MEMILIH.
 Pada saat kau CINTA padanya, kau akan selalu MENANTINYA dengan
setia dan tulus...
 SUKA adalah kau akan menemaninya bila itu menguntungkan.
 SAYANG adalah kau akan menemaninya di saat dia membutuhkan.
 CINTA adalah kau akan menemaninya di saat bagaimana keadaanmu.

 SUKA adalah hal yang menuntut.


 SAYANG adalah hal memberi dan menerima.
 CINTA adalah hal yang memberi dengan rela.

 *ITU SEMUA BALIK LAGI KE INDIVIDU MASING-MASING, KARENA


TIAP ORANG PUNYA PENILAIN YANG BERBEDA
Sejarah Jean Watson

Dr. Watson :
 Cendekiawan di American Academy of Nursing
 menerima beberapa gelar kehormatan dan doctoral
di tingkat nasional dan internasional.
 Publikasi sejumlah tulisan  pandangan dan teori
Human Caring, yang dipelajari oleh perawat di
berbagai Negara (Cara, 2003)
Dr. Jean Watson

 Perawat Amerika yang dilahirkan di Virginia Barat dan


sekarang tinggal di Boulder, Colorado sejak 1962.
 Dari Univ. Colorado  memperoleh gelar BSN di bidang
keperawatan dan psikologi
 Master di bidang Keperawatan Kesehatan Jiwa
 Melanjutkan PhD di bidang psikologi dan konseling
pendidikan.
 Profesor Keperawatan di bidang Ilmu Caring di Univ.
Colorado, Fakultas Keperawatan.
 Pendiri Pusat Human Caring di Colorado.
Caring

 Berkembang dari kepercayaan, nilai dan asumsi


Watson tentang perawatan.
 Menurut Watson (1985), merawat dan cinta
menyusun jiwa dan merupakan inti dari sifat
perikemanusiaan.
 Keperawatan melibatkan caring dan berkembang
dari caring.
 Caring akan menentukan kontribusi keperawatan
dalam memanusiakan manusia di dunia (De Laune
dan Ladner, 2002).
Caring  Fc. Carative

 Pengetahuan dan praktik perawatan diintegrasikan


dengan proses penyembuhan dari dalam diri dan
pengalaman hidup klien
 Faktor ini bersifat melengkapi, tapi berbeda dengan
faktor kuratif.
 Kuratif dikembangkan oleh dokter, sementara
carative dikembangkan oleh perawat (Parker, 2001).
Evolusi teori caring yang digagas oleh Jean
Watson :

 1979 Nursing: the philosophy and science of


caring
 1985 Nursing: human science and human care
 1988 New dimensions of human caring theory
 1989 Watson’s philosophy and theory of
human caring in nursing
Caring

 Suatu ilmu utk orientasi human science dan


kemanusiaan terhadap proses, fenomena, dan
pengalaman perawatan manusia.

 Meliputi seni dan kemanusiaan.

 Caring merupakan proses interpersonal yang terdiri


dari intervensi yang menghasilkan pemenuhan
manusia (Torres, 1986; Potter dan Perry, 2005).
Transpersonal caring

 Kesatuan dalam hidup dan hubungan-hubungan


yang terdapat dalam lingkaran perawatan yang
konsentrik–dari individu, pada orang lain, pada
masyarakat, pada dunia, pada planet Bumi, pada
alam semesta (Watson, 2004).
Caring

 Caring sebagai esensi dari keperawatan


berarti juga pertanggungjawaban
hubungan antara perawat-klien, di
mana perawat membantu partisipasi
klien, membantu klien memperoleh
pengetahuan, dan meningkatkan
kesehatan (Cara, 2003).
10 factor Carative

1. Sistem nilai humanistik dan altruistik


(mengutamakan kepentingan orang lain).
2. Kejujuran dan harapan.
3. Sensitifitas pada pribadi seseorang dan
orang lain.
4. Rasa tolong menolong-saling percaya,
hubungan antar sesama manusia.
5. Mengekspresikan perasaan positif dan
negatif.
6. Proses pemecahan masalah keperawatan yang
kreatif.
7. Proses belajar mengajar transpersonal.
8. Lingkungan fisik, social, spiritual dan mental yang
supportif, protektif, dan korektif
9. Pertolongan dalam memenuhi kebutuhan manusia.
10. Kekuatan spiritual-fenomenologikal-eksistensial
(Watson, 1979/1985).
1. NILAI HUMANISTIK

 Teori Psikologi : behaviorisme dan psikoanalisme


menurut James Bugental (1964) sbb:
1. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-
komponen.
2. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam
konteks orang lain.
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
5. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai,
dan memiliki kreativitas
NILAI HUMANISTIK

 Humanistik adalah aspek yang diberikan


berdasarkan nilai - nilai kemanusiaan dan pasien
harus dapat mementingkan kepentingan pasien dari
pada kepentingan diri sendiri.
 Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu
memberikan sesuatu kepada klien.
 Perawat memperlihatkan kemampuan diri dengan
memberikan pendidikan kesehatan pada klien
TUJUAN LANDASAN HUMANISME

1. Membentuk paradigma dan orientasi kehidupan.


2. Mencintai manusia secara transcendental.
3. Mencari jalan tengah (kompromi).
4. Membangun kesadaran beragama secara inklusif
dan toleran.
5. Membangun kesadaran atas harkat, martabat dan
kemampuan manusia.
6. Membangun idealitas hak dan kewajiban manusia.
Prinsip - Prinsip Belajar Humanistik

 Manusia mempunyai belajar alami.


 Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran
dirasakan murid mempuyai relevansi dengan
maksud tertentu.
 Belajar yang menyangkut perubahan di dalam
persepsi mengenai dirinya.
 Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih
mudah dirasakan bila ancaman itu kecil.
 Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa
dalam memperoleh cara.
Lanjutan humanistik

 Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa


melakukannya.
 Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses
belajar.
 Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat
memberi hasil yang mendalam.
 Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan
dengan membiasakan untuk mawas diri.
 Belajar sosial adalah belajar mengenai proses
belajar.
ALTRUISTIK

 Berasal dari bahasa Perancis “autrui” (orang lain)


 Secara epistimologis, altruisme berarti:
 Loving others as one self.
 Behaviour that promotes the survival
chances of others at a cost to ones own.
 Self-sacrifice for the benefit of others
(pengorganan diri utk orang lain)
Pengertian altruistik

 Altruisme merupakan kehendak pengorbanan


kepentingan pribadi. Tindakan ini seringkali disebut
sebagai peniadaan diri atau pengosongan diri.
 Altruisme termasuk sebuah dorongan untuk
berkorban demi sebuah nilai yang lebih tinggi, entah
bersifat manusiawi atau ketuhanan. Tindakan altruis
dapat berupa loyalitas. Kehendak altruis berfokus
pada motivasi untuk menolong sesama atau niat
melakukan sesuatu tanpa pamrih, berupa ketetapan
moral.
Orang yang altruist adalah
orang yang lebih
mementingkan orang lain
dibanding dirinya sendiri
JENIS ALTRUISTIK

1. Altruistic as behaviour, pemahamannya


adalah menolong orang lain, membuat orang lain
senang. Tetapi membuat orang lain senang itu
didasari oleh dua faktor. Yang pertama saya benar-
benar tidak peduli siapa kamu, dari mana kamu,
pokoknya saya menolong. Yang kedua saya
menolong kamu kalau saya mempunyai suatu
keuntungan dari menolong kamu tersebut. Ini
dinamakan endosentris.
2. Altruistic as motive berarti
menolong orang lain betul-betul
murni berasal dari dalam dirinya dia
dan ditujukan untuk kepuasan orang
lain tanpa memperhitungkan atau
memperdulikan apa-apa. Dan hal
inilah yang saya lebih tekankan
dalam bahasan tentang altruisme.
TEORI ALTRUISTIK

 Teori Behaviorisme → Kondisioning klasik (Pavlo):


manusia menolong karena dibiasaka oleh masyarakat
dan masyarakat menyediakan ganjaran positif.
 Teori Pertukaran Sosial → Sosial Exchange Theory
dengan prinsip sosial — ekonomi bahwa setiap tindakan
dilakukan dengan pertimbangan untung rugi (material,
terutama psikologis
 Memperoleh informasi, pelayanan, status, penghargaan, perhatian,
dan kasih sayang, dll).
 Teori ini menggunakan strategi minimax sehingga perilaku
menolong biasanya mengikuti pola-pola tertentu (sedikit
pengorbanan hasilnya maksimal → untung)
 Orang yang menarik (disukai, agar tidak terganggu) kepuasan diri
(penyumbang darah)
Lanjutan…

 Teori Empati (Batson, 1991, 1995): Egoisme dan


simpati berfungsi bersama-sama dalam perilaku
menolong.
 Egoisme : perilaku menolong dapat mengurangi penderitaan
orang lain.
 Simpati : perilaku menolong dapat mengurangi penderitaan
orang lain.
 Gabungannya keduannya = empati yaitu merasakan
penderitaan orang lain sebagai penderitaannya sendiri.
 Empati yang kuat dapat melanggar prinsip moral
dan keadilan => rela membunuh, mencuri dari
seseorang atau bangsa.
Teori Norma Sosial

menolong karena keharusan dari norma masyarakat.


Ada 3 macam norma yang jadi acuan :
1. Norma timbal balik (Reciprocity norm) : intinya pertolongan
dibalas pertolongan. Norma ini berlaku untuk orang yang setara.
Sekelas, seimbang.
2. Norma tanggung jawab sosial (Social responsibility norm),
initnya kita wajib menolong orang lain atau tanpa mengaharapkan
balasan apapun. Jika harus memilih siapa yang ditolong →
tergantung pada atribusi yang kita berikan.
 Eksternal => miskin karena cacat, kecelakaan → ditolong.
 Internal => miskin karena malas → tidak ditolong.
3. Norma keseimbangan (Harmonic norm) berlaku di dunia
timur, intinya seluruh alam semesta harus berada dalam keadaan
seimbang, serasi, selaras. Dalam pandangan ini norma tertinggi:
great intelligence yaitu kemampuan untuk menetapkan sesuatu
tanpa penilaian atau prasangka → lebih altruis.
 Teori Evolusi → Altruis atau menolong demi
survive atau mempertahankan jenis dalam proses
evolusi.
a. Perlindungan kerabat (kin protection)
o Orang tua bekerja keras untuk menyekolahkan anak → untuk
meneruskan keturunan.
o Secara alamiah orang cenderung membantu pada orang yang
pertalian darah, dekat dengan diri kita, ada skala prioritas.
o Dalam bencana: anak-anak lebih dulu, keluarga, teman, tetangga.
o Naluri perlindungan yang kuat dapat melewati batas moral dan
keadilan => Nepotisme.
a. Timbal balik biologik (biological reciprocity) → ada
keseimbangan altruis dan egois prinsipnya orang
yang suka menolong akan ditolong, yang suka
mementingkan diri sendiri → dibiarkan.
b. Orientasi seksual: kaum minoritas dalam seks
(homo, lesbi) lebih memerlukan pertolongan untuk
mempertahankan kelompok sehingga lebih alturis
daripada heteroseks.
Lanjut….

 Teori Perkembangan Kognisi → berhubungan


dengan tingkat perkembangan kognitif. Piaget
bahwa semakin tinggi kemampuannya berfikir
abstrak → semakin mampu mempertimbangkan
antara usaha atau biaya (cost) yang harus
dikorbankan untuk menolong dengan hasil atau
perolehan. Anak-anak meminjamkan mainan yang
mahal untuk suatu yang nilainya rendah
(keuntungan).
translasi faktor carative dalam proses caritas
klinis

 Mendukung proses belajar-mengajar transpersonal


yang menggunakan pengalaman untuk
mempersatukan pemahaman, dan melihat sesuatu
dari sudut pandang orang lain.
 Menyediakan lingkungan fisik, psikis, sosial, dan
spiritual yang supportif, protektif, dan korektif yang
kondusif untuk proses perawatan pada setiap level
(lingkungan fisik sebaik lingkungan non fisik,
lingkungan yang penuh energi positif di mana
kebersamaan, kenyamanan, harga diri, dan
kedamaian tumbuh dengan maksimal).
 Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia
dengan memuaskan, dengan penuh kesadaran,
memberikan perawatan dengan body language yang
baik, dengan memperhatikan seluruh aspek
perawatan, merawat baik kesadaran jiwa maupun
spiritual.
 Mengijinkan kekuatan spiritual-fenomenal-
eksistensial menjadi pembuka dimensi misteri-
spiritual dan eksistensial kehidupan dan kematian
seseorang, perawatan jiwa bagi diri sendiri dan
orang yang diberikan perawatan.
Lanjut….

 Mendukung proses belajar-mengajar transpersonal


yang menggunakan pengalaman untuk
mempersatukan pemahaman, dan melihat sesuatu
dari sudut pandang orang lain.
 Menyediakan lingkungan fisik, psikis, sosial, dan
spiritual yang supportif, protektif, dan korektif yang
kondusif untuk proses perawatan pada setiap level
(lingkungan fisik sebaik lingkungan non fisik,
lingkungan yang penuh energi positif di mana
kebersamaan, kenyamanan, harga diri, dan
kedamaian tumbuh dengan maksimal).
 Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia
dengan memuaskan, dengan penuh kesadaran,
memberikan perawatan dengan body language yang
baik, dengan memperhatikan seluruh aspek
perawatan, merawat baik kesadaran jiwa maupun
spiritual.
 Mengijinkan kekuatan spiritual-fenomenal-
eksistensial menjadi pembuka dimensi misteri-
spiritual dan eksistensial kehidupan dan kematian
seseorang, perawatan jiwa bagi diri sendiri dan
orang yang diberikan perawatan.
Faktor yg mempengaruhi ALTRUISME

 Pengaruh situasi : tempat kejadian, menolong bila


orang lain menolong, desakan waktu, kemampuan yang
dimiliki
 Pengaruh dari dalam diri : perasaan, sifat, agama,
tahapan moral, orientasi seksual (homoseksoal), jenis
kelamin
 Siapa yang ditolong :
1. Jenis kelamin. Budaya yang menghargai perempuan diutamakan.
2. Kesamaan penolong dan yang ditolong (busana, sex, ras, agamaan,
dll).
3. Tanggung jawab korban → hukuman lebih berat dari pada tidak
melawan apalagi pelacur.
4. Menarik atau daya tarik atau rasa tertarik penolong
Hubungan perilaku menolong dengan
altruisme

 Mengurangi kendala yang menghambat


alturisme.
1. Mengurangi keraguan atau ketidakjelasan (ambiguitas)
dan meningkatkan tanggung jawab. => ada pencuri
motor (itu miliknya atau mencuri).
2. Peningkatan rasa tanggung jawab dapat dipancing
dengan ajakan secara pribadi (Foss, 1978) atau
mempribadiakn hubungan => dengan menyebut nama.
3. Meningkatkan rasa bersalah yaitu dengan mengingat
kesalahan seseorang.
4. Memanipulasi gengsi atau harga diri seseorang. =>
Cialdin, dkk, 1975 → butuh uang Rp 10.000 katakan
Rp. 50.000 jika ia tidak punya minta seadanya.
 Memasyarakatkan alturisme.
1. Mengajarkan inklusi moral, bahwa orang lain
adalah golongan kita juga. Fogelman, 1994: Inklusi
moral meningkatkan perilaku menolong. Staub,
Aoptoum, Tyler dan Lind, 1990: Inklusi moral
merupakan sumber diskriminasi bahkan agresi.
2. Memberikan atribusi “menolong” pada perilaku
altruis => setelah dibantu: terima kasih atas
pertolongannya (Batson, 1979).
3. Mengajarkan altruisme di sekolah, keluarga,
masyarakat, dll dengan memberi contoh.
Transpersonal Caring Relationship

hubungan perawatan transpersonal mencirikan jenis


hubungan perawatan spesial, yang tergantung pada:
 Komitmen moral perawat dalam melindungi dan
meningkatkan harga diri manusia yang setinggi-
tingginya.
 Kesadaran perawat dalam berkomunikasi untuk
memelihara dan menghargai jiwa seseorang,
sehingga tidak menyamakan status seseorang
tersebut dengan obyek (benda).
 Kesadaran perawat dalam memberikan perawatan
berpotensi menyembuhkan, sehubungan dengan
pengalaman, persepsi, dan hubungan yang intensif
berperan dalam penyembuhan.
Momen/Waktu Caring

 saat di mana (terbatas pada waktu dan tempat)


perawat dan orang yang diberi perawatan bersama-
sama dalam suatu kondisi pemberian perawatan.
 pandangan uniknya, dimungkinkan untuk saling
tukar menukar perasaan dan pemahaman.
 pandangan unik seseorang  emosi, sensasi tubuh,
pemikiran, kepercayaan, tujuan, pengharapan,
kondisi lingkungan dan persepsi seseorang
empat cabang kebutuhan yang saling
berhubungan

 Kebutuhan Dasar Biofisikal (Kebutuhan untuk hidup)


yang meliputi kebutuhan Makan dan Cairan, Kebutuhan
Eliminasi, dan Kebutuhan Ventilasi.
 Kebutuhan Dasar Psikofisikal (Kebutuhan Funsional)
yang meliputi Kebutuhan Aktifitas dan Istirahat, serta
Kebutuhan Seksualitas.
 Kebutuhan dasar Psikososial (Kebutuhan untuk
Integrasi) yang meliputi Kebutuhan untuk Berprestasi
dan Berorganisasi.
 Kebutuhan dasar Intrapersonal dan Interpersonal
(Kebutuhan untuk Pengembangan) yaitu Kebutuhan
Aktualisasi Diri.
Asumsi mayor

 Manusia
 Kesehatan
 Keperawatan
 Lingkungan
TERIMA
KASIH.....

Anda mungkin juga menyukai