102013333
marisatheana@gmail.com
Abstrak
Abses hati merupakan penyakit yang dapat ditemukan pada penderita imunosupresis. Abses
hati terdiri dari abses hati amebik ( AHA ) dan abses hati piogenik ( AHP ).Entamoeba hystolytica
adalah penyebab utama abses amuba pada hepar dan disentri amuba Abses pada hepar dapat bersifat
tunggal maupun multiple, abses yang bersifat multiple biasanya ditemukan dalam ukuran yang lebih
kecil.Amuba dapat berasal dari gastroinstetial melalui vena porta..Abses hati piogenik bisa muncul
dari beberapa titik, seperti sirkulasi porta pada penderita dengan puleflebitis atau sepsis intra-abdomen
(apendisitis, penyakit radang usus), sepsis umum, dan kolangitis disertai dengan obstruksi saluran
biliaris seperti pada batu empedu, pada penyakit radang usus, setelah prosedur kasai, dan pada kista
koledokus. Kemudian penyebaran sistemik dari infeksi intra-abdomen atau penyebaran ke sekitarnya
(yang biasanya menghasilkan abses besar) dan infeksi kriprogenik saluran biliaris.
Kata kunci: Abses Hati, Vena Porta, Multiple
Abstract
Liver abscess is a disease that can be found in patients imunosupresis . Liver abscess
consists of amebik liver abscess ( AHA ) and pyogenic liver abscess ( AHP ) .Entamoeba hystolytica is
a major cause amoebic abscess in the liver and dysentery amoebic liver abscess can be single or
multiple , multiple abscesses that are typically found in smaller sizes .Amuba can come from
gastroinstetial through a vein porta..Abses pyogenic liver can come from several points , such as
portal circulation in patients with puleflebitis or intra -abdominal sepsis ( appendicitis , inflammatory
bowel disease ) , general sepsis , and cholangitis accompanied by bile duct obstruction such as
gallstones , inflammatory bowel disease , after kasai procedure , and the choledochal cyst . Then the
systemic spread of intra -abdominal infection or the spread to surrounding areas ( which usually
results in a large abscess ) and biliary tract infection kriprogenik .
Keywords : Liver abscess , Vena Porta , Multiple
1
Pendahuluan
Abses hati telah dikenal sejak zaman Hippocrates (400 SM). Sampai sekarang
penyakit ini masih merupakan masalah di bagian bedah dengan angka morbiditas dan
mortilitas yang tinggi. Penyakit ini banyak ditemukan pada anak di negara berkembang,
terutama yang tinggal di daerah tropis dan subtropis. Pada tahun 1938, Ochsner dkk
(dikutip oleh Nickloes TA, 2009) pertama kali melaporkan suatu serial kasus abses hati
piogenik dengan case fatality rate 77%. Diagnosis dini dan terapi yang adekuat
berhubungandengan hasil yang lebih bagus. Kemajuan di bidang radiologi diagnostik dan
intervensi selama 3 dekade terakhir telah menghasilkan suatu prosedur invasif yang
minimal dalam tatalaksana penyakit ini. 1 Kombinasi antibiotik dengan teknik drainase
perkutaneus merupakan terapi yang banyak digunakan, namun sebagian kecil pasien tidak
mengalami perbaikan dengan metoda ini sehingga tindakan pembedahan merupakan
pilihan terakhirnya. Insiden abses hati amebik di RS di Indonesia berkisar antara 5-15%
pasien pertahun. Penelitian epidemiologi di Indonesia menunjukkan penderita abses hati
amebik pada pria memiliki rasio 3,4-8,5 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita.1
1. Identifikasi Istilah
Tidak ada
2. Rumusan Masalah
Laki-laki 38 tahun nyeri perut kanan atas
3. Sasaran Belajar
Memahami dan mempelajari gambaran klinis abses hati
Memahami dan mendalami penegakkan diagnosis dan pengelolaan kasus abses hati
Mengetahui diferensial diagnosis abses hati
Mengetahui tata laksana abses hati
Mengetahui parasit penyebab, siklus hidup dan morfologi penyebab
Pembahasan
Skenario 5
2
Analisis Masalah
SKENARIO
Seorang laki-laki usia 38 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 1 hari
smrs.
Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri perut kanan atas sejak 1 hari yang lalu
Keluhan Penyerta :
Nyeri terutama pada sisi kanan di bawah dada
Nyeri bertamabah saat terlentang
Nyeri berkurang bila kaki ditekuk atau agak membungkuk
Diare lendir darah 2 minggu sebelumnya
Pemeriksaan Fisik
TTV :
TB : 174 cm
BB : 60 kg
TD : 100/70 mmHg
FN : 86x/Menit
Suhu : 37,50C
FP : 19x/menit
Keadaan Umum :
Sakit Berat
Pemeriksaan Organ
Abdomen :
Hepar :
Teraba 3 jari di bawah arcus costae
Teraba 2 jari di bawah processus xyphoideus
Tepi tumpul, lunak, nyeri tekan, fluktuasi (+), permukaan licin
Nyeri tekan abdomen kanan atas (+)
Murphy sign (-)
3
Diagnosis Kerja :
Abses Hati Amebik ( AHA )
Epidemiologi
Abses hati lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita, dan
berhubungan dengan sanitasi yang jelek, status ekonomi yang rendah, dan gizi buruk.
Pada negara-negara berkembang, abses hati amebik ( AHA ) didapatkan secara
endemik dan lebih sering dibandingkan dengan abses hati piogenik ( AHP ). AHP
tersebar di seluruh dunia dan terbanyak di daerah tropis dengan kondisi higiene yang
kurang baik.3
4
Klasifikasi dan Etiologi
Tiga bentuk utama dari abses hati berdasarkan etiologi, dapat dikategorikan sebagai
berikut :
Patofisiologi
Abses Hati Amebik ( AHA )
Cara penularan umunya fekal-oral baik melalui makanan atau minuman yang
tercemar kista atau transmisi langsung pada orang dengan higiene yang buruk.
Sesudah masuk peroral hanya bentuk kista yang bisa sampai ke dalam intestine tanpa
dirusak oleh asam lambung, kemudian kista pecah keluar tropozoit. Di dalam usus
tropozoit menyebabkan terjadinya ulkus pada mukosa akibat enzim proteolitik yang
dimilikinya dan bisa terbawa aliran darah portal masuk ke hati. Amuba kemudian
tersangkut menyumbat venuk porta intrahepatik, terjadi infark hepatosit sedangkan
enzim-enzim proteolitik tadi mencerna sel parenkim hati sehingga terbentuklah abses.
Di daerah sentralnya terjadi pencairan yang berwarna coklat kemerahan anchovy
sauce yang terdiri dari jaringan hati yang nekrotik dan berdegenerasi. Amubanya
seperti ditemukan pada dinding abses dan sangat jarang ditemukan di dalam cairan di
5
bagian sentral abses. Kira-kira 25 % abses hati amebik mengalami infeksi sekunder
sehingga cairan absesnya menjadi purulan dan berbau busuk.5
6
Manifestasi utama AHP adalah demam ( 79-98% ), nyeri ( 51-90% ), dan
menggigil (30-77% )
Dibandingkan dengan AHP, pasien AHA umunya berusia lebih muda ( 25-40
tahun )
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri abdomen ( 87-100% ), demam
( 87-99% ), dan anoreksia ( 83-93,5 % ).
Nyeri Abdomen
Biasanya memiliki intensitas sedang dan terlokalisasi di kuadran kanan atas.
Nyeri dapat menjalar ke epigastrium, dada, atau bahu kanan. Nyeri
epigastrium sering ditemukan pada abses lobus kiri.4
Demam
Pada umumnya bersifat remiten , terkadang disertai dengan demam tinggi dan
menggigil. Jika disertai menggigil, perlu dicurigai adanya infeksi bakteri
sekunder.4
Anoreksia
Ditemukan pada sebagian kasus
Hepatomegali
Pada 80% kasus teraba hepatomegali dengan konsistensi lunak dan permukaan
rata
Diare ( jarang )
7
Pemeriksaan Penunjang AHP dan AHA7
Laboratorium :
o Leukositosis berat dengan pergeseran ke kiri ( shift to the left ), neutrofilia, anemia
normositik normokrom
o Peningkatan alkalin fosfatase, enzim transaminase dan serum bilirubin, serta
penurunan albumin serum dan pemanjangan waktu protrombin ( menunjukkan
adanya kegagalan fungsi hati
o Peningkatan LED
Radiologis :
o USG
USG abdomen merupakan baku emas untuk mendiagnosis abses hati . Dapat
menjadi pemeriksaan awal dengan sensitivitas tinggi ( 80-90 % ). Mampu
mengidentifikasi lesi dengan diameter >2 cm. Abses memiliki gambaran massa
hipo-ekoik dengan batas ireguler, septasi interna atau kavitas debris, dengan
penilaian saluran billier serta ada tidaknya aspirasi simultan ke dalam kavitas.
o CT-Scan
Dapat mengidentifikasi lesi dengan ukuran lebih kecil ( hingga 0,5 cm ) dengan
sensitivitas tinggi ( 95% ).
Mikrobiologi :
o Kultur
Kultur hasil cairan aspirasi merupakan standar balu dalam menegakkan diagnosis
abses hati. Berperan dalam menegakkan diagnosis mikrobiologis abses. Kultur
darah positif hanya pada 50% kasus.4
Diagnosis
Merupakan gabungan dari gejala klinis dan pemeriksaan penunjang . Diagnosis defentif
AHP membutuhkan bukti radiologi adanya gambaran abses di parenkim hati dan hasil
kultur cairan hasil aspirasi cairan. Diagnosis AHA ditegakkan langsung berdasarkan
keadaan klinis, epidemiologi, darah dan temuan USG.6
Diagnosis Diferensial
Abses Hati Piogenik ( AHP )
8
Tanda dan Gejala AHP :
Demam ( 79-98% )
Nyeri ( 51-90% )
Menggigil (30-77% )
Hepatoma
Tanda dan Gejala Hepatoma :4
Rasa tidak nyaman di perut kanan atas
Anoreksia
Kembung
Konstipasi atau diare
Pembengkakabn di perut akibat massa tumor atau asites
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hepatomegali, splenomegali, asites,
ikterus, demam dan atrofi otot
Penatalaksanaan
Abses Hati Piogenic ( AHP )
Pencegahan :
a. Segera dekompresi pada keadaan obstruksi bilier baik akibat batu empedu maupu
karena proses keganasan
b. Setiap ligasi arteri harus disertai pemberian antibiotik
c. Sepsis intra-abdominal harus segera diatasi.8
Terapi definitif :
Terapi ini terdiri dari antibiotik , drainase abses yang adekuat dan eradikasi faktor
penyebab abses. Antibiotik yang dianjurkan adalah penisilin atau sefalosporin untuk
coccus gram positif , metronidazole/klindamisin atau kloramfenikol untuk bakteri
anaerob terutama B. Fragilis dan aminoglikosid untuk bakteri gram negatif. 4
Sedangkan balaktam/inhibitor betalaktamase atau golongan penem. Tetap
dikombinasi dengan metronidazol.5
Drainase abses :
Drainase harus dilakukan pada AHP baik secara bedah laparaskopik, maupun drainase
perkutan dengan tuntutan USG. Kadang-kadang pada abses hati piogenik multiple
diperlukan reseksi hati.4
9
hingga lebih dari 90%. Metronidazol diabsorbsi dengan baik melalui saluran
pencernaan.
b. Alternatif lainnya menggunakan 600 mg Kloroquin selama 2 hari pertama,
dilanjutkan dengan kloroquin 300 mg selama 2-3 minggu.
c. Berikan amebisidal luminal setelah abses hepar diterapi dengan amebisida
jaringan ( metronidazol, kloroquin ). Hal tersebut bertujuan untuk membunuh
koloni amoeba dalam usus sehingga mencegah terjadinya relaps. Dapat diberikan
paramomycin 25-35 mg/KgBB dibagi dalam tiga dosis, dan diberikan selama 5-1-
hari.9
Komplikasi
Dapat meneyebabkan septisemia atau bakteremia dengan mortalitas hingga 85%m ruptur
abses hati disertai peritonitis generalisata dengan mortalitas 6-7%, kelainan
pleuropulmonal, gagal hati, perdarahan ke dalam rongga abses, empiema, ruptur ke
dalam perikardium atau retroperitoneum.9
Prognosis
Abses Hati Piogenik ( AHP ) :
Mortalitas AHP yang diberikan antibiotik sesuai hasil kultur dan drainase adalah 10-
16%. Prognosis buruk bila terlambat didiagnosis dan diberi tata laksanaPrognosis yang
10
buruk dipengaruhi oleh abses multiple, ibu hamil, beratnya kondisi medis yang
mendasari, keberadaan komplikasi, dan terlambatnya diagnosis.8
Kesimpulan
Abses hati merupakan infeksi pada hati yang di sebabkan bakteri, jumur, maupun
nekrosis steril yang dapat masuk melalui kandung kemih yang terinfeksi, infeksi dalam perut,
dsb. Adapun gejala-gejala yang sering timbul diantaranya demam tinggi, nyeri pada kuadran
kanan atas abdomen, dll. abdomen. Sedangkan sindrom klinis klasik untuk abses hati berupa
nyeri perut kanan atas, ditandai jalan membungkuk ke depan dengan dua tangan diletakkan di
atasnya, demam tinggi dan dapat terjadi syok Dan pada umumnya diagnosis yang di pakai
sama seperti penyakit lain yaitu pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan laboratorium.
Secara konvensional penatalaksanaan dapat dilakukan dengan drainase terbuka secara operasi
dan antibiotik spektrum luas.
Daftar Pustaka
1. Prianti YM,Abses hati pada anak.Juni 2005. Diunduh dari
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/7-1-9.pdf, 20 Juni 2015.
2. Julius. Abses Hati . Dalam : Sulaiman A. Akbar N, Lesmana LA, Noer MS. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Hati. Edisi 1. Jakarta : Jayabadi;2007.hlm.487-92.
4. Wena NT, Waleleng BJ. Abses Hati Piogenik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiadi S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen IPD FK UI;2006.hlm.462-3.
6. Chris T, Sonia H, Frans L. Kapita Seleta Kedokteran. Edisi IV. Jakarta: FK UI;
2014.hlm.670-71.
11
7. Ahsan I, Jehangir MU, Mahmood T, Ahmed N, Saleem M, Shahid M, dkk. Amoebic
Versus Pyogenic Liver Abscess. Journal of Pakistan Medical Association 2002;52:497.
Diunduh dari http://www.jpma.org.pk/full_article_text.php?article_id=2434, diakses pada
Agustus 2011.
8. Sharman MP, Ahuja V. Amoebic Liver Abscess. Journal Indian Academy of Clinical
Medicine 2003; 4(2):107-11. Diunduh dari http://medin.inc.in/jac/t03/i2/jact3i2p107.pdf,
diakses pada Agustus 2011.
12