Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1. Perpustakaan Umum


2.1.1. Pengertian perpustakaan umum
Perpustakaan umum merupakan salah satu tempat dimana terdapat berbagai
macam informasi bagi seluruh lapisan masyarakat. Adapun pengertian perpustakaan
umum menurut Sutarno (2003 : 32) perpustakaan umum adalah : Lembaga pendidikan
yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut,
jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan
lainnya.
Pendek kata perpustakaan umum memberikan layanan kepada semua orang, anak-
anak, remaja, dewasa, pelajar, mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, para usia
lanjut, laki-laki maupun perempuan.
Menurut Sulistyo-Basuki (1991 : 46) Perpustakaan umum adalah
perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum
merupakan lembaga yang menyediakan informasi sesuai kebutuhan masyarakatnya,
tanpa memandang status sosial dan didirikan dengan menggunakan dana umum

Universitas Sumatera Utara


dengan tujuan dapat melayani kebutuhan informasi secara umum dan secara cuma-
cuma dan saling menguntungkan satu sama lain.

2.1.2. Tujuan perpustakaan umum


Menurut buku Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (1992 : 6) tujuan
Perpustakaan Umum dibagi ke dalam tiga jenis tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum perpustakaan adalah membina dan mengembangkan
kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang
berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani dan rohani
masyarakat berada dalam jangkauan layanan, sehingga berkembang daya
kreasi dan inovasinya bagi peningkatan martabat dan produktivitas setiap
warga masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang pembangunan
nasional.
2. Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional dan tujuan khusus Perpustakaan Umum adalah :
a. Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca
khususnya, serta mendayagunakan budaya tulisan dalam segala sektor
kehidupan.
b. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah serta memanfaatkan
informasi.
c. Mendidik masyarakat pada umumnya agar dapat memelihara dan
memanfaatkan bahan pustaka secara tepat guna dan berhasil guna.
d. Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri.
e. Memupuk minat dan bakat masyarakat.
f. Menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman imajinatif.
g. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri
dengan mengembangkan kemampuan membaca masyarakat.
h. Berpartisipasi aktif dalam menunjang pembangunan nasional yang
menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan dalam pembangunan
sesuai kebutuhan seluruh lapisan masyarakat.
3. Tujuan Operasional
Tujuan operasional Perpustakaan Umum merupakan pernyataan formal
yang terperinci tentang sasaran yang harus dicapai serta cara mencapainya,
sehingga tujuan tersebut dapat dimonitor, diukur dan dievaluasi
keberhasilannya.

Dalam Manifesto Perpustakaan Umum UNESCO yang dikutip oleh Sulistyo-


Basuki (1991 : 46) dinyatakan bahwa Perpustakaan Umum mempunyai empat tujuan
utama yaitu :
1. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang
dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih
baik.

Universitas Sumatera Utara


2. Menyediakan informasi yang cepat, tepat dan murah bagi masyarakat,
terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan sedang
hangat dalam kalangan masyarakat.
3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya
sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya,
sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan
pustaka. Fungsi ini sering disebut sebagai fungsi pendidikan perpustakaan
umum, lebih tepat disebut sebagai pendidikan berkesinambungan ataupun
pendidikan seumur hidup. Pendidikan seperti ini hanya dapat dilakukan
oleh perpustakaan umum karena perpustakaan umum merupakan satu-
satunya pranata kepustakawanan yang terbuka bagi umum. Perpustakaan
nasional juga terbuka untuk umum namun untuk memanfaatkannya tidak
selalu terbuka langsung bagi perorangan, adakalanya harus melalui
perpustakaan lain.
4. Bertindak sebagai agen kultural artinya perpustakaan umum merupakan
pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan
umum bertugas menumbuhkan budaya masyarakat sekitarnya dengan cara
menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film dan
penyediaan informasi yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran
dan apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk seni.

Dari kedua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari


perpustakaan umum adalah menyediakan segala informasi yang dibutuhkan oleh
msyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga dapat menciptakan
masyarakat yang berpendidikan tinggi sehingga tercipta masyarakat yang berkelakuan
baik.

2.1.3. Fungsi perpustakaan umum


Sesuai dengan tujuan dari perpustakaan umum yang menjadikan masyarakat
berpendidikan dan bermoral, perpustakaan juga dituntut dapat memberikan fungsi
perpustakaan yang tepat guna bagi masyarakat umum. Menurut Sulistyo-Basuki
(1993-27) perpustakaan umum berfungsi sebagai:
Sebagai sarana simpan karya manusia
1. Perpustakaan berfungsi sebagai tempat menyimpan karya manusia,
khususnya karya cetak seperti buku, majalah, dan sejenisnya serta
karya rekaman seperti kaset, piringan hitam, dan sejenisnya.
2. Fungsi Informasi
Bagi anggota masyarakat yang memerlukan informasi dapat
memintanya ataupun menanyakannya ke perpustakaan.
3. Fungsi Rekreasi
Masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan cara membaca
dan bacaan ini disediakan oleh perpustakaan
4. Fungsi Pendidikan
Perpustakaan merupakan sarana pendidikan nonformal dan informasi,

Universitas Sumatera Utara


artinya perpustakaan merupakan tempat belajar diluar bangku sekolah
maupun juga tempat belajar dalam lingkungan pendidikan sekolah
5. Fungsi Kultural
Perpustakaan merupakan tempat untuk mendidik dan
mengembangkan apresiasi budaya masyarakat.

2.1.4. Tugas perpustakaan umum


Perpustakaan umum melakukan tugas untuk mencapai tujuan perpustakaan
umum, sebagaimana dinyatakan dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan
Perpustakaan Umum (2000 : 5), Tugas pokok perpustakaan umum adalah
menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka,
menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang
membutuhkan informasi dan bahan bacaan.

2.1.5. Ciri-ciri perpustakaan umum


Ciri-ciri perpustakaan umum menurut Sulistyo-Basuki (1992) ialah
1. Terbukan untuk umum artinya terbuka bagi siapa saja tanpa memandang
perbedaan jenis kelamin, agama, kepercayaan, ras, usia, pandangan politik
dan pekerjaan.
2. Dibiayai oleh dana umum. Dana umum adalah dana yang berasal dari
masyarakat yang biasanya dikumpulkan melalui pajak dan dikelola oleh
pemerintah.
3. Jasa yang diberikan pada hakekatnya bersifat cuma-cuma.

2.2. Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka


Tugas pokok suatu perpustakaan adalah memberikan dan menyebarluaskan
informasi kepada pengguna. Untuk mengadakan tugas tersebut perpustakaan harus
didukung oleh koleksi yang lengkap, tepat dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Sehingga untuk melaksakan itu semua perpustakaan harus merancang semua keadaan
pengadaan tersebut dengan baik.
Menurut Soetminah (1990 : 7) Pengadaan koleksi adalah proses
penghimpunan bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan.
Sedangkan menurut Sutarno (2006 : 174) Pengadaan atau akuisisi koleksi
bahan pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan sumber-
sumber informasi.

Universitas Sumatera Utara


Selain pendapat di atas Pangaribuan (2009 : 1) Pengadaan bahan pustaka
adalah salah satu kegiatan kerja dalam proses pengelolahan perpustakaan yang harus
ditangani secara baik dan terarah
Dari uraian pengadaan bahan pustaka yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa pengadaan bahan pustaka adalah rangkaian kegiatan untuk
menghimpun dan menyeleseksi bahan pustaka sehingga dapat memenuhi bahan
pustaka yang diminati dan layak bagi para pengguna.

2.3. Tujuan pengadaan bahan pustaka


Pada saat ini banyak perpustakaan berdiri dan mengaku sebagai badan
penyedia informasi profesional dan berkualitas. Namun, kenyataannya tidaklah
demikian hanya sedikit perpustakaan yang menjalankan tugas-tugasnya dengan baik.
Menurut Philips (1992 : 6) dapat dilihat perpustakaan yang berkualitas dapat
dilihat dengan cara memperhatikan program perpustakaan sebagai berikut:
1. Melakukan perbandingan koleksi dengan perpustakaan lain yang sejenis
dan seimbang.
2. Melakukan perbandingan koleksi dengan perpustakaan yang lebih besar
dan maju.
3. Melakukan evaluasi pada koleksi yang sudah tesedia dan dilayani pihak
perpustakaan pada pengguna
4. Melakukan program perbaikan pengembangan koleksi sesuai dengan hasil
evaluasi pengembangan koleksi

Selain pendapat di atas Perpustakaan Nasional RI, (2002 : 6) menyatakan


bahwa setiap perpustakaan yang beroperasi harus melakukan program
pengembangan koleksi dengan tujuan:
1. Melakukan kebijakan pada rencana pengadaan bahan pustaka.
2. Menetapkan metode yang sesuai dan terbaik untuk pengadaan.
3. Menetapkan skala prioritas pada bahan perpustakaan yang dikembangkan.
4. Mengadakan kerja sama dengan perpustakan pada pengadaan bahan pustaka
dan pelayanannya setiap unit perpustakaan.
5. Melakukan evaluasi pada koleksi yang dimiliki perpustakaan.

2.4. Fungsi pengadaan bahan pustaka


Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan menyediakan bahan
pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Bagian pengadaan bahan pustaka
juga mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan pengguna ada didalam koleksi
yang akan disajikan.

Universitas Sumatera Utara


Pengadaan bahan pustaka juga sangat memerlukan pembinaan bahan pustaka
atau koleksi. Pembinaan koleksi perpustakaan merupakan salah satu dari kerja
pelayanan teknis yang harus dilakukan perpustakaan dalam usahanya untuk
memberikan informasi kepada pengguna. Untuk itu perlu disadari oleh petugas,
anggota staf, dan pemakai bahwa secara umum menjaga koleksi perpustakaan
menjadi tanggung jawab bersama.

2.5. Pemilihan bahan pustaka


Pemilihan bahan pustaka adalah proses mengidentifikasi bahan-bahan pustaka
yang akan di tambahkan pada koleksi yang telah ada di perpustakaan. Pemilihan
bahan pustaka sangat penting dalam pengadaan bahan pustaka, karena pada
kenyataan perpustakaan tidak mampu menyediakan dana dari anggaran yang tersedia
untuk sejumlah buku yang terbit. Melalui tahapan pemilihan bahan pustaka
diharapkan akan dapat menghasilkan pengadaan bahan pustaka yang baik dan sesuia
dengan kebutuhan pengguna.
Pemilihan bahan pustaka dilakukan untuk memunuhi kebutuhan pengguna.
Pemilihan bahan pustakan dimadsudkan agar koleksi perpustakaan sesuai dengan
kebutuhan pengguna. Kesesuain ini diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan
koleksi perpustakaan. Dengan adanya pemilihan bahan pustaka, maka koleksi
perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga tujuan perpustakaan dapat
tercapai. Menurut Sulistyo-Basuki (1993 : 431) faktor yang dipertimbangkan dalam
pemilihan bahan perpustakaan adalah
1. Buku
Tahu tentang keadaan buku dipasaran (seberapa jauh buku yang
tersedia dipasaran, bagaimana proyaksi mendatang, dan sebagainya)
2. Pemakai
Pustakawan harus memahami pemakai dan pandai menduga
kemungkinan permintaan pemakai dalam berbagai bidang pengetahuan.
3. Sumber daya
Pustakawan mengetahui sumber daya ada, termasuk dana dan anggaran
pengadaan buku, staf, buku yang tersedia, serta buku yang dapat
dipinjam dari perpustakaan lain. Namum yang paling penting adalah
dana.

Sedangkan menurut Soetminah (1992 : 76), bahan pustaka yang akan diadakan
harus dipilih secara cermat disesuaikan dengan :
1. Minat dan kebutuhan pemakai
2. Tujuan, fungsi dan ruang lingkup layanan perpustakaan

Universitas Sumatera Utara


3. Kemajuan pengetahuan dan keyakinan jiwa dalam arti positif yang
dibawanya.
4. Pustakawan yang memiliki kualitas dalam pelayanan.

Dari uraian di atas pustakawan harus mengetahui tentang bahan pustaka,


memahami kebutuhan pengguna, dan mengetahui anggaran perpustakaan pengadaan
bahan perpustakaan. Dan yang paling penting pustakawan harus menyusun daftar
buku yang harus dipertimbangkan untuk di adakan pada pengadaan bahan pustaka.

2.5.1. Prinsip-prinsip seleksi pengadaan bahan pustaka


Persoalan yang sangat penting dalam seleksi menetapkan dasar pemikiran
untuk kegiatan ini. Ini disebabkan karena prinsip penyeleksian bahan pustaka
sangatlah penting dalam menunjang kemajuan suatu perpustakaan. Dalam hal ini
peran seorang pustakawan sangat besar, karena menyeleksi bahan pustaka tidak
gampang, butuh keahlian dan pengetahuan yang luas. Menurut Pangaribuan (2009 :
2), prinsip- prinsip dalam pemilihan bahan pustaka adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tujuan dan fungsi perpustakaan, dan mengetahui program-
program yang akan dilaksanakan perpustakaan.
2. Mengetahui latar belakang pengguna perpustakaan, misalnya saapa
saja yang menjadi anggota, kebiasaan membaca angggota, minat dan
penelitian yang sedang dan dilakukan, berapa banyak mereka
menggubakan perpustakaan, dan mengapa ada kelompok yang
menggunakan koleksi perpustakaan lebih banyak dari kelompok
lainnya.
3. Mengetahui keberadaan pemasaran buku baik nasional ,ataupun
internasioal.
4. Hendaknya personil pustakawan pengadaan bersikap netral dalam
menjalankan tugasnya, tidak bersikap mendua dalam memandang para
pengguna perpustakaan dan kebutuhan mereka.
5. Menerapkan asa keseimbangan dalam pengelolaan anggaran
pengadaan bahan pustaka.
6. Menguasai sarana bibliografi yang digunakan dalam pemilihan bahn
pustaka.
7. Memperhatikan ketentuan pemerintah dan perundang-undangan yang
berkaitan dengan prosedur pengdaan barang atau jasa bagi kepeluan
instansi pemerintah (peraturan yang saat ini berlaku adalah Kepres
no.8 tahun 2003).
8. Memelihara tertib administrasi dari seluruh kegiatan pengadaan.

Sedangkan menurut Philipps (1992 : 12) bahwa prinsip seleksi bahan


pustaka adalah :
1. Relevansi atau sesuai dengan fungsi dan tujuan perpustakaan.
2. Beriorientasi pada pengguna.

Universitas Sumatera Utara


3. Berpedoman pada kebutuhan pengguna
4. Informasi yang akan disediakan merupakan informasi yang terbaru dan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Menggunakan alat bantu seleksi yang tersedia
6. Kerja sama dengan berbagai pihak.

Selain pendapat di atas Soetminah (1992:76), menyatakan bahwa bahan


pustaka harus dipilih sesuai dengan:
1. Minat dan kebutuhan pemakaian
2. Tujuan, fungsi dan ruang lingkungan layanan perpustakaan
3. Kemajuan pengetahuan dan kekayaan jiwa dalam arti positif
4. Bahan pustaka memenuhi kwalitas persyaratan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan pustaka termasuk
sebagai pedoman pengadaan bahan pustaka, dan dihararapkan bahwa koleksi
perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan pengguna dan tercapainya tujuan
perpustakaan.

2.5.2. Alat bantu pemilihan pengadaan bahan pustaka


Untuk melakukan pemilihan bahan pustaka ada sarana yang dapat membantu
dalam proses tersebut yaitu alat bantu seleksi.
Menurut Pangaribuan (2009 : 8) jenis alat bantu seleksi yang masing-masing
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Alat Bantu Seleksi
Yaitu alat yang dapat membantu pustakawan untuk memutuskan apakah
bahan pustaka yang dipilih atau tidak, karena informsi yang diberikan
tidak terbatas pada data bibliografi saja, dan keterangan lain yang
diperlukan untuk mengambil keputusan. Informasi ini dapat diberikan
dalam bentuk anotasi singkat, tinjauan (riview) dengan panjang yang
bervariasi.
Contoh alat bantu seleksi yaitu:
a. Majalah tinjauan buku
b. Rensensi buku di surat kabar
c. Katalog penerbit secara online pada web.
2. Alat Identifikasi dan Verifikasi
Yaitu alat bantu seleksi yang hanya menvantumkan data bibliografi bahan
pustaka. Alat seperti ini dipakai untuk mengetahui judul yang telah terbit
atau yang akan diterbitkan dalam bidang subjek tertentu. Alat bnatu ini
dipakai untuk mengetahui verifikasi, apaka judul, edisi, nama pengarang,
harga dan lain-lain. Tepat dengan yang diinformasikan oleh pihak lain.
Contoh alat identifikasi dan verifikasi adalah:
a. Katalog Penerbit
b. Katalog Induk

Universitas Sumatera Utara


c. Bibliografi
d. Accession list,dan lain-lain.

Sedangkan menurut Darmono (2001), menyatakan alat bantu seleksi adalah


sebagai berikut:
1. Katalog Penerbit dari berbagai Penerbit
Katalog penerbit berisi informasi buku-buku terbaru dari penerbit dalam
dan
luar negeri. Informasi yang dikandung biasanya berisi judul, pengarang,
tahun terbit, jumlah halaman, harga buku dan sering pula menyertakan
anotasi atau deskripsi cakupan isi buku.
2. Tinjauan Buku
Tinjauan buku biasanya dimuat pada majalah ilmiah, surat kabar serta
majalah ini merupakan salah satu alat untuk mengevaluasi dan seleksi
tulisan bagi tulisan orang-orang ternama.
3. Bibliografi Nasional Indonesia
Berisi informasi tentang terbitan seluruh Indonesia yang mencakup buku,
laporan penelitian, bacaan anak-anak, terbitan pemerintahan, laporan
konferensi serta peta.
4. Daftar Buku IKAPI
Daftar ini merupakan katalog berbagai penerbit Indonesia yang tergabung
dalam Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Katalog ini diterbitkan IKAPI
dan isi dari daftar ini memuat judul, pengarang, jumlah halaman, ISBN,
dan harga buku. Alat ini memuat informasi judul buku yang merupakan
gabungan dari berbagai bidang pengetahuan.
5. Resensi
Adalah suatu uraian pembicaraan maupun penilaian terhadap suatu karya
yang menyangkut bentuk fisik maupun isinya. Resensi dapat disampaikan
pada media tatap muka, diskusi buku, media cetak (buku, majalah, dan
surat kabar), media dengar (radio), maupun media pandang dengar atau
televisi.

Dalam memilih bahan pustaka pihak perpustakaan harus menentukan alat


bantu yang sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Hal ini agar mempermudah kerja
pustakawan dalam menyediakan bahan pustaka yang akan di layangkan pada
pengguna.

2.5.3. Pihak yang Berwenang melakukan Pengadaan Bahan Pustaka


Pihak yang melakukan pengadaan bahan pustaka pada perpustakaan umum
tidak hanya para pustakawan, melainkan pengguna yang menikmati fasilitas tersebut.
Memang tidak mudah memilih dan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara


kebutuhan umum para pengguna untuk itu para pustakawan harus melakukan riset
tentang keadaan para pengguna yang akan menggunakan perpustakaan umum
tersebut. Hal ini dilakukan agar saling melengkapi antara perpustakaan dan pengguna.
Menurut Pangaribuan (2009 : 5) pihak yang berwenang dalam melakukan pemilihan
bahan pustaka perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang ada dipasaan.
2. Memahami tujuan dan fungsi perpustakaan tempat ia bekerja.
3. Mengenal kebutuhan masyarakat yang dilayani.
4. Mengenal prinsip-prinsip seleksi.
5. Mengenal dan mampu menggunakan alat-alat bantu seleksi.
6. Memahami berbagai kendala yang ada.

Sedangakan menurut Yulia (1993:27), pihak-pihak yang berwenang


melakukan seleksi yaitu sebagai berikut:
1. Pada perpustakaan sekolah yang berhak melakukan seleksi adalah
kepala sekolah/wakilnya dan guru. Pelajar juga boleh menyarankan.
2. Pada perpustakaan umum, pihak yang berwenang melakukan seleksi
adalah dewan penasehat/penyantun perpustakaan itu, tokoh masyarakat
di sekitar perpustakaan umum itu berada.
3. Pada perpustakaan perguruan tinggi, pihak yang berwenang
melakukan seleksi adalah pimpinan universitas, pimpinan fakultas dan
dosen. Mahasiswa juga boleh menyarankan, tetapi harus
dipertimbangkan apakah sesuai dengan kebutuhan perkuliahan.
4. Pada perpustakaan khusus, pihak yang berwenang melakukan seleksi
adalah pimpinan institusi dimana perpustakaan itu bernaung, dan
orang-orang yang mengetahui dengan jelas kebutuhan institusi
tersebut.

2.6. Sistem Pengadaan Bahan Pustaka


Pengadaan bahan pustaka diperpustakaan merupakan hal yang sangat
penting,sehingga diperlukan hal-hal yang mendukung agar pengadaan bahan pustaka
bisa benar-benar terpenuhi dan dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Ada beberapa
sistem yang dapat digunakan dalam mengadakan bahan pustaka.
Menurut Pangaribuan (2009: 1) sistem pengadaan bahan pustaka ialah sebagai
berikut:
1. Pembelian
2. Hadiah dan deposit
3. Pertukaran

Universitas Sumatera Utara


Sistem tersebut dilakukan diadakan untuk lebih mengarahkan petugas untuk
melaksanakan tugas pengadaan bahan pustaka secara tepat, baik dan sistematis.
Sedangkan menurut Akbar (2010 : 4) menyatakan sistem pengadaan bahan
pustaka dapat dilakukan dengan:
1. Pembelian
2. Pemesanan
3. Hadiah atau sumbangan
4. Tukar-Menukar
5. Titipan
6. Penerbitan Sendiri.

2.6.1. Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Pembelian


Pengadaan bahan pustaka dengan pembelian adalah cara yang sangat
efektifbdan dapat memenuhi kebutuhan pemakai, oleh sebab itu dibutuhkan anggaran
keuangan yang memadai sesuai dengan harga buku, dengan pembelian pustakawan
bisa memilih bahan pustaka yang diinginkan dan yang cocok untuk para pengguna
perpustakaan. Menurut Pangaribuan (2009 : 9) pembelian bahan pustaka dapat
dilakukan dengan cara antara lain:
1. Melalui Toko Buku
Pembelian buku secara langsung pada toko buku banyak dilakukan oleh
perpustakaan yang mempunyai jumlah pembelian relative kecil.
Kekurangn yang sering ditemui dalam pembelian buku yang dilakukan
melalui toko buku adalah bahwa tidak semua subjek atau judul buku yang
dibutuhkan perpustakaan tersedia di tokok buku. Disamping itu, tidak
semua pesanan buku dari satu buku cenderung menerima pesanan dalam
bentuk judul terbatas namun eksemplar dari pada banyak judul dengan
pemesanan rata-rata satu eksemplar berjudul. Sedangkan keuntungan dan
kemudahannya adalah kita dapat melakukan efesiensi atau penghematan
dari segi biaya, waktu, dan tenaga.

2. Melalui penerbit, baik dalam maupun luar negeri


Secara umum defenisi penerbit adalah suatu perusahaan yang mengambil
naskah pengarang, penerbit, mengedit dan memprosesnya dalam bentuk
buku. Pembelian buku secara langsung kepada penerbit, biasanya hanya
dilakukan jika judul-judul yang kita butuhkan benar-benar dikeluarkan
oleh penerbit tersebut. Untuk mengetahui hal ini, perpustakaan dapat
memanfaatkan katalog penerbit yang dikeluarkan penerbit sehingga bahan
pustaka yang akan di adakan dapat dipesan langsung dapat penerbitnya.

Menurut Pangaribuan (2009 : 9) cara pemesanan melalui penerbit adalah:


a. Tentukan penerbit yang dapat melayani pesanan buku perpustakaan anda.
b. Buatlah daftar pesanan buku-buku yang dikelompokkan menurut
penerbitnya

Universitas Sumatera Utara


c. Kirimkan daftar pesanan kepad penerbit yang dituju untuk diperiksa
ketersediaan buku-buku dan harga satunya.
d. Setelah diterima periksa dana yang tersedia
e. Lakukan pembayaran langsung atau melaui bank.
f. Bukti pembayaran melalui bank harus dikirimkan ke penerbit disertai
dengan surat pengantar.
g. Fotocopy dari bukti pembayaran melalui bank harus disimpan sebagai
bukti pembayaran.
h. Melalui agen buku (Jobber), baik dalam maupun luar negeri.

Selain pembelian ke toko buku dan penerbit, perpustakaan juga dapat membeli
buku melalui agen yang biasa disebut dengan jobber atau vendor. Agen buku ini
berpean sebagai mediator antara perpustakaan dan penerbit, terutama untuk
pengadaan bahan pustaka tebitan luar negeri. Agen buku memperoleh buku-buku dari
penerbit dan potongan harga dan penyimpanan dalam gudang besar dan menjualnya
kepada toko buku dan perpustakaa. Pustakawan lebih menyukai pembelian melalui
agen buku. Hal ini disebabkan beberapa alasannya, antara lain:
1. Dengan melalui agen buku, semua judul-judul yang berasal dari berbagai
penerbit hanya melalui satu jalur yaitu agen buku.
2. Agen buku tidah hanya menerima pesanan dari perpustakaan saja, tetapi
lebih dari satu mereka juga menindak lanjuti dengan membantu memenuhi
memecahkan masalah yang mungkin timbul dalam transakasi pesan
memesan.
Dalam melakukan kegiatan pembelian bahan pustaka diperlukan langkah yang
sistematis agar pelaksanaan pembelian dapat terlaksanakan dengan benar sehingga
tidak terjadi pemborosan dana.

2.6.2. Pengadaan bahan pustaka melalui pemesanan


Pengadaan bahan pustaka melalui pemesanan merupakan proses pengadaan
yang dilakukan oleh petugas pengadaan untuk memesan buku yang akan dibeli
kepada pihak penerbit atau agen buku.
Menurut Yulia (1994 : 44) cara pemesanan bahan pustaka ialah
1. Petugas pengadaan mempersiapkan kartu pemesanan. Kartu pemesanan
dibuat dalam bentuk catalog ini bertujuan untuk memudahkan pengecekan
lembaran permintaan.
2. Buat daftar pesanan yang memuat judul-judul pesanan yang diambil dari
kartu-kartu pesanan yang disusun menurut abjad pengarang.

Universitas Sumatera Utara


3. Tentukan toko buku terlengkap yang ada di kota dimana perpustakaan
berada.
4. Daftar pesanan yang telah dibuat, diserahkan pada petugas toko buku
untuk mendapat layanan.
5. Lakukan pembayaran (dengan uang tunai atau check), sebesar jumlah
pembeliannya ,dan mintakan bukti pembayarannya beserta faktur
pembeliannya
6. Beritahu pada pemesanan (misalnya pada staf pengajar), bahwa buku-buku
yang telah dipesan telah datang. Permintaan buku yang oleh satu dan lain
hal tidak dapat dilaksanakan pemesanannya juga harus diberiathukan
kepada pemesannya.
7. Untuk judul-judul yang tidak dapat dibeli dari toko tersebut, perlu
dicarikan pda toko lain yang berada di kota tersebut, atau pada toko buku
di kota lain yang terdekat.

Adapun pemesanan bahan pustaka melalui penerbit dan melalui agen.


Pemesanan melalui penerbit biasanya hanya dilaukan jika judul-judul yang kita
butuhkan benar-benar dikeluarkan oleh penerbit tersebut. Sedangkan, pemesanan
melalui agen biasanya agen buku memperoleh buku-buku dari penerbit dengan
potongan harga (discount), dan menyimpannya dalam gudang besar , kemudian
menjualnya kepada toko buku dan perpustakaan. Agen buku memeberikan
pelayanan yang efisien dan cepat. Pustakawan dapat memesan buku dalam
berbagai bentuk cetakan.
Adapun evaluasi terhadap agen buku oleh pustakawan biasanya
memperhatikan beberapa hal yaitu :
1. Pelayanan ekstra
2. Potongan harga (discount)
3. Waktu pengiriman (delivery time)
4. Pemenuhan pemesanan

2.6.3. Pengadaan bahan pustaka melalui hadiah


Cara lain untuk menambah koleksi perpustakaan adalah melalui hadiah atau
sumbangan. Cara ini memang mudah hanya saja perlu diperhitungkan dalam
pengadaan koleksi bahan pustaka hal ini dikarenakan terkadang hadiah yang diberikan
tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna atau koleksi sudah kadaluarsa. Sehubungan
dengan ini penanganan hadiah harus tercantum dalam kebijakan pengembangan
koleksi.
Menurut Soetminah (1992 : 72) Hadiah dapat diperoleh dengan cara:
1. Mengajukan permintaan hadiah bahan pustaka

Universitas Sumatera Utara


Perpustakaan dapat mengajukan permintaan hadiah dalam perpustakaan
kepada lembaga pemerintah atau swasta, lembaga ilmiah dalam negeri
atau luar negeri. Permintaan ini dapat dilakukan dengan cara lisan atau
tulisan. Permintaan dengan cara lisan hendaknya dilakukan dengan tertulis
melalui surat agar ada bukti yang jelas. Perpustakaan hendaknya
memenfaatkan kesempatan ini untuk memperoleh hadiah terutama bahan
pustaka yang langka.
Langkah langkah yang perlu ditempuh dalam mengajukan permintaan
bahan pustaka adalah:
a. Menyusun daftar bahan pustaka yang akan diminta sebagai hadiah.
b. Mengirimkannya pada alamat yang akan dituju sebagai surat
permohonan dengan penjelasan kegunaannya, serta lampiran
daftar yang telah disiapkan.
c. Apabila bahan pustaka hadiah datang, maka perlu diperiksa dan
dicocokkan dengan surat pengantarnya, apabila sudah cocok dapat
langsung diinventarisasi.
d. Mengirimkan surat ucapan terima kasih kepada pengirim, beserta
mengembalikan tanda terima kasih
2. Hadiah tidak atas permintaan
Suatu lembaga atau perseorangan sering memberikan hadiah bahan
pustaka kepada suatu perpustakaan tanpa diminta. Hal ini dapat terjadi
karena lembaga atau seseorang mempunyai bahan pustaka yang ingin
dihadiahkan atau sengaja memberi hadiah atau bantuan pada perpustakaan
tertentu.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan setelah menerima hadiah
tersebut adalah :
a. Menyesuaikan bahan pustaka dengan surat pengantar dan
lampirannya.
b. Mengirimkan surat ucapan terma kasih dan mengembalikan surat
pengantar.
c. Menyeleksi bahan pustaka yang sesuai dengan tujuan, fungsi, serta
ruang lingkup layanan perpustakaan, diinventarisasi, sedangkan
yang tidak cocok dapat ditawarkan kepada perpustakaan lain
sebagai tukar menukar

2.6.4. Pengadaan bahan pustaka melalui Tukar-menukar


Pertukaran bahan pustaka disebagian besar perpustakaan harus dimulai
dari keperluan lembaga dari pada keinginan untuk mendukung distribusi
bahan-bahan ilmiah. Pertukaran biasanya dibuat secara langsung diantara
lembaga-lembaga, tanggung jawab untuk pertukaran bahan pustaka biasanya
dilimpahkan kepada bagian pengadaan. Bisanya tukar menukar dapat
dilakukan apabila bahan pustaka tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan
pengguna atau jumlah eksemplar yang terlalu banyak. Tukar menukar dapat
dilakukan jika ada persetujuan antara kedua belah pihak yang
melaksanakannya.

Universitas Sumatera Utara


Bahan pustaka yang diperoleh melalui tukar menukar mempunyai
potensi yang besar dalam pengembangan koleksi bahan pustaka suatu
perpustakaan, karena bahan pustaka yang diperoleh secara cum-cuma
sepanjang bahan pustaka tersebut benar-benar sesuai kebutuhan pengguna.
Menurut Yulia (1994 : 56) adapun tujuan pertukaran bahan pustaka
antar perpustakaan sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli
ditoko buku, atau tidak tersedia karena alasan lain.
2. Sistem pertukaran memberi jalan bagi perpusakaan untuk
membuang buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai.
3. Pertukaran mengembangkan kerjasama yang baik antar
peprustakaan khusunya pada tingkat internasional. Kecuali untuk
pertukaran bahan pustaka antar perpustakaan secara formal, banyak
program-program pertukaran terbatas pada perpustakaan nasional,
perpustakaan khusus dan perpustakaa research(penelitian) yang
besar.

Menurut Yulia (1994 : 58) sumber pertukaran ialah sebagai berikut :


1. Universitas /akademi yang berupa terbitan resmi, disertasi, atau
abstrak bahan pustaka duplikat, terbitan university press, terbitan
perpustakaan, reprint, terbitan unit penelitian.
2. Pemerintah, berupa undang-undang, peraturan, lembaran negara,
program pemerintah, terbitan resmi lainnya.
3. Organisasi ilmiah dan profesi.
4. Perusahaan- perusahaan industri.

2.6.5. Pengadaan bahan pustaka melalui titipan


Menurut Perpustakaan Nasional RI (1992 : 17)Penambahan koleksi
dengan titipan adalah penambahan bahan pustaka perorangan atau lembaga
lain yang ditempatkan pada suatu perpustakaan agar bisa dimanfaatakan oleh
pengguna.
Perpustakaan dapat memperkaya koleksinya dengan menerima titipan
dari pihak lain. Penerimaan titipan haruslah bahan perpustakaan yang benar-
benar dibutuhkan oleh pengguna dan harus ada kesepakatan antara pihak yang
menitip dengan perpustakaan. Perpustakaan bertanggung jawab penuh atas
bahan pustaka yang dititipkan walaupun bahan pustaka tersebut bukan
sepenuhnya milik perpustakaan. Hal ini disebabkan karena pada suatu saat
pemiliknya bisa mengambil bahan pustaka yang dititipkannya pada suatu saat
dengan melalui prosedur dan perjanjian yang sudah disepakati oleh kedua
belah pihak.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Soetminah (1992 : 74) langkah-langkah penerimaan bahan
pustaka titipan adalah:
1. Pustaka beserta daftranya diterima, kemudian dicocokkan dan
apabila sudah cocok pustaka langsung dapat diinventarisasi dan di
proses sampai dapat dipinjamkan.
2. Perpustakaan dan penitip menandatangani surat serah terima yang
dilengkapi dengan keteranagn seperti:
a. Pustaka sesuai daftar terlampir dititipan pada perpustakaan
selama jangka waktu..........x........tahun
b. Pustaka boleh dipinjamkan kepada masyarakat pemakai,
maka boleh diperlakukan sama dengan koleksi lain.
c. Apabila ada pustaka yang rusak, perpustakaan akan
memperbaiki, tetapi apabila hilang, perpustakaan tidak
menggantinya.
d. Setelah ketentuan itu disepakati, maka kedua belah pihak
menandatanganinya dan masing-masing menyimpan satu
dokumen serah terima.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan


melalui titipan juga dimanfaatkan oleh pengguna dengan status tetap milik
penitip.

2.6.6. Pengadaan bahan pustaka melalui Terbitan sendiri


Dalam Buku Pedoman Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999 :
19), penerbit sendiri mencangkup:
1. Penerbit dan lembaga induk tempat perpustakaan berada:
a. Perpustakaan hendaknya dijadikan pusat penyimpanan
(depository) semua penerbitan lembaga itu.
b. Perpustakaan dapat ditunjuk sebagai penyalur dari semua
penerbit lembaga yang bersangkutan.

2. Penerbitan oleh perpustakaan sendiri seperti daftar tambahan


Koleksi buletin, manual bibliografi, dan lain-lain.
Koleksi terbitan sendiri ini sangat membantu kelancaran tugas lembaga
tersebut, karena bahan jenis ini biasanya tidak ada dipasaran, sedangkan
informasinya sangat penting bagi lembaga ilmiah lainnya. Untuk melengkapi
koleksinya sebaiknya perpustakaan harus menghimpun semua bahan pustaka
yang diterbitkan oleh perpustakaan induk dimana peprustakaan itu bernaung.

Universitas Sumatera Utara


2.7. Inventarisasi bahan pustaka
Inventarisasi bahan pustaka merupakan langkah awal dalam langkah
pemberian jati diri buku dan pendaftaran kedalam buku induk. Hal utama yang
dilakukan sebelum kegiatan inventarisasi adalah melekukan pengecekan
penerimaan bahan pustaka.
Menurut Massofa (2008), Inventarisasi adalah kegiatan pencatatan data-
data fisik buku ke dalam sarana pencatatan, yang dapat berupa lembaran lepas,
kartu maupun buku, dan sering disebut sebagai buku induk. Setiap eksemplar
bahan pustaka mempunyai satu nomor induk. Adapun informasi lain yang perlu
dicatat dalam buku induk, adalah judul, pengarang, asal perolehan, nomor
induk, bahasa, jumlah eksemplar, dan judul, serta harga.

Sedangkan menurut Yulia (1993), Buku induk buku mempunyai fungsi


yaitu :
1. Sebagai daftar inventaris koleksi perpustakaan.
2 Mengetahui jumlah koleksi perpustakaan dengan cepat.
3. Mengetahui jumlah koleksi yang dimiliki perpustakan pada saat/tahun
tertentu.
4. Untuk mengetahui judul-judul buku yang hilang.
5. Mengetahui jumlah koleksi buku menurut jenis, bahasa,
pembelian, hadiah, maupun berdasarkan tukar-menukar.

Selain pendapat di atas Soetminah (1992 : 81) menyatakan bahwa


Kegiatan inventasisasi mencangkup :
1. Mencatat setiap eksemplar buku dalam buku induk
2. Memberi nomor induk /inventarisai setiap eksemplar buku dan
mencatatnya dalam buku yang bersangkutan.
3. Majalah lepas dicatat dalam kartu majalah agar mudah diketahui
volume, dan nomor edisi yang diterima.
4. Majalah yang dijilid diperlukan sebagai buku.
5. Memberi cap/stampel milik pada setiap buku, pada halaman yang
telah ditentukan.

Universitas Sumatera Utara


Tgl diterima:...............
Asal dari :..................
Harga:.......................
Tanda buku :............
No.Induk:................
Tgl. Invent:..............

MILIK PEPRUSTAKAAN
UMUM KOTA BINJAI

Contoh kepemilikan dan cap inventarisasi

Menurut Pangaribuan (2009:12-13), informasi yang dicantumkan pada


pencatatan buku induk adalah
1. Nomor urut.
2. Tanggal penerimaan yaitu: Tanggal kapan buku tersebut diterima. Tanggal
ini dicantumkan pada setiap eksemplar buku yabg diinventarisasi.
3. Pengarang, nama pengarang ditulis setelah dibalik terlebih dahulu
sebagaimana dilakukan dalam pengatalogan. Apabila buku yang memiliki
pengarang lebih dari satu, sebaiknya semua nama pengarang tersebut ditulis,
tetapi jika nama pengarang lebih dari tiga orang, maka ditulis nama pengarang
pertama diikuti dengan menambanhkan et.al atau dkk.
4. Judul buku, yaitu judul buku secara keseluruhan namun jika terlalu panjang
dapat dipotong tanpa mengurangi arti judul tersebut dengan menambah tiga
titik(...).
5. Tempat terbit/penerbit, yaitu tempat kota terbit dimana buku tersebut
diterbitkan dan oleh penerbit mana (tulis nama penerbitnya), isi dapat dilihat
pada halaman judul. Dan tahun terbit, yaitu kapan (tahun berapa buku tersebut
diterbitkan).
6. Asal/sumber perolehan. Dalam kolom ini dicatat dari mana buku berasal,
apakah dari hasil pembelian, hadiah, tukar menukar, dan sebagainya.
7. Bahasa. Untuk kolom ini dicantumkan bahasa agar dapat diketahui jumlah
buku yang berbahasa indonesia, inggris, dan bahasa asing lainnya. Hal ini
dapat dibuat dengan menggunakan singkat I untuk bahasa indonesia, E untuk
bahasa inggris, A untuk bahasa Asing diluar bahasa inggris.

Universitas Sumatera Utara


8. Nomor inventarisasi/induk, yaitu nomor inventarisasi, dimana setiap
jilid/eksemplar buku diberi nomor sendiri.
9. Harga buku jika diketahui. Dapat dilakukan untuk buku-buku hasil pembelia.
10. Golongan (nomor klasifikasi), kolom ini dicatat setelah buku diperoses.
11. Keterangan. Dalam kolom ini dicantumkan hal-hal yang dianggap perlu dan
belum dicantumkan dalam kolom yang disediakan.
No Tgl No Pengarang Jdl Impresum Asal Bahasa Jlh No ket
Ind Kls
B H T I E A

Contoh buku induk/inventarisasi


Sumber : Pangaribuan (2009 : 13)
2.8. Jenis-Jenis Bahan Pustaka
Menurut Kohar, Ade (2003:6) koleksi perpustakaan adalah yang meliputi berbagai
format bahan pustaka sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan alternatif para
pemakai perpustakaan terhadap media rekam informasi. Sedangkan menurut
Pangaribuan (2009 : 2), jenis-jenis bahan pustaka adalah sebagai berikut:
1. Karya cetak
2. Karya non cetak
3. Bentuk mikro
4. Karya dalam bentuk elektronik
5. Web (akses online)

2.8.1. Karya Cetak


Menurut Pangaribuan (2009:2), karya cetak adalah pemikiran manusia yang
dituangkan dalam bentuk cetak, seperti:
1. Buku
Buku adalah bahan pustaka yang merupakan suatu kesatuan utuh dan yang
paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standart
UNESCO tebal buku paling seeikit 49 halaman tidak termasuk kulit
maupun jaket buku fiksi, teks,dan rujukan.
2. Terbitan sendiri
Bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dengan jangka waktu
terbit tertentu. Bahan pustaka yang termasuk terbitan bersri adalah harian (surat
kabar), majalah (mingguan, bulanan dan lainnya), laporan yang terbit dalam
jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, tri wulan, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


2.8.2. Karya NonCetak
Karya noncetak sering dikatakan sebagai bahan non buku ataupun bahan
pandang dengar.
Menurut Siregar (2010 : 16) yang termasuk dalam jenis bahan pustaka
noncetak adalah:
1. Rekaman suara
Rekaman suara adalah bahan pustaka dalam betuk pita kaset dan
pirangan hitam

2. Gambar Hidup dan Rekaman Video


Yang termasuk dalam betuk ini adalah film dan kaset video yang pada
umumnya bersifat rekreasi.
3. Bahan Grafika
Ada dua jenis tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat
langsung seperti lukisan, bagan, foto dan gambar lukisan yang harus
dilihat dengan bantuan alat seperti selid, transpransi dan film strip.

2.8.3. Bentuk Mikro


Menurut Siregar (2010 : 55) Bentuk mikro adalah koleksi perpustakaan
yang merupakan alih media dari buku ke dalam mikro seperti mikro film
dan mikro fice (carik mikro). Koleksi mikro hanya dapat dibaca dengan
alat bantu yaitu mikro reader. Bentuk mikro juga dapat dicetak dengan alat
yaitu mikro reader priter. Yang termasuk dalam jenis bentuk mikro adalah:

1. Mikro film
Bentuk mikro film dalam gulungan film. Ada beberapa ukuran film
yaitu 16 mm dan 35 mm.
2. Mikrofis
Bentuk mikro dalam lembara film dengan ukuran 105 mm x 148 mm
(standard) dan 75 mm x 125 mm.
3. Mikroopaque
Bentuk mikro dimana informasinnya dicetak dalam kertas yang
mengkilat tidak tembus cahaya. Ukurannya sebesar mikrofis.

Sedangkan menurut Pangaribuan (2009:3), bentuk mikro adalah suatu


istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang
menggunakan media film an tidak dapat dibaca dengan mata biasa
melainkan harus memakai alat yang dinamakan micro-reader. Bahan
pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan dalam bahan
noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercangkup didalamnya
meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya.

2.8.4. Dalam bentuk elektronik


Menurut Pangaribuan (2009: 3) Dalam perkembangan teknologi informasi,
maka informasi dapat dituangkan kedalam media elektronik seperti pita

Universitas Sumatera Utara


magnetik dan cakram atau disk. Untuk membacanya diperlukan perangkat
keras seperti komputer. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah: disket,
CD-ROM dll.

2.8.5. Web ( Akses online)


Web akses online adalah bahan dari bahan pengelola informasi lain yang dapat
diakses dengan bentuk internet. Baik yang diperoleh secara cuma-cuma
(gratis) maupun dengan pembelian. Bahan tersebut dihubungkan (link) dari
perpustakaan digital kita.

2.9. Kebijakan pengadaan bahan pustaka


Kebijakan pengadaan bahan pustaka sangat penting hal ini dikarenakan untuk
dapat mencapai hasil yang memuaskan dan mampu memenuhi keperluan
pemakai secara efektif dan efisien. Maka dari itu untuk memenuhi itu semua
kebijakan pengadaan bahan pustaka sebaiknya dirumuskan secara tertulis.
Karena dengan adanya kebijakan pegadaan dapat memudahkan keja
pustakawan untuk memilih bahan pustaka yang sebagai koleksi perpustakaan
yang muktahir, up to date dan ampu memenuhi kebutuhan pengguna dengan
baik.
Menurut Massofa (2008), menyatakan kebijakan pengembangan koleksi
berfungsi sebagai:
1. Pedoman bagi para selektor untuk bekerja lebih terarah.
2. Sarana komunikasi untuk memberitahu pada para pemakai,
administrator, dewan pembina dan pihak lain, apa cakupan dan ciri-ciri
koleksi yang telah ada dan rencana untuk pengembangan selanjutnya.
3. Sarana perencanaan untuk membantu dalam proses alokasi dana.

BAB III
SISTEM PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PADA
PERPUSTAKAAN UMUM PEMERINTAH KOTA BINJAI

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai