Anda di halaman 1dari 18

TRIBOLOGI DAN PERAWATAN

PERGESEKAN

Disusun oleh :

Nama : Achmad zulfahri

NIM : 160120047

Dosen Pembimbing :

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberi karunia-Nya baik kesehatan maupun kesempatan,
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini
bertujuan memenuhi tugas mata kuliah Tribologi dan Perawatan.

Dengan demikian, penulis memohon maaf apabila dalam


penyusunan tugas makalah ini masih terdapat banyak kerkurangan
dalam isi maupun penyusunan, untuk itu masukan berupa kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
tugas makalah ini. Semoga makalah yang sederhana ini dapat
memberikan manfaat bagi ilmu Tribologi dan Perawatan.

Lhokseumawe, 11 April 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

I. Tribologi...............................................................................4
II. Gesekan..............................................................................5
i. Adhesi...........................................................................5
ii. Hambatan gelinding.....................................................6
iii. Efek viskoelastik...........................................................6
iv. Hambatan hidrodinamis...............................................6
III. Keausan...............................................................................7
i. Jenis-jenis keausan....................................................10
ii. Pengaruh keausan......................................................11
IV. Pelumas.............................................................................12
i. Macam-macam pelumas............................................12
ii. Mekanisme pelumasan...............................................15
iii. Klasifikasi minyak pelumas........................................16

TRIBOLOGI
Tribologi adalah studi tentang gesekan, keausan, dan
pelumasan. Tribology meliputi banyak disiplin ilmu, sperti mekanika
benda padat, mekanika fluida, ilmu bahan, dan ilmu kimia.
Beberapa spesialis perlu dilibatkan dalam tim perancangan untuk
menyelesaikan perancangan bantalan atau pelumasan umum yang
kritis.

Bagian ini menyajikan beberapa prinsip umum pelumasan


ynag dapat berlaku untuk berbagai situasi perancangan bila
gerakan relative terjadi antara elemen-elemen mesin yang
berpasangan. Tujuannya adalah untuk membantu anda mengenali
banyak parameter yang harus dipertimbangkan dalam merancang
mesin dan menganalisis kegagalan atau operasi yang kurang

3
memuaskan dari mesin-mesin yang ada. Banyak pembahasan
dalam bagian ini akan berkaitan dengan minimalisasi atau
pengendalian gesekan yang umunya diterapkan sebagai
penghambat terhadap gerakan sejajardari permukaan-permukaan
yang berpasangan. Pelumasan digunakan untuk memperkecil
gesekan dengan memberikan lapisan bahan yang dengan
sendirinya mengurangi gaya yang dibutuhkan untuk menggerakkan
satu komponen relative terhadap komponen pasangan. Beberapa
bahan memiliki sifat koefisien gesek yang rendah dan dapat
beroperasi secara memuaskan tanpa pelumasan di bagian luar. Jika
gerakan relatuf menyebabkan kontak fisik antara permukaan-
permukaan dari komponen-komponen yang berpasangan, maka
beberapa bahan permukaan dapat terkikis, yang menyebabkan
keausan.

GESEKAN
Tidak semua gesekan tidak diinginkan. Suatu roda
penggerak menggunakan gesekan unutk membuat gaya dorong
terhadap lantai, rel, atau jalan. Kopling tidak tetap dan rem
menggunakan gesekan untuk menangani mesin, mempercepat,
memperlambat, membuatnya berheti, atau menahan pada
posisinya. Klem dan kolet menggunakan gesekan untuk menahan
komponen yang sedang dikerjakan selama operasi pemesinan.
Dalam aplikasi semacam itu, gaya-gaya gesekan yang besar dan
konsisten sangat dibutuhkan .

Kebanyak apikasi lain yang dimana terjadi kontak geser


antara komponen-komponen yang berpasangan membutuhkan
gesekan minimumagar dapat memininalkan gaya , torsi, dan gaya

4
yang dibutuhkan untuk menggerakkan mesin. Dalam bagian ini kita
akan membahas aplikasi tersebut.

Fenomena utama yang terlibat dalam terjadinya gesekan adalah :

1. Adhesi
2. Efek-efek elastik seperti hambatan gelinding
3. Efek viskoelastik
4. Hambatan hidrodinamis

i. Adhesi

Adhesi merupakan ikatan antara materi-materi yang


berbeda. Kekuatan adhesi bergantung pada struktur dan sifat kimia
dari bahan yang berpasangan. Karakteristik permukaan juga
berpengaruh seperti ketinggian puncak dan lembah (tinggi dan
rendahnya), kekerasan bahan, yang disebut aperities. Kadang
asperities pada komponen-komponen yang berpasangan dipisahkan
atau dipecah selama gerakan relative, sementara untuk kondisi lain,
gerakan ditahan ketika asperitiesnya neik ke atas atau dibawah
yang lain.

ii. Hambatan gelinding

Hambatan gelinding disebabkan deformasi elastis dari


benda yang bergerak atau permukaan tempat benda bergerak.
Geometri dari benda-benda dalam kontak gelinding, besarnya gaya
yang digunakan, dan elastisitas bahan-bahan yang bersinggungan
semua memainkan peran dalam menentukan besarnya hambatan.

iii. Efek viskoelastik

5
Efek viskoelastik berhubungan dengan gaya-gaya yang
disebabkan deformasi bahan-bahan fleksibel, seperti elastomer,
selam kontak.

iv. Hambatan hidrodinamis

Hambatan hidrodinamis, yang juga disebut efek viskos


(viscous effect), disebabkan oleh gerakan relative antar molekul
pelumas fluida diantara komponen-komponen berpasangan yang
bergerak. Ini merupakan bentuk utama dari hambatan dalam
bantalan-bantalan berpelumas hidrodinamis lapisan penuh. Semua
atau banyak dari bentuk gesekan tersebut ada secara bersamaan
dalam banyak mesin praktis.

KEAUSAN
Keausan merupakan pengikisan bahan permukaan secara
bertahap dari permukaan geser. Ini merupakan proses kompleks
dengan banyak variable. Satu-satunya pengujian dibawah riil dapat
memprediksi keausan actual dalam suatu system tertentu.
Beberapa keausan yang terjadi antara lain :

1. Bopeng, berlubang-berlubang, lecet-lecet, atau bintil-bintil


yang secara khas berasal dari tegangan kontak yang tinggi
dan kelelahan bahan permukaan selama kontak gelinding
atau geser.

2. Keausan abrasi, kikis mekanis, pemotongan atau goresan


seperti kontaminan yang keras dalam antar muka diantara
komponen-komponen yang berpasangan.

3. Garutan, luncuran berulang degan amplitude sangat kecil


yang menghilangkan bahan permukaan. Akumulasi dari

6
serpihan-serpihannya cenderung mempercepat prosesnya.
Operasi berkelanjutan akan menghasilkan permukaan yang
sama dengan karat dan dapat menyebabkan retak kecil yang
akhirnya menyebabkan kegagalan lelah. Ini sering terjadi jika
komponen-komponen yang dipasang sangat kencang dikenai
beban yang berisolasi atau dikenai getaran.

4. Keausan timpasan yang disebabkan oleh pengikisan bahan


yang dikarenakan bahan keras yang memukul suatu
permukaan, mungkin terbawa oleh udara atau fluida. Fluida
berkecapatan tinggi, seperti pembuangan mesin pencuci
bertekanan tinggi, dapat menyebabkan keausan.

Sekalipun tidak mungkin menentukan pendekatan-


pendekatan spesifik untuk mengurangi keausan, berikut ini adalah
hal-hal yang harus dicoba untuk menjamin operasi yang
memuaskan :

1. Pertahankan agar kontak gaya tetap rendah antara


permukaan-permukaan yang bergeser.

2. Pertahankan temperature rendah pada permukaan-


permukaan yang berhubungan.

3. Gunakan permukaan-permukaan kontak yang keras.

4. Haluskan permukaan-permukaan yang berhubungan.

5. Pertahankan pelumasan yang terus-menerus untuk


mengurangi gesekan.

6. Pertahankan agar viskositas relative antar permukaan-


permukaan tetap rendah.

7. Tentukan bahan-bahan yang memiliki sifat keausan yang baik.

7
Banyak penyalur bahan akan melaporkan sifat-sifat bahan
mereka ketika bahan tersebut beroperasi terhadap beban yang
sama atau berbeda. Data tersebut yang diperoleh dengan menguji
dalam kondisi laboratorium yang dikendalikan dengan seksama.
Lazimnya satu bagian dari sepasang bahan digerakkan dengan
kecepatan yang diketahui, semisal dengan pemutaran. Bahan yang
berpasangan dipertahankan tetap diam dan dengan beban yang
diketahui. Pengukuran berat yang seksama dilakuakndengan berat
yang orisinil dan ukuran-ukuran contoh dari bahan-bahan yang
berpasangan. Setelah waktu operasi yang terukur, contoh tersebut
kembali ditimbang dan diukur untuk menetukankan seberapa
banyak bahan yang telah terbuang. Membandingkan faktor-faktor
dalam memilih berbagai bahan yang dipertimbangkan dapat
membantu perancang dalam memilih bahan.

A. Sifat keausan :
1. Keausan normal.
2. Keausan tidak normal (akibat penggantian minyak
pelumas yang tidak teratur).
B. Keausan tergantung pada :
1. Pembebanan, dimana semakin besar pembebanan
semakin tinggi kemungkinan keausan terjadi.
2. Kecepatan, dimana semakin tinggi semakin tinggi
kemungkinan keausan terjadi.
3. Jumlah minyak pelumas, dimana semakin banyak jumlah
minyak pelumas semakin tinggi kemungkinan keausan
terjadi.
4. Jenis miyak pelumas, dimana semakin tinggi viskositasnya
semakin rendah kemungkinan keausan terjadi.
5. Temperature, dimana semakin tinggi temperatur semakin
tinggi kemungkinan keausan terjadi.
6. Kekerasan permukaan, dimana semakin keras permukaan
semakin rendah kemungkinan keausan terjadi.

8
7. Kehalusan permukaan, dimana semakin halus permukaan
semakin rendah kemungkinan keausan terjadi.
8. Adanya benda asing, dimana semakin banyak adanya
benda asing semakin tinggi kemungkinan keausan terjadi.
9. Adanyan bahan kimia, dimana semakin banyak adanya
bahan kimia semakin tinggi kemungkinan keausan terjadi.
C. Gesekan permukaan dibedakan menjadi :
1. Metal terhadap metal
2. Metal terhadap non-metal
3. Metal terhadap fluida
D. Gesekan permukaan juga dapat dibedakan menjadi :
1. Gesekan luncur (sliding)
2. Gesekan menggelinding (rolling)

i. Jenis-jenis keausan
A. Keausan Adhesive
Disebabkan adanya gesekan antara permukaan kerja yang
telah terlasakibat terjadinya panas apabila lapisan minyak
pelumas pecah (putus).
Lapisan (film) pelumas pecah dikarenakan :
Kenaikan temperature tinggi
Tekanan kerja tinggi
Kecepatan luncur tinggi
Jenis-jenisnya :
Kelupas (galling), misal : pada permukaan roda gigi
Gores (scuffing), misal : pada piston
Luka-luka gores (scoring), misal : pada bantalan luncur
Pelengketan (seizing), misal : antara poros engkol dan
bantalan luncur
B. Keausan Abrasive
Disebabkan adanya partikel-partikel asing yang terdapat
diantara dan permukaan yang sedang bergesekan. Partikel-
partikel ini mula-mula menekan dan masuk kedalam logam
kemudian merobek partikel-partikel logam tersebut dalam
bentuk goresan-goresan. Partikel-partikel asing tersebut antara
lain : serbuk-serbuk logam, debu oksida logam, dan serbuk-
serbuk lain.

9
C. Keausan tegangan kontak
Disebabkan adanya tegangan kontak bbidang yang terjadi
secara berulang antara dua bidang kerja yang berpasangan,
misal pada roda gigi, bantalan dan lain sebagainya. Tegangan
kontak dapat menyebabkan keretakan yang memisahlan suatu
partikel dari badan utama material mesin tersebeut.
Penyebab :
Tegangan bidang kontak yang tinggi secara berulang dan
menimbulkan kelelahan
Gerakan luncur dengan kecepatan tinggi disertai gerkan
menggelinding

ii. Pengaruh keausan


Jika keausan terjadi pada :
Bantalan, akan menimbulkan getaran dengan amplitude dan
frekuensi yang berlainan
Alat-alat ukur, akan mengurangi ketelitian
Alat-alat produksi, akan mengurangi kualitas dan kapasitas
Silinder motor torak, akan mengakibatkan penurunan daya
dan penambahan pemakaian bahan bakar
Plunger (torak pompa) rem, akan terjadi kebocoran sehingga
rem tidak bekerja lagi

PELUMASAN
Kondisi optimum pelumasan diperoleh saat kedua
permukaan yang saling bergesekan dipisahkan secara sempurna
oleh lapisan selaput (film) minyak yang ketebalannya cukup untuk
menghindari terjadinya kontak antar logam dengan logam.
Ketebalan minimum lapisan minyak pelumas harus jauh lebih besar
dari kekasaran permukaan logam.

i. Macam-macam minyak pelumas


A. Pelumas gemuk

10
Gemuk-grease-vaselin, merupakan minyak pelumas
berbentuk padat atau setengah padat tetapi lembut. Terdiri
dari minyak mineral tebal ditambah dengan sabun logam.
Kadang-kadang minyak mineral ditambah bahan-bahan
kimia lain agar tidak terjadi pemisahan minyak dengan
sabunnya. Bagian yang diberi gemuk biasanya tertutup dan
disekat, biasanya tidak perlu lagi diberi gemuk sampai saat
turun mesin atau dapat juga diberi lagi secara periodik.
Fungsi :
1. Dapat digunakan untuk semua bagian mesin yang
bergerak.
2. Bersifat sebagai penyekat untuk menahan masuknya
kotoran
3. Manahan kebocoran dan penetesan dari permukaan
yang dilumasi
4. Melindungi terhadap terjadinya korosi
5. Memberikan tahanan pada kerja mekanis yang
didukung
Keuntungan :
1. Lebih praktis dan ekonomis
2. Tidak sering mengganti pelumas
3. Melekat lebih baik pada permukaan logam yang
dilumasi
4. Dapat digunakan pada kondisi :
a. Temperature tinggi
b. Tekanan tinggi
c. Kecepatan rendah
d. Operasi periodic
e. Mesin yang sudah tua umurnya
Kekurangan/kerugian :
1. Bukan pendingin yang baik
2. Dalam penggantian pelumas gemuk lebih sulit
dibersihkan
3. Harga pergalon lebih mahal dari minyak cair
Macam-macam :
1. Gemuk sabun kalsium
2. Gemuk sabun natrium

11
3. Gemuk sabun litium
4. Gemuk sabun campuran

B. Pelumas cair
Dibedakan menjadi dua :
1. Pelumas konvensional (minyak mineral)
Adalah minyak yang berbentuk cairan (liquid) yang
terdapat dialam dan merupakan hasil produksi dari
proses pengilangan secara normal dari industri
perminyakan. Kualitas minyak pelumas dicapai dengan
cara permunian dan proses pengolahan ditambah bahan-
bahan kimia tertentu yang disebut aditif. Aditif yang
ditambahkan kedalam minyak pelumas mempunyai
bermacam-macam tujuan dan peranan yang sebagian
besar untuk memperbaiki mutu minyak pelumas yang
berasal dari alam dan dari proses pengolahan terhadap :
a. Untuk kerja (kinerja/performance) mesin dalam kondisi
berat
b. Temperature operasi yang luas
c. Kecepatan luncur yang lebih tinggi

Jenis-jenis aditif :

a. Deterjen
b. Dispersan
c. Pelindung korosi
d. Pelindung tekanan ekstrim

2. Minyak pelumas sintesis (tiruan)


Adalah minyak pelumas yang tidak terdapat dialam dan
bukan merupakan hasil produksi langsung dari proses
pengilangan secara normal dari industri perminyakan.
Minyak pelumas sintesis adalah hidrokarbon yang telah
mengalami proses khusus, yaitu :
a. Dibentuk sama dengan minyak pelumas konvensional

12
b. Mempunyai kemampuan melebihi minyak pelumas
konvensional
c. Dibuat menggunakan fluida-fluida yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya

Bahan-bahan kimia yang ditambahkan antara lain : ester


asam, ester fosfat, ester silikat.

Keuntungan :

a. Mempunyai kualitas lebih baik


b. Mempunyai unjuk kerja yang lebih baik
c. Mempunyai gesekan lebih kecil
d. Mempunyai umur lebih baik yaitu penggantian minyak
pelumas lebih lama

Kerugian :

a. Harga lebih mahal


b. Tidak dapat digunakan untuk semua mesin

ii. Mekanisme pelumasan


A. Pelumasan hidrodinamis
Terjadi pada pelumasan bantalan luncur, ialah pelumasan
yang tergantung gerak hidrodinamis, merupakan sifat dari
aliran viskos. Minyak pelumas melekat baik pada permukaan
yang bergerak mupun yang diam dan kemudian dihisap
masuk kedalam ruang bebas pada arah putaran disertai
tekanan yang cukup besar untuk mengangkat beban. Kedua
permukaan dipisahkan oleh lapisan selaput minyak pelumas.
Agar permukaan bidang-bidang tetap terpisah pada saat
diberi beban maka tekanan rata-rata dari lapisan selaput
harus lebih besar dari tekanan atmosfir. Kondisi yang
diperlukan untuk menimbulkan lapisan selaput tipis yang
dapat mengangkat beban karena gerak hidrodinamis
adalah :

13
1. Gerak relative dari permukaan
2. Lapisan selaput tipis minyak yang menyempit kearah
gerakan

Kapasitas angkat beban tergantung :

1. Viskositas-
2. Kecepatan gerak-
3. Luas permukaan-
4. Ketebalan lapisan selaput minyak- h

Ketebalan lapisan minyak pelumas jauh lebih besar dari


kekasaran permukaan logam dan aliran pelumas adalah
laminer. Ketebalan lapisan berkisar antara : 0,0025 mm -
0,076mm

B. Pelumas non hidrodinamis


1. Pelumasan tipis :
Pada beban berat dan kecepatan rendah serta pelumas
yang tidak mencukupi menyebabkan kedua permukaan
yang bergesekan tidak terpisahkan secara sempurna.
Hanya sebagian beban yang diangkat oleh gaya
hidrodinamis dan sisanya merupakan kontak dengan
logam.
Permukaan yang kasar mengganggu kondisi aliran
laminer (selpaut tipis) dan mengakibatkan koefisien gesek
naik

2. Pelumasan batas
Beban bertambah berat sehingga tekanan kontak cukup
tinggi, kecepatan cukup rendah dan pengaruh gaya
hidrodinamis diabaikan.
Pelumas masih ada tetapi sifat viskositas minyak pelumas
tidak efektif dan tidak ada aliran pelumas. Terjadi pelpisan
secara kimia pada permukaan logam yang berbentuk
selaput pada grafit. Seluruh beban diangkat oleh lapisan

14
yang sangat tipis dan merupakan lapisan multimolekuler.
Terjadi kontak logam dengan logam, koefisien gesek naik
dan nilainya berkisar antara 0,01-0,1

C. Pelumasan hidrostatis
Lapisan minyak pelumas tidak tergantung gerak
hidrodinamis tetapi tergantung tekanan luar dari siset
pembagian minyak pelumas.

iii. Klasifikasi minyak pelumas


Catatan :
SAE = Society of Automotive engineers
ASTM = American Standard of Testing and Material
Viskometer = alat untuk mengukur viskositas (kinematis)
Higrometer = alat untuk mengukur kelembaban
A. Viskositas
Adalah hambatan aliran fluida yang merupakan gesekan
antar molekul-molekul cairan satu dengan yang lainnya.
Viskositas rendah (kecil) : cairan dapat mengalir dengan
mudah
Viskositas tinggi (besar) : cairan sulit mengalir
Viskositas sangat bergantung pada temperature :
1. Temperatur naik, viskositas turun
2. Temperatur turun, viskositas naik
Semakin tinggi grade viskositas dari mnyak pelumas maka
semakin kecil perubahannya terhadap temperatur.

B. Indeks Viskositas
Disingkat IV : adalah angka empiris (berdasarkan penelitian)
yang menyatakan kepekaan suatu minyak pelumas terhadap
temperatur. Jika IV bertambah besar, maka perubahan
viskositas terhadap perubahan temperatur semakin kecil.
Besar IV antara 0-100 (tanpa satuan)
SAE 10 : minyak pelumas dengan IV = 10
SAE 40 : minyak pelumas dengan IV = 40
IV 10, tidak berarti viskositasnya 10
IV 40, tidak berarti viskositasnya 40
IV merupakan tingkatan (grade) viskositas

15
C. Sistem klasifikasi minyak pelumas
1. Klasifikasi SAE J 300d
Khusus minyak pelumas mesin, disebut meinyak pelumas
karter
a. Tingkat viskositas diberi tanda W
Untuk spesifikasi kondisi temperature lingkungan
rendah yaitu daerah beriklim sedang terutama pada
saat musim dingin
Viskositas kinematis diukur pada temperature -18C
dengan CCS (Cold Cranking Simulator),
contoh = SAE 10 W
b. Tingkat viskositas tanpa tanda W
Untuk temperature lingkungan normal. Viskositas
kinematis diukur pada temperature 100C,
Contoh = SAE 10
c. Minyak pelumas multigrade
Untuk kondisi musim dingin maupun musim panas,
Contoh = SAE 10 W 40, artinya batas pengukuran
viskositas -18C untuk SAE 10 W dan 100C untuk SAE 40

Minyak pelumas multigrade sulit ditemukan di


Indonesia. Indonesia adalah Negara tropis maka tidak
memerlukan minyak pelumas dengan tanda W, minyak
pelumas multigrade dapat diganti dengan minyak
pelumas single grade untuk operasi pada temperature
normal. Misalnya SAE 20 W 40 dapat diganti dengan
SAE 30 atau SAE 40

2. Klasifikasi SAE J 306C


Minyak pelumas transmisi manual dan axel, disebut
minyak pelumas roda gigi.
Minyak pelumas dengan tanda W, viskositas maksimum
ditentukan 150.000 CP dan temperature maksimum
tertentu untuk setiap tingkat viskositas. Untuk

16
temperature tinggi viskositas diukur pada 100C dengan
metode ASTM D445 dan dinyatakan dalam CSt.
Tidak ada hubungan antara tingkat viskositas minyak
pelumas karter SAE J 300d dengan minyak pelumas roda
gigi SAE J 306C meskipun kelihatan sama dalam sistim
penomoran.
Contoh :
Minyak pelumas karter SAE 50 tidak sama dengan
minyak pelumas roda gigi SAE 50, tetapi minyak
pelumas karter SAE 50 sesuai/sama dengan minyak
pelumas roda gigi SAE 90.
Minyak pelumas karter SAE 40 merupakan bagian
dari minyak pelumas roda gigi SAE 90.
3. Klasifikasi ASTM D 2422-75
Viskositas ditentukan antara 2-1500 CSt dengan
pengukuran pada 40C. ada 18 tingkat viskositas menurut
ASTM D 2422. Tingkat viskositas dengan identifikasi ISO
VG (International Organization for Standardization
viscosity Grade)
Contoh :
ISO VG 10 : artinya viskositas normal 10 CSt pada
temperature 40C
ISO VG 100 : viskositas nominal 100 CSt pada
temperature 40C

ISO terdiri dari Negara-negara dengan organisasi standard


:
British standard BS 4231
German Engineering Standard DIN 51519
American National Standard Z 11.232
PENUTUP
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi
yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena

17
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalh ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang pada umunya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suparlan, suwandi. (1999), Perawatan Mesin, Catatan Kuliah,
Bandung, Teknik mesin ITB
2. Anton, L Wartawan (1983), Minyak Pelumas, Pengetahuan
Dasar dan Cara Penggunaan, Jakarta, Gramedia Jakarta
3. Subiyono (-), Managemen Perawatan Mesin, Konsep umum
perawatan , Bandung, Polman Bandung
4. Malau, Victor (2009), Preventive Maintenance and Predictive
maintenance, Yogyakarta, FTMI FT UGM

18

Anda mungkin juga menyukai