Anda di halaman 1dari 12

1 Hubungan Tribologi Biotribologi dan teknik pelumasan

2 Apa yang saudara ketahui tentang gesekan ?

3 Apa yang saudara ketahui tentang keausan ?

4 Sebutkan fungsi bahan pelumasan dan jelaskan satu per satu !

5 Bila digunakan bahan pelumas gas dan kenapa ?

6 Bila digunakan bahan pelumas air dan kenapa ?

7 Jelaskan beda minyak pelumas mineral dan sintetik

8 Apa yang saudara ketahui tentang minyak gemuk ?

9 Jelaskan klasifikasi ISO, SEA, API !

10 Sebutkan sifat-sifat bahan pelumas dan jelaskan !

Jawaban

1. Tribologi adalah ilmu pengetahuan dan teknologi tentang permukaan-permukaan


yang berinteraksi dalam gerakan relatif dari hal-hal dan praktik-praktik yang berkenaan.
Bio-Tribologi adalah fenomena biologis pada tubuh manusia akibat pergesekan telah
menjadi perhatian yang antusias dari ilmuwan (fisika/teknik/medik).
Bidang biotribology atau kadang disebut juga biomedical merupakan salah satu aplikasi
ilmu tribology di bidang kesehatan. Penggunaan material sintetik ke dalam tubuh manusia
akan mengakibatkan masalah cukup kompleks yang mencakup berbagai bidang keilmuan,
termasuk bidang tribology. Beberapa penelitian bidang biotribology antara lain fenomena
gesekan antara benang jahit dan kulit saat terjadi operasi, perancangan tulang pinggul buatan
untuk meminimalkan aus, aus pada sekrup dan plat sambungan tulang patah, aus pada gigi
tiruan, wear pada katup jantung buatan, bahkan pada lensa kontak. Pada intinya, setiap
benda asing yang masuk ke tubuh pasti dijaga agar tidak terjadi aus. Karena kalau terjadi
aus, serpihan-serpihan aus itu berpotensi membahayakan tubuh seperti menjadi kanker,
padahal, setiap terjadi gesekan, disitu sangat berpotensi terjadi aus, nah disitulah ilmu
tribology dibutuhkan.
2. Gesekan adalah gaya yang menghambat perpindahan dari benda yang bergerak. Atau
gaya yang melawan gerak suatu permukaan sliding atau rolling pada permukaan lain,
dimana kedua permukaan tersebut saling kontak. Gesekan terjadi antar permukaan yang
bersentuhan. Kecenderungan kalau bersentuhan yaitu benda padat atau cair bahkan udara
Ada empat modus gesekan ;
Gesekan perlu direduksi
Gesekan perlu dipertahankan
Gesekan perlu dikontrol secara akurat
Gesekan mengakibatkan vibrasi

Jika dua permukaan berada dalam gerakan relatif satu sama lain di bawah pengaruh
tekanan yang diberikan maka gaya yang bekerja pada kedua permukaan yang bersinggungan
tersebut akan menahan gerakan. Sliding Friction, Rounding Friction, Fluid Friction. Contoh
sliding friction misalnya gesekan sepatu dengan tanah, Rounding Friction contohnya bola
biliar yang bergelinding di meja, Fluid Friction misalnya pesawat kertas yang diterbangkan
bergesekan dengan udara.

3. Keausan merupakan fenomena yang terjadi akibat adanya tumbukan antar chain pin
dengan chain link, yaitu lepasnya material dari permukaan chain pin, yang dapat
dipengaruhi oleh faktor pembebanan, panjang lintasan dan sifat dari material tersebut. Ini
berhubungan dengan interaksi permukaan dan lebih spesifik lagi adalah penghilangan
material dari suatu permukaan sebagai hasil dari aksi mekanikal.
Gesekan dan keausan merupakan fenomena yang bergantung pada topografi permukaan (
surface topography)

Jenis keausan ;

Abrasive Wear : Terjadinya pemotongan asperity dari bahan yang lebih lunak
Adhesive Wear : Partikel pada permukaan terlepas karena ada gaya adhesi
Fatique Wear : Partikel-partikel pada permukaan terlepas karena sudah terlalu lama
Erosive Wear : Partikel-partikel permukaan terlepas akibat pengikisan oleh butiran-
butiran padat yang membentur permukaan
Corrosive Wear : Partikel-partikel permukaan terlepas akibat reaksi kimia (oksidasi)

4. Ada dua fungsi bahan pelumas di antaranya fungsi primer dan sekunder.
FUNGSI PRIMER
1. Mengurangi gesekan dan keausan
Mengurangi gesekan dan keausan dilakukan dengan memberikan lapisan (film)
untuk menghindari kontak langsung bagian-bagian mesin yang saling bergesekan
sehingga melindungi permukaan logam yang bersinggungan baik yang meluncur
atau yang menggelinding dari keausan. Ini merupakan fungsi utama dari bahan
pelumas.

FUNGSI SEKUNDER
2. Memindahkan panas
Panas yang timbul akibat pergesekan seperti pada bantalan-bantalan atau roda gigi
dapat dipindahkan oleh minyak pelumas asalkan terjadi aliran minyak yang
mencukupi. Demikian juga panas yang terjadi akibat dari pembakaran. Minyak
pelumas menjadi komponen pendingin dari piston, silinder liner, dan lainnya dari
panas pembakaran Di samping itu, minyak pelumas juga mendinginkan panas akibat
gesekan. Panas yang diserap akan mengakibatkan turunnya viscositas minyak
pelumas.

3. Menjaga sistem agar tetap bersih


Pelumas juga sebaiknya bisa mencegah terjadinya fouling serpihan-serpihan yang
dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil degradasi pelumas itu sendiri maupun dari
hasil proses pembakaran. Apa yang disebut deposit adalah seperti karbon padat,
varnish atau endapan. Ini dapat mengganggu pengoperasian alat. Kasus ekstrem
adalah ring piston tidak bisa bergerak, dan aliran minyak tersumbat. Juga partikel-
partikel logam akibat keausan, abu yang berasal dari luar dan sisa pembakaran yang
dapat memasuki sistem dan menghalangi operasi yang efisien juga harus dapat
dibersihkan oleh suatu bahan pelumas. Kotoran ini perlu disingkirkan dari
permukaan komponen yang bersinggungan.
4. Melindungi sistem
Baik dari hasil degradasi pelumas atau akibat kontaminasi hasil pembakaran,
pelumas bisa bersifat asam dan menjadikan korosi pada logam. Adanya uap air dapat
juga menyebabkan karat pada besi. Oleh sebab itu pelumas harus bisa
menanggulangi efek-efek tersebut dan oleh Karena itu bahan pelumas harus
direncanakan untuk melindungi sistem terhadap serangan korosif dan kimiawi.
Bahan pelumas juga dapat melindungi sistem dari getaran yang terjadi dengan cara
meredam getaran dan kejutan pada sambungan karena gerakan tenaga yang selalu
berubah Mengingat arti pentingnya minyak pelumas bagi daya tahan mesin, maka
sebelum memilih minyak pelumas ada baiknya lebih dulu mengetahui kualitas
minyak pelumas tersebut sehingga dapat mencegah penggunaan minyak pelumas
yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin.

5. Jenis pelumas gas digunakan untuk melumasi tempat-tempat yang tidak mungkin
dilumasi, karena mempunyai putaran kurang lebih 100.000 rpm. Biasanya diaplikasikan
pada peralatan pembangkit energi nuklir dan beberapa instalasi turbin gas.

6. Untuk melumasi komponen yang sifatnya lebih penting dan rumit seperti mesin,
transmisi dan gardan (diferensial), diperlukan pelumas yang lebih encer ketimbang gemuk.
Pelumas encer yang biasa disebut oli ini dapat bergerak luwes melalui permukaan
komponen yang saling bergesekan.
Selain itu kodisi yang lebih encer ini memastikan setiap permukaanlogam tertutup
pelumas Oli untuk mesin lebih encer dari pada yang digunakan pada roda gigi (transmisi,
gardan). Ini dimaksudkan agar pelumas dapat disirkulasi melalui saluran-saluran kecil dan
sempit dalam mesin dengan lancar. Sedangkan pada roda gigi, pelumas disirkulasi dengan
bantuan putaran roda gigi itu sendiri. Dengan tingkat kekentalan tinggi tinggi pelumas
terangkat oleh gerigi roda, dan pelumas yang kental dapat meredam suara gesekan lebih
baik.

7. Perbedaan Oli sintetik dan Oli Mineral


Oli sintetik
Oli sintetik pertama kali dikembangkan pada abad ke-20 oleh Dr. Hermann Zorn dari IG
Farben, Jerman dan Dr. WA Zisman dari Naval Research Laboratory, Amerika Serikat.
Pada dasarnya oli jenis ini merupakan peluimas artifisial, yang diproses menggunakan
formula terbaru. Oli sintetik biasanya terdiri dari Polyalphaolifins, senyawa yang hasil
pemilahan terbersih dari oli mineral, yaitu gas. Senyawa inilah yang nantinya dicampur
dengan oli mineral.
Oli Sintetik pertama kali muncul di Amerika Serikat, oli ini menggunakan bahan dasar
polyolefin. Seiring dengan berkembangnya teknologi, para produsen oli terus
mengembangkan produk mereka menggunakan bahan dasar yang beragam mulai dari
poliester, polyglycos, sintetis non-PAO, ester,nafalena dan benzena alkilasi, saat ini para
insinyur mekanik dan ahli kimia terus berusaha membuat formula yang lebih baik untuk
memberikan sistem pelumasan terbaik.

Oli Mineral
Berbeda dengan oli sintetik, oli mineral pada dasarnya merupakan produk atau varian
yang berasal dari minyak bumi. Oli mineral merupakan hasil turunan dari proses
penyulingan fraksional minyak bumi. Oli jenis ini terdiri dari unsur alam seperti alkaline
dan cyclic paraffin. Sebelum ditemukan pengembangan oli sintetik, oli mineral sempat
mendominasi pasar pelumas mesin.

Selain perbedaan metode pembuatan dan bahan dasarnya, satu-satunya perbedaan


mendasar antara oli sintetik dan oli mineral adalah molekul dan struktur dari kedua jenis
pelumas ini. Sebagai hasil inovasi lanjutan tidak heran oli sintetik memiliki molekul dan
partikel yang seimbang. Di sisi lain, oli mineral memiliki molekul yang kurang seimbang
jika dibandingkan dengan oli sintetik.

Keunggulan oli sintetik:


1. Oli sintetik cenderung lebih stabil pada termperatur tinggi (less volatile) sehingga
memiliki kadar penguapan yang rendah.
2. Dapat mengendalikan atau mencegah terjadinya endapan karbon pada mesin
3. Melumasi dan melapisi logam lebih baik sehingga mencegah terjadi gesekan antar
logam yang berakibat kerusakan mesin
4. Lebih awet (tahap terhadap oksidasi)
5. Menjaga mesin lebih dingin (mengurangi gesekan)
6. Dapat membersihkan mesin dari kerak oli mineral

Kekurangan oli sintetik:

Harganya yang cukup mahal (2-4 kali lipat harga oli mineral)

Keunggulan oli mineral:

1. Saat mesin (piston dan blok piston) dalam keadaan baru dianjurkan untuk
menggunakan oli mineral. Struktur molekul oli mineral yang tidak rata dapat
membuat komponen dan suku cadang mobil saling menggikis satu sama lain
sehingga komponen mesin baru bisa bertaut dengan pas dan beradapatasi dengan
mekanisme.
2. Harganya yang jauh lebih murah dibandingkan oli sintetik

Kekurangan oli mineral:

1. Stuktur molekul yang tidak seimbang


2. Meninggalkan kerak pada komponen mesin

Kesimpulan

Oli sintetik selalu disarakan untuk mesin dengan teknologi terbaru (turbo,
supercharger, DOHC, dll) yang membutuhkan sistem pelumasan yang lebih baik (racing)
dimana celah antar part lebih sempit (presisi). Pada mesin dengan'spesifikasi tinggi' inilah
fitur oli sintetik dibutuhkan secara optimal. Karena pembuatan komponen mesin dibuat
dengan presisi tinggi, mesin jenis ini juga tidak memerlukan masa adapatasi antar
komponen, sehingga tidak dibutuhkan lagi oli mineral saat mesin masih baru.

Jadi jika Anda mengunakan mesin kendaraan produksi 2001 keatas disarankan untuk
memilih oli sintetik sebagai pelumas kendaraan Anda, baik itu oli semi sintetik (campuran
dengan oli mineral) atau oli full-sintetik.
8. Pelumas gemuk
Merupakan pelumas berbentuk padat atau setengah padat tetapi lembut. Terdiri dari
minyak mineral tebal ditambah dengan sabun logam. Kadang-kadang minyak mineral
ditambah bahan-bahan kimia lain agar tidak terjadi pemisahan antara minyak dengan
sabunnya. Bagian yang diberi gemuk biasanya tidak memerlukan lagi diberi gemuk sampai
saat turun mesin atau dapat juga diberi lagi secara periodic.

Fungsi Pelumas Gemuk :


1) Dapat digunakan untuk semua bagian mesin yang bergerak
2) Bersifat sebagai penyekat untuk menahan masuknya kotoran
3) Menahan kebocoran dan penetesan dari permukan yang dilumasi
4) Melindungi terhadap terjadinya korosi
5) Memberkan tahanan pada kerja mekanis yang di dukung.
Keuntungan Pelumas Gemuk :
1) Lebih praktis dan ekonomis
2) Tidak sering mengganti pelumas
3) Melekat lebih baik pada permukaan logam yang dilumasi
4) Dapat digunakan pada kondisi :
a. Temperature tinggi
b. Tekanan tinggi
c. Kecepatan rendah
d. Operasi periodic
e. Mesin yang sudah tua umurnya

Kerugian/ Kekurangan Pelumas Gemuk :


1) Bukan pendingin yang baik
2) Dalam penggantian pelumas gemuk lebih sulit dibersihkan.
3) Harga pergalon lebih mahal dari minyak cair
Macam-macam Pelumas Gemuk :
1) Gemuk sabun Kalsium
2) Gemuk sabun natrium
3) Gemuk sabun litium
4) Gemuk sabun campuran
9. SAE Society of Automotive Engineers (SAE) telah menetapkan sebuah sistem
kode penomoran untuk klasifikasi oli berdasarkan kekentalannya, tingkat kekentalan oli
berdasarkan SEA itu adalah.: 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 50 atau 60.
Jika angka-angka 0, 5, 10, 15 dan seterusnya disispkan huruf W ditengahnya, maka oli itu
mempunyai tingkat kekentalan yang berbeda pada saat (musim) dingin, dengan kata lain oli
akan lebih encer pada suhu dingin dan lebih kental pada saat panas. Jenis tingkat kekentalan
oli seperti ini diesebut dengan multy grade oil. Contohnya 20W50 berarti tingkat
kekentalannya menurut SAE adalah 20 pada saat dingin dan menjadi kekentalan SAE 50
pada waktu panas.
Pengujian tingkat kekentalan oli dilakukan oleh SAE dengan cara mengukur waktu yang
dibutuhkan oleh sejumlah oli mengalir melalui lubang pengetes standar pada suhu yang
ditentukan. Semakin lama waktu yang diperlukan oleh oli mengalir maka angka
kekentalannya semakin tinggi dengan kata lain semakin besar angka SAE-nya semakin
kental oli tersebut.
Oli yang dibutuhkan untuk gardan dan transmisi manual memerlukan tingkat kekentalan
SAE semakin tinggi, meskipun saat ini sudah ada transmisi manual menggunakan ATF.
Oli mesin memiliki range suhu yang sangat lebar saat digunakan, mulai dari temperatur
yang sangat rendah waktu musim dingin (ketika kendaraan akan dihidupkan) misalnya suhu
-10 derajat C, sedangkan ketika mesin hidup dan sudah mencapai temperatur kerja maka
suhu oli bisa mencapai 160 derajat C . Sesuai dengan sifatnya bahwa oli akan kental pada
suhu rendah dan menjadi lebih encer jika temperturnya lebih tingi. tetapi dalam
pemakainnya diharapkan hanya terjadi perbedaan angka kekentalan satu tingkat saja,
meskipun dalam perbedaan suhu yang ekstrim.
Untuk menjaga perbedaan angka viskositas pada oli paling banyak hanya satu tingkat dalam
range suhu yang ekstrim, maka dalam oli ditambahkanlah additive khusus yang disebut
dengan polymer additive.
Polymer additive yang dicampurkan pada oli, menghasilkan oli multi-grade, dengan tujuan
bahwa mesin dapat menggunakan oli yang sama waktu musim dingin maupun waktu musim
panas, bahkan ketika awalnya oli multi grade di kembangkan maka masyarakat
menyebutnya dengan oli segala musim.
Standard American Petroleum Institute (API Service)
American Petroleum Institute (API) menetapkan standar kinerja minimum untuk minyak
pelumas mesin. Seperti diketahui bahwa minyak pelumas berfungsi sebagai pelumas bagian-
bagian mesin yang bergerak, pendingin komponen serta berfungsi juga sebagai pembersih
untuk bagian-bagian mesin, Karena multi fungsi dari minyal pelumas tersebut maka API
mengklasifikasikan oli pada 5 kelompok yaitu.
Kelompok I: Bahan dasar dari minyak pelumas terdiri dari minyak bumi yang
didistilasi, selanjutnya dimurnikan untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu seperti tahan
oksidasi dan menghilangkan parafin (lilin).
Kelompok II: Bahan dasarnya sama seperti kelompok I, tetapi telah di hydrocracked
untuk lebih menyempurnakan dan memurnikannya.
Kelompok III: Bahan dasar karakteristiknya mirip dengan bahan dasar Kelompok II,
tetapi pada Kelompok III bahan dasar tersebut telah memiliki index viskositas yang lebih
tinggi.
Kelompok IV:Dengan bahan tambahan polyalphaolefins (PAOs).
Kelompok V: bahan dasar ester poliol, glikol polialkilena (PAG Oil), dan
perfluoropolyalkylethers (PFPAEs).
Kelompok I dan II sering disebut sebagai oli mineral dan kelompok III dan IV adalah
sintetis (kecuali di Jerman dan Jepang, merEka tidak menyebutnya dengan sintetis)
meskipun grup ini adalah oli sintetis.
API Service memiliki dua klasifikasi umum yaitu S (berasal dari kata spark
ignition) yang dipakai untuk jenis mobil penumpang dan truk ringan dengan mesin bensin
dan klasifikasi C berasal dari kata "comersial" (dipakai untuk mesin dengan penyalaan
kompresi/mesin diesel). Oli mesin yang telah diuji dan memenuhi standar API dapat
menampilkan kode API Service yang juga dikenal dengan simbol "Donut" pada kemasan
olinya, agar konsumen mengetahui bahwa oli tersebut sudah memenuhi standar klasifikasi
API Service.
Misalnya; Oli dengan klasifikasi API Service SN yang digunakan untuk mobil penumpang
sedan bermesin bensin atau SUV/Truk ringan.
Standar SN diberikan pada oli mesin ini setelah dilakukan berbagai pengetesan pada
laboratorium, lalu setelah mendapatkan kualifikasi SN, maka oli ini telah dinyatakan
melampaui standar dari seri klasifikasi oli sebelumnya seperti SF, SG, SH, SJ, SM dll.
Dari tulisan di atas dapat diringkas bahwa:
1) Interval penggantian oli mesin pada umumnya telah ditetapkan oleh pabrik pembuat
kendaraan tersebut, silahkan konsultasi pada bengkel yang dipercaya untuk menentukan
interval penggantian oli kendaraan Anda.
2) Kekentalan oli ditetapkan berdasarkan penomoran oleh SEA dan pengetesan standar
kinerja minimal minyak pelumas dilakukan oleh API Service
3) Oli dengan indeks kekentalan (viscositas) yang tinggi dapat membentuk film oli yang
bagus pada dua permukaan yang bergesek, akan tetapi oli yang kental itu akan sulit
memasuki celah permukan logam yang saling bergesekan.
4) Oli dengan kekentalan yang lebih tinggi akan lebih sulit berubah kekentalannya dalam
suhu yang tinggi dibandingakn dengan oli yang lebih encer.
5) Oli harus tahan terhadap penguapan, jika oli mudah menguap, maka oli akan gampang
terbakar dan volume oli dalam mesin tentu saja lebih cepat berkurang.
6) Oli sudah dilengkapi dengan berbagai additive, sehingga TIDAK memerlukan
penambahan additive lain pada oli kendaraan Anda, bila terjadi penambahan additive
dikawatirkan akan merusak additive yang sudah ada pada oli.

10. Sifat Bahan Pelumas :


1. Appearance. Rupa pelumas dengan melihat keadaan visualnya dan dapat
menunjukkan:
- clear: Pelumas terlihat jernih.
- hazy: Pelumas terlihat tidak jernih/berkabut. Pada pelumas baru, hazy
menunjukkan adanya air atau uap air yang terdapat pada pelumas.
- dark: Bila appearance terlihat dark atau gelap, ini dapat menunjukkan adanya
kandungan produksi oksidasi dari pelumas atau bahan bakar.
2. Spesific Grafity (SG). Adalah perbandingan berat minyak dan air yang
mempunyai volume yang sama pada suhu tertentu. Pemeriksaannya dengan alat standar
untuk tujuan tersebut.
3. Warna (color). Untuk mengetahui sifat visual pelumas sehingga dapat
diinterprestasikan sifat fisiknya secara cepat kemudian dapat dilakukan analisa keadaan
sebenarnya dari pelumas.
4. Viscosity/kekentalan. Adalah besarnya tahanan aliran yang dimiliki setiap fluida
termasuk pelumas. tingkat kekentalan merupakan sifat fisik fluida yang berubah
terhadap perubahan temperaturnya, sehingga pengukuran kekentalan harus disertai
dengan pengukuran suhu pada waktu yang bersamaan. Metode pengukuran viskositas
pelumas antara lain:
- Viscocity Kinematic (Centistokes-Cst).
- Derajat Engler, diukur pada suhu 20C,50C dan 100C.
- Second Redwood, diukur pada suhu 70F,140F dan 200F.
- Second Universal Saybolt, diukur pada suhu 100F dan 210F.
- Nomor SAE
5. Viscocity Index (VI). Merupakan besarnya angka index atau skala kekentalan
pelumas terhadap perubahan temperature tertentu.Standar temperature pada pengukuran
ini adalah 100F dan 210F. Pada umumnya menggunakan Kinematic Viscosity.
Pelumas yang memiliki VI tinggi tidak banyak mengalami perubahan kekentalan pada
perubahan temperature.
6. Pour Point (titik tuang), menunjukkan temperature terendah dimana pelumas
masih dapat mengalir. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kemampuan
mengalir pada temperature rendah berhubung dengan daerah pemakaian atau kondisi
kerja penggunaan dari pelumas tersebut.
7. Flash Point (titik nyala), merupakan temperature terendah dimana suatu minyak
sudah mampu terbakar oleh adanya letupan bunga api/flash. Maksud pengukuran titik
nyala adalah untuk safety precaution atau berhubungan dengan kondisi pemakaian
pelumas. Dengan mengetahui titik nyala, dapat diketahui banyak sedikitnya komponen
yang menguap karena titik nyala mempengaruhi jumlah pemakaian pelumas.
8. Total Base Number (TBN), adalah besarnya angka kebasaan pelumas yang
mengindikasikan bahwa pelumas tersebut mengandung additive terutama jenis detergent
dan dispersant. Angka TBN pada pelumas bekas akan lebih rendah dari pelumas baru.
Karena sebagian basa telah digunakan untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk
ataupun telah dipakai untuk menghancurkan kotoran. Jadi dengan mengukur besarnya
angka TBN dapat ditentukan apakah pelumas masih layak pakai.
9. Total Acid Number (TAN), besarnya angka keasaman pada pelumas yang
terbentuk oleh oksidasi pelumas atau karena pengaruh adanya air/uap air.
10. Oxidation Stability (ketahanan Oksidasi), sifat yang diperlukan pada pelumas
untuk melumasi mesin. Kombinasi panas dan udara bila ada kontak dengan pelumas
akan menyebabkan oksidasi. Oksidasi akan membentuk asam, pelumas menjadi kental
dan akhirnya membentuk lumpur korosif.
TUGAS TEKNIK PELUMASAN

DISUSUN OLEH :

JAN BONIFASIUS TARIGAN NIM : 140401083

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

Anda mungkin juga menyukai