Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

MOTOR BAKAR DAN TENAGA PERTANIAN

SISTEM PELUMASAN

Oleh:
Tria Fahmi Fauziah
NIM.A1C016007

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Motor bakar adalah pesawat yang menggunakan energi termal untuk

melakukan kerja mekanik. Energi termal diperoleh dari proses pembakaran, proses

fisi bahan nuklir atau proses-proses lain. Dalam memperoleh energi termal ini,

motor bakar dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu motor bakar eksternal (external

combustion engine) dan motor bakar internal (internal combustion engine). Pada

motor bakar eksternal, proses pembakarannya terjadi di luar mesin. Salah satu

contohnya adalah motor uap. Motor bakar internal banyak digunakan dalam bidang

pertanian, salah satu contohnya adalah sebagai sumber tenaga untuk menggerakan

traktor dan mesin-mesin pertanian lainnya. Berdasarkan bahan bakar yang

digunakan, motor bakar internal ada 2 macam, yaitu motor diesel yang

menggunakan bahan bakar solar dan motor bensin.

Motor bakar tentunya terdapat mesin-mesin di dalamnya. Dan motor bakar

tersebut tidak bisa digunakan secara terus-menerus. Karena apabila motor bakar

bekerja secara terus-menerus akan menyebabkan mesinnya panas sehingga

menyebabkan keausan, motor kehilangan daya dan juga menyebabkan mesin akan

cepat rusak bahkan dapat terbakar. Oleh karena itu, mesin biasanya dilengkapi

dengan sistem pelumasan, untuk mengawetkan mesin motor serta melancarkan

ataupun menstabilkan kerja motor.

Motor bakar dalam penggunaannya mengubah bahan bakar kimia menjadi

energi panas dan energi gerak. Dalam pengubahan bahan bakar menjadi energi
tentunya terdapat suatu gesekan antara komponen-komponen motor bakar.

Gesekan-gesekan itu dapat menyebabkan mesin panas, aus dan dapat kehilangan

daya. Oleh karena itu, diperlukan pelumas untuk dapat mengurangi gesekan dan

mesin dapat bekerja dengan lancar. Pelumas ini digunakan untuk dapat

memperlancar dan menstabilkan kerja mesin.

Setiap mesin pasti mebutuhkan pelumasan, mulai dari mesin yang paling

sederhana hingga mesin yang paling modern sekalipun. Mesin terdiri dari berbagai

logam (metal part) yang bergerak seperti katup, piston, gear dan sebagaiya. Bagian

tersebut harus selalu terjaga dengan baik sehingga pergerakan mesin dapat berjalan

lancar/baik sehingga dapat berumur panjang selama pemakaian.

Pelumasan adalah proses memberikan lapisan minyak pelumas di antara dua

permukaan yang bergesek. Semua permukaan komponen motor yang bergerak

seharusnya selalu dalam keadaan basah oleh bahan pelumas. Fungsi utama

pelumasan ada dua yaitu mengurangi gesekan (friksi) dan sebagai pendingin. Bila

terjadi suatu keadaan luar biasa, dimana sistem pelumasan tidak bekerja, maka akan

terjadi gesekan langsung antara dua permukaan yang mengakibatkan timbulnya

keausan dan panas yang tinggi.

Pelumasan juga dapat diartikan sebagai pemberian bahan pelumas pada

suatu mesin dengan bertujuan untuk mencegah kontak langsung persinggungan

antara permukaan yang bergerak. Pelumasan memiliki suatu peranan yang penting

pada suatu mesin dan peralatan yang di dalamnya terdapat suatu komponen yang

saling bergesekan yaitu sebagai pengaman agar tidak terjadi kerusakan yang fatal.

Pelumasan memiliki fungsi dan guna yang sangat menentukan panjang pendeknya
umur mesin. Fungsi dari pelumasan itu sendiri adalah mengurangi adanya gesekan

antara metal dan komponen-komponen mesin lainnya sehingga dapat

meminimalkan resiko terjadinya kerusakan pada mesin. Sedangkan pelumasan itu

sendiri berguna untuk mencegah atau mengurangi terjadinya keausan pada

komponen-komponen mesin yang saling bergesekan, melancarkan komponen-

komponen mesin yang bergerak atau berputar, mencegah terjadinya suara berisik,

mengurangi panas yang timbul karena pergesekan dan meminimalkan tenaga mesin

yang terbuang untuk melawan gaya gesek. Besarnya gesekan dapat dikurangi

dengan menggunakan pelumas yang fungsiya memisahkan dua permukaan yang

bersentuhan. Akan tetapi di dalam kenyataannya tidak ada gerakan tanpa gesekan

karena tidaklah mudah untuk memperoleh pemisahan yang sempurna. Lagi pula

gesekan terjadi juga pada permukaan yang dilumasi yang disebabkan oleh adanya

tegangan geser pada pelumas sendiri. Pada umumnya motor bakar torak

menggunakan pelumas cair yang dinamakan minyak pelumas. Selain mudah

disalurkan minyak pelumas berfungsi juga sebagai fluida pendingin, pembersih dan

penyekat.

B. Tujuan

1. Praktikan dapat lebih memahami sistem pelumasan pada motor bakar.

2. Praktikan dapat mengetahui bagian-bagian yang ada pada sistem pelumasan

motor bakar.

3. Praktikan dapat mengetahui cara perawatan pada sistem pelumasan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Motor bakar adalah suatu mekanisme atau konstruksi mesin yang merubah

energi panas menjadi energi mekanis. Terjadinya energi panas karena adanya

proses pembakaran, bahan bakar, udara, dan sistem pengapian. Dengan adanya

suatu konstruksi mesin, memungkinkan terjadinya siklus kerja mesin untuk usaha

dan tenaga dorong dari hasil ledakan pembakaran yang diubah oleh konstruksi

mesin menjadi energi mekanik atau tenaga penggerak (Hidayat, 2013).

Komponen utama motor bakar torak terdiri dari: piston, silinder, poros

engkol, rumah engkol, kepala silinder, sistem katup, sistem listrik, sistem

pelumasan dan sistem pendinginan (Bahan Ajar IPB, 2012).

Gesekan adalah gaya yang bekerja antara dua badan pada permukaan

sentuhannya untuk menahan luncuran salah satu badan pada badan lainnya.

Gesekan yang dikehendaki misalnya gesekan pada permukaan sabuk dengan

pulinya sedangkan gesekan yang tidak dikehendaki yaitu gesekan antara bagian-

bagian mesin yang berputar pada suatu poros. Gesekan tersebut tidak dikehendaki

karena daya yang diperlukan lebih besar, lebih cepat menimbulkan aus dan dapat

membangkitkan panas (menimbulkan bahaya api) yang dapat merusak bagian-

bagian tersebut. Gesekan tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, tetapi dapat

dikurangi dengan menggunakan pelumas yang cocok sehingga kerja mesin dapat

diperbaiki dan masa pakainya dapat diperpanjang (Rosady, S. D. N., & Dwiyantoro,

2014).
Besarnya gesekan ditentukan berdasarkan besarnya koefisien gesek antara

permukaan yang saling kontak. Fungsi utama oli adalah mereduksi koefisien gesek

tersebut, sehingga nilainya menjadi lebih kecil. Hal ini dikarenakan di antara kedua

permukaan yang bersinggungan tersebut terdapat lapisan oli. Semakin tinggi

kekentalan atau viskositas oli, maka koefisien gesek yang direduksi akan semakin

besar. Kekentalan oli ditentukan berdasarkan tingkat kekentalan yang ditetapkan

oleh sebuah organisasi otomotif, yaitu Society of Automotive Engineers (SAE)

(Crovse, 1980).

Untuk mengurangi bunyi-bunyian yang ditimbulkan oleh bagian-bagian yang

bergesekan maka diperlukan adanya pelumasan yang sempurna. Dengan adanya

pelumasan ini bagian-bagian yang bergesekan seperti metal-metal, roda-roda gigi,

dan sebagainya tidak menjadi terlalu panas, sehingga tidak lekas menjadi aus

(Saleh, 1972).

Sistem pelumasan merupakan salah satu sistem pelengkap pada suatu

kendaraan dengan tujuan untuk mengatur dan menyalurkan minyak pelumas ke

bagian-bagian mesin yang bergerak untuk mencegah kontak langsung serta

membuat lapisan tipis (oil film) antara dua bagian permukaan metal yang saling

bergesekan dan membatasi keausan dan kehilangan tenaga yang minim (Putro,

2007).

Pelumasan adalah proses memberikan lapisan minyak pelumas di antara dua

permukaan yang bergesek. Semua permukaan komponen motor yang bergerak

seharusnya selalu dalam keadaan basah oleh bahan pelumas (Wijaya, R., & Jamari,

2011).
Fungsi dari pelumas antara lain sebagai berikut:

1. Untuk memberi pelumasan pada bagian-bagian yang saling bergerak/bergesek.

2. Merupakan bantalan antara dua metal yang bergerak/bergesekan.

3. Sebagai pendingin dimana panas diserap oli dan didinginkan di ruang karter.

4. Penghantar panas dari dinding piston ke dinding silinder.

5. Sebagai “seal” untuk mencegah kebocoran kompresi ke ruang karter.

6. Sebagai pencuci bagian yang aus, dan diendapakan dalam bak oli

(Hardjosentono, 1978).

Satu-satunya sifat yang paling penting pada minyak lumas adalah viskositas

atau kekentalan. Viskositas adalah gesekan internal suatu cairan yang ditunjukan

bila suatu bagian atau selapis cairan bergerak atau bergeser terhadap lapisan yang

lain. Secara umum viskositas digunakan untuk mempertelakan perlawanan

hambatan minyak untuk mengalir. Minyak dengan viskositas rendah mengalir

dengan mudah, sedang minyak berviskositas tinggi tidak mudah mengalir dan

biasanya disebut sebagai minyak berat. Viskositas sangat dipengaruhi oleh suhu dan

minyak cenderung menjadi encer pada suhu tinggi dan menjadi kental pada suhu

rendah (Hardjosentono, 1978).

Pelumas memegang peranan penting dalam desain dan operasi semua mesin

otomotif. Umur dan service yang diberikan oleh mobil tergantung pada perhatian

yang kita berikan pada pelumasannya. Pada motor bakar, pelumasan bahkan lebih

sulit dibanding pada mesin-mesin lainnya, karena di sini terdapat panas terutama

di sekitar torak dan dan silinder, sebagai akibat ledakan dalam ruang pembakaran.

Tujuan utama dari pelumasan setiap peralatan mekanis adalah untuk melenyapkan
gesekan, keausan dan kehilangan daya. Tujuan lain dari pelumasan pada motor

bakar adalah menyerap dan memindahkan panas, sebagai penyekat lubang antara

torak dan silinder sehingga tekanan tidak bocor dari ruang pembakaran, sebagai

bantalan untuk meredam suara berisik dari bagian-bagian yang bergerak, pada

sisitem pelumasan terdapat beberapa macam sistem yang saling melengkapi agar

terjadinya pelumasan yang baik di dalam suatu kendaraan (Wijaya, R., & Jamari,

2011).

Pada dasarnya pelumasan adalah pemisahan dari dua permukaan benda padat

yang begerak secara tangensial terhadap satu sama lain dengan cara menempatkan

suatu zat diantara kedua benda padat yang:

a. Mempunyai jumlah yang cukup dan secara terus menerus dan dapat

memisahkan kedua benda sesuai dengan kondisi beban dan suhu.

b. Tetap membasahi permukaan kedua benda.

c. Mempunyai sifat netral secara kimia terhadap kedua benda.

d. Mempunyai komposisi tetap stabil secara kimia pada kondisi operasional.

Tujuan pelumasan yang pertama adalah mengurangi gesekan, gesekan

langsung antara dua permukaan bagian-bagian mesin yang bergerak. Dengan

adanya lapisan pelumas diantara dua permukaan benda tadi, maka gesekan tidak

menjadi langsung, tetapi didasari/dialasi oleh lapisan minyak pelumas sehingga

dapat mengurangi tahanan gesek atau perlawanan gerak. Kedua adalah mengurangi

keausan, berkurangnya keausan akan memperoleh keuntungan ganda antara lain,

mencegah biaya yang tinggi dari penggantian suku cadang (spare part) yang aus.

Ketiga mengurangi panas, untuk memelihara suhu yang dikehendaki sekitar bagian-
bagian mesin yang dilumasi tersebut, maka panas yang diserap bergantung kepada

kemampuan dan proses pelumasan yang digunakan. Keempat mencegah karat,

dengan adanya pelumas atau gemuk maka bagian-bagian mesin atau permukaan

logam tersebut terlindungi dari pengaruh proses pengkaratan (Catur dan Djunaidi,

2008).

Fungsi utama pelumasan ada dua yaitu mengurangi gesekan (friksi) dan

sebagai pendingin. Bila terjadi suatu keadaan luar biasa, dimana sistem pelumasan

tidak bekerja, maka akan terjadi gesekan langsung antara dua permukaan yang

mengakibatkan timbulnya keausan dan panas yang tinggi. Bahan pelumas di dalam

mesin bagaikan lapisan tipis (film) yang memisahkan antara permukaan logam

dengan permukaan logam lainnya yang saling meluncur sehingga antara logam-

logam tersebut tidak kontak langsung. Selain seperti yang diterangkan diatas, bahan

pelumas juga berfungsi sebagai sekat (seal) pada cincin torak yang dapat menolong

memperbesar kompresi motor (Wijaya, R., & Jamari, 2011).

Fungsi minyak pelumas di dalam mesin bukan hanya sekedar untuk mencegah

terjadinya gesekan antara kedua komponen yang saling meluncur, seperti

contohnya antara torak dan dinding silinder, bantalan-bantalan dan komponen

lainnya. Minyak pelumas juga dapat berfungsi sebagai sekat untuk mencegah

menerobosnya gas dari bagian ruang bakar ke bagian bak engkol, kemudian minyak

pelumas dapat memindahkan energi panas dari komponen-komponen di dalam

mesin untuk dibuang pada udara di dalam bak penampung minyak (carter).

Disamping itu dengan adanya minyak pelumas berarti dapat dicegah terbentuknya
karat di dalam mesin dan produk-produk gas pembuangan akibat penyalaan bahan

bakar dapat diredam atau dikurangi (Daryanto, 1997).

Mekanisme kerja sistem pelumasan adalah sebagai berikut: Oli diangkat dari

bak oli (carter), oleh suatu sedotan, dari pompa oli yang digerakkan oleh perputaran

roda gerigi yang dikoperkan dengan perputaran poros engkol, melalui pipa hisap.

Dari pompa oli, disalurkan melalui pipa pembagi, kemudian dialirkan ke suatu

media pendinginan yang berupa pipa penunjang melingkar satu setengah (1½)

lingkar dengan dinding bersirip untuk memperluas permukaan pipa sehingga proses

pendinginan lebih lancar dari udara sekitarnya atau berupa radiator oli atau tanpa

kedua sistem pendinginan tersebut, tergantung dari kapasitas diesel. Dalam hal

yang terakhir ini oli hanya disalurkan ke dalam pipa yang cukup pendek saja (y-

pass). Dari ini kotoran oli yang mungkin terbawa, baik dari luar maupun sirkulasi

di dalam mesin sendiri. Sistem pelumasan pada Rocker Arm dari klep, didapatkan

melalui camp shaft, tappel dan push rod langsung menembus baud pengatur jarak

roker arm (Rocker Arm Bearing) kemudian menetes keluar yang kemudian

ditampung bak per klep; melalui celah antara push rod dan pipa pelindung push

rod, oli mengalir ke bahah menuju ke bak charter. Untuk pelumasan ada metal-

metal dan juga dinding-dinding silinder, oli disalurkan melalui pipa kapiler yang

terdapat dalam dinding charter (crank case), juga masuk ke dalam pipa yang sejenis

dengan crank case (Kurniawan, 2011).

Terdapat 3 jenis sistem pelumasan pada motor bakar, yaitu: tipe simple

circulating splash, internal forced feed, full internal forced feed. Dalam

penggunaannya, pelumasan lama kelamaan dapat habis dikarenakan oli masuk


melalui piston dan terbakar dalam ruang pembakaran, keluar dari crankcase berupa

uap atau kabut, serta terjadinya kebocoran (Gunawan, Y., & Fitrikananda, 2018).

Pada sistem pelumasan terdapat beberapa jenis sistem pelumasan, adapun

jenis pelumasan antara lain:

1. Pelumasan sistem percikan

Sistem ini menggunakan alat percik atau sendok pemercik yang

terpasang pada Big End Stang Zuiger. Tetapi pelumasan ini sekarang tidak

digunakan lagi karena kurang memenuhi kebutuhan pelumasan terutama pada

motor yang memiliki putaran tinggi.

2. Pelumasan sistem paksa

Pelumasan dialirkan oleh pompa oli untuk memaksa oli tersebut beredar

waktu mesin hidup (bekerja), sistem ini banyak digunakan untuk mesin motor

karena dapat menyesuaikan atau mampu mencukupi kebutuhan pelumas untuk

mesin putaran tinggi.

3. Sistem pelumasan rendam atau basah

Sistem ini menggunakan metode dimana komponen-komponen yang

akan dilumasi selalu terendam, misalnya pelumasan pada kopling dan

versnelling. Posisi perendaman akan selalu mengkondisi komponen dalam

keadaan terlumasi minyak pelumas. Minyak pelumas selalu siap untuk

melumasi bagian mesin yang terendam tersebut.

4. Sistem pelumas campuran langsung

Oli langsung dicampur dengan bensin atau bahan bakar yang ada di

dalam tangki. Perbandingan campurannya adalah 2% sampai dengan 5%, dari


banyaknya bensin yang akan dicampur. Apabila campuran oli tidak tepat atau

kualitas oli kurang baik maka akan langsung berpengaruh pada kelancaran dan

tenaga yang dihasilkan mesin.

5. Sistem pelumasan injeksi (semprot)

Pada motor jenis tertentu pelumasanya menggunakan sistem injektolud

dan superlub. Sistem injektolub oli disemprotkan ke lager-lager kruk as dan

ke dalam inlet. Sistem superlub oli langsung disemprotkan ke dalam

inlet/saluran udara (Fajar, R., & Yubaidah, 2007).

Pelumasan pada awalnya dikenal oleh sebagian besar dari para teknisi dalam

bentuk dan wujudnya. Ada pelumasan berbentuk cairan seperti oli mesin, oli

hidrolik dan oli transmisi. Pelumasan juga berfungsi untuk melumasi bearing–

bearing roller (bearing bola), yaitu dibedakan dengan nama grease dan dengan

tingkat viskositas intermediate ada yang disebut gemuk dan fet (Arisandi, M., &

Priangkoso, 2012).

Komponen-komponen sistem pelumasan secara umum antara lain:

1. Oil Pressure Switch, suatu komponen yang berfungsi sebagai switch yang

mengaktifkan lampu peringatan bila tekanan oli tidak tercukupi pada saat

mesin mobil dinyalakan.

2. Oil pump, suatu komponen yang berfungsi untuk menarik oli yang berada di

Oil Pump dan memompa oli tersebut ke seluruh bagian mesin mobil.

3. Relief Valve, komponen ini bekerja untuk membebaskan tekanan pada saat Oil

Pump yang mempunyai tekanan berlebihan. Oil Strainer Komponen yang


berupa saringan oli dan terpasang di saluran masuk oli untuk memisahkan

partikel yang besar dari oli.

4. Oil Filter, komponen ini berfungsi sebagai penyaring kotoran yang tidak

diinginkan dari oli mesin yang secara bertahap akan terkontaminasi dengan

kotoran besi dan lainnya (Dani, 2013).

Cara perawatan dan pemeriksaan minyak pelumas antara lain:

1. Tempatkan kendaraan ditempat yang rata.

2. Apabila kendaraan habis perjalanan/panas, tunggu 30 menit.

3. Apabila kendaraan dalam kondisi dingin hidupkan 1-3 menit kemudian

matikan.

4. Tarik batang pengukur minyak dan bersihkan dengan kain lap, kemudian

masukkan kembali dengan tepat.

5. Tarik kembali batang pengukur kemudian perhatikan.

6. Periksa volume minyak ,harus pada level F dan L pada batang pengukur.

7. Periksa Viskositas (kekentalan minyak) dengan jari tangan.

8. Periksa perubahan warna minyak mesin: warna merah berarti minyak

tercampur bensin, warna kelabu berarti bercampur serbuk bantalan, warna susu

berarti bercampur dengan air, warna coklat berarti bercampur dengan karbon

(Dani, 2013).

Sistem pendinginan yang terdapat pada motor berfungsi untuk membuang

kelebihan panas dari silinder, kepala silinder, torak, ring torak, klep dan bagian-

bagian lain dengan tingkat kelajuan tertentu, tetapi harus mempertahankan suhu

kerja motor yang efisien. Sistem pendinginan dapat dibedakan menjadi tiga macam:
sistem pendingin udara, sistem pendingin cairan dan sistem yang merupakan

kombinasi dari sistem udara dan cairan (Soedarmanto, 1977).

Sistem pendingin memainkan peranan penting dalam bekerjanya mesin secara

kontinyu dan berdaya. Sistem pendingin yang utama pada kendaraan adalah

pendingin air dan udara serta oli pelumas. Air selalu merupakan komponen

pendingin yang patut mendapat perhatian. Disamping itu ada pipa radiator, bagian

ini berfungsi sebagai pendingin air motor baker. Air yang panas akibat pembakaran

dalam silinder dipompa ke bagian ini untuk didinginkan. Kendaraan yang berjalan

akan dihembus angin ke kisi-kisi radiator. Apabila kisi-kisi radiator telah rusak atau

tertutup debu maupun serangga dan lumut, udara tidak bisa melewatinya (Teiseran,

1995).
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Konstruksi sistem pelumas fuel force feed, splash feed, force feed

2. Bensin, solar, dan oli

3. Perlengkapan perbengkelan sederhana

4. Baki

5. Kuas

6. Kamera

7. Alat tulis

8. Modul Praktikum Motor Bakar dan Tenaga Pertanian.

B. Prosedur Kerja

1. Konstruksi sistem pelumasan motor bakar disiapkan.

2. Dilakukan pengamatan terhadap bagian-bagian sistem pelumasan tipe fuel

force feed, splash feed, dan system force feed.

3. Bagian-bagian yang ada pada sistem pelumasan diamati dan

didokumentasikan.

4. Disimak mengenai mekanisme kerja dari masing-masing sistem pelumasan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Komponen sistem pelumasan

a. Gambar komponen sistem pelumasan

Gambar 1. Komponen siistem pelumasan


(Sumber: www.Otomotifmobil.com)

b. Bagian-bagian dan fungsi komponen sistem pelumasan

1. Oil pan : Tempat untuk menampung oli mobil,

sebelum dan setelah oli bersirkulasi di

dalam mesin.
2. Oil Stainer : Untuk menyaring benda-benda kasar

yang berukuran besar agar tidak terhisap

oleh pompa oli dan merusak pompa oli.

3. Oil pump : Untuk memompa oli dari karter dan

menaikan tekanan oli yang melumasi

logam-logam yang bergesekan di mesin.

4. Dip Stick : Untuk mengetahui banyaknya oli yang

terdapat di dalam oil pan.

5. Oil Pressure Switch : Untuk memberitahukan tekanan oli yang

ada dalam mesin yang ditandai memlaui

indikator di dashboard.

6. Oil Filter : Menyaring kotoran halus atau gram-gram

halus agar tidak naik ke dalam mesin saat

mesin berputar.

2. Gambar Pompa Oli

Gambar 1. Pompa oli


(Sumber: www.chyrun.com)
b. Fungsi

Pompa oli berfungsi untuk menghisap oli dari oil pan kemudian

menekannya ke bagian-bagian mesin.

3. Sistem Penyalur Tekanan Oli (Relief Valve)

Gambar 2. Sistem Penyalur Tekanan


(Sumber: www. teknik-otomotif.com)

a. Fungsi

Fungsi dari sistem penyalur tekanan oli yaitu untuk mengatur tekanan

oli agar tidak terjadi kebocoran.

4. Gambar Filter Oli

Gambar. 3 Filter Oli


(Sumber: www.chyrun.com)
a. Fungsi Filter Oli

Filter Oli berfungsi untuk menyaring atau memisahkan kotoran-kotoran

pada oli.

5. Gambar Nosel Oli

Gambar. 4 Nosel Oli


(Sumber: www.chyrun.com)

a. Fungi Nosel Oli

Nosel Oli berfungsi untuk melumasi/mendinginkan bagian dalam

piston.

6. Gambar Dipstik Oil

Gambar. 5 Dipstick Oil


(Sumber: http://www.otoholic.net)
a. Fungsi Dipstick Oil

Dipstick Oil berfungsi untuk mengukur ketinggian minyak pelumas

dalam penampung oli.

B. Pembahasan

Sistem Pelumasan adalah suatu sistem pemeliharaan/perawatan terhadap

perangkat mesin yang selalu menampilkan masalah-masalah gerak, gesekan dan

panas yang ketiga proses tersebut paling erat berhubungan dan memegang peranan

penting dalam masalah kestabilan mesin.

Sistem pelumasan adalah suatu sistem dimana zat yang digunakan untuk

mengurangi gesekan dan keausan. Selain itu pelumasan digunakan untuk

menimbulkan smooth running dan meningkatkan umur yang diinginkan dari

elemen mesin. Kebanyakan pelumas adalah cair (seperti oli, synthetic esters,

silicon fluids dan air), tetapi untuk kondisi tertentu pelumas dapat berupa solid

(seperti polytetrafluoroethylene) yang digunakan untuk dry bearing, grease untuk

penggunaan rolling element bearing dan gas (seperti udara) digunakan untuk gas

bearing.

Sistem pelumasan adalah sistem pendukung yang sangat penting bagi suatu

mesin agar bisa bekerja optimal dan memiliki daya tahan yang bagus, didalam

komponen mesin banyak sekali persinggungan dua logam yang saling bergesekan

oleh karena itu dibutuhkan pelumasan yang bagus untuk mendukung kinerjanya.
Sistem Pelumasan adalah salah satu sistem pelengkap pada suatu kendaraan

dengan tujuan untuk mengatur dan menyalurkan minyak pelumas ke bagian-bagian

mesin yang bergerak untuk mencegah kontak langsung serta membuat lapisan tipis

(oil film) antara dua bagian permukaan metal yang saling bergesekan dan

membatasi keausan dan kehilangan tenaga yang minim.

Pelumasan adalah proses memberikan lapisan minyak pelumas di antara dua

permukaan yang bergesek. Semua permukaan komponen motor yang bergerak

seharusnya selalu dalam keadaan basah oleh bahan pelumas (Wijaya, R., & Jamari,

2011).

Pelumasan dapat diartikan sebagai pemberian bahan pelumas pada suatu

mesin dengan tujuan untuk mencegah kontak langsung persinggungan antara

permukaan yang bergerak. Pelumasan memiliki suatu peranan yang penting pada

suatu mesin dan peralatan yang di dalamnya terdapat suatu komponen yang saling

bergesekan, yaitu sebagai pengaman agar tidak terjadi kerusakan yang fatal.

Pelumasan memilki fungsi dan guna yang sangat menentukan panjang pendeknya

umur mesin.

Pelumasan itu sendiri adalah mengurangi adanya gesekan antara metal dan

komponen-komponen mesin lainnya sehingga dapat meminimalkan risiko

terjadinya kerusakan pada mesin. Sedangkan pelumasan itu sendiri berguna untuk

mencegah atau mengurangi terjadinya keausan pada komponen-komponen mesin

yang saling bergesekan, melancarkan komponen-komponen mesin yang bergerak

atau berputar, mencegah terjadinya suara bising, mengurangi panas yang timbul
karena pergesekan, dan meminimalkan tenaga mesin yang terbuang untuk melawan

gaya gesek.

Pelumasan adalah proses memberikan lapisan minyak pelumas di antara dua

permukaan yang bergesek. Semua permukaan komponen motor yang bergerak

seharusnya selalu dalam keadaan basah oleh bahan pelumas. Fungsi utama

pelumasan ada dua yaitu mengurangi gesekan (friksi) dan sebagai pendingin. Bila

terjadi suatu keadaan luar biasa, dimana sistem pelumasan tidak bekerja, maka akan

terjadi gesekan langsung antara dua permukaan yang mengakibatkan timbulnya

keausan dan panas yang tinggi.

Pada sistem pelumasan minyak pelumas harus memiliki kriteria khusus.

Minyak pelumas haruslah memiliki beberapa syarat tertentu yaitu:

1. Viskositas

Viskositas adalah kekentalan dari minyak pelumas. Kekentalan minyak

pelumas haruslah sesuai dengan kebutuhan yang akan dilumasi. Sebagai

contoh adalah kekentalan minyak pelumas untuk mesin berbeda dengan

kekentalan minyak pelumas yang dipakai untuk gardan.

2. Harus memiliki daya lekat yang baik (oil film)

Saat melumasi komponen yang bergesekkan, minyak pelumas harus

mampu menempel pada komponen-komponen mesin yang bergesekkan

dengan sangat baik. Maka dari itu minyak pelumas yang sudah terlalu lama

dipakai harus diganti karena daya lekat (oil film) sudah tidak baik. Dan jika

minyak pelumas yang sudah terlalu lama dipakai tak diganti, maka komponen-
komponen mesin yang saling bergesekkan itu akan saling menggesek dan

menyebabkan keausan.

3. Tidak mudah bercampur dengan barang yang lain

Maksudnya adalah minyak pelumas tidak bisa menyatu dengan zat-zat

lainnya. Kecuali minyak pelumas yang memang khusus untuk oli samping,

karena minyak pelumas tersebut dapat bercampur dengan bensin namun tetap

minyak pelumas itu tidak boleh mudah bercampur dengan zat-zat kimia lainnya

seperti karbon dan lain-lain. Jika hal itu terjadi berarti kualitas minyak pelumas

menjadi tidak baik lagi.

4. Memiliki sifat membersihkan

Pada saat komponen - komponen saling bergesekkan , kemungkinan akan

tetap terjadi gesekkan walaupun hanya sedikit sekali. Biasanya hal ini terjadi

pada saat mesin baru dihidupkan, karena minyak pelumas belum melumasi

bagian-bagian yang bergesekkan tersebut dan minyak pelumas tersebut masih

berada dalam bak oli (atau belum bersikulasi untuk melumasi). Untuk itulah

minyak pelumas harus mampu membersihkan serbuk-serbuk bekas gesekkan

tersebut.

5. Memiliki titik nyala yang tinggi dan sukar menguap

Pada mesin yang sedang hidup, maka suhu dari mesin akan naik. Untuk

itulah minyak pelumas tidak boleh cepat menguap, karena minyak pelumas

akan cepat habis dengan sendirinya bila cepat menguap. Selain itu pula minyak

pelumas harus memiliki titik nyala yang tinggi, karena jika titik nyalanya

rendah maka minyak pelumas akan terbakar dan menyala.


6. Mudah memindahkan panas dan memiliki titik beku yang rendah

Dalam hal ini minyak pelumas juga harus mampu menyerap panas dari

komponen-komponen yang bergesekkan sehingga pemuaian yang berlebihan

dapat dihindari. Namun di saat suhu yang rendah minyak pelumas juga tidak

boleh membeku. Oleh karena itu kekentalan minyak pelumas yang digunakan

di negara tropis dengan negara yang mengalami musim salju berbeda.

Pada sistem pelumasan terdapat beberapa bagian atau komponen yang pentng,

yang satu komponen satu dengan yang lainnya saling terkait satu sama lain.

Komponen- komponen pada sistem pelumasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pompa Oli

Oil pump menghisap oli dari crankcase dan menyalurkan ke seluruh

komponen mesin. Oil filter dipasangkan pada lubang masuk pompa oli (oil

pump inlet) untuk menyaring kotoran-kotoran. Oil pump yang digunakan

adalah model roda gigi. Pada model ini, terdapat dua buah roda gigi yang

berkaitan. Bila salah satu roda gigi berputar, maka roda gigi lain akan ikut

berputar berlawanan arah. Oleh karena itu, oli yang terdapat diantara celah-

celah dua buah roda gigi didesak dari lubang masuk ke lubang buang. Pompa

oli berfungsi untuk menghisap oli dari oil pan kemudian menekannya ke

bagian-bagian mesin. Pada pompa oli terdapat beberapa macam jenis pompa,

macam-macam pompa oli tersebut antara lain:

a. Internal gear, roda gigi yang digerakkan (driven gear) digerakkan oleh

roda gigi penggerak yang dihubungkan langsung ke camshaft, ruang

volume dibentuk oleh dua gigi yang berubah-ubah saat berputar. Tipe ini
memiliki konstruksi yang sederhana dan kemampuannya dapat

diandalkan.

b. Trochoid, pada pompa model trochoid dilengakapi 2 rotor (penggerak dan

yang digerakkan), bila rotor penggerak berputar seperti pada gambar rotor

yang digerakkan ikut sama-sama berputar dalam pump body. Poros rotor

penggerak berputar tidak satu titik (offset) dengan rotor yang digerakkan

oleh karena itu ruangan terbentuk dari dua rotor saat berputar. Saat

ruangan membesar oli terhisap ke dalam dan akan dipompa keluar saat

ruangan mengecil. Pompa model trochoid memiliki bentuk yang lebih

sederhana dari pada model roda gigi dan volume oli yang dipompa lebih

besar juga sehingga bentuk pompa oli dapat diperkecil dan lebih dapat

diandalkan.

c. External gear, sama halnya seperti model internal ada drive gear dan

driven gear untuk memompa oli. Tipe ini sudah lama digunakan karena

konstruksinya lebih sederhana dan lebih akurat.

2. Sistem Pengatur Tekanan Oli

Ketika pompa oli digerakkan oleh mesin maka tekanan oli akan naik,

pada kecepatan tinggi tekanan oli akan berlebihan dan hal ini dapat

menyebabkan kebocoran pada seal-seal oli. Untuk mencegah hal ini diperlukan

semacam pengatur yang menjaga tekanan oli agar tetap konstan tanpa

terpengaruh putaran mesin. Komponen yang melakukan hal ini adalah relief

valve.
3. Filter Oli

Filter oli pada sistem pelumasan berfungsi untuk memisahkan kotoran-

kotoran dari oli. Pada filter oli dipasangkan by pass valve yang berfungsi

sebagai saluran alternatif saat filter oli tersumbat. Penggantian filter oli harus

memperhatikan kondisi kerja mesin serta lama pengoperasiannya. Dalam

jangka waktu tertentu, oli akan kotor. Hal ini di sebabkan adanya partikel-

partikel logam, kotoran dari udara, karbon serta bahan-bahan lain yang masuk

ke dalam oli. Bagian-bagian berat akan mengendap, sedangkan bagian-bagian

yang ringan akan ikut terbawa melumasi mesin yang akan memperbesar

keausan dan kemungkinan panas yang berlebihan (over heating).

4. Lampu Tanda Tekanan Oli

Lampu tanda tekanan oli (oil pressure warning lamp) berfungsi untuk

memberi peringatan ke pengemudi bahwa sistem pelumasan tidak normal dan

dipasang pada blok silinder untuk mendeteksi tekanan pada oil gallery.

a. Tekanan oli rendah, saat mesin mati atau tekanan oli rendah titik kontak

di dalam switch tekanan oli menutup sehingga lampu peringatan hidup

(menyala).

b. Tekanan oli tinggi, saat mesin hidup dan tekanan oli naik, maka tekanan

oli ini mendorong diafragma sehingga titik kontak membuka dan lampu

peringatan mati.
5. Nosel Oli

Nosel oli (oil nozzle) berfungsi untuk mendinginkan bagian dalam piston.

Pada oil nozzle terdapat check valve yang berfungsi untuk mencegah tekanan

oli dalam sirkuit pelumasan turun terlalu rendah (1,4 kg/cm2).

6. Pendingin Oli

Pendingin oli (oil cooler) yang banyak digunakan untuk motor diesel

adalah tipe pendingin air. Oil cooler berfungsi untuk mendinginkan oli agar

kekentalannya tetap.

By pass valve akan bekerja apabila kekentalan oli tinggi atau saat oil

coolerelement tersumbat. Hal tersebut akan menyebabkan tahanan aliran

menjadi tinggi, sehingga by pass valve akan terbuka agar oli kembali secara

langsung ke oil filter element tanpa melalui oil cooler.

Regulator valve akan bekerja bila tekanan oli pada main oil gallery lebih

tinggi dari nilai standar. Regulator valve akan membuka agar oli kembali ke

oil pan. Dengan demikian tekanan oli akan kembali standar.

7. Dipstick oil

Dipstick oil berfungsi untuk mengukur ketinggian minyak pelumas

dalam penampung oli (Tim Asisten, 2018).

Motor bakar terdapat dua sistem pelumasan, yaitu pada motor 4 tak dan 2 tak,

adapun penjelasannya adalah sebagi berikut:

1. Sistem Pelumasan 4 Tak

Sistem pelumasan mesin pada motor 4 langkah (4 Tak) hanya

menggunakan 1 macam oli untuk melumasi seluruh bagian komponen mesin


motor mulai dari komponen ruang bakar, komponen kopling dan komponen

transmisi. Oleh sebab itu di butuhkan oli sesuai dengan spesifikasi khusus

untuk motor. Sistem pelumasan untuk motor berbeda dengan sistem pelumasan

mobil meskipun sama-sama menggunakan mesin 4 langkah. Karena pelumasan

pada mobil antara ruang bakar, transmisi dibuat berbeda dan koplingnya dibuat

sistem kering seperti halnya motor matic. Pada motor 4 langkah biasanya

pelumas di simpan di bak kruk as (crankcase) dan dialirkan ke seluruh

komponen motor dengan bantuan pompa oli dan biasanya disebut Wet sump

system. Tetapi ada juga motor yang menyediakan bak penampung pelumas

secara terpisah di luar mesin motor atau biasa di sebut Dry sump system.

2. Sistem Pelumasan 2 Tak

Sistem pelumasan pada motor 2 tak atau 2 langkah berbeda dengan

sistem pelumas motor 4 tak (4 langkah). Jika pada motor 4 langkah pelumasan

hanya memakai 1 macam oli saja, jika pada motor 2 langkah pelumasan terbagi

menjadi 2 bagian/macam. Pelumas pertama untuk melumasi bagian transmisi

saja, dan pelumas kedua untuk melumasi bagian ruang as-kruk atau bagian di

belakang piston. Pelumasan dibuat berbeda karena ruang transmisi dan ruang

engkol (kruk-as) terpisah. Pelumasan pada ruang engkol dibuat tercampur

dengan bahan bakar dengan perbandingan tertentu dan kekentalannya lebih

encer bila dibandingkan dengan pelumas untuk transmisi. Tetapi dengan

seiringnya kemajuan teknologi, pencampuran pelumas untuk ruang kruk-as

dan silinder dibuat sistem injeksi atau nosel.


Dalam kinerjanya, sistem pelumasan memiliki beberapa macam teknik

pelumasan. Macam-macam pelumasan antara lain:

1. Sistem Pelumasan Campur (Mix)

Sistem pelumasan campur adalah salah satu sistem pelumasan mesin

dengan cara mencampur langsung minyak pelumas (oli campur/samping)

dengan bahan bakar (bensin) sehingga antara minyak pelumas dan bahan bakar

bercampur di tangki bahan bakar. Sifat-sifat sistem pelumasan campur:

a. Tangki bahan bakar berada diatas mesin/lebih tinggi dari mesin

(pengaliran bahan bakar dengan gaya gravitasi).

b. Sistem pelumasan jenis oli yang paling sederhana

c. Pemakaian oli boros, timbul polusi udara tinggi

d. Dipergunakan pada motor 2 Tak dengan kapasitas kecil.

e. Menggunakan oli khusus 2 Tak yang bersifat mencampur baik dengan

bensin dengan campuran 2% – 4% oli samping.

Cara kerja: Pada saat kran bensin dibuka, maka campuran bensin dan oli

samping akan mengalir menuju karburator di karburator bensin, oli samping

dan udara bercampur membentuk campuran yang homogen dan masuk ke

dalam ruang engkol dan selanjutnya campuran bensin dan oli samping akan

melumasi bagian mesin yang berada di ruang engkol dan di dinding silinder.

Contoh kendaraan/mesin yang menggunakan sistem pelumasan jenis ini

adalah motor stasioner, vespa.


2. Sistem Pelumasan Autolube

Sistem pelumasan autolube, oli samping/campur masuk ke dalam ruang

engkol dipompakan oleh pompa oli. Sehingga penggunaan oli samping/campur

ini lebih efektif sesuai kebutuhan mesin. Sistem pelumasan ini digunakan pada

mesin 2 tak. Oli samping/campur yang masuk ke dalam ruang engkol

tergantung dari jumlah putaran dan pembukaan katup masuk (Reet Valve).

Cara kerja: Saat mesin hidup handle gas ditarik, maka bensin mengalir

ke karburator, seiring dengan tarikan handle gas, pompa oli berputar yang

menyebabkan oli samping/campur ditangki terhisap dan ditekan menuju ruang

engkol melalui saluran di belakang karburator. Bensin dan oli samping/campur

menjadi satu di belakang karburator yang selanjutnya masuk ke dalam ruang

engkol dan melumasi bagian-bagian yang bergerak.

3. Sistem Pelumasan Percik

Sistem pelumasan percik adalah sistem pelumasan dengan

memanfaatkan gerakan dari bagian yang bergerak untuk memercikan minyak

pelumas ke bagian-bagian yang memerlukan pelumasan, misal: poros engkol

berputar sambil memercikan minyak pelumas untuk melumasi dinding silinder.

Sistem ini menggunakan alat percik atau sendok pemercik yang

terpasang pada big end stang zuiger. Ketika torak berada di bawah (saat TMB),

poros engkol tercelup pada minyak pelumas. Pada saat torak bergerak menuju

ke atas (menuju TMA) maka minyak pelumas ikut terbawa ke atas. Minyak

pelumas dibawa ke atas melalui ring torak. Karena minyak pelumas juga bisa

terbakar, maka perlu penambahan minyak pelumas pada karter. Pelumasan


cara percikan ini merupakan pelumasan yang paling sederhana. Tetapi

pelumasan ini sekarang tidak digunakan lagi karena kurang memenuhi

kebutuhan pelumasan terutama pada motor yang memiliki putaran tinggi.

Sistem pelumasan ini biasanya digunakan pada mesin dengan katup

samping (side valve) dan kapasitas kecil.

Cara kerja: Saat mesin hidup, poros engkol berputar, bagian poros engkol

yang menyerupai sendok membawa minyak pelumas dan akhirnya minyak

pelumas memercik ke atas melumasi dinding silinder.

4. Sistem Pelumasan Tekan

Minyak pelumas di dalam karter dihisap dan ditekan ke dalam bagian-

bagian yang dilumasi dengan menggunakan pompa oli. Sistem pelumasan ini

sangat cocok untuk melumasi bagian-bagian mesin yang sangat presisi. Aliran

minyak pelumas tergantung pada jumlah putaran mesin, hal ini dikarenakan

pompa oli diputarkan oleh mesin. Sistem pelumasan ini digunakan pada mesin

4 tak dan memiliki kelebihan pelumasan merata dan teratur. Minyak pelumas

yang telah melumasi bagian-bagian mesin akan kembali ke karter kembali.

Minyak pelumas di karter dihisap dan ditekan oleh pompa oli melalui

strainer dan dipompakan menuju bagian-bagian yang dilumasi yang

sebelumnya disaring oleh filter oli. Minyak pelumas yang telah melumasi

bagian-bagian yang dilumasi akan kembali ke karter.

5. Pelumasan Tekan Sempurna

Pada pelumasan tekan sempurna, batang torak juga dilubangi (selain

poros engkol), sehingga pelumasannya menjadi sempurna. Dengan demikian


terhubung antara tempat pergeseran pen engkol–batang torak, dengan batang

torak–pen torak, yang selanjutnya tersalur ke tempat pergeseran torak–dinding

silinder.

6. Pelumasan Rendam atau Basah

Sistem ini menggunakan metode dimana komponen-komponen yang

akan dilumasi selalu direndam. Misalnya pelumasan pada kopling dan

versneling. Posisi perendaman akan selalu mengkondisi komponen dalam

keadaan terlumasi minyak pelumas. minyak pelumas selalu siap untuk

melumasi bagian mesin yang terendam tersebut.

7. Pelumasan Injeksi

Pada motor jenis tertentu pelumasannya menggunakan sistem injectolud

dan superlub. Sistem injectolud, oli disemprotkan ke lager-lager kruk as dan

ke dalam inlet. Sistem superlub, oli langsung disemprotkan ke dalam inlet atau

saluran udara (Toyota Astra Motor, 1998).

Untuk melumasi mesin, tidak sembarangan pelumas bisa digunakan. Pelumas

yang akan digunakan harus memiliki sifat-sifat penting. Minyak pelumas harus

memiliki sifat-sifat penting, yaitu:

1. Sifat kebasaan (alkalinity): Untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk

karena pengaruh dari luar (gas buang) dan asam-asam yang terbentuk karena

terjadinya oksidasi.

2. Sifat detergency: Untuk membersihkan saluran-saluran maupun bagian-bagian

dari mesin yang dilalui minyak pelumas, sehingga tidak terjadi penyumbatan.
3. Sifat dispersancy: Untuk menjadikan kotoran-kotoran yang dibawa oleh

minyak pelumas tidak menjadi mengendap, yang lama-kelamaan dapat

menjadi semacam lumpur (sludge). Dengan sifat dispersancy ini, kotoran-

kotoran tadi dipecah menjadi partikel-partikel yang cukup halus serta diikat

sedemikian rupa sehingga partikel-partikel tadi tetap mengembang di dalam

minyak pelumas dan dapat dibawa di dalam peredarannya melalui sistem

penyaringan. Partikel yang bisa tersaring oleh filter, akan tertahan dan dapat

dibuang sewaktu diadakan pembersihan atau penggantian filter elemennya.

4. Sifat tahan terhadap oksidasi, untuk mencegah minyak pelumas cepat

beroksidasi dengan uap air yang pasti ada di dalam karter, yang pada waktu

suhu mesin menjadi dingin akan berubah menjadi embun dan bercampur

dengan minyak pelumas. Oksidasi ini akan mengakibatkan minyak pelumas

menjadi lebih kental dari yang diharapkan, serta dengan adanya air dan

belerang sisa pembakaran maka akan bereaksi menjadi H2SO4 yang sifatnya

sangat korosif. Aditif adalah senyawa kimia yang apabila ditambahkan ke

dalam pelumas akan menaikkan unjuk kerja pelumas seperti yang diharapkan.

Aditif ini dapat menentukan mutu pelumas yang akan digunakan karena dapat

merubah sifat kimia maupun sifat fisik dari oli. Tujuan dari aditif untuk

campuran pelumas, yaitu untuk melindungi dan memperbaiki mutu pelumas

terhadap perubahan sifat kimia atau penuruan mutu pelumas, melindungi

kerusakan mesin terhadap produk-produk hasil pembakaran dan untuk

memperbaiki sifat suatu pelumas atau memberikan sifat baru terhadap sifat

pelumas yang sesuai dengan penggunaannya. Aditif dapat terdiri dari unsur –
unsur kimia seperti barium, calsium, phosporus, sulfur, chlorine, zinc, lead,

polymer dan sebagainya. Komposisi antara satu aditif dengan yang lainnya

harus dapat digabungkan sebaik mungkin dalam suatu formasi tertentu. Hal ini

berkaitan dengan pesatnya perubahan pada rancang bangun mesin serta

tuntutan kerja mesin yang meningkat.

5. Kelarutannya dalam base oil. Kelarutan dalam base oil adalah sifat yang utama

yang harus dimiliki oleh aditif agar dihasilkan pelumas yang homogeny.

6. Tidak larut dalam air . Aditif harus tidak larut dalam air, karena antara base oil

dan air adalah dua larutan yang saling melarutkan (immiscible). Dengan tidak

larutnya aditif dalam air, maka apabila pelumas tercampur dengan air maka

komponen-komponen pelumas masih dapat dipertahankan.

7. Volatilitas. Kondisi operasi mesin yang akan dilumasi menuntut agar setiap

komponen dalam pelumas tidak mudah menguap, baik karena panas maupun

karena waktu.

8. Stabilitas. Aditif harus tetap stabil selama penyimpanan, selama blending

maupun selama pelayanan di dalam mesin.

9. Compatibility. Aditif yang digunakan dalam satu jenis pelumas harus saling

tidak bereaksi, karena hal ini akan mempengaruhi bahkan merusak unjuk kerja

yang diharapkan.

10. Warna (colour) adalah indikator pertama yang dipakai pada pengujian

appearance, sehingga warna aditif harus jernih dan stabil.


11. Fleksibilitas, aditif yang multi fungsi lebih diutamakan karena akan memiliki

daya aplikasi sangat luas. Saat ini, aditif jenis inilah yang terus dikembangkan

oleh pabrik pembuat aditif.

12. Bau. Aditif diharapkan tidak menimbulkan bau yang merangsang. Apabila

terpaksa digunakan juga, maka bau aditif ini harus dihilangkan dengan

menambahkan bahan penghilang bau tersebut.

13. Viskositas. Satu-satunya sifat yang paling penting pada minyak pelumas adalah

viskositas atau kekentalan. Viskositas adalah gesekan internal suatu cairan yang

ditunjukkan bila suatu bagian atau selapis cairan bergerak atau bergeser

terhadap lapisan yang lain. Secara umum viskositas digunakan untuk

mempertelakan perlawanan hambatan minyak untuk mengalir. Minyak dengan

viskositas rendah mengalir dengan mudah, sedang minyak berviskositas tinggi

tidak mudah mengalir dan biasanya disebut sebagai minyak berat. Viskositas

sangat dipengaruhi oleh suhu dan minyak cenderung menjadi encer pada suhu

tinggi dan menjadi kental pada suhu rendah.

14. Viscosity Index (VI), merupakan tinggi rendahnya index yang menujukkan

ketahanan kekentalan minyak pelumas terhadap perubahan suhu. Standar suhu

pada pengukuran ini adalah 100°F dan 210°F. Pada umumnya menggunakan

Kinematic Viscosity. Pelumas yang memiliki VI tinggi tidak banyak

mengalami perubahan kekentalan pada perubahan suhu.

15. Flash Point (titik nyala), merupakan suhu terendah pada waktu minyak

pelumas menyala seketika. Maksud pengukuran titik nyala adalah untuk safety

precaution atau berhubungan dengan kondisi pemakaian pelumas. Dengan


mengetahui titik nyala, dapat diketahui banyak sedikitnya komponen yang

menguap karena titik nyala mempengaruhi jumlah pemakaian pelumas.

16. Pour Point (titik tuang), merupakan suhu terendah dimana suatu cairan mulai

tidak bisa mengalir dan kemudian menjadi beku. Tujuan pemeriksaan ini

adalah untuk mengetahui kemampuan mengalir pada suhu rendah berhubung

dengan daerah pemakaian atau kondisi kerja penggunaan dari pelumas

tersebut.

17. Total Acid Number (TAN), menunjukkan besarnya angka keasaman pada

pelumas yang terbentuk oleh oksidasi pelumas atau karena pengaruh adanya

air/uap air.

18. Total Base Number (TBN), menunjukkan tinggi rendahnya ketahanan minyak

pelumas terhadap pengaruh pengasaman, biasanya pada minyak pelumas baru.

Angka TBN pada pelumas bekas akan lebih rendah dari pelumas baru. Karena

sebagian basa telah digunakan untuk menetralisir asam-asam yang terbentuk

ataupun telah dipakai untuk menghancurkan kotoran. Jadi, dengan mengukur

besarnya angka TBN dapat ditentukan apakah pelumas masih layak pakai.

19. Carbon residu, merupakan jenis presentasi karbon yang mengendap apabila oli

diuapkan pada suhu tes khusus.

20. Spesific Grafity (SG) adalah perbandingan berat minyak dan air yang

mempunyai volume yang sama pada suhu tertentu. Pemeriksaannya dengan

alat standar untuk tujuan tersebut.

21. Oxidation Stability (Ketahanan Oksidasi), sifat yang diperlukan pada pelumas

untuk melumasi mesin. Kombinasi panas dan udara bila ada kontak dengan
pelumas akan menyebabkan oksidasi. Oksidasi akan membentuk asam,

pelumas menjadi kental dan akhirnya membentuk lumpur korosif.

22. Density, menyatakan berat jenis oli pelumas pada kondisi dan temperatur

tertentu.

23. Emulsification dan Demulsibility, sifat pemisah oli dengan air. Sifat ini perlu

diperhatikan terhadap oli yang kemungkinan bersentuhan dengan air.

24. Appearance. Rupa pelumas dengan melihat keadaan visualnya dan dapat

menunjukkan:

a. Clear, pelumas terlihat jernih.

b. Hazy, pelumas terlihat tidak jernih/berkabut. Pada pelumas baru, hazy

menunjukkan adanya air atau uap air yang terdapat pada pelumas.

c. Dark, bila appearance terlihat dark atau gelap, ini dapat menunjukkan

adanya kandungan produksi oksidasi dari pelumas atau bahan bakar.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sistem pelumasan adalah proses memberikan lapisan minyak pelumas di antara

dua permukaan yang bergesek. Fungsi utama pelumasan ada dua, yaitu

mengurangi gesekan (friksi) dan sebagai pendingin.

2. Bagian-bagian yang ada pada sistem pelumasan motor bakar antara lain, yaitu:

pompa oli, sistem penyalur tekanan oli (relief valve), filter oli, nosel oli dan

dipstick oil.

3. Cara perawatan pada sistem pelumasan, yaitu dengan mengganti minyak

pelumas, perawatan pompa minyak pelumas dan perawatan komponen

lainnya.

B. Saran

Diharapkan untuk praktikum selanjutnya asisten dapat lebih mempersiapkan

alat-alat yang akan digunakan serta materi yang akan disampaikan selain itu

diharapkan asisten dapat mengkondisikan praktikan agar lebih kondusif dan

praktikum dapat berjalan dengan lancar, serta diharapkan kepada setiap praktikan

dan asisten untuk dapat bersikap lebih disiplin lagi agar praktikum dapat berjalan

lebih efektif dan efisien.


DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, M., dan Priangkoso, T. 2012. “Analisa Pengaruh Bahan Dasar Pelumas
terhadap Viskositas Pelumas dan Konsumsi Bahan Bakar”. Jurnal Momentum
UNWAHAS. 8/1.

Catur, S. A. dan Djunaidi. 2008. Kegiatan Pelumasan pada Peralatan Reaktor


Serba Guna G. A. Siwabessy. Yogyakarta: CV Pandawa Press.

Crovse, H. William. 1980. Automotive Mechanics 8th Edition. USA: McGraw Hill.

Dani, Almandala. 2013 Pengertian, Fungsi Komponen dan Cara Kerja Sistem
Pelumasan. Jakarta: Grafindo.

Daryanto. 1997. Petunjuk Praktis Service Mesin Mobil. Jakarta: Bumi Aksara.

Daywin, Frans J., dkk. 1991. Motor Bakar Internal dan Tenaga Di Bidang
Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Djoekardi, Djuhana. 1996. Mesin-Mesin Listrik Motor Induksi. Jakarta: Universitas


Trisakti.

Ed May and Crouse, William H. 1992. Automotive Mechanics. Vol. 1 Fifth Edition,
Australia.

Fajar, R., & Yubaidah, S. 2007. “Penentuan Kualitas Pelumasan Mesin”. Jurnal
Mesin. 9/1.

Fundamentals of Service (FOS). 1991. Engines. USA: John Deere & Company.

Gazali. 2013. Mesin Diesel. (On-line). http://www.kutembak.com. Diakses tanggal


21 Juni 2018.

Gunawan, Y., & Fitrikananda, B. P. 2018. “Kajian Low Oil Pressure pada Propeller
Gearbox Engine Ct7-9c Pesawat Cn-235 Pk-Xng dan Cara
Penanggulangannya”. Jurnal Industri Elektro Dan Penerbangan. 4/2.

Hardjosentono, Mulyoto. 1978. Mesin-Mesin Pertanian. Jakarta: Yasaguna.

Hardjosentono, Mulyoto., Wijanto, dan Elon Rachlan. 1981. Mesin-Mesin


Pertanian. Jakarta: Yasaguna.

Hardjosentono, Mulyoto. 2008. Mesin-Mesin Pertanian. Jakarta: Yasaguna.


Havendri, A. 2008. “Kaji Eksperimental Perbandingan Prestasi dan Emisi Gas
Buang Motor Bakar Diesel Menggunakan Bahan Bakar Campuran Solar
Dengan Biodiesel Cpo, Minyak Jarak dan Minyak Kelapa”. Jurnal Teknik
Mesin. 29/1.

Henderson, S. M. 1966. Agricultural Process Engineering. California: University


Of California press.

Heywood, John B. 1998. Internal Combustion Engine Fundamentals. New York:


McGraw Hill Book Company.

Hijjah, E. W., & Adiwibowo, P. H. 2014. “Pengaruh Variasi Sudut Elbow Intake
Manifold terhadap Emisi Gas Buang pada Sepeda Motor Supra X Tahun
2002”. Jurnal Teknik Mesin. 3/2: 140-147.

Irawan, R. B. 2013. “Karakterisasi Katalis Tembaga pada Catalytic Converter


untuk Mengurangi Emisi Gas Carbon Monoksida Motor Bensin”. Jurnal
Teknik. 13/2.

Kiyaku, Yaswaki. 1998. Teknik Praktis Merawat Sepeda Motor. Bandung: Pustaka
Setia.

Kurniawan, B. 2011. “Peningkatan Performansi Pelumasan dengan Pemberian Slip


dan Kekasaran Permukaan Menggunakan Metode Volume Hingga”. Journal
Bearing. 4/2.

Munandar, Aris. 1979. Motor Diesel Putaran Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita.

PT. National Astra Motor. 1987. Buku Pedoman Perbaikan, Daihatsu Mesin Type
CB. Jakarta: PT. National Astra Motor.

PT. Toyota Astra Motor. 2017. Bahan-Bahan Training (Teknik Service Dasar).
Jakarta: PT. Toyota Astra Motor.

Putro, Dheni Anggoro. 2007. “Analisis Sistem Pelumasan pada Mesin Toyota
Kijang Seri-5K”. Proyek Akhir. Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Semarang.

Rahmad, Hidayat 2011. Bagian-Bagian Tangki Bahan Bakar. (On-line). http://ki-


tapunya.blogspot.com. Diakses tanggal 21 Juni 2018.

Rosady, S. D. N., & Dwiyantoro, B. A. 2014. “Re-Design Lube Oil Cooler pada
Turbin Gas dengan Analisa Termodinamika dan Perpindahan Panas”. Jurnal
Teknik ITS. 3/2: B164-B168.
Saleh, Marie R.A. 1972. Teknik Pemeliharaan Mobil Teknik Pemeliharaan Mobil.
Jakarta: Kanisius.

Siregar, Fatah Maulana. 1997. “Motor Bakar: Kajian Teoritis Performansi Mesin-
Non-Stationer Mobile Berteknologi VVT-i dan Non VVT-i”. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatra Utara.

Smith, Harris Pearson. 2010. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Soedarmanto. 1977. Motor Bakar Jilid I. Bandung: Karya Remadja.

Sulistyo, B., Sentanuhady, J., & Susanto, A. 2009. “ Pemanfaatan Etanol sebagai
Octane Improver Bahan Bakar Bensin pada Sistem Bahan Bakar Injeksi
Sepeda Motor 4 Langkah 1 Silinder”. Jurnal Teknik. 4/2: 1-2.

Surono, U. B., Winarno, J., & Alaudin, F. 2012. “Pengaruh Penambahan Turbulator
pada Intake Manifold terhadap Unjuk Kerja Mesin Bensin 4 Tak”. Jurnal
Teknik Janabadra. 4/2: 40-53.

Suteja, Wiraatmaja. 1989. Peralatan Industri. Bogor: FATETA IPB.

Tasliman. 2001. “Naskah Ajar untuk Mata Kuliah Motor Bakar dan Traktor”.
Jurnal Teknik Mesin. 6/2: 12-23.

Teiseran, Martin. 1995. Merawat dan Memelihara Mobil. Yogyakarta: Kanisius.

Wijanto. 1972. Motor Penggerak. Jakarta: Direktorat Teknik Pertanian.

Wijaya, R., & JAMARI, J. 2011. “Analisa Pengaruh Kekasaran Permukaan dan
Slip terhadap Performansi Pelumasan pada Kontak Sliding Menggunakan
Metode Volume Hingga”. Jurnal Mechanical Engineering. 5/2.

Woodyard, D. F. 2004. Pounder’s Marine Diesel Engines and Gas Turbines (8th
Ed.). Oxford UK: Butterworth-Heinemann.

Zulfikar, A., & Jamari, J. 2011. “Optimasi Daerah Slip pada Permukaan Bertekstur
pada Pelumasan MEMS (Micro Electro Mechanical Systems)”. Jurnal
Mechanical Engineering. 4/2.

Anda mungkin juga menyukai