Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tribologi berasal dari bahasa Yunani, tribos yang artinya menggaruk (rubbing) atau
mendorong (sliding). Istilah ini dimunculkan oleh komite dari Organisasi untuk Kerjasama
Ekonomi dan Pengembangan (Organization for Economic Cooperation and Development) di
tahun 1967. Tribologi adalah ilmu dan teknologi yang interdisipliner tentang interaksi permukaan
dalam pergerakan relatifnya. Dengan kata lain tribologi adalah pengetahuan tentang gesekan
(friction), pelumasan (lubrication) dan aus (wear). Definisi dan istilah ini tidak terlalu mengikat
dan baku, bahkan para ilmuwan Cina lebih senang memakai istilah friction engineering daripada
Tribologi. Sejarah tribologi berkembang terus seiring dengan semakin pesatnya peradaban
manusia. Pembuatan roda kemungkinan berawal sekitar 6000 tahun yang lalu. Bangsa Inca yang
telah maju peradabannya pun belum menggunakan prinsip roda. Penggunaan tribologi yang lain
muncul dari permulaan sejarah manusia sejak penggunaan alat pemantik api yang terbuat dari alat
sejenis gerudi panah.
Tribologi sangat besar perannya bagi dunia industri, bahkan sekarang ini tanpa di sadari
dengan semakin banyaknya peralatan di sekitar kita (bukan hanya di dunia industri) yang semakin
modern, mulai dari mobil di rumah kita, mesin cuci, kipas angin, itu beberapa contoh peralatan di
rumah kita yang dipengaruhi oleh ilmu tribologi.
Tribologi sangat penting/vital bagi keandalan peralatan; peralatan yang seharusnya siap setiap saat,
akan jadi tidak siap ketika di butuhkan karena mengalami kerusakan yang diakibatkan masalah
lubrikasi.
Tribologi besar juga pengaruhnya terhadap efisiensi peralatan. Tribologi juga berpengaruh
langsung terhadap maintainability dari sebuah peralatan. Tribologi berpengaruh terhadap neraca
keuangan dari suatu perusahaan; karena dengan penghematan dari lubrikasi itu berarti
penghematan dari sisi cost juga.

1.2 Tujuan dan Manfaat Tribologi


Diharapkan mahasiswa dapat memahami atau menjelaskan secara rinci mulai dari dasar
yang berhubungan dengan sistem pelumasan, mengetahui apa itu sistem pelumasan, mengetahui
apa itu gesekan, dan keausan dalam kehidupan sehari-hari yang ada disekitar kita.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pelumasan
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda
bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang
memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari
90% minyak dasar dan 10% zat tambahan.
Pada dasarnya yang menjadi tugas pokok pelumas adalah mencegah atau mengurangi
keausan sebagai akibat dari kontak langsung antara permukaan logam yang satu dengan
permukaan logam lain terus menerus bergerak. Selain keausan dapat dikurangi, permukaan logam
yang terlumasi akan mengurangi besar tenaga yang diperlukan akibat terserap gesekan, dan panas
yang ditimbulkan oleh gesekan akan berkurang. Selain mempunyai tugas pokok, pelumas juga
berfungsi sebagai penghantar panas.
Teknik pelumasan adalah suatu cara untuk memperkecil gesekan dan keausan dengan
menempatkan suatu lapisan tipis (film) fluida diantara permukan-permukaan yang bergesekan.
Sementara pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang berada atau disisipkan diantara dua
permukaan yang bergerak secara relatife agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan
tersebut. Teknik pelumasan ini sangat dibutuhkan dalam suatu industri terutama dalam dunia
permesinan yang sangat banyak terjadinya gesekan antara komponen-komponen mesin dan
banyaknya komponen mesin yang harus dijaga kondisinya agar umur dari suatu komponen mesin
tersebut lebih panjang dalam pemakaiannya. Misalnya dalam gerakan berputar pada bantalan
luncur, poros atau jurnal yang beroksilasi pada bantalan, gabungan dari gerakan menggelinding
atau luncuran pada gigi-gigi roda gigi yang berpasangan, gerakan luncuran pada piston terhadap
silindernya dan yang lain yang kesemuanya itu memerlukan pelumasan.
2.1.1 Fungsi Pelumasan
Merawat mesin maupun peralatan (equipment) harus dilakukan dengan perawatan berkala
secara teratur salah satunya dengan memperhatikan penggunaan minyak pelumas yang tepat dan
berkualitas. Penggunaan minyak pelumas yang tepat merupakan syarat yang mutlak agar
kemampuan mesin ataupun peralatan yang digunakan tetap prima.
Hal ini sesuai dengan fungsi dari minyak pelumasan antara lain:
1. Mengurangi gesekan dan keausan
Mengurangi gesekan dan keausan dilakukan dengan memberikan lapisan (film) untuk
menghindari kontak langsung bagian-bagian mesin yang saling bergesekan sehingga melindungi
permukaan logam yang bersinggungan baik yang meluncur atau yang menggelinding dari keausan.
Ini merupakan fungsi utama dari bahan pelumas.
2. Memindahkan panas
Panas yang timbul akibat pergesekan seperti pada bantalan-bantalan atau roda gigi dapat
dipindahkan oleh minyak pelumas asalkan terjadi aliran minyak yang mencukupi. Demikian juga

2
panas yang terjadi akibat dari pembakaran. Minyak pelumas menjadi komponen pendingin dari
piston, silinder liner, dan lainnya dari panas pembakaran Di samping itu, minyak pelumas juga
mendinginkan panas akibat gesekan. Panas yang diserap akan mengakibatkan turunnya viscositas
minyak pelumas.
3. Menjaga sistem agar tetap bersih
Pelumas juga sebaiknya bisa mencegah terjadinya fouling serpihan-serpihan yang
dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil degradasi pelumas itu sendiri maupun dari hasil proses
pembakaran. Apa yang disebut deposit adalah seperti karbon padat, varnish atau endapan. Ini dapat
mengganggu pengoperasian alat. Kasus ekstrem adalah ring piston tidak bisa bergerak, dan aliran
minyak tersumbat. Juga partikel-partikel logam akibat keausan, abu yang berasal dari luar dan sisa
pembakaran yang dapat memasuki sistem dan menghalangi operasi yang efisien juga harus dapat
dibersihkan oleh suatu bahan pelumas. Kotoran ini perlu disingkirkan dari permukaan komponen
yang bersinggungan.
4. Melindungi sistem
Baik dari hasil degradasi pelumas atau akibat kontaminasi hasil pembakaran, pelumas bisa
bersifat asam dan menjadikan korosi pada logam. Adanya uap air dapat juga menyebabkan karat
pada besi. Oleh sebab itu pelumas harus bisa menanggulangi efek-efek tersebut dan oleh Karena
itu bahan pelumas harus direncanakan untuk melindungi sistem terhadap serangan korosif dan
kimiawi.
Bahan pelumas juga dapat melindungi sistem dari getaran yang terjadi dengan cara meredam
getaran dan kejutan pada sambungan karena gerakan tenaga yang selalu berubah Mengingat arti
pentingnya minyak pelumas bagi daya tahan mesin, maka sebelum memilih minyak pelumas ada
baiknya lebih dulu mengetahui kualitas minyak pelumas tersebut sehingga dapat mencegah
penggunaan minyak pelumas yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin.
2.1.2 Jenis-Jenis Pelumasan
2.1.2.1 Boundary Lubrication

Saat dua permukaan bertemu, panas akan terbentuk sebagai akibat dari tekanan antara
kedua permukaan komponen tersebut. Pada tingkat temperatur dan tekanan tertentu, zat pelumas

3
secara kimia akan bereaksi dengan permukaan kontak membentuk lapisan resistif yang kuat.
Lapisan tersebut berupa lapisan film di permukaan lapisan solid (boundary film) yang ikut
menahan beban kerja komponen serta mencegah terjadinya keausan komponen akibat gesekan
antara kedua permukaan komponen. Dengan kata lain, pada boundary film lubrication beban yang
dikenakan kepada dua permukaan komponen tidak ditanggung oleh zat pelumas, akan tetapi
ditahan oleh lapisan film khusus yang terbentuk sebagai akibat dari bereaksinya zat pelumas
dengan permukaan komponen.
Boundary lubrication terjadi pada saat lapisan film lubrikasi memiliki ketebalan yang sama
dengan tingkat kekasaran permukaan bidang kontak komponen. Kondisi semacam ini secara
umum tidak dikehendaki pada bearing dengan lubrikasi hidrostatik maupun hidrodinamik karena
akan menimbulkan gesekan, kerugian energi, keausan, serta kerusakan material. Namun demikian,
sebagian besar mesin akan kita dapati lapisan boundary film pada saat mereka beroperasi, terutama
pada saat proses penyalaan start up, shut down, serta di putaran mesin rendah. Pelumas dengan zat
aditif terus berusaha dikembangkan untuk dapat meminimalisir efek negatif dari boundary film
lubrication.
2.1.2.2 Hydrodynamic Lubrication

Pada pelumasan dengan tipe hidrodinamis (Hydrodynamic Lubrication) permukaan yang


bergesekan atau yang bersinggungan baik yang bergerak meluncur atau pun menggelinding,
dipisahkan oleh pelumas secara sempurna. Dimana tekanan pada lapisan tipis pelumas
dibangkitkan oleh gerakan relatif oleh kedua permukaan itu sendiri. Salah satu contoh penggunaan
pelumasan dengan tipe hidrodinamis adalah gerakan rotasi yang terjadi pada bantalan luncur
(journal bearing).
Lubrikasi hidrodinamik menggunakan komponen mesin internal untuk menciptakan
lapisan film di permukaan kedua komponen yang bertemu. Pada sistem ini, lapisan film lubrikasi
hanya akan terbentuk jika mesin dalam kondisi beroperasi. Sedangkan jika dalam keadaan diam,
lapisan film akan rusak dan hilang. Maka dari itu sistem lubrikasi tipe ini tidak bekerja pada saat
penyalaan awal mesin, mematikan, maupun posisi putaran balik (reverse).
2.1.2.3 Mixed Lubrication
Mixed film lubrication atau lubrikasi campuran merupakan pertengahan antara lubrikasi
hidrodinamik dengan boundary. Lubrikasi ini terjadi pada saat ketebalan film fluida lubrikasi
sedikit lebih besar daripada kekasaran permukaan bidang kontak, sehingga masih ada sedikit

4
permukaan komponen (disebut sebagai asperities) yang saling bergesekan secara langsung.
Asperities adalah bagian mikroskopis permukaan material yang menjadi puncak tertinggi di antara
keseluruhan permukaan bidang kontak. Pada lubrikasi tipe ini, boundary film akan terbentuk hanya
di area tertentu yang kita kenal sebagai asperities tersebut, sedangkan di area lain pelumasan akan
bertipe hidrodinamik.
2.1.3 Sifat Pelumasan
Beberapa sifat penting yang sangat dibutuhkan agar minyak lumasi dapat berfungsi dengan
baik adalah :
1. Low volatility atau tidak mudah menguap, terutama pada kondisi operasi. Volatilitas
suatu minyak lumas penting sekali dalam pemilihan jenis pelumas dasar sesuai dengan pemakaian.
Sifat ini tidak dapat diperbaiki dengan penambahan aditif.
2. Fluiditas atau sifat mengalir dalam daerah suhu operasi. Karakterisitik aliran
dipengaruhi sebagian besar oleh minyak dasar. Fluiditas dapat diperbaiki dengan aditif > Pour
point depressants untuk memperbaiki aliran pada suhu, viscosity modifiers untuk memperbaiki
aliran pada suhu tinggi.
3. Stabilitas selama periode pemakaian. Sebagian sifat ini ditentukan oleh sifat minyak
dasar, namun terutama ditentukan oleh aditif yang memperbaiki stabilitas.. Stabilitas pelumas
sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan seperti temperatur, potensial oksidasi dan kontaminasi
dengan air, fraksi bahan bahan yang tak terbakar, dan asam-asam korosif.membatasi umur
pelumas. Aditif sangat berperan menaikkan kinerja dan umur pelumas.
4. Kompatibilitas atau kecocokan dengan bahan lain dalam sistim. Kompatibilitas
pelumas dengan seals, bearings, clutch plates dll., sebagian ditentukan oleh sifat minyak dasar.
Namun aditif juga dapat memiliki pengaruh besar memperbaiki sifat ini.

2.2 Gesekan
Pada umumnya gesekan dapat menimbulkan kerusakan pada suatu material. Gesekan
merupakan kejadian yang tidak bsa di pisahkan dalam pemesinan maupun kehidupan sehari.
Dalam insutri sendiri, mereka saling berlomba- lomba meneliti cara untuk mengurangi gesekan,
karena gesekan sendiri mampu menimbulkan kerugian yang cukup besar. Namun dalam beberapa
situasi tidak semua gesekan tidak di inginkan. Seperti rem, menggunakan gesekan untuk
melakukan kerjanya yaitu memperlambat atau menggurangi kecepatan, hingga berhenti dan
menahan pada posisinya. Kemudian roda penggerak yang menggunakan gesekan untuk membuat
gaya dorong terhadap lintasan atau jalannya. Lalu klem dan kollet menggunakan gesekan untuk
menahan komponen yang sedang di kerjakan selama operasi pemesinan. Pada aplikasi proses –
proses ini gesekan yang besar dan konsisten sangat di butuhkan.

5
Hal – hal utama yang mempengaruhi terjadinya gesekan, antara lain :
1. Adhesi
Adhesi merupakan ikatan antara materi - materi yang berbeda. Kekuatan adhesi bergantung
pada struktur dan sifat kimia dari bahan - bahan yang berpasangan. Karakteristik permukaan juga
berpengaruh, seperti ketinggian puncak dan lembah (tinggi atau rendahnya) kekasaran bahan, yang
di sebut asperities. Kadang asperities pada komponen - komponen yag berpasangan di pisahkan
atau di pecahkan selama gerakan relatif, sementara untuk kondisi lain gerakannya di tahan ketika
asperitiesnya naik ke atas atau di bawah yang lain.
2. Efek - efek elastis seperti hambatan gelinding
Hambatan gelinding di sebabkan oleh deformasi dari benda yang bergerak atau permukaan
tempat benda itu bergerak. Geometri dari benda - benda dalam kotak gelinding, besarnya gaya
yang di gunakan, dan elastisitas bahan - bahan yang bersinggungan semuanya memainkan peran
dalam menentukan besarnya hambatan.
3. Efek viskoelastik
Efek viskoelastik berhubungan dengan gaya – gaya yang disebabkan oleh deformasi bahan-
bahan fleksibel, seperti elastomers, selama kontak.
4. Hambatan hidrodinamis
Hambatan hidrodinamis yang disebut juga efek viskos (viscous effect), di sebabkan oleh
gerakan relative antar molekul pelumas fluida di antara komponen - komponen berpasangan yang
bergerak. Ini merupakan bentuk utama hambatan dalam bantalan bantalan pelumas hidrodinamis
lapisan penuh.

2.3 Keausan
Keausan adalah penguraian ketebalan permukaan akibat gesekan yang terjadi pada
pembebanan dan gerakan. Keausan umumnya dianalogikan sebagai hilangnya materi sebagai
akibat interaksi mekanik dua permukaan yang bergerak slidding dan dibebani. Ini merupakan
fenomena normal yang terjadi jika dua permukaan saling bergesekan, maka akan ada keausan atau
perpindahan materi yang terjadi antara dua benda yang bergesekan.
Suatu komponen struktur dan mesin agar berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya
sangat tergantung pada sifat-sifat yang dimiliki material. Material yang tersedia dan dapat
digunakan oleh para engineer sangat beraneka ragam, seperti logam, polimer, keramik, gelas, dan
komposit. Sifat yang dimiliki oleh material terkadang membatasi kinerjanya. Namun demikian,
jarang sekali kinerja suatu material hanya ditentukan oleh satu sifat, tetapi lebih kepada kombinasi
dari beberapa sifat. Salah satu contohnya adalah ketahanan-aus (wear resistance) merupakan
fungsi dari beberapa sifat material (kekerasan, kekuatan, dll), friksi serta pelumasan. Material
apapun dapat mengalami keausan disebabkan oleh mekanisme yang beragam. Pengujian keausan
dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dan teknik, yang semuanya bertujuan untuk
mensimulasikan kondisi keausan aktual. Salah satunya adalah metode Ogoshi dimana benda uji

6
memperoleh beban gesek dari cincin yang berputar ( revolving disc ). Pembebanan gesek ini akan
menghasilkan kontak antar permukaan yang berulang-ulang yang pada akhirnya akan mengambil
sebagian material pada permukaan benda uji. Besarnya jejak permukaan dari material tergesek
itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material. Semakin besar dan dalam
jejak keausan maka semakin tinggi volume material yang terkelupas dari benda uji.
Keausan sendiri mempunyai dua sifat yaitu keausan normal dan keausan tidak normal (
akibat penggantian minyak pelumas yang tidak teratur ). Kemudian hal – hal yang mempengaruhi
keausan :
1. Pembebanan
2. Kecepatan
3. Jumlah minyak pelumas
4. Jenis minyak pelumas
5. Temperatur
6. Kekerasan permukaan
7. Kehalusan permukaan
8. Adanya benda – benda asing
9. Adanya benda kimia

Sebagaimana telah di jelaskan, material jenis apapun akan mengalami keausan dengan
mekanisme yang beragam , yaitu keausan adhesive, keausan abrasive, keausan lelah , keausan
oksidasi dan keausan erosi.
2.3.1 Jenis-Jenis Keausan
2.3.1.1 Adhesive Wear

Keausan adhesif adalah salah satu jenis keausan yang disebabkan oleh terikat atau melekat
(adhesive) atau berpindahnya partikel dari suatu permukaan material yang lemah ke material yang
lebih keras serta deformasi plastis dan pada akhirnya terjadi pelepasan / pengoyakan salah satu
material. Proses bermula ketika benda dengan kekerasan yang lebih tinggi menyentuh permukaan
yang lemah kemudian terjadi pengikatan. Pengikatan ini terjadi secara spontan dan dapat terjadi

7
dalam suhu yang rendah atau moderat. Adhesive wear sering juga disebut galling, scoring,
scuffing, seizure, atau seizing.
Faktor – faktor yang menyebabkan keausan adhesive :
a. Kecenderungan dari material yang berbeda untuk membentuk larutan padat atau
senyawa intermetalik.
b. Kebersihan permukaan.
Jumlah wear debris akibat terjadinya aus melalui mekanisme adhesif ini dapat dikurangi
dengan cara ,antara lain :
- Menggunakan material keras.
- Material dengan jenis yang berbeda, misal berbeda struktur kristalnya.
2.3.1.2 Abrasive Wear
Keausan jenis ini terjadi bila suatu partikel keras (asperity) dari material tertentu meluncur
pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi atau pemotongan
material yang lebih lunak. Tingkat keausan pada mekanisme ini ditentukan oleh derajat kebebasan
(degree of freedom) partikel keras atau asperity tersebut.
Sebagai contoh partikel pasir silica akan menghasilkan keausan yang lebih tinggi ketika
diikat pada suatu permukaan seperti pada kertas amplas, dibandingkan bila pertikel tersebut berada
di dalam sistem slury. Pada kasus pertama, partikel tersebut kemungkinan akan tertarik sepanjang
permukaan dan akhirnya mengakibtakan pengoyakan. Sementara pada kasus terakhir, partikel
tersebut mungkin hanya berputar (rolling) tanpa efek abrasi.
Ada dua kategori keausan ini, yaitu:
Two body abrasion
Keausan ini disebabkan oleh hilangnya material karena proses rubbing (penggarukan) oleh
material lain yang lebih keras dibanding material yang lain. Sehingga mateial yang lunak akan
terabrasi. Contohnya pada proses permesinan, antara lain cutting, atau turning.
b. Three body abrasion
Aus yang disebabkan proses galling sehingga serpihan hasil gesekan yang terbentuk
(debris) mengeras serta ikut berperan dalam hilangnya material
karena proses gesekan yang terjadi secara berulang-ulang. Jadi pengertian “tiga benda” disini
adalah dua material yang saling bergesekan dan sebuah benda serpihan hasil gesekan. Sedangkan
pada keausan “dua benda”, debris atau serpihan hasil gesekan tidak ada. Debris berasal dari logam
lembaran yang teradhesi pada permukaan alat cetak, kemudian karena proses pembentukan yang
terjadi, serpihan ini akan menggaruk permukaan pelat, sehingga terjadilah keausan secara abrasif.
Faktor yang berperan dalam kaitannya dengan ketahanan material terhadap abrasive
wear antara lain:
- Material hardness
- Kondisi struktur mikro
- Ukuran abrasif

8
- Bentuk abrasif
Bentuk kerusakan permukaan akibat abrasive wear, antara lain :
- Scratching
- Scoring
- Gouging
2.3.1.3 Tribochemical Reaction
Keausan kimiawi merupakan kombinasi antara proses mekanis dan proses termal yang
terjadi pada permukaan benda serta lingkungan sekitarnya.
Sebagai contoh, proses oksidasi yang sering terjadi pada sistem kontak luncur (sliding
contact) antar logam. Proses ini lama kelamaan akan menyebabkan perambatan retak dan juga
terjadi abrasi. Peningkatan suhu dan perubahan sifat mekanis pada asperiti adalah akibat dari
keausan kimiawi. Keausan jenis ini akan menyebabkan korosi pada logam.
2.3.1.4 Material Fatigue
Keausan lelah / fatik pada permukaan pada hakikatnya bisa terjadi baik secara abrasif atau
adhesif. Tetapi keausan jenis ini terjadi akibat interaksi permukaan dimana permukaan yang
mengalami beban berulang akan mengarah pada pembentukan retak-retak mikro. Retak-retak
mikro tersebut pada akhirnya menyatu dan menghasilkan pengelupasan material. Hal ini akan
berakibat pada meningkatnya tegangan gesek.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tribologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti menggaruk atau mendorong. Tribologi
ialah ilmu yang mempelajari gesekan, aus dan pelumasan. Dengan tribologi pemborosan energi
dapat dihemat. Seiring dengan peradaban manusia yang makin meningkat maka perkembangan
ilmu ini juga meningkat Daerah pelumasan dibagi menjadi 3 rejim, yaitu: (Elasto) Hydrodynamic
Lubrication, Boundary Lubrication, Mixed Lubrication. Proses aus terjadi pada Boundary
lubrication. Keausan terdiri atas keausan adesif, keausan abrasif, keausan lelah permukaan dan
keausan kimiawi. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi aus diantaranya dengan pelumasan dan
coating atau pelapisan logam pada permukaan.
3.2 Saran
Di harapkan untuk para mahasiswa untuk lebih mendalami mengenai sistem pelumasan itu
sendiri agar bisa lebih bermanfaat bagi pengaplikasian di dunia kerja maupun masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://artikel-teknologi.com/prinsip-kerja-sistem-lubrikasi/
http://dayvin2013.blogspot.com/2015/06/sistem-pelumas-mesin.html
http://redyfirmansyah.blogspot.com/2010/03/tribology-system.html
https://teknikmesinunimal.wordpress.com/2017/04/16/makalah-tribologi-tentang-pelumasan/
https://timbulstg.blogspot.com/2014/01/tribologi-pelumasan.html
http://onlyposting.blogspot.com/2014/11/tribologi-pelumasan_4.html
http://onlyposting.blogspot.com/2014/11/tribologi-keausan.html
http://onlyposting.blogspot.com/2014/11/tribologi-gesekan_24.html

11

Anda mungkin juga menyukai