Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BAHAN BAKAR DAN PELUMAS


(Pelumas)

Dosen Pengampu : Halim Rusjdi, S.T., M.T.

Kelompok 1 :

1. Muhammad Alfajri Wiyatmoko (201872006)


2. Alliq Romadhon (201872002)
3. Raihan Aditya Sijabat (201972006)

IT-PLN JAKARTA
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul pelumas ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
Halim Rusjdi, S.T., M.T. mata kuliah bahan bakar dan pelumas. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang pelumas bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen Halim Rusjdi, S.T., M.T. selaku dosen mata
kuliah bahan bakar dan pelumas yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung , 06 Januari 2021

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Pengertian Tribologi.........................................................................................................5
2.2 Pelumasan.........................................................................................................................5
2.3 Jenis Pelumas..................................................................................................................14
2.4 Penggolongan minyak pelumas......................................................................................15
2.5 Fungsi Utama Pelumas...................................................................................................16
BAB III PENUTUP..................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
3.2 Saran...............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1 Latar Belakang Masalah

Dalam dunia industri, pelumas memiliki peranan yang sangat penting


karena berfungsi untuk mengurangi gesekan dan keausan yang dapat
memperpanjang umur dari suatu komponen mesin dan menjaga agar kualitas
komponen mesin tersebut berada dalam kondisi yang optimal. Disamping itu
pelumas juga berfungsi sebagai media pendingin pada permukaan yang kontak,
membawa debris yang terbentuk pada daerah kontak dan untuk meningkatkan
efisiensi dari sebuah mesin.
Penggunaan minyak nabati sebagai bahan pelumas sudah lama digunakan
sebagai bahan dasar pelumas dan sampai pada abad ke 19 ketika terjadi revolusi
industri. Sejak terjadinya revolusi industri, permintaan akan bahan pelumas
terus meningkat, sehingga sampai ditemukannya minyak bumi (mineral oil) yang
mampu memproduksi pelumasan dengan kualitas yang lebih baik yang
menggantikan pelumas dari minyak nabati. Pada saat ini lebih dari 90%
pelumasan yang beredar dipasaran adalah pelumasan yang berasal dari mineral
oil. Minyak bumi sebagai base oil selama 6 dekade terakhir sangat gencar diteliti
dan digunakan, yang dipicu oleh kebutuhan akan bahan pelumasan yang sangat
tinggi. Tetapi, dengan adanya permintaan akan bahan pelumasan mineral oil yang
tinggi ini menyebabkan dampak negatif pada lingkungan akibat limbah minyak
pelumas yang dibuang ke lingkungan. Hal ini disebabkan karena mineral oil
memiliki sifat yang negatif, seperti sifatnya yang tidak bisa diperbaharui, tidak
ramah lingkungan dan beracun (toxic).

1.1 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengetahui pengetahuan tentang Tribologi.
2. Bagaimana cara mengetahui pengetahuan tentang Pelumasan.
3. Bagaimana cara mengetahui Jenis-Jenis Pelumasan.
4. Bagaimana cara mengetahui Penggolongan Minyak Pelumas.
5. Bagaimana cara mengetahui Fungsi Utama Pelumas.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Dapat mengetahui serta mendalami pengetahuan tentang Tribologi.
2. Dapat mengetahui serta mendalami pengetahuan tentang Pelumasan.
3. Dapat mengetahui serta mendalami Jenis-Jenis Pelumasan.
4. Dapat mengetahui serta mendalami Penggolongan Minyak Pelumas.
5. Dapat mengetahui serta mendalami Fungsi Utama Pelumas.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tribologi

Tribologi ialah ilmu yang mempelajari gesekan, aus dan pelumasan. Tribologi berasal
dari bahasa Yunani, tribos yang artinya menggaruk (rubbing) atau mendorong (sliding).
Istilah ini dimunculkan oleh komite dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan
Pengembangan (Organization for Economic Cooperation and Development) di tahun 1967.
Kemudian secara lebih lengkap tribologi di jelaskan sebagai ilmu dan teknologi dari
permukaan material yang berinteraksi satu sama lain dalam gerakan relatif, atau ilmu yang
terkait dengan gesekan, keausan dan pelumasan. Dengan kata lain tribology adalah
pengetahuan tentang gesekan (friction), aus (wear) dan pelumasan (lubrication). Dengan
tribologi pemborosan energi dapat dihemat. Seiring dengan peradaban manusia yang makin
meningkat maka perkembangan ilmu ini juga meningkat. Dimulai dari bangsa Mesir sampai
dengan peneliti-peneliti sekarang.
Jikalau dua benda bersentuhan sambil bergerak maka akan timbul gesekan. Orang juga
dengan mudah mengerti bahwa akibat yang ditimbulkan gesekan bias bermacam-macam
misalnya bunyi mencicit, kenaikan suhu permukaan atau ausnya permukaan. Aktifitas
manusia sehari-harinya juga tak luput dari gesekan ini, apalagi pada dunia industri. Mulai
dari bangun tidur dengan menggeliat maka sendi-sendi bergesekan, mandi dengan
menggosok sabun, menyikat gigi, jalan kaki, naik kendaraan, berputarnya roda, berputarnya
bantalan dan masih banyak lagi.
Dalam kesempatan kali ini, terdapat beberapa penjelasan mengenai prinsip umum
pelumasan yang dapat berlaku untuk berbagai situasi perancangan bila gerakan relatif terjadi
antara elemen – elemen mesin yang berpasangan. Banyak pula pembahasan mengenai
pengendalian atau meminimalisai gesekan yang umumnya di tetapkan sebagai penghambat
terhadap gesekan sejajar dari permukaan – permukaan yang berpasangan. Pelumasan sendiri
di gunakan untuk memperkecil gesekan dengan memberikan lapisanbahan yang dengan
sendirinya mengurangi gaya yang di butuhkan untuk menggerakkan satu komponen relative
terhadapkomponen pasangannya. Beberapa bahan emiliki koefisien gesek yang rendah dan
dapat beroperasi dengan cukup memuaskan tanpa pelumasan di bagian luar. Jika gerakan
relatif menyebabkan kontak fisik antara permukaan permukaan dari komponen – komponen
yang berpasangan, maka beberapa bahan permukaan dapat terkikis, yang menyebabkan
keausan.

2.2 Pelumasan

Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda
bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi
yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung
yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90%
minyak dasar dan 10% zat tambahan.

5
Secara umum bahan pelumas diklasifikasikan berdasarkan wujud dari materialnya, yakni
liquid (cair), semi liquid (grease), dan padat. Pelumas liquid sangat kita pahami sebagai
pelumas oli dan cukup lazim kita temui sebagai pelumas mesin kendaraan bermotor, gearbox,
ataupun sistem lainnya. Pelumas semi liquid lebih dikenal sebagai grease memiliki
kekentalan lebih tinggi dibandingkan dengan pelumas oli dan memang cenderung lebih
“padat” daripada oli. Sedangkan pelumas padat memiliki wujud padat dan dibutuhkan pada
kasus-kasus tertentu yang tidak dimungkinkan untuk menggunakan pelumas oli maupun
grease. Adapun jenis-jenis pelumasan antara lain :
1. Pelumas cair
Sebagian besar pelumas oli yang beredar di pasaran dan paling banyak
penggunaannya terbuat dari bahan dasar minyak bumi. Oleh karena itulah sering
kali kita menyebutnya sebagai mineral oil, yakni oli yang berbahan dasar dari
minyak bumi hasil tambang (mining). Oli mineral dapat diklasifikasikan menjadi
tiga macam yaitu Paraffinic, Naphtenic, dan Aromatic. Pengklasifikasian tersebut
dilakukan berdasarkan sifat kimiawi serta fisika dari berbagai jenis oli mineral.

 Oli Paraffinic (parafin) diproduksi melalui proses pemecahan molekul hidrokarbon


minyak bumi atau biasa dikenal dengan hydrocracking. Sebagian besar molekul oli
parafin memiliki struktur molekul rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercincin. Oli
parafin memiliki kestabilan viskositas dan tahan terhadap oksidasi. Oli ini memiliki
titik temperatur bakar tinggi serta titik temperatur alir (pour point) tinggi. Pour
point (titik alir) adalah titik temperatur dimana sebuah cairan memadat dan
kehilangan kemampuannya untuk mengalir. Oli parafin sangat baik digunakan pada
mesin manufaktur, untuk pelumas mesin industri, serta pada proses produksi industri
karet, tekstil, dan kertas.
 Oli Naphtenic diproduksi dari minyak bumi melalui proses distilasi atau penyulingan.
Sebagian besar molekul oli naphtenic memiliki struktur cincin hidrokarbon jenuh.
Dengan struktur kimia semacam itu, oli tipe ini memiliki tingkat viskositas rendah,
titik bakar rendah (mudah terbakar), titik alir rendah, serta ketahanan terhadap
oksidasi yang relatif rendah. Karena sifatnya yang mudah terbakar, maka oli
naphtenic lebih cocok digunakan pada kondisi temperatur kerja rendah, terutama
untuk pendingin trafo industri, serta pendingin pada proses permesinan.
 Aromatic oil merupakan hasil dari proses pemurnian lebih lanjut dari oli parafin.
Melalui proses pemurnian tersebut didapatkan oli dengan struktur hidrokarbon cincin-
tak-jenuh. Cincin hidrokarbon tersebut bersifat jauh lebih stabil dan tidak mudah

6
putus, sehingga oli aromatik memiliki titik bakar lebih tinggi. Pelumas oli aromatik
berwarna hitam dan sangat lazim digunakan sebagai bahan seal manufaktur, serta
sebagai perekat dan pengencer produksi aspal.

Pelumas oli mineral memiliki keterbatasan paling besar yakni kurangnya ketahanan
terhadap temperatur kerja tinggi. Aromatic oil memang memiliki ketahanan terhadap
temperatur tinggi, akan tetapi tingkat kekentalannya terlalu besar sehingga tidak
mudah digunakan sebagai pelumas mesin. Solusi dari kelemahan tersebut adalah
dibuatnya oli melalui proses sintesa sehingga didapatkan oli dengan spesifikasi
terbaik sesuai dengan yang dibutuhkan. Pelumas jenis ini biasa kita kenal sebagai oli
sintetis, sebab oli tipe ini tidak berasal dari minyak bumi melainkan dari bahan
organik maupun anorganik yang melewati proses-proses khusus sehingga didapatkan
spesifikasi yang dibutuhkan terutama ketahanan terhadap temperatur tinggi.

Pelumas oli sintetis memiliki beberapa tipe yang diklasifikasikan berdasarkan


perbedaan karakteristiknya, yakni :

 Polyalphaolefins (PAO) menjadi oli sintetis yang paling populer digunakan. Struktur
kimia dan karakteristik PAO identik dengan oli mineral. Oli sintetis hidrokarbon jenis
ini diproduksi melalui proses polimerisasi molekul hidrokarbon dari gas etilen dengan
menggunakan katalisator logam.
 Polyglycols (PAG). PAG diproduksi dari proses oksidasi etilena dan propilena. Hasil
oksidan selanjutnya dipolimerisasi unti membentuk polyglycol. Oli jenis ini bersifat
larut di dalam air, memiliki koefisien gesekan rendah, serta tahan terhadap tekanan
kerja tinggi sekalipun tidak ditambahkan aditif tekanan tinggi.
 Oli Ester. Tipe oli sintetis berikut diproduksi dengan mereaksikan asam dan alkohol
dengan air. Karakter oli ester adalah ketahannya terhadap temperatur tinggi dan
rendah.
 Silikon. Silikon termasuk ke dalam polimer inorganik yang memiliki struktur molekul
rantai berbentuk seperti tulang belakang dengan gugusan Si=O. Oli sintetis tipe ini
yang paling populer adalah polydimethylsiloxane (PDMS) dengan monomer
(CH3)2SiO. PDMS diproduksi dari silikon dan metilklorida. Contoh lain oli sintetis

7
tipe ini adalah polymethylphenylsiloxane dan polydiphenylsiloxane. Viskositas oli
silikon tergantung dari panjang molekul polimer serta derajat sambungan silang
(cross-link) molekulnya. Sambungan pendek tidak silang molekul menghasilkan oli
yang encer, sedangkan sambungan panjang silang molekul akan menghasilkan oli
silikon elastis. Pelumas silikon mampu bekerja pada kisaran temperatur -73°C hingga
300°C.

Perpaduan antara oli mineral dengan oli sintetis biasa disebut dengan oli semi-sintetis.
Dengan campuran maksimal sebanyak 30% oli sintetis, diharapkan akan didapatkan
pelumas dengan kualitas tidak jauh berbeda dengan oli murni sintetis, namun dengan
harga yang lebih terjangkau. Oli sintetis memang dikenal mahal karena proses
pembuatannya yang lebih rumit dibandingkan dengan biaya mengolah oli mineral.

Kelebihan pelumas oli:

 Kelebihan yang paling utama adalah sangat cocok digunakan pada mesin-mesin
putaran tinggi.
 Memiliki viskositas rendah sehingga mudah membentuk lapisan film pelumas di
setiap permukaan logam yang dilindungi dan memastikan selalu ada jarak antara dua
permukaan komponen yang bertemu.
 Karena berfase cair maka ia sangat mudah menyerap dan memindahkan panas.

Kekurangan pelumas oli:

 Membutuhkan ruang yang lebih besar untuk menampung oli.


 Membutuhkan sistem sealing untuk mencegah oli bocor keluar.
 Membutuhkan tambahan sistem pendingin jika pelumas bekerja pada temperatur
ekstrim.
 Tidak tahan terhadap oksidasi, kontaminasi air, dan pengotor-pengotor seperti debu
atau yang sejenisnya.

2. Pelumas Semi-Cair (Grease)


Pelumas grease dibuat dengan jalan mengemulsi oli mineral atau oli nabati
dengan pengemulsi metalik atau air pada suhu 400-600°F (204-316°C). Melalui
proses ini didapatkan sebuah jenis pelumas yang memiliki tingkat kekentalan
tinggi melebihi viskositas oli dan cenderung padat.
Grease memiliki karakteristik khas, yang membuatnya sangat cocok digunakan
pada sebuah sistem mekanis yang hanya bisa dilubrikasi secara berkala, serta
sistem yang tidak mungkin dapat dilubrikasi oleh oli. Grease juga berfungsi
sebagai sealent untuk mencegah masuknya air atau material lain ke dalam sistem
mesin. Karakteristik grease ditentukan oleh tipe oli (mineral, sintetis, nabati, atau
lemak hewani), tipe pengemulsi (litium, sodium, kalsium, garam-garaman), serta
aditif yang digunakan sebagai bahan baku (tekanan tinggi, perlindungan korosi,
anti oksida, dan lain sebagainya). Berikut adalah enam macam grease berdasarkan
parameter-parameter di atas :

 Campuran Oli Mineral dengan Padatan. Grease tipe ini sangat cocok digunakan
pada peralatan-peralatan dengan beban sangat tinggi serta bekerja pada kecepatan

8
rendah. Contohnya adalah pengaduk bahan beton, dan bearing pada conveyor alat
konstruksi berat.
 Campuran Oli Aspal dengan Oli Ringan. Pelumas tipe ini tergolong sebagai grease
ringan dengan kekentalan sedikit rendah. Sangat cocok digunakan pada komponen-
komponen terbuka yang bertemu langsung dengan atmosfer. Kelebihan utama dari
pelumas ini adalah kemampuannya untuk membentuk lapisan film yang mampu
bertahan pada temperatur panas maupun dingin.
 Extreme-Pressure Grease (EP Grease). Karakteristik unik dari EP Grease adalah
adanya penambahan aditif khusus yang membuatnya memiliki kekuatan sangat baik
untuk diaplikasikan pada berbagai macam kondisi ekstrim. Pelumas ini membentuk
lapisan film yang justru bersifat mencegah pelumas untuk terlepas dari dua
permukaan komponen, sehingga mencegah kedua permukaan komponen tersebut
untuk bergesekan secara langsung. Lapisan film ini terbentuk dari adanya reaksi kimia
antara logam dengan zat aditif pada grease, dan justru akan semakin kuat jika ada
tekanan lebih terhadap grease.Beberapa zat aditif yang digunakan pada grease ini
antara lain adalah klorin, fosfor, sulfur aktif maupun pasif, zinc, timbal, serta asbestos.
Pemilihan zat aditif sangat bergantung dari jenis penggunaan grease seperti beban,
kecepatan, kondisi permukaan, serta karakteristik mesin.
 Roll-Neck (RN) Grease. RN grease sangat lazim digunakan pada bearing sederhana
pada mesin-mesin berputar. Grease tidak memiliki karakteristik istimewa sehingga
hanya cocok digunakan pada bearing dengan beban kerja rendah.
 Soap Thicked Mineral Oils (STMO). Grease tipe ini menjadi yang paling banyak
digunakan di dunia industri, sebab ia menggunakan oli mineral sebagai bahan
utamanya dengan penambahan zat aditif kimia yang disesuaikan dengan kebutuhan
penggunaan. Zat aditif tersebut antara lain adalah sodium, barium, lithium, kalsium,
serta aluminium.
 Grease Multi-Fungsi. Grease multi-fungsi memiliki karakteristik unik yaitu
menggabungkan dua atau lebih sifat-sifat dari grease tertentu. Dengan cara ini akan
didapatkan satu jenis grease yang mampu bekerja untuk beberapa kondisi berbeda.
Dengan metode ini, bahkan kita dapat membuat satu jenis grease multi-fungsi untuk
menggantikan hingga enam grease khusus. Sebagai contoh grease yang menggunakan
emulsi lithium, selain memiliki ketahanan terhadap air dan korosi, ia juga memiliki
ketahanan mekanis dan oksidasi yang baik.

Kelebihan grease :

 Bertahan di hanya satu titik pelumasan yang diperlukan.


 Tidak mudah rusak karena cat ataupun partikel-partikel debu atmosfer.
 Tidak memerlukan pemberian grease yang terlalu sering.
 Cocok digunakan pada poros tegak/vertikal.
 Membantu proses sealing karena tidak mudah ditembus partikel debu.
 Tahan air.
 Cocok digunakan pada mesin dengan beban kejut, kecepatan rendah, serta beban
tinggi.

Kekurangan grease :

 Karena wujudnya yang semi-solid, maka sifatnya tidak dapat menjadi pendingin.

9
 Sekali saja pengotor debu masuk dan bercampur dengan grease, ia tidak dapat
dibersihkan. Sehingga partikel tersebut akan menjadi gangguan nagi performa grease

3. Pelumas Padat
Pelumas padat atau juga dikenal dengan pelumas kering memiliki bentuk fase
padat. Karakter gesekan kecil pada permukaan bahan pelumas padat tersebut
terjadi karena struktur molekul berlapis dengan ikatan lemah antar lapisan
molekulnya.Masing-masing lapisan molekul dapat bergeser relatif terhadap
lapisan yang lain hanya dengan sedikit gaya saja, inilah yang membuat pelumas
padat memiliki gaya gesekan rendah.Bahan yang paling banyak dikenal sebagai
pelumas padat yaitu grafit, molibdenum disulfida, heksagonal boron nitrida, serta
tungsten disulfida

 Grafit banyak digunakan di kompresor udara, industri makanan, sambungan rel


kereta, roda gigi terbuka, ball bearing, serta alat-alat perbengkelan. Grafit juga lazim
digunakan pada gembok dan mesin kunci. Hal ini dilakukan karena jika digunakan oli
untuk melumasi mesin kunci, debu-debu di udara justru mudah menempel dan akan
cepat merusak komponen-komponen mesin. Grafit mampu bekerja hingga temperatur
900°F (482°C). Di atas temperatur tersebut grafit akan teroksidasi dan meningkatkan
nilai koefisien geseknya.
 Molibdenum disulfida (MoS2) menjadi bahan pelumas padat kedua setelah grafit
yang paling banyak digunakan. MoS2 memiliki karakter unik yang berbeda dengan
grafit, jika grafit membutuhkan kelembaban dalam udara untuk melubrikasi
komponen mesin, molibdenum disulfida tidak membutuhkan kelembaban tersebut.
Bahkan MoS2 mampu bekerja pada kondisi udara vakum, karena hal inilah ia cocok
digunakan pada peralatan-peralatan ruang angkasa.Di udara bebas molibdenum
disulfida mampu bertahan hingga temperatur 700°F (371°C), di atas temperatur
tersebut akan mengakibatkan MoS2 teroksidasi membentuk MoO3 dan SO2. Oksidasi
tersebut bersifat menyerap kelembaban udara dan menaikkan koefisien gesekannya.
Pada kondisi vakum yang tidak dimungkinkan terjadi proses oksidasi, molibdenum
disulfida mampu bertahan hingga temperatur 2100°F (1150°C).

10
 Pelumas padat Heksagonal Boron Nitrida (h-BN) sangat baik bekerja pada
temperatur rendah dan tinggi bahkan hingga 900°C. Pelumas ini sangat cocok
digunakan apabila sifat konduktivitas listrik serta reaktifitas kimia dari grafit menjadi
masalah. Kelebihan lain dari h-BN dibandingkan dengan grafit adalah sifat
lubrikatifnya yang tidak memerlukan molekul air atau gas untuk terperangkap di
antara lapisan-lapisan molekulnya. Karena itulah h-BN juga cocok digunakan pada
kondisi vakum seperti halnya molibdenum desulfida.
 Polytetrafluoroethylene (PTFE) menjadi bahan pelumas padat dikarenakan molekul
penyusunnya yang mudah bergeser relatif terhadap molekul lainnya dengan hanya
diberikan sedikit gaya geser. PTFE baik digunakan pada kondisi vakum maupun
lingkungan atmosfer (hingga 290°C).

Kelebihan pelumas padat :

 Lebih efektif ketimbang pelumas oli pada mesin dengan beban tinggi.
 Sangat stabil pada kondisi temperature tinggi, serta pada kondisi lingkungan beradiasi
dan reaktif.
 Membuat desain mesin menjadi lebih sederhana karena tidak dibutuhkan ruang lebih
seperti jika menggunakan pelumas oli.
 Kebersihan mesin lebih terjaga.

Kekurangan pelumas padat :

 Jika sekali saja lapisan film lubrikasi rusak, maka tidak akan dapat diperbaiki,
keseluruhan bagian pelumas padat harus diganti.
 Koefisien gesekan lebih tinggi jika dibandingkan dengan pelumas oli.
 Mudah aus.

Fungsi Pelumasan, fungsi utama pelumas pada mesin meliputi hal berikut :

1. Mengendalikan Gesekan
Gesekan pada komponen-komponen yang bekerja pada sistem pelumasan
akan menimbulkan panas, sehingga dapat memicu timbulnya keausan yang
berlebih. Seperti diketahui, pelumas dapat bekerja dalam tiga daerah
pelumasan, yaitu pelumasan batas, pelumasan selaput fluida, dan pelumasan
hidrodinamika. Dimana viskositas merupakan sifat yang langsung memberi
pengaruh pada gesekan. Semua bentuk panas yang timbul pada bantalan hasil
gesekan harus dihilangkan pada saat sistem itu telah mencapai suhu operasi
yang stabil.

2. Mengendalikan Suhu
Dalam mengendalikan suhu, sistem temperatur pelumas secara langsung
menyesuaikan dan bereaksi pada suhu komponen yang memanas akibat
bekerja satu sama lain. Ketika terjadi hubungan antara logam dengan logam,
banyak panas yang diserap, sehingga pelumas berperan sangat penting
membantu proses penyerapan panas dengan cara mentransfer permukaan yang
mempunyai suhu tinggi dan memindahkannya ke media lain yang suhunya
lebih rendah. Tugas ini memerlukan sirkulasi pelumas dalam jumlah banyak
dan konstan.

11
3. Mengendalikan Korosi
Tingkat perlindungan korosi yang diberikan tergantung pada lingkungan di
tempat permukaan logam yang dilumasi itu bekerja. Jika mesin itu bekerja di
dalam ruangan dengan kondisi kelembaban yang rendah dan tidak ada
kontaminasi dari bahan yang korosif, kemungkinan tidak terjadi korosi.
Adanya kontaminasi yang korosif pada operasi mesin, membuat upaya
mengendalikan korosi menjadi lebih sulit. Sehubungan dengan itu, pelumas
yang digunakan dalam mesin harus memberi kemampuan perlindungan korosi
dalam tingkat yang sangat tinggi. Yang perlu dipertimbangkan dalam
mengatasi korosi pada mesin yang bekerja pada lingkungan yang korosif di
udara terbuka adalah pengaruh kontaminasi terhadap sifat pelumas itu sendiri.
Kemampuan pelumas untuk mengendalikan korosi adalah langsung
berhubungan dengan ketebalan selaput pelumas yang tetap ada pada
permukaan logam dan komposisi kimia pelumas. Bahan yang biasanya
digunakan untuk aditif penghindar korosi adalah surfaktan.

4. Mengendalikan Keausan
Keausan yang terjadi pada sistem pelumasan disebabkan oleh 3 (tiga) hal,
yaitu abrasi, korosi, dan kontak antara logam dengan logam. Keausan abrasi
biasanya disebabkan oleh partikel padat yang masuk ke lokasi pelumas itu
berada. Bentuk keauasan abrasi adalah torehan (scoring) dan garukan
(starching). Keausan yang diakibatkan karena korosi umumnya disebabkan
oleh produk oksidasi pelumas. Pemrosesan yang lebih sempurna dengan
menambahkan aditif penghindar oksidasi dapat mengurangi terjadinya
kerusakan pelumas. Keausan juga disebabkan oleh terjadinya kontak antara
logam dan logam yang merupakan hasil rusaknya selaput pelumas.
Singkatnya, sesuatu yang menyebabkan permukaan logam yang dilumasi
saling mendekat sehingga terjadi kontak antara satu permukaan dengan
permukaan lainnya menyebabkan timbulnya keausan.

5. Mengisolasi Listrik
Pada beberapa penggunaan khusus, pelumas dituntut untuk bersifat sebagai
isolator listrik. Untuk tetap mendapatkan nilai isolasi maksimal, pelumas harus
dijaga tetap bersih dan bebas air. Pelumas harus tidak mengandung aditif yang
menimbulkan proses elektrolisis jika terkena sejumlah air.

6. Meredam Kejutan
Fungsi dari pelumas sebagai fluida peredam kejutan dilakukan dengan 2
(dua) cara. Pertama, yang sangat dikenal adalah memindahkan tenaga mekanik
ke tenaga fluida seperti dalam peredam kejut otomotif (shock absorbser).
Dalam hal ini, vibrasi atau osilasi tubuh kendaraan menyebabkan piston yang
berada di dalam silinder fluida yang tetutup bergerak naik turun. Fluida
bergerak mengalir dari sisi piston ke sisi yang melewati suatu celah dengan
menghilangkan tenaga mekanik melalui gesekan fluida. Untuk itu, biasanya
digunakan pelumas dengan indeks viskositas yang tinggi. Mekanisme kedua
yang berperan dalam meredam kejutan fungsi pelumas adalah perubahan
viskositas terhadap tekanan.

7. Pembersih Kotoran

12
Pelumas disebut sebagai pembersih atau pembilas kotoran yang masuk di
dalam sistem karena adanya partikel padat yang terperangkap diantara
permukaan logam yang dilumasi. Hal ini benar-benar terjadi pada jenis mesin
internal-combution, dimana aditif detergen-dispersan digunakan untuk
melumatkan lumpur dan membawanya dari karter ke saringan yang dirancang
untuk menepis partikel padat yang dapat menimbulkan keausan.

8. Memindahkan Tenaga
Salah satu peningkatan fungsi pelumas modern adalah media hidrolik.
Peralatan otomatis pada kendaraan merupakan salah satu contoh
meningkatnya kompleksitas persyaratan pelayanan pelumas. Pelumas ini
menunjukan penggunaan terbesar fluida pemindah tenaga (power-transmission
fluids), menjadi suatu kebutuhan yang utama untuk menggunakan pelumas
yang baik, dan sifat-sifat hidrolik merupakan hal yang juga harus
dipertimbangkan.

9. Membentuk Sekat
Minyak Pelumas sendiri bersifat sebagai sekat, yaitu pelumas yang tinggi
viskositasnya akan berfungsi sebagai sekat dari celah yang lebih lebar. Oleh
karena itu, dianjurkan untuk mesin yang sudah tua menggunakan pelumas
mesin yang memiliki viskositas lebih tinggi dari normalnya. Hal ini
disebabkan jarak bebas atau clearance mesin tua lebih lebar dari mesin yang
baru.

Karakteristik pelumasan terdiri antara lain :

1. Viskositas
Viskositas digunakan untuk mengukur seberapa tebal dan kental suatu
fluida dalam kondisi tertentu, yang merupakan salah satu faktor terpenting
yang harus dipertimbangkan dalam memilih pelumas. Viskositas dinyatakan
dalam * cSt (Centistoke) atau SUS (Saybolt Universal Viscosity). Dapat
dipahami bahwa viskositas tinggi berarti lebih kental dan lengket. Viskositas
tidak digunakan untuk menentukan kualitas minyak. Jadi, memilih viskositas
yang tepat untuk setiap aplikasi adalah penting.

2. Indeks Viskositas
Indeks Viskositas (VI) menunjukkan korelasi antara viskositas pelumas dan
suhu. Nilai VI yang lebih tinggi menyiratkan sedikit perubahan viskositas
sesuai dengan variasi suhu. Semakin tinggi VI, semakin stabil suhu, sehingga
masa pakai oli semakin lama dan penggunaannya pun beragam.

3. Titik nyala dan titik api


Titik nyala adalah suhu terendah di mana uap yang dihasilkan oleh
pemanasan terus-menerus pelumas dapat dinyalakan. Titik api adalah suhu
terendah di mana bukan pengapian sesaat tetapi pengapian kontinu adalah
mungkin. Umumnya titik api lebih tinggi dari titik nyala 20-30 derajat dan
pelumas tidak dapat digunakan di lingkungan lebih tinggi dari titik api.

4. Pour Point

13
Jika suhu pelumas terus diturunkan, maka akan membentuk padatan berupa
wax atau lilin yang terekstraksi menjadi padat. Suhu tepat sebelum fenomena
ini adalah titik tuang atau pour point. Itu tidak berarti bahwa pelumas tidak
dapat digunakan di lingkungan di bawah titik tuang. Namun karena fenomena
ini dapat menurunkan efisiensi kerja, titik tuang harus dipertimbangkan
terutama ketika memilih pelumas mesin yang akan digunakan pada kondisi
lingkungan yang dingin.

5. Total Acid Number (TAN)


Total ACID Number (TAN) menunjukkan jumlah komponen asam yang
terkandung dalam minyak dan jumlah KOH yang diperlukan untuk
menetralkan komponen asam yang terkandung dalam 1 gram pelumas yang
dinyatakan dalam mg. Semakin lama waktu pelumas yang digunakan dan
semakin lama jarak tempuh, maka akan semakin tinggi komponen asam yang
terkandung didalam pelumas, atau meningkatkan kadar TAN pada pelumas.

6. Total Base Number (TBN)


Total Base Number (TBN) menunjukkan jumlah komponen dasar yang
terkandung dalam pelumas dan jumlah KOH yang diperlukan untuk
menetralkan komponen dasar yang terkandung dalam 1 gram pelumas yang
dinyatakan dalam mg. Semakin panjang waktu penggunaan pelumas dan
semakin tinggi nilai TAN, maka akan semakin rendah nilai TBN yang
terkandung dalam pelumas.

7. Stabilitas Oksidasi
Stabilitas oksidasi adalah kemampuan untuk mengurangi laju oksidasi
pelumas yang dipercepat oleh suhu tinggi. Karakteristik ini sangat penting
untuk mengidentifikasi masa pakai dan masa penyimpanan oli engine.

2.3 Jenis Pelumas

Terdapat berbagai jenis minyak pelumas. Jenis jenis minyak pelumas dapat dibedakan
penggolongannya berdasarkan bahan dasar (base oil), bentuk fisik, dan tujuan
penggunaan,antara lain :
1. Dilihat dari bentuk fisiknya :
- Minyak pelumas
- Gemuk pelumas
- Cairan pelumas

2. Dilihat dari bahan dasarnya :


- Pelumas dari bahan nabati
- Pelumas dari bahan hewani
- Pelumas sintetis

3. Dilihat dari penggunaannya :


- Pelumas kendaraan
- Pelumas industri
- Pelumas perkapalan
- Pelumas penerbangan
14
4. Dilihat dari pengaturannya :
- Pelumas kendaraan bermotor :
• Minyak pelumas motor kendaraan baik motor bensin / Diesel
• Minyak pelumas untuk transmisi
• Automatic transmission fluid & hydraulic fluid.

- Pelumas motor diesel untuk industri :


• Motor diesel berputar cepat
• Motor diesel berputar sedang
• Motor diesel berputar lambat

- Pelumas untuk motor mesin 2 langkah :


• Untuk kendaraan bermotor
• Untuk perahu motor
• Lain lain ( gergaji mesin, mesin pemotong rumput )

- Pelumas khusus
Jenis pelumas ini banyak ragamnya yang penggunaannya sangat
spesifik untuk setiap jenis, di antaranya adalah untuk senjata api, mesin
mobil balap, peredam kejut, pelumas rem, pelumas anti karat, dan lain-
lain.

2.4 Penggolongan minyak pelumas

Penggolongan minyak pelumas antara lain terdiri dari :

 Penggolongan Minyak Pelumas Berdasarkan Pelumas Itu Dibuat :


1. Minyak pelumas mineral (pelikan) yang berasal dari minyak bumi. Mineral
yang terbaik digunakan untuk pelumas mesin-mesin diesel otomotif, kapal,
dan industri.
2. Minyak pelumas nabati, yaitu yang terbuat dari bahan lemak binatang atau
tumbuh-tumbuhan. Sifat penting yang dipunyai pelumas nabati ini ialah bebas
sulfur atau belerang, tetapi tidak tahan suhu tinggi, sehingga untuk
mendapatkan sifat gabungan yang baik biasanya sering dicampur dengan
bahan pelumas yang berasal dari bahan minyak mineral, biasa disebut juga
compound oil.
3. Minyak pelumas sintetik, yaitu pelumas yang bukan berasal dari nabati
ataupun mineral. Minyak pelumas ini berasal dari suatu bahan yang dihasilkan
dari pengolahan tersendiri. Pada umumnya pelumas sintetik mempunyai sifat-
sifat khusus, seperti daya tahan terhadap suhu tinggi yang lebih baik daripada
pelumas mineral atau nabati, daya tahan terhadap asam dll.

 Penggolongan Pelumas Berdasarkan Viskositasnya :

15
Kekentalan minyak pelumas dinyatakan dalam nomor – nomor SAE
(Society of Automotive Engineer). Semakin besar nilai SAE maka minyak
pelumas tersebut lebih kental. Terbagi menjadi dua yaitu :
1. Oli monograde, yaitu oli yang indeks kekentalannya dinyatakan hanya satu
angka.
2. Oli multigrade, yaitu oli yang indeks kekentalannya dinyatakan dalam lebih
dari satu angka.

 Penggolongan Minyal Pelumas Berdasarkan Kualitas :


Kualitas oil mesin digolongkan sesuai standart API (American Petroleum
Institute) yang terdiri 2 jenis yaitu :
1. Penggolongan API untuk bensin
Untuk kendaraan yang berbahan bakar bensin, minyak pelumas yang
biasanya menggunakan kode yang berlawanan huruf S (Spark) yang berarti
percikan api.

2. Penggolongan API untuk diesel


Mesin diesel mempunyai kompres yang sangat tinggi dan tekanan di
dalamnya besar serta membutuhkan tenaga yang besar untuk dipakai
menggerakan komponen-komponennya dan lapisan filmnya harus lebih kuat.

2.5 Fungsi Utama Pelumas

Fungsi utama pelumas antara lain :

1. Mencegah karat ,

Pelumasan menciptakan lapisan oli yang menghindarkan permukaan


logam tidak terkena udara dan air secara langsung, sehingga tidak terjadi
korosi.

2. Mengurangi gesekan (Friksi)

Permukaan yang saling menempel bergerak mengakibatkan timbul gaya


gesekan pada permukaan kontak. Hal ini dapat membuat komponen tersebut
menjadi aus dan kehilangan tenaga akibat gesekan. Minyak pelumas / oli
mesin menciptakan lapisan oli (oil film) di antara permukaan kontak sehingga
mencegah kontak langsung antar komponen dengan demikian keausan dan
kehilangan tenaga akibat gesekan dapat dikurangi.

3. Pendingin

Bila panas akibat terjadinya gesekan maupun akibat panas pembakaran


tidak diserap, dapat mempercepat keausan pada komponen mesin. Oli
mendinginkan mesin dan bersirkulasi melalui komponen-komponen tersebut
sehingga meyerap panas yang akhirnya di kelurkan oleh mesin.

4. Pembersih

16
Kotoran atau bram-bram yang timbul akibat gesekan akan terbawa oleh
pelumas menuju carter yang selanjutnya akan mengendap di bagian bawah
carter dan ditangkap oleh magnet pada dasar carter. Kotoran yang terbawa
aliran pelumas akan di saring di filter oli agar tidak terbawa dan terdistribusi
kebagian-bagian mesin yang dapat mengakibatkan kerusakan / mengganggu
kinerja mesin.

5. Peredam kejutan/getaran

Tekanan yang sangat tinggi terjadi pada permukaan kontak yang dapat
mengakibatkan keausan dan kerusakan. Oli menyerap  dan menyebarkan
tekanan pada bagian bagian yang mengalami gaya tekan yang sangat besar
seperti pada ball bearing, roller bearing dan roda gigi.

6. Penyekat/perapat

Diperlukan sifat kedap udara antara piston dan silinder agar dapat
mencegah kebocoran antara ruang di atas piston dan bawah piston. Selain
sebagai lapisan film antara silinder dan piston, oli juga berfungsi sebagai
penyekat segingga dapat mengurangi hilang tenaga akibat kebocoran kompresi
melalui cela piston dan silinder.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari rangkuman diatas, saya dapat menyimpulkan bahwa pelumas adalah zat
kimia yang umumnya cairan yang diberikan di antara dua benda bergerak untuk
mengurangi gaya gesek. Pelumasan juga terdiri dari tiga jenis yaitu pelumasan
cair, pelumasan semi-cair dan pelumasan padat. Pelumas memiliki fungsi
utamanya seperti dapat mengendalikan gesekan, suhu, korosi dan keausan.
Karakteristik atau sifat pelumas antara lain visikositas , indeks visikositas, pour
point, TAN , TBN dan stabilitas oksidasi. Pelumas juga memiliki jenis-jenis yang
dapat dilihat dari bentuk fisiknya, bahan dasarnya dan tujuan penggunaan. Untuk
penggolongan atau klasifikasi pelumas itu berdasarkan pelumas itu dibuat,
berdasarkan visikositas dan berdasarkan kualitas.

3.2 Saran

Saran saya adalah lebih dimaksimalkan dengan baik lagi dalam penggunaan
pelumasan atau minyak pelumas, karena jika minyak pelumas tidak cocok dengan
objeknya maka dapat merusak sistem kerja objek tersebut dan menyia-menyiakan
minyak pelumas tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Blogspot Sabtu, 22 November 2014 http://onlyposting.blogspot.com/2014/11/tribologi-


tribologiialah-ilmu-yang.html

Artikel Teknologi https://artikel-teknologi.com/macam-macam-pelumas-mesin/

PT. SALI LUBINDO INDONESIA July 25, 2017 http://www.salilubindo.com/fungsi-


pelumas/

ETS WORLDS https://www.etsworlds.id/2019/11/karakteristik-dan-sifat-pelumas-


mesin.html

Ahmad Rafe’i November 24, 2012 https://sersasih.wordpress.com/2012/11/24/jenis-pelumas/

Blogspot Wednesday, 5 October 2016 http://joe-


pencerahan.blogspot.com/2016/10/klasifikasi-minyak-pelumas-oli.html

19

Anda mungkin juga menyukai