Kelompok 1 :
IT-PLN JAKARTA
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul pelumas ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
Halim Rusjdi, S.T., M.T. mata kuliah bahan bakar dan pelumas. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang pelumas bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen Halim Rusjdi, S.T., M.T. selaku dosen mata
kuliah bahan bakar dan pelumas yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Pengertian Tribologi.........................................................................................................5
2.2 Pelumasan.........................................................................................................................5
2.3 Jenis Pelumas..................................................................................................................14
2.4 Penggolongan minyak pelumas......................................................................................15
2.5 Fungsi Utama Pelumas...................................................................................................16
BAB III PENUTUP..................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
3.2 Saran...............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Tribologi ialah ilmu yang mempelajari gesekan, aus dan pelumasan. Tribologi berasal
dari bahasa Yunani, tribos yang artinya menggaruk (rubbing) atau mendorong (sliding).
Istilah ini dimunculkan oleh komite dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan
Pengembangan (Organization for Economic Cooperation and Development) di tahun 1967.
Kemudian secara lebih lengkap tribologi di jelaskan sebagai ilmu dan teknologi dari
permukaan material yang berinteraksi satu sama lain dalam gerakan relatif, atau ilmu yang
terkait dengan gesekan, keausan dan pelumasan. Dengan kata lain tribology adalah
pengetahuan tentang gesekan (friction), aus (wear) dan pelumasan (lubrication). Dengan
tribologi pemborosan energi dapat dihemat. Seiring dengan peradaban manusia yang makin
meningkat maka perkembangan ilmu ini juga meningkat. Dimulai dari bangsa Mesir sampai
dengan peneliti-peneliti sekarang.
Jikalau dua benda bersentuhan sambil bergerak maka akan timbul gesekan. Orang juga
dengan mudah mengerti bahwa akibat yang ditimbulkan gesekan bias bermacam-macam
misalnya bunyi mencicit, kenaikan suhu permukaan atau ausnya permukaan. Aktifitas
manusia sehari-harinya juga tak luput dari gesekan ini, apalagi pada dunia industri. Mulai
dari bangun tidur dengan menggeliat maka sendi-sendi bergesekan, mandi dengan
menggosok sabun, menyikat gigi, jalan kaki, naik kendaraan, berputarnya roda, berputarnya
bantalan dan masih banyak lagi.
Dalam kesempatan kali ini, terdapat beberapa penjelasan mengenai prinsip umum
pelumasan yang dapat berlaku untuk berbagai situasi perancangan bila gerakan relatif terjadi
antara elemen – elemen mesin yang berpasangan. Banyak pula pembahasan mengenai
pengendalian atau meminimalisai gesekan yang umumnya di tetapkan sebagai penghambat
terhadap gesekan sejajar dari permukaan – permukaan yang berpasangan. Pelumasan sendiri
di gunakan untuk memperkecil gesekan dengan memberikan lapisanbahan yang dengan
sendirinya mengurangi gaya yang di butuhkan untuk menggerakkan satu komponen relative
terhadapkomponen pasangannya. Beberapa bahan emiliki koefisien gesek yang rendah dan
dapat beroperasi dengan cukup memuaskan tanpa pelumasan di bagian luar. Jika gerakan
relatif menyebabkan kontak fisik antara permukaan permukaan dari komponen – komponen
yang berpasangan, maka beberapa bahan permukaan dapat terkikis, yang menyebabkan
keausan.
2.2 Pelumasan
Pelumas adalah zat kimia, yang umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda
bergerak untuk mengurangi gaya gesek. Zat ini merupakan fraksi hasil destilasi minyak bumi
yang memiliki suhu 105-135 derajat celcius. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung
yang memisahkan dua permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90%
minyak dasar dan 10% zat tambahan.
5
Secara umum bahan pelumas diklasifikasikan berdasarkan wujud dari materialnya, yakni
liquid (cair), semi liquid (grease), dan padat. Pelumas liquid sangat kita pahami sebagai
pelumas oli dan cukup lazim kita temui sebagai pelumas mesin kendaraan bermotor, gearbox,
ataupun sistem lainnya. Pelumas semi liquid lebih dikenal sebagai grease memiliki
kekentalan lebih tinggi dibandingkan dengan pelumas oli dan memang cenderung lebih
“padat” daripada oli. Sedangkan pelumas padat memiliki wujud padat dan dibutuhkan pada
kasus-kasus tertentu yang tidak dimungkinkan untuk menggunakan pelumas oli maupun
grease. Adapun jenis-jenis pelumasan antara lain :
1. Pelumas cair
Sebagian besar pelumas oli yang beredar di pasaran dan paling banyak
penggunaannya terbuat dari bahan dasar minyak bumi. Oleh karena itulah sering
kali kita menyebutnya sebagai mineral oil, yakni oli yang berbahan dasar dari
minyak bumi hasil tambang (mining). Oli mineral dapat diklasifikasikan menjadi
tiga macam yaitu Paraffinic, Naphtenic, dan Aromatic. Pengklasifikasian tersebut
dilakukan berdasarkan sifat kimiawi serta fisika dari berbagai jenis oli mineral.
6
putus, sehingga oli aromatik memiliki titik bakar lebih tinggi. Pelumas oli aromatik
berwarna hitam dan sangat lazim digunakan sebagai bahan seal manufaktur, serta
sebagai perekat dan pengencer produksi aspal.
Pelumas oli mineral memiliki keterbatasan paling besar yakni kurangnya ketahanan
terhadap temperatur kerja tinggi. Aromatic oil memang memiliki ketahanan terhadap
temperatur tinggi, akan tetapi tingkat kekentalannya terlalu besar sehingga tidak
mudah digunakan sebagai pelumas mesin. Solusi dari kelemahan tersebut adalah
dibuatnya oli melalui proses sintesa sehingga didapatkan oli dengan spesifikasi
terbaik sesuai dengan yang dibutuhkan. Pelumas jenis ini biasa kita kenal sebagai oli
sintetis, sebab oli tipe ini tidak berasal dari minyak bumi melainkan dari bahan
organik maupun anorganik yang melewati proses-proses khusus sehingga didapatkan
spesifikasi yang dibutuhkan terutama ketahanan terhadap temperatur tinggi.
Polyalphaolefins (PAO) menjadi oli sintetis yang paling populer digunakan. Struktur
kimia dan karakteristik PAO identik dengan oli mineral. Oli sintetis hidrokarbon jenis
ini diproduksi melalui proses polimerisasi molekul hidrokarbon dari gas etilen dengan
menggunakan katalisator logam.
Polyglycols (PAG). PAG diproduksi dari proses oksidasi etilena dan propilena. Hasil
oksidan selanjutnya dipolimerisasi unti membentuk polyglycol. Oli jenis ini bersifat
larut di dalam air, memiliki koefisien gesekan rendah, serta tahan terhadap tekanan
kerja tinggi sekalipun tidak ditambahkan aditif tekanan tinggi.
Oli Ester. Tipe oli sintetis berikut diproduksi dengan mereaksikan asam dan alkohol
dengan air. Karakter oli ester adalah ketahannya terhadap temperatur tinggi dan
rendah.
Silikon. Silikon termasuk ke dalam polimer inorganik yang memiliki struktur molekul
rantai berbentuk seperti tulang belakang dengan gugusan Si=O. Oli sintetis tipe ini
yang paling populer adalah polydimethylsiloxane (PDMS) dengan monomer
(CH3)2SiO. PDMS diproduksi dari silikon dan metilklorida. Contoh lain oli sintetis
7
tipe ini adalah polymethylphenylsiloxane dan polydiphenylsiloxane. Viskositas oli
silikon tergantung dari panjang molekul polimer serta derajat sambungan silang
(cross-link) molekulnya. Sambungan pendek tidak silang molekul menghasilkan oli
yang encer, sedangkan sambungan panjang silang molekul akan menghasilkan oli
silikon elastis. Pelumas silikon mampu bekerja pada kisaran temperatur -73°C hingga
300°C.
Perpaduan antara oli mineral dengan oli sintetis biasa disebut dengan oli semi-sintetis.
Dengan campuran maksimal sebanyak 30% oli sintetis, diharapkan akan didapatkan
pelumas dengan kualitas tidak jauh berbeda dengan oli murni sintetis, namun dengan
harga yang lebih terjangkau. Oli sintetis memang dikenal mahal karena proses
pembuatannya yang lebih rumit dibandingkan dengan biaya mengolah oli mineral.
Kelebihan yang paling utama adalah sangat cocok digunakan pada mesin-mesin
putaran tinggi.
Memiliki viskositas rendah sehingga mudah membentuk lapisan film pelumas di
setiap permukaan logam yang dilindungi dan memastikan selalu ada jarak antara dua
permukaan komponen yang bertemu.
Karena berfase cair maka ia sangat mudah menyerap dan memindahkan panas.
Campuran Oli Mineral dengan Padatan. Grease tipe ini sangat cocok digunakan
pada peralatan-peralatan dengan beban sangat tinggi serta bekerja pada kecepatan
8
rendah. Contohnya adalah pengaduk bahan beton, dan bearing pada conveyor alat
konstruksi berat.
Campuran Oli Aspal dengan Oli Ringan. Pelumas tipe ini tergolong sebagai grease
ringan dengan kekentalan sedikit rendah. Sangat cocok digunakan pada komponen-
komponen terbuka yang bertemu langsung dengan atmosfer. Kelebihan utama dari
pelumas ini adalah kemampuannya untuk membentuk lapisan film yang mampu
bertahan pada temperatur panas maupun dingin.
Extreme-Pressure Grease (EP Grease). Karakteristik unik dari EP Grease adalah
adanya penambahan aditif khusus yang membuatnya memiliki kekuatan sangat baik
untuk diaplikasikan pada berbagai macam kondisi ekstrim. Pelumas ini membentuk
lapisan film yang justru bersifat mencegah pelumas untuk terlepas dari dua
permukaan komponen, sehingga mencegah kedua permukaan komponen tersebut
untuk bergesekan secara langsung. Lapisan film ini terbentuk dari adanya reaksi kimia
antara logam dengan zat aditif pada grease, dan justru akan semakin kuat jika ada
tekanan lebih terhadap grease.Beberapa zat aditif yang digunakan pada grease ini
antara lain adalah klorin, fosfor, sulfur aktif maupun pasif, zinc, timbal, serta asbestos.
Pemilihan zat aditif sangat bergantung dari jenis penggunaan grease seperti beban,
kecepatan, kondisi permukaan, serta karakteristik mesin.
Roll-Neck (RN) Grease. RN grease sangat lazim digunakan pada bearing sederhana
pada mesin-mesin berputar. Grease tidak memiliki karakteristik istimewa sehingga
hanya cocok digunakan pada bearing dengan beban kerja rendah.
Soap Thicked Mineral Oils (STMO). Grease tipe ini menjadi yang paling banyak
digunakan di dunia industri, sebab ia menggunakan oli mineral sebagai bahan
utamanya dengan penambahan zat aditif kimia yang disesuaikan dengan kebutuhan
penggunaan. Zat aditif tersebut antara lain adalah sodium, barium, lithium, kalsium,
serta aluminium.
Grease Multi-Fungsi. Grease multi-fungsi memiliki karakteristik unik yaitu
menggabungkan dua atau lebih sifat-sifat dari grease tertentu. Dengan cara ini akan
didapatkan satu jenis grease yang mampu bekerja untuk beberapa kondisi berbeda.
Dengan metode ini, bahkan kita dapat membuat satu jenis grease multi-fungsi untuk
menggantikan hingga enam grease khusus. Sebagai contoh grease yang menggunakan
emulsi lithium, selain memiliki ketahanan terhadap air dan korosi, ia juga memiliki
ketahanan mekanis dan oksidasi yang baik.
Kelebihan grease :
Kekurangan grease :
Karena wujudnya yang semi-solid, maka sifatnya tidak dapat menjadi pendingin.
9
Sekali saja pengotor debu masuk dan bercampur dengan grease, ia tidak dapat
dibersihkan. Sehingga partikel tersebut akan menjadi gangguan nagi performa grease
3. Pelumas Padat
Pelumas padat atau juga dikenal dengan pelumas kering memiliki bentuk fase
padat. Karakter gesekan kecil pada permukaan bahan pelumas padat tersebut
terjadi karena struktur molekul berlapis dengan ikatan lemah antar lapisan
molekulnya.Masing-masing lapisan molekul dapat bergeser relatif terhadap
lapisan yang lain hanya dengan sedikit gaya saja, inilah yang membuat pelumas
padat memiliki gaya gesekan rendah.Bahan yang paling banyak dikenal sebagai
pelumas padat yaitu grafit, molibdenum disulfida, heksagonal boron nitrida, serta
tungsten disulfida
10
Pelumas padat Heksagonal Boron Nitrida (h-BN) sangat baik bekerja pada
temperatur rendah dan tinggi bahkan hingga 900°C. Pelumas ini sangat cocok
digunakan apabila sifat konduktivitas listrik serta reaktifitas kimia dari grafit menjadi
masalah. Kelebihan lain dari h-BN dibandingkan dengan grafit adalah sifat
lubrikatifnya yang tidak memerlukan molekul air atau gas untuk terperangkap di
antara lapisan-lapisan molekulnya. Karena itulah h-BN juga cocok digunakan pada
kondisi vakum seperti halnya molibdenum desulfida.
Polytetrafluoroethylene (PTFE) menjadi bahan pelumas padat dikarenakan molekul
penyusunnya yang mudah bergeser relatif terhadap molekul lainnya dengan hanya
diberikan sedikit gaya geser. PTFE baik digunakan pada kondisi vakum maupun
lingkungan atmosfer (hingga 290°C).
Lebih efektif ketimbang pelumas oli pada mesin dengan beban tinggi.
Sangat stabil pada kondisi temperature tinggi, serta pada kondisi lingkungan beradiasi
dan reaktif.
Membuat desain mesin menjadi lebih sederhana karena tidak dibutuhkan ruang lebih
seperti jika menggunakan pelumas oli.
Kebersihan mesin lebih terjaga.
Jika sekali saja lapisan film lubrikasi rusak, maka tidak akan dapat diperbaiki,
keseluruhan bagian pelumas padat harus diganti.
Koefisien gesekan lebih tinggi jika dibandingkan dengan pelumas oli.
Mudah aus.
Fungsi Pelumasan, fungsi utama pelumas pada mesin meliputi hal berikut :
1. Mengendalikan Gesekan
Gesekan pada komponen-komponen yang bekerja pada sistem pelumasan
akan menimbulkan panas, sehingga dapat memicu timbulnya keausan yang
berlebih. Seperti diketahui, pelumas dapat bekerja dalam tiga daerah
pelumasan, yaitu pelumasan batas, pelumasan selaput fluida, dan pelumasan
hidrodinamika. Dimana viskositas merupakan sifat yang langsung memberi
pengaruh pada gesekan. Semua bentuk panas yang timbul pada bantalan hasil
gesekan harus dihilangkan pada saat sistem itu telah mencapai suhu operasi
yang stabil.
2. Mengendalikan Suhu
Dalam mengendalikan suhu, sistem temperatur pelumas secara langsung
menyesuaikan dan bereaksi pada suhu komponen yang memanas akibat
bekerja satu sama lain. Ketika terjadi hubungan antara logam dengan logam,
banyak panas yang diserap, sehingga pelumas berperan sangat penting
membantu proses penyerapan panas dengan cara mentransfer permukaan yang
mempunyai suhu tinggi dan memindahkannya ke media lain yang suhunya
lebih rendah. Tugas ini memerlukan sirkulasi pelumas dalam jumlah banyak
dan konstan.
11
3. Mengendalikan Korosi
Tingkat perlindungan korosi yang diberikan tergantung pada lingkungan di
tempat permukaan logam yang dilumasi itu bekerja. Jika mesin itu bekerja di
dalam ruangan dengan kondisi kelembaban yang rendah dan tidak ada
kontaminasi dari bahan yang korosif, kemungkinan tidak terjadi korosi.
Adanya kontaminasi yang korosif pada operasi mesin, membuat upaya
mengendalikan korosi menjadi lebih sulit. Sehubungan dengan itu, pelumas
yang digunakan dalam mesin harus memberi kemampuan perlindungan korosi
dalam tingkat yang sangat tinggi. Yang perlu dipertimbangkan dalam
mengatasi korosi pada mesin yang bekerja pada lingkungan yang korosif di
udara terbuka adalah pengaruh kontaminasi terhadap sifat pelumas itu sendiri.
Kemampuan pelumas untuk mengendalikan korosi adalah langsung
berhubungan dengan ketebalan selaput pelumas yang tetap ada pada
permukaan logam dan komposisi kimia pelumas. Bahan yang biasanya
digunakan untuk aditif penghindar korosi adalah surfaktan.
4. Mengendalikan Keausan
Keausan yang terjadi pada sistem pelumasan disebabkan oleh 3 (tiga) hal,
yaitu abrasi, korosi, dan kontak antara logam dengan logam. Keausan abrasi
biasanya disebabkan oleh partikel padat yang masuk ke lokasi pelumas itu
berada. Bentuk keauasan abrasi adalah torehan (scoring) dan garukan
(starching). Keausan yang diakibatkan karena korosi umumnya disebabkan
oleh produk oksidasi pelumas. Pemrosesan yang lebih sempurna dengan
menambahkan aditif penghindar oksidasi dapat mengurangi terjadinya
kerusakan pelumas. Keausan juga disebabkan oleh terjadinya kontak antara
logam dan logam yang merupakan hasil rusaknya selaput pelumas.
Singkatnya, sesuatu yang menyebabkan permukaan logam yang dilumasi
saling mendekat sehingga terjadi kontak antara satu permukaan dengan
permukaan lainnya menyebabkan timbulnya keausan.
5. Mengisolasi Listrik
Pada beberapa penggunaan khusus, pelumas dituntut untuk bersifat sebagai
isolator listrik. Untuk tetap mendapatkan nilai isolasi maksimal, pelumas harus
dijaga tetap bersih dan bebas air. Pelumas harus tidak mengandung aditif yang
menimbulkan proses elektrolisis jika terkena sejumlah air.
6. Meredam Kejutan
Fungsi dari pelumas sebagai fluida peredam kejutan dilakukan dengan 2
(dua) cara. Pertama, yang sangat dikenal adalah memindahkan tenaga mekanik
ke tenaga fluida seperti dalam peredam kejut otomotif (shock absorbser).
Dalam hal ini, vibrasi atau osilasi tubuh kendaraan menyebabkan piston yang
berada di dalam silinder fluida yang tetutup bergerak naik turun. Fluida
bergerak mengalir dari sisi piston ke sisi yang melewati suatu celah dengan
menghilangkan tenaga mekanik melalui gesekan fluida. Untuk itu, biasanya
digunakan pelumas dengan indeks viskositas yang tinggi. Mekanisme kedua
yang berperan dalam meredam kejutan fungsi pelumas adalah perubahan
viskositas terhadap tekanan.
7. Pembersih Kotoran
12
Pelumas disebut sebagai pembersih atau pembilas kotoran yang masuk di
dalam sistem karena adanya partikel padat yang terperangkap diantara
permukaan logam yang dilumasi. Hal ini benar-benar terjadi pada jenis mesin
internal-combution, dimana aditif detergen-dispersan digunakan untuk
melumatkan lumpur dan membawanya dari karter ke saringan yang dirancang
untuk menepis partikel padat yang dapat menimbulkan keausan.
8. Memindahkan Tenaga
Salah satu peningkatan fungsi pelumas modern adalah media hidrolik.
Peralatan otomatis pada kendaraan merupakan salah satu contoh
meningkatnya kompleksitas persyaratan pelayanan pelumas. Pelumas ini
menunjukan penggunaan terbesar fluida pemindah tenaga (power-transmission
fluids), menjadi suatu kebutuhan yang utama untuk menggunakan pelumas
yang baik, dan sifat-sifat hidrolik merupakan hal yang juga harus
dipertimbangkan.
9. Membentuk Sekat
Minyak Pelumas sendiri bersifat sebagai sekat, yaitu pelumas yang tinggi
viskositasnya akan berfungsi sebagai sekat dari celah yang lebih lebar. Oleh
karena itu, dianjurkan untuk mesin yang sudah tua menggunakan pelumas
mesin yang memiliki viskositas lebih tinggi dari normalnya. Hal ini
disebabkan jarak bebas atau clearance mesin tua lebih lebar dari mesin yang
baru.
1. Viskositas
Viskositas digunakan untuk mengukur seberapa tebal dan kental suatu
fluida dalam kondisi tertentu, yang merupakan salah satu faktor terpenting
yang harus dipertimbangkan dalam memilih pelumas. Viskositas dinyatakan
dalam * cSt (Centistoke) atau SUS (Saybolt Universal Viscosity). Dapat
dipahami bahwa viskositas tinggi berarti lebih kental dan lengket. Viskositas
tidak digunakan untuk menentukan kualitas minyak. Jadi, memilih viskositas
yang tepat untuk setiap aplikasi adalah penting.
2. Indeks Viskositas
Indeks Viskositas (VI) menunjukkan korelasi antara viskositas pelumas dan
suhu. Nilai VI yang lebih tinggi menyiratkan sedikit perubahan viskositas
sesuai dengan variasi suhu. Semakin tinggi VI, semakin stabil suhu, sehingga
masa pakai oli semakin lama dan penggunaannya pun beragam.
4. Pour Point
13
Jika suhu pelumas terus diturunkan, maka akan membentuk padatan berupa
wax atau lilin yang terekstraksi menjadi padat. Suhu tepat sebelum fenomena
ini adalah titik tuang atau pour point. Itu tidak berarti bahwa pelumas tidak
dapat digunakan di lingkungan di bawah titik tuang. Namun karena fenomena
ini dapat menurunkan efisiensi kerja, titik tuang harus dipertimbangkan
terutama ketika memilih pelumas mesin yang akan digunakan pada kondisi
lingkungan yang dingin.
7. Stabilitas Oksidasi
Stabilitas oksidasi adalah kemampuan untuk mengurangi laju oksidasi
pelumas yang dipercepat oleh suhu tinggi. Karakteristik ini sangat penting
untuk mengidentifikasi masa pakai dan masa penyimpanan oli engine.
Terdapat berbagai jenis minyak pelumas. Jenis jenis minyak pelumas dapat dibedakan
penggolongannya berdasarkan bahan dasar (base oil), bentuk fisik, dan tujuan
penggunaan,antara lain :
1. Dilihat dari bentuk fisiknya :
- Minyak pelumas
- Gemuk pelumas
- Cairan pelumas
- Pelumas khusus
Jenis pelumas ini banyak ragamnya yang penggunaannya sangat
spesifik untuk setiap jenis, di antaranya adalah untuk senjata api, mesin
mobil balap, peredam kejut, pelumas rem, pelumas anti karat, dan lain-
lain.
15
Kekentalan minyak pelumas dinyatakan dalam nomor – nomor SAE
(Society of Automotive Engineer). Semakin besar nilai SAE maka minyak
pelumas tersebut lebih kental. Terbagi menjadi dua yaitu :
1. Oli monograde, yaitu oli yang indeks kekentalannya dinyatakan hanya satu
angka.
2. Oli multigrade, yaitu oli yang indeks kekentalannya dinyatakan dalam lebih
dari satu angka.
1. Mencegah karat ,
3. Pendingin
4. Pembersih
16
Kotoran atau bram-bram yang timbul akibat gesekan akan terbawa oleh
pelumas menuju carter yang selanjutnya akan mengendap di bagian bawah
carter dan ditangkap oleh magnet pada dasar carter. Kotoran yang terbawa
aliran pelumas akan di saring di filter oli agar tidak terbawa dan terdistribusi
kebagian-bagian mesin yang dapat mengakibatkan kerusakan / mengganggu
kinerja mesin.
5. Peredam kejutan/getaran
Tekanan yang sangat tinggi terjadi pada permukaan kontak yang dapat
mengakibatkan keausan dan kerusakan. Oli menyerap dan menyebarkan
tekanan pada bagian bagian yang mengalami gaya tekan yang sangat besar
seperti pada ball bearing, roller bearing dan roda gigi.
6. Penyekat/perapat
Diperlukan sifat kedap udara antara piston dan silinder agar dapat
mencegah kebocoran antara ruang di atas piston dan bawah piston. Selain
sebagai lapisan film antara silinder dan piston, oli juga berfungsi sebagai
penyekat segingga dapat mengurangi hilang tenaga akibat kebocoran kompresi
melalui cela piston dan silinder.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari rangkuman diatas, saya dapat menyimpulkan bahwa pelumas adalah zat
kimia yang umumnya cairan yang diberikan di antara dua benda bergerak untuk
mengurangi gaya gesek. Pelumasan juga terdiri dari tiga jenis yaitu pelumasan
cair, pelumasan semi-cair dan pelumasan padat. Pelumas memiliki fungsi
utamanya seperti dapat mengendalikan gesekan, suhu, korosi dan keausan.
Karakteristik atau sifat pelumas antara lain visikositas , indeks visikositas, pour
point, TAN , TBN dan stabilitas oksidasi. Pelumas juga memiliki jenis-jenis yang
dapat dilihat dari bentuk fisiknya, bahan dasarnya dan tujuan penggunaan. Untuk
penggolongan atau klasifikasi pelumas itu berdasarkan pelumas itu dibuat,
berdasarkan visikositas dan berdasarkan kualitas.
3.2 Saran
Saran saya adalah lebih dimaksimalkan dengan baik lagi dalam penggunaan
pelumasan atau minyak pelumas, karena jika minyak pelumas tidak cocok dengan
objeknya maka dapat merusak sistem kerja objek tersebut dan menyia-menyiakan
minyak pelumas tersebut.
18
DAFTAR PUSTAKA
19