apabila kita amati dengan lensa pembesar (mikroskop), maka permukaan tersebut akan terlihat
seperti lembah-lembah dan bukit-bukit. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut (gambar
2.1).
c. Akhirnya poros akan mempunyai kedudukan seperti itu, dan apabila hal itu terjadi lapisan
yang ideal secara hidrodinamika akan terbentuk.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya lapisan ini adalah:
- Faktor beban
- Faktor kecepatan putar
- Kekentalan (viskosity) dari bahan pelumas.
Adapun beban bertambah, maka lapisan pelumasan tidak akan terbentuk, kecuali tanpa
bertambahnya kecepatan putar dan kekentalan minyak pelumas bertambah sebanding dengan
pertambahan beban. Jadi ternyata suatu beban yang berat pada suatu bantalan yang bergerak pelan
akan memerlukan bahan pelumas atau oli yang kental. Itulah sebabnya kekentalan yang rendah atau
pelumas yang encer diusulka untuk dipakai pada kecepatan yang tinggi dan beban sedang, karena oli
yang encer akan mengurangi tekanan dan menghindari kuarangnya tenaga.
12.2 Bentuk Pelumas
Menurut bentuknya pelumasan dibagi menjadi empat bagian yaitu:
a. Bentuk cair
Pelumasan berbentuk cair ini juga disebut oli. Pelumas seperti ini paling banyak dijumpai dan
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Minyak pelumas oli ini paling banyak digunakan pada
mesin-mesin perkakas misalnya untuk melukasi roga gigi, melumasi bagian-bagian yang
berpasangan/bersinggungan, bantalan dan lain sebagainya.
b.
pelumas seperti ini adalah cair yang kemudian dicampur dengan zat lain sehingga kental. Pelumas
seperti ini umumnya digunakan pada bagian-bagian mesin dengan tingkat putaran yang rendah
sampai sedang. Fungsi dari gemuk ini adalah sebagai pelumas juga berfungsi sebagai pembersih
karena kebanyakan campuaran yang digunakan adalah sabun (detergen).
c.
pelumas padat ini jika dibandingkan dengan pelumas cair dan pasta adalah dapat berfungsi sebagai
pelumas pada temperatur 250 300 0 C dan dibawah -60 0 C. Pada temperatur demikian pelumas oli
tau gemuk tidak memungkinkan lagi. Pelumas padat dalam benntuk bedak, ukurtan partikelnya
antara 0,5 hingga beberapa m.
Graphite adalah jenis karbon dengan struktur halus. Gaya gesek antara partikel sangat rendah.
Gaya adhesi dengan logam sangat baik dan sushu operasi antara 350 700
C. Bila digunakan
0,1). Gaya adhesi dengan logam juga baik. Temperatur operasi di bawah 400 0 C dan terendah -180
0
C. Pada temperatur 400 0 C, MoS2 akan beroksidasi membentuk MoO3 yang bukan pelumas.
Selain kedua bentuk pelumas padat di atas, masih ada pelumas padat yang lain dan baru
digunakan yaitu Niobium diselenida fan Boron nitrida. Hanya saja jenis pelumas ini hargnay sangat
mahal.
Pelumas padat berbentuk powder atau sebagai suspensi dalam oli atau cairan lain yang mudah
menguap. Apabila cairan menguap lapisan film pelumas tetap tertinggal pada logam yang dilumasi.
d.
syarat sebagai pelumas pada putaran poros 100.000 rpm. Pelumas ini digunakan pada putaran yang
sangat tinggi dan tempat-tempat yang tidak mungkin dihampiri. Pelumas ini bekerja pada temperatur
di atas 300 0 C. Pelumas ini banyyak digunakan pada mesin-mesin yang menerapkan energi nuklir.
12.3. Bahan Dasar Pelumas
Bahan dasar yang dibuat menjadi pelumas dan banyak digunakan adalah minyak hewan,
minyak tumbuhan, pelumas sintesis dan minyak mineral.
Minyak pelumas hewan adalah minyak pelumas yang diibuat dari bahan dasar lemak hewan
seperti saspi, biri-biri ikan dan babi.
Minyak pelumas tumbuhan adalah minyak pelumas yang dibuat dari bahan dasar minyak
tumbuhan seperti getah jarak,buah kelapa, kelpa sawit dan lain-lain.
Minyak peluas sintesis adalah minyak pelumas yang dibuat dari bahan-bahan kimia sebgai
reaksi beberapa unsur, sehingga menghasilkan zat yang mempunyai sifat seperti pelumas.
Minyak pelumas mineral adalah minyak pelumas yang bahan dasarnya dibuat dari minyak
bumi. Diperoleh dengan cara penambangan yang kemudian disuling pada tungku destilasi menjadi
beberapa produk. Salah satunya produknya adalah minyak mineral.
Mayoritas minyak bumi terdiri dari hidrogen dan karbon yang merupakan elemen-elemen
organik yyang membentuk ikatan. Secara umu ikatan hidrokarbon dapat dibagi atas tiga bagian
yaitu:
- Paraffin ( Cn H2n+2 )
- Nafthane (Cn H2n )
- Aromatik ( Cn Hn )
12.4 Sifat-sifat Minyak Pelumas
a.
minyak pelumas. Sesungguhnya pendapat ini tidaklah benar, karena warna minyak pelumas hanya
merupakan tanda pengenal saja.
Beberapa pelumas, jika terkena sinar (refleksi sinar) akan menampilkan warna hijau. Umunnya
pelumas berwarna mulai dari bening (transparan) sampai gelap. Semakin gelap warnannya, semakin
tinggi titik didih dari minyak pelumas tersebut. Hal ini karena ikatan fraksi yang seperti asphalt
cenderung berkumpul pada fraksi yang titik didihnya tinggi (lihat gambar penyulingan minyak
bumi). Jadi tidak tertutup kemungkinan minyak pelumas diberi pewarna oleh pabrik pembuatnya
untuk membedakan pelumas yang satu denganyyang lainnya.
b.
Oksidasi
Semua produk minyak bumi dapat bereaksi secara kimia dengan udara. Sebenarnya oksidasi
pada minyak pelumas berlangsung sangat lambat pada temperatur ruang, tetapi akan semakin cepat
bereaksi jika temperatur naik.
Semakin lembab udara, semakin besar pula kandungan oksigennya sehingga akan semakin
mempercepat pula proses oksidasi. Katalisator terjadinya oksidasi dapatt berupa baja, aluminium dan
tembaga.
Hasil oksidasi yang tidak larut, berupa lumpur akan menyumbat lubang-lubang saluran.
Sedangkan yang larut, bersifat asam dan tetap terbawa oleh pelumas dan mempercepat korosi pada
logam sehingga akan merusak komponen berupa lubang-lubang dan terak yang menempel dengan
kuatt pada permukaan logam.
Oleh karena itu, maka hampir semua pelumas diberi additif berupa oxidation inhibitor
(pemicu korosi). Additif ini akan mengikat langsung oksigen sebelum kontak langsung dengan
hidrokarbon pada minyak agar elemen yang dilumasi akan terhindar dari korosi.
c. Keasaman.
Ada pendapat bahwa warna minyak pelumas minyak pelumas, sejumlah kecil asam tetap tidak dapat
ternetralisasi.sisa asam yang ridak ternetralisasi ini, sebenarnya tidak terpengaruh baik secara fisik
maupun kimia. Tetapi bila bergabung dengan asam hasil oksidasi akan aktif membentuk korosi pada
logam yang dilumasi. Karena sifat asam korosif terhadap logam.
d.
Korosifitas
Ikatan sulfur yaitu seperti hidrogen sulfida dan polisulfida mempunyai sifat korosif. Oleh
karena itu pelumas yang baik haruslah tidk mengandung ikatan sulfur yang korosif tersebut.
Namun demikian, beberapa, ikatan organik sulfur yang lain (yang tidak bersifat korosif)
digunakan sebagai bagian dari bahan additif .
e.
Emulsifikasi
Sebenarnya air dan minyak tidak nisa bersatu. Tetapi dengan adanya kontaminan (debu dari luar
atau partikel logam dari mesin itu sendiri) akan dapat mengakibatkan terjadinya emulsi air di
dalam atau pelumas atau sebaliknya. Pelumas yang terkontaminasi selanjutnya akan
terkondensasi, dan memisahkan diri dari pelumas, kemudian membentuk endapan berupa lumpur.
Khusus untuuk cutting oil (oli yang digunakan sebgai pendingin pada proses pemotongan
seperti membubut atau gerinda), oli dibuat sedemikian rupa supaya emulsinya kuat agar larut
dalam air. Sebagai contoh oli dromus B.
f.
Titik nyala adalah temeperatur dimana cairan pelumas berubah menjadi uap dan akan terbakar
dalam sekejab bila dikenai sumber api. Dalam hal ini api dapat berasal dari logam yang sngat
panas. Yang dimaksud dengan sekejab adalah bila sumber api dilepas, maka nyala tersebut pada
cairan akan sebegra padam.
g.
S
R
Dimana:
Viskositas dari semua jenis cairan akan menurun dengan naiknya temperatur, karena kenaikan
temperatur akan mengakibatkan melemahnya ikatan molekul fluida. Sebaliknya kenaikan tekanan
akan mneguatkan daya kohesi fluida, sehingga kenaikan viskositas pelumas. Tetapi dalam kalkulasi
pelumas hal-hal seperti ini boleh diabaikan.
Indeks viskositas, merupakan angka empiris yang menunjukkan tingkat kekentalan minyak
pelumas atau tingkat kepekaan terhadap temperatur. Indeks viskositas pelumas diukur dengan
menggunakan viskometer kapiler. Prinsip dari viskometer kapiler adalah waktu yang dibutuhkan
oleh sejumlah tertentu cairan yang megalir melalui pipa kapiler dalam menempuh panjang (jarak)
tetentu. Besarnya indeks viskositas dinyatakan dengan angka mulai dari 0 smapai 100. Makin besar
nilainya berarti kepekaan terhadap temperatur makin besar.
12.6.
untuk memperbaiki sifat dan minyak pelumas. Jenis-jenis sifat dari sifat minyak yang dapat
diperbaiki oleh additive adalah:
- Penurun Titik Tuang (pour point deppressant)
Bahan ini adalah bahan yang dapat berfungsi untuk menurunkan titik minyak pelumas. Dengan
adanya penambahan bahan ini, minyak pelumas masih dapat mengalir pada temperatur yang
lebih rendah dibandingkan sebelum ditambahkan additive.
- Anti Oksidasi (Oxidation Inhibitor)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi pada minyak pelumas bahan ini
ditambahkan karena oksidasi dapatt mengakibatkan minyak pelumas menjadi asam.
- Anti Busa (Anti Foam Agent)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya busa di dalam minyak pelumas. Terbentuknya
buas dalam minyak pelumas akan mengurangi fungsi pelumas karena busa akan merusak lapisan
film yang sebagai fungsi utama dari minyak pelums.
- Pembersih (Detergent)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya endapan (defosit) atau kerak pada
komponen-komponen yang dilumasi.
- Pengubah Indeks Viskositas (Viskositas Index Improver)
Bahan ini ditamabahkan untuk mengubah sesitivitas perubahan kekentalan minyak pelumas
terhadap perubahan waktu.
- Anti Karat dan Korosi (Rust & Corrosion Inhibitor)
Bahan ini ditambahkan ke dalam minyak pelumas untuk mencegah terjadinya karat dam korosi
pad bagian yang dilumasi.
- Extreme Pressure Additive
Bahan ini ditambahkan ke dalam minyak pelumas untuk meningkatkan kemampuan minyak
pelumas terhadap beban dan tekanan yang tinggi.
- Bahan Pengemulsi (Emulsifying Agent)
Bahan ini berfungsi untuk menyelimuti air (emulsi) dalam minyak pelumas sehingga air tidak
berkontak langsung dengan logam yang dilumasi.
- Bahan Pencegah Emulsi (Emulsion Breaker)
Bahan ini berfungsi untuk mempermudah pemisahan air dengan minyak pelumas agar air dapat
dikeluarkan/dibuang dari minyak pelumas.
bertekanan
(semprot) ini biasanya digunakan untuk melumasi bagian luar dari mesin.
Piston gemuk
Alat ini biasanya digunakan untuk melumasi bagian dari mesin (pompa),
tetapi khusus untuk bagian mesin yang dilengkapi dengan nipel.
Mangkok gemuk
Untuk melumasi bagian dari mesin, kita memutar tutup berulir yang
diputar secara periodik untuk mendorong gemuk keluar melaui lubang.
Tetes
Pelumas keluar secara teratur akan menetes melalui pipa yang dapat
disetel (diatur besar kesilnya tetesan). Tetesan terjadi akibat adanya gaya
grafitasi atau oleh getaran.
Sumbu
Prinsipnya seperti kompor minyak tanah atau pelita. Distribusi pelumas
berlangsung secara terus menerus, selama mangkok tidak kosong, sama
seperti pada pelumasan tetes.
Percikan
Komponen yang berbentuk sedemikian rupa, sengaja ditambahkan agar
dapat memercikkan pelumas ke kompone yang lain terutama komponen
yang berada pada bagian atas.
Kabut
Pelumasan kabut terutama digunakan pada alat-alat pneumatik, untuk
melumasi alat yang dilalui udarra bertekanan.
Pompa mekanik
Pelumas disemprotkan melalui pipa-pipa kecil ke komponen-komponen
dengan memamfaatkan tekanan periodik oleh poros eksentrik ataupun
dengan cam.
Pelumas sendiri
Yang dimaksud dengan pelumas sendiri adalah pelumas (biasanya gemuk)
diberikan sekali hanya pada saat alat tersebut dibuat. Umur pelumas sama
dengan umur alat,sperti pada bantalan (bearing).
Sirkulasi
Cara ini menggunakan pompa oli untuk mendistribusikan pelumas secara
merata dan terus menerus. Pelumas secara efektif menyerap panas dan
membawa kontaminan ke dalam tangki pelumas.
BAB. XIII.
PERAWATAN ELEMEN PENGGERAK
Setiap mesin perkakas terdiri dari beberapa elemen yang masing-masing mempunyai tugas
tersendiri, tetapi saling mendukung antara satu dengan yang lain. Agar mesin tersebut dapat
beroperasi dengan baik, maka semua elemen-elemen yang ada pada mesin tersebut juga harus baik
sehingga dapat pula melaksanakan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu maka setiap elemen pada
sebuah mesin perlu mendapat perawatan yang cukup supaya dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik.
Berikut ini akan dibahas baggaimana cara merawat elemen-elemen dari sebuah mesin
khususnya elemen sistem penggerak.
13.1.
Kopling
Sebelum melakukan pekerjaan perawatan pada kopling terlebih dahulu pelajari susunan dan
cara kerja dari sistem penggerak serta buat gambar sketsa susunan sistem penggerak. Lengkapi
gamabar dengan ukuran yang diperlukan pada saat perhitungan.
Siapkan peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk merawat atau mengganti kopling.
Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya untuk mencegah rusaknya peralat yang digunakan.
Apabila kopling yang digunakan besar dan porosnya panjang, gunakan alat angkat yang sesuai
sehingga pekerjaan terhindar dari kecelakaan.
Untuk memeriksa besarnya penyimpangan, sipakan peralatan yang diperlukan seperti:
a.
Straight edge
b.
Feeler gauge
c.
Dial indikator
d.
Sebelum memeriksa keausan yag terjadi pada kopling., terlebih dahulu kopling dibersihkan
dari kotoran yang menempel. Hal ini dimaksudkan agar hasil pemeriksaan bisa lebih teliti dan
akurat. Cairan yang digunakan untuk membersihkan kopling sebaiknya disesuikan dengan bahan
yang digunakan membuat kopling. Seperti misalnya untuk beberapa jenis kopling fleksibel yang
terbuat dari karet atau bahan yang sejenisnya tidak boleh dibersihkan dengan menggunakan pelarut,
karena dapat merusak elemen tersebut. Di bawah ini akan diberikan beberapa contoh jenis kopling
dan bagian yang mungkin mengalami keausan.
a. Split sleeve coupling
Keausan terjadi pada lubang diemeter dalam kopling. Periksa kondisi baut
pengikat, jika beban lebih terjadi akan merusak baut tersebut.
b. Split sleeve coupling
Keausan terjadi pada lubang diameter dalam kopling. Periksa kondisi baut
pengikat, jika beban lebih terjadi akan merusak baut tersebut.
c. Flanged coupling
Poros yang tidak satu sumbu akan mengakibatkan keausan pada sisi
kopling atau pahatnya baut penghubung. Kondisi yang sama akan terjadi
pula pada spacer coupling.
d. Double cone clamping coupling
Periksa kondisi permukaan diameter dalam dan
lubang diameter dalam flesh, dan baut penghubung. Pemindahan daya atau
putaran berdasarkan kontak bidang dan tekanan. Overload dapat
menimbulkan slip pada bush tirus.
e. Disc coupling
Keausan akan terjadi pada pena dan lubang pena pada piringan akan
menjadi besar. Overload akan menyebabkan pena menjadi bengkok.
f. Jaws coupling
Periksa sisi rahang yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
Keausan akan terjadi pada saat bagin sisi-sisi tersebut menerima putaran
dan pada saat kopling mulai menerima beban.
g. Gear coupling
Keausan akan terjadi pada gigi-gigi pada rodagigi dalam dan luar. Bila
aus, ganti rodagigi tersebut. Periksa juga lubang rodagigi luar, perbesar
bila diperlukan.
h. Chain coupling
Periksa bagian sisi dari rodagigi rantai dan bagian sisi dalam dari rantai.
Overload dapat menyebabkan lubang penyangga pena aus. Periksa juga
roller pada rantai. Keausan yang besar akan menyebabkan sisi roller
akan menjadi rata pada diameter luarnya dan gigi pada rodagigi rantai
berbentuk pengait.
i. Pin and rubber bushh coupling
Penyimpangan kesumbuan yang besar akan menyebabkan rubber bush
akan aus. Overload yang terjadi akan mngubah bentuk runner bush.
j. Rubber tyre coupling
Penyimpangan kesumbuan yang besar akan menyebabkan retak pada
karetnya. Overload yang terus menerus akan mengubah bentuk karet
seperti tergantung.
k. Spider coupling
Penyimpangan kesumbuan yang lebih besar dari yang diijinkan akan
mengakibatkan permukaan spider yang menahan beban akan cepat
mengalami keausan.
l. Steel grid flexeble coupling
Kerusakan utama terjadi pada pita pegasnya. Untuk mengatasi
kondisi tersebut pita pegas diganti dengan pita pegas yang baru. Aus
pada alur dudukan pita oegas tidak dapat diperbaiki, sehingga bila itu
terjadi maka kopling harus segera diganti.
Setelah melakukan pemeriksaan terhadap kopling ayan aus, pisahkan bagian-bagian ayang
dapat diperbaiki, yang baik dan yang harus diganti dengan yang baru. Lakukan perbaikan terhadap
bagian kopling yang masih bisa diperbaiki. Ganti bagian-bagian yang sudah seharusnya diganti,
yakni bagian-bagian yang sudah rusak atau yang tidak dapat diperbaiki seperti pena, disc, seal dan
lain-lain.
Jika kerusakan kopling sudah parah, ganti kopling dengan yang baru dengan memperhatikan
faktor-faktor berikut:
- Jenis dan ukuran dimensi utama yang sama
- Kapasitas beban serta putaran yang sama
- Dapat menerima penyimpangan yang sama
- Dapat menerima pemuaian yang sama.
Sebelum memasang kopling kembali lakukan pemeriksaan terhadap kondisi poros, bantalan,
kopling serta sistem penggerak yang lain. Pastikan bahwa kondisi bagia-bagian tersebut dalam
keadaan baik. Jika tidak baik lakukan perbaikan jiak perlu, tetapi kalau sudah sangat rusak laukan
penggantian dengan alat yang sama.
13.1.4.
Instalasi Kopling
Sebelum memasang kopling periksa kondisi landasan sistem penggerak dan ratakan
permukaannya untuk mempermudah proses alignmment. Jika landasan tidak rata, maka dapat
diratakan dengan cara dikikir, digerinda atau ditambah shim.
Setelah landasan penggerak rata, dudukan salah satu sistem penggerak (motor atau pompa)
yang akan dijadikan sebagai acuan pemeriksaan. Periksa poros dengan menggunakan pendatar (spirit
level) atau clinomoter untuk memeriksa ketagaklurusan terhadap bidang datar. Jika tadak level, dapat
digunakan shim untuk mengganjal kaki-kakinya sampai diperolah posisi level. Kemudian baut-baut
pengikat terhadap landasan dapat dikencangkan.
Langkah selanjtunya adalah pasang kopling pada porosnya. Periksa ketegaklurusan kopling
terhadap porosnya dengan menggunakan penyiku. Lalu kencangkan baut pengikat kopling terhadap
poros atau pasak.
Kemudian dekatkan poros kopling yang lainnya dan atur celah (gap) diantara permukaan
kopling. Usahakan gap pada keempat posisi kopling mendekati toleransi. Lakukan penggeseran atau
pengganjalan apabila diperlukan. Jika semua celah sudah berada di dalam daerah toleransi, maka
kencangkan baut pengikat pada landasan.
Setelah pasangan kopling terpasang pada landasan, lakukan pemriksaan besar penyimpangan
yang terjadi diantara sumbu-sumbu poros. Dalam pemeriksaan tersebut digunakan metode yang
sesuai. Tentukan posisi penyimpangan sumbu poros yang disetel terhadap sumbu poros laiannya.
Tetntukan posisi penyimapangan sumbu poros yang disetel terhadap sumbu poros lainnya.lakukan
perhitungan untuk menentukan besarnya pengganjalan atau pergeseran pada slah satu poros.
Lakukan pengganjalan dan pergeseran kaki-kaki penggerak sesuia dengan perhitungan.
Kencangkan baut pengikat terhadap landasan dan lakukan pemeriksaan besar penyimpangan sekali
lagi. Setelah semua baik, maka pena penepat pada kaki-kaki sistem penggerka agar tidak bergeser
pada saat sistem penggerka dioperasikan dan menerima beban.
13.1.5.
Pelumasan kopling
Pada kopling yang mempunyai elemen metal dan saling berhubungan atau terjadi kontak
langsung, digunakan pelumas sebagai pembentuk lapisan film, pendingin dan peredam beban kejut.
Gunakan pelumas yang sesuai dengan instruksi pabrik pembuat kopoling. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan adalah:
- Jenis pelumas
- Jemlah pelumas
- Kekentalan atau tingkatan pelumas
- Serta sistem pelumasan.
Pada beberapa kopling, jumlah pelumas yang diisikan harus tepat sesuai dengan instruksi
pabrik pembuat kopling. Oleh karena pelumas yang berlebihan akan menambah tekanan di dalam
dan akan merusak seal. Pelumas yang kotor dapat diketahui denga cara melihat warna pelumas
tersebut dan merasakan serbuk besi yang terdapat pada pelumas.
Pada kopling yang memiliki elemen fleksibel seperti karet, kopling jenis ini tidak perlu diberi
pelumas. Karena pemberian pelumas akan dapat mengakibatkan elemen fleksibel yang digunakan
rusak.
13.1.6.
Langkah akhir yang dilakukan dalam proses perawatan kopling adalah uji jalan kopling.
Tujuan dari proses ini adalah untuk mengetahui hasil perbaikan dan pemasangan kopling sebelum
kopling tersebut dioperasikan kembali pada kondisi sesungguhnya. Sebelum diuji, pastikan semua
bagian dan baut pegikat terkunci dengan kuat. Bersihkan daerah di sekitar sistem penggerak seperti
tumpuan oli dan peralatan lain yang digunakan saat merawat. Proses pengujian ini dilakukan dengan
dua cara, yakni:
- Uji tanpa beban
Untuk melakukan pengujian ini, pastikan tidak terjadi beban poros sistempenggerak. Kemudian
jalankan motor dan perhhatikan getaran yang berlebihan serta suara yang tidak normal. Apabila
terjadi kondisi tidak normal, segera matikan mesin dan cari penyebabnya. Bila penyebabnya
ketemu, segera perbaiki kondisi tersebut dan lakukan lagi pengujian tanpa beban.
baut
pengikat
motor
penggerak
dan
lakukan
Buka baut (set screw) pada puli yang berfungsi sebagai pengikat puli
agar puli tidak bergeser dari posisinya pada poros. Cacat yang terjadi
pada poros biasanya diakibatkan karena menarik puli tanpa melepas set
screw.
Lepaskan puli dengan menggunakan palu lunak (plastik, karet tau kayu)
dengan cara memukul secara merata. Apabila sulit dibuka, maka
gunakan alat penarik khusus. Posisi alat penarik harus benar agar puli
tidak rusak pada saat dikeluarkan.
13.2.2.
Yang pertama diperiksa adalah permukaan puli yang berhubungan dengan sabuk penggerak.
Apabila pada permukaan terdapat goresan atau luka pada permukaan puli, perbaiki dengan
menggunakan kikir halus. Selain itu, periksa pula lubang dudukan poros pada puli. Gunakan kertas
gosok (amplas) untuk membersihkan bagian-bagian yang tajam dan cacat.
Keausan yang tidak merata pada permukaan puli, akan merusak sabuk penggerak pada saat
beroperasi. Apabila kerusakan yang terjadi pada puli tidak bisa diperbaiki lagi, maka puli tersebut
harus dilakukan.
Bila terjadi rompal atau retak pada sisi puli, maka pada puli tersebut dapat dilakukan perbaikan
dengan cara pengelasan yang selanjutnya dilakukan proses permesinan sesuia dengan jenis pekerjaan
yang dapat dikerjakan pada uli tersebut agar baik kembali. Metode seperti ini sering dilakukan
terhadap puli penggerak yang berukuran besar.
Setelah pemeriksaan dan perbaikan dilakukan pada puli, barulah kemudian sabuk penggerak
diperiksa. Beberapa contoh keausan yang biasa terjadi pada sabuk penggerak:
Bentuk keausan karena sabuk penggerak terbalik, yang disebabkan
benda asing yang masuk ke dalam alur pada puli.
Sabuk penggerak putus diakibatkan beban kejut yang besar terjadi pada
sistem penggerak. Untuk mengatasi hal ini terjadi kembali penyebab
terjadinya beban kejut, harus dicari dan diatasi.
Sebelum memasang puli pada poros, lakukan pemeriksaan poros terlebih dahulu dimana puli
akan dipasang. Untuk memeriksa sumbu poros lakukan dengan menggunakan dial indikator. Apabila
penyimpangan poros melebihi toleransi yang diijinkan, maka lakukan perbaikan. Sedangkan bila
poros tidak dapat diperbaiki maka lakukan penggantian poros.
Periksa pula permukaan poros dari cacat atau kerusakan yang terjadi yang dapat
mengakibatkan tidak duduk tegak lurus pada poros. Bila jal ini terrjadi lakukan perbaikan pada poros
denganmenggunakan kikir halus atau dengan batu gosok.
Apabila poros untuk dudukan puli telah baik, maka pasang pasak pada dudukannya. Pasak
yang aus atau rusak pada saat pelepasan, buat pasak yang baru sesuai dengan toleransi dan ukuran
dudukan pasak pada poros.
Setelah semeua elemen dibersihkan, masukkan puli ke proros serta periksa apakah dudukan
pada poros segaris dengan laluan pasak pada puli. Apabila terjadi penyimpangan segera lakukan
perbaikan. Masukkan pasak pada poros dengan menggunakan palu lunak. Jika pasak longgar pada
dudukannya, ganti pasak
diantara bagian atas pasak dengan bagian dasar laluan pasak pada puli. Kikir bagian atas dari pasak
bila diperlukan.
Masukkan puli ke poros dan periksa kesebarisan diantara pasak dan lubang laluannya. Pukul
puli menggunakan palu lunak dengan merata sehingga duduk pada posisinya. Kencangkan setscrew
untuk menjaga agar puli tetap pada posisinya.
13.2.4.
Lakukan leveling pada sistem penggerak untuk menghindari penyimpangan sumbu poros
vertikal dengan menggunakan spirit level atau clinometer. Lakukan pengganjalan dengan
menggunakan shim bila diperlukan.
Lakukan pula alignment pada sistem penggerak. Perhatikan bahwa jarak diantara sumbu poros
saat itu berbeda dengan jarak sumbu poros pada saat pemasangan saguk penggerak.
Pasang sabuk penggerak pada puli. Gunakan sabuk penggerak satu setn untuk pemasangan
majemuk dan pemasangan dimulai dari bagian yang paling dalam. Bila diperlukan lakukan
perhitungan untuk menentukan besar defleksi yang terjadi.
Kendorkan baut pengikat pada kaki-kaki motor untuk mengatur tegangan sabuk penggerak
yang sesuai. Kencangkan baut pengatur tegangan untuk mencapai defleksi yang sesuai. Jaga agar
sistem penggerak tetap pada posisi alignment.
Periksa kembali besar defleksi yang terjadi. Jika defleksi yang terjadi duah sesuai dengan hasil
perhitungan, maka kencangkan baut pengikat pada kaki-kaki motor dan mur kontra pada baut
pengatur. Kemudian lakukan pemeriksaan alignment sekali lagi. Putar sistem penggerak secara
manual bila memungkinkan dan perhatikan gangguan yang terjadi. Jika tidak terjadi gangguan,
pasang tutup pelindung sudah terpasang dengan sesuai serta tidak cacat.
13.3. Roda Gigi
Roda gigi merupakan salah satu jenis sistem transmisi yang banyak digunakan pada mesinmesin, baik mesin perkakas maupun pada otomotif karena mempunyai beberapa kelebihan.
Kelebihan tersebut misalnya dapat memindahkan daya yang besar, hampir tidak terjadi slip, dapat
memindahkan putaran yang tinggi dan lain-lain.
13.3.1.
a.
Keausan
Bentuk keausan yang normal bila terjadi pada roda gigi adalah bentuknya licin dan halus serta
merata selebar gigi. Hal ini terjadi pada terutama pada rodagigi yang memindahkan beban yang
cukup besar serta bekerja secara kontinu. Bila keausan terjadi pada gigi, maka akan memperpendek
umur dari rodagigi tersebut. Bila hal ini terjadi dan berlangsung lama, akan dapat mengakibatkan
gigi-gigi akan patah. Untuk mengatasi hal tersebut, segera ganti rodagigi dengan material yang lebig
tahan aus.
b. Abrasi
Abrasi adalah merupakan salah satu jenis keausan yang
terjadi pada gigi. Bentuk keausan ini yaitu pada gigi
terlihat berupa goresan-goresan
rapad permukaan
e. Pitting
Pitting merupakan salah satu bentuk utama dari kelelahan permukaan,
karena beban yang terjadi melebihi daya tahan dari rodagigi. Peristiwa
tersebut dimulai dari keretakan akibat tekanan yang akhirnya
menyebabkan terlepasnya (terkelupasnya) sebagian dari material dan
membentuk lubang atau rongga. Untuk memgatasi hal tersebut kurangi
beban yang bekerja serta kecepatan pengoperasian dan bila rodagigi
tersebut harus diganti, lakukan dengan rodagigi yang lebih teliti.
f. Spalling
Spalling adalah merupakan salah satu bentu lain dari kelelahan pada
rodagigi. Lekukan yang terjadi besar seperti lubang besar dan dalam.
Kondisi ini sering terjadi pada rodagigi yang dibuat dari material dengan
kekerasan sedang sampai tinggi pada permukaan gigi. Untuk mengatasi
kelelahan ini, kurangi beban yang bekerja dan tambahkan kekuatan pad
permukaan gigi dengan cara melakukan perlakuan panas (heattreatment).
g. Cold flowing
Clod flowing adalah aliran plastis yang terjadi pada bagian ujung sisi gigi.
Hal ini terjadi pada saat permukaan gigi mengalir keluar pada ujung sisi
gigi dan menghasilkan rupa yang halus, sebagai akibat dari putaran dan
penekanan dari hubungan rodagigi yang meremes metal. Apabila kondisi
ini berlangsung lama akan mengakibatkan rodagigi akan rompal dan
terjadi lekukan. Untuk mengatasi hal ini, kurangi tagangan yang bekerja
pada permukaan gigi dan tambahkan kekerasan pada permukaan gigi
misalnya dengan melakukan perlakuan panas.
h. Fatique break
Fatique break adalah salah satu bentuk kelelahan utama dimana sebagian
atau seluruh gigi terpisah dari rodagigi. Kelelahan diakibatkan oleh beban
yang berat, dan tekanan yang berulang-ulang. Cara terbaik untuk
mengatasi hal ini adalah dengan cara mengganti rodagigi dengan yang
lebih tahan terhadap beban yang besar, mempoles alur dasar dan
melakukan perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa.
13.3.2.
Penyimpangan rodagigi