Anda di halaman 1dari 23

BAB X II.

PELUMAS DAN PELUMASAN


Beberapa kerusakan yang terjadi pada bidang-bidang luncur ataupun pada bidang-bidang
luncur lingkaran bantalan disebabkan karena bidang-bidang tersebut tidak cukup pelumasan. Pada
bidang-bidang yang selalu bergesekan, cepat atau lambat disitu pasti akan timbul panas ddan apabila
panas yang timbul tersebut tidak dikurangi selama dalam pemakaian, maka lama-kelamaan bidangbidang tersebut akan memuai. Kalau sudah terjadi pemuaian seperti ini, gerakan dari kedua bidang
luncur yang bergesekan akan mengalami kesulitan dalam meluncur dan bergerak, tetapi karena
gerakan-gerakan tersebut didukung oleh tenaga mesin, mau tidak mau kedua bidang yang sudah
memuai tetap bergerak atau meluncur walaupun gerakan tersebut agak sulit dan berat. Hal ini bisa
dirasakan dengan jalan menggerakkan bidang-bidang luncur tersebut dengan tangan manusia, akan
lebih jelas lagi perbedaannya bila pada kedua bidang yang bergesekan tersebut dineri pelumas.
Biasanya keausan ini timbul pada bidang-bidang yang selalu bergesekan dan yang di atasnya
bekerja suatu gaya. Gaya-gaya yang timbul di sini kecuali dari beratnya material yang meluncur itu
sendiri juga dari gaya-gaya luar. Sebagai contoh misalanya yang terjadi pada proses pembubutan.
Keausan yang sering terjadi pada mesin bubut ini adlah pada bednya, karena bed itu berfungsi
sebagai penumpu sekaligus meluncurkan carriage. Dimana carriage selalu menumpu dan membawa
alat potong (pahat potong), maka mau tidak mau bed tersebut akan menderita gaya yang ganda yaitu
gaya berat carriage dan gaya potong yang terjadi pada proses pembubutan. Dengan demikian untuk
mengurangi keausan yang terjadi karena adanya gaya-gaya tadi, maka diusahakan antara kedua
permukaan yang bergesekan tersebut diberi pelumasan, supaya kedua permukaan tersebut tidak
terjadi kontak langsung.
12.1 Fungsi Pelumasan
Fungsi utama dari pelumasan adalah untuk membentuk lapisan film diantara dua buah benda
yang saling bergerak satu dengan yang lain. Ini berarti bahwa untuk menghindari terjadinya kontak
langsung antara benda yang saling bergerak. Selain fungsi utama di atas, pelumas juga berfungsi
untuk:
1. Peredam hentakan terutama pada pasangan roda gigi yang saling memutar
2. Membuang panas (sebagai pendingin) yang timbul karena adanya geraan/gesekan pada
komponen-komponen mesin
3. Memberikan perlindungan terhadap timbulnya korosi/karat
4. Pembawa kotoran (kontaminan) yang terdapat diantara bidang yang saling bergesekan
5. Sebagai perapat (efek seal).
Suatu bidang/permukaan luncur atau bantalan-bantalan kalau dilihat dengan mata telanjang
(visual) kelihatannya sangat halus dan sempurna pembuatannya. Tetapi sebenarnya permukaanpermukaan tersebut tidaklah demikian. Suatu ketidak senpurnaan pasti ada, hal ini akan terlihat

apabila kita amati dengan lensa pembesar (mikroskop), maka permukaan tersebut akan terlihat
seperti lembah-lembah dan bukit-bukit. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut (gambar
2.1).

Gambar 12.1 Gesekan pada permukaan bidang


Oleh sebab itu apabila tidak ada lapisan pada lembah dan bukit tersebut, berarti ada singgungan
langsung antara bahan dengan bahan dan ini akan mempercepat keausan. Keping-keping dari
barang-barang yang aus tersebut akan menimbulkan beberapa gangguan yang macamnya tergantung
dari keadaan permukaan masing-masing. Misalnya didalam suatu pasangan antara lintasan luncur
dengan peluncur, salah satu diantara pasangan tersebut memiliki kekerasan bahan yang melebihi dari
pasangannya, maka bahan yang lebih keras akan mengorek ke dalam bahan yang lebih lunak dan
menimbulkan alur dan lubang-lubang kerusakan.
Apabila suatu lintasan luncur lingkaran (bantalan), dilumasi dengan sempurna, maka ruang
antara bantalan dengan bagian lain akan selalu terisi dengan bahan pelumas yang cukup tebal atau
lapisan hidridinamika yang memungkinkan baggian dalam dari bantalan akan mengembang. Seperti
inilah yang disebut bentuk pelumasan yang sempurna. Tetapi suatu keadaan apabila bahan pelumas
yang merupakan lapisan tipis hanya sedikit tertinggal pada permukaan meta, biasanya dikenal
sebagai pelumas batas (boundary lubrication) dan hal ini masih lebih baik jika dibandingkan tidak
ada sama sekali, meskipun hal ini jauh dari yang kita perlukan. Untuk lebih jelasnya, mengenai
bagaimana terbentuknya lapisan tersebut di bawah ini diberikan gambar-gambar skema.
Gambar 12.2 Proses terjadinya lapisan
pelumas pada bantalan (lintasan luncur
lingkaran)
Keterangan gambar:
a. Menunjukkan bantalan dalam
keadaan berhenti, bagian dari
bantalan (poros) berada pada bagian bawah bantalan yang dipisahkan oleh lapisan bahan
pelumas yang tipis
b. Apabila poros berputar, bahan pelumas akan terdorong kebawah poros membentuk lapisan
yang seolah-olah mendukung poros.

c. Akhirnya poros akan mempunyai kedudukan seperti itu, dan apabila hal itu terjadi lapisan
yang ideal secara hidrodinamika akan terbentuk.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya lapisan ini adalah:
- Faktor beban
- Faktor kecepatan putar
- Kekentalan (viskosity) dari bahan pelumas.
Adapun beban bertambah, maka lapisan pelumasan tidak akan terbentuk, kecuali tanpa
bertambahnya kecepatan putar dan kekentalan minyak pelumas bertambah sebanding dengan
pertambahan beban. Jadi ternyata suatu beban yang berat pada suatu bantalan yang bergerak pelan
akan memerlukan bahan pelumas atau oli yang kental. Itulah sebabnya kekentalan yang rendah atau
pelumas yang encer diusulka untuk dipakai pada kecepatan yang tinggi dan beban sedang, karena oli
yang encer akan mengurangi tekanan dan menghindari kuarangnya tenaga.
12.2 Bentuk Pelumas
Menurut bentuknya pelumasan dibagi menjadi empat bagian yaitu:
a. Bentuk cair
Pelumasan berbentuk cair ini juga disebut oli. Pelumas seperti ini paling banyak dijumpai dan
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Minyak pelumas oli ini paling banyak digunakan pada
mesin-mesin perkakas misalnya untuk melukasi roga gigi, melumasi bagian-bagian yang
berpasangan/bersinggungan, bantalan dan lain sebagainya.
b.

Pelumasan berbentuk setengah padat.


Pelumasan berbentuk setengah padat ini sering juga disebut gemuk (grease). Bahan dasar dari

pelumas seperti ini adalah cair yang kemudian dicampur dengan zat lain sehingga kental. Pelumas
seperti ini umumnya digunakan pada bagian-bagian mesin dengan tingkat putaran yang rendah
sampai sedang. Fungsi dari gemuk ini adalah sebagai pelumas juga berfungsi sebagai pembersih
karena kebanyakan campuaran yang digunakan adalah sabun (detergen).
c.

Pelumasan berbentuk padat


Pelumasan berbentuk padat (serbuk) paling banyak dibuat dari serbuk grahite. Kelebihan dari

pelumas padat ini jika dibandingkan dengan pelumas cair dan pasta adalah dapat berfungsi sebagai
pelumas pada temperatur 250 300 0 C dan dibawah -60 0 C. Pada temperatur demikian pelumas oli
tau gemuk tidak memungkinkan lagi. Pelumas padat dalam benntuk bedak, ukurtan partikelnya
antara 0,5 hingga beberapa m.
Graphite adalah jenis karbon dengan struktur halus. Gaya gesek antara partikel sangat rendah.
Gaya adhesi dengan logam sangat baik dan sushu operasi antara 350 700

C. Bila digunakan

sebagai pelumas graphite halus sangat murni.


Selain graphite juga sering digunakan sebgai pelumas padat adalah molydenom disulphide
(MoS2). Pelumas ini mempunyai struktur yang tipis. Koefisien geser lebih rendah dari graphite (0,05

0,1). Gaya adhesi dengan logam juga baik. Temperatur operasi di bawah 400 0 C dan terendah -180
0

C. Pada temperatur 400 0 C, MoS2 akan beroksidasi membentuk MoO3 yang bukan pelumas.
Selain kedua bentuk pelumas padat di atas, masih ada pelumas padat yang lain dan baru

digunakan yaitu Niobium diselenida fan Boron nitrida. Hanya saja jenis pelumas ini hargnay sangat
mahal.
Pelumas padat berbentuk powder atau sebagai suspensi dalam oli atau cairan lain yang mudah
menguap. Apabila cairan menguap lapisan film pelumas tetap tertinggal pada logam yang dilumasi.
d.

Pelumas berbentuk gas


Jenis pelumas ini adalah udara, asam karbon oksigen dan uap. Zat-zat ini akan memenuhi

syarat sebagai pelumas pada putaran poros 100.000 rpm. Pelumas ini digunakan pada putaran yang
sangat tinggi dan tempat-tempat yang tidak mungkin dihampiri. Pelumas ini bekerja pada temperatur
di atas 300 0 C. Pelumas ini banyyak digunakan pada mesin-mesin yang menerapkan energi nuklir.
12.3. Bahan Dasar Pelumas
Bahan dasar yang dibuat menjadi pelumas dan banyak digunakan adalah minyak hewan,
minyak tumbuhan, pelumas sintesis dan minyak mineral.
Minyak pelumas hewan adalah minyak pelumas yang diibuat dari bahan dasar lemak hewan
seperti saspi, biri-biri ikan dan babi.
Minyak pelumas tumbuhan adalah minyak pelumas yang dibuat dari bahan dasar minyak
tumbuhan seperti getah jarak,buah kelapa, kelpa sawit dan lain-lain.
Minyak peluas sintesis adalah minyak pelumas yang dibuat dari bahan-bahan kimia sebgai
reaksi beberapa unsur, sehingga menghasilkan zat yang mempunyai sifat seperti pelumas.
Minyak pelumas mineral adalah minyak pelumas yang bahan dasarnya dibuat dari minyak
bumi. Diperoleh dengan cara penambangan yang kemudian disuling pada tungku destilasi menjadi
beberapa produk. Salah satunya produknya adalah minyak mineral.
Mayoritas minyak bumi terdiri dari hidrogen dan karbon yang merupakan elemen-elemen
organik yyang membentuk ikatan. Secara umu ikatan hidrokarbon dapat dibagi atas tiga bagian
yaitu:
- Paraffin ( Cn H2n+2 )
- Nafthane (Cn H2n )
- Aromatik ( Cn Hn )
12.4 Sifat-sifat Minyak Pelumas
a.

Warna sebagai pedoman


Ada pendapat bahwa warna minyak pelumas menunjukkan mutu atau tingkat kekentalan

minyak pelumas. Sesungguhnya pendapat ini tidaklah benar, karena warna minyak pelumas hanya
merupakan tanda pengenal saja.
Beberapa pelumas, jika terkena sinar (refleksi sinar) akan menampilkan warna hijau. Umunnya
pelumas berwarna mulai dari bening (transparan) sampai gelap. Semakin gelap warnannya, semakin

tinggi titik didih dari minyak pelumas tersebut. Hal ini karena ikatan fraksi yang seperti asphalt
cenderung berkumpul pada fraksi yang titik didihnya tinggi (lihat gambar penyulingan minyak
bumi). Jadi tidak tertutup kemungkinan minyak pelumas diberi pewarna oleh pabrik pembuatnya
untuk membedakan pelumas yang satu denganyyang lainnya.
b.

Oksidasi
Semua produk minyak bumi dapat bereaksi secara kimia dengan udara. Sebenarnya oksidasi

pada minyak pelumas berlangsung sangat lambat pada temperatur ruang, tetapi akan semakin cepat
bereaksi jika temperatur naik.
Semakin lembab udara, semakin besar pula kandungan oksigennya sehingga akan semakin
mempercepat pula proses oksidasi. Katalisator terjadinya oksidasi dapatt berupa baja, aluminium dan
tembaga.
Hasil oksidasi yang tidak larut, berupa lumpur akan menyumbat lubang-lubang saluran.
Sedangkan yang larut, bersifat asam dan tetap terbawa oleh pelumas dan mempercepat korosi pada
logam sehingga akan merusak komponen berupa lubang-lubang dan terak yang menempel dengan
kuatt pada permukaan logam.
Oleh karena itu, maka hampir semua pelumas diberi additif berupa oxidation inhibitor
(pemicu korosi). Additif ini akan mengikat langsung oksigen sebelum kontak langsung dengan
hidrokarbon pada minyak agar elemen yang dilumasi akan terhindar dari korosi.
c. Keasaman.
Ada pendapat bahwa warna minyak pelumas minyak pelumas, sejumlah kecil asam tetap tidak dapat
ternetralisasi.sisa asam yang ridak ternetralisasi ini, sebenarnya tidak terpengaruh baik secara fisik
maupun kimia. Tetapi bila bergabung dengan asam hasil oksidasi akan aktif membentuk korosi pada
logam yang dilumasi. Karena sifat asam korosif terhadap logam.
d.

Korosifitas
Ikatan sulfur yaitu seperti hidrogen sulfida dan polisulfida mempunyai sifat korosif. Oleh
karena itu pelumas yang baik haruslah tidk mengandung ikatan sulfur yang korosif tersebut.
Namun demikian, beberapa, ikatan organik sulfur yang lain (yang tidak bersifat korosif)
digunakan sebagai bagian dari bahan additif .

e.

Emulsifikasi
Sebenarnya air dan minyak tidak nisa bersatu. Tetapi dengan adanya kontaminan (debu dari luar
atau partikel logam dari mesin itu sendiri) akan dapat mengakibatkan terjadinya emulsi air di
dalam atau pelumas atau sebaliknya. Pelumas yang terkontaminasi selanjutnya akan
terkondensasi, dan memisahkan diri dari pelumas, kemudian membentuk endapan berupa lumpur.
Khusus untuuk cutting oil (oli yang digunakan sebgai pendingin pada proses pemotongan
seperti membubut atau gerinda), oli dibuat sedemikian rupa supaya emulsinya kuat agar larut
dalam air. Sebagai contoh oli dromus B.

f.

Titik nyala (flash point) dan Titik api (fire point)

Titik nyala adalah temeperatur dimana cairan pelumas berubah menjadi uap dan akan terbakar
dalam sekejab bila dikenai sumber api. Dalam hal ini api dapat berasal dari logam yang sngat
panas. Yang dimaksud dengan sekejab adalah bila sumber api dilepas, maka nyala tersebut pada
cairan akan sebegra padam.
g.

Titik kabut (cloud point) dan tutuk tuang (pour point)


Titik kabut adalah temperatur dimana kristalisasi mulai terbentuk setelah sebelumnya timbul
kabut. Apabila temeperaturnya diturunkan lagi, pelumas akan membeku. Sedangkan titik tuang
adalah temperatur terendah dimana minyak pelumas masih dapat mengalir (dituang).

12.5 Kekentalan Pelumas Cair


Kekentalan (viskositas) merupakan parameter yang sangat penting dari sifat fisik, karena
menjadi besaran utama dalam mengklasifikasikan minyak pelumas. Fliuda pelumas mengikuti
hukum Newton sewaktu mengalir (fluida Newton), yaitu Aliran fluida diandaikan sebagai lapisanlapisan tipis yang bergeser antar satu terhadap yang lainnya. Dimana hukum Newton untuk aliran
visco adalah: viskositas dinamik adalah berbanding lurus dengan tegangan geser dan berbanding
terbalik dengan kecepatan gesernya. Juga dapat diberikan dalam bentuk persamaan sebgai berikut:

S
R

Dimana : = Viskositas dinamik


S = Tegangan geser
R = Kecepatan geser
Satuan dari viskositas dinamik adalah N.det / m2 atau poise dimana:
1N.det / m2 = 10 poise atau 1 c p = 10-3 N.det / m2.
Dalam prakteknya pada bidang perminyakan, yang sering digunakan adalah viskositas
kinematika (V) dimana:
V

Dimana:

V = Viskositas kenematika (cSt = ceti stroke)


= Viskositas dinamik (poise atau centi poise)
= massa jenis (kg/m3).

Viskositas dari semua jenis cairan akan menurun dengan naiknya temperatur, karena kenaikan
temperatur akan mengakibatkan melemahnya ikatan molekul fluida. Sebaliknya kenaikan tekanan
akan mneguatkan daya kohesi fluida, sehingga kenaikan viskositas pelumas. Tetapi dalam kalkulasi
pelumas hal-hal seperti ini boleh diabaikan.
Indeks viskositas, merupakan angka empiris yang menunjukkan tingkat kekentalan minyak
pelumas atau tingkat kepekaan terhadap temperatur. Indeks viskositas pelumas diukur dengan
menggunakan viskometer kapiler. Prinsip dari viskometer kapiler adalah waktu yang dibutuhkan
oleh sejumlah tertentu cairan yang megalir melalui pipa kapiler dalam menempuh panjang (jarak)

tetentu. Besarnya indeks viskositas dinyatakan dengan angka mulai dari 0 smapai 100. Makin besar
nilainya berarti kepekaan terhadap temperatur makin besar.
12.6.

Bahan tambah (Additive)


Bahan tambah adalah bahan lain yang dicampurkan ke dalam minyak pelumas denga tujuan

untuk memperbaiki sifat dan minyak pelumas. Jenis-jenis sifat dari sifat minyak yang dapat
diperbaiki oleh additive adalah:
- Penurun Titik Tuang (pour point deppressant)
Bahan ini adalah bahan yang dapat berfungsi untuk menurunkan titik minyak pelumas. Dengan
adanya penambahan bahan ini, minyak pelumas masih dapat mengalir pada temperatur yang
lebih rendah dibandingkan sebelum ditambahkan additive.
- Anti Oksidasi (Oxidation Inhibitor)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi pada minyak pelumas bahan ini
ditambahkan karena oksidasi dapatt mengakibatkan minyak pelumas menjadi asam.
- Anti Busa (Anti Foam Agent)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya busa di dalam minyak pelumas. Terbentuknya
buas dalam minyak pelumas akan mengurangi fungsi pelumas karena busa akan merusak lapisan
film yang sebagai fungsi utama dari minyak pelums.
- Pembersih (Detergent)
Bahan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya endapan (defosit) atau kerak pada
komponen-komponen yang dilumasi.
- Pengubah Indeks Viskositas (Viskositas Index Improver)
Bahan ini ditamabahkan untuk mengubah sesitivitas perubahan kekentalan minyak pelumas
terhadap perubahan waktu.
- Anti Karat dan Korosi (Rust & Corrosion Inhibitor)
Bahan ini ditambahkan ke dalam minyak pelumas untuk mencegah terjadinya karat dam korosi
pad bagian yang dilumasi.
- Extreme Pressure Additive
Bahan ini ditambahkan ke dalam minyak pelumas untuk meningkatkan kemampuan minyak
pelumas terhadap beban dan tekanan yang tinggi.
- Bahan Pengemulsi (Emulsifying Agent)
Bahan ini berfungsi untuk menyelimuti air (emulsi) dalam minyak pelumas sehingga air tidak
berkontak langsung dengan logam yang dilumasi.
- Bahan Pencegah Emulsi (Emulsion Breaker)
Bahan ini berfungsi untuk mempermudah pemisahan air dengan minyak pelumas agar air dapat
dikeluarkan/dibuang dari minyak pelumas.

12.7. Cara Pelumasan


Pemberian minyak pelumas dan gemuk pada tiap-tiap mesin mempunyai prosedur sendirisendiri. Itu dikarenakan adanya sifat maupun cara kerja yang berbeda-beda. Mesin-mesin besar,
mesin-mesin kecil, yang presisi maupun yang tidak presisi secara prinsif mempunyai perbedaan
pemakaian minyak pelumas.
Pemberian minyak pelumas pada mesin-mesin harus disesuaikan dengan kondisi mesin
tersebut. Oleh karena itu operator (pekerja) harus mengetahui dengan baik cara pemberian pelumas
pada setiap bagian yang perlu dilumasi.
Untuk memberi pelumas pada elemen-elemen mesin dapat digunakan beberapa cara seperti:
Secara manual
Cara manual dengan tangan, menggunakan kain lap atau kuas. Biasanya
pelumasan seperti ini untuk melumasi bagian-bagian yang tidak tertutup
misalnya permukaan mesin.
Tabung pelumas bertekanan
Cara pemberian pelumasan dengan menggunakan tabung

bertekanan

(semprot) ini biasanya digunakan untuk melumasi bagian luar dari mesin.

Piston gemuk
Alat ini biasanya digunakan untuk melumasi bagian dari mesin (pompa),
tetapi khusus untuk bagian mesin yang dilengkapi dengan nipel.

Mangkok gemuk
Untuk melumasi bagian dari mesin, kita memutar tutup berulir yang
diputar secara periodik untuk mendorong gemuk keluar melaui lubang.
Tetes
Pelumas keluar secara teratur akan menetes melalui pipa yang dapat
disetel (diatur besar kesilnya tetesan). Tetesan terjadi akibat adanya gaya
grafitasi atau oleh getaran.

Sumbu
Prinsipnya seperti kompor minyak tanah atau pelita. Distribusi pelumas
berlangsung secara terus menerus, selama mangkok tidak kosong, sama
seperti pada pelumasan tetes.

Celup (bak oli)


Komponen yang dilumasi sebgaian terendah di dalam bak oli dan
membawah oli ke atas seklaigus untuk kompone lain.

Percikan
Komponen yang berbentuk sedemikian rupa, sengaja ditambahkan agar
dapat memercikkan pelumas ke kompone yang lain terutama komponen
yang berada pada bagian atas.

Kabut
Pelumasan kabut terutama digunakan pada alat-alat pneumatik, untuk
melumasi alat yang dilalui udarra bertekanan.

Pompa mekanik
Pelumas disemprotkan melalui pipa-pipa kecil ke komponen-komponen
dengan memamfaatkan tekanan periodik oleh poros eksentrik ataupun
dengan cam.

Pelumas sendiri
Yang dimaksud dengan pelumas sendiri adalah pelumas (biasanya gemuk)
diberikan sekali hanya pada saat alat tersebut dibuat. Umur pelumas sama
dengan umur alat,sperti pada bantalan (bearing).

Sirkulasi
Cara ini menggunakan pompa oli untuk mendistribusikan pelumas secara
merata dan terus menerus. Pelumas secara efektif menyerap panas dan
membawa kontaminan ke dalam tangki pelumas.

BAB. XIII.
PERAWATAN ELEMEN PENGGERAK

Setiap mesin perkakas terdiri dari beberapa elemen yang masing-masing mempunyai tugas
tersendiri, tetapi saling mendukung antara satu dengan yang lain. Agar mesin tersebut dapat
beroperasi dengan baik, maka semua elemen-elemen yang ada pada mesin tersebut juga harus baik
sehingga dapat pula melaksanakan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu maka setiap elemen pada
sebuah mesin perlu mendapat perawatan yang cukup supaya dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik.
Berikut ini akan dibahas baggaimana cara merawat elemen-elemen dari sebuah mesin
khususnya elemen sistem penggerak.
13.1.

Kopling
Sebelum melakukan pekerjaan perawatan pada kopling terlebih dahulu pelajari susunan dan

cara kerja dari sistem penggerak serta buat gambar sketsa susunan sistem penggerak. Lengkapi
gamabar dengan ukuran yang diperlukan pada saat perhitungan.
Siapkan peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk merawat atau mengganti kopling.
Gunakan peralatan sesuai dengan fungsinya untuk mencegah rusaknya peralat yang digunakan.
Apabila kopling yang digunakan besar dan porosnya panjang, gunakan alat angkat yang sesuai
sehingga pekerjaan terhindar dari kecelakaan.
Untuk memeriksa besarnya penyimpangan, sipakan peralatan yang diperlukan seperti:

a.

Straight edge

b.

Feeler gauge

c.

Dial indikator

d.

Jangka sorong (lihat gambar 13.1)

Gambar 13.1 Alat-alat Ukur


Jika metode pemeriksaan menggunakan dial indikator, sepasang alat bantu digunakan untuk
melakukan pemeriksaan. Buat alat bantu tersebut sesuai dengan konstruksi sistem penggerak. Pada
kondisi tertentu alat bantu pemegang dial indikator dapat dipasang pada bagian kopling. Sistem
penggunaan alat bantu harus dirancang agar tidak merisan kopling. (lihat gambar 13.2)

Gambar 13.2 Pemeriksaan kelurusan kopling


Sebelum memulai pekerjaan sumber utama pengerak seperti listrik harus dimatikan dan
dikunci. Pasang tanda peringatan pada panel listrik supaya kecelakaan dapat dihindarkan. Klau perlu
beritahu rekan kerja bahwa anfda akan bekerja pada sistem penggerak, untuk mencegah hal yang
tidak didinginkan seperti kecelakaan.
13.1.1.

Pemeriksaan besar penyimpangan pada kopling

Lakukan pemeriksaan awal untuk mengetahui besarnya penyimpangan kopling. Gunakan


metode yang sesuai dengan kondisi kopling. Catat besar penyimpangan yang terjadi dan bandingkan
dengan batas maksimum penyimpangan yang diijinkan. Pada saat sistem penggerak dijalankan
pergeseran komponen mungkin terjadi. Komponen harus disetel bila penyimpangan yang terjadi dari
toleransi yang diijinkan. (lihat gambar 13. 3)

Gambar 13 .3 Pemeriksaan penyimpangan kesumbuan kopling


Melepas kopling
Pada saat merawat kopling, tidak semua kopling harus dibuka dari porosnya tetapi ada yang
hanya digeser pada porosnya. Misalnya pada saat penggantian gemuk di dalam steel grid fexible
coupling. (lihat gambar 13.4)

Gambar 13 .4 Bagian Dalam Kopling


Pada kondisi tertentu poros sistem penggerak berukuran panjang dan disangga menggunakan
plumer block housing, untuk menghindari bengkoknya poros pada saat dilepas, poros tersebut harus
disangga mengunakan peralatan uyang sesuai. Sebelum poros dibuka, tandai plumer block housing
beserta porosnya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses penyumbuan poros.
Untuk kolpling yang menggunakan tutup pelindung kopling, seperti pada kopling roda gigi,
kopling rantai dan lain-lain, buka tutup pelindung tersebut dengan cara mengeser atau melepas
tutupnya. Bila kopling memiliki elemen penghubung seperti: rantai, pita geser atau karet, lepaskan
terlebih dahulu baru kemudian lepaskan kopling.
Apabila baut digunakan sebagai penghubung diantara bagian bidang kopling, buka baut
tersebut terlebih dahulu sebelum pergeseran atau pelepasan kopling dilakukan. Untuk melepas
kopling dari poros, salah satu sistem pengerak harus digeser. Besarnya pergeseran disesuaikan
dengan panjang kopling. Lepaskan pena penepat dan kerdorkan baut pengikat pada kaki-kaki sistem
penggerak yang akan digeser.
Sebelum melepas kopling dari poros, perhatikan bentuk pasak yang digunakan. Buka pasak
tersebut terlebih dahulu dengan menggunakan pencabut pasak yang sesuai. Gunakan extractor untuk
melepaskan kopling dari poros yang bersuaian paksa atau sesak. (lihat gambar 13.5)

Gambar 13 .5 Melepaskan Kopling


13.1.2.

Pemeriksaan Keausan Kopling

Sebelum memeriksa keausan yag terjadi pada kopling., terlebih dahulu kopling dibersihkan
dari kotoran yang menempel. Hal ini dimaksudkan agar hasil pemeriksaan bisa lebih teliti dan
akurat. Cairan yang digunakan untuk membersihkan kopling sebaiknya disesuikan dengan bahan
yang digunakan membuat kopling. Seperti misalnya untuk beberapa jenis kopling fleksibel yang
terbuat dari karet atau bahan yang sejenisnya tidak boleh dibersihkan dengan menggunakan pelarut,
karena dapat merusak elemen tersebut. Di bawah ini akan diberikan beberapa contoh jenis kopling
dan bagian yang mungkin mengalami keausan.
a. Split sleeve coupling

Keausan terjadi pada lubang diemeter dalam kopling. Periksa kondisi baut
pengikat, jika beban lebih terjadi akan merusak baut tersebut.
b. Split sleeve coupling
Keausan terjadi pada lubang diameter dalam kopling. Periksa kondisi baut
pengikat, jika beban lebih terjadi akan merusak baut tersebut.

c. Flanged coupling
Poros yang tidak satu sumbu akan mengakibatkan keausan pada sisi
kopling atau pahatnya baut penghubung. Kondisi yang sama akan terjadi
pula pada spacer coupling.
d. Double cone clamping coupling
Periksa kondisi permukaan diameter dalam dan

luar pada bush tirus,

lubang diameter dalam flesh, dan baut penghubung. Pemindahan daya atau
putaran berdasarkan kontak bidang dan tekanan. Overload dapat
menimbulkan slip pada bush tirus.
e. Disc coupling
Keausan akan terjadi pada pena dan lubang pena pada piringan akan
menjadi besar. Overload akan menyebabkan pena menjadi bengkok.
f. Jaws coupling
Periksa sisi rahang yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
Keausan akan terjadi pada saat bagin sisi-sisi tersebut menerima putaran
dan pada saat kopling mulai menerima beban.

g. Gear coupling
Keausan akan terjadi pada gigi-gigi pada rodagigi dalam dan luar. Bila
aus, ganti rodagigi tersebut. Periksa juga lubang rodagigi luar, perbesar
bila diperlukan.

h. Chain coupling
Periksa bagian sisi dari rodagigi rantai dan bagian sisi dalam dari rantai.
Overload dapat menyebabkan lubang penyangga pena aus. Periksa juga

roller pada rantai. Keausan yang besar akan menyebabkan sisi roller
akan menjadi rata pada diameter luarnya dan gigi pada rodagigi rantai
berbentuk pengait.
i. Pin and rubber bushh coupling
Penyimpangan kesumbuan yang besar akan menyebabkan rubber bush
akan aus. Overload yang terjadi akan mngubah bentuk runner bush.
j. Rubber tyre coupling
Penyimpangan kesumbuan yang besar akan menyebabkan retak pada
karetnya. Overload yang terus menerus akan mengubah bentuk karet
seperti tergantung.
k. Spider coupling
Penyimpangan kesumbuan yang lebih besar dari yang diijinkan akan
mengakibatkan permukaan spider yang menahan beban akan cepat
mengalami keausan.
l. Steel grid flexeble coupling
Kerusakan utama terjadi pada pita pegasnya. Untuk mengatasi
kondisi tersebut pita pegas diganti dengan pita pegas yang baru. Aus
pada alur dudukan pita oegas tidak dapat diperbaiki, sehingga bila itu
terjadi maka kopling harus segera diganti.

m.Pocket for helical spring coupling


Pada jenis kopling ini yang sering terjadi kerusakan adalah pada
pegasnya. Bila hal ini terjadi, maka seluruh pegasnya harus segera
diganti.
13.1.3.

Memperbaiki dan mengganti bagian kopling yang rusak

Setelah melakukan pemeriksaan terhadap kopling ayan aus, pisahkan bagian-bagian ayang
dapat diperbaiki, yang baik dan yang harus diganti dengan yang baru. Lakukan perbaikan terhadap
bagian kopling yang masih bisa diperbaiki. Ganti bagian-bagian yang sudah seharusnya diganti,
yakni bagian-bagian yang sudah rusak atau yang tidak dapat diperbaiki seperti pena, disc, seal dan
lain-lain.
Jika kerusakan kopling sudah parah, ganti kopling dengan yang baru dengan memperhatikan
faktor-faktor berikut:
- Jenis dan ukuran dimensi utama yang sama
- Kapasitas beban serta putaran yang sama
- Dapat menerima penyimpangan yang sama
- Dapat menerima pemuaian yang sama.
Sebelum memasang kopling kembali lakukan pemeriksaan terhadap kondisi poros, bantalan,
kopling serta sistem penggerak yang lain. Pastikan bahwa kondisi bagia-bagian tersebut dalam
keadaan baik. Jika tidak baik lakukan perbaikan jiak perlu, tetapi kalau sudah sangat rusak laukan
penggantian dengan alat yang sama.
13.1.4.

Instalasi Kopling

Sebelum memasang kopling periksa kondisi landasan sistem penggerak dan ratakan
permukaannya untuk mempermudah proses alignmment. Jika landasan tidak rata, maka dapat
diratakan dengan cara dikikir, digerinda atau ditambah shim.
Setelah landasan penggerak rata, dudukan salah satu sistem penggerak (motor atau pompa)
yang akan dijadikan sebagai acuan pemeriksaan. Periksa poros dengan menggunakan pendatar (spirit
level) atau clinomoter untuk memeriksa ketagaklurusan terhadap bidang datar. Jika tadak level, dapat
digunakan shim untuk mengganjal kaki-kakinya sampai diperolah posisi level. Kemudian baut-baut
pengikat terhadap landasan dapat dikencangkan.
Langkah selanjtunya adalah pasang kopling pada porosnya. Periksa ketegaklurusan kopling
terhadap porosnya dengan menggunakan penyiku. Lalu kencangkan baut pengikat kopling terhadap
poros atau pasak.
Kemudian dekatkan poros kopling yang lainnya dan atur celah (gap) diantara permukaan
kopling. Usahakan gap pada keempat posisi kopling mendekati toleransi. Lakukan penggeseran atau
pengganjalan apabila diperlukan. Jika semua celah sudah berada di dalam daerah toleransi, maka
kencangkan baut pengikat pada landasan.

Setelah pasangan kopling terpasang pada landasan, lakukan pemriksaan besar penyimpangan
yang terjadi diantara sumbu-sumbu poros. Dalam pemeriksaan tersebut digunakan metode yang
sesuai. Tentukan posisi penyimpangan sumbu poros yang disetel terhadap sumbu poros laiannya.
Tetntukan posisi penyimapangan sumbu poros yang disetel terhadap sumbu poros lainnya.lakukan
perhitungan untuk menentukan besarnya pengganjalan atau pergeseran pada slah satu poros.
Lakukan pengganjalan dan pergeseran kaki-kaki penggerak sesuia dengan perhitungan.
Kencangkan baut pengikat terhadap landasan dan lakukan pemeriksaan besar penyimpangan sekali
lagi. Setelah semua baik, maka pena penepat pada kaki-kaki sistem penggerka agar tidak bergeser
pada saat sistem penggerka dioperasikan dan menerima beban.
13.1.5.

Pelumasan kopling

Pada kopling yang mempunyai elemen metal dan saling berhubungan atau terjadi kontak
langsung, digunakan pelumas sebagai pembentuk lapisan film, pendingin dan peredam beban kejut.
Gunakan pelumas yang sesuai dengan instruksi pabrik pembuat kopoling. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan adalah:
- Jenis pelumas
- Jemlah pelumas
- Kekentalan atau tingkatan pelumas
- Serta sistem pelumasan.
Pada beberapa kopling, jumlah pelumas yang diisikan harus tepat sesuai dengan instruksi
pabrik pembuat kopling. Oleh karena pelumas yang berlebihan akan menambah tekanan di dalam
dan akan merusak seal. Pelumas yang kotor dapat diketahui denga cara melihat warna pelumas
tersebut dan merasakan serbuk besi yang terdapat pada pelumas.
Pada kopling yang memiliki elemen fleksibel seperti karet, kopling jenis ini tidak perlu diberi
pelumas. Karena pemberian pelumas akan dapat mengakibatkan elemen fleksibel yang digunakan
rusak.
13.1.6.

Uji jalan kopling

Langkah akhir yang dilakukan dalam proses perawatan kopling adalah uji jalan kopling.
Tujuan dari proses ini adalah untuk mengetahui hasil perbaikan dan pemasangan kopling sebelum
kopling tersebut dioperasikan kembali pada kondisi sesungguhnya. Sebelum diuji, pastikan semua
bagian dan baut pegikat terkunci dengan kuat. Bersihkan daerah di sekitar sistem penggerak seperti
tumpuan oli dan peralatan lain yang digunakan saat merawat. Proses pengujian ini dilakukan dengan
dua cara, yakni:
- Uji tanpa beban
Untuk melakukan pengujian ini, pastikan tidak terjadi beban poros sistempenggerak. Kemudian
jalankan motor dan perhhatikan getaran yang berlebihan serta suara yang tidak normal. Apabila
terjadi kondisi tidak normal, segera matikan mesin dan cari penyebabnya. Bila penyebabnya
ketemu, segera perbaiki kondisi tersebut dan lakukan lagi pengujian tanpa beban.

- Uji dengan beban penuh


Setelah dilakukan pengujian tanpa beban dan ternyata kondisinya sudah baik, maka langkah
selanjutnya adalah pengujian dengan beban penuh. Pengujian ini dialkukan dengan cara
menaikkan beban secara bertahap sampai penuh sambil memperhatikan kondisi yang tidak
normal. Jika terjadi kondisi yang tidak normal, segera matikan dan cari penyebabkan. Perbaiki
penyebabnya dan lanjutkan pengujian. Lakukan langkah seperti di atas sampai beban penuh
dan semua sistem penggerak berfungsi dengan baik.
13.2. Puli dan Sabuk Penggerak
Sebelum melakukan perawatan terhadap puli dan sabuk penggerak, perlu dilakukan tahap
persiapan. Persiapan tersebut misalnya matikan mesin dan sumber penggerak dengan memutuskan
arus dari sumber ke mesin. Sebelum bekerja, persiapkan semua peralatan yang akan digunakan.
Apabila sistem penggerak cukup besar, sediakan alat angkat yang sesuai dengan fungsinya untuk
mencegah terjadinya kerusakan dan kecelakaan kerja.
13.2.1.

Melepas puli dan sabuk penggerak


Buka tutup perlindung dari dudukannya dan simpan pada suatu
tempat yang aman dan tidak menganggu proses pekerja. Amati bagian
dalam dari sistem penggerak untuk memastikan tidak terjadinya
pukulan atau gesekan dari elemen pengerak.

Sebelum melakukan pelepasan sabuk dan puli, sebaiknya dilakukan


pemeriksaan untuk mengetahui besar penyimpangan dan tegangan
sabuk yang terjadi.
Kendorkan

baut

pengikat

motor

penggerak

dan

lakukan

pengeseran untuk melepaskan sabuk penggerak. Apabila jarak sumbu


poros tidak dapat diatur, lepaskan idler terlebih dahulu kemudian
lepaskan sabuk pengerak.
Cara mengeluarkan sabuk penggerak dengan cara dipaksa seperti
mencungkil dengan linggis atau sejenisnya tidak dibenarkan. Hal
tersebut dapat mengakibatkan rusaknya sabuk atau puli penggerak.
Setelah sabuk terlepas, barulah puli boleh dilepas. Pada kondisi tertentu, pasak
dilepas terlebih dahulu sebelum melepas puli. Untuk melepas pasak, gunakan alat penarik yang
sesuai dengan pasak yang akan dilepas agar tidak merusak komponen penggerak yang ada
disekitarnya.

Buka baut (set screw) pada puli yang berfungsi sebagai pengikat puli
agar puli tidak bergeser dari posisinya pada poros. Cacat yang terjadi
pada poros biasanya diakibatkan karena menarik puli tanpa melepas set
screw.
Lepaskan puli dengan menggunakan palu lunak (plastik, karet tau kayu)
dengan cara memukul secara merata. Apabila sulit dibuka, maka
gunakan alat penarik khusus. Posisi alat penarik harus benar agar puli
tidak rusak pada saat dikeluarkan.

13.2.2.

Pemeriksaan keausan atau kerusakan pada puli dan sabuk penggerak

Yang pertama diperiksa adalah permukaan puli yang berhubungan dengan sabuk penggerak.
Apabila pada permukaan terdapat goresan atau luka pada permukaan puli, perbaiki dengan
menggunakan kikir halus. Selain itu, periksa pula lubang dudukan poros pada puli. Gunakan kertas
gosok (amplas) untuk membersihkan bagian-bagian yang tajam dan cacat.
Keausan yang tidak merata pada permukaan puli, akan merusak sabuk penggerak pada saat
beroperasi. Apabila kerusakan yang terjadi pada puli tidak bisa diperbaiki lagi, maka puli tersebut
harus dilakukan.
Bila terjadi rompal atau retak pada sisi puli, maka pada puli tersebut dapat dilakukan perbaikan
dengan cara pengelasan yang selanjutnya dilakukan proses permesinan sesuia dengan jenis pekerjaan
yang dapat dikerjakan pada uli tersebut agar baik kembali. Metode seperti ini sering dilakukan
terhadap puli penggerak yang berukuran besar.
Setelah pemeriksaan dan perbaikan dilakukan pada puli, barulah kemudian sabuk penggerak
diperiksa. Beberapa contoh keausan yang biasa terjadi pada sabuk penggerak:
Bentuk keausan karena sabuk penggerak terbalik, yang disebabkan
benda asing yang masuk ke dalam alur pada puli.

Sabuk penggerak putus diakibatkan beban kejut yang besar terjadi pada
sistem penggerak. Untuk mengatasi hal ini terjadi kembali penyebab
terjadinya beban kejut, harus dicari dan diatasi.

Bentuk keausan pada bagian sisi sabuk penggerak yang diakibatkan


karena slip yang yang terjadi secara terus-menerus. Untuk mengatasi

hal ini, lakukan pengaturan (penyetelan) tegangan yang sesuai, agar


sabuk penggerak tidak mengalami slip lagi.
Lapisan pelindung sabuk pengerak bagian sisi berlendir atau
membengkak. Hal tersebut diakibatkan karena sabuk penggerak atau
puli terkontaminasi dengan minyak pelumas. Untuk mengatasi hal
tersebut, hilangkan sumber penyebab tersebut dari sabuk pengerak atau
puli.
Bagian dasar dan sisi sabuk penggerak gosong atau terbakar. Hal
tersebut diakibatkan ole slip yang terjadi pada sabuk penggerak pada
saat awal atau akhir pembebanan. Untuk mengatasi hal ini, harus
dilakukan penggantian sabuk penggerak dan atur kekencangan sabuk
sampai tidak terjadi slip.
Bagian dasar sabuk penggerak sobek. Hal ini diakibatkan karena sabuk
penggerak keluar melalui sheave atau memasang sabuk penggerak tidak
sesuai dengan jarak pemasangannya. Untuk mengatasi hal ini, pasang
sabuk penggerak baru yang sesuai dan lakukan alignment.
Bagian dasar sabuk penggerak pecah atau retak. Yang menyebabkan hal
seperti ini adalah karena sabuk penggerak slip dan memanas sehingga
mengeras atau idler dipasang pada sisi yang salah. Untuk mengatasi hal
ini sabuk harus diganti dengan sabuk penggerak yang baru dengan
mengatur tegangan yang sesuai untuk menghindari terjadinya slip.
Sabuk pengikat terpisah. Hal tersebut terjadi karena adanya keausan
pada sheave (sisi penarik). Untuk mengantisipasi hal ini ganti sabuk
penarik dengan yang baru serta periksa alur-alur pada sheave dan ganti
dengan alur yang standar untuk menghindari terjadinya slip.
Salah satu sabuk penggerak terpisah dari sabuk pengikat. Hal tersebut
terjadi karena sabuk penggerak meloncati salah satu alur dan
mendorong sabuk terluar keluar dari sheave yang disebabkan karena
sistem penggerak tidak alignment serta tegangan sabuk tidak sesuai.
Untuk mengatasi hal ini, ganti sabuk penggerak tersebut dengan yang
baru dan atur tegangannya serta alignment sistem penggeraknya.
13.2.3.

Memasang puli pada poros

Sebelum memasang puli pada poros, lakukan pemeriksaan poros terlebih dahulu dimana puli
akan dipasang. Untuk memeriksa sumbu poros lakukan dengan menggunakan dial indikator. Apabila
penyimpangan poros melebihi toleransi yang diijinkan, maka lakukan perbaikan. Sedangkan bila
poros tidak dapat diperbaiki maka lakukan penggantian poros.

Periksa pula permukaan poros dari cacat atau kerusakan yang terjadi yang dapat
mengakibatkan tidak duduk tegak lurus pada poros. Bila jal ini terrjadi lakukan perbaikan pada poros
denganmenggunakan kikir halus atau dengan batu gosok.
Apabila poros untuk dudukan puli telah baik, maka pasang pasak pada dudukannya. Pasak
yang aus atau rusak pada saat pelepasan, buat pasak yang baru sesuai dengan toleransi dan ukuran
dudukan pasak pada poros.
Setelah semeua elemen dibersihkan, masukkan puli ke proros serta periksa apakah dudukan
pada poros segaris dengan laluan pasak pada puli. Apabila terjadi penyimpangan segera lakukan
perbaikan. Masukkan pasak pada poros dengan menggunakan palu lunak. Jika pasak longgar pada
dudukannya, ganti pasak

tersebut dengan pasak yang ukurannya sesuai. Periksa kelonggaran

diantara bagian atas pasak dengan bagian dasar laluan pasak pada puli. Kikir bagian atas dari pasak
bila diperlukan.
Masukkan puli ke poros dan periksa kesebarisan diantara pasak dan lubang laluannya. Pukul
puli menggunakan palu lunak dengan merata sehingga duduk pada posisinya. Kencangkan setscrew
untuk menjaga agar puli tetap pada posisinya.
13.2.4.

Instalasi puli dan sabuk penggerak

Lakukan leveling pada sistem penggerak untuk menghindari penyimpangan sumbu poros
vertikal dengan menggunakan spirit level atau clinometer. Lakukan pengganjalan dengan
menggunakan shim bila diperlukan.
Lakukan pula alignment pada sistem penggerak. Perhatikan bahwa jarak diantara sumbu poros
saat itu berbeda dengan jarak sumbu poros pada saat pemasangan saguk penggerak.
Pasang sabuk penggerak pada puli. Gunakan sabuk penggerak satu setn untuk pemasangan
majemuk dan pemasangan dimulai dari bagian yang paling dalam. Bila diperlukan lakukan
perhitungan untuk menentukan besar defleksi yang terjadi.
Kendorkan baut pengikat pada kaki-kaki motor untuk mengatur tegangan sabuk penggerak
yang sesuai. Kencangkan baut pengatur tegangan untuk mencapai defleksi yang sesuai. Jaga agar
sistem penggerak tetap pada posisi alignment.
Periksa kembali besar defleksi yang terjadi. Jika defleksi yang terjadi duah sesuai dengan hasil
perhitungan, maka kencangkan baut pengikat pada kaki-kaki motor dan mur kontra pada baut
pengatur. Kemudian lakukan pemeriksaan alignment sekali lagi. Putar sistem penggerak secara
manual bila memungkinkan dan perhatikan gangguan yang terjadi. Jika tidak terjadi gangguan,
pasang tutup pelindung sudah terpasang dengan sesuai serta tidak cacat.
13.3. Roda Gigi
Roda gigi merupakan salah satu jenis sistem transmisi yang banyak digunakan pada mesinmesin, baik mesin perkakas maupun pada otomotif karena mempunyai beberapa kelebihan.
Kelebihan tersebut misalnya dapat memindahkan daya yang besar, hampir tidak terjadi slip, dapat
memindahkan putaran yang tinggi dan lain-lain.
13.3.1.

Bentuk keausan dan kerusakan pada roda gigi

a.

Keausan
Bentuk keausan yang normal bila terjadi pada roda gigi adalah bentuknya licin dan halus serta

merata selebar gigi. Hal ini terjadi pada terutama pada rodagigi yang memindahkan beban yang
cukup besar serta bekerja secara kontinu. Bila keausan terjadi pada gigi, maka akan memperpendek
umur dari rodagigi tersebut. Bila hal ini terjadi dan berlangsung lama, akan dapat mengakibatkan
gigi-gigi akan patah. Untuk mengatasi hal tersebut, segera ganti rodagigi dengan material yang lebig
tahan aus.

b. Abrasi
Abrasi adalah merupakan salah satu jenis keausan yang
terjadi pada gigi. Bentuk keausan ini yaitu pada gigi
terlihat berupa goresan-goresan

rapad permukaan

kontak gigi. Penyebab bentuk keausan ini adalah


masuknya partikel besi dari luar, misalnya percikan
akibat pengelasan, serpihan besi

baik dari luar

maupun dari rodagigi itu sendiri.Untuk menghindari hal


ini terjadi, ganti pelumas dan sediakan pelindung.
c. Korosi
Korosi adalah salah satu bentuk keausan yang terlihat seperti perubahan warna
dan lakukan pada permukaan gigi. Hal tersebut sering diakibatkan karena
pelumas terkontaminasi dengan bahan kimia atau uap air. Lakukan pengujian
kualitas pelumas yang digunakan, dan apabila perlu ganti pelumas dengan
yang baru.
d. Scoring
Scoring merupakan bentuk keausan yang terlihat seperti permukaan yang
licin mengkilap (seperti es), karena pemakain pelumas yang tidak sesuai.
Pada kondisi yang lebih parah permukaan gigi rusak karena goresan atau
sobekan pada bagian yang bersesuaian pada temperatur operasi yang
terlalu tinggi. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengganti pelumas dengan pelumas yang mengandung additif EP, atau
kurangi beban serta kecepatan pengoperasiannya.

e. Pitting
Pitting merupakan salah satu bentuk utama dari kelelahan permukaan,
karena beban yang terjadi melebihi daya tahan dari rodagigi. Peristiwa
tersebut dimulai dari keretakan akibat tekanan yang akhirnya
menyebabkan terlepasnya (terkelupasnya) sebagian dari material dan
membentuk lubang atau rongga. Untuk memgatasi hal tersebut kurangi
beban yang bekerja serta kecepatan pengoperasian dan bila rodagigi
tersebut harus diganti, lakukan dengan rodagigi yang lebih teliti.
f. Spalling
Spalling adalah merupakan salah satu bentu lain dari kelelahan pada
rodagigi. Lekukan yang terjadi besar seperti lubang besar dan dalam.
Kondisi ini sering terjadi pada rodagigi yang dibuat dari material dengan
kekerasan sedang sampai tinggi pada permukaan gigi. Untuk mengatasi
kelelahan ini, kurangi beban yang bekerja dan tambahkan kekuatan pad
permukaan gigi dengan cara melakukan perlakuan panas (heattreatment).
g. Cold flowing
Clod flowing adalah aliran plastis yang terjadi pada bagian ujung sisi gigi.
Hal ini terjadi pada saat permukaan gigi mengalir keluar pada ujung sisi
gigi dan menghasilkan rupa yang halus, sebagai akibat dari putaran dan
penekanan dari hubungan rodagigi yang meremes metal. Apabila kondisi
ini berlangsung lama akan mengakibatkan rodagigi akan rompal dan
terjadi lekukan. Untuk mengatasi hal ini, kurangi tagangan yang bekerja
pada permukaan gigi dan tambahkan kekerasan pada permukaan gigi
misalnya dengan melakukan perlakuan panas.
h. Fatique break
Fatique break adalah salah satu bentuk kelelahan utama dimana sebagian
atau seluruh gigi terpisah dari rodagigi. Kelelahan diakibatkan oleh beban
yang berat, dan tekanan yang berulang-ulang. Cara terbaik untuk
mengatasi hal ini adalah dengan cara mengganti rodagigi dengan yang
lebih tahan terhadap beban yang besar, mempoles alur dasar dan
melakukan perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa.
13.3.2.

Penyimpangan rodagigi

Dalam melakukan tugasnya sebagai elemen penggerak, rodagigi sering


mengalami penyimpangan. Untuk memeriksa penyimpangan yang
terjadi pada rodagigi, harus dilakukan dengan ukuran dan kondisi
rodagigi. Gunakan tinta pemeriksa, feeler gauge atau mistar perata saat
memeriksa penyimpangan yang terjadi pada rodagigi. Keausan atau
kerusakan yang terjadi pada rodagigi sering diakibatkan karena adanya
penyimpangan alignment.

Anda mungkin juga menyukai