Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

TEHNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID

“Suspensi”

OLEH

Nama : Reti Dayanti

NIM : 70100117043

Kelas : Farmasi A

Dosen : Isriany Ismail, S. Si, M. Si., Apt

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

ROMANGPOLONG-GOWA

2019
1. Ketidak terbasahan bahan baku obat
a. Penyebab

Kesulitan utama dalam pembuatan suspensi adalah membasahi fase padat dengan
medium pendispersinya. Sifat permukaan partikel tersuspensi merupakan hal yang paling
penting dipertimbangkan dalam formulasi suspense. Partikel dengan tegangan permukaan
yang rendah, akan mudah terbasahi oleh air, dan dapat dengan mudah tersuspensi.
Sebaliknya, partikel yang memiliki tegangan permukaan yang tinggi, akan sulit terbasahi
(Ismail. 2011: 83).
b. Bahan apa yang perlu ditambahkan, jenis bahan, sifat dan kadar penggunaan
Pada pembuatan skala besar dalam industri farmasi, sejumlah obat seringkali harus
ditambahkan ke dalam pembawa dengan menaburkan pada permukaan cairan. serbuk yang
dapat terbasahi dengan segera disebut hidrofilik, contohnya zink oksida dan magnesium
karbonat (Ismail. 2011: 83-84).
Untuk menurunkan tegangan permukaan, digunakan wetting egent dan surfaktan,
misal span dan tween (Murtini. 2016:122)
c. Bagaimana meknisme kerja bahan dalam menangani
Serbuk yang mengadsorpsi udara pada permukaannya, atau mengandung sedikit
lemak/kontaminan lain akan sulit terdispersi dalam cairan. serbuk ini tidak dapat terbasahi
dengan segera sehingga mengambang di permukaan cairan pembawa meski memiliki
kerapatam yang lebih tinggi dibandingkan cairan pembawanya. Jika afinitas antara padatan
dan cairan kuat maka cairan segera membentuk film di atas permukaan padatan tetapi bila
afinitasnya lemah atau tidak ada maka cairan akan sulit meniadakan udara atau substansi
lain yang mengelilingi partikel dan aka nada sudut kontak antara cairan dan padatan. Oleh
karena itu keberadaan suatu zat pembasah dalam pembawa sangat diperlukan untuk
mengatasi fenomena tersebut sehingga zat padat segera terdispersi ke dalam cairan zat
pembawa (Ismail. 2011: 83-84).
d. Bagaimana mengevaluasi efek dari bahan terkait penanganan setelah sediaan dibuat
Kemampuan suatu serbuk untuk dapat terbasahi (hidrofobisitas) dapat ditentukan
dengan mengamati sudut kontak yang dibuat oleh serbuk dengan permukaan cairan. suduk
kontak yang lebih besar dari 90º akan mengambang di atas permukaan cairan pembawa.
sedangkan kurang dari 90º partikel akan melayang dan tenggelam jika tidak memiliki sudut
kontak. serbuk yang tidak mudah terbasahi menunjukkan suduk kontak yang besar disebut
zat yang bersifat hidrofobik. Contohnya sulfur, arang aktif dan magnesium stearat
sedangkan serbuk yang dapat terbasahi dengan segera disebut hidrofilik, contohnya zink
oksida dan magnesium karbonat (Ismail. 2011: 83-84).
2. Interaksi listrik yang mungkin terjadi
a. Penyebab
 Partikel padat bermuatan yang bergerak melalui suatu larutan dan dipengaruhi oleh
suatu medan listrik (elektrophoresis) atau dipengaruhi oleh gaya gravitasi
(seimentation) (Nagata. 2018: 1).
 Cairan yang bergerak pada suatu permukaan padat yang bermuatan dan dipengaruhi
oleh medan listrik atau suatu tekanan (Nagata. 2018: 1)
b. Bahan apa yang perlu ditambahkan (Jenis bahan, Sifat dan kadar penggunaannya
Ukuran partikel tidak boleh terlalu kecil karena energy akan masuk dengan bebas
terhadap permukaan akan menyeabkan kecenderungan partikel untuk saling tarik
menarik. Nilai zeta potensial yang lebih besar dari 30 mV atau kurang dari -30 mV
menyebabkan sistem disperse akan stabil.
c. Bagaimana mekanisme kerja bahan dalam menangani
Efek elektrokinetik muncul karena terjadi gerakan dari lapisan ion yangterdapat
pada lapisan baur relatif terhadap permukaan padat. Dapat dimodelkan bahwa lapisan
Helmholtz adalah lapisan yang diam dan lapisan Gouy adalah lapisan yang bergerak.
Model ini menggambarkan bhawa terdapat suatu lapisan permukaan yang bergerak
yang terdapat pada lapisan baur. Potensial yang tedapat pada permukaan yang bergeser
ini dikenal sebagai potensial elektrokinetik atau potensial zeta
d. Bagaimana mengevaluasi efek dari bahan terkait penanganan setelah sediaan dibuat
Untuk mengetahui sediaan yang mengalami kerusakan maupun sediaa yang stabil
pada umumnya dapat dilakukan berbagai cara baik itu secara instrumental maupun
pengamatan visual. sediaan yang mengalami kerusakan pada umunya terlihat adanya
perubahan fisik berupa perubahan warna, pengendapan, peggumpalan, perubahan bau
dan parameter parameter lain, untuk sediaan disperse koloid kerusakan biasnya
ditandai dengan adanya penggumpalan partikel pada kondisi tertentu juga dapat terjadi
reaksi oksidasi ataupun hidrolisis yang menyeabkan adanya perubahan warna ataupun
aroma. Untuk sediaan-sediaan obat cair lainnya memiliki parameter yang kurang lebih
sama dan juga ada yang berbeda untuk menentukan terjadinya kerusakan
3. Laju Pengendapan
a. Penyebab
Faktor yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel-partikel
suspensi tercakup kecepatan jatuhnya suatu partikel bulat, konstanta gravitasi, jari-jari
partikel, kerapatan partikel bulat, kerapatan cairan, dan viskositas medium dispersi
(Ansel. 2008: 357).
Kestabilan fisik suspensi adalah hambatan utama dalam memformulasikan
suspensi karena sedimentasi yang tinggi (Suena. 2015: 37).
b. Bahan yang perlu ditambahkan, jenis bahan, sifat dan kadar penggunaan.
Dengan mengurangi ukuran partikel dari fase terdispersi, sesorang dapat
mengharapkan laju turun lebih lambat dari partikel tersebut (Ansel. 2008: 357).
Untuk meningkatkaan kestabilan fisik suspensi diperlukan penggunaan
suspending agent. Pemilihan suspending agent didasarkan pada karketristik suspending
agent yaitu dapat meningkatkan kekentalan untuk membentuk suspensi yang ideal,
bersifat kompatibel dengan eksipien lain dan tidak toksik contohnya Pulvis Gummi
Arabici (PGA) dan Carboxymethylcellulosum Natrium (CMC-Na) (Suena. 2015: 37).
c. Mekanisme kerja bahan
Mekanisme kerja Suspending Agent adalah bahan taambahan yang berfungsi
mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas
sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. Mekanisme kerja Suspending Agent
adalah untuk memperbesar kekentalan (Viskositas) (Murtini. 2016: 120).
d. Bagaimana mengevaluasi efek dari bahan terkait penanganan setelah sediaan dibuat
Salah satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang terjadi harus mudah
terdispersi dengan pengocokan yang ringan sehingga perlu dilakukan pengukuran
volume sedimentasi. Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume sedimentasi
akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspensi (V0) sebelum mengendap.
Volume sedimentasi dapat mempunyaai harga dari <1 sampai >1 (Murtini. 2016: 124).
4. Agregasi
a. Penyebab
Sediaan obat yang partikel terdispersinya membentuk agregat (Gumpalan/
Kumpulan) sehingga proses sedimentasinya (pengendapannya) terjadi lebih cepat
(Ratnasari. 2019: 88).
Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya
sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok
partikel sehingga ukurang agregat relatif besar. Cairan supernatan pada sistem
deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat
sekali mengendap dengan ukuran yangbermacam-macam (Ratnasari. 2019: 88)..
b. Bahan yang perlu ditambahkan, jenis bahan, sifat dan kadar penggunaan.
Sediaan obat suspensi flokulasi dapat dikendalikan dengan : Kombinasi ukuran
partikel, Penggunaan Elektrolit untuk pengontrolan, Penambahan Polimer dan
surfaktan yang akan mempengaruhi hubungan/Struktur partikel dalam suspensi,
berdasarkan sifat (Ratnasari. 2019: 88).
c. Bagaimana meknisme kerja bahan dalam menangani
Elektrolit bekerja sebagai zat yang memflokulasi dengan cara mengurangi
tahanan elektrik antara partikel tersebut sehingga terjadi suatu pengurangan zeta
potensial dan pembentukan suatu jembantan antara partikel-partikel yang berdekatan.
Jembatan antar partikel ini menyebabkan ikatan antar partikel tersebut merupakan
suatu struktur yang longgar. Elektrolit yang dapat digunakan antara lain adalah,
KCl,NaCl (Ratnasari. 2019: 87).
Surfaktan telah digunakan untuk menghasilkan flokulasi dari partikel yang
tersuspensi, baik dari jenis nonionik maupun ionik. Surfaktan ionik menyebabkan
flokulasi melalui netralisassi muatan partikel.Struktur yang panjang dari surfaktan
nonionik dapat diadropsi oleh lebih dari satu partikel, sehingga terbentuk struktur
flokulat yang longgar (Ratnasari. 2019: 87).
d. Bagaimana mengevaluasi efek dari bahan terkait penanganan setelah sediaan dibuat
Untuk mengevaluasi efek dari bahan dapat ditentukan dengan menetukan derajat
flokulasi. Derajat flokulasi adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspense
flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi (Voc) (Murtini.
2016: 124).
5. Caking
a. Penyebab
Pengendapan dan agregasi dapat menyebabkan pembentukan caking yang sulit
untuk terdispersi kembali, ini adalah ciri dari sistem deflokulasi, dimana partikel tidak
mudah mengendap tetapi sulit terdispersi kembali (Zamdan, Inna. 2016: 4-5).
Oleh karena itu diperlukan penggunaan suspending agent untuk meningkatkan
kestabilan fisik suspensi Suspensi yang telah dibuat kemudian dievaluasi untuk
mengetahui kestabilan fisik dari suatu sediaan suspensi dalam jangka waktu
penyimpanan 8 minggu (Zamdan, Inna. 2016: 5).
b. Bahan yang perlu ditambahkan, jenis bahan, sifat dan kadar penggunaan.
Serbuk gom Arab adalah hidrokoloid yang mudah larut dalam air. Serbuk gom
Arab dapat meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas (Fatmawati. 2018:
12).
Gom Arab diperoleh dari eksudat tanaman Acasia sp., dapat larut dalam air,
tidak larut dalam alcohol dan bersifat asam. Viskositas optimum musilagonya adalah
antara pH 5-9. Jika ada suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar pH 5-
9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Musilago gom Arab dengan
kadar 35% memiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak
oleh bakteri sehingga dalam suspense harus ditambahkan zat pengawet (Syamsuni.
2006: 139).
c. Bagaimana meknisme kerja bahan dalam menangani
Gom Arab diperoleh dari eksudat tanaman Acasia sp., dapat larut dalam air,
tidak larut dalam alcohol dan bersifat asam. Viskositas optimum musilagonya adalah
antara pH 5-9. Jika ada suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar pH 5-
9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Musilago gom Arab dengan
kadar 35% memiliki kekentalan kira-kira sama dengan gliserin (Syamsuni. 2006: 139).
d. Bagaimana mengevaluasi efek dari bahan terkait penanganan setelah sediaan dibuat
Digunakan cara Suspensi yang baik salah satu cirinya adalah sediaan ini akan
mudah terdispersi kembali setelah dilakukan pengocokan (Flokulasi). Apabila dalam
sediaan suspensi terdapat endapan yang sukar terdispersi kembali bisa jadi karena
sediaan sudah kadaluarsa sehingga suspensi ini sudah tidak layak untuk digunakan.
Sediaan suspensi dapat rusak pula karena penyimpanan yang tidak tepat. Sedangkan
sediaan suspensi yang kurang baik adalah apabila endapan yang terjadi pada suspensi
tersebut tidak mudah terdispersi kembali dengan pengocokan dan membentuk cake
yang liat (Deflokulasi) (Ratnasari. 2019: 89).
DAFTAR PUSTKA
Ansel, Howard. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. UI Press: Jakarta. 2008
Ismail, Isriany. Desain Bentuk Sediaan Farmasi Larutan, Suspensi, dan Emulsi. UINAM Press:
Makassar. 2011.
Lin, C., et al. Electrical Double Layer Effect on Ion Transfer Reaction. University of Oxford:
United Kingdom. 2016.
Murtini, Gloria. Farmasetika Dasar. Kemenkes RI: Jakarta. 2016.

Nagata, Y. and Saul, M. Electrical Double Layer Probed by Surface-Specific Vibrational


Technique. University of California ; USA. 2018.

Ratnasari, Lina. Konsep FlokulasidanDeflokulasi dalamSediaanFarmasi. Majalah Farmasetika,


Vol.4 No.3. Fakultas Farmasi UNPAD: Surabaya. 2019

Suena, Ni Made Dharma Shantini. Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi dengan Kombinasi Suspending
Egent PGA dan CMC/Na. Jurnal Kefarmasian Vol.1. Akfar Saraswati Denpasar: Bali. 2015.
Syamsuni. Ilmu Resep. UGM Press: Yogyakarta. 2006.

Anda mungkin juga menyukai