SURFAKTAN
DOSEN PENGAMPU:
Apt.NABILA S.farm
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepaada Allah SWT atas limpahan rahmat dan Par karunianya telah mengizinkan
penulis untuk menyelesaikan naskah buku ini yang berjudul FARMASI FISIKA I Kalian
pasti sudah mengetahui tentang farmasi, yaitu hal-hal yang berhubungan pokok bahasan
mengenai fisikokimia obat, difusi dan disolusi, stabilitas obat (fungsi dan cara penentuan),
fenomena antarpermukaan dan tegangan permukaan dan antarmuka, sistem dispersi (koloid,
suspensi, emulsi, dispersi padat), serta hubungannya dalam farmasi, mikrometirik.
Semoga makalah kami ini bermanfaat bagi kita semua untuk lebih memahami tentang
mikroorganisme. Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan masukan. Akhir kata, saran dan kritik saya harapkan dalam kesempurnaan
penyusunan buku ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini mungkin
masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang positif dari dosen pengampuh farmasi fisik demi perbaikan kualitas makalah ini
dalam pembahasan berikutnya.
Contents
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULAN...................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
1.2 TUJUAN.....................................................................................................................................4
1.3 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN TEGANGAN PERMUKAAN........................................................................6
2.1.1 Mekanisme Tegangan Permukaan....................................................................................6
2.1.2 Energi Permukaan Dan Tegangan Permukaan................................................................8
2.1.3 Ukuran Tegangan Permukaan...........................................................................................8
2.1.4 Pengukuran Tegangan Permukaan...................................................................................9
2.1.5 Antarmuka Cair-Cair Dan Padat Cair.............................................................................9
2.1.6 Tegangan Muka Dan Adsorbsi........................................................................................10
2.2 PENGERTIAN SURFAKTAN...............................................................................................12
2.2.1 Sifat- Sifat Surfaktan........................................................................................................13
2.2.2 Klasifikasi Surfaktan........................................................................................................13
2.2.3 Mekanisme Surfaktan......................................................................................................18
2.2.4 Struktur Pembentuk Dan Pembuatan Surfaktan...........................................................19
2.2.5 Pengaplikasian Surfaktan................................................................................................22
BAB III...............................................................................................................................................24
PENUTUP..........................................................................................................................................24
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULAN
1.1 LATAR BELAKANG
Surfaktan (surface active agent) atau zat aktif permukaan adalah senyawa kimia yang
terdapat pada konsentrasi rendah dalam suatu sistem, mempunyai sifat teradsorpsi pada
permukaan antarmuka pada sistem tersebut. Energi bebas permukaan-antarmuka adalah
kerja minimum yang diperlukan untuk merubah luas permukaan-antarmuka.
Salah satu surfaktan yang menjadi pilihan untuk digunakan adalah amida asam lemak,
dimana jenis surfaktan ini memiliki struktur yang baik sebagai emolien dan lubrikan,
memiliki kemampuan untuk menstabilkan sediaan-sediaan emulsi, serta memiliki tingkat
reaktifitas yang rendah.
1.2 TUJUAN
1.Memahami dan menjelaskan konsep tegangan antarmuka
2.Memahami dan menjelaskan adsorpsi antar muka cairan Memahami dan menjelaskan
konsep surfaktan
3.Memahami dan menjelaskan HLB (Hidrophilic Liophilic Balance) Memahami dan
menjelaskan aplikasi surfaktan pada sediaan farmasi
1.3 RUMUSAN MASALAH
1. Pengantar Tegangan Antarmuka dan Tegangan Permukaan
2. Perhitungan Tegangan Antarmuka dan Energi Bebas Permukaan
3. Adsorpsi Antar Muka Cairan
4. Definisi Surfaktan
5. Penggolongan Surfaktan
6 Struktur Pembentuk dan Pembuatan Surfaktan
7. Cara Kerja Surfaktan dalam Menurunkan Tegangan Muka Cairan 8 Sistem HLB
(Hidrofilik-Lipofilik Balance) Perhitungan HLB campuran
9. Sifat Larutan Yang Mengandung Surfaktan 10 Aplikasi Surfaktan
BAB II
PEMBAHASAN
PENGGOLONGAN ANTARMUKA
adalah sudut kontak, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan
dinding. Sudut kontak ini timbul akibat tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan
gaya tark menarik antara molekul zat yang berbeda (adesi). 1Molekul biasanya saling tarik-
menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul cairan dikelilingi oleh molekul-molekul
cairan di samping dan di bawah. Di bagian atas tidak ada molekul cairan lainnya karena
molekul cairan tarik-menarik satu dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total yang
besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam caian. Sebaliknya molekul cairan
yang terletak di permukaan di tarik oleh molekul cairan yang berada di samping dan
bawahnya. Akibatnya, pada permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah
karena adanya gaya total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan
cenderung memperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang
menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput elastis yang
tipis. gaya
Istilah permukaan biasanya dipakai bila membicarakan suatu antarmuka gas/cair. Walaupun
istilah ini akan dipakai dalam penentuan tegangan permukaan. Karena setiap artikel zat,
apabila itu bakteri, sel, koloid, granul atau manusia, mempunyai suatu antarmuka pada batas
sekelilingnya, maka pada topik ini memang penting. Tegangan permukaan adalah gaya
persatuan panjang yang terdapat antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur, sedangkan
tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang bias juga digambarkan dengan suatu
rangka kawat tiga sisi dimana suatu bidang datar bergerak diletakkan2
Molekul-molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyal gugus polar dan non polar.
Bila suatu zat surfaktan didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah, maka
molekul-molekul surfaktan akan terabsorbsi pada permukaan membentuk suatu lapisan
monomolekuler. Bagian gugus polar akan mengarah ke udara. Hal ini mengakibatkan
turunnya tegangan permukaan air. Pada konsentrasi yang lebih tinggi nolekul-molekul
surfaktan masuk ke dalam air membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi
pada
1
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Ul
Press.
2
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika Edisi I. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
saat misel ini mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK). Pada saat KMK ini
dicapai maka tegangan permukaan zat cair tidak banyak lagi dipengaruhi oleh perubahan
konsentrasi misel kritik suatu surfaktan dapat ditentukan dengan metode tegangan permukaan
Misalnya suatu kubik (kubus) dengan rusuk sepanjang a: bíla suatu molekul berdiameter
−10
10 m , maka ada 10−10 a molekul yang dapat menempati satu rusuk. Jumlah molekul dalam
kubus = (1010 a ¿ ¿3= 1030a³ jumlah molekul pada tiap sisi = 6( 6 ¿ ¿ = 6.1020 a². Sehingga fraksi
20 2
6.10 a 6 −10 −1
molekul dipermukaan = 30 3
= 10 =6.10 a
10 a 10 a
Bila a = 1 meter, maka hanya ada 6 molekul untuk setiap 1010 molekul keseluruhan. Sehingga
permukaan
untuk nisbah sangat kecil, maka pengaruh permukaan dapat diabaikan. sedang
volume
bila nisbah permukaan/volume cukup besar maka pengaruh permukaan cukup signifikan.
Misalkan energi permukaan memberikan kontribusi sebesar 1% dari total energi.
perhatikan gambar, bila cincin pada cairan ditarik keluar maka pada saat tepat cincin akan
lepas, besarnya gaya yang menarik cincin sama dengan besarnya tegangan permukaan cairan
yang melawan pertambahan luas akibat tarikan pada cincin, yaitu F=2(2πR)* y
Angka 2 menunjukan bahwa cairan tersentuh pada bagian luar maupun bagian dalam
cincin. Kadang-kadang diperluukan factor koreksi, karena memperhitungkanbentuk
cairan yang ditarik sehingga F=2(2πR) f.y
f=faktor koreksi
Cairan yang akan diukur diletakan dalam suatu alat yang di dalamnya terdapat bagian
berupa kapiler, sehingga dengan mengatur jumlah cairan, waktu untuk pembentukan
tetesan dapat diatur. Pada saat cairan menetes, gaya-gaya yang bekerja adalah:
2 πRy RY = mg
m = massa tetesan
g=percepatan grafitasi
Bila didinginkan hasil yang akurat, maka tetesan harus terbentuk selambat mungkin,
namun faktor koreksi tetap diperlukan.
dG=-SdT+Vdt+ydA=∑ μi dni
i
'surface excess' adalah sebagai berikut: pandang suatu kolom dengan penampang lintang
area yang tetap, A. Konsentrasi molar Spesies i = c i adalah fungsi dari z (tinggi kolom)
antar muka kira-kira z o Untuk menghitung jumlah mol spesies I dalam sistem, sebagai
berikut:
z
n
i=¿ ∫ Ci ¿ Adz = A ∫ Ci dz
z
0
0
tampak bahwa nilai г I bergantung pada posisi yang dipilih untuk acuannya; z 0. Bila z 0
digeser ke kiri, г I akan bernilai positif; dan sebaliknya. Bila z 0 ditetapkan sedemikian
hingga surface excess salah satu komponen = 0, komponen ini biasanya dipilih untuk
pelarut dan diberi tanda 1, sehingga г I = 0.
Untuk sistem 2 komponen; persamaan (28) adalah:
-dy = г 2 d μ2(dengan г I = 0)
Bentuk ini dinamakan Isoterm Adsorpsi Gibbs. Jika tegangan muka berkurang dengan
bertambahnya konsentrsi solut, maka г 2adalah positif, berarti terdapat kelebihan solute
pada antarmuka. Demikian sebaliknya, bila tegangan muka membesar dengan
bertambahnya C 2 maka г 2adalah negatif.
Jika suatu butiran padatan diaduk ke dalam larutan berwarna, tampak bahwa kedalaman
warna dalam larutan sangat berkurang. Bila butiran padatan tersebut dihamburkan
kedalam gas bertekanan rendah, warna maupun gas di adsorpsi ke permukaan. Seberapa
besar efeknya, bergantung pada suhu, perilaku adsorbat dan juga perilaku dan kondisi dari
adsorben demikian konsentrasi warna atau tekanan gas. Isoterm Freundlich adalah satu
dari beberapa persamaan awal yang diusulkan untuk menghubungkan jumlah bahan
teradsorpsi terhadap konsentrasi bahan dalam larutan.
1
= k.C
n
= massa zat teradsorbsi persatuan masa adsorben
C= konsentrasi
k dan n adalah tetapan
Dengan mengukur m sebagai fungsi C dan mengeplot log m versus log C, nilai k dan n
dapat ditentukan dari slope dan intersep. Isotherm Freundlich tidak sesuai jika konsentrasi
adsorbat sangat tinggi.
Proses adsorpsi dapat dijelaskan dengan suatu persamaan kimia, jika adsorbenya gas,
maka persamaan kesetimbangannya:
A( g ) + ↔ AS
A adalah adsorbet gas Sadalah situs kosong di permukaan, dan AS mempresentasikan
suatu molekul teradsorpsi atau situs dipermukaan yang terisi. Konstanta
kesetimbangannya:
X AS
K=
XsP
X AS = fraksi mol dari situs terisi di permukaan
X S = fraksi mol dari situs kosong di permukaan
p=¿ tekanan gas
Notasi umum yang sering di pakai θ :
X s = (1- θ ) sehingga :
K.P
K . P=
1−θ
Selain itu surfaktan akan terserap ke dalam permukaan partikel minyak atau air
sebagai penghalang yang akan mengurangi atau menghambat penggabungan (coalescence)
daripartikel yang terdispensi.4Karakteristik utama surfaktan adalah pada aktivitas
permukaannya. Surfaktan mampu meningkatkan kemampuan menurunkan tegangan
permukaan dan antarmuka suatu cairan, meningkatkan kemampuan pembentukan emulsi
minyak dalam air, mengubah kecepatan agregasi partikel terdispersi yaitu dengan
menghambat dan mereduksi flokulasi dan penggabungan (coalescence) partikel yang
terdispersi, schingga kestabilan partikel yang terispersi makin meningkat. Surfaktan mampu
mempertahankan gelembung atau busa yang terbentuk lebih lama. Sebagai perbandingan
gelemiung arau busa yang terbentuK pada air yang dikocok hanya betabungarapa detik.
Namun dengan menambalkan surfaktan maka eminenau busa tersebut bertahan lebih lama.
4
Rieger, M. M. 1985. Surfactant in Cosmetics: Surfactant Science Series,
Marcel Dekker, Inc. New York.
Surfaktan merupakan menjadi bahan uama paling penting pada sistem pembersih, sehingga
menjadi bahan utama pada deterjen.
2. Surfaktan kationik
Surfaktan ini memecah dalam media air, dengan bagian kepala bertindak sebagai pembawa
sifat aktif permukaan. Surfaktan jenis ini memiliki kepala yang bermuatan positif di dalam
air. Terdapat 3 kategori surfaktan kationik jika didasarkan pada spesifikasi aplikasinya,
yakni:
b. Pada laundri deterjen, surfaktan kationik (muatan positif) meningkatkan packing molekul
surfaktan anionik (muat negatif) pada antarmuka air, Contoh surfaktan ini adalah surfaktan
dari sistem mono alkil kuartener.
c. Pada pembersih rumah dan kamar mandi, surfaktan kationik sebagai agen disinfektan
3. Surfaktan nonionik
4. Surfaktan amfoter/zwiterionik
Yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyal muatan positif dan negatif. la dapat
berupa anionik, kationik atau ninionik dalam suatu larutan tergantung pada pH air yang
digunakan.
Surfaktan ini bisa terdiri dari dua gugus muatan dengan tanda yang berbeda. Contohnya
surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
5. Surfaktan alkanolamida
Amida adalah turunan asam karboksilat yang paling tidak reaktif, karena itu golongan
senyawa ini banyak terdapat di alam.
Amida yang terpenting adalah protein. Amida dapat bereaksi dengan asam dan reaksi ini
tidak membentuk garam karena amida merupakan basa yang sangat lemah. Selain itu
senyawa amida merupakan nukleofilik yang lemah dan bereaksi sangat lambat dengan
alkil halida. Amida asam lemak pada industri oleokimia dapat dibuat dengan mereaksikan
amina dengan trigliserida, asam lemak atau metil ester asam lemak. Senyawa amina yang
digunakan dalam reaksi amidasi sangat bervariasi seperti etanolamina dan dietanolamina,
yang dibuat dengan mereaksikan amonia dengan etilen oksida. Alkanolamina seperti
etanolamina, jika direaksikan dengan asam lemak akan membentuk suatu alkanolamida
dan melepaskan air. Alkanolamida merupakan kelompok surfaktan nonionik yang
berkembang dengan pesat.
Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu surfaktan yang larut
dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air.
a. Surfaktan yang larut dalam minyak
Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai panjang,
senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.
b. Surfaktan yang larut dalam pelarut air
Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat
pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat
yang termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan anion yang bermuatan negatif,
surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan,
dan surfaktan amfoter yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan
hidrogen pada permukaan. Hal ini dilakukan dengan menaruh kepala-kepala hidrofiliknya
pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air.
Sabun dapat membentuk misel (micelles), suatu molekul sabun mengandung suatu rantai
hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul sabun bersifat
hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar, sedangkan Ujung ion bersifat hidrofilik dan
larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara
keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air, tetapi dengan mudah alkan tersuspensi
di dalam air. Salah satu contoh surfaktan yaitu biosurfaktan. Biosurfaktan adalah
surfakatan biodegrdable, dapat di golongkan menjadi dua di dasarkan kepada sumber
bahan baku yang di gunakan. Golongan pertama adalah surfaktan yang di hasilakan dari
metabolisme sela mikroorgaisme. Golongan dua di dapatkan dari bahan alam melali
proses kimia sebagai contoh MES (metil ester sulfonat) dan ester karbohiodarat.
Mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk melakukan metabolisme dan
menghasilkan produk metabolit sekunder.
Metabolit sekunder merupakan produk yang tidak berhubungan langsung pada proses
perkembangan biakansel. Mikroorganisme yang di tumbukan pada substrat yang bersifat
hidrofilik seperti hidrikarbon, akan membangkitkan sistem metabolisme sel untuk
menghasilakan suatu zat yang dapat menguraikan hidrokarbon
atau merubahnya menjadi komponen lain sehingga dapat masuk ke dalam sel melalui
dinding sel, dengan cara mengatur jalur metabolisme melalui pembentukan enzim tertentu
yang dapat mengkatalis reaksi pembentukan metabolit yang bersifat ampifilik, sehingga
perkembangan biakan sel dapat berlangsung. Kemampuan sel untuk mengahsilan
metabolit sekunder ini di manfaatkan oleh kita untuk menghasikan produk yang di
inginkan sebagai contoh adalah surfaktan.
6. Biosurfaktan dari mikroorganisme
Mikroorganisme melakukan metabolisme dan menghasilkan produk intra dan ekstra
seller. Produk intra seller digunakan Oleh sel untuk tumbuh dan berkembang biak
memperbanyak sel.
Produk ekstra seller adalah spesifik untuk setiap spesies atau strain mikroorganisme.
Produk ekstra seller merupakan suatu zat yang digunakan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup sel.
Dua senyawa biosurfaktan telah diketahui yaitu senyawa gabungan
peptide dan lipida yang disebut lipopeptida dan Rhamnolipida.
Rhamnolipida adalah senyawa gabungan karbohidrat dan lipida.
Lipopeptida adalah gabungan molekul lipida (minyak atau lemak) yang bergandengan
dengan peptide (protein). Beberapa lipopeptida telah digunakan sebagai antibiotik, anti
jamur dan bioaktif hemolitik. Contoh lipopeptida adalah Surfactin. Surfactin adalah
surfaktan yang sangat kuat digunakan sebagai antibiotik.
Lebih jauh lipopeptida dan Rhamnolipida merupakan antibiotik yang dihasilkan oleh
bakteri gram positif pembentuk endospora seperti bakteri Bacillus subtilis.
Selain bersifat antibiotik, surfaktin juga bersifat anti jamur, anti mikoplasma dan
mempunyai aktifitas hemolitik. Struktur surfactin terdiri dari rantai peptide disusun oleh
tujuh macam asam amino L-asam aspartat, L-leucine, asam glutamate, L-Leucine, L-valin
dan dua D-Leucines). Peptida bersifat hidropilik.
Gugus hidropobik dalam surfaktin adalah rantai alkil dari asam lemak yang
mempunyai 13 atom karbon. Surfaktin sama dengaN surfaktan lain dapat menurunkan
tegangan permukaan air dari 72 mN/m sampai dengan 27 mN/m pada konsentrasi
surfaktin 20 uM.
Contoh lain biosurfaktan adalah Daptomicin. Daptomicin juga masuk dalam golongan
surfaktan lipopeptida dan juga bersifat sebagai antibiotik yang mampu membunuh
mikroorganisme gram positif. Mikroorganisme penghasil Daptomicin adalah
mikroorganisme dalam tanah yaitu Sterptomyces roseorporus.
Daptomicin sudah diproduksi secara komersial oleh Cubist Phamaceutical dengan nama
dagang Cubicin. Struktur kimia Daptomisin dapat dilihat pada Gambar 4. Dengan rumus
molekul Daptomicin adalah (C72H101N17025) dengan berat molekul 1619,7086
gram/mol.
Potensi Rhamnolipid sebagai surfaktan sangat menjanjikan karena surfaktan ini masuk ke
dalam surfaktan untuk kosmetik sebagai moisturizer, shampoo dan sebagai bahan aditif
pelumas.
Rhamnolipid juga bersifat anti bakteri, juga dapat digunakan dalam pengolahan limbah
minyak bumi dalam proses bioremediast Rhamnolipid mempunyai kemampuan
mendegradasi hidrokarbon dan minyak nabati. Rhamnolipid juga sebagai sumber
Rhamnose adalah gula monosakarida yang mempunyai nilai ekonom tinggi. Jenis
biosurfaktan lainnya dari produk metabolisme mikroorganisme adalah Sophorolipids dan
Mannose-erythritol lipids.
Cara kerja dari surfaktan sangatlah unik karena bagian yang hidrofilik akan masuk
kedalam larutan yang polar dan bagian yang hirdrofilik akan masuk kedalam bagian yang
non polar sehingga surfaktan dapat menggabungkan (walaupun sebenarnya tidak
bergabung) kedua senyawa yang seharusnya tidak dapat bergabung tersebut. Namun
semua tergantung pada komposisi dari komposisi dari surfaktan tersebut. Jika bagian
hidrofilik lebih dominan dari hidrofobik maka ia akan melarut kedalam air, sedangkan
jika ia lebih banyak bagian hidrofobiknya maka ia akan melarut dalam lemak dan
keduanya tidak dapat berfungsi sebagai surfaktan. Bagian liofilik molekul surfaktan
adalah bagian nonpolar, biasanya terdiri dari persenyawaan hidrokarbon aromatik atau
kombinasinya, baik jenuh maupun tidak
jenuh. Bagian hidrofilik merupakan bagian polar dari molekul, seperti gugusan sulfonat,
karboksilat, ammonium kuartener, hidroksil, amina bebas, eter, ester, amida.Biasanya,
perbandingan bagian hidrofilik dan liofilik dapat diberi angka yang disebutkeseimbangan
Hidrofilik dan Liofilik yang disingkat KHL, dari surfaktan.
Pada aplikasinya sebagai bahan pembersih untuk material kain, tanah dan sejenisnya,
surfaktan dapat bekerja melalui tiga cara yang berbeda, yakni roll up, emulsifikasi dan
solubilisasi. Penjabarannya adalah sebagai beriku:
1. Roll up. Pada mekanisme roll up ini, surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan
antarmuka antara minyak dengan kain atau material lain yang terjadi dalam larutan berair.
Tegangan antarmuka dan
2. Emulsifikasi. Pada menurunkan mekanisme emulfikasi ini surfaktan minyak-larutan
menyebabkan proses emulsifikasi terjadi.
3. Solubilisasi. Melalui interaksi dengan misel dari surfaktan dalam air (pelarut), senyawa
secara simultan terlarut dan membentuk larutan yang stabil dan jernih.
Surfaktan (surfactant = surface active agent) adalah zat seperti detergen yang
ditambahkan pada cairan utuk meningkatkan sifat penyebaran atau pembasahan dengan
menurunkan tegangan permukaan caira khususnya air, Sufaktan mempunyai struktur
molekul yang terdiri dari gugus hydrophobic dan hydrophilic. Gugus hydrophobic
merupakan gugus yang sedikit tertarik/ menolak air sedangkan gugus hydrophilic tertarik
kuat pada molekul air Sturktur ini disebut juga dengan struktur amphipatic. Adanya dua
gugus ini menyebabkan penurunan tegangan muka dipermukaan cairan. Gugus hidrofilik
pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air, sedangkan gugus
lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan
minyak. Di dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya.
Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan
diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan
permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.
Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekul
molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan
air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar dan menjadi fase kontinu.
Kegunaan emulgator di tinjau dari harga HLB nya adalah seperti pada table di bawah ini
Harga HLB
5
Rieger, M. M. 1985. Surfactant in Cosmetics: Surfactant Science Series,
Marcel Dekker, Inc. New York.
Tembus cahaya sampai 10-12 detergent
jernih
Sangat larut 13-18 Pengemulsi w/o
Terdapat dua jenis utama emulsi pada sistem HLB, yakni minyak dalam air (0/W) dan
air dalam minyak (W/O). Fasa O/W merupakan fasa kontinyu. Bancroft mempostulatkan
jika terdapat campuran antara dua fasa dengan keberadaan surfaktan, maka pengemulsi
membentuk fasa ketiga sebagai film pada antarmuka di antara dua fasa yang bercampur
bersama. Pada proses emulsifikasi dengan menggunakan kombinasi beberapa pengemulsi
maka hilai HLB dihitung menggunakan persamaan
Gugus nonpolar dari emulsifier akan mengikat minyak (partikel minyak dikelilingi)
sedangkan air akan terikat kuat oleh gugus polar emulsifier tersebut. Bagian polar
kemudian akan terionisasi menjadi bermuatan negatif, hal ini menyebabkan minyak juga
menjadi bermuatan negatif. Partikel minyak kemudian akan tolak-menolak sehingga dua
zat yang pada awalnya tidak dapat larut tersebut kemudian menjadi stabil. Emulsifier
yang lebih larut dalam air (dan sebaliknya, kurang larut dalam minyak) umumnya akan
membentuk emulsi minyak-dalam-air, sementara emulsifier yang lebih larut dalam
minyak akan membentuk emulsi air-dalam-minyak.
Nilai HLB dari suatu emulsifier dapat digunakan untuk memprediksi dan membentuk
sistem emulsi minyak dalam air (m/a) atau air dalam minyak (a/m). Emulsifier dengan
nilai HLB dibawah 8 umumnya untuk menstabilkan emulsi a/m sedangkan nilai HLB
antara 8 sampai 18 untuk menstabilkan emulsi m/a. Untuk menyeimbangkan dan
memperbaiki stabilitasnya, dapat digunakan dua emulsifier dengan perbandingan
konsentrasi berdasarkan nilai HLB-nya. Nilai HLB campuran kedua emulsifier
dinyatakan sebagai HLB butuh untuk mendapatkan sistem emulsi yang stabil.
Surfaktan memiliki gugus hidrofilik (biasa disebut bagian kepala, dan yang
suka air) dan hidrofobik (yang disebut bagian ekor, yang tidak suka air). Sifat
surfaktan inilah, sehingga surfaktan dapat digunakan sebagai bahan penggumpal,
pembusaan, dan emusifier oleh industri farmasi, kosmetik, kimia, pertanian dan
pangan serta industri produk perawatan diri (personal care product). Perkembangan
industri kosmetik, detergen, produk-produk perawatan diri (personal care) semakin
meningkat. Dimana meningkatnya produk-produk tersebut mengakibatkan kebutuhan
bahan aktif seperti surfaktan meningkat pula.
Detergen berasal dari bahasa latin yaitu detergere yang berarti membersihkan.
Detergen merupakan penyempurnaan dari produk sabun. Detergen sering disebut
dengan istilah detergen sintetis yang mana detergen berasal dari bahan-bahan turunan
minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, detergen mempunyai
daya cuci yang lebih baik serta tidak berpengaruh terhadap kesadahan air.
6
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Kebutuhan detergen meningkat dengan adanya dua kelemahan sabun.
Pertaman, sabun merupakan garam dari asam lemah, arutannya agak basa karena
adanya hidrolisis parsial. Masaah kedua ialah bahwa sabun biasa membentuk garam
dalam air sadah yang mengandung kation logam-logam tertentu seperti Ca, Mg, Fe,
dan kation-kation tersebut menyebabkan garam-garam natrium atau kalium dari asam
karboksilat yang semula larut menjadi garam-garam karboksilat yang tidak
larutmengakibatkan warna cokelat pada pakaian. Masalah sabun dapat dapat
dikurangi dengan menciptakan detergen.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tegangan permukaan adalah gaya per satuan panjang yang diberikan sejajar dengan
permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Tegangan permukaaan mempunyai
satuan dyne dalam cgs.a Tegangan antarmuka adalah gaya per satuan panjang yang
terdapat pada antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur, mempunyai satuan dyne/cm.
Tegangan antarmuka selalu lebih kecil dari pada tegangan permukaan karena gaya
adhesive dua fase cair yang membentuk suatu antarmuka adalah lebih besar daripada bila
suatu fase cair dan suatu fase gas berada bersama-sama. Jadi, bila cairan bercampur
dengan sempurna, tidak ada tegangan antarmuka yang terjadi.
Surfaktan (surface active agent) merupakan molekul-molekul yang
mengandung gugus hidrofilik (suka air) dan gugus lipofilik (suka minyak/lemak) pada
molekul yang sama. Sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air
dan minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh
karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan yang suka akan air (hidrofilik)
merupakan bagian polar dan molekul yang suka akan minyak/lemak (lipofilik)
merupakan bagian non polar.Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif,
negatif atau netral.
DAFTAR PUSTAKA
Swasono, A.W.P., Sianturi, P.D.E. dan Masyithah, Z., 2012. Sintesis Surfaktan Alkil
Poliglikosida dari Glukosa dan Dodekanol dengan Katalis Asam. Jurnal Teknik Kimia USU,
1, 1, 5-9.
Rieger, M. M. 1985. Surfactant in Cosmetics: Surfactant Science Series, Marcel Dekker, Inc.
New York.
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika Edisi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
gervajio, G. G., 2005. Fatty acids and derivatives from coconut oil. in: Bailey's Industrial Oil
and fat products, sixth edition, John wiley & Sons, Inc.
Gennaro, A.R., 1990. Remingtons Pharmaceuticals Sciences, 18th ed., Mack Publ. Co,
Easton.