Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMASI FISIKA

“FENOMENA ANTARMUKA”

OLEH:

NAMA : ASRY DEDE SA’U

NIM : 164111002

KELAS : FARMASI A

SEMESTER : IV (Empat)

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG
2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “FENOMENA
ANTARMUKA”
Dalam makalah ini saya menjelaskan mengenai pengertian secara umum. Adapun
tujuan saya menulis makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dari dosen yang membimbing
saya dalam mata kuliah Farmasi Fisika. Di sisi lain, saya menulis makalah ini untuk
mengetahui lebih rinci mengenai Fenomena Antarmuka atau biasa disebut Fenomena
Permukaan.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya
mengharapkan kritik dan saran para pembaca demi kesempurnaan makalah saya untuk
kedepannya.

Kupang, July 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
C. Tujuan ................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Antarmuka ......................................................................................... 5
1. Perhitungan Tegangan Antarmuka .................................................................... 6
2. Metode Pengukuran Tegangan Antarmuka ....................................................... 7
B. Adsorbsi pada Antarmuka Ciran ........................................................................ 8
1. Bahan Aktif Permukaan .................................................................................... 9
2. Penggolongan Sifat Hidrofilik-Lipofilik Balence ............................................. 9
3. Jenis lapisan Tunggal pada Permukaan Cairan ................................................. 10
C. Adsorbsi pada Antarmuka Padatan .................................................................... 13
1. Antarmuka Padatan-Gas ................................................................................... 13
2. Antarmuka Padatan-Cairan ............................................................................. 14
D. Pemakaian Bahan Aktif Permukaan ................................................................. 15
1. Busa dan Bahan Antibusa ................................................................................ 15
2. Surfaktan Paru .................................................................................................. 15
E. Sifat-Sifat Elektrik Antarmuka ........................................................................... 16
1. Lapisan Rangkap Elekrtik ................................................................................ 16
2. Potensian Nernst dan Potensial Zeta ................................................................ 18
3. Efek Elektrolit .................................................................................................. 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 18
B. Saran ...................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tegangan permukaan cairan banyak
dimanfaatkan dalam hubungannya dengan kemampuan cairan tersebut membasahi
benda. Detergen sintesis modern misalnya, didesain untuk meningkatkan kemampuan
air membasahi kotoran yang melekat pada pakaian yaitu dengan menurunkan
tegangan permukaan sehingga hasil bersih. Demikian pula alkohol dan jenis obat
antiseptik lainnya, selain dibuat agar memiliki daya bunuh kuman yang baik juga
memiliki tegangan permukaan rendah agar membasahi seluruh permukaan luka.
Tegangan antarmuka ini dalam farmasi adalah faktor yang memengaruhi adsorbsi
obat dalam bentuk sediaan padat, penetrasi molekul melalui membrane biologi,
penting pada sediaan emulsi dan stabilitasnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut dengan Fenomena Permukaan?
2. Apa itu adsorbsi pada permukaan cairan?
3. Apa itu adsorbs pada permukaan padatan?
4. Bagaimana pemakaian bahan aktif pada permukaan?
5. Apa saja sifat-sifat elekrik antarmuka?
C. Tujuan
1. Dapat memahami apa itu Fenomena Permukaan
2. Dapat memahami adsorbsi pada permukaan cairan
3. Dapat memahami adsorbsi pada permukaan padatan
4. Memahami pemakaian bahan aktif pada permukaan
5. Mengetahui dan memahami sifat-sifat elektrik antarmuka

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FENOMENA PERMUKAAN


Dalam bidang Farmasi, dikenal sediaan emulsi. Dimana emulsi merupakan
sediaan hasil campuran antara minyak dan air. Padahal diketahui bahwa minyak dan
air tidak dapat saling bercampur. Hal ini disebabkan karena adanya tegangan
antarmuka di antara kedua jenis zat ini. Sebuah bahan yang disebut surfaktan, bekerja
dengan cara menurunkan tegangan antarmuka kedua zat, mengakibatkan globul air
dan globul minyak dapat bersatu membentuk sebuah emulsi.
Fenomena antarmuka dalam farmasi dan kedokteran adalah faktor-faktor yang
berarti mempengaruhi adsorbsi obat pada bahan pembantu padat dalam bentuk
sediaan, penetrasi (penembusan) molekul melalui membran biologis, pembentukan
dan kestabilan emulsi, dan dispersi dari partikel yang tidak larut dalam media cair
untuk membentuk suspensi.
Mengapa nyamuk dapat berdiri dipermukaan air? Fenomena alam seperti
inilah yang disebabkan oleh adanya tegangan antarmuka. Bila fase-fase berada
bersama-sama, batas antara keduanya disebut suatu ANTARMUKA. Diantara
permukaan kedua fase terdapat sebuah gaya. Gaya ini lah yang disebut sebagai
Tegangan Antarmuka. Berdasarkan gambaran di atas maka tegangan antarmuka
adalah gaya per satuan panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase cairan yang
tidak dapat tercampur.

Selain istilah tegangan antarmuka dikenal pula istilah Tegangan Permukaan.


Tegangan permukaan terjadi karena adanya gaya kohesi yaitu gaya tarik-menarik
antar partikel sejenis. Telah diketahui bahwa ada tiga fase benda yaitu fase cair, fase
padat, dan fase gas. Berdasarkan penggabungan ketiga fase tersebut maka dapat
digolongan jenis antarmuka yang terjadi diantara ketiga fase tersebut.

5
Tabel 1. Penggolongan Antarmuka
FASA TIPE DAN CONTOH ANTARMUKA
Gas/gas Tidak ada kemungkinan ada antarmuka
Gas/cairan Permukaan cairan, air yang berada di atmosfer
Gas/padatan Permukaan padat, bagian atas meja
Cairan/cairan Antarmuka cairan-cairan, emulsi
Cairan/padatan Antarmuka cairan padat, suspense
Padatan/padatan Antarmuka padatan-padatan, partikel-partikel serbuk yang
sering mendekat.

1. Perhitungan Tegangan Antarmuka

Tegangan permukaan adalah gaya per satuan panjang yang diberikan sejajar
dengan permukaan untuk mengimbangi tarikan ke dalam. Tegangan permukaaan
mempunyai satuan dyne dalam cgs. Tegangan antarmuka adalah gaya per satuan
panjang yang terdapat pada antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur,
mempunyai satuan dyne/cm. Tegangan antarmuka selalu lebih kecil dari pada
tegangan permukaan karena gaya adhesive dua fase cair yang membentuk suatu
antarmuka adalah lebih besar daripada bila suatu fase cair dan suatu fase gas berada
bersama-sama. Jadi, bila cairan bercampur dengan sempurna, tidak ada tegangan
antarmuka yang terjadi.

Secara matematis, besar tegangan permukaan untuk benda yang memiliki satu
permukaan dan dua permukaan dapat ditulis dalam persamaan berikut.

Benda yang memilliki 1 permukaan Benda yang memiliki 2 permukaan


𝐹 𝐹
γ= γ=
𝐿 2𝑙

Dengan: Dengan:
γ = tegangan permukaan (N/m)
γ = tegangan permukaan (N/m)
F = gaya permukaan (N)
F = gaya permukaan (N)
L = panjang permukaan benda (m)
l = panjang kawat (m)

6
2. Metode Pengukuran tegangan Antarmuka

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengukur tegangan


permukaan dan tegangan antarmuka, diantaranya adalah metode kenaikan kapiler
dan metode Du Nouy. Perlu dicatat bahwa pemilihan suatu metode tertentu
bergantung pada apakah tegangan permukaan atau tegangan antarmuka yang akan
ditentukan, ketepatan dan kemudahan yang akan diinginkan, ukuran sampel yang
tersedia, dan apakah efek waktu pada tegangan permukaan akan diteliti atau tidak.

a. Metode kenaikan kapiler


Digunakan untuk mengukur tegangan permukaan. Prinsip: Bila suatu
kapiler dimasukkan dalam labu berisi zat cair maka pada umumnya zat cair akan
naik di dalam tabung sampai jarak tertentu. Dengan mengukur kenaikan ini,
tegangan muka dapat ditentukan karena diimbangi oleh gaya gravitasi ke bawah
dan bobot dari cairan tersebut.

1
γ= 𝑟ℎ𝑝𝑔
2

b. Metode Du Nouy
Tensiometer DuNouy, dipakai untuk mengukur tegangan permukaan dan
tegangan antarmuka. Prinsip kerjanya adalah gaya yang diperlukan untuk
melepaskan suatu cincin platina-iridium yang dicelupkan pada permukaan atau
antarmuka adalah sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan
antarmuka. Gaya yang diperlukan tersebut dalam satuan dyne.

𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑐𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑦𝑛𝑒


γ= 𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖
2 𝑥 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑖𝑛𝑐𝑖𝑛

Alat tersebut sebenarnya mengukur bobot dari cairan yang dikeluarkan


dari bidang antarmuka tepat sebelum cincin tersebut menjadi lepas.

B. Adsorbsi Pada Antarmuka Cairan


Molekul-molekul dan ion-ion tertentu apabila terdispersi dalam cairan akan
bergerak dengan sendirinya ke arah antarmuka masing-masing fase. Hal ini disebut
sebagai adsorpsi. Selain kata adsorbsi, dikenal juga istikan absorpsi. Adsorpsi adalah
hanya terdispersi di permukaan fase saja, contohnya cat yang ada di permukaan
tembok, sedangkan absorpsi adalah zat menembus ke dalam ruang-ruang kapiler dari

7
zat pengabsorpsi, misalnya peresapan air oleh busa (sponge). Molekul dan ion yang
diadsorpsi pada antarmuka dinamakan zat aktif permukaan (surfaktan) atau amfifil.
Sebagai contoh alkohol-alkohol rantai lurus, amina-amina dan asamasam. Surfaktan
adalah salah satu bahan penolong untuk membuat emulsi, berfungsi untuk
menstabilkan zat atau bahan aktif terlarut dalam air atau minyak yang
diemulsikan.Bahan aktif permukaan terdiri dari bagian lifofilik (rantai alkil) dan
bagian hidrofilik (grup karboksil dan karboksilat).

1. Bahan Aktif Permukaan


Sifat amfifilik yang dimiliki bahan aktif permukaan yang menyebabkan bahan
ini diabsorbsi pada antarmuka, baik pada antar muka cair-gas maupun antarmuka
cair-cair. Jadi, pada suatu dispersi amil alkohol dalam air, gugus alkohol yang
polar dapat bergabung dengan molekul-molekul air. Akan tetapi bagian non polar
ditolak karena gaya adhesif yang terjadi antar amil alkohol dan air lebih kecil
dibanding dengan gaya kohesif antara molekul-molekul air yang berdekatan.
Akibatnya senyawa amfifil tersebut diabsorbsi pada antarmuka. Bila terlalu
hidrofilik, molekul tersebut akan tetap berada didalam badan fase air dan tidak
menunjukan efek pada antarmuka. Demikian juga, bila terlalu lipofilik, molekul
tersebut akan larut sempurna dalam fase minyak dan hanya sedikit yang muncul
pada antarmuka.
2. Penggolongan sistem Hidrofilik-Lipofilik Balance (HLB)
Nilai HLB suatu emulsifier adalah angka yang menunjukkan ukuran
keseimbangan dan regangan gugus hidrofilik (menyukai air atau polar) dan gugus
lipofilik (menyukai minyak atau non-polar), yang merupakan sistem dua fase
yang diemulsikan. Sistem HLB adalah metode untuk menentukan HLB-butuh
suatu bahan dengan menggunakan berbagai bahan pengemulsi standar dengan
nilai HLB tertentu sebagai alat bantu.

8
Nilai-nilai HLB dari sejumlah zat amfifilik yang biasa dipakai dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
ZAT HLB
Asam oleat 1
Gliserin monostearat 3,8
Sorbitan monooleat (Span 80) 4,3
Sorbitan monolaurat (span 20) 8,6
Trietanolamin oleat 12,0
Polioksietilena Sorbitan monooleat (tween 80) 15
Polioksietilena Sorbitan monolaurat (tween 20) 16,7
Natrium oleat 18,0
Natrium lauril sulfat 40

3. Jenis-jenis Lapisan Tunggal pada Permukaan Cairan

Bahan-bahan yang diadsorbsi dibagi menjadi dua kelompok yang membentuk


lapisan tungggal yang larut dan kelompok yang membentuk lapisan yang tidak
larut.

a. Lapisan Tunggal yang Larut dan Persamaan Adsorbsi Gibbs


Penambahan amfifil pada suatu sistem cairan menyebabkan penurunan
tegangan permukaan karena molekul-molekul atau ion-ion tersebut
diadsorbsi sebagai satu lapisan tunggal. Adsorbsi amfifil dalam sistem biner
ini pertama kali dinyatakan secara kuantitatif oleh Gibbs pada 1878.
𝑐 𝑑𝛾
Г= −
𝑅𝑇 𝑑𝑐
Г adalah lebihan permukaan atau konsentrasi permukaan yaitu jumlah
kelebihan amfifil per satuan luas permukaan dari jumlah yang ada dalam
𝑑𝛾
bulk cairan; R adalah konstanta gas; T adalah suhu mutlak; dan adalah
𝑑𝑐

perubahan tegangan permukaan larutan seiring berubahnya konstanta bulk


dari zat tersebut.
b. Lapisan Tunggal yang Tidak Larut dan Neraca Film
Lapisan tunggal yang tidak larut mempunyai suatu sejarah
mengagumkan pada masa sebelum revolusi Amerika. Selama perjalanan ke

9
Ingris pada tahun 1757, Benjamin Franklin mengamati seperti juga para
pelaut ratusan tahun sebelum beliau bahwa apabila lemak masakan
dilemparkan dari dapur kapal ke air laut, ombak laut ditenangkan oleh
selaput yang terbentuk pada permukaan air laut. Pada tahun 1765, Franklin
melanjutkan pengamatan ini dengan suatu eksperimen pada sebuah kolah di
Ingris dan mendapatkan bahwa satu sendok teh minyak cukup untuk
menutupi kolam berukuran 0,5 akre (-2 x 107 cm2) dan menenangkan
kolam.
Dengan mengetahui luas selaput dan volume cairan yang menyebar,
ketebalan selaput tersebut mungkin dihitung. Ketebalan selaput sama
dengan panjang molekul yang berdiri dalam posisi vertikal pada permukaan
bila molekul dikemas dalam susunan paling rapat. Lebih lanjut, bila bobot
molekul dan densitas minyak yang menyebar diketahui, luas penampung
melintang yang tersedia untuk molekul-molekul semestinya mudah
dihitung.
Gaya yang diberikan pada pelampung diukur dengan suatu sistem
kawat torsi yang mirip dengan yang dipakai dalam tensio meter cincin. Alat
ini disebut neraca film. Gaya kompresi pada satuan luas pada pelampung
dikenal sebagai tekanan permukaan atau tekanan selaput, yaitu sebesar
selisih antara tegangan permukaan subsrtat murni dan tegangan permukaan
substrat saat ada suatu selaput menyebar diatas substrat itu.
π = γₒ - γ
Tegangan permukaan adalah ketahanan permukaan terhadap pemuaian,
sedangkan tekanan selaput adalah penurunan ketahanan terhadap pemuaian
seperti yang dinyatakan secara kuantitatif pada persamaan diatas.
Dalam melakukan suatu percobaan dengan neraca film, zat yang
diteliti dilarutkan dalam suatu pelarut yang mudah menguap (misalnya
heksana)vdan ditambahkan pada permukaaan substrat, yang sebelumnya
telah disapu bersih dengan menggunakan suatu potongan berparafin atau
potongan teflon. Cairan menyebar sebagai suatu selaput, dan pelarut yang
mudah menguap dibiarkan menguap. Gambaran penampang melintang
suatu antar muka setelah penyebaran ditunjukan pada gambar dibawah.

10
Palang yang dapat bergerak kemudian digerakan ke berbagai posisi ke
arah pelampung. Luas bak yang tersedia untuk selaput pada setiap posisi
diukur, dan tekanan selaputnya dibaca dari penunjuk torsi. Tekanan selaput
kemudia di plot terhadap luas selaput atau lebih mudah lagi, terhadap luas
penampang melintang per molekul.
Berbagai perubahan fase seringkali teramati ketika suatu selaput yang
tidak larut tersebar pada suatu antarmuka dan kemudian dikompresi. Suatu
gambaran tentang peristiwa yang dapat terjadi pada suatu senyawa alifatik
jenuh rantai lurus yang berada pada antarmuka udara-air. Bila selaput
tersebut tersebar diatas suatu area yang luasnya lebih besar dari 50-60
Å2/molekul. Selaput tersebut memberikan tekanan kecil pada palang yang
mengapung. Selaput ini bekerja seperti suatu gas dalam dua dimensi.

Selaput lapisan tunggal yang tidak larut memperlihatkan karakteristik


yang dapat disamakan dengan karakteristik keadaan materi padat, cair dan
gas. (a) Lapisan gas. Molekul-molekul terpisah dan memiliki mobilitas
permukaan yang nyata. Molekul-molekul pada dasarnya bergerak secara
bebas. (b) Selaput cair. Lapisan tunggal koheren dan relatif tersusun dengan
rapat, namun masi dapat dikompresi. (c) Selaput terkondensasi. Lapisan
tunggal koheren, kaku, pada dasarnya tidak dapat dikompresi, dan tersusun
rapat, dengan viskositas permukaan yang tinggi. Molekul-molekul ini
memiliki mobilitas yang rendah dan terorientasi tegak lurus dengan
permukaan.

11
C. Adsorbsi Pada Antarmuka Padatan
Adsorbsi pada antarmuka padatan dapat terjadi baik dari fae cair maupun fase
gas yang berada dekat padatan tersebut. Penelitian adsorbsi gas dilakukan dalam
berbagai aplikasi, seperti penghilang bau yang tidak disukai dari ruangan dan
makanan, kerja masker gas, dan penentuan ukuran partikel dalam serbuk. Prinsip
adsorbsi padat-cairan untuk menghilangkan warna larutan, komatografi adsorbi,
pencucian dan pembasahan.
Berlawanan dengan antarmuka cairan, permukaan suat padatan seringkali
tidak homogen.

Isoterm adsorbsi untuk gas pada padatan. (a) jumlah, x, gas yang diadsorbsi
per satuan massa, m, adsorben diplot terhadapa tekanan kesetimbangan. (b) log
jumlah gas yang diadsorbsi per satuan massa adsorben diplot terhadap log tekanan.
1. Antarmuka Padatan-Gas
Derajat adsorbsi suatu gas oleh suatu padatan bergantung pada sifat
kimia adsorben (bahan yang digunakan untuk mengadsorbsi gas) dan
absorbat (zat yang diadsorbsi), luas permukaan adsorben, suhu, dan tekanan
parsial gas yang diadsorbsi. Jenis adsorbsi umumnya dikenal sebagai
adsorbsi fisika atau adsorbsi van der Waals dan adsorbsi kimia atau
kemisorbsi. Adsorbsi fisika berkaitan dengan gaya van der Waals, bersifat
reversible. Penghilangan adsorbat dari adsorben dikenal sebagai desorbsi.
Gas yang diadsorbsi secara fisika dapat di desorbsi dari padatan dengan
meningkatkan suhu dan mengurangii tekanan. Kemisorbsi, yaitu adsorban
terikat dengan adsorben melalui ikatan kimia primer, bersifat ireversible
kecuali ikatan tersebut putus.
Bila hubungan antara jumlah gas yang diadsorbsi secra fisika pada
suatu padatan dan tekanan atau konsentrasi kesetimbangan pada suhu

12
konstan diplot, dihasilkan suatu isoterm adsorbsi. Istilah isoterm mengacu
pada suhu konstan.

Salah satu metode untuk memperoleh data adsorbsi adalah


menggunakan alat seperti diatas. Yang pada dasarnya terdiri atas suatu
neraca yang ditempatkan dalam suatu sistem vakum.padatan, yang telah
dihilangkan gasnya, ditempatkan dalam panci dan sejumlah tertentu gas
dibiarkan masuk. Peningkatan berat pada bebrapa tekanna gas setimbang
yang sesuai dicatat. Hal ini dapat diapai dengan mengamati pertambahan
panjang pegas kuarsa terkalibrasi yang digunakan untuk mengganti panci
yang berisi sampel. Data tersebut kemuian digunakan untuk membuat suatu
isoterm yang didasarkan pada persamaan beriku.
y = x/m = kp1/n
persamaan ini menghasilkan satu garis lurus bila diplot.
Total luas permukaan padatan dapat ditentukan dari isoterm-isoterm
yang dapat mendeteksi pembentukan lapisan tunggal . informasi ini
diperlukan dengan mengalihkan jumlah total molekul dalam volume gas
yang diadsorbsi dengan luas penampang melintang tiap molekul. Luas
permukaan persatuan berat adsorben yang dikenal sebagai permukaan
spesifik. Penting dalam ilmu farmasi karena laju disolusi dari partikel obat
bergantung sebagian pada luas permukaan. Teknik-teknik lain dapat
menentukan permukaan spesifik.

13
2. Antarmuka Padatan-Cairan
Obat-obat aseperti zat warna, alkaloid, asam lemak, dan bahkan asam
dan basa anorganik dapat diadsorbsi dari larutan ke padatan seperti karbon
dan alumina. Adsorbsi molekul zat terlarut dari larutan dapat di analogikan
dengan adosrbsi molekul pada antarmuka gas-padat. Isoter-isoterm yang
sesuai dengan satu atau lebih persamaan yang disebutkan sebelumnya dapat
diperoleh dengan mengganti suku tekanan uap yang digunakan pada sistem
padat-gas dengan konsentrasi zat terlarut. Sebagai contoh, adsorbsi striknin,
atropin, dan kuinin dari larutan-larutan berair menggunakan enam lampung
yang berbeda dapat dinyatakan dengan persamaan Lagmuir.
c 1 𝑐
= +
𝑦 𝑏𝑦𝑚 𝑦𝑚
c adalah konsentrasi kesetimbangan dalam miligram basa alkaloid per
100ml larutan, y adalah jumlah basa alkaloid, x, dalam miligram yang
teradsorbsi per gram, m, lempung adalah konstanta yang telah ditentukan
sebelumnya.
Semakin kecil kemiringan, semakin baik adsorbsi. Jadi konsentrasi
kesetimbangan dapat dihitung. Katakanlah konsentrasi kesetimbangan 400
mg striknin/100 ml larutan, xl m, untuk atalpulgit haloisit dan koalin
masing-masing kira-kira 40, 20, dan 6,7 mg/gram. Bila obat yang diberikan
secara oral menyebabkan gasrtointestinal, sediaan adsorben antasida atau
antidiare yang ada dipasaran sering digunakan oleh pasien, dan sedian-
sediaan ini berinteraksi dengan obat untuk mengurangi adsorben obat.
3. Karbon Aktif
Contoh zat yang dpat mengadsorbsi suatu gas atau cairan dalam jumlah
besar adalah karbon aktif, yaitu residu dari destilasi destruktif berbagai
bahan organik yang diberi perlakuan tertentu untuk meningkatkan
adsorbtifnya. Untuk mengadsorbsi lebih banyak adsorbat, suatu adsorben
dengan masa tertentu harus memiliki luas permukaan sebesar mungkin. Hal
ini dapat tercapai dengan menggunakan adsorben yang berpori.
Karbon aktif dibuat dari bahan yang dibakar oleh atmosfer lewat panad
beroksigen tinggi sehingga menciptakan lubang kecil diseluruh butiran
karbon. Hal ini secara efektif meningkatkan luas permukaan akarbon
sehingga luas permukaan 1 g karbon kurang lebih 1000 m2. Dosis lazim

14
pengobatan dengan karbon aktif adalah 50-100 g untuk dewasa, dan 1-2
g/kg untuk anak. Karbon aktif sering diberikan pada pasien keracunan.
Dalam penanganan ini, diasumsikan bahwa absorbsi toksin dicegah dan
toksisitas leracunan menurun. Namun belum ada bukti bahwa karbol
meningkatkan hasil terapi.

D. Pemakaian Bahan Aktif Permukaan


Selain kegunaan surfaktan sebagai bahan pengemulsi, detergen, bahan
pembasah dan bahan penglarut, surfaktan juga dapat digunakan sebagai bahan
antibakteri dan bahan pelindung lain, serta sebagai bahan pembantu absorbsi obat
dalam tubuh.
Surfaktan dapat mempengaruhi aktivitas obat atau memperlihatkan kerja obat.
Miyamoto dkk mempelajari efek surfaktan dan garam empedu pada absorbsi
antibiotik di saluran cerna, yaitu dengan teknik perfusi usus-tikus in situ.
Polioksietilen lauril eter menurunkan absorbsi propisilin dalam lambung, namun
meningkatkan absorbsi obat ini pada usus halus. Beberapa dari efek ini kemungkinana
terjadi akibat pengubahan membran oleh surfaktan.
1. Busa dan Bahan Antibusa
Tiap larutan yang mengandung larutan aktif membentuk busa stabil
tercampur dengan baik dengan udara. Busa merupakan struktur yang relatif
stabil dan terdiri atas kantong-kantong udara yang terbungkus dalam selaput
tipis cairan; dispersi gas-cairan distabilkan oleh bahan pembusa.
Semua sabun merupana garam asam lemak sabun dicirikan dengan rantai
hidrokarbon panjang yang dapat berupa tak jenuh tunggal, tak jenuh ganda,
atau jenuh dan gugus karboksilat pada bagian ujung.

2. Surfaktan Paru
Adalah bahan aktif permukaan yang menutupi permukaan alveoli yang
berkontak dengan udara. Bahan aktif ini menurunkan tegangan permukaan
pada antarmuka udara alveoli hingga hampir nol; jadi surfaktan ini melakukan
dua tugas. Pertama, surfaktan mencegah alveoli kolaps. Kedua, fungsi utama
surfaktan ini adalah menurunkan tekanan didalam alveoli. Jadi dengan adanya
surfaktan paru kita dapat bernapas dan tidak terjadi edema paru.

15
Surfaktan paru merupakan campuran kompleks protein dan lipid, tetapi
komponen utamanya adalah fosfatidilkolin. Namun beberapa kondisi patologis
dapat menurunkan surfaktan paru. Untungnya tambahan surfaktan buatan
dapat diberi; infasurf intracheal suspension. Penangana dengan kalfaktan
sering kali memperbaiki oksigenasi dan daya keterangan paru denga cepat.

E. Sifat-Sifat Elektrik Antarmuka


Beberapa prinsip pada permukaan bermuatan dalam ubungannya dengan
lingkungan cairan disekeliling permukaan. Partikel yang terdispersi dalam medium
cair dapat terjadi bermuatan terutama karena; melibatkan adsorbsi selektif spesi ionik
tertentu yang ada dalam larutan. Sebagian besar partikel yang terdispersi kedalam air
mendapat muatan negatif karena cenderung mengadsorbsi ion hidroksil; muatan dari
partikel timbul dari ionisasi gugus yang kemungkinana berada pada partikel; muatan
pada permukaan partikel terkadang dianggap timbul karen aadanya perbedaan
konstanta dielektrik antar partikel dan medium dispersinya.
1. Lapisan Rangkap Elektrik
Bayangkan suatu permukaan padat yang berkontak dengan larutan
polar yang mengandung ion, misalnya larutan berair suatu elektrolit. Lalu
anggap bahwa sejumlah kation diadsorbsi pada permukaan sehingga
membuat permukaan itu bermuatan positif. Dalam larutan tertinggal sisa
kation serta keseluruhan anion yang ditambahkan. Anion ini ditarik ke
permukaan bermuatan positif oleh gaya elektrik yang juga berperan untuk
menolak kation lain saat adsorbsi awal sempurna. Akibatnya tercapai
kestimbangan dalam kesetimbangan ini.

Lapisan rangkap elektrik pada permukaan pemisahan antar dua fase,


yang menunjukan distribusi ion. Sistem secara keseluruhan memiliki sifat
elektrik yang netral.

16
2. Potensial Nernst dan Potensial Zeta
Potensial yang berada pada permukaan padatan aa’ yang disebabkan
oleh ion penentu potensial, adalah potensial elektrodinamik, E. Potensial
Nernst didefinisikan sebagai perbedaan potensial permukaan sebenarnya
dan daerah elektrik netral dari larutan. Potensial yang berada pada bidang
geser bb’ dikenal sebagai potensial elektrokinetik atau potensial zeta.
Potensial zeta didefinisikan sebagai perbedaan potensial antara permukaan
lapisan yang terikat rapat. Dan daerah elektrik netral dari larutan.
Potensial zeta memiliki aplikasi praktis dalam stabilitas sistem yang
mengandung partikel-partikel terdispersi kateran potensial inilah, dan
bukan potensial Nernst yang mengatur derajat tolah menolak antara
partikel-partikel terdispersi yang bermuatan sama dan saling berdekatan.
Bila potensial zeta dikurangi hingga dibawah harga tertentu, gaya tarik-
menarik melebihi gaya tolak-menolak, dan partikel-partikel akan menyatu.
Fenomean ini dikelnal sebgai flokulasi.
3. Efek Elektorlit
Bila konsentrasi elekrtolit yang ada di dalam sistem meningkat, efek
tabir ion lawan juga meningkat. Akibatnya potensial turun lebih cepat
seiring pertambahan jarak karena ketebalan lapisan rangkap menyusut.
Situasi serupa terjadi bila valensi ion lawan dinaikan. Sedangkan
konsentrasi total elekrolit dipertahankan konstan. Efek keseluruhan
seringkali menyebabkan penurunan potensial zeta.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tegangan Antarmuka adalah gaya per satuan panjang yang terdapat pada
antarmuka dua fase cair yang tidak bercampur.
Fenomena antarmuka dalam farmasi dan kedokteran adalah faktor-faktor yang
berarti mempengaruhi adsorbsi obat pada bahan pembantu padat dalam bentuk
sediaan, penetrasi (penembusan) molekul melalui membran biologis, pembentukan
dan kestabilan emulsi, dan dispersi dari partikel yang tidak larut dalam media cair
untuk membentuk suspensi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Sinila Santi. 2016. Farmasi Fisik. Jakarta. P2M2

Sinko, Patrick J. 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Jakarta. EGC

Sofyan, Tuti Agustia Safari, Rieke Azhar.. PENGARUH KOMBINASI


SURFAKTAN NATRIUM LAURYL SULFAT DAN BENZALKONIUM
KLORIDA TERHADAP KELARUTAN IBUPROFEN. Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi, Vol. 18, No.1, 2013, halaman 69-74. , maret. 2017. ISSN 2580-5959.
<http://jstf.ffarmasi.unand.ac.id/index.php/jstf/article/view/19>. Date accessed: 07
july 2018.

19

Anda mungkin juga menyukai