Anda di halaman 1dari 36

B.

Uraian Bahan

1. Aquadest (Dirjen POM. 2014; 63)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Aquadest, air murni, air suling, water air.

Berat molekul : 18,02 g/mol.

Rumus molekul : H2O

Rumus struktur :

H H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan

tidak berbau.

Kegunaan : Sebagai pelarut.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

2. Asam Sulfat (Dirjen POM. 2014; 165).

Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM

Nama lain : Asam sulfat, sulfuric acid, minyak sterol, acidum

sulfuricum.

Berat molekul : 98, 07 g/mol.

Rumus molekul : H2SO4

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih seperti minyak, tidak berwarna, bau

sangat tajam dan korosif, bobot jenis lebih kurang

1,84.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan


menimbulkan panas.

Kegunaan : Pereaksi
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.

3. Etil Asetat (Dirjen POM. 2014; 1707)

Nama resmi : ACIDUM ACETICUM

Nama lain : Ethyl asetat, etil asetat, ester asetat, ester etanol.

Berat molekul : 88,11 g/mol.

Rumus molekul : CH3COOC2H5.

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, memiliki rasa khas,

mudah menguap, rasa asam tajam.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan etanol 95% dan

dengan gliserol.

Kegunaan : Eluen/fase gerak.

4. Metanol (Dirjen POM. 2014; 1724)

Nama resmi : METHANOLUM

Nama lain : Metil alcohol, methanolum, hidroksi metana.

Berat molekul : 32,04 g/mol

Rumus molekul : H3COH

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan yang dingin, mudah mnguap, tidak

berwarna, mudah terbakar, dan bau khas.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan

jernih, dan tidak berwarna.

Kegunaan : Pelarut

Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.


5. N-heksan (Dirjen POM. 2014; 1712)

Nama resmi : HEXAMINUM

Nama lain : Heksamina, n-heksan, hexamine, n-heksana,

hexane.

Rumus molekul : C6H14

Rumus Struktur :

Berat molekul : 86, 18 g/mol

Pemerian : Hablur mengkilap, tidak berwarna, tidak berbau,

rasa membakar, rasa agak pahit. Jika dipanaskan

dalam suhu kurang lebih 260 oC.

Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol

95% P dan dalam lebih kurang 10 bagian

kloroform P.

Kegunaan : Fase gerak/eluen.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

6. Quarsetin (Dirjen POM. 2014)

Nama resmi : Suphoresin, melatin, cluarrehne, quetre, flaum,

melatin.

Berat molekul : 302, 336 g/mol

Rumus molekul : C15H10O7

Rumus struktur :

Pemerian : Bubuk kristalin kuning dan merupakan senyawa


flavonoid.
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan larut dalam alkalin

encer.

Kegunaan : Larutan pembanding

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

C. Uraian Bahan
1. Meniran (Phyllanthus niruri L) (Noor, Rusuane. 2018)

a. Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Phyllanthus

Spesies : Phyllanthus niruri L

b. Nama simplisia : Phyllanti herba

c. Deksripsi : Merupakan pohon yang tingginya mencapai 10

m, batang berkayu, pepagan kasar, berwarna

keabu-abuan atau coklat kekuningan, berrekah

dangkal. Daun berhadapan, tunggal, melanset-

menjorong, stipula bervariasi ukuran dan

bentuknya. Perbungaan bongkol membulat,

bunga biseksual, harum, putih warnanya. Warna

buah kuning keputihan yang permukaan

buahnya tidak rata, terdapat totol/bercak yang

warnanya merah kecoklatan. Buah ini kalau

sudah tua/masak, berbau langu dan banyak air.

Biji kecil warna hitam kecoklatan.

d. Nama lokal : Meniran (Jamu), dukung anak (Melayu), gasau

madungi (Ternate).

e. Kandungan kimia : Mengandung kalium, mineral, dan damar.


f. Manfaat : Sebagai obat-obatan alami, malaria, desenteri,

batuk, demam, dan hepatitis.

2. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) (Noor, Rasuane. 2018)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Scrophulariales

Famili : Acanthaceae

Genus : Andrographis

Spesies : Andrographis paniculata Nees

b. Nama simplisia : Andrographidis herba

c. Deskripsi : Merupakan tumbuhan berkhasiat obat berupa

terna tegak yang tingginya bisa mencapai 90

sentimeter. Tumbuh baik di dataran rendah

sampai ketinggian 700 meter dari permukaan

laut. Sambiloto dapat tumbuh baik pada curah

hujan 2000-3000 mm/tahun.

d. Nama lokal : Sambilata (Melayu); ampadu tanah (Sumatera

Barat) sambiloto, ki pait, bidara, andiloto (Jawa

Tengah); ki oray (Sunda); pepaitan (Madura),

sedangkan nama asingnya Chuan xin lien

(Cina).

e. Kandungan kimia : Senyawa flavonoid, diterpen, dan lakton.

f. Manfaat : Mencegah pembentukan radang, memperlancar

air seni (diuretika), menurunkan panas badan


(antipiretika), obat sakit perut, kencing manis,

dan terkena racun. kandungan senyawa kalium

memberikan khasiat menurunkan tekanan darah.

3. Kapulaga ( Elettaria cardamomum L.) (Noor, Rasuane. 2018)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Elettaria

Spesies : Elettaria cardamomum L.

b. Nama simplisia : Amomi fructus

c. Deskripsi : Pohon dan daun yang berbentuk terna, Hampir

sama dengan jenis jahe-jahean yang lain.

Rimpangnya menjalar seperti akar dalam tanah

dengan tanda putih kekuningan pada daging

rimpangnya, bunga berwarna putih kekuningan,

tipis dan mudah layu. Suku jahe-jahean atau

temu-temuan dengan tinggi tumbuhan ini antara

2-3 cm. Ciri daunnya lonjong berujung runcing

dengan panjang sekitar 30 cm dan lebar 10 cm.

d. Nama lokal : Kapulaga/Karkolaka pada daerah Bali,

Garidimong (Sulawesi Selatan), dan Kapulogo

pada pulau Jawa.

e. Kandungan kimia : Terppena, alfa terpenin, cineol, dan limonene.


f. Manfaat : Kejang perut dan rematik, demam, batuk, mual ,

bau badan, dan radang amandel.

4. Pulai (Alstonia macrophylla Wall ) (Noor, Rasuane: 2018).

a. Klasifikasi :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophytta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentianales

Famili : Apocynaceae

Genus : Alstonia

Spesies : Alstonia macrophylla Wall

b. Nama Simplisia : Alstonia cortex

c. Deskripsi : Pohon bergetah, tinggi tanaman herbal ini bisa

mencapai 15 m. Daun terpusar berkisar 4 – 9

helai, bentuk lonjong sampai lanset, atau

lonjong sampai bulat telur sungsang, menjangat,

tipis dan kuat. Permukaan atas daun licin.

Sedangkan permukaan bawahnya buram.

Panjang daun 10 – 23 cm, dengan lebar 3 – 7,5

cm dengan panjang tangkai 7,5 cm – 15 cm.

d. Nama lokal : Palai, Pulai, Kayu gabus, Lame, Pule, Polay,

Kaliti, Reareangou, Baringao, Kita raringau,

wariangou, Deddangou, Rite, Tewer, Hange,

Hanjalutung, Aliag

e. Kandungan kimia : Alkaloida, ekitamina, dan alsonina.


f. Manfaat : Mengobati demam, Sebagai penurun Tekanan

Darah (Antihipertensi), Untuk mengobati nyeri

di bagian dada, Sebagai pengurang rasa sakit

(Antipiretik),

5. Kunyit (Curcuma domestica Val.)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica Val

b. Nama simplisia : Curcuma rhizoma

c. Deskripsi : Merupakan Herba, tanaman ini berupa perdu

dengan bentuk daun yang runcing dan licin serta

rimpang yang tumbuh menjalar. Rimpang

adalah bagian utama yang memiliki banyak

manfaat pada kunyit.

d. Nama lokal : Kurkuma (Belanda), Janar (Banjar).

e. Kandungan kimia : Zat yang dikandung kunyit meliputi minyak

atsiri yang mengandung senyawa seskuiterpen

alkohol, turmeron dan zingiberen, sedangkan

kurkuminoid mengandung senyawa kurkumin

dan turunannya (berwarna kuning).


f. Manfaat : Rempah-rempah, Obat sakit perut,

mempercerah kulit.

6. Brotowali (Tinospora crispa) (Noor, Rasuane: 2018)

a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiceae

Genus : Tinospora

Spesies : Tinospora crispa

b. Nama simplisia : Tinosporae caulis

c. Deskripsi : Brotowali merupakan perdu yang

pertumbuhannya memanjat, tinggi batang

mencapai 2,5 m. Batang berbentuk jari

kelingking , berbintil-bintil, rapat, dan rasanya

pahit.

d. Nama lokal : Brotowali (Makassar), daun gadel (Sunda).

e. Kandungan kimia : Alkaloid, damar, pati.

f. Manfaat : Anti bakteri, infekssi saluran kencing, kudis, dan

demam kuning.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan
Jarak Noda
Kelompok
Jamu Tolak Angin Senyawa Quarsetin
1 - - 4,8 cm
2 4,8 cm - 4,8 cm
3 4 cm 0,4 cm 3,9 cm
4 4,8 cm 4,9 cm 4,9 cm
5 4,9 cm - 4,9 cm
B. Perhitungan Nilai Rf

1. Nilai Rf Jamu
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
4,8 𝑐𝑚
= 5,5 𝑐𝑚

= 0,87

2. Nilai Rf Tolak Angin


𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
4,9 𝑐𝑚
= 5,5 𝑐𝑚

= 0,89

3. Nilai Rf Senyawa Quarsetin


𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf = 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛
4,9 𝑐𝑚
= 5,5 𝑐𝑚

= 0,89

C. Pembahasan

Obat tradisional atau jamu merupakan bahan atau ramuan berupa tumbuhan,

bahan tumbuhan, hewan, bahan mineral sarian (galenik), atau campuran dari bahan-

bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman (Saputra. 2015; 189).


Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan campuran

senyawa menjadi senyawa murninya menggunakan 2 fase, yaitu fas gerak dan fase

diam (Khairunnisa. 2017; 97).

Adapun alasan perlakuan sampel terlebih dahulu digerus atau dihaluskan

sebelum diamati agar simplisia pada jamu yang berupa rajangan dapat hlus dan

tercampur dengan baik pada saat ditambahkan methanol sehingga menghasilkan

filtrate yang baik sesuai dengan yang diharapkan.

Alasan perlakuan sampel ditimbang terlebih dahulu kemudian dimasukkan

daam tabung reaksi dan ditambah 1 ml methanol adalah untuk memperoleh filtrate

dari sampel, yang terlebih dahulu dikocok agar sampel dapat larut.

Alasan lempeng ditotol sampel tolak angina dan senyawa quarsetin yaitu

untuk melihat apakah sampel dan tolak angina mengandung senyawa senyawa

quarsetin atau tidak dengan menggunakan perbandingan senyawa quarsetindegan

melihat jarak noda yang ditempuh sampel dalam tolak angina lalu dibandingkan

dengan jarak noda senyawa quarsetin.

Adapun lempeng diamati dibawah lampu UV 254 nm ialah untuk melihat

flouresensi pada lempeng. Adapun digunakan lampu UV 366 ialah untuk melihat

flouresensi pada noda.

Alasan lempeng disemprot dengan H2SO4 lalu dipanaskan adalah untuk

melihat penampakan noda atau agar noda tampak jelas oleh kasat mata.

Adapun hasil yang diperoleh dari pengamatan yaitu pada kelompok 1 jarak

noda jamu nol tidak naik atau tidak terelusi begitupun pada sampel tolak angina,

sedangkan pada senyawa quarsetin jarak nodanya yaitu 4,8 cm. Hal tersebut

menandakan pada sampel jamu kelompok 1 tidak mengandung senyawa quarsetin

atau adanya factor kesalahan pada saat pengerjaan sehingga sampel tidak terelusi.
Pada kelompok 2 diperoleh hasil jarak noda pada sampel jamu 4,8 cm, tolak

angina nol dan pada senyawa quarsetin 4,8 cm. Hal tersebut menandakan sampel

jamu pada kelompok 2 mengandung senyawa quarsetin karena jarak noda yang

ditempuh sampel dan senyawa quarsetin sama.

Pada kelompok 3 jarak noda pada jamu diperoleh 4 cm, tolak angin 0,4 cm

dan 3,9 cm pada senyawa quarsetin. Hal tersebut menandakan pada sampel jamu

kelompok 3 mengandung senyawa quarsetin karena jarak noda yang ditempuh

sampel dan pembanding hamper sama hanya beda q cm. Sedangkan pada sampel

tolak angina berdasarkan hasil pengujian kelompok 3 hanya mengandung sedikit

senyawa quarsetin karena jarak noda yang diperoleh 0,4 cm.

Pada kelompok 4 diperoleh hasil jarak noda pada sampel jamu 4,8 cm, tolak

angin 4,9 cm, dan senyawa quarsetin 4,9 cm. Dari hasil pengujian kelompok 4

sampel dan tolak angin mengandung senyawa quarsetin karena jarak noda yang

ditempuh sama dengan jarak noda senyawa pembanding dan pada sampel hanya

beda 1 cm.

Pada kelompok 5 jarak noda pada jamu 4,9 cm, tolak angina nol dan

senyawa quarsetin 4,9 cm. Dari hasil pengujian kelompok 5 sampel mengandung

senyawa quarseti karena jarak noda sama sedangkan pada sampel tolak angina tidak

terelusi.

Adapun factor kesalahan pada percobaan pada saat melakukan praktikum

yaitu pada saat penyiapan sampel setelah ditambah methanol 1 ml tabung reaksi

yang digunakan tidak ditutup dengan aluminium foil sehingga sampel dan methanol

1 ml menguap dan mengakibatkan filtrat yang didapatkan sedikit. Dan pada saat

proses pemanasannya sehingga timbul bercak hitam dipermukaan lempeng/sedikit

gosong.
Hubungan percobaan ini dengan farmasi yaitu untuk mengetahui kandungan

senyawa dari simplisia penyusun jamu berupa rajangan dengan pemeriksaan atau

identifikasi jamu dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT), mengetahui

kandungan senyawa khususnya senyawa quarsetin pada jamu yang beredar di

pasaran.

Ayat yang berhubungan dengan percobaan ini yaitu Ash-shuara: 7

‫ض ك َ ْم أ َن ْ ب َ ت ْ ن َا ف ِ ي هَ ا ِم ْن ك ُ لِ َز ْو ج ٍ ك َِر ي ٍم‬
ِ ‫اْل َ ْر‬
ْ ‫أ َ َو ل َ مْ ي َ َر ْو ا إ ِ ل َ ى‬

Artinya:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak kami tumbuhkan di

bumi itu berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang baik?

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT. Menjelaskan manusia agar

selalu memperhatikan dan menelaah sekitarnya karena dari lingkungan ini manusia

bias belajar dan memperoleh pengetahuan tentang bahan-bahan alam yang memilih

manfaat atau khasiat serta dapat dijadikan bahan untuk pengobatan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari sampel

jamu yang diujikan, yang mengandung senyawa quarsetin yaitu sampel jamu pada

kelompok 2 (Sambiloto), 3 (Meniran), 4 (Kapulaga) dan 5 (Kunyit) karena jarak

noda sampel hampir sama dengan jarak noda pembanding. Sedangkan sampel

jamu pada kelompok 1 tidak mengandung senyawa quarsetin karena sampel tidak

terelusi.

B. Saran

1. Laboratorium

Diharapkan agar alat-alat dan bahan dilengkapi lagi agar praktikum

berjalan dengan lancer dan baik.

2. Asisten

Diharapkan agar kakak asisten tetap semangat dalam membimbing para

praktikan.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

a. Persiapan eluen

Alat dan bahan

Dibuat eluen 6:4 (Heksan:Etil) dalam


3 ml

Homogenkan

Jenuhkan chamber

b. Persiapan lempeng

Disiapkan lempeng

Diaktifkan lempeng 15 menit

c. Penyiapan sampel

Digerus sampel

Timbang 0,1 g sampel

Dimasukkan kedalam tareks

Ditambahkan 1 ml methanol

Dikocok dan diambil filtrat


d. KLT

Disisapkan lempeng dan chamber

Totol sampel dan senyawa quarsetin

Dimasukkan dalam chamber

Dielusi

Diamati dibawah sinae UV 254 dan


366

Disemprot H2SO4

Jenuhkan chamber

Jenuhkan chamber
A. Gambar pengamatan

Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Dibuat eluen 6:4 (Heksan:Etil) dalam


3ml.

Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Eluen dimasukkan ke dalam chamber .


Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan: Dijenuhkan Chamber

Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Disiapkan lempeng


Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Diaktifkan lempeng 15 menit.

Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Digerus sampel.


Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Ditimbang sampel 0,1 g.

Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Dimasukkan dalam tareks.


Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Ditambahkan 1 ml methanol.

Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Disaring dan diambil filtrate.


Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Totol sampel dan senyawa quarsetin

Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Dimasukkan lempeng dalam chamber


Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Dielusi

Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Diamati di UV 254 dan UV 366.


Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Disemprot H2SO4.

Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Dipanaskan.
Praktikum Farmakognosi
Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Keterangan : Diamati hasil


KEPUSTAKAAN
Asih, Triana. Tumbuhan Obat. Lampung: Penerbit Ladang. 2018.

Dewato, Nur, dkk. Pengaruh Rasio Bunga dengan Pelarut Terhadap Rendemen
dan Mutu Minyak Melati (Jasminum Sambac) Menggunakan Metode
Ekstraksi Pelarut Menguap (Solvent Extraction). Jurnal Teknotan Volume 10
(2). Bandung: Universitas Padjadjaran. 2017.

Purwato, Ayu dan Proborini, Wahyu. Analisis Komposisi Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Manis Hasil Ekstraksi Metode Microwave Hydrodiffusion and Gravity
dengan GC-MS. Jurnal Reka Buana Volume 3 (1). Malang: Universitas
Tribhuwana Tunggadewi. 2017.

Depkes RI. Farmakope Herbal Jilid I. Jakarta: Kemenkes RI. 2000.

Dirjen POM. Farmakope Indonesi Edisi V. Jakarta: Kemenkes RI. 2014.

Khairunnisa, Nila Ayuanji, dkk. Standarisasi Ekstrak Daun Nona Makan Sirih
(Clerodendrum X Speciosum Dombrain). Proceeding Of The 6th
Mulawarman Pharmaceuticals Conferences. Samarinda: Universitas
Mulawarman. 2017.

Lubis, Andi Irdam. Uji Aktivitas Antimikroba Fraksi Ekstrak Daun Senggani
(Melastoma offine D. Don) Terhadap Mikroba Patogen. Makassar: UINAM
Press. 2017.

Rahmawati, Jeremia, dkk. Pengaruh Lama Ekstraksi Terhadap Rendemen dan


Mutu Minyak Bunga Melati Putih Menggunakan Metode Ekstraksi Pelarut
Menguap (Solvent Extraction). Jurnal Teknotan. Volume 10 (2). Bandung:
Universitas Padjadjaran. 2016.

Muda, M. Kimia Analisis. Jakarta: Erlangga Press. 2015.

Pratama, T. Farmasi Fisika. Makassar: UNHAS Press. 2018.

Rusli, Taty Rusliati. Uji Fitokimia dan Efek Buah Ara Terhadap Kadar
Melondialdehid (MDA) Darah Dan Otak Tikus Spargne Dawley Yang
Diinduksi Hipoksia Sistemik Kronik. Jakarta: Univ. Tarumanegara. 2019.

Rohyami, Yuli. Kimia Fisika. Yogyakarta: Deepublish. 2015.

Sari, Elia. Klasifikasi Pteridophyta Diperkebunan Kelapa Sawit Kawasan Pante


Ceuremen Kecamatan Babahrot Aceh Barat Daya Sebagai Media
Pembelajaran Biologi Di SMAN 7 Aceh Barat Daya. Banda Aceh: Univ. AR-
Raniry. 2018.
Suryani, Chaterina Ulir. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Pandan
(Pandanus Sp.) Dan Fraksi-Fraksinya. Yogyakarta: Univ. Merebuana. 2017.

Wulandari, dkk. Ekstraksi Teh Putih Berbantu Ultrasonik pada Berbagai Amplitudo.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Volume 7 (3). Bandung: Universitas Padjdjaran. 2018.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Peran tumbuhan bagi masyarakat tradisional hampir ada tergantikan oleh

obat-obatan modern kimiawi. Sejak lama bahasa Indonesia mengenal khasiat

berbagai macam jenis tanaman sebagai sarana perawatan kesehatan, pengobatan

serta unit mempercantik diri dimana selama ini dikenal dengan jamu.

Dalam upaya mengembangkan obat bahan alam terdapat beberapa faktor

yang sangat menentukan keberhasilan. Beberapa faktor tersebut adalah

ketersediaan bahan baku, ketersediaan bahan obat dalam jenis dan jumlah yang

cukup. Keterjaminan kebenaran khasiat, mulai keabsahan obat bahan obat yang

beredar serta teparkah perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan obat yang

dapat membahayakan masyarakat. Dalam kondisi seperti ini maka upaya yang

paling tepat adalah mendorong pengembangan obat herbal jamu ke arah obat herbal

terstandar dan fitofarmaka dengan harapan dapat mengurangi ketergantungan

terhadap obat modern dan hampir seluruh bahan bakunya masih diimport.

Obat tradisional kemasan yang diperoleh secara modern juga sering

menimbulkan masalah bagi konsumen seperti penambahan bahan berbahaya atau

bahan kimia obat walaupun bukan berarti obat tradisional yang diproses oleh

industri rumah tangga bebas dari permasalahan ini, tetapi memang pemalsuan obat

tradisional juga penambahan BKO lebih banyak terjadi pada obat tradisional yang

dikemas secara modern.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian secara kualitatif kandungan pada

jamu agar dapat mengetahui kandungan kimia dari simplisia sedian jamu yang akan

beredar dipasaran dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis ( KLT).

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


1. Maksud Percobaan
Mengetahui fungsi penggunaan dan mengaplikasikan analisis kandungan

kimia pada sediaan jamu dengan metode KLT.

2. Tujuan

Untuk memahami fungsi penggunaan KLT dalam bidang fitokimia dan

mampu mengaplikasikan cara analisis kandungan kimia dari simplisia

menggunakan metode KLT.

C. Prinsip Percobaan

Penentuan memahami fungsi penggunaan KLT dalam bidang fitokimia dan

mampu mengaplikasikan cara analisis kandungan kimia dari simplisia sedian jamu

menggunakan metode KLT.

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan bahan

1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu cawan porselin,

chamber, gegep, gelas arloji, hot plate, lampu UV, lempeng KLT, lumpang dan alu,

neraca analitik, oven, pensil, penggaris, pipa kapiler, pipet mikro, pipet tetes, rak

tabung, selang semprot, sendok tanduk, dan tabung reaksi.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest, etik,

H2SO4 10%, kertas saring, kertas perkamen, metanol, n-heksan, senyawa

quarsetin, simplisia jamu.

B. Metode Kerja

1. Persiapan Eluen

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Dibuat eluen 6:4 (heksan : etik) dalam 3 ml

c. Dihomogenkan

d. Dijenuhkan dengan chamber

2. Persiapan Lempeng

a. Disiapkan lempeng

b. Digaris lempeng bagian atas 0,5 dan bagian bawah 1 cm

c. Diaktifkan lempeng dalam oven 15 menit

3. Penyiapan Sampel

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Digerus sampel

c. Ditimbang 0,1 gram

d. Dimasukkan dalam tabung reaksi

e. Ditambahkan 1 ml metanol

f. Dikocok

g. Diambil filtrat
4. Kromatografi Lapis Tipis

a. Disiapkan Chamber dan lempeng

b. Dititik sampel dan senyawa quarsetin

c. Dimasukkan ke Chamber

d. Diskusi

e. Diamati di UV 254 & 366

f. Disemprot H2SO4

g. Dipanaskan

h. Diamati
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Teori Umum

Obat bahan alam di Indonesia di kelompokkan menjadi jamu, obat herbal

terstandar (OHT) dan Fitofarmaka. Salah satu sedian obat tradisional yang sering

digunakan adalah jamu. Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara

tradisional, misalnya dalam bentuk sediaan pil dan cairan yang berisi seluruh bahan

tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut digunakan secara tradisional. Jenis

jamu di Indonesia sangat beragam seperti jamu rematik, jamu asma, jamu patuk,

jamu pegal linu, dan lain sebagainya. ( Khairunnisa. 2017: 94)

Obat tradisional adalah bahan atau tanaman bahan yang berasal dari

tumbuhan, hewan, mineral, sedian satuan (galenik) atau campuran dari bahan

tersebut. Pengobatan berdasarkan pengalaman. (Dewato. 2017: 205)

Obat tradisional Indonesia atau obat asli Indonesia yang lebih dikenal

dengan jamu, umumnya dicampurkan obat herbal yaitu obat yang berasal dari

tanaman. Bagian tanaman yang digunakan dapat berupa akar, batang, daun, umbi

atau mungkin juga seluruh bagian tanaman. (Dewanto. 2017: 205)

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional misalnya

dalam bentuk serbuk seduhan atau cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang

menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara umum. (Darwata. 2017:

25)

Golongan ini tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis tetapi

cukup bukti empiris pada umumnya jamu dibuat berdasarkan resep turun -temurun

dan tidak melalui proses seperti fitofarmaka. (Parwata. 2017: 25)

Tahap - tahap analisa KLT dimulai dari persiapan tangki kromatografi,

aplikasi sampel ke plat KLT, menjalankan kromatografi dan menentukan nilai RF.
Eluen (fase gerak/mobile) yang umumnya dipilih dimasukkan ke dalam chamber

zat yang akan dianalisis dititipkan di plat KLT. (Rahmawati.2015: 53)

Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang banyak diminati

masyarakat karena harganya yang terjangkau dan mudah diperoleh. Jamu yang

dijual pedang jamu gendong ini biasanya merupakan jamu hasil racikan sendiri atau

dicampur dengan jamu yang telah dikemas secara moderen. Jamu gendong sangat

untuk dikembangkan sebagai usaha. (Lubis. 2015: 57)

Pemanfaatan jamu sebagai minuman herbal di Indonesia sudah dilakukan

sejak lama bahkan bagi merupakan obat manjur dan penggunaan nya sudah

mengakar sebagai tradisi. Asal mula jamu dipikirkan sudah digunakan oleh

masyarakat Jawa kuno sejak abad ke -9. (Nurdin. 2918: 188)

Pada umumnya, jamu dibuat berdasarkan resep turun menurun dan tidak

melalui proses seperti fitokimia, jamu harus memenuhi beberapa kriteria antara

lain;

a. Aman

b. Klaim khasiat berdasarkan data empiris (pengalaman)

c. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku

(Darwata. 2017:

24)

Fitofarmaka merupakan jenis obat tradisional yang dapat disejajarkan

dengan obat modern karena proses pembuatan nya yang standar dan khasiatnya

telah dibuktikan melalui uji klinis. (Parwata. 2017: 26)

Metode pemisahan senyawa dari senyawa-senyawa lain yang terdapat

dalam jamu dilakukan dengan cara kromatografi lapis tipis (KLT) yang merupakan

metode pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa umumnya dengan

menggunakan dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. (Khairunnisa. 2017: 97)
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan alat analisa yang cukup

sederhana karena dapat menentukan jumlah komponen yang ada pada selaku bahan,

bahkan dapat pula mengidentifikasi komponen-komponen tersebut. Pada alasan nya

kromatografi lapis tipis (KLT) atau TLC ( Thin Layer Chromatography) sangat

mirip dengan kromatografi kertas, terutama pada cara melakukan nya. Perbedaan

nyata terlihat pada media pemisahan nya, yakni digunakan lapis tipis adaorban

halus yang tersangka pada papan kaca, alumunium atau plastik sebagai pengganti

kertas. ( Rahmawati. 2015: 52)

Lapis tipis adsorban ini pada proses pemisahan berlaku sebagai fase diam.

Fase diam KLT terbuat dari serbuk halus dengan ukuran 5 - 50 Nn serbuk halus ini

dapat berupa suatu adsorban. Suatu pengurai ion, suatu pengayakan molekul atas

dapat merupakan penyangga yang dilapisi suatu cairan. (Rahmawati. 2015: 52)

Bahan adsorban sebagai fase diam dapat digunakan sebagai silika gel,

alumunium dan serbuk selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus hidroksil

dipermukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul -molekul

polar. (Rahmawati. 2015: 52)

Pada kromatografi lapis tipis, fase cair serupa lapisan tipis tebal 0,1 - 2 m

yang terdiri atas bahan padat yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat juga

dibuat dari pelat polimer dan logam, lapisan melekat pada permukaan dengan

bantuan bahan pengikat. ( Rahmawati. 2015: 52)

Perbedaan lampu UV 254 dan 366 yaitu dimana pada UV 254 nm, lempeng

akan berfloursensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap. Penampakan

noda pada lampu UV 254 mm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV

dengan indikator flourosensi yang terdapat pada lempeng. Pada UV 366 nm, noda

akan berfloursensi dan lempeng akan tampak gelap. pencampuran noda karena
adanya gaya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromoform yang di tentukan

atau arsukrom yang pada noda tersebut. ( Wulandari. 2015: 18 - 20).

Anda mungkin juga menyukai