Anda di halaman 1dari 64

Kelompok 4

Rizky Indah F (260110180129)


Meliana Griselda (260110180131)
Inge Puspa Riana K (260110180133)
Salma Marwa A (260110180143)
Zahra Ganesya Citraloka (260110180158)
GYMNOSPERMAE
Taxodium mucronatum

Klasifikasi Tumbuhan (Cemara Meksiko)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakindom : Streptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Pinopsida
Subclass : Pinidae
Order : Pinales
Family : Cupressaceae
Genus : Taxodium Rich.
Species : Taxodium mucronatum Ten.
(Integrated Taxonomy Information System, 2019)
Deskripsi
 Taxodium mucronatum dikategorikan dalam genus Taxodium
 Memiliki ukuran yang lebih kecil dengan variasi yang tidak banyak
pada konus betina
 “Lutut pohon” jarang ditemukan
 Stomata tersebar secara merata
 Taxodium mucronatum tidak begitu keras seperti Taxodium distichum
(Farjon, 2005)
Pencirian Suku Tumbuhan :
Memiliki konus atau strobilus dimana ia mempertahankan bentuk kompleks dari bract (daun
yang termodifikasi yang mengandung tunas pendek) dengan ovula yang berada pada
permukaan atas (Spencer, et al., 2015).

Organ Vegetative :
Tidak ditemukan reproduksi Taxodium mucronatum secara vegetatif. Meskipun begitu,
Taxodium mucronatum dapat menghasilkan kecambang tunggul (Sullivan, 2018).

Organ Generative :
Konus. Biji pada Taxodium mucronatum dapat dilepaskan saat konus matang dan akan
segera berkecambah saat kelembaban memadai (Sullivan, 2018).

Manfaat :
Daun dan konus dari Taxodium kaya akan minyak essensial yang dapat digunakan sebagai
obat untuk kulit, sistem pencernaan, peradangan, dan infeksi (Su, et al., 2013).

Kandungan Kimia :
Secara mayoritas, banyak ditemukan diterpenoid (banyak ditemukan suginol, ferruginol,
dan 6,7-dihidroferruginol) dan flavonoid (Su, et al., 2013).
Pinites succinifer

Klasifikasi Tumbuhan (Amber)

Kingdom : Plantae
Division : Pinophyta
Class : Pinopsida
Order : Pinales
Family : Pinaceae
Genus : Pinites
Species : Pinites succinifera
(Tripod Development, 2018)
Deskripsi
Amber merupakan fosil dari resin pohon (Pinites succinifer)
yang diakui keindahan warnanya sejak zaman Neolitikum
(Grimaldi, 2009). Amber asli berasal dari Skandinavia Utara
(Springer Nature Switzerland, 2007).
Pencirian Suku Tumbuhan :

 Pohon: Pohon, sesekali semak, hijau sepanjang tahun (gugur setiap tahun di
Larix dan Pseudolarix), resin dan aromatik, monoecious.
 Kulit: Halus hingga bersisik atau berkerut.
 Cabang: Cabang lateral berkembang dengan baik dan mirip dengan pucuk
terkemuka (panjang), atau direduksi menjadi pucuk pendek (memacu); tunas
mencolok.
 Akar: Berserat hingga berkayu, umumnya terdiri dari akar struktural berkayu
yang berakhir pada akar halus ektomikoriza non-kayu yang diganti setiap
semester hingga tahunan.
 Daun: Daun sederhana, berganti-ganti dan diatur secara spiral tetapi kadang-
kadang diputar di pangkalan sehingga tampak 1- atau 2-tingkat
 Konus: Biji konus jatuh tempo dalam 1 musim (2-3 musim di Pinus) dan luruh
segera setelah, kadang serotinous (tidak membuka pada saat jatuh tempo
tetapi jauh kemudian: beberapa Pinus, dan Picea mariana), senyawa, aksila,
soliter atau dikelompokkan.
(Earle, 2019).
Organ vegetative: Akar, batang, dan daun (Rosir, 2010).
Organ generative: Konus (Sullivan, 2018).
Sifat dan Efek Farmakologis:
 Resin pada tanaman ini berguna untuk pernis dan perekat, sebagai
sumber penting bahan baku untuk sintesis organik, atau untuk dupa dan
parfum/pewangi (Parimal, et al., 2011).
 Berkhasiat sebagai ramuan untuk demam, gangguan pencernaan, infeksi
tenggorokan, asma, reumatik, dan banyak lainnya (Scents of Earth,
2006).
Kandungan Kimia:
Balsam, minyak atsiri, resin, asam terpen (bicyclic terpenes alpha-pinene,
beta-pinene, delta-3 carene and sabinene, monocyclic terpenes limonene
dan terpinolene, dan jumlah kecil dari tricyclic sesquiterpenes,
longifolene, caryophyllene dan delta-cadinene), dan karboksilat (Parimal,
et al., 2011).
CRYPTOGAMAE
Cibotium baranetz
Klasifikasi Tumbuhan (Pakis Monyet)

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Subkelas : Cyatheatae
Ordo : Cyatheales
Famili : Dicksoniaceae
Genus : Cibotium
Spesies : Cibotium baranetz J. Sm. (Bot, 1842)
a. sorus
b. sporofil
c. batang
d. tropofil
Deskripsi
 Paku simpai tumbuh liar di tepi tebing, lereng bukit, jurang, temat-tempat rindang
lain, atau ditanam sebagai tanaman hias di daerah wisata.
 Paku menahun, tinggi 2,5-3 m, batang kuat, pada batang dan tangkai daun
ditumbuhi rambut berwarna kuning emas yang disebut pili cibotii.
 Daun seperti kulit bertumpul di ujung batang membentuk roset batang, bertangkai
panjang, letak berseling, dan pangkal berambut warna kuning.
 Helaian daun besar berupa daun majemuk menyirip ganda tiga, dengan anak daun
kecil-kecil, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi.
 Permukaan atas berwarna hijau tua, sedangkan permukaan bawah berwarna abu-abu
muda.
 Tumbuhan paku ini mempunyai rimpang tebal dan berdaging.
 Daun muda bisa dimakan sebagai salad dan direbus bersama daging atau ikan.
(Tim penyusun PS, 2013)
Pencirian Suku Tumbuhan :
Suku ini tidak memiliki rambut sebagaimana paku pohon lainnya, melainkan sisik pada
permukaan tangkai daunnya.

Organ vegetative: sporofil


Organ generative: anteridium dan arkegonium
Sifat dan Efek Farmakologis:
pahit, manis, dan hangat. Masuk meridian hati dan ginjal. Berkhasiat unuk menguatkan
kembali hati dan ginjal, antirematik, menguatkan tulang punggung dan lutut, serta
menghentikan pendarahan (hemostasis).

Indikasi:
mengatasi sakit pinggang (lumbago), tulang-tulang nyeri akibat flu, kronik rheumatis,
keseleo, mengobati pendarahan pada bisul dan luka, rasa baal di tangan dan kaki,
banyak kencing, keluar sperma, serta keputihan.
Kandungan Kimia:
pterosin R, onitin, onitin-2’-0-b-D-glucoside, vitamin E, aspidinol, kanji, dan tannin.
(Dalimartha, 2008)
Ganoderma lucidum

Klasifikasi Tumbuhan (Supa Sinduk)

Kingdom : Fungi
Divisi : Agaricomycota
Kelas : Basidiomycota
Ordo : Polyporales
Famili : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma lucidum

(Mycol, 1881)
Deskripsi
 Badan buah bertangkai panjang yang tumbuh lurus ke atas, berbentuk setengah
lingkaran, diameter 10 –35 cm.
 Pada bagian buah terdapat garis-garis melingkar yang merupakan batas periode
pertumbuhan, tepi berombak atau berlekuk, pada sisi atas terdapat lipatan-
lipatan radier, warna coklat merah keunguan, mengilap seperti lak, konsistensinya
keras dan alot.
 Umurnya beberapa tahun dengan setiap tahun membentuk lapisan-lapisan
himefora baru.
 Jamur ini tumbuh liar di hutan pada batang kayu mati maupun hidup.
 Spesies G. Lucidum memiliki 6 kultivar yang dapat diketahui dari perbedaan
bentuk spora dan warna tubuh buahnya, yaitu antara lain berupa Jamur Lingzhi
kuning, merah, hijau, ungu, putih dan Lingzhi hitam.
 Ganoderma termasuk sebagian dari jenis jamur raksasa, yang dalam
perkembangan tubuh buahnya dapat membentuk badan setengah lingkaran atau
seperti kipas.
(Susan dan retnowati, 2017)
Pencirian Suku Tumbuhan :
 Tumbuhan tersebar hamper di seluruh belahan dunia kecuali
daerah kering seperti gurun dan daerah yang memiliki salju abadi.
 Tumbuhan ini dapat hidup dan air, tempat yang lembab, sebagai
epifit yang menempel pada tumbuhan lain, atau hidup pada
sampah atau sisa-sisa tumbuhan lain.
 Akar berbentuk serabut, memiliki daun batang sejati, tidak
memiliki bunga, memiliki daun majemuk
(Yudianto, 1992)
Organ Vegetative :
pembentukan konidiospora
Organ Generative :
peleburan antara hifa berbeda jenis yang akan menghasilkan spora
generatif basidiospora.
Sifat dan Efek Farmakologis :
Jamur kayu ini memiliki sifat manis, agak pahit, dan agak hangat.
Meningkatkan energy dan daya tahan tubuh obat penenang (sedatif),
menghilangkan rasa sakit (analgetik), anti-tussif, dan antiasma.
(Jaelani, 2008)
Indikasi :
Pengobatan penunjang pada kanker esophagus, lambung, nosafaring, dan
kanker paru disertai sindrom defisiensi energy vital dan turunnya daya tahan
tubuh, pengobatan untuk hepatIntegrated Taxonomy Information System,
asma, brokhIntegrated Taxonomy Information System kronis.

Kandungan Kimia :
Ergosterol, koumarin, triterpena, protein asam amino, asam protease, fungal
lysozyme, polipeptidase, sakarida, natrium, kalsium, dan seng.
(Wijayakusuma, 2005)
ANGIOSPERMAE MONOKOTIL
Musa brachycarpa

Klasifikasi Tumbuhan (Pisang Klutuk)

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Filum : Tracheopyta
Kelas : Liliopsida
Orde : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa L.
Spesies : Musa balbisiana Colla.
(GBIF, 2017)
Deskripsi
 Musa balbisiana Colla. memiliki akar yang berdaging dan adventif.
 Daun tersusun secara spiral dan panjangnya mencapai 2,7 meter dan lebar
60 cm.
 Bunga jantan melekat di ujung perbungaan dan, di bawahnya, dipisahkan
oleh beberapa bunga steril, atau bunga betina yang berkembang menjadi
buah-buahan.
 Dalam kasus yang dibudidayakan, buah-buahan berkembang secara
parthenocarpically dan tanpa biji.
 Buah-buahnya tersusun sedemikian rupa dengan masing-masing berisi 10-
20 pisang
(KewScience, 2017)
Pencirian Suku Tumbuhan
 Batang lunak disokong terutama oleh pelepah-pelepah daun.
 Daun besar, lebar, tersusun spiral, pelepah saling menutupi dan saling menekan
membentuk batang semu dimana dari puncaknnya keluar petiolus yang panjang,
lamina melebar dengan urat daun pinnatus yang paralel satu sama lain, menggulung
waktu muda.
 Sumbu pembungaan muncul dari kormus, tumbuh ke atsa melewati tabung yang
dibentuk oleh pelepah-pelepah daun dan keluar dari puncak, biasanya membelok ke
satu arah atau terkulai.
 Setiap bunga epiginus, zigomorf, bernektar, uniseksual, bunga-bunga betina terletak
di sebelah bawah (tetapi karena pembungaan menjadi terkulai maka letaknya
menjadi di sebelah atas).
 Stamen umumnya berjumlah 5, yang kosong berhadapan dengan petal yang lepas
atau kadang-kadang berbentuk staminoidium kecil, jarang 6 stamen fertil, filamen
lepas.
 Buah berdaging dengan eksokarp yang mudah lepas. Biji dengan testa yang keras,
dengan endosperm serta perisperm yang beramilum.
(Silahi,2015)
Organ Vegetatif : Tunas
Organ Generatif : Bunga
(KewScience, 2017)

Kegunaan dalam bidang farmasi :


Akar dapat digunakan sebagai pereda asma, obat untuk hematuria.
Daunnya digunakan untuk keputihan, redang tenggorokan dan
disentri. Buahnya yang masih muda dapat digunakan untuk diare,
tukak lambung dan disentri (Dalimartha. 2007)

Kandungan Kimia :
Akar mengandung serotonin, norepinefrin, tanin, hidroksitriptamin,
dopamin, vitamin A, B, C. Buah mengandung flavonoid, glukosa,
pektin, serotonin, dopamin, noradrenalin, vitamin, mineral, fruktosa
(Dalimartha. 2007)
Canna Orientalis Rosc.

Klasifikasi Tumbuhan

Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheopyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Familia : Cannaceae
Genus : Canna L.
Species : Canna indica L.
Sinonim : Canna Orientalis Rosc.
Deskripsi
 Bunga tasbih merupakan tanaman herba yang kuat dengan batang bawah umbi,
seluruh tanaman berwarna hijau dan halus, tumbuh setinggi 1,5 meter.
 Daunnya berbentuk lanset atau bulat telur, panjangnya 10-30 cm, lebar 10-20
cm. Perbungaan agak lilin-glaucous, tegak, dengan gagang bunga sekitar 30 cm.
Bunganya berwarna merah, soliter atau berpasangan, panjangnya sekitar 1,3
cm.
 Sepal memiliki panjang 1 hingga 1,5 cm, putih kehijauan meskipun terkadang
diwarnai dengan merah, dan lanset atau bujur.
 Tabung corolla panjangnya sekitar 1 cm, lobus involusi berwarna merah atau
kemerahan, panjang 2,5 hingga 3 cm.
 Buahnya berbentuk kapsul, berwarna hijau lonjong-ovoid, bergetah lembut
(berduri), dan panjangnya 2-2,5 cm.
 Biji berukuran kira-kira seukuran kacang, agak bulat, dengan kulit biji yang
bersinar
(Stuart, 2017)
Pencirian Suku :
 Tanaman dengan herba perennial yang tegak dengan rizoma yang
simpodial yang tebal beramilum (butir-butir amilum majemuk
asimetris).
 Daun tersusun spiral dengan pelepah pendek, petiolus, lamina melebar,
tunggal waktu muda menggulung, urat daun pinnati paralel (pinnatus
tetapi satu sama lain sejajar), tidak ada ligula maupun pulvinus.
 Pembungaan terminal biasanya bercabang terbuka, dengan simula
(simosa yang hanya sedikit bunganya) 2 bunga pada ketiak braktea
ytama.
 Bunga biseksual, epiginus, zigomorf.
 Buah kapsula, eksokarp dengan papila-papila.
 Biji dengan endosperm yang tipis dan perisperm banyak, keras,
beramilum
(Silahi, 2015)
Organ Vegetatif :-
Organ Generatif : Biji dan Bunga
Kegunaan Dalam Bidang Farmasi :
 Antioksidan
Hasil penelitian menunjukkan dengan jelas bagian aerial C. indica
efektif dalam membersihkan radikal bebas dan berpotensi menjadi
antioksidan kuat (Prashant R.Kaldhone et al, 2009)
 Efek Hemostatik
Studi mengevaluasi efek hemostatik ekstrak bunga C. indica pada
tikus. Hasil menunjukkan efek hemostatik dengan pengurangan
signifikan dalam waktu perdarahan, waktu pembekuan dan
permeabilitas kapiler perut (Zhang et al, 2011)
Kandungan Kimia :
Rimpang menghasilkan lemak, jejak alkaloid, permen karet dan pati.
Skrining fitokimia menghasilkan fenol, sterol, flavonoid dan saponin
(Srivastava dan Vankar, 2010)
Donax canniformis

Klasifikasi Tumbuhan (Bamban)


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Superorder : Lilianae
Order : Zingiberales
Family : Marantaceae
Genus : Donax Lour.
Species : Donax canniformis (G. Forst.) K. Schum.
(Integrated Taxonomy Information System Report, 2019)
Deskripsi
 Bamban adalah tanaman herbal berizhoma dengan tinggi 2-3 meter, tekstur
halus, dan bercabang banyak.
 Terna yang berumpun, membentuk semak setinggi 1,5–4 (–5) m; dengan batang
bulat torak berwarna hijau tua, beruas panjang-panjang sela 1–2,5 m.
 Daun-daun tunggal bertangkai 8–20 cm, dengan helaian bundar telur lebar
hingga jorong, 10–25 × 10–45 cm.
 Perbungaan sering bercabang di pangkal, panjang hingga 20 cm.
 Kelopak berwarna putih, bundar telur menyegitiga, gundul, 3–3,5 mm.
 Tabung mahkota 8–10 mm; taju mahkota bentuk garis, 1–1,4 cm × 2–3 mm.
 Buah putih hingga krem pucat, diameter 1–1,5 cm, kering, tidak memecah.
 Biji 1 atau 2 dan berwarna coklat
(Flora of China, 2006).
Pencirian Suku Tumbuhan :
Rimpang bercabang simpleks dan tegak, berdaun pendek, dan berbunga tunas. Segmen
rimpang biasanya pendek tetapi dengan internode, tanaman menjadi berumbai
(Tomlinson, 1961).

Organ Vegetative :
Stolon melalui batang dan akar

Organ Generative :
Donax canniformis memiliki bunga sebagai alat reproduksi generatif dimana biji
dihasilkan melalui polinasi benag sari ke kepala putik

Manfaat :
Daun Donax canniformis dapat dimanfaatkan sebagai obat tetes mata dan akar yang
direbus dapat digunakan untuk meredakan panas dalam (NParks Flora & Fauna Web,
2012).

Kandungan Kimia :
Senyawa fenolik, flavanoid, tanin, fitosterol, terpenoid, steroid, alkaloid, glikosida
jantung dan saponin yang terdistribusi pada beberapa bagian tanaman (Hidayatullah, et
al., 2015).
Grammatophyllum scriptum BL

Klasifikasi Tumbuhan

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Filum : Tracheopyta
Kelas : Liliopsida
Orde : Asparagales
Famili : Orchidaceae
Genus : Grammatophyllum Blume.
Spesies : Grammatophyllum scriptum Blume
(GBIF, 2017)
Deskripsi
 Grammatophyllum scriptum Blume adalah anggrek epifit yang ukurannya
bervariasi.
 Umbi semu (Pseudobulb) berbentuk gemuk, bulat telur (fusiform), dan
panjangnya 12-20 cm.
 Daunnya panjang, lonjong, dan panjangnya 20-40 cm.
 Perbungaan sederhana (racemose) dengan gagang bunga sepanjang 0,6-1,5 m,
menyebar, dan terjumbai.
 Bunga berjumlah banyak, masing-masing sekitar 5-8 cm.
 Sepal dan kelopak berwarna cokelat muda, hijau kekuningan, dan ditutupi
dengan bercak besar, coklat kemerahan.
 Labellum dengan bentuk three-lobed, dan berwarna kuning dengan garis ungu.
 Anther berbentuk orbicular dan berbulu, yang disebut pollinia subglobose
(Stuart, 2017).
Pencirian Suku Tumbuhan

 Akarnya termodifikasi menjadi akar udara.


 Batang sebelah bawah atau seluruhnya terutama pada jenis-jenis epifit sering menebal membentuk
umbi semi (pseudobulb) tetapi jenis-jenis teresterial umumnya memiliki rizoma, kormus atau tuber.
 Daun tersebar kadang-kadang distikha, jarang berhadapan atau dalam lingkaran atau tereduksi
menjadi sisik (pada jenis-jenis tidak berklorofil), urat daun sejajar, sering berdaging, berpelepah
dasar.
 Bunga dalam rasemus, spika atau panikula (biasanya setiap bunga memiliki braktea), kadang-kadeng
tunggal, biseksual jarang yang uniseksual (tumbuhan berumah satu atau berumah dua),
 Sepal semua sama atau 1 yang di tengah berbeda bentuk dan warnanya.
 Petal berjumlah 3, 1 yang di tengah sangat berbeda dengan yang lainnya (kecuali pada
Apostasioidea), umumnya lebih besar serta beda bentuk dan warnanya,membentuk bibir (labellum).
 Stamen biasanya berjumlah 1, jarang yang memiliki 2 atau 3, letaknya berhadapan dengan labellum.
Stamen berjumlah sepenuhnya melekat pada stilus membentuk suatu kolumn (ginostemiumOvula
sangat banyak dan kecil, umumnya tidak tumbuh sebelum polinasi. Buah kapsula, membuka dengan
3(6) celah longitudinal.
 Biji sangat banyak (ribuan sampai jutaan) dan sangat kecil.
 Endosperm tidak ada, untuk perkecambahan biasanya berassosiasi dengan jamur tertentu.
(Silahi, 2015)
Organ Vegetatif : Batang, tunas beserta psudobulb
Organ Generatif : Bunga
(Stuart, 2017)

Kegunaan dalam bidang farmasi :

 Rebusan daun digunakan untuk demam dan pilek, batuk dan flu
(Johnny, et al 2016)
 Pasta dari pseudobulbs yang ditumbuk bersama dengan Curcuma
domestica (kunyit) dioleskan pada jari yang terserang whitlow
(infeksi bakteri pada kuku) (Eng Soon Teoh, 2016)

Kandungan Kimia :
Pseudobulb mengandung karbohidrat (Eng Soon Teoh, 2016)
ANGIOSPERMAE DIKOTIL
Cinnamomum sintoc Blume
Klasifikasi Tumbuhan (Sintuk Madu)
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Species : Cinnamomum sintoc Blume
(Tropicos, 2019 ; Theplantlist, 2019).
Deskripsi
 Tinggi pohon hingga 40 m, hingga diameter 90 cm.
 Kulit halus, coklat muda; kulit bagian dalam coklat kemerahan, sangat berbau
pala.
 Ranting gagah, terete, diameter 1,5-2,5 mm, berkilau, kering kehitaman.
 Terminal tidak bersulasi, berbentuk kerucut, c. Panjang 2 mm, berbulu.
 Daun berseberangan atau subopposite, mengering kecoklatan, triplinerved,
coriaceous tebal, glabrous di bawah; bilah tidak bengkok, tanpa domatia
 Tangkai daun ramping, mengering kehitaman, menghitamkan mata pisau,
panjang 1-1,5 cm, diameter 1-1,5 mm, tersalur di atas
 Bunga berbulu lebat;
(Silk, 1826)
Pencirian suku tumbuhan :

 Pohon dengan kulit batang hingga ranting yang mengandung


minyak atsiri, daunnya tunggal, berseling dan berwarna hijau.
 Pucuk daun ada yang berwarna kemerah- merahan.
 Bunga kecil berkelamin dua (sempurna) berwarna hijau atau
kuning.
 Bentuk buah buni, berbiji satu, berdaging bulat memanjang
(Rismunandar, 1989)
Penyebaran :

Peninsular Thailand, Peninsular Malaysia, Sumatra, Java, Lesser


Sunda Islands, Borneo.

Organ Vegetatif : batang dan daun (PlantsofAsia, 2009).

Organ Generatif : Biji (Kumalasari, 2017)


Kegunaan :

Kulitnya, dikenal sebagai 'kulit Sintoc', bersifat antispasmodik, astringen,


dan vermifuge iIni digunakan dalam pengobatan diare dan keluhan usus
lainnya. Kulit bubuk diterapkan secara eksternal sebagai disinfektan pada
luka (Uphof, 1959)

Kandungan kimia :

Kulit kayu sintok mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,4% v/b
(Jantan,et al., 1994; Depkes, 2008). Minyak yang diperoleh dari daun kayu
sintok (Cinnamomum sintoc) Malaysia mengandung safrol (23,4%) dan
muurolen (13,5%) sebagai komponen utama (Jantan, et al., 1994). Minyak
atsiri yang diperoleh dari kulit kayu sintok segar dari Cibodas, Jawa Tengah
mengandung eugenol (38,38%), miristisin (13,54%) dan safrol (10,17%)
sebagai kompenen utama (Iskandar dan Suprayatna, 2008).
Piper attenuatum

Klasifikasi Tumbuhan

Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheobionta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Subfamilia : Piperoideae
Genus : Piper
Species : Piper attenuatum Buch –Ham.
(Verh, et al., 1826)
Deskripsi
 Tumbuhan merambat dengan cabang lentur, bantalan
orbicular - ovate atau daun berbentuk hati.
 Buah ellipsoid atau globose, berdiameter sekitar 4mm.
 Ditemukan di ghats barat, Himalaya, Andhra Pradesh,
Orissa, Assam dan Meghalaya.

(Nair, dkk. 1985)


Pencirian Suku Tumbuhan :
 Semak atau perdu, kerapkali memanjat dengan akar lekat, jarang pohon.
 Daun duduknya berbeda, tunggal, tepi rata, bertulang daun menyirip atau menjari,
kerapkali berbau aromatis atau rasa pedas.
 Bunga kecil, dalam bulir, yang terakhir kadang-kadang keseluruhannya berbentuk
payung; masing-masing dalam ketiak daun pelindung, tanpa perhiasan bunga,
berkelamin 2 atau 1.
 Benang sari 1-10; ruang sari 2.
 Bakal buah beruang 1, kepala putik 1-5, duduk atau dengan tangkai putik yang
pendek, buah buni berbiji 1

Organ Vegetative : Akar, batang, dan daun

Organ Generative : Bunga sejati

Manfaat : Obat sakit hepatIntegrated Taxonomy Information System,


luka/bengkak, dan kompres sakit kepala
Kandungan Kimia : Terpenoid (Purnomo dan Rani, 2004)
Ficus toxicaria L.

Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Species : Ficus toxicaria Linn.
Sinonim : Ficus padana Burm. f.

Sinonim :
Ficus toxicaria L.
Ficus elegans Hassk. (Tropicos, 2019 ; Theplantlist, 2019)
Deskripsi
 Perdu, tinggi 6-15 m, bertajuk melebar namun cabang-cabangnya tak
seberapa kuat.
 Gemang batang hingga 30 cm garis tengahnya.
 Semua bagian mengeluarkan getah susu apabila dilukai; getah mengeras
serupa lilin.
 Daun-daun tersebar; bertangkai hingga sepanjang 18 cm; helaian bundar
telur hingga bundar telur terbalik, pangkalnya bentuk jantung, tepi lembaran
daun rata atau terbagi 5-7 menjari, bergigi bergerigi dangkal, sisi bawah
tertutupi rambut wol halus berwarna putih atau kekuningan.
 Perbungaan berupa buah periuk (fig) di ketiak, bulat menggepeng, diameter
hingga 4-5 cm, merah-hitam jika masak, bertangkai lk 1 cm
(Burman, 1768)
Organ Vegetatif : Perbungaan berupa buah periuk (fig)

Organ Generatif: Batang dan daun


(Heyne, 1987)
Penyebaran :

Asia tenggara, Indonesia di Jawa dan Sunda


(Fern, 2014)
Pencirian suku :
Ciri khas suku ini dapat dilihat dari daunnya yang relatif tebal, agak
berdaging (sukulen), serta dari buahnya yang bukan merupakan buah
sejati karena terbentuk dari dasar bunga yang membesar lalu menutup
sehingga membentuk bulatan seperti buah. Bunganya tersembunyi di
dalam "buah" dan diserbuki oleh serangga tertentu (biasanya dari
anggota Hymenoptera) (Halevy, 1989)
Kegunaan :
Pucuk daunnya biasa digunakan untuk obat diare dan buahnya dapat
langsung dimakan (Prawiradiputra, 2015). Mengatasi kencing nanah
(sergio et al , 2001)
Kandungan kimia :
Flavonoid (Daniel et al, 2001)
Villebrunea rubescens (Blume)
Klasifikasi Tumbuhan :

Kingdom : Plantae
Filum : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Urticales
Famili : Urticaceae
Genus : Oreocnide
Species : Oreocnide rubescens (Blume) Miq.
Sinonim : Villebrunea rubescens

(Tropicos, 2019 ; Theplantlist, 2019)


Nama sinonim
    Oreocnide sylvatica (Blume) Miq.

    Urtica rubescens Blume

    Urtica sylvatica Blume

    Villebrunea integrifolia var. sylvatica (Blume) Hook. f.

    Villebrunea rubescens (Blume) Blume

    Villebrunea sylvatica (Blume) Blume


Deskripsi
 Pohon kecil atau semak setinggi 2-12 m; kulit coklat keabu-abuan atau abu-abu;
branchlets berwarna cokelat atau keunguan, berbulu panjang.
 Stipules linear-lanceolate, 0,6-1,3 cm; tangkai daun 1-5 cm, berbulu pendek; helai
daun lonjong atau putus-putus, 7-25 × 3-8 cm, tipis, tipis, urat sekunder 6-9 pasang,,
permukaan gloser yang tipis, permukaan bundar atau cuneat lebar
 Perbungaan dalam axils daun jatuh atau pada cabang yang lebih tua, pedunculate,
bercabang 2 atau 3 kali, 1-2 cm; glomerulus 3-4 mm.
 Bunga jantan: lobus perianth 4, lonjong, panjangnya 1/2 panjang, kira-kira 1 mm;
subclavate ovarium yang belum sempurna.
 Bunga betina ca. 1 mm. Achene conic, ca. 1,2 mm, dikelilingi oleh cupoid diskoid
berdaging di pangkalan.
(Hong zi ma, 1869)
Pencirian suku :
 Suku urticaceae berupa terna yang tidak bergetah.
 Daun tersebar atau berhadapan dengan stipula yang tidak sama besar.
 Bunga uniseksual jarang banci, aktinomorf.
 Bunga-bunga kecil tersusun dalam tukal-tukal atau bongkol yang merupakan
simosa terkumpul dan tereduksi dalam rangkaian yang menyerupai tandan
atau untaian seperti bunga lada.
 Bunga dengan tenda bunga yang berjumlah 4-5 (kadang 2-3).
 Benang sari sama banyaknya dan berhadap-hadapan dengan daun tenda bunga
dalam kuncup membengkok ke dalam. Pada waktu bunga mekar lalu
membengkok keluar.
 Putik dengan 1 kepala putik yang berbentuk seperti bulu atau seberkas
rambut-rambut.
 Bakal buah beruang satu dengan satu bakal biji pada dasarnya.
 Buahnya buah batu atau buah keras, biji mempunyai endosperm dan lembaga
lurus
(Hadiluhung et al, 2015)
Organ Vegetatif : Batang dan Daun

Organ Generatif: Bunga


(Pelcer dan Barcelona, 2007)
Penyebaran :
Indonesia, Thailand, Papua Newguinea, Malaysia dan China

Kegunaan :

Serat dapat diekstraksi dari kulit pohon. Penggunaan obat dicatat untuk
Sumatra, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil dan Papua. Penyakit yang diobati
termasuk demam, cacar, radang mata, sakit kepala dan keluhan berkemih
(Brink et al, 2012)

Kandungan kimia :
Mengandung beberapa senyawa diantaranya alkaloids, tannins, flavonoids,
terpenoid, glikosida, dan fenol (Gunawan et al., 2018), Flavonoid dan ionone
(khan et al, 1993)
Daftar Pustaka
Anne, V. 2019. Musa balbasiana. Available at
http://www.promusa.org/Musa+balbisiana#Main_characteristics [accessed June 12, 2019]
Blume C.L. 1856. Museum botanicum Lugduno-Batavum, vol. 2: p. 8, t. 15
Bot, L.J. 1842. Cibotium baranetz (L.) Sm. Tersedia online di www.bgif.org [diakses pada
tanggal 12 Juni 2019]
Brink. M, Jansen. P.C.M. & C.H. Bosch. 2016. Oreocnide rubescens (PROSEA). Tersedia secara
online di https://uses.plantnet-project.org/en/Oreocnide_rubescens_(PROSEA). [Diakses
pada 19 Juni 2019]
Burm.f. 1888. Annals of the Royal Botanic Garden. Calcutta. vol. 1: t. 184
BURMAN, NL. 1768. Flora Indica: cui accedit series zoophytorum indicorum.
Amstelaedami :Apud Cornelium Haek
Dalimarta, S.2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta: Pustaka Bunda.
Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Indonesia. Jakarta : Puspa swara
Daniel F. A, et al, . 2001. Chem. Soc, 12, (4), 538-541
Earle, C. J. 2019. The Gymnospermae Database. Tersedia online di :
https://www.conifers.org/pi/Pinaceae.php [Diakses pada 12 Juni 2019]
Eng Soon Teoh. 2016. Medicinal Orchids of Asia. Singapore : Springer International Publishing
Switzerland.
Farjon, A., 2005. A Monograph of Cupressaceae and Sciadopitys. Royal Botanic Garden: Kew.
Flora of China, 2006. Donax canniformis. [Online] Available at:
http://www.efloras.org/florataxon.aspx?flora_id=2&taxon_id=200028492
[Diakses 12 Juni 2019].
Future Forests, 2018. Taxodium mucronatum - Montezuma cypress. [Online]
Available at: https://futureforests.ie/products/taxodium-mucronatum
[Diakses 12 Juni 2019].
GBIF Secretariat. 2017. Canna indica L. in. GBIF Backbone Taxonomy. Available at
https://www.gbif.org/species/8034409 [accessed June 12, 2019]
Hadiluhung A., Handayani R T., Handayani & Yolanda D S. 2015 .KEANEKARAGAMAN FAMILY
URTICACEAE DI KEBUN RAYA CIBODAS. Tersedia secara online di
https://dokumen.tips/documents/urticaceae.html . [Diakses pada 12 Juni 2019]
Halevy, A. H. 1989. Handbook of Flowering Volume 6 of CRC Handbook of Flowering. CRC
Press, hlm. 331, ISBN 978-0-8493-3916-5,
Hidayatullah, Anam, S. & Tandah, M. R., 2015. PROFIL KANDUNGAN KIMIA DAN AKTIVITAS
ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL DAUN BAMBAN (Donax canniformis (G. Forst.) K. Schum.)
TERHADAP Staphylococcus aureus. GALENIKA Journal of Pharmacy, 1(2), pp. 141-148.
Hong zi ma .1869 .Oreocnide .Flora Of China. 4(2): 306
Indrayan, A K., Bhojak, N. K., Kumar, N., Shatru, A., dan Gaur, A. 2011. Chemical composition
and antimicrobial activity of the essential oil from the rhizome of Canna indica Linn. IJC-B.
Vol.50B (08)
Integrated Taxonomy Information System Report, 2019. Taxodium Rich.. [Online]
Available at: https://www.Integrated Taxonomy Information
System.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=18040#null
[Diakses 12 Juni 2019].
Iskandar, Y, dan Suprayatna, S. 2008. Chemical composition of volatile oil from Cinnamomum
sintoc stem barks. Proceeding of The Internationa l Seminar on Chemistry. Halaman 601-
603.
Jaelani. 2008. Jamur Berkhasiat Obat. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Jantan, I., Moharam, B.A.K., Santhanam, J., and Jamal, J.A. (2008). Correlation Between
Chemical Composition And Antifungal Activity Of The Essential Oils Of Eight Cinnamomum
Species. Pharma Bio. 46(6): 406–412.
Jaringan Informasi Sumber Daya Plasma Nutfah (GRIN). 2003. "Keluarga: Urticaceae Juss.,
Nom. Kontra" . Taksonomi untuk Tumbuhan . USDA , ARS , Program Sumber Daya Genetik
Nasional, Laboratorium Sumber Daya Plasma Nutfah Nasional, Beltsville, Maryland.
Jeyaraman V, Muthukkumarasamy S dan Velanganni, A. J. 2011. Phytochemical Analysis of
Canna indica L. Indian Journal Of Natural Sciences. Vol 1 (5)
Johnny, A. C., Rodante, G. F., dan Maxima, J. A. 2016. COMPLEMENTARY AND ALTERNATIVE MEDICINES AMONG RESIDENTS IN
UPLAND CAVITE, PHILIPPINES: THEIR KNOWLEDGE, PATTERNS OF USE AND ATTITUDES. Journal of Experimental Biology
and Agricultural Sciences. Vol 4 (2) :133-141
KewScience. 2017. Musa balbasiana Colla. Available at http://powo.science.kew.org/taxon/urn:lsid:ipni.org:names:797536-
1#descriptions [accessed at June 12, 2019]
Khan I. A., Rail T, & Otto Sticker. 1993. Flavonoids and lonone-Related Compounds from Oreocniderubescens. Planta Med. 59
: 287
Kumalasari, A. 2017. SCREENING FITOKIMIA DAN STUDI EKSTRAK DAUN SINTOK (Cinnamomum sintoc Bl.) SEBAGAI
ANTIOKSIDAN DAN ANTIHIPERLIPIDEMIA. Tersedia online di
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/80737/Ardine%20 Kumalasari%20-%20121810301017_.pdf?
sequence=1. [Diakses pada tanggal 18 Juni 2019].
Li, H. L., 1975. Flora of Taiwan. 728 penyunt. Taipei: Epoch.
Munawaroh, E., Inggit, P.A., dan Sumanto. 2011. Studi Keanekaragaman dan Potensi Suku Piperacea di Sumatera Barat. Berk.
Penel. Hayati. Vol 5A: 35-40.
Mycol, R. 1881. Ganoderma lucidum (Curtis) P.Karst. tersedia online di www.gbif.org [diakses pada tanggal 12 Juni 2019]
Nair, K.V., Indira B., S.N. Yoganarasimhan, dan K. Gopakumar. 1985. STUDIES ON SOME SOUTH INDIAN MARKET SAMPLES OF
AYURVEDIC DRUGS – V. Ancient Science of Life. Vol.6(1): 30-34.
NParks Flora & Fauna Web, 2012. Flora & Fauna Web - Plant Details - Conax cannifromis. [Online] Available at:
https://florafaunaweb.nparks.gov.sg/special-pages/plant detail.aspx?id=5607
[Diakses 12 Juni 2019].
Pelser, P.B. dan J.F. Barcelona. 2017. Villebrunea rubescens. Tersedia online di http://www.phytoimages.siu.edu . [Diakses
pada 18 Juni 2019].
Plants of Asia. 2009. Cinnamomum sintoc. Tersedia online di http://www.plantsofasia.com/index/cinnamomum_sintoc/0-
466. [Diakses pada 18 Juni 2019]
Parimal, K., Khale, A. & Pramod, K. 2011. Resins From Herbal Origin and A Focus On Their Applications.
International Journal of Pharmacy Science and Research. Vol. 2(5) : 1077-1085.
Prashant R.Kaldhone et al. 2009. In-vitro Antioxidant Activity of methanolic extract of Aerial Parts of Canna indica L.
Journal of Pharmacy Research. Vol 2(11) : 1712-1715
Prawiradiputra B. R. 2015. Tumbuhan Pakan Ternak Lokal di Kabupaten Pandeglang, Banten. Pasutra. Vol 5 (1) : 1 –
6.
Purnomo dan Rani A. 2004. Hubungan Kekerabatan Antar Spesies Piper Berdasarkan Sifat Morfologi dan Minyak Atsiri
Daun. BIODIVERSITAS. Volume 6(1): 12-16.
Ravindran, P. N.; K. Nirmal Babu; M. Shylaja (2003). Cinnamon and Cassia: The genus Cinnamomum. CRC Press.
p. 59. ISBN 978-0-415-31755-9
Rismunandar, 1989, Budidaya Kayu Manis. Jakarta : Sinar Baru
Rosir. 2010. Organ Vegetatif Pada Tumbuhan. Tersedia online di:
http://rosir08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/organ-vegetatif-pada-tumbuhan/
[Diakses pada 13 Juni 2019]
Rudiyanto, S., 2015. Tanaman Bamban untuk Mengobati Sakit Mata dan Gigitan Ular Berbisa. [Online] Available at:
https://www.biodiversitywarriors.org/bamban-bemban.html
[Diakses 12 Juni 2019].
Rumphius G.E. 1743.Herbarium amboinense, vol. 4: p. 135, t. 70
Saidi, N., Helwati. H., Lubis, L Q, dan Muhammad B. 2017. ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF METHANOL EXTRACT FROM
STEM BARK OF Cinnamomum sintoc. Jurnal Natural. 17 (2) : 77-82.
Scents of Earth. 2006. Amber Resin (Pinus succinifera) Rusia.Tersedia online di :
https://scents-of-earth.com/amber-resin-pinus-succinifera-russia/ [Diakses pada 12 Juni 2019].
Sergio R. P S, et al, 2001. Planta Medica, ,16,186-187.
Silalahi, M. 2015. Bahan Ajar Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Tersedia secara online di
http://repository.uki.ac.id/197/ [Diakses pada tanggal 12 Juni 2019]
Silk, F. (1826). Cinnamomum sintoc Blume, Bijdr. Tersedia secara online di
http://www.asianplant.net/Lauraceae/Cinnamomum_sintoc.htm. [Diakses pada 12 Juli
2019]
Spencer, A. et al., 2015. Middle Jurassic evidence for the origin of Cupressaceae: A
paleobotanical context for the roles of regulatory genetics and development in the
evolution of conifer seed cones.. American Journal of Botany, 102(6), pp. 942-961.
Srivastava, J. dan Vankar P. S. 2010. Canna indica flower: New source of anthocyanins.
Plant Physiol Biochem. Vol 48 (12):1015-1019.
Stuart, G. U. 2017. Family Cannaceae : Tikas. Available at
http://www.stuartxchange.org/Tikas.html [accessed June 12, 2019]
Su, Z., Yuan, W., Wang, P. & Li, S., 2013. Ethnobotany, Phytochemistry, and Biological
Activities of Taxodium Rich.. Pharmaceutical Crops, Volume 4, pp. 1-14.
Sullivan, J., 2018. Fire Effects Information System (FEIS) : Taxodium mucronatum. [Online]
Available at: https://www.fs.fed.us/database/feis/plants/tree/taxmuc/all.html#2
[Diakses 12 2019 2019].
Susan dan Retnowati. 2017. Catatan Beberapa Jamur Makro dari Pulau Enggano. Jurnal Ilmu-
ilmu Hayati. Volume 16 (3): 243-256.
Syamsuardi, Tamin, Rusjdi, dan Nurainas. 2006. Modul Kuliah Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi, jurusan biologi. Padang :
Universitas Andalas
Theplantlist. 2019. Cinnamomum sintoc Blume. Tersedia online di http://www.theplantlist.org/tpl/record/kew-2721620.
[Diakses pada 18 Juni 2019].
Theplantlist. 2019. Ficus padana Burm F. Tersedia online di http://www.theplantlist.org/tpl/record/kew-2811609. [Diakses
pada 18 Juni 2019].
Theplantlist. 2019.Villebrunea rubescens (Blume). Tersedia online di http://www.theplantlist.org/tpl/record/tro-50064603.
[Diakses pada 18 Juni 2019].
Tim Penyusun Kamus PS. 2013. Kamus Pertanian Umum. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tomlinson, P. B., 1961. Morphological and anatomical characteristics of the Marantaceae. Botanical Journey of The Linnean
Society, 58(370), pp. 55-78.
Tripod Development. 2018. Pinites succinifera. Tersedia online di: https://tripod.nih.gov/ginas/app/substance/ce2b7d8f
[Diakses pada 12 Juni 2019].
Tropicos. 2019. Cinnamomum sintoc Blume. Tersedia online di http://www.tropicos.org/Name/17800671. [Diakses pada 18 Juni
2019].
Tropicos. 2019. Ficus padana Burm F. Tersedia online di http://www.tropicos.org/Name/100338365. [Diakses pada 18 Juni
2019 ].
Tropicos. 2019. Villebrunea rubescens (Blume). Tersedia online di http://www.tropicos.org/Name/50064598. [Diakses pada 18
Juni 2019]
Uphof. J. C. Th. 1968. Dictionary of Economic Plants. Edisi 2. Cramer : Wiirzburg,
Wendy. 2016. Cinnamomum sintoc Blume. Tersedia secara online di http://tropical.theferns.info/viewtropical.php?
id=Cinnamomum+sintoc. [Diakses pada 12 Mei 2019]
Wijayakusuma, H. 2005. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa Swara.
Yudianto, SA, 1992. Pengantar Cryptogamae. Sistematika Tumbuhan Rendah. Bandung : Tarsito.
ZHANG Lin,ZHANG Bai'e,HUANG Li,CHEN Yun,FANG Chunsheng. 2011. Hemostatic Effect of Canna Indica L. Journal of Dali
University. Vol 12
 

Anda mungkin juga menyukai