Anda di halaman 1dari 14

Review Jurnal Tanaman Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.

) sebagai
Tanaman Obat

Deska z elzuela : Nim 2001102 Kelas S1-5C

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau-Pekanbaru, Riau Indonesia

Abstrak

Sebagai negara dengan kekayaan alam yang menyimpan banyak potensi sumber daya genetik

hingga sumber daya hayati yang mampu dimanfaatkan oleh manusia, salah satunya adalah

tumbuhan yang memiliki potensi tinggi untuk dijadikan sebagai obat karena dipercaya

memiliki banyak khasiat herbal. Agreatum conyzoides L termasuk dalam famili Asteraceae

merupakan tanaman tradisional yang digunakan memiliki khasiat herbal dalam pengobatan.

Daun tanaman ini mengandung senyawa seperti steroid, triterpenoid, alkaloid, flavonoid,

saponin, fenolik, tanin, karbohidrat dan protein. Dari hasil penelitian fitokimia menunjukkan

bahwa tumbuhan (Ageratum conyzoides Linn) memiliki kandungan senyawa fitokimia yaitu

alkaloid, flavonoid, isoflavon, terpenoid, seskuiterpen, sterol, benzofuran, chromone,

metabolit sekunder seperti asam caffeic dan asam fumarat dan vitamin (vitamin A dan B).

Tanaman meniran juga digunakan sebagai antibakteri. Metode penelitian ini menggunakan

beberapa literatur untuk mengetahui manfaat dari tumbuhan Ageratum conyzoides L. atau

tanaman bandotan. Kandungan utama dalam tanaman ini adalah stigmasterol dan ß-sitosterol

dan pyrrolizidine alkaloid. Bandotan terbukti memiliki khasiat sebagai antioksidan,

antitumor, antimikroba, dan sebagi antiinflamasi. Ekstrak metanol dan eter tanaman bandotan

memiliki efek antimikroba Efek analgesik, antiinflamasi, antiulser, antidiabetes,

antikonvulsan, bronkodilator, antimikroba dapat ditemukan pada semua bagian tanaman.

Hasil dari pencarian beberapa literatur dapat disimpulkan bahwa tanaman bandotan

(Agreatum conyzoides L) memiliki banyak manfaat.

Keyword : Bandotan, Agreatum conyzoides L, kegunaan, kandungan kimia


1. Pendahuluan (Santoso, 2016). Pemanfaatan

Negara Indonesia memiliki banyak tanaman tradisional dipercaya

keanekaragamaan baik habitat, dapat mengobati berbagai penyakit,

flora maupun fauna begitu juga di pedesaan tanaman tradisional

dengan keanekaragamaan sangat sering digunakan untuk

tumbuhan yang berada di berbagai menyembuhkan penyakit. Tanaman

daerah. Sebagai negara dengan memiliki senyawa-senyawa

kekayaan alam yang menyimpan metabolit sekunder yang bersifat

banyak potensi sumber daya toksik dan dapat digunakan sebagai

genetik hingga sumber daya hayati obat. Golongan senyawa metabolit

yang mampu dimanfaatkan oleh sekunder diantara nya adalah

manusia, salah satunya adalah flavonoid, alkaloid, tanin, steroid,

tumbuhan yang memiliki potensi saponin (Baud et al., n.d). Salah

tinggi untuk dijadikan sebagai obat satu tanaman obat yang digunakan

karena dipercaya memiliki banyak dan cukup dikenal di masyarakat

khasiat herbal. Sebagian tumbuhan adalah tanaman bandotan

obat merupakan tumbuhan yang (Agreatum conyzoides L).

hidup secara liar. Tumbuhan liar Agreatum conyzoides L

yang tumbuh pada area yang tidak termasuk dalam famili Asteraceae

di inginkan di areal pertanaman merupakan tanaman tradisional

seringkali dianggap sebagai gulma yang digunakan memiliki khasiat

atau tumbuhan pengganggu. herbal dalam pengobatan.

Namun apabila dikaji lebih dalam Agreatum conyzoides L. adalah

tumbuhan liar memiliki banyak tanaman yang tumbuh di

potensi terutama sebagai obat lingkungan tropis yang umumnya


berada di Afrika bagian barat dan Bagian dari tanaman

Amerika Serikat serta beberapa bandotan yang sering digunakan

Negara di Asia (Solanki et al., sebagai obat adalah daun, batang,

2010). Bandotan memiliki akar dan bunga. Daun tanaman ini

penyebaran yang cukup baik di mengandung senyawa seperti

Indonesia baik di lingkungan tropis steroid, triterpenoid, alkaloid,

maupun subtropis dan mudah flavonoid, saponin, fenolik, tanin,

ditemukan hutan, pinggir jalan, tepi karbohidrat dan protein (Dash,

sungai, sungai yang sering terkena Murthy, 2011). Flavonoid

paparan sinar matahari (Kotta et merupakan kelompok dari

al., 2020). golongan polifenol yang terbuat

Bandotan memiliki macam- dari cincin benzena dalam

macam nama berdasarkan daerah strukturnya dan penggunaannya

asalnya, beberapa nama daerah adalah sebagai antioksidan dan

bandotan adalah rumput tahi babi penangkal radikal bebas. Jenis

(Jambi), tempuyak (Jawa), empedu tumbuhan ini sering disebut

tanah (Kalimantan Tengah), tumbuhan bandotan yang

rumput Belanda (Bengkulu), jukut digunakan untuk mengobati luka

bau (Sunda), Sibaubau (Batak bakar, gatal-gatal, demam, diare,

Toba), buyuk-buyuk (Manado), radang usus dan rematik (Sukamto,

mbora (Kalimantan Timur), dus 2007). Penggunaan daun bandotan

bedusan (Madura), tada tada pada saat mengobati luka dipercaya

(Sulawesi Tengah), siangur (Batak dapat menghentikan pendarahan

Angkola-Mandailing) (Silalahi, dan mempercepat proses

2018). penyembuhan salah satu cara untuk


mempecepat proses penyembuhan Jenis : Ageratum

pada luka adalah dengan mencegah conyzoides L.

terjadinya infeksi oleh bakteri Tanaman bandotan adalah

(Oladejo et al., 2003). tumbuhan tahunan, tumbuh tegak

Dari hasil penelitian atau bagian bawahnya berbaring,

fitokimia menunjukkan bahwa bercabang-cabang dan dapat

tumbuhan (Ageratum conyzoides tumbuh hingga kurang lebih 1 m.

Linn) memiliki kandungan  Daun

senyawa fitokimia yaitu alkaloid,

flavonoid, isoflavon, terpenoid,

seskuiterpen, sterol, benzofuran,

chromone, metabolit sekunder

seperti asam caffeic dan asam

fumarat dan vitamin (vitamin A Daun berbentuk bulat

dan B) (Santos et al., 2016). seperti telur dengan bagian

2. Taksonomi dan Morfologi pangkalnya membulat dengan

Klasifikasi tanaman bandotan ujung yang runcing. Bagian tepi

dalam sistem binomial adalah daun bandotan bergerigi, beringgit

sebagai berikut : dengan ukuran 1-10cm x 0,5-6 cm.

Kerajaan : Plantae Kedua sisi berambut panjang, sisi

Divisi : Magnoliophyta bagian bawah mempunyai kelenjar

Kelas : Magnoliopsida yang terletak di bawah permukaan

Bangsa : Asterales daun dengan warna hijau

Suku : Asteraceae (syamsuhidayat & Hutapea, 1991).

Marga : Ageratum
 Batang Bunga berjenis majemuk

berkumpul 3 atau lebih, berbentuk

mulai rata yang keluar dari ujung

tangkai. Panjang bongkol bunga 6-

88 mm dengan tangkai berambut.

Dalam satu daun pembalut 2-3

lingkaran, runcing dengan ukuran


Batang berbentuk bulat berbulu
yang tidak sama, berambut jarang
tebal dengan batang yang
atau gundul. Bunga sama panjang
bercabang berbentuk silindris dan
dengan pembalut. Bunga tanaman
jika bulu rambut tersentuh tanah
ini berwarna putih ungu muda
maka akan membuat akar baru.
(Osuntokun et al., 2018) dan
Batang tanaman ini memiliki
memiliki 15 kepala bunga (Santos
lapisan kortikal, terdapat empat
et al., 2016).
lapisan kolenkim, lima lapisan

parenkim dan adanya lapisan  Akar


epidermis uniseriate yang dilapisi

lapisan kurtikula dan lapisan

trikoma non-kelenjar dengan

bentuk multiseluler dan uniseriate

(Santos et al., 2016).

 Bunga Akar tunggang dan memiliki

cabang serta ditumbuhi bulu-bulu

halus. Biasanya akar akan tumbuh

tidak jauh dari permukaan tanah atau

dangkal dan akarnya tidak begitu


kokoh sehingga tanaman ini sangat (2007) melaporkan bahwa ekstrak

mudah untuk dicabut. Tanaman ini heksana tanaman bandotan memiliki

memiliki akar fasciculate bewarna aktivitas antibakteri terhadap bakteri

kuning kecokelatan, memiliki tinggi uji. Aktivitas antibakteri dari tanaman

sekitar 2cm (Santos et al., 2016). bandotan sangatlah penting dan dapat

dikaitkan dengan pemanfaatannya


3. Senyawa Metabolit Sekunder
sebagai obat luka secara tradisional.
Yang Terkandung

Kandungan utama dalam


Senyawa metabolit sekunder
tanaman ini adalah stigmasterol dan ß-
dalam tumbuhan bandotan seperti
sitosterol dan pyrrolizidine alkaloid
terpena, sterol, flavonoid, alkaloid,
(Bosi et al. 2013). Ekstrak air A.
benzofuran, chromen, chromon,
conyzoides mengandung: lycopsamine,
kumarin, minyak atsiri, dan tanin
dihydro-lycopsamine, Lycopsamine
sehingga tanaman ini dipercaya
dan N-oxide dari ekstrak A.
memiliki banyak manfaat dan salah
conyzoides memiliki aktivitas sebagai
satunya adalah sebagai antibakteri
hepatotoxins sedangkan pyrrolizidine
(Kamboj & Saluja, 2008). aktivitas
alkaloid merupakan senyawa toksin.
antibakteri dari ekstrak polar dan non

polar tanaman bandotan telah 4. Kegunaan

dilaporkan oleh beberapa peneliti


Agreatum conyzoides L termasuk
sebelumnya. Ekstrak polar dari seperti
dalam famili Asteraceae merupakan
ekstrak metanol (Widodo et al., 2007)
tanaman tradisional yang digunakan
dan ekstrak air diketahui memiliki
memiliki khasiat herbal dalam
aktivitas sebagai antibakteri terhadap
pengobatan. Agreatum conyzoides L
bakteri yang diujikan. Sedangkan dari
adalah salah satu herbal yang memiliki
ekstrak non polar, Okwori et al.,
khasiat seperti : akar dari daun ini menurunkan pendarahan,prothrombin

digunakan untuk menyembuh luka. dan clotting time serta meningkatkan

konsentrasi plasma fibrinogen yang


Bandotan terbukti memiliki khasiat
berpengaruh terhadap percepatan
sebagai antioksidan, antitumor,
koagulasi darah. clotting time akan
antimikroba, dan sebagi antiinflamasi.
mempengaruhi jalur
Ekstrak metanol dan eter tanaman
intrinsik,sedangkan prothrombine time
bandotan memiliki efek antimikroba
akan mempengaruhi jalur ekstinsik
Efek analgesik, antiinflamasi, antiulser,
koagulasi darah. Konsentrasi
antidiabetes, antikonvulsan,
fibrinogen yang meningkat dapat
bronkodilator, antimikroba dapat
membantu pembentukan bekuan fibrin
ditemukan pada semua bagian
yang stabil (Ndip dkk. 2009).
tanaman. Secara tradisional ekstrak

daun tanaman digunakan sebagai Tanaman bandotan memiliki

penyembuh luka, obat penyakit tidur, farmakologi antara lain ekstrak etanol

antiinflamasi, antimikroba, diabetes, tanaman ini memiliki aktivitas

antikanker, obat asma, sitoprotektif, antiurolitik yang mencegah

antioksidan. Daun bandotan pembentukkan batu ginjal, analgesik

mempunyai efek hemostatik dengan antipiretik, antiinflamasi,

menurunkan pendarahan,prothrombin antinociceptif, antioksidan, kanker

dan clotting time serta meningkatkan sitotoksik, anti ulserogenik,

konsentrasi plasma fibrinogen yang antidiabetes, antikataleptik,

berpengaruh terhadap percepatan antimikroba, antitumor, antikanker,

koagulasi darah. clotting time akan hepatoprotektif, antikonvulsan,

mempengaruhi Daun bandotan radioprotektif, anticoccidial (infeksi

mempunyai efek hemostatik dengan parasit Eimeria), antiprotozoal,


hematopoietik, allelopathic, mg/kgBB serta fraksi butanol dan

bronkodilator, antelmintik, insektisida, etilasetat dengan dosis 25 dan 50

anti-Ehrlichia (infeksi yang disebabkan mg/kg BB diberikan secara per oral

oleh kutu), penyembuhan luka, pada mencit untuk mengevaluasi efek

gastroprotektif dan anti HIV/AIDS ansiolitik dengan menggunakan model

(Kotta et al., 2020). lateral plus labirin (EPM). Komponen

yang memberikan efek ansiolitik


Bandotan yang merupakan salah
ditentukan dengan metode
satu tanaman yang mudah ditemukan
kromatografi lapis tipis. Berdasarkan
sehingga tanaman ini bisa ditemukan
skrining fitokimia yang dilakukan
terutama di daerah hutan, khususnya
menunjukkan ekstrak metanol
daerah tropis dan subtropis, memiliki
bandotan memiliki kandungan
potensi sebagai ansiolitik yang diuji
flavonoid, alkaloid, karbohidrat,
dimana ekstrak metanol daun bandotan
protein dan asam amino, fitosterol,
memiliki efek anti
terpenoid, tanin. Fraksi etilasetat dan
kecemasan/ansiolitik yang signifikan.
butanol memiliki kandungan flavonoid
Berdasarkan penelitian Kaur dan
dan tannin. Fraksi aktif dari ekstrak
Sarabjit tahun 2015 senyawa aktif yang
metanol adalah fraksi etilasetat yang
berperan dalam efek ansiolitik adalah
menunjukkan efek ansiolitik yang
quercetin. Ekstrak metanol Ageratum
signifikan. Kandungan utama dari
conyzoides didapatkan dengan metode
fraksi etil asetat adalah quercetin yaitu
soxhlet lalu difraksinasi dengan
golongan flavonol yang menunjukkan
metode ekstraksi cair-cair. Proses
efek ansiolitik yang signifikan.
fraksinasi menghasilkan fraksi

etilasetat dan butanol. Ekstrak metanol Tanaman ini di Negara Afrika

dengan dosis 100 mg/kgBB dan 200 digunakan untuk meringankan sembelit
dan demam, sertauntuk membalut luka Di Indonesia, etnis batak dimanfaakan

bakar dan agen antiulcer (Kotta et al., sebagai obat untukmengatasi bisul dan

2020). Sedangkan di Afrika Bagian obat demam (Silalahi 2014).

Barat khususnya didaerah Togo,


Berdasarkan studi literatur
tanaman ini digunakan untuk
diketahui bahwa ekstrak etil asetat dan
mengobati penyakit campak dan
fraksi-fraksi yang terkandung
gigitan ular (Kotta et al., 2020).
didalamnya memiliki aktivitas
Tanaman bandotan. Di negara Nigeria
antibakteri etil asetat adalah salah satu
digunakan untuk mengobati penyakit
pelarut semipolar yang paling sering
kulit, penyembuhan luka, diare, nyeri
digunakan dan diketahui mampu
pusar pada anak-anak bahkan bisa
memisahkan senyawa-senyawa
untuk mengobati HIV/AIDS (Kotta et
metabolit sekunder yang tidak dapat
al., 2020).Sedangkan bagian daunnya
larut dalam pelarut polar dan nonpolar.
dapat dikonsumsi sebagai sayuran dan
Sebanyak 1,5 kg simplisia daun
juga untuk mencegah tetanus, dapat
tanaman bandotan dimaserasi dengan
digunakan untuk pengobatan
pelarut heksana untuk menghilangkan
pneumonia, antitoksin bisa ular,
kandungan lemak dan minyak yang
demam tifoid, demam malaria, radang
terdapat dalam sampel. Setelah
tenggorokan, dan kandidiasis.
dilakukan penyaringan, residu yang
Sedangkan bagian akarnyadigunakan
dihasilkan dimaserasi kembali dengan
dalam pengobatan tumor, litiasis, dan
pelarut etil asetat sehingga diperoleh
diare pada bayi. Selain itu bunganya
ekstrak etil asetat. Daun tanaman
juga digunakan untuk meredakan gatal,
bandotan dan ekstrak kasar yang
insomnia, batuk, vermifuge, tonikum,
diperoleh kemudian diuji aktivitas
dan parasit antibug (Kotta et al., 2020).
antibakteri dan kandungan
fitokimianya. Ekstrak kasar etil asetat dapat menyembuhkan luka bakar,

kemudian ditentukan eluen terbaiknya demam, diare. Kandungan kimia

yang akan digunakan dalam proses tanaman bandotan ekstrak etil asetat

fraksinasi. Setelah penentuan eluen dan fraksi-fraksi yang terkandung

terbaik dengan metode Kromatografi didalamnya memiliki aktivitas

Lapis Tipis (KLT). Ekstrak etil asetat antibakteri berspektrum luas namun

kemudian difraksinasi dengan cenderung lebih sensitif terhadap

kromatografi kolom sehingga bakteri gram positif.

diperoleh beberapa fraksi. Masing-


DAFTAR PUSTAKA
masing fraksi diuji aktivitas
Almagboul et al., 1985,
antibakterinya dengan metode (tripton
antimicrobial activity of certain
Soy Agar) TSA untuk mendapatkan
sudanese plant used in forcloric
fraksi yang memiliki aktivitas
medicine: screening for
antibakteri paling tinggi.
antibacterial activity, part II,
5. Kesimpulan
Fitoterapia 56:103-109.

Hasil pencarian dari beberapa


Hasim, 2005, Mengembangkan
literatur dapat disimpulkan bahwa
potensial bakteri bandotan.
tanaman bandotan (Ageratum
http://www. kompas.com [23 mei
conyzoides L.) yang berasal dari
2005].
keluarga Asteraceae memiliki banyak
Kamboj A, Saluja AK, 2008,
manfaat. Bagian dari tanaman
Ageratum conyzoides L: A review
bandotan yang sering dijadikan sebagai
on its phytochemical and
obat adalah akar, daun, bunga, dan
pharmacological profile.
batang. Salah satu khasiat paling

populer obat ini seperti : daun yang


International journal of green internet journal of

pharmacy: 59-68. microbiologyTM ISSN:1937-8289.

Maryuni AE, 2008, Isolasi dan Oladejo OW et al., 2003,

identifikasi senyawa antibakteri Enhancemen of cutaneous wound

minyak atsiri daun zodia (Evodia healing by methanolic extract of

sp) [tesis]. Bogor: Program Ageratum conyzoides in the wistar

Pascasarjana, Institut Pertanian rat, African Journal of biomedical

Bogor. research, vol 6:27-31.

Ming LC, 1999, Ageratum Sukamto, 2007, Bandotan

conyzoides: A trapical source of Ageratum conyzoides tanaman

medicinal and agricultural product. multi fungsi yang menjadi inang

J.Janick, ASHS Press, Alexandria, potensial virus tanaman, Warta

VA. Puslitbangbun 13: Desember 2007.

Mustafa et al., 2005, Evaluation Widodo et al., 2007, Isolation

of wound healing of Ageratum of antifungal and antibacterial

conyzoides L. Extratct in compounds from etanol extract of

combination with honey in rats as Ageratum conyzoides Leaves

animal model. International J of (Ageratum conyzoides L), Acta

molecular and advance science pharmaceutica 31(2):86-88.

(1):406-410.
Yamamoto et al., 1991,

Okwori et al., 2007, Pharmacological sreening of

Antibacterial activities of Ageratum conyzoides L.

Ageratum conyzoides extract on (Mentrasto), Mem Inst Oswaldo

selected baterial pathogens, The Cruz (86):145-147.


Bosi Cristiane F, Daniela W Adewoyin, O.,Ekpo, O.E, Oyedele,

Rosa, Raphael Grougnet, Nikolaos O.O., &Akang, E.E.U. (2003).

Lemonakis, Maria Halabalaki, Enhancement of cutaneous wound

Alexios Leandros Skaltsounis , healing by methanolic extracts of

Maique W. Biavatti. 2013. Ageratum conyzoides in the wistar

Pyrrolizidine alkaloids in rat. African Journal of Biomedical

Medicinal Tea of Ageratum Research 6(1): 27-31.

conyzoides. Brazilian J
Silalahi, M. (2014). The
Pharmacog. 23(3) : 425-432.
ethnomedicine of the medicinal

Nyunai N, EH. Abdennebi, J plants in sub-ethnic Batak, North

Bickii, M.A. Manguelle-Dicoum. Sumatra and the conservation

2015. Subacute Antidiabetic perspective, dissertation. Indonesia:

Properties of Ageratum conyzoides Universitas Indonesia.

Leaves in Diabetic Rats. Inter J of


Silalahi, M., Nisyawati,
Pharmac Sci and Res. Volume 6(4)
Walujo, E.B., Supriatna, J., &
: 1378-1387.
Mangunwardoyo, W. (2015). The

Kaur, R dan Sarabjit Kaur. local knowledge of medicinal

2015. Anxiolytic Potential of plants trader and diversity of

Methanol Extract from Ageratum medicinal plants in he Kabanjahe

conyzoides Linn Leaves. Phcog J. traditional market, North Sumatra,

Vol 7 Issue 4. Indonesia. Journal of

Ethnopharmacology 175: 432443.


Oladejo, O.W., Imosemi

I.O.,Osuagwu, F.C., Kartika T. 2017. Potensi

Oluwadara,O.O., Aiku, A., tumbuhan liar berkhasiat obat di


sekitar pekarangan Kelurahan heksana bandotan (Ageratum

Silaberanti Kecamatan Silaberanti. conyzoides L.). Fitofarmaka. 2(1),

Sainmatika. 14(2), 89–99. 18–26.

Silalahi M. 2018. Ageratum Atisha SA. & Mita SR. 2018.

conyzoides L. (pemanfaatan Review: herbal bandotan

sebagai obat dan bioaktivitasnya). (Ageratum conyzoides L.) sebagai

Jurnal Dinamika Pendidikan. pengobatan luka terbuka. Farmaka.

11(3), 197–209. 16(3), 116–121.

Martinus BA. & Verawati V. Suryati, Linda R & Mukarlina.

2015. Penentuan kadar flavonoid 2016. Kemampuan ekstrak daun

total dan aktivitas antioksidan dari bandotan (Ageratum conyzoides L.)

ekstrak daun bandotan (Ageratum dalam mempertahankan kesegaran

conyzoides L.). Jurnal Farmasi buah tomat (Solanum lycopersicum

dan Kesehatan. 5(1), 47–52. L. var. Permata). Protobiont. 5(1),

14–19.
Melissa, Muchtaridi . 2017.

Review: Senyawa Aktif Dan Nasrin F. 2013. Antioxidant

ManfaatFarmakologis Ageratum and cytotoxic activities of

conyzoide Journal Unpad Farmaka Ageratum conyzoides stems.

Suplemen. Vol 15 No 1:200-212. International Current

Pharmaceutical Journal. 2(2), 33–


Aminingsih T, Nashrianto H, &
37.
Rohman AS. 2012. Potensi

antibakteri terhadap Escherichia Badrunasar E. & Santoso HB.

coli dan Staphylococcus aureus 2016. Tumbuhan Liar Berkhasiat

dan identifikasi senyawa ekstrak Obat. Forda Press, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai