Anda di halaman 1dari 19

Uji Disolusi

Apt. Herliningsih, M.Farm.


Tujuan
Dapat memahami teknis uji disolusi.
Mampu menghitung kadar zat aktif terdisolusi
Mampu membuat profil disolusi
Prinsip
 Berdasarkan pada penentuan konstanta
kecepatan disolusi dari tablet berdasarkan
kadar yang terdisolusi dalam media air
suling dengan menggunakan alat disolusi dan
menentukan kadarnya dengan
spektrofotometri.
Teori Disolusi
 Disolusi merupakan suatu proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi
terlarut dalam suatu pelarut. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses
melarutnya suatu solid. Bentuk sediaan farmasetik padat terdispersi dalam cairan
setelah dikonsumsi seseorang kemudian akan terlepas dari sediaannya dan
mengalami disolusi dalam media biologis, diikuti dengan absorpsi zat aktif ke
dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya menunjukkan respons klinis (Siregar,
2010).
 Pelepasan zat aktif dari suatu produk obat sangat dipengaruhi oleh sifat
fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan. Ketersediaan zat aktif biasanya
ditetapkan oleh kecepatan pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya. Pelepasan
zat aktif dari bentuk sediaan biasanya ditentukan oleh kecepatan melarutnya
dalam media sekelilingnya (Amir, 2007).
Teori disolusi yang umum adalah (Amir, 2007):

1. Teori film (model difusi lapisan)


2.      Teori pembaharuan-permukaan dari Danckwerts (teori penetrasi)
3.      Teori Solvasi terbatas/Inerfisial
lanjutan
 Pada waktu suatu partikel obat memngalami disolusi, molekul-
molekul obat pada permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan
menciptakan suatu lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus
permukaan partikel obat padat. Lapisan larutan ini dikenal sebagai
lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar
melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membrane
biologis serta absorbsi terjadi. Jika molekul-molekul obat terus
meninggalkan larutan difusi, molekul-molekul tersebut diganti
dengan obat  yang dilarutkan dari permukaan partikel obat dan
proses absorbsi tersebut berlanjut (Martin, 1993).
Faktor- Faktor yang mempengaruhi disolusi:

   Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia zat aktif


(Siregar, 2010):
1) Efek kelarutan obat. Kelarutan obat dalam air merupakan
faktor utama dalam menentukan laju disolusi. Kelarutan yang
besar menghasilkan laju disolusi yang cepat.
2) Efek ukuran partikel. Ukuran partikel berkurang dapat
memperbesar luas permukaan obat yang berhubungan dengan
medium, sehingga laju disolusi meningkat.
Lanjutan

 Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan (Shargel dan Andrew, 1988):
1. Efek formulasi. Laju disolusi suatu bahan obat dapat dipengaruhi bila dicampur
dengan bahan tambahan. Bahan pengisi, pengikat dan penghancur yang bersifat
hidrofil dapat memberikan sifat hidrofil pada bahan obat yang hidrofob, oleh
karena itu disolusi bertambah, sedangkan bahan tambahan yang hidrofob dapat
mengurangi laju disolusi.
2. Efek faktor pembuatan sediaan. Metode granulasi dapat mempercepat laju
disolusi obat-obat yang kurang larut. Penggunaan bahan pengisi yang bersifat
hidrofil seperti laktosa dapat menambah hidrofilisitas bahan aktif dan menambah
laju disolusi
Lanjutan

 Faktor yang berkaitan dengan bentuk sediaan


Faktor yang berkaitan dengan bentuk sediaan solid yang
mempengaruhi proses disolusi meliputi metode granulasi atau prosedur
pembuatan, ukuran granul, interaksi zat aktif dan eksipien, pengaruh
gaya kempa, pengaruh penyimpanan pada laju disolusi (Siregar, 2010).
lanjutan
   Faktor yang berkaitan dengan alat disolusi:
1. Tegangan permukaan medium disolusi. Tegangan permukaan mempunyai pengaruh nyata
terhadap laju disolusi bahan obat. Surfaktan dapat menurunkan sudut kontak, oleh karena
itu dapat meningkatkan proses penetrasi medium disolusi ke matriks. Formulasi tablet dan
kapsul konvensional juga menunjukkan penambahan laju disolusi obat-obat yang sukar
larut dengan penambahan surfaktan kedalam medium disolusi.
2. Viskositas medium. Semakin tinggi viskositas medium, semakin kecil laju disolusi bahan
obat.
3. pH medium disolusi. Larutan asam cenderung memecah tablet sedikit lebih cepat
dibandingkan dengan air, oleh karena itu mempercepat laju disolusi. Obat-obat asam
lemah disolusinya kecil dalam medium asam, karena bersifat nonionik, tetapi disolusinya
besar pada medium basa karena terionisasi dan pembentukan garam yang larut.
Lanjutan

 Faktor yang berkaitan dengan parameter uji


Beberapa faktor parameter uji disolusi mempengaruhi karakteristik
disolusi zat aktif. Faktor – faktor tersebut seperti sifat dan karakteristik
media disolusi, pH, lingkungan dan suhu sekeliling telah
mempengaruhi daya guna disolusi suatu zat aktif (Siregar, 2010).
ALAT UJI DISOLUSI
SPEKTROSKOPI UV-VIS

 PENGERTIAN
Spektrofotometer adalah alat untuk mengkur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang, tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk.
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa
yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan di serap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang di serap sebanding dengan konsentrasi
larutan di dalam kuvet.
LANJUTAN

 Spektrofotometer UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di


daerah ultraviolet (200-350nm) dan sinar tampak (350-800nm) oleh
suatu senyawa. Serapan cahaya UV atau VIS (cahaya tampak)
mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron
dari orbital keadan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan
tereksitasi berenergi lebih rendah.
PRINSIP SPKETROFOTOMETER

 Prinsip kerja spektrofotometer adalah penyerapan cahaya pada


panjang gelombang tertentu oleh bahan yang diperiksa. Tiap zat
memiliki absorbansi pada panjang gelombang tertentu yang khas.
Panjang gelombang dengan absorbansi tertinggi digunakan untuk
mengukur kadar zat yang diperiksa. Banyaknya cahaya yang
diabsorbsi oleh zat berbanding lurus dengan kadar zat. Memastikan
ketepatan pengukuran, kadar yang hendak diukur dibandingkan
terhadap kadar yang diketahui (standar). Setelah dimasukan blangko
(KEMENKES, 2010)
Cara kerja alat spektrofotometer
JENIS SPEKTROFOTOMETER

 SINGLE BEAM
Single-Beam instrument dapat digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur
absorbansi pada panjang gelombang tunggal. Pengukuran sampel dan larutan
blangko atau standar harus dilakukan secara bergantian dengan sel yang sama
(Suharti T,2013).
Double Beam
Spektrofotometer memiliki berkas sinar ganda, sehingga dalam pengukuran
absorbansi tidak perlu bergantian antara sampel dan larutan blangko,
spektrofotometer double bean memakai absorbansi (A) otomatis sebagai fungsi
panjang gelombang (Suhartati T, 2013)
GAMBAR SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai