Anda di halaman 1dari 6

LATAR BELAKANG II

Obat adalah suatu zat yang dimaksud untuk manusia untuk mengurangi rasa sakit, menghambat,
atau mencegah penyakit yang menyerangnya. Obat yang diberikan pada pasien tersebut harus
melalui banyak proses di dalam tubuh. Sediaan obat yang diberikan secara oral di dalam saluran
cerna harus mengalami proses pelepasan dari sediaannya kemudian zat aktif akan melarut dan
selanjutnya diabsorpsi. Proses pelepasan zat aktif dari sediaannya dan proses pelarutannya sangat
dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasi sediaannya. Salah satu
sifat zat aktif yang penting untuk diperhatikan adalah kelarutan karena pada umumnya zat baru
diabsorpsi setelah terlarut dalam cairan saluraan cerna. Oleh karena itu salah satu usaha untuk
meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat
aktifnya. (kuntari,2019)
suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk  sediaan padat ke dalam media pelarut disebut
dengan disolusi obat. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting artinya karena ketersediaan suatu
obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut  ke dalam media pelarut sebelum
diserap ke dalam tubuh (kurnian 2013)
Uji kecepatan disolusi diperlukan dalam dunia industri. Untuk memastikan kualitas dan sifat-
sifat produk obat dengan perubahan minor dalam pembuatan setelah izin pemasaran obat untuk
memenuhi hak konsumen agar mendapatkan obat dengan kualitas yang baik dan sesuai standar,
badan pengawas obat dan makanan mensyaratkan uji disolusi berdasarkan perbandingan profil
disolusi antara obat inovator dan obat (generik bermerek atau generik berlogo) yang dilaporkan
dalam bentuk profil disolusi antara obat uji dan pembanding (inovator). Kecepatan disolusi
merupakan kecepatan zat aktif yang terlepas dari bahan pembantunya yang memungkinkan
kecepatan melarut dapat terhambat. (Gantiaji dkk, 2019)

Kecepatan disolusi sediaan sangat berpengaruh terhadap respon klinis dari kelayakan sistem
penghantaran obat. Disolusi menjadi sifat sangat penting pada zat aktif yang dikandung oleh
sediaan obat tertentu, dimana berpengaruh terhadap kecepatan dan besarnya ketersediaan zat
aktif dalam tubuh. Jika disolusi makin cepat, maka absorbsi makin cepat. (kurnian 2013)
Menurut Maharani (2017), kecepatan disolusi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
yaitu, kelarutan zat dalam pelarut, efek ukuran partikel, ukuran partikel berkurang dapat
memperbesar luas permukaan zat yang berhubungan dengan medium, dan laju disolusi suatu zat
dapat dipengaruhi bila dicampur dengan bahan tambahan yaitu bahan pengisi, pengikat dan
penghancur yang bersifat hidrofil dapat memberikan sifat hidrofil pada zat yang hidrofob.
Kecepatan disolusi juga dipengaruhi ole tegangan permukaan mempunyai pengaruh nyata
terhadap laju disolusi suatu zat, viskositas medium, dan pH medium disolusi. Oleh karena itu
percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kecepatan
disolusi suatu zat.
DASAR TEORI

Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu solid. Bentuk sediaan
farmasetik padat terdispersi dalam cairan setelah dikonsumsi seseorang kemudian akan terlepas
dari sediaannya dan mengalami disolusi dalam media biologis, diikuti dengan absorpsi zat aktif
ke dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya menunjukkan respons klinis (adam dan putra 2020)

Menurut Maharani (2017), disolusi atau “transfer massa” merupakan suatu prosedur yang
melibatkan pergerakan partikel dari padatan menjadi larutan dimana partikel masuk kedalam
pelarut (solven). Disolusi menggambarkan proses kinetik dan laju disolusi menunjukkan jumlah
obat yang dilepaskan selama waktu tertentu yang menunjukkan kinerjanya.

Disolusi juga diartikan sebagai suatu reaksi heterogen yang menghasilkan transfer massa karena
adanya pelepasan dan pemindahan menyeluruh ke pelarut dari permukaan padat. Teori disolusi
yang umum adalah: (Amir, 2007).
1. Teori film (model difusi lapisan)
2. Teori pembaharuan-permukaan dari Danckwerts (teori penetrasi)
3. Teori Solvasi terbatas/Inerfisial
Disolusi dapat terjadi langsung pada permukaan tablet, dari granul-granul apabila tablet telah
pecah atau dari partikel-partikel halus apabila granul-granul telah pecah. Pada tablet yang tidak
berdesintegrasi, kecepatan disolusinya ditentukan oleh proses disolusi dan difusi. Namun
demikian, bagi tablet yang berdesintegrasi, profil disolusinya dapat menjadi sangat berbeda
tergantung dari apakah desintegrasi atau disolusinya yang menjadi penentu kecepatan.
(kurniawan 2013)
Pada waktu suatu partikel obat memngalami disolusi, molekul-molekul obat pada permukaan
mula-mula masuk ke dalam larutan menciptakan suatu lapisan jenuh obat-larutan yang
membungkus permukaan partikel obat padat. Lapisan larutan ini dikenal sebagai lapisan difusi.
Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar melewati cairan yang melarut dan
berhubungan dengan membrane biologis serta absorbsi terjadi (adam dan putra 2020)
suatu ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat terlarut dalam pelarut tertentu setiap satuan
waktu disebut dengan kecepatan disolusi. Kecepatan disolusi merupakan kecepatan zat aktif larut
dari suatu bentuk sediaan utuh/ pecahan/ partikel yang berasal dari bentuk sediaan itu sendiri.
Kecepatan disolusi zat aktif dari keadaan polar atau dari sediaannya didefinisikan sebagai jumlah
zat aktif yang terdisolusi per unit waktu di bawah kondisi antar permukaan padat-cair, suhu dan
kompisisi media yang dibakukan. . (kurniawan 2013)
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi zat aktif adalah sebagai berikut:
1. sifat fisikokimia zat aktif
kelarutan zat dalam air merupakan faktor utama dalam menentukan laju disolusi.
Kelarutan yang besar menghasilkan laju disolusi yang cepat dan efek ukuran partikel,
ukuran partikel berkurang dapat memperbesar luas permukaan zat yang berhubungan
dengan medium, sehingga laju disolusi meningkat (maharani,2017)
2. formulasi sediaan
Laju disolusi suatu zat dapat dipengaruhi bila dicampur dengan bahan tambahan. Bahan
pengisi, pengikat dan penghancur yang bersifat hidrofil dapat memberikan sifat hidrofil
pada suatu zat yang hidrofob, oleh karena itu disolusi bertambah, sedangkan bahan
tambahan yang hidrofob dapat mengurangi laju disolusi. Penggunaan bahan pengisi yang
bersifat hidrofil seperti laktosa dapat menambah hidrofilisitas bahan aktif dan menambah
laju disolusi (maharani,2017)
3. bentuk sediaan
Faktor yang berkaitan dengan bentuk sediaan solid yang mempengaruhi proses disolusi
meliputi metode granulasi atau prosedur pembuatan, ukuran granul, interaksi zat aktif dan
eksipien, pengaruh gaya kempa, pengaruh penyimpanan pada laju disolusi
(maharani,2017)
4. alat disolusi
Faktor yang berkaitan dengan alat disolusi dapat menyebabkan hasil disolusi berubah –
ubah dari uji ke uji pada semua teknik pengujian yang digunakan, faktor tersebut
meliputi:
- Tegangan permukaan medium disolus
- Viskositas medium, semakin tinggi viskositas medium maka semakin kecil laju
disolusi bahan obat
- pH medium disolusi (maharani,2017)

laju obat yang terabsorbsi terutama akan tergantung pada kesanggupannya menembus 
menembus pembatas membran. Obat-obat yang diberikan dalam bentuk larutan biasanya
diabsorpsi lebih cepat dibandingkan pemberian dalam bentuk padat, karena tidak membutuhkan
prose melarut. Disolusi dari suatu partikel obat dikontrol oleh beberapa sifat fisika-kimia,
termasuk bentuk kimia, kebasaan kristal, ukuran partikel, kelarutan, luas permukaan, dan sifat-
sifat pembasahan (kuntari,2019).
Gantiaji, C. R., Syaifullah, dan Rochmy, I. 2019. Uji Sifat Fisik, Kadar dan Disolusi Terbanding
Tablet Karbamazepin Generik Berlogo, Generik Bermerek dan Inovator. Program Studi Farmasi
Fakultas MIPA: Universitas Islam Indonesia.

Kurniawan, Dadang. 2013. Disolusi dan Laju Disolusi Sediaan Farmasi. Purwokerto: Universitas
Jenderal Soedirman.

Kuntari, R. F. 2019. Studi Proses Difusi melalui Membran dengan Pendekatan Kompartemen.
Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Vol. 15, No. 2

adam, Denis Tesalonika dan putra, I Gusti. Uji disolusi terbanding tablet parasetamol. JURNAL
ILMIAH MULTI DISIPLIN INDONESIA VOL 2 NO 3

Amir, Syarif.dr, dkk.2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi kelima. Jakarta : Gaya Baru.

Maharani dan Intan, R. 2017. Uji Disolusi Terbanding Tablet Floating Metformin HCl.
Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai