Anda di halaman 1dari 3

RANGKUMAN MATERI BIOFARMASETIKA PERTEMUAN KE-2

NAMA : RIKE ADLIANA


NIM : D1B122184
KELAS : 03

 Dalam memformulasikan obat, perlu diperhatikan prinsip biofarmasetika dan


pelepasan obat tersebut untuk menghasilkan efek yang diinginkan dan aman
digunakan

 Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang formula obat yang
nantinya akan mempengaruhi biofarmasetika obat yaitu :
1. Sifat fisika kimia obat seperti pH, kelarutan, stabilitas dll sehingga dapat
menjadi acuan untuk menentukan jenis sediaan obat yang akan dibuat
2. Rute pemberian obat. rute pemberian obat oral, injeksi, bukal, dan sublingual
memiliki sistem pelepasan yang berdeba beda
3. Efek farmakodinamik yang di inginkan. Untuk mentukan waktu pelepasan
obat apakah cepat atau lambat. Sehingga saat ini dikenal banyak jenis
pelepasan obat seperti sustained released, delayed released, dsb.
4. Sifat toksisitas obat, yang berhubungan dengan dosis pemberian obat
5. Keamanan bahan tambahan. Baham tambahan yang digunakan misalnya
harus inert dan tidak mempengaruhi stabilitas zat aktif.
6. Pengaruh bahan tambahan dan bentuk sediaan terhadap pelepasan obat.

 Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk menghasilkan
suatu larutan. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu solid
melarut. Bentuk sediaan farmasetik solid dan bentuk sediaan sistem terdispersi
solid dalam cairan setelah dikonsumsi kepada seseorang akan terlepas dari
sediaannya dan mengalami disolusi dalam media biologis, diikuti dengan absorpsi
zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya menunjukkan respons klinis

 Aspek biofarmasetika obat dapat di nilai dengan melakukan studi invitro untuk
mengetahui pengaruh sifat fisika dan kimia obat terhadap pelepasan obat dalam
tubuh yang kemudian berpengaruh terhadap bioavailabilitasnya.

 Pada fase biofarmasetika Secara umum perjalanan atau fase-fase yang dialami
obat oral setelah pemberian (dikonsumsi) yaitu akan masuk kesistem pencernaan
dimana untuk sediaan obat padat seperti tablet akan terlebih dahulu di deagregasi
menjadi granul-granul sehingga zat aktifnya bisa terlepas dan pelepasan zat
aktifnya kedalam cairan tubuh.

 Kecepatan disolusi atau waktu yang dibutuhkan untuk obat melarut dalam cairan
pencernaan menjadi kecepatan pembatas (rate-limiting step) dari proses absorbsi.
Hal ini berlaku untuk obat yang diberikan dalam bentuk sediaan padat oral seperti
tablet. Ketika kecepatan disolusi merupakan rate-limiting step, maka kecepatan
disolusi juga akan mempengaruhi absorpsi. Akibatnya, kecepatan disolusi dapat
mempengaruhi onset, durasi dan intensitas respon, dan mengontrol keseluruhan

 Proses pelarutan sediaan tablet dalam sistem GI dijelaskan dalam hukum noyes
and whitney yaitu proses pelarutan obat berbentuk padat dimulai dari permukaan
partikel lalu terbentuk larutan jenuh disekitar partikel tsb. Bagian obat yang
terlarut dalam lapisan jenuh tersebut kemudian dikenal dengan lapisan stagnan
yang kemudian terjadi difusi.

Anda mungkin juga menyukai