KELOMPOK 2
Nafisha 2014730072
Tutor:
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tutorial PBL Modul 2 Penyakit Tidak
Menular pada Sistem Dokter Komunitas ini.
Penulisan laporan ini di ajukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas PBL.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik, saran,
dan masukan yang bersifat membangun sangat diharapkan guna perbaikan selanjutnya.
Dalam proses pembuatan laporan ini, penulis mengalami hambatan, namun berkat
bantuan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak sehingga makalah ini terselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Baktiansyah, SP.OK, selaku tutor yang telah banyak memberikan arahan serta bimbingan
kepada kelompok kami.
Akhirnya semoga laporan ini bermanfaat bagi semuanya dan bisa dijadikan bahan
bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan kita mengenai Dokter Komunitas.
Penulis
Mei 2016
BAB I
PENDAHULUAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan akan dapat melakukan penatalaksanaan
terhadap penderita penyakitdengan pendekatan dokter keluarga
SASARAN PEMBELAJARAN
Dalam diskusi kelompok, mahasiswa diharapkan melakukan diskusi problem pada skenario
dengan mengikuti tujuh langkah (seven jumps) penyelesaian masalah sebagai berikut:
Langkah 1 : Clarify unfamiliar term(s) mahasiswa dihadapkan pada suatu skenario yang
berisi masalah-masalah yang dapat memicu mahasiswa untuk mendapatkan
informasi ilmiah. Mahasiswa mencari kata/istilah yang tidak diketahui dalam
skenario, kemudian mencari arti istilah tersebut dalam kamus (misalnya
kamus kedokteran), kemudian juga menentukan kata kunci
Langkah 7 : mensintesis dan menguji informasi yang diperoleh dari langkah 6 dan diakhiri
dengan menyusun rangkuman sebagai jawaban dari skenario yang disajikan
dan dilaporkan pada diskusi kelompok kedua.
Catatan
BAB II
PEMBAHASAN
Tidak Ada
Kata Kunci
Tn. A 57 tahun
Seorang wiraswasta
Tiba-tiba jatuh dan tidak sadarkan diri saat meninjau pabrik.
mendapat serangan stroke hemoragik yang mengakibatkan lumpuh separuh badan
sebelah kiri.
Tn. A mempunyai riwayat hipertensi dalam 6 tahun belakangan dengan pengobatan
dan kontrol yang tidak rutin.
R. Kebiasaan : dia senang sekali mengkonsumsi makanan yang berlemak , minum
kopi dan merokok 1-2 bungkus sehari.
Tn. A memiliki 2 orang istri dan 3 anak dari istri pertama, anak kedua laki-laki usia 25
tahun sedang menyelesaikan studi S2 di ibu kota, anak ke 3 perempuan usia 19 tahun
baru masuk kuliah semester 2.
Sedangkan dari istri ke dua memiliki 2 orang anak yng pertama perempuan usia 10
tahun dan laki-laki usia 4 tahun.
Mereka tinggal di rumah yang berbeda
Istri Tn.A tidak ada yang bekerja, mereka ibu rumah tangga.
Riwayat Penyakit Keluarga : Kedua orang tua Tn. A sudah meninggal, ayahnya
meninggal di usia 66 tahun karena serangan jantung, sedangkan ibunya meninggal di
usia 45 tahun karena kanker payudara. Kedua orang tua istri-istri masih hidup. Ayah
istri pertama menderita hipertensi sedangkan ayah dari istri ke 2 memiliki riwayat
gangguan saluran pencernaan yang kronis.
Tn.A saat ini hanya bisa terbaring lemah dirumah sakit (R.VIP)
Tn.A tidak memiliki jaminan kesehatan sehingga seluruh biaya pengobatan
ditanggungnya secara pribadi. Dokter merencanakan untuk melakukan tindakan
operasi terhadap Tn.A
Analisa Masalah
1. Bagaimana definisi, fungsi, dan peran apa saja yang dilakukan dokter keluarga?
2. Bagaimana hubungan antara struktur keluarga (stroke dan hipertensi) dan faktor resiko
dalam keluarga?
4. Bagaimana hubungan antar aspek psikososial dengan penyakit stroke dan hipertensi
yang memiliki faktor resiko dalam keluarga?
7. Bagaimana hubungan dokter dan pasien dalam penangan penyakit di skenario dan
penatalaksanaan berdasarkan pendekatan dokter keluarga?
8. Bagaimana cara pencatatan dan pelaporan penyakit stroke dan hipertensi yang
memiliki faktor resiko dalam keluarga?
9. Bagaimana sistem rujukan penyakit di skenario yang memiliki fakor resiko dalam
keluarga?
DOKTER KELUARGA
Dikatakan pula bahwa dokter keluarga adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian
dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras,
budaya, dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini ber
kompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan
memperhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, dan psikologis pasien.
Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan
bersinambung bagi pasiennya (WONCA, 1991).
Dokter keluarga adalah dokter yang mengabdikan dirinya dalam pelayanan dan
pengembangan kedokteran keluarga yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh melalui pendidikan/pelatihan khusus di bidang kedokteran Keluarga serta
mempunyai wewenang menyelenggarakan praktek dokter keluarga
2. Kontinue
3. Mengutamakan pencegahan
REFERENSI
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3535/fk-arlinda
%20sari.pdf;jsessionid=1A29055A90AAFA7DD31165B2AF4ACB03?sequence=1
http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
SLIDE KULIAH UMUM dr. Pitut aprillia savitri, MKK tentang pengantar kedokteran
keluarga
Nim : 2014730011
Referensi :
Standar Profesi Dokter Keluarga-PERHIMPUNAN DOKTER KELUARGA
INDONESIA
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata pertama untuk
semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive &
spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability
limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan
sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan pemeliharaan kesehatan dan
peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya.
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan dalam
menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada pasien dan keluarganya.
memiliki sistim untuk menggunakan segala kesempatan dalam melaksanakan deteksi dini
penyakit dan melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk itu.
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala kesempatan rehabilitasi
pada pasien dan/atau keluarganya setelah mengalami masalah kesehatan atau kematian baik
dari segi fisik, jiwa maupun sosial.
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi sosial pasien dan
keluarganya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko legal dan etik
kedokteran
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang melaksanakan
pelayanan kedokteran secara lege artis
1.2.1. Anamnesis
Berdasarkan scenario :
Anamnesis :
- Laki-laki
- Umur 57 tahun
- Pekerjaan wiraswasta
- Riwayat hipertensi sejak 6 tahun lalu
- Pengobatan dan control tidak rutin
- Riwayat penyakit keluarga : ayah meninggal karena penyakit jantung, ibu
meninggal karena kanker payudara
- Senang konsumsi makanan berlemak dan minum kopi
- Merokok 1-2 bungkus perhari
Berdasarkan skenario
Pemeriksaan fisik :
- Tiba-tiba jatuh
- Tidak sadarkan diri
- Terkena serangan stroke hemoragik
- Menderita lumpuh separuh badan sebelah kiri
Pemeriksaan penunjang :
g. Kreatinin serum
h. Kalium serum
j. Urinalisis
k. Elektrokardiogram (EKG)
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa diagnosis
banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistic.
1.2.4. Prognosis
1.2.5. Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk
dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan
persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.
1.2.6. Konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain yang
dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter
keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan,demi
kepentingan pasien semata.
1.2.7. Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain yang dianggap
lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain,
dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau dinas kesehatan,demi
kepentingan pasien semata.
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat dilaksanakan tindak
lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien
1.2.9. Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang rasional pada
pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi kepentingan
pasien.
Berdasarkan scenario
1.2.11.Pembinaan keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila adanya
partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk
konseling keluarga
2014730022
1.2.1.Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan
pasien (patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien,
kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh
keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
1.2.2. Pemeriksaa n fisik d an p e meriksaan penunjan
Dalam rangka memperoleh tanda-tanda kelainan yang menunjang diagnosis
atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik
secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional,
efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.
1.2.3. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan
beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik
1.2.4. Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis
pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini
(evidence based).
1.2.5. Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan
kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat
itu
1.2.6. Konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter
lain yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas
kesehatan,demi kepentingan pasien semata.
1.2.7. Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter
lain yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit
atau dinas kesehatan,demi kepentingan pasien semata.
1.2.8. Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat
dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di tempat
pasien
1.2.9. Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang
rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan
demi kepentingan pasien
1.2.10. Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan
rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi
kepentingan pasien
1.2.11. Pembinaan keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik,
bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan
keluarga, termasuk konseling keluarga
2.2. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (Standard of partners relationship in
practice)
Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluarga sebagai pimpinan
manajemen untuk mengelola klinik secara profesional
2.2.1.Hubungan profesional dalam klinik
Dokter keluarga melaksanakan praktik dengan bantuan satu atau beberapa tenaga
kesehatan dan tenaga lainnya berdasarkan atas hubungan kerja yang profesional dalam
suasana kekeluargaan
2.2.2. Bekerja dalam tim
Pada saat menyelenggarakan penatalaksanaan dalam peningkatan derajat kesehatan
pasien dan keluarga, pelayanan dokter keluarga merupakan sebuah tim.
2.2.3. Pemimpin klinik
Pelayanan dokter keluarga dipimpin oleh seorang dokter keluarga atau bila terdiri dari
beberapa dokter keluarga dapat dibagi untuk memimpin bidang manajemen yang
berbeda di bawah tanggung jawab pimpinan
2.3. Standar perilaku dengan sejawat (Standard of working with colleagues)
2.4. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktik (Standard of knowledge and
skill development)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan
peningkatan kesehatan disekitarnya dan siap memberikan pendapatnya pada setiap kondisi
kesehatan di daerahnya.
2.5.1.Menjadi anggota perkumpulan sosial
Dokter keluarga dan petugas kesehatan lainnya yang bekerja dalam pelayanan dokter
keluarga, menjadi anggota perkumpulan sosial untuk mempeluas wawasan pergaulan
2.5.2. Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyara kat
Bila ada kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat di sekitar tempat praktiknya,
pelayanan dokter keluarga bersedia berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan tersebut
2.5.3. Partisipasi dalam penanggulangan bencana di sekitarnya
Bila ada wabah dan bencana yang mempengaruhi kesehatan di sekitarnya, pelayanan
dokter keluarga berpartisipasi aktif dalam penanggulangan khususnya dalam bidang
kesehatan
Dalam pelayanan dokter keluarga, selain dokter keluarga, juga terdapat petugas
kesehatan dan pegawai lainnya yang sesuai dengan latar belakang pendidikan atau
pelatihannya
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu tempat pelayanan yang disebut
klinik dengan manajemen yang profesional
3.3.1. Pembagian kerja
Semua personil mengerti dengan jelas pembagian kerjanya masingmasing
3.3.2. Program pelatihan Untuk personil yang baru mulai bekerja di klinik diadakan pelatihan
kerja (job training) terlebih dahulu
3.3.3. Program kesehatan dan keselamatan kerja (K 3)
Seluruh personil yang bekerja di klinik mengikuti prosedur K3 (kesehatan dan
keselamatan kerja) untuk pusat pelayanan kesehatan
3.3.4. Pembahasan administrasi klinik
Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas pelaksanaan administrasi klinik
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama yang
lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sekitarnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas
pelayanannya yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (tingkat primer)
4.2.1.Peralatan medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal harus
dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia layanan strata
pertama
4.2.2.Peralatan penunjang medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis yang minimal
harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan
strata pertama.
4.2.3.Peralatan non medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang minimal harus dipenuhi
di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan strata pertama
4.3. Standar proses-proses penunjang praktik (Standard of clinical supports process)
NIM : 2014730072
Komprehensif : Pelayanan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
mengedepankan upaya promotif dan preventif
Adalah suatu kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada dengan cara mencari
faktor risiko di dalam keluarga Rencanakan intervensi untuk menyelesaikan masalah yang
ada
Kolesterol merupakan bagian dari lemak. Di dalam tubuh terdapat tiga jenis lemak, yaitu
kolesterol, trigliserida, dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari makanan sehari-
hari dan dari hasil sintesis dalam hati (hepar). Sekitar 25-50% kolesterol yang berasal dari
makanan dapat diabsorbsi oleh tubuh, selebihnya akan dibuang melalui feses (kotoran). Jika
konsumsi kolesterol terlalu banyak maka penyerapan di dalam tubuh akan meningkat.
Beberapa makanan yang tinggi kandungan kolesterolnya yaitu daging, jeroan, keju keras,
susu, yogurt, kuning telur, ginjal, kepiting, kerang, udang, cumi-cumi, cokelat, mentega,
lemak babi, margarin, hati dan cavier (telur dari jenis ikan tertentu).
Di dalam makanan, lemak terdiri dari dua macam, yakni lemak jenuh dan lemak tidak jenuh.
Lemak jenuh adalah lemak yang sebagian besar asam lemaknya terdiri dari asam lemak
jenuh. Adapun lemak tidak jenuh adalah lemak yang sebagian besar asam lemaknya terdiri
dari asam lemak tidak jenuh (tidak jenuh ganda dan tidak jenuh tunggal).
Lemak jenuh bersifat menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Banyak penelitian
menyatakan bahwa lemak jenuh dapat meningkatkan tekanan darah. Lemak jenuh banyak
terdapat pada makanan yang berasal dari hewan, seperti daging (sapi, babi, kerbau, kambing),
mentega, susu, keju, dan sebagian kecil dari tumbuh-tumbuhan (kelapa dan hasil olahannya).
Sebaliknya, lemak tak jenuh dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol serum total,
trigliserida darah dan meningkatkan kadar HDL. Dengan demikian, lemak tak jenuh dapat
membantu untuk mencegah aterosklerosis. Bahan makanan yang mengandung lemak tak
jenuh kebanyakan berasal dari tumbuh-tumbuhan (minyak jagung, minyak kedelai, minyak
kacang tanah, minyak biji bunga matahari, minyak bunga mawar) dan sebagian kecil hewani
(ikan dan minyak ikan) (Braverman, 1996 dan Wirakusumah, 2001).
Terdapat hubungan terbalik antara konsumsi ikan dengan kematian pada usia dua puluh tahun
akibat penyakit jantung koroner. Individu yang mengkonsumsi 30 gram atau lebih ikan per
hari mempunyai rata-rata angka kematian akibat penyakit jantung 50 persen lebih rendah
daripada mereka yang tidak mengkonsumsinya.
Selain mengkonsumsi ikan, minyak ikan (asam lemak omega-3) atau EPA (asam
eicosapentaenoic), seperti mackerel, telah terbukti mengurangi risiko penyakit jantung
koroner dengan cara mengurangi tingkat plasma lipid yang tinggi, lipoprotein, dan
apolipoprotein serta menurunkan viskositas darah pada pasien dengan trigliserida yang tinggi
(Braverman, 1996 dan Wirakusumah, 2001). Diet tinggi konsumsi ikan atau suplemen
minyak ikan direkomendasikan pada pasien dengan peningkatan risiko penyakit jantung
koroner. Pada 22 percobaan dengan mengkonsumsi, suplemen harian rata-rata 4,4 gr minyak
ikan per hari berhubungan dengan penurunan tekanan darah sekitar 1,7/1,5 mmHg, efeknya
akan lebih (1)
Rendah kafein
Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh dan minuman soda. Kafein yang terkandung di
dalam kopi memiliki potensi terhadap terjadinya peningkatan tekanan darah, terutama dalam
keadaan stres dan telah terbukti dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner
(Braverman, 1996; Wirakusumah, 2001; dan Kaplan, 2006). Kafein didalam dua sampai tiga
cangkir kopi ( 200-250 mg) atau lebih dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu,
pasien hipertensi harus membatasi konsumsi kafein sehari tidak lebih dari dua cangkir kopi,
tidak lebih dari tiga atau empat cangkir teh, tidak lebih dari dua sampai empat kaleng
minuman soda berkafein, serta harus menghindari konsumsi kafein sebelum beraktivitas
seperti olahraga atau pekerjaan fisik berat.
(2)
Stres dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivasi sistem saraf simpatis yang
mengakibatkan naiknya tekanan darah secara intermiten (tidak menentu) (Andria, 2013).
Pada saat seseorang mengalami stres, hormon adrenalin akan dilepaskan dan kemudian akan
meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut
jantung. Apabila stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan
mengalami hipertensi (South, 2014).
(3)
Pedoman Diet Dash
Per 1 kali konsumsi jumlah yang diperbolehkan adalah 1 sendok teh magarin atau 1 sendok
makan mayones rendah lemak atau 2 sendok makan salad dressing.
* Aterosklerosis adalah penyakit akibat respon peradangan pada pembuluh darah (arteri besar
dan sedang), bersifat progresif, yang ditandai dengan deposit massa kolagen, kolesterol,
produk buangan sel dan kalsium, disertai proliferasi miosit yang menimbulkan penebalan dan
pengerasan dinding arteri, sehingga mengakibatkan kekakuan dan kerapuhan arteri (Stary,
1995).
Aterosklerosis sangat dipengaruhi kadar kolesterol yang tinggi (khususnya LDL), merokok,
tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, obesitas, dan kurangnya aktifitas fisik.
Referensi :
3. No Title. 2015;
2014730059
Pencatatan dan pelaporan surveilans PTM diselenggarakan untuk faktor risiko dan
kasus PTM dilaksanakan sebagai berikut:
1. Posbindu PTM
Petugas melakukan pengumpulan data fakfor risiko dan dicatat dalam formulir pencatatan
faktor risiko PTM. Setelah itu, data pemeriksaan dimasukkan dalam rekap data Posbindu
PTM (formulir rekap faktor risiko PTM)
2. Petugas menyiapkan data rekap faktor risiko PTM untuk dilaporkan kepada/diambil
petugas Puskesmas setiap bulan
2. Puskesmas
4. Data rekap faktor risiko, rekap hasil pemeriksaan IVA dan CBE, serta rekap kasus
PTM dilaporkan secara rutin setiap bulan ke dinas kesehatan kabupaten/kota
5. Untuk registrasi PTM, petugas mengisi data individual melalui software registrasi
PTM atau SIKDA Generik menggunakan formulir sistem registrasi PTM. Data mentah
dilaporkan secara rutin setiap 3 bulan ke dinas kesehatan kabupaten/kota atau unit
lain yang deitunjuk mengelola registrasi PTM
3. Data rekap faktor risiko PTM dan rekap kasus PTM dilaporkan secara rutin setiap
bulan ke dinas kesehatan kabupaten/kota
4. Rumah Sakit
2. Data rekap kasus PTM dilaporkan secara rutin setiap bulan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota
4. Untuk registrasi PTM, petugas surveilans rumah sakit mengisi data individual
melalui software registrasi PTM atau SIM-RS/sistem informasi lainnya
menggunakan formulir sistem registrasi PTM. Data mentah registrasi PTM
dilaporkan secara rutin setiap 3 bulan ke dinas kesehatan kabupaten/kota
atau unit lain yang ditunjuk mengelola registrasi PTM.
5. Laboratorium
2. Data rekap faktor risiko PTM dilaporkan secara rutin setiap bulan ke dinas
kesehatan kabupaten/kota
3. Untuk registrasi PTM melalui software registrasi PTM dan atau SIKDA
Generik, Dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan validasi data mentah
yang dilaporkan untuk menghilangkan duplikasi data.
3. Untuk registrasi PTM melalui software registrasi PTM dan atau SIKDA
Generik, Dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan validasi data mentah
yang dilaporkan untuk menghilangkan duplikasi data.
4. Dinas kesehatan provinsi melaporkan hasil rekapitulasi faktor risiko dan kasus
PTM setiap 3 bulan sekali kepada Pusat Data dan Informasi dan Direktorat
Pengendalian PTM Kementerian Kesehatan
PedomanSurveilansPenyakitTidakMenular,Kemenkes RI 2013
Nama : Nur Indah Sari
NIM : 2014730077
8. Bagaimana Sistem Rujukan Penyakit pada Skenario yang Memiliki Faktor Risiko
dalam Keluarga?
ApabilaDokterKeluarga
MakadiharapkanDokterKeluarga
menghadapimasalahkesehatan
menjalinkerjasama
Tertia
ry
(Sub-
spesia
Secondary
listis) Care
(Pelayanan
Spesialistis)
Referensi :
http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
BAB III
KESIMPULAN
PedomanSurveilansPenyakitTidakMenular,Kemenkes RI 2013
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3535/fk-arlinda
%20sari.pdf;jsessionid=1A29055A90AAFA7DD31165B2AF4ACB03?sequence=1
http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf
SLIDE KULIAH UMUM dr. Pitut aprillia savitri, MKK tentang pengantar kedokteran
keluarga
http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUARGA_.pdf