PELATIHAN KADER
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VIII
1) DEWI SEPTIARINI
2) NURUL LASMINI
3) PUTRI WULAN DARI
4) RENI MARCILIA F.
5) SANDIKA FIRDAUS S.
6) WAHIDATUL LAENI S.
JURUSAN GIZI
2013
BAB I
1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan
pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan kegiatan
Posyandu saja tetapi juga merencanakan kegiatan dan mengaturnya. Kader Posyandu
sebaiknya mampu menjadi pengelola Posyandu karena merekalah yang paling memahami
kondisi kebutuhan masyarakat di wilayahnya. Namun sejalan dengan berjalannya waktu,
muncul permasalahan yang dapat menghambat jalannya penyelenggaraan Posyandu,
diantaranya:
1. Pengetahuan, sikap dan keterampilan Kader Posyandu kurang, bahkan ada yang
belum memahami hal-hal baru berkaitan dengan kegiatan Posyandu.
B. TUJUAN PELATIHAN
Setelah selesai mengikuti Pelatihan Kader Posyandu diharapkan para kader posyandu
dapat :
1. Memahami tugas-tugas Kader Posyandu dalam menangani posyandu
2. Mengerjakan pengisian dan membaca Kartu Menuju Sehat
3. Melakukan Penyuluhan
4. Melakukan Pencatatan Kegiatan Posyandu
5. Melakukan penilaian masalah sasaran Posyandu
6. Memahami metode dan media diskusi serta sikap pemandu yang baik.
7. Menggerakkan masyarakat untuk datang ke posyandu
8. Melakukan upaya peningkatan gizi keluarga
9. Melaksanakan lima kegiatan di Posyandu.
BAB II
KERANGKA ACUAN
3
1. PESERTA PELATIHAN
Peserta pelatihan kader posyandu berasal dari tingkat desa/kelurahan yang terdiri atas:
1. Kader Posyandu lama
2. Kader Posyandu yang baru direkrut
Di desa Dasan Cermen Selatan ini terdapat lima kader yang berperan aktif dalam
setiap pelaksanaan posyandu. Dari lima kader tersebut ada satu kader yang merupakan
kader baru dan empat lainnya merupakan kader lama.
2. PERSYARATAN PESERTA
1. Aspek Fisik :
a. Pria atau wanita berusia antara 18-40 tahun.
b. Berbadan sehat jasmani dan rohani
c. Mau bekerja secara sukarela mengelola posyandu
2. Aspek Pendidikan :
Kader posyandu, baik yang lama maupun yang baru direkrut diharapkan
mempunyai pendidikan minimal telah menyelesaikan Sekolah Dasar atau yang
sederajat.
3. Aspek Administratif :
a. Tercatat sebagai penduduk desa/kelurahan terkait
4
b. Dalam waktu sedikitnya dua tahun tidak pindah ke tempat lain (desa/kelurahan)
c. Disetujui oleh Kepala desa/Kelurahan tempat tinggalnya.
Jumlah peserta Pelatihan Kader Posyandu yang ideal, sesuai dengan pendekatan
pelaihan partisipatif yang digunakan adalah antara 12-20 orang per kelas. Apabila
keadaaan menghendaki dapat sampai sejumlah 24-30 orang per kelas dengan
penyesuaian metode-metode penyajiannya agar proses pembelajaran tetap partisipatif.
Apabila peserta melebihi jumlah yang ditentukan maka pelatihan dilakukan dengan
beberapa kelas secara paralel.
4. Waktu
Waktu : 16.00-selesai
5. Biaya/Sumber Dana
Rincian biaya yang akan dikeluaraka dalam pelaksanaan pelatihan kader tersebut
adalah:
Jumlah peserta:
- kader @ 5 orang
- mahasiswa/i @ 6 0rang
- dosen @ 2 orang
a. Untuk konsumsi:
5
Air minum : Rp 15.000/kardus
6. Jadwal Kegiatan
Materi pelatihan kader ini akan diberikan oleh para mahasiswa/i jurusan gizi.
Materi yang akan diberikan kepada para anggota kader adalah sebagai berikut:
7
) Antropometri
8. Nara Sumber
Adapun yang menjadi nara sumber atau tutor dalam kegiatan penyegaran
kader tersebut adalah mahasiswa Poltekkes Kemenkes Mataram jurusan Gizi semester
IV yang melakukan kegiatan Praktek Bina Lingkungan (PBL) di wilayan Dasan
Cermen Selatan yaitu sebagai berikut :
8
LAMPIRAN
A. ANTROPOMETRI
Kata antropometri berasal dari kata anthropos ( tubuh ) dan metros (
ukuran ). Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Sedangkan antropometri gizi adalah
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Berbagai ukuran tubuh seperti : berat badan, tinggi badan, lila, dan
tebal lemak dibawah kulit.
KEUNGGULAN ANTROPOMETRI
Sebelum menguraikan tentang keunggulan antropometri ada baiknya mengetahui apa
yang mendasari penggunaannya.
- Alatnya mudah didapat seperti : dacin, pita lila, microtoa, dan alat pengukuran
panjang bayi (lengboard)
- Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang jika terjadi kesalahan tanpa
menyiapkan alat pengukuran lainnya yang rumit.
- Pengukuran bukan hanya dilakukan oleh tenaga profesiaonal, juga bisa
dilakukan oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
- Biaya relatif murah.
- Hasilnya mudah disimpulkan, karena ada ambang batas dan baku rujukan.
- Prosedurnya sederhana, aman dan dapat digunakan dalam sampel yang besar.
- Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga
yang sudah dilatih dalam waktu singkat seperti kader posyandu.
- Alat murah, mudah dibawa, tahan lama.
9
- Umumnya dapat mengidentifikasi statusgizi sedang, kurang, dan gizi buruk.
- Dapat mengevaluasi keadaan status gizi pada priode tertentu atau dari satu
generasi ke generasi lainn.
- Metode ini dapat menapis kelompok yang rawan terhadap gizi.
KELEMAHAN ANTROPOMETRI
- Tidak sensitif
Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat disamping itu tidak
dapat membedakan kekurangan zat gizi lain seperti zink atau fe
DACIN
Dacin adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat badan bayi/ balita, 9
langkah penggunaan dacin yaitu :
1. Langkah 1
Gantung dacin pada : dahan pohon, palang rumah, atau penyangga kaki tiga
2. Langkah 2
10
Periksalah apakah dacin sudah tergantung dengan kuat. Tarik batang dacin kebawah
kuat-kuat
3. Langkah 3
Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 ( nol ), batang dacin dikaitkan
dengan tali pengaman.
4. Langkah 4
Pasang sarung timbangan. Ingat bandul geser pada angka nol.
5. Langkah 5
Seimbangkan dacin yang sudah diberi sarung dengan cara ,eletakkan batu kecil atau
pasir diujung timbangan.
6. Langkah 6
Anak ditimbang dan seimbangkan dacin.
7. Langkah 7
Tentukan berat badan anak dengan cara membaca pada ujung bandul geser.
8. Langkah 8
Catat hasil timbangan.
9. Langkah 9
Geserlah bandul keangka nol,. Detelah itu dapat diturunkan anak yang ditimbang.
MICROTOA
11
Alat Ukur Ini Biasa Digunakan Untuk Mengukur Tinggi Badan Anak Sekolah
Atau Orang Dewasa Dengan Kapasitas Panjang 2 M. Cara penggunaan microtoa adalah
sebagai berikut :
1. Tempelkan dengan paku pada dinding yang lurus datar setinggi tepat 2 meter. Dengan
angka 0 (nol) pada lantai yang rata.
2. Lepaskan sepatu atau sandal alas kaki
3. Anak harus berdiri tegak dengan kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan bagian
belakang kepala harus menempel pada dinding dan muka menghadap lurus kedepan.
4. Turunkan mikrota sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding
5. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa. Angka
tersebut menunjukkan tinggi badan anak yang diukur.
LENGBOARD
Lengboard Ini digunakan untuk mengukur panjang badan Anak Balita dalam
penentuan status gizi Balita. Adapun cara penggunaan lengboard adalah sebagai berikut :
1. Letakan papan pengukur/ lengboard pada meja dengan alas yang datar
2. Tidurkan bayi pada bagian lengbord yang menghadap kedalam dengan posisi kepala
berada pada bagian papan yang permanen dan kaki bayi pada bagian yang dapat
digerakkan.
3. Bayi tidur dengan posisi kaki, badan dan kepala yang lurus, dan tidak menggunakan
alas kaki.
4. Gerakkan papan hingga menyentuh tumit bayi, bacalah angka yang tertera pada pita
disamping papan.
LILA
12
Lingkar Lengan Atas (LILA) dapat digunakan dalam pengukuran KEK (Kurang Energi
Kronik) pada WUS (Wanita Usia Subur) baik bumil, maupun calon ibu untuk mengurangi
kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR). Langkah-langkah cara penggunaan lila adalah
sebagai berikut :
1. Tetapkan lengan yang akan diukur, yaitu lengan pada tangan yang paling jarang
digunakan dalam melakukan kerja berat (kiri)
2. Tetapkan Posisi bahu dan siku
3. Letakkan pita diantara bahu dan siku
4. Tentukan titik tengah
5. Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan
6. Pita jangan telalu ketat atau terlalu longgar
7. Bacalah angka yang tertera pada pita sebagai hasil pengukuran LILA
13
Definisi
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa
setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan,
termasuk bidan dan dokter.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak,
pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan
rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit. KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan
kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
14
Selain terdapat grafik pertumbuhan dan pesan-pesan penyuluhan, dalam KMS balita
terdapat juga kolom-kolom yang harus diisi yaitu tentang identitas anak, imunisasi,
pemberian kapsul vitamin A, kondisi infeksi/infestasi cacing/ISPA/Anemia/TBC
paru/penyakit lain, pemberian ASI-eksklusif, MP-ASI, pemberian makanan anak dan rujukan
ke Puskesmas.
Adapun pengisian KMS yaitu:
A. Pada Penimbangan Pertama
Langkah pertama : Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran
Langkah kedua : Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman dalam KMS-
Balita
1) Kolom "posyandu" diisi nama posyandu tempat dimana anak didaftar
2) Kolom "Tanggal pendaftaran" diisi tanggal, bulan dan tahun anak didaftar pertama
kali.
3) Kolom "Nama anak" diisi nama jelas anak, sama seperti halaman depan KMS
4) Kolom "Laki-laki" diisi tanda apabila anak tersebut laki-laki dan demikian pula
bila perempuan.
5) Kolom "anak yang ke" diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga (termasuk
anak yang meninggal).
6) Kolom Tanggal lahir diisi bulan dan tahun lahir anak. *)
7) Kolom "Berat Badan Lahir" diisi angka hasil penimbangan berat badan anak saat
dilahirkan, dalam satuan gram. "Berat Badan Lahir" ini kemudian dicantumkan dalam
grafik KMS pada bulan "0".
8) Kolom "Nama ayah" dan "Nama Ibu" beserta pekerjaannya diisi nama dan pekerjaan
ayah dan ibu anak tersebut.
9) Kolom "alamat" diisi alamat anak menetap.
Langkah ketiga : Mengisi kolom bulan lahir
Selanjutnya cantumkan bulan lahir anak pada kolom 0, kemudian isilah semua kolom
bulan secara berurutan
Langkah keempat : Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS-Balita
Setelah anak ditimbang, letakkan titik berat badannya pada titik temu garis tegak (sesuai
dengan bulan penimbangan) dan garis datar (berat badan).
Langkah kelima : Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya.
15
Catat juga semua kejadian yang dialami anak yang dapat mem-pengaruhi kesehatannya,
pada garis tegak (lihat contoh), sesuai bulan bersangkutan.
Langkah keenam : Mengisi kolom pemberian imunisasi
Kolom ini diisi langsung oleh petugas imunisasi setiap kali setelah imunisasi diberikan
Langkah ketujuh : Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
Kolom ini digunakan oleh kader untuk mencatat tanggal pemberian kapsul vitamin A
yang diberikan kepada bayi 6-11 bulan (warna biru) dan anak 12-59 bulan (warna merah)
pada setiap bulan Februari dan Agustus.
Langkah kedelapan : Mengisi kolom Periode Pemberian ASI Ekslusif
B. Pada Penimbangan Kedua Dan Seterusnya
Lakukan langkah keempat
Jika bulan lalu anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan
lalu dalam bentuk garis lurus.
Jika jarak antara penimbangan bulan ini dan penimbangan sebelumnya lebih dari satu
bulan, maka titik berat badan bulan ini tidak dapat dihubungkan dengan titik berat
badan sebelumnya.
Lakukan langkah kelima
Catat juga semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai bulan
bersangkutan.
Apabila anak mendapat imunisasi, lakukan langkah keenam dan seterusnya.
16
Gambar Indikator KMS bila balita naik berat badannya
b. Balita tidak naik berat badannya bila :
1) Garis pertumbuhannya turun, atau
2) Garis pertumbuhannya mendatar, atau
3) Garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya.
17
Gambar. Indikator KMS bila pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu
perhatian khusus
d. Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak naik (3T), artinya balita mengalami
gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
18
C. GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN GIZI
Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh jajaran kesehatan
dan kedokteran, khususnya kalangan petugas gizi. Masyarakat dan media massa lebih
menyukai istilah busung lapar meskipun anak yang gizi buruk belum tentu kelaparan. Yang
tepat sebenarnya kelaparan tidak kentara (hidden hunger) karena mereka hanya kenyang
karbohidrat, tetapi lapar banyak zat gizi lainnya.
Gizi buruk atau lebih dikenal dengan gizi di bawah garis merah adalah keadaan
kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari
makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi
buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor
(RI dan WHO, Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001 2005, Jakarta, Agustus 2000).
Masyarakat umum lebih mengenalnya dengan nama busung lapar.
Tanda dan gejala dari gizi buruk tergantung dari jenis nutrisi yang mengalami
defisiensi. Walaupun demikian, gejala umum dari gizi buruk adalah :
1. Kelelahan dan kekurangan energi
2. Pusing
3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk melawan
infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
10. Kelemahan pada otot
11. Perut kembung
12. Tulang yang mudah patah
13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
Gejala Klinis dari Marasmus
Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari marasmus adalah :
1. Wajah seperti orang tua
2. Cengen dan Rewel
3. Sering disertai: peny. infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC)
19
4. Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)
5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai celana
longgar-baggy pants)
6. Perut cekung
7. Iga gambang
20
10. Otot mengecil (hipotrofi),
21
Anak-anak gizi buruk dengan tanda-tanda klinis ini dapat di deteksi keKurangan
Energi Proteinnya melalui :
1. Penimbangan bulanan di Posyandu termasuk upaya-upaya kejar timbangnya
2. Surveilens gizi/KLB Gizi Buruk
3. Manajemen Terpadu Balita Sakit
4. Poliklinik KIA/Tumbuh Kembang
Tidak jarang hasil deteksi Gizi Buruk pada anak dikarenakan telah terjadi gagal
pertumbuhan yang penyebabnya hanya karena kurang perhatian dan pedulinya orang tua
terhadap tumbuh-kembang sang anak. Dari hasil penelitian ahli tumbuh kembang anak, ada
empat alasan mengapa terjadi gagal pertumbuhan yaitu
1. Bayi tidak cukup mendapat makanan, khususnya makanan pendamping
2. Anak-anak memerlukan kata-kata lembut dan sentuhan-sentuhan penuh kasih sayang
yang dapat merangsang peningkatan hormon pertumbuhan dan daya tahan tubuh.
3. Bayi bertambah aktif ketika mulai belajar berjalan. Kebutuhan makanan perlu
ditambah, namun banyak ibu tidak memberikan tambahan. Output tidak sesuai dengan
input
4. Penyakit dan infeksi mempengaruhi penggunaan zat gizi dalam makanan. Selain itu
,juga menyebabkan nafsu makan berkurang sehingga zat makanan yang masuk dalam
tubuh sedikit.
22