Anda di halaman 1dari 3

Jurnal Medikal Veterinaria Emi Minarni, dkk

ISSN : 0853-1943

DAYA LARVASIDA EKSTRAK ETIL ASETAT DAUN KEMUNING


(Murraya paniculata (L) Jack) TERHADAP
LARVA NYAMUK Aedes aegypti
Larvasida Activity of Ethyl Acetate Extract of Murraya paniculata (L) Jack
Against Aedes aegypti Larvae

Emi Minarni1, Teuku Armansyah2, dan Muhammad Hanafiah3


1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
3
Laboratorium Parasit Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
E-mail: arman_dilo@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas larvasida ekstrak etil asetat daun kemuning terhadap larva Ae. aegypti. Materi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah ekstrak etil asetat daun kemuning (EEADK). Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
yang terdiri atas enam perlakuan yaitu P1 (100 ml aquades), P2 (abate 10%), P3 (EEADK 10 ppm), P4 (EEADK 50 ppm), P5 (EEADK 100
ppm), dan P6 (EEADK 1000 ppm). Pada masing-masing perlakuan ditambahkan 25 larva nyamuk Ae. Aegypti dan ragi sebagai makanan.
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA).
Rata-rata jumlah larva yang mati 24 jam setelah pemberian ekstrak pada kelompok P1; P2; P3; P4; P5; dan P6 masing-masing adalah 25,000,00;
0,000,00; 0,330,39; 1,000,00 ; 2,330,94; dan 3,330,47. Berdasarkan analisis uji Puncan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
nyata (P<0,05) antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Pemberian ekstrak etil asetat daun kemuning dapat menurunkan jumlah
larva Ae. Aegypti.
____________________________________________________________________________________________________________________
Kata kunci: larvasida, daun kemuning, Aedes aegypti

ABSTRACT
This study aims to determine larvacide effectivity of ethyl acetate extract of Murraya paniculata leaves (EEADK) against on Ae. aegypti
larvae. The material used in this study was ethyl acetate extract of Murraya paniculata. A Completely Randomized Design (CRD) was used in
this reaserch consists of 6 treatment groups with 3 replication each. P1 (100 ml distilled water), P2 (Abate 10%), P3, P4, P5, and P6(EEADK10,
50, 100, and 1000 ppm, respectively). Twenty five Ae. aegypti larvae and yeast were added to each treatment group. The result was analyzed
using analysis of variance (ANOVA). The mortality rate of larvae 24 hours after the administration of EEADK in group P1; P2; P3; P4; P5;
and P6 was 250,00; 00,00; 0,330,39; 10,00; 2,330,94; and 3,330,47, respectively. Statistical analysis showed that there was significant
different (P<0.05) between treatment and control groups. It can be concluded that the administration of EEADK was able to decrease the
amount of Ae. aegypti larvae.
____________________________________________________________________________________________________________________
Key words: larvacide, Murraya Paniculata, Aedes aegypti

PENDAHULUAN Nyamuk Aedes aegypti dapat ditemukan hampir di


seluruh provinsi di Indonesia karena nyamuk ini
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue sekitarnya. Demam berdarah dengue adalah salah satu
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti penyakit yang tidak ada obat maupun vaksinnya.
(Suirta et al., 2007). Demam berdarah dengue sudah Pengobatannya hanya berupa pemberian cairan
dikenal sejak abad 18 terutama di daerah tropis dan intravena. Tindakan pencegahan dengan memberantas
subtropis. Penyakit demam berdarah ditemukan sarang nyamuk dan membunuh larva serta nyamuk
pertama kali di Manila (Filipina) pada tahun 1950 dan dewasa, merupakan tindakan yang terbaik (Aradilla,
meluas ke beberapa negara di Asia Tenggara. Provinsi 2009).
Aceh merupakan provinsi yang mempunyai kategori Sebagai salah satu upaya memutus mata rantai
endemis penyakit DBD. Pada tahun 2008 tercatat 2.436 penyebaran nyamuk tersebut adalah dengan cara
kasus dan pada tahun 2009 hanya 1.859 kasus pengendalian vektor dengan menggunakan insektisida
(Anonimus, 2010). seperti malathion yang penggunaannya dengan cara
Indonesia adalah salah satu negara tropis yang fogging tetapi penggunaan insektisida ini hanya
paling besar di dunia. Iklim tropis menyebabkan membunuh nyamuk dewasa. Pengendalian nyamuk
adanya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh tersebut sangat singkat efeknya hanya satu hingga dua
nyamuk seperti malaria, demam berdarah, filariasis, hari dan tergolong mahal serta kurang efektif. Saat ini
dan chikungunya yang menimbulkan epidemi yang telah insektisida yang digunakan oleh masyarakat,
berlangsung dalam spektrum yang luas dan cepat. salah satunya abate atau temefos yang ditaburi ke
Penyebab utama munculnya epidemi berbagai penyakit dalam bak mandi guna membunuh larva, tetapi
tropis tersebut adalah perkembangbiakan dan berbahaya bagi lingkungan sekitar karena
penyebaran nyamuk sebagai vektor penyakit yang tidak menimbulkan bau tidak sedap pada air yang ditaburi
terkendali (Ratnaningsih et al., 2010). abate tersebut (Anggriani, 2010).

27
Jurnal Medikal Veterinaria Vol. 7, No. 1, Februari 2013

Kemuning adalah salah satu tanaman yang sering aquades (P1), wadah kedua dimasukkan 100 ml abate
digunakan sebagai obat. Daun kemuning mengandung 10% (P2), wadah ketiga dimasukkan larutan EEADK
senyawa kimia yang merupakan metabolit sekunder sebanyak 100 ml dengan konsentrasi 10 ppm (P3),
seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, saponin, dan wadah keempat dimasukkan larutan EEADK sebanyak
tannin. Senyawa-senyawa ini mampu bekerja sebagai 100 ml dengan konsentrasi 50 ppm (P4), wadah kelima
racun pada larva baik sebagai racun kontak maupun dimasukkan larutan EEADK sebanyak 100 ml dengan
racun perut (Padmawinata dan Sudiro, 1985). konsentrasi 100 ppm (P5) dan wadah keenam
Etil asetat adalah cairan jernih, tak berwarna, dimasukkan larutan EEADK sebanyak 100 ml dengan
berbau khas. Etil asetat adalah pelarut polar menengah kosentrasi 1000 ppm (P6). Untuk tiap wadah perlakuan
yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan diisi dengan 25 larva dan ragi sebagai makanan larva.
tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima Pengamatan dilakukan 24 jam setelah pemberian
ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ekstrak dengan menghitung jumlah larva nyamuk yang
ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang mati.
bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada
atom elektronegatif seperti flor, oksigen, dan nitrogen). Analisis Data
Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut Data yang diperoleh dianalisis dengan
dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. menggunakan analisis varians.
Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi.
Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air HASIL DAN PEMBAHASAN
yang mengandung basa atau asam (Anonimus, 2006).
Rata-rata jumlah larva yang mati 24 jam setelah
MATERI DAN METODE pemberian EEADK disajikan pada Tabel 1.

Proses Ekstraksi Tabel 1. Rata-rata (SD) jumlah larva yang mati 24 jam
Daun kemuning yang digunakan berasal dari setelah pemberian ekstrak etil asetat daun kemuning
Kabupaten Aceh Besar. Daun kemuning dicuci bersih, Jumlah Larva
Perlakuan
dikeringkan, dan dihancurkan dengan penggiling lalu Mati
diekstrak dengan pelarut etil asetat menggunakan P1 (kontrol positif) 25,0000e
perangkat Soxhlet. Setelah didapatkan larutan yang P2 (kontrol positif) 0,000,00a
P3 (10 ppm EEADK) 0,330,39ab
bening, selanjutnya ekstrak disaring dan filtratnya
P4 (50 ppm EEADK) 1,000,00cb
diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator yang P5 (100 ppm EEADK) 2,330,94cd
dilengkapi penangas air dan pompa vakum. Hasil P6 (1000 ppm EEADK 3,330,47d
ekstraksi daun kemuning ditimbang lalu 2 g dari e, ab, cb, cd, d
Superskrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan
ekstrak etil asetat daun kemuning (EEADK) diambil yang nyata (P<0,01).
dan diencerkan menggunakan Carboxyl Nethyl
Cellulose (CMC) dan aquabides hingga mencapai Hasil penelitian menunjukkan bahwa kematian
volume 1:1 dan didapatkan konsentrasi 2000 ppm. larva terendah terlihat pada konsentrasi 10 ppm. Hal
Eksrak etil asetat daun kemuning 2000 ppm selanjutnya ini dapat disebabkan karena tingkat toksisitas dari
diencerkan dan dibagi menjadi 4 konsentrasi yaitu ekstrak etil asetat ini masih rendah. Maiyani (2011)
1000, 100, 50, dan 10 ppm. menjelaskan bahwa toksisitas insektisida pada suatu
spesies sangat dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa
Observasi Larva kimia insektisida tersebut pada tubuh spesies sasaran.
Larva nyamuk yang didapat dari lapangan Hasil ini tidak berbeda jauh dengan perlakuan kontrol
dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan yang berisi negatif yang menggunakan akuades. Ekstrak etil asetat
air dan dipelihara hingga menjadi pupa. Selama daun kemuning pada konsentrasi 50, 100, dan 1000
pemeliharaan, larva diberi pakan ragi sebanyak 0,5 mg. ppm mampu membunuh larva. Kardinan (2005),
Wadah diganti setiap dua hari sekali. Setelah larva menyatakan bahwa meningkatnya konsentrasi ekstrak
menjadi pupa, wadah dipindahkan ke dalam kandang menyebabkan meningkatnya kandungan bahan aktif
pemeliharaan hingga pupa dewasa. dalam zat tersebut yang berfungsi sebagai pestisida
Setelah menjadi dewasa, ke dalam kandang yang mampu membunuh dalam jumlah besar. Namun
pemeliharaan dimasukkan kertas saring berbentuk hasil ini masih rendah jika dibandingkan dengan
kerucut yang telah dibasahi air sebagai tempat nyamuk kontrol positif yang diberikan abate 10% yang mampu
meletakkan telurnya. Kemudian telur yang telah membunuh larva nyamuk dalam jumlah besar.
diletakkan oleh nyamuk betina dimasukkan kembali ke Kelebihan dari bubuk abate adalah mudah, praktis,
dalam wadah pemeliharaan larva hingga menetas. murah dalam pengunaannya serta dapat membunuh
Setelah menetas, larva dipelihara hingga mencapai hingga 100% larva, sedangkan kekurangannya adalah
instar III. Larva instar III ini diuji terhadap ekstrak etil berbahaya bagi lingkungan sekitar karena
asetat daun kemuning. menimbulkan bau tidak sedap pada air yang ditaburi
abate tersebut (Anggriani, 2010).
Prosedur Penelitian Padmawinata dan Sudiro (1985) menyatakan bahwa
Pada pelaksanaan penelitian disiapkan enam wadah daun kemuning mengandung senyawa kimia yang
perlakuan. Untuk wadah pertama dimasukkan 100 ml merupakan metabolit sekunder seperti minyak atsiri,

28
Jurnal Medikal Veterinaria Emi Minarni, dkk

alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Alkaloid dapat DAFTAR PUSTAKA


menyebabkan gangguan sistem pencernaan karena
alkaloid bertindak sebagai racun perut yang masuk Aradilla, A.S. 2009. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Etanol Daun
Mimba (Adzadirachta indica) terhadap Larva Aedes aegypti.
melalui mulut larva (Soparat, 2010). Dalam penelitian
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
yang telah dilakukan oleh Wahyulianto (2005), Semarang.
flavonoid dapat masuk melalui kutikula yang melapisi Anggriani. 2010. Uji Larvasida Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia
tubuh larva sehingga dapat merusak membran sel larva. galanga SW) terhadap Kematian Larva Nyamuk Aedes aegypti.
Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
Kandungan daun kemuning lainnya adalah saponin
Surakarta.
yang merupakan senyawa bioaktif sebagai zat toksin. Anonimus. 2006. Etil Asetat. http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.
Saponin termasuk dalam golongan racun kontak karena id/files/SNI%2006 -2583-1992.PDF
dapat masuk melalui dinding tubuh larva dan racun Anonimus. 2010. Demam Berdarah Dengue Masih Terus Menyerang
Aceh. http://m.serambi news.com/view/43095/dbd-masih-
perut melalui mulut karena larva biasanya mengambil
terus-menyerang-aceh
makanan dari tempat hidupnya. Saponin memiliki sifat Kardinan, A. 2005. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk.
seperti detergen sehingga dinilai mampu meningkatkan Agromedia Pustaka, Jakarta.
penetrasi zat toksin karena dapat melarutkan bahan Maiyani, F. 2011. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Ketapang
(Terminalia catappa L.) terhadap Mortalitas Larva Aedes
lipofilik dalam air. Saponin juga dapat mengiritasi
aegypti. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
mukosa saluran pencernaan. Selain itu, saponin juga Banda Aceh.
memiliki rasa pahit sehingga menurunkan nafsu makan Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah
larva kemudian larva akan mati karena kelaparan. Zat Lingkungan. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Padmawinata, K. dan I. Sudiro. 1985. Analisis Obat Secara
lain yang terdapat dalam daun kemuning adalah tanin
Kromatografi dan Mikroskopis. Penerbit Institut Teknologi
yang dapat mengganggu serangga dalam mencerna Bandung, Bandung.
makanan karena tanin akan mengikat protein dalam Ratnaningsih, E., K. Asep, dan L.K. Lela. 2010. Efektivitas
sistem pencernaan yang diperlukan serangga untuk biolarvasida ekstrak etanol limbah penyulingan minyak akar
wangi (Vetiveria zizanoides) terhadap larva nyamuk Aedes
pertumbuhan sehingga proses penyerapan protein
aegypti, Culex sp dan Anopheles sundaitus. Jurnal Sains dan
dalam sistem pencernaan menjadi terganggu. Tanin Teknologi Kimia 1(1):11-15.
menekan nafsu makan, tingkat pertumbuhan, dan Suirta, I.W., N.M. Puspawati, dan N.K. Gumiati. 2007. Isolasi
kemampuan bertahan (Novizan, 2002). identifikasi senyawa aktif larvasida dari biji mimba (Azadiracha
indika A. Juss) terhadap larva nyamuk demam berdarah (Aedes
aegypti). Jurnal Kimia1(1):45-47.
KESIMPULAN Soparat, S. 2010. Chemical Ecology and Function of Alkaloids. http:
//pirun.ku. ac.th/ ~g 4686045/ media/alkaloid.pdf.
Pemberian ekstrak etil asetat daun kemuning dapat Wahyulianto. 2005. Uji Daya Bunuh Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum
frutescen L.) terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Skripsi.
menurunkan jumlah larva Ae. Aegypti.
Universitas Negeri Semarang. Semarang.

29

Anda mungkin juga menyukai