Anda di halaman 1dari 3

DAYA ANTELMINTIK EKSTRAK ETIL ASETAT TERIPANG HITAM

(HOLOTHURIA LEUCOSPILOTA) TERHADAP ASCARIDIA GALLI SECARA IN


VITRO

Infeksi dan penyakit yang disebabkan kelompok cacing penting diketahui bagi
manusia karena seringkali mempunyai dampak serius pada penderita maupun masyarakat. Di
temukan luas sekali di seluruh dunia, pada umumnya di daerah beriklim tropis. Penyebab
penyakit termasuk golongan cacing yang ditularkan melalui tanah atau disebut juga soil-
transmitted helminths (STH). STH merupakan nematoda usus.(1) Spesies soil-transmitted
helminths (STH) yang lazim menginfeksi tubuh manusia adalah cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing tambang (Necator americanus
dan Ancylostoma duodenale).(2) Larva cacing akan berkembang dan menjadi dewasa pada
saluran cerna manusia.(3) Indonesia merupakan negara yang memiliki prevalensi infeksi
cacing tinggi, yaitu berkisar antara 45% hingga 80% pada daerah dengan sanitasi yang buruk.
(4)
Spesies parasit yang paling sering menyebakan infeksi cacing adalah Ascaris lumbricoides.
(5)
Manifestasi infeksi Ascaris lumbricoides didalam tubuh manusia akan menyebabkan
askariasis. Penderita askariasis seringkali tidak menunjukkan gejalan apapun, namun infeksi
yang berat dapat menyebabkan gangguan penyerapan makanan, gangguan pertumbuhan,
hingga obstruksi usus.(6) Salah satu cacing gelang usus yang akan diteliti adalah Ascaridia
galli sebagai hewan uji. Ascaridia galli merupakan nematoda intestinal terbesar yang hidup
dilumen usus ayam.(7) Penggunaan Ascaridia galli sebagai hewan uji pada percobaan
antelmintik didasari karena cacing ini memiliki kemiripan dengan nematoda usus manusia,
yaitu Ascaris lumbricoides baik dari segi anatomi, morfologi, dan fisiologi. Selain itu,
Ascaridia galli lebih mudah didapatkan dalam keadaan hidup daripada Ascaris lumbricoides.
(8)

Beberapa tanaman telah di lakukan penelitian sebagai antelmintik namun belum ada
penggunaan bahan alam berupa biota laut sebagai antelmintik. Potensi biota laut sebagai
sumber bahan bioaktif baru banyak diteliti dalam tahun-tahun terakhir, meskipun belum
sebanyak penelitian terhadap biota darat.(9) Salah satu biota laut yang berpotensi
menghasilkan senyawa bioaktif adalah teripang yang juga dikenal dengan nama mentimun
laut. Teripang diperoleh dari sejenis family Holothuriidae dan bermarga Holothuria, salah
satunya teripang hitam (Holothuria leucospilota Brandt). Jenis teripang ini juga banyak
ditemukan di perairan pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. (10) H.
leucospilota memiliki bioaktivitas yang tinggi dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
sebagai bahan baku obat.(11) Penelitian H. leucospilota mengandung senyawa steroid,(12)
fenolik,(13;14;15) flavonoid, triterpene glycoside (Saponin) (15). Beberapa zat yang terkandung
didalam H. leucospilota diperkirakan memiliki daya antelmintik, namun hingga saat ini
masih belum ada penelitian yang secara ilmiah membuktikan hal tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui
daya antelmintik teripang hitam (Holothuria leucospilota Brandt) terhadap Ascaridia galli
secara in vitro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya antelmintik setelah
pemberian ekstrak teripang dengan variasi konsentrasi yang digunakan yaitu 0,5 mg/ml; 1
mg/ml; dan 2 mg/ml, kontrol negatif dengan larutan NaCl 0,9% dan kontrol positif berupa
Pirantel Pamoat 0,2 mg/ml. Adapun metode ekstraksi yang akan di gunakan yaitu maserasi
dengan penggunaan pelarut etil asetat. Penentuan daya antelmintik dengan mengamati
kematian dan paralisis. Data yang diperoleh dianalasis menggunakan Statistical Product and
Service Solution (SPSS) 21 for Windows.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hadijaja Pinardi. Dasar Parasitologi Klinis. Edisi 1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2011.
2. Chiodini PL, Moody AH, Manser DW. Atlas of Medical Helminthology and
Protoozology. London: Churcill Livingstone; 2001.
3. Jong EC, Sanford C. The Travel and Tropical Medicine Manual. 4th ed. Philadelphia:
Saunders/Elsevier; 2008.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:
Depkes RI; 2009.
5. De Silva NR, Brooker S, Hotez PJ, Montresor A, Engels D, Savioli L. Soil-
transmitted Helminth Infections: Updating The Global Picture Trends Parasitol.
2003; 19, 547-551.
6. Hall A, Hewitt G, Tuffrey V, de Silva N. A Review and Meta-analysis of the impact of
Intestinal Worms on Child Growth and Nutrition. Matern. Child. Nutr 4, 118-236.
7. Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO). FAO Animal
Health Manual: Epidemiology, Diagnosis and Control of Poultry Parasites. Rome:
FAO; 1998.
8. Kaushik RK, Katiyar JC, Sen AB. Studies on the Mode of Action of Anthelmintics
with Ascaridia galii as a Test Parasite. Indian. J. Med Res: 1974; 64: 1367-1375.
9. Trianto A, Ambariyanto, Retno M. Skrining Bahan Anti Kanker pada Berbagai Jenis
Sponge dan Gorgonian Terhadap L1210 Cell Line. J. Ilmu Kelautan. 2004; Vol 9(3):
120 -124.
10. Wiranto E, Muhamad AW, Puji A. Aktivitas Antiinflamasi Secara In-vitro Ekstrak
Teripang Butoh Keling (Holothuria leucospilota Brandt) Dari Pulau Lemukutan.
J.KK. 2016; 5(1): 52-57.
11. Albuntana A, Yasman, Wisnu W. Uji Toksisitas Ekstrak Empat Jenis Teripang Suku
Holothuriidae dari Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan Seribu, Jakarta Menggunakan
Brine Shrimp Lehtality Test (BSLT). J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 2011;
3(1): 65-72.
12. Kurniawan A. Studi Potensi Teripang di Perairan Bangka Sebagai Sumber Steroid
Untuk Sex Reversal Ikan Nila. Aquasains. Skripsi. Ilmu Perikanan dan Sumberdaya
Perairan. 2012; Hal 57-60.
13. Althunibat OY, Ridzwan, Taher M, Daud JM, Ikeda MA, Zali BI, In Vitro
Antioxidant and Antiproliferative Activities of Three Malaysian Sea Cucumber
Species. European Journal of Scientific Research. 2009; 37(3): 376-387.
14. Sukmiwati M, Uji Aktivitas Antioksidan pada 16 Spesies Teripang yang Ditemukan
pada Perairan Natuna Kepulauan Riau. Skripsi. Universitas Riau 2012; Hal: 222-228.
15. Bordbar S, Farooq A, Nazamid S. High-Value Components and Bioactives From Sea
Cucumbers for Functional Foods-A Review. Mar. Drugs. 2011; 9: 1761-1805.

Anda mungkin juga menyukai